66 | M a l l d e n g a n K o n s e p C i t y W a l k d i Y o g y a k a r t a BAB VI
PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN CITY WALK MALL DI YOGYAKARTA
6.1. Program dasar perencanaan
6.1.1. Program Ruang
Dari pendekatan dan perhitungan berdasarkan standar yang terdapat pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa mall dengan konsep city walk di Yogyakarta memiliki program ruang seperti di bawah ini:
Jenis ruang Kapasitas Luas
RETAIL STORE
Retail Besar 13 Unit 1950 m2
Retail Sedang 41 Unit 4100 m2
Retail Kecil 124 Unit 6200 m2
Tabel 19: Tabel Jumalh Retail
Sumber : analisa penulis
Main Anchor
Jenis Ruang Kapasi
tas
Luas
RESTORAN 100
orang
78.7 m2
FOODCOURT 300 orang
228,7 m2
COFFE SHOP 100 org 153.7 m2
GAME CENTER
1 unit 656 m2
SUPERMARKET 1 unit 1875 m2
DEPARTEMENT STORE
1 unit 2500 m2
CINEPLEX 110 org 692.6 m2
R. Penyimpanan 1 unit 55 m2
Hall 138.52 m2
Lavatory Pria 2 unit
22.8 m2
Lavatory Wanita 2 unit
21.6 m2
Total luas lantai cineplex
930.52 m2
Total luas lantai Anchor Tenant
67 | M a l l d e n g a n K o n s e p C i t y W a l k d i Y o g y a k a r t a Tabel 20: Luasan Main Anchor
Sumber : analisa penulis
Ruang Pengelola
Jenis ruang Kapasitas Luas
Ruang General
R. Manager Office Operation
R. Manager Building
R. Kadiv General Affair
R. Kadiv Marketing
R. Kadiv Finance & Accounting
R. Kadiv Customer Service
R. Kadiv Housekeeping
R. Kadiv Security and Parking
R. Kepala Seksi (Kasi)
68 | M a l l d e n g a n K o n s e p C i t y W a l k d i Y o g y a k a r t a R. Staff
R. Staff General Affair
R. Staff Marketing
R. Staff Finance & Accounting
R. Staff Customer Service
R. Staff Housekeeping
Tabel 21: Luasan Ruang Pengelola
Sumber : analisa penulis
Kelompok Aktifitas Pelengkap
Jenis Ruang Kapasitas Luas
Anjungan Tunai Mandiri (ATM)
4 unit 16 m2
Tabel 22: Luasan ATM
Sumber : analisa penulis
Kelompok Aktifitas Pelayanan
Jenis Ruang Kapasitas Luas
69 | M a l l d e n g a n K o n s e p C i t y W a l k d i Y o g y a k a r t a Lavatory Pria 17 unit
KM/WC
Lav. Wanita 17 unit
KM/WC
Tabel 23: Luasan Kelompok Aktivitas Pelayanan
Sumber : analisa penulis
Kelompok Aktifitas Pendukung
Jenis Ruang Kapasitas Luas
70 | M a l l d e n g a n K o n s e p C i t y W a l k d i Y o g y a k a r t a 3 unit
3 unit
144 m2
36 m2
Tabel 24: Luasan Kelompok Aktivitas Pendukung
Sumber : analisa penulis
6.1.2. Lokasi dan Tapak Terpilih
Gambar 44 : Alternatif tapak yang terpilih
Sumber: wikimapia.org (diakses pada hari sabtu, tanggal 7 Maret 2015 pukul 22:58)
Gambar 45 : Detail Alternatif tapak yang terpilih
Sumber: wikimapia.org (diakses pada hari sabtu, tanggal 7 Maret 2015 pukul 22:58)
pengeinapan
Permukiman
71 | M a l l d e n g a n K o n s e p C i t y W a l k d i Y o g y a k a r t a Gambar 46: Dimensi alternatif tapak yang terpilih
Sumber: wikimapia.org (diakses pada hari sabtu, tanggal 7 Maret 2015 pukul 22:58)
6.2. Program Dasar Perancangan
6.2. 1. Sistem Utilitas
Berikut adalah sistem utilitas yang akan diterapkan di dalam bangunan city walk mall di Yogyakarta:
1. Sistem Pencahayaan
Penchayaan alami, digunakan pada siang hari untuk sky light pada atrium dan koridor mall, sumber dari pencahayaan alami didapat dari terang langit pada siang hari dengan memanfaatkan bukaan – bukaan pada bangunan mall dengan konsep city walk ini.
Pencahayaan buatan, digunakan pada malam hari untuk retail, koridor dan ruangan lain di dalam city walk mall ini, sedangkan area luar dapat menggunakan lampu taman sebagai sumber cahaya mengingat mall konsep city walk memiliki unsur lansekap sehingga daerah luar juga memerlukan pananganan khusus.
2. Sistem Pengkondisian Udara
Penggunaan AC untuk ruangan di dalam city walk mall ini meliputi seluruh koridor, atrium, kantor pengelola, retail store dan anchor. Untuk area luar sendiri seperti open plaza, walking area dan konsep alfresco dining sendiri menggunakan penghawaan alami.
3. Sistem Audio dan Komunikasi Visual
Menggunakan sistem public address untuk mengumumkan informasi di dalam bangunan. Penggunaan public address tersebut dapat dicontohkan dengan penggunaan microphone dan speaker sebagai alat pengeras suara untuk berbagai kegiatan yang ada hubungannya dalam menyebarluaskan informasi.
4. Sistem Penyediaan Air Bersi
72 | M a l l d e n g a n K o n s e p C i t y W a l k d i Y o g y a k a r t a
kedalam distribusi bangunan dan ditampung dalam ground reservoir yang kemudian dialirkan ke setiap bangunan pada kawasan city walk mall di Yogyakarta.
5. Sistem Pembuangan Air Kotor
Drainase untuk air kotor langsung dialirkan melalui pipa – pipa untuk dibuang ke saluran lingkungan, sedangkan untuk air kotor yang bercampur limbah dialirkan melalui pipa – pipa untuk dibuang ke septictank.
6. Sistem Penyediaan dan Distribusi Listrik
Listrik bersumber dari PLN yang disalurkan ke gardu utama setelah melalui transformator, aliran listrik didistribusikan ke setiap lantai melalui Sub Distribution Panel (SDP). City walk mall ini direncanakan memiliki genset yang dapat digunakan apabila aliran listrik terputus. 7. Sistem Pengelolaan Sampah
Sampah pada city walk mall di Yogyakarta dibuang secara manual dimana disediakan bak penampungan sampah di tiap unit retail pertokoan maupun di bagian tertentu di dalam city walk mall tersebut yang kemudian diambil oleh staff bagian kekersihan untuk dibuang menjadi satu pada bak penampungan sampah utama yang ukurannya lebih besar, selanjutnya sampah tersebut akan dialihkan ke luar tapak oleh Dinas Kebersihan Kota untuk dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir.
8. Sistem Pemadam Kebakaran
Pencegahan kebakaran dapat dilakukan dengan pemakaian struktur dari bahan bangunan yang tahan api misalnya beton. Sedangkan untuk penanggulangan digunakan tindakan pendektesian awal, pemadanan api, pengendalian asap, dan penyelamatan pengunjung melalui prosedur evakuasi.
Untuk sarana deteksi dan alarm kebakaran menggunakan heat and smoke detector. Sedangkan sistem pemadaman api menggunakan hydrant dan sprinkler.
- Hydrant terbagi menjadi hydrant di dalam gedung dan diluar gedung, untuk di luar gedung dilengkapi dengan siamese connection.
- Sprinkler diletakkan pada koridor city walk mall ini dan basement parkir, serta ruangan lain di dalam bangunan city walk mall ini, untuk jarak dua sprinkler biasanya 4 meter di dalam ruangan dan 6 meter di koridor.
9. Sistem Komunikasi
Komunikasi internal, merupakan sistem komunikasi yang menghubungkan antar ruang di dalam bangunan city walk mall ini, media yang digunakan antara lain telepon dengan sistem paralel dan intercom.
Komunikasi eksternal, merupakan sistem komunikasi yang menghubungkan bangunan dengan lingkungan luar bangunan city walk mall ini, media yang digunakan meliputi telepon, faksimili dan koneksi internet.
10. Sistem Penangkal Petir
Dengan bangunan city walk mall dengan ketinggian 4 lantai menggunakan sistem penangkal petir sangkar faraday.
11. Sistem Keamanan
Sistem keamanan di dalam maupun diluar city walk mall ini menggunakan CCTV (Closed Circuit Television) yang dapat mengamati seluruh kondisi luar maupun dalam bangunan city walk mall. CCTV diletakkan di tempat – tempat tertentu yang di padati oleh banyak pengunjung, CCTV ini dapat diamati dari ruang pengawas dan dilengkapi dengan alarm jika ada yang merusak sistem ini.
12. Sistem Transportasi
Untuk transportasi vertikal menggunakan escalator dan tangga serta lift. Sedangkan untuk sistem transportasi horizontal melalui koridor, hall, pedestrian ways dan jembatan untuk menghubungkan dua bangunan yang terpisah.
73 | M a l l d e n g a n K o n s e p C i t y W a l k d i Y o g y a k a r t a
Struktur yang digunakan adalah grid dengan modul horizontal didasarkan atas modul ruang – ruang retail stores dan pembagian ruang dalam kelompok aktivitas. Pemilihan struktur grid ini didasarkan pada kemudahan pembagian pertokoan mall.
a. Pondasi
City wall mall ini direncanakan akan terdiri dari 8 lantai. Pondasi yang umum dipergunakan adalah pondasi tiang pancang dan borpile.
b. Lantai
Lantai pada city walk mall ini menggunakan material yang mudah dibersihkan. Alternatif lantai yang akan digunakan antara lain: vynil dan keramik serta paving untuk bagian koridor sesuai dengan konsep ang diterapkan.
c. Dinding
Bahan kaca digunakan sebagai salah satu pembatas ruang retail. Pada area bioskop pada lapisan dinding menggunakan bahan yang dapat meredam suara. Pada eksterior menggunakan bahan – bahan yang bercirikan green architecture yaitu bahan – bahan yang ekologis.
6.2.3. Konsep City Walk
City Walk Mall di Yogyakarta memiliki kriteria bangunan sebagai berikut:
a. Menampilkan penerapan konsep city walk dalam penataan bangunan mall tersebut dengan penggunaan dan penerapan elemen – elemen city walk.
b. Tema city walk yang diambil adalah walking dan semi outdoor harus terlihat dalam penataan bangunan di mall ini.
c. Menampilkan penerapan konsep city walk yang dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
6.2.4. Penekanan Desain
Penekanan desain yang digunakan dalam perancangan bangunan city walk mall di Yogyakarta menggunakan prinsip green architecture untuk menghasilkan desain yang menarik dan ramah lingkungan sesuai dengan tema bangunan komersial.
Penerapan green architecture meliputi:
1. Conserving Energy (Hemat Energi)
Sungguh sangat ideal apabila menjalankan secara operasional suatu bangunan dengan sedikit mungkin menggunakan sumber energi yang langka atau membutuhkan waktu yang lama untuk
menghasilkannya kembali. Solusi yang dapat mengatasinya adalah desain bangunan harus mampu memodifikasi iklim dan dibuat beradaptasi dengan lingkungan bukan merubah lingkungan yang sudah ada. Lebih jelasnya dengan memanfaatkan potensi matahari sebagai sumber energi. Cara mendesain bangunan agar hemat energi, antara lain:
1. Banguanan dibuat memanjang dan tipis untuk memaksimalkan pencahayaan dan menghemat energi listrik.
2. Memanfaatkan energi matahari yang terpancar dalam bentuk energi thermal sebagai sumber listrik dengan menggunakan alat Photovoltaicyang diletakkan di atas atap. Sedangkan atap dibuat miring dari atas ke bawah menuju dinding timur-barat atau sejalur dengan arah peredaran matahari untuk mendapatkan sinar matahari yang maksimal.
3. Memasang lampu listrik hanya pada bagian yang intensitasnya rendah. Selain itu juga menggunakan alat kontrol penguranganintensitas lampu otomatis sehingga lampu hanya memancarkan cahaya sebanyak yang dibutuhkan sampai tingkat terang tertentu.
4. Menggunakan Sunscreen pada jendela yang secara otomatis dapat mengatur intensitas cahaya dan energi panas yang berlebihan masuk ke dalam ruangan.
74 | M a l l d e n g a n K o n s e p C i t y W a l k d i Y o g y a k a r t a
6. Bangunan tidak menggunkan pemanas buatan, semua pemanas dihasilkan oleh penghuni dan cahaya matahari yang masuk melalui lubang ventilasi.
7. Meminimalkan penggunaan energi untuk alat pendingin (AC) dan lift.
2. Working with Climate (Memanfaatkan kondisi dan sumber energi alami)
Melalui pendekatan green architecture bangunan beradaptasi dengan lingkungannya. Hal ini
dilakukan dengan memanfaatkan kondisi alam, iklim dan lingkungannya sekitar ke dalam bentuk serta pengoperasian bangunan, misalnya dengan cara:
1. Orientasi bangunan terhadap sinar matahari.
2. Menggunakan sistem air pump dan cros ventilation untuk mendistribusikan udara yang bersih dan sejuk ke dalam ruangan.
3. Menggunakan tumbuhan dan air sebagai pengatur iklim. Misalnya dengan membuat kolam air di sekitar bangunan.
4. Menggunakan jendela dan atap yang sebagian bisa dibuka dan ditutup untuk mendapatkan cahaya dan penghawaan yang sesuai kebutuhan.
3. Respect for Site (Menanggapi keadaan tapak pada bangunan)
Perencanaan mengacu pada interaksi antara bangunan dan tapaknya. Hal ini dimaksudkan keberadan bangunan baik dari segi konstruksi, bentuk dan pengoperasiannya tidak merusak lingkungan sekitar, dengan cara sebagai berikut.
1. Mempertahankan kondisi tapak dengan membuat desain yang mengikuti bentuk tapak yang ada.
2. Luas permukaan dasar bangunan yang kecil, yaitu pertimbangan mendesain bangunan secara vertikal.
3. Menggunakan material lokal dan material yang tidak merusak lingkungan.
4. Respect for User (Memperhatikan pengguna bangunan)
Antara pemakai dan green architecture mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Kebutuhan akan green architecture harus memperhatikan kondisi pemakai yang didirikan di dalam perencanaan dan pengoperasiannya.
5. Limitting New Resources (Meminimalkan Sumber Daya Baru)
Suatu bangunan seharusnya dirancang mengoptimalkan material yang ada dengan meminimalkan penggunaan material baru, dimana pada akhir umur bangunan dapat digunakan kembali unutk membentuk tatanan arsitektur lainnya.
6. Holistic
75 | M a l l d e n g a n K o n s e p C i t y W a l k d i Y o g y a k a r t a
Gambar 47: contoh bangunan dengan penerapan penekanan desain arsitektur hijau
Sumber: http://arsitekturdanlingkungan.blogspot.com (diakses pada hari senin, tanggal 16 Maret 2015 pukul 21:07)
6.2.5. Konsep Pendukung
a. Penampilan Bangunan
penampilan bangunan city walk mall di Yogyakarta haruslah memberi kesan yang atraktif untuk menarik perhatian pengunjung, mencirikan green architecture, memperhatikan unsur – unsur estetika baik eksterior maupun interior namun mencerminkan aktifitas city walk di dalam lingkungan bangunan city walk mall, dan di desain untuk menjadikan sebuah icon baru pada kawasan dimana bangunan tersebut berada.
b. Massa Bangunan
Untuk massa bangunan city walk mall di Yogyakarta haruslah menyelaraskan lansekap alamiah, menyesuaikan bentuk tapak, serta pemanfaatan daerah hijau untuk memperbaiki iklim mikro sekitar bangunan dan menjadi pelindung dari panas di daerah pedestrian dan plaza.
d. Pencapaian Bangunan
Untuk pencapaian bangunannya harus mudah dan jelas untuk entrance bagi pejalan kaki dan kendaraan, kenyamanan dan keamanan pejalan kaki harus diperhatikan mengingat konsep city walk yang diterapkan pada bangunan ini serta pencapaian tidak boleh mengganggu sirkulasi kendaraan di sekitar tapak.
e. Sirkulasi pada Tapak