• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. KAJIAN TEORI

1. Hasil Belajar

Menurut Hamalik (2004: 30) yang menyatakan bahwa hasil belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku seseorang, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Hal ini juga didukung oleh Sudjana (2005: 22) yang mendefinisikan hasil belajar sebagai kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Menurut Bloom dalam Sudjana (2005: 23) membagi hasil belajar menjadi tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris. Enam aspek dalam ranah kognitif yang berkenaan dengan hasil belajar intelektual yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak, terdiri dari enam aspek yaitu gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks dan gerakan ekspresif serta interpretatif.

Hasil belajar yang dicapai siswa, menurut Sudjana (2005) dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor dari dalam diri siswa yaitu kemampuan yang dimilikinya, motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan

(2)

8

kebiasaan belajar, ketekunan, sosial politik, faktor fisik dan psikis. Hasil belajar yang dapat diraih siswa juga tergantung dari lingkungan, salah satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah ialah kualitas pengajaran, yang dimaksud kualitas pengajaran ialah tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Berdasarkan uraian tersebut maka yang dimaksud hasil belajar dalam penelitian ini adalah terjadinya perubahan tingkah laku seseorang dimana seseorang memiliki kemampuan dalam belajar sehingga berpengetahuan, terampil, dan memiliki kualitas dalam pembelajaran.

2. Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Suprijono (2011: 45) mendefinisikan model pembelajaran sebagai landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Model pembelajaran mengacu pasa pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.

Model pembelajaran Kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu siswa menyelesaikan masalah yang dimaksud. Model pembelajaran kooperatif akan dapat menumbuhkan pembelajaran yang efektif yaitu pembelajaran yang bercirikan “memudahkan siswa belajar” sesuatu yang “bermanfaat” seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama;

(3)

9

pengetahuan, nilai dan keterampilan diakui mereka yang berkompenten menilai. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan yaitu positive interdependence (saling ketergantungan positif), personal responsibility (tanggung jawab perseorangan), face to face promotive interaction (interaksi promotif), interpersonal skill (komunikasi antar anggota), dan group processing (pemrosesan kelompok).

Amri (2010: 68) menjelaskan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi. Pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, namun siswa juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif yang berfungsi untuk melancarkan hubungan, kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat di bangun dengan mengembangkan komunikasi antar anggota kelompok sedangkan peran tugas dilakukan dengan membagi tugas antar anggota kelompok selama kegiatan.

Rusman (2011: 211) menjelaskan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif sebagai berikut:

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif

TAHAP TINGKAH LAKU GURU

Tahap 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan dicapai pada kegiatan pelajaran dan menekankan pentingnya topik yang akan dipelajari dan memotivasi siswa belajar.

Tahap 2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan acuan.

Tahap 3

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membimbing setiap kelompok agar melakukan transisi secara efektif dan efisien. Tahap 4

Evaluasi

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

(4)

10

Tahap 5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Tahap 6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Sumber : Rusman (2011: 211)

Beberapa variasi jenis model pembelajaran kooperatif menurut Rusman (2011: 213) antara lain: Model Student Teams Achievement Division (STAD), Model Teams games tournaments, Investigasi Kelompok (Group Investigation), Model Make a Match (Membuat pasangan), Model TGT (Teams Games Tournaments), Model Struktural.

Berdasarkan uraian tersebut yang dimaksud model pembelajaran kooperatif dalam penelitian ini adalah suatu model pembelajaran yang lebih mengarah pada penerapan tugas untuk membantu siswa dalam menyelesaian masalah untuk menumbuhkan pembelajaran yang efektif dan bermanfaat bagi siswa.

3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams games tournaments)

Model pembelajaran kooperatif tipe TGT dikembangkan pertama kali oleh David De Vries dan Kelt Edward, model ini merupakan suatu pendekatan kerja sama antar kelompok dengan mengembangkan kerja sama antar personal. Model ini mengandung unsur permainan persaingan sesuai dengan aturan-aturan yang telah ditentukan. Dalam permainan diharapkan tiap-tiap kelompok dapat menggunakan pengetahuan dan keterampilan untuk bersaing agar memperoleh kemenanga. Penggunaan tipe TGT di kelas membantu guru untuk meningkatkan pemahaman dan motivasi dan prestasi jangka panjang.

(5)

11

Menurut Slavin (2008) mendefinisikan keuntungan tipe TGT yaitu mengajarkan aspek-aspek kognitif tingkat tinggi seperti analisis; menimbulkan motivasi yang kuat dengan adanya tournament dalam game; situasi pembelajaran yang menyenangkan yang sangat mempengaruhi tingkat konsentrasi, kecepatan menyerap materi pelajaran, jumlah pelajaran dan kematangan pemahaman.

Terdapat lima komponen dalam pelaksanaan tipe TGT. Komponen pertama adalah presentasi kelas atau pengamatan langsung. Presentasi kelas digunakan guru untuk memperkenalkan materi pelajaran dengan pengajaran langsung atau diskusi atau presentasi audiovisual. Guru membagi kelompok siswa serta menyebutkan konsep-konsep yang harus dipelajari, memberikan cerita singkat untuk pendahuluan mengenai materi yang akan diajarkan dalam kehidupan sehari-hari.

Komponen kedua adalah belajar tim, tim terdiri dari 4 atau 5 siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnistas. Fungsi utama tim ialah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar dan lebih khususnya lagi adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk dapat menjawab soal pada saat permainan dengan baik. Setelah guru selesai menyampaikan materi, tim berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan atau materi lainnya. Pembelajaran tim sering melibatkan pembahasan permasalahan bersama, membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap kesalahan pembahasan apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan. Poin terpenting dalam TGT ini adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya.

(6)

12

Permainan ialah komponen ketiga dalam TGT, permainan disusun untuk menguji pengetahuan yang dicapai siswa dan biasanya disusun dalam pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan materi dalam presentasi kelas dan latihan lain. Komponen keempat adalah pertandingan atau tournament. Dalam turnament masing-masing siswa mewakili tim yang berbeda, kompetesi yang seimbang ini memungkinkan para siswa berkontribusi secara maksimal terhadap skor tim siswa tersebut. Setelah tournament selesai maka dilakukan penilaian. Komponen terakhir dalam TGT ialah penghargaan tim, gunakan imajinasi kreativitas, dan variasi penghargaan dari waktu ke waktu. Hal yang paling penting adalah dapat menyenangkan para siswa atas prestasi yang siswa buat daripada sekedar memberikan hadiah besar.

Berdasarkan uraian tersebut yang dimaksud Model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournaments (TGT) dalam penelitian ini adalah suatu tipe dalam pembelajaran kooperatif yang mengarah padapertandingan antar kelompok dalam menyelesaikan masalah, dimana siswa dituntut untuk bersaing dengan kelompok lawan agar memperoleh nilai tertinggi.

4. Keaktifan Belajar Siswa

Keaktifan adalah kegiatan atau perilaku siswa yang terjadi selama proses pembelajaan. Belajar adalah suatu proses perubahan dalam kepribadian siswa dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan pengetahuan, sikap, pemahaman, keterampilan, daya fakir dan kemampuan lainnya.

(7)

13

Menurut Paul D. Dierich dalam Oemar Hamalik (2005) keaktifan belajar dapat diklasifikasikan dalam delapan kelompok, yaitu :

a) Kegiatan-kegiatan visual

Membaca, melihat gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran dan pengamati orang lain bermain atau bekerja

b) Kegiatan-kegiatan lisan

Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, mengajukan suatu pertanyaan, memberi saran, wawancara, diskusi, dan interupsi.

c) Kegiatan-kegiatan mendengarkan.

Mendengarkan penyajian bahan, percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.

d) Kegiatan-kegiatan menulis

Menulis cerita, laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisikan angket.

e) Kegiatan-kegiatan menggambar

Menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola. f) Kegiatan-kegiatan metrik

Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, menari dan berkebun.

g) Kegiatan-kegiatan mental

Merenungkan, mengingatkan, memecahkan masalah, menganalisa faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.

(8)

14 h) Kegiatan-kegiatan emosional

Minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain.

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan bakat yang dimiliki. Siswa juga dapat berlatih untuk berfikir kritis dan dapat memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan uraian tersebut yang dimaksud keaktifan belajar siswa dalam penelitian ini adalah suatu perilaku siswa dalam proses pembelajaran mengenai aspek kegiatan visual, lisan, mendengarkan, menulis, menggambar, mental dan emosi.

5. Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Mulyasa (2009: 11) mendefinisikan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu upaya untuk mencermati kegiatan belajar sekelompok siswa dengan memberikan sebuah tindakan (treatment) yang sengaja dimunculkan. Pendapat tersebut didukung juga oleh Wiriaatmadja (2010: 13) yang mendefinisikan secara ringkas PTK adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka, dan melihhat pengaruh nyata dari upaya itu. Keuntungan dalam penelitian tindakan ialah sebagai berikut: praktis, dalam arti bahwa wawasan dan hasil yang diperoleh dari penelitian tidak saja secara teoritik penting untuk mengembangkan ilmu yang bersangkutan, akan tetapi juga meningkatkan praktek pembelajaran selama dan sesudah penelitian berlangsung;

(9)

15

seorang staf dosen yang bekerrja sama dengan dosen sejawat atau kolega demi kepentingan bersama; emansipatoris, karena pendekatan tidak dilakukan dalam jalur hierarkis, melainkan dilaksanakan oleh semua partisipan dalam kedudukan yang setara; interpretatif, karena inkuiri sosial ini tidak menuntut hasil berupa pernyataan peneliti yang positipistik dan bersifat benar atau salah terhadap pertanyaan penelitian, melainkan solusi yang berdasarkan kepada pandangan dan penafsiran semua subjek yang terlibat dalam penelitian.

Berdasarkan uraian tersebut yang dimaksud dengan penelitian tindakan kelas dalam penelitian ini adalah suatu upaya mencermati kegiatan sekelompok siswa dengan memberikan tindakan dan mengorganisasikan kondisi praktek siswa.

6. Model-Model Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian ini mengacu pada Model Spiral dari Kemmis dan Taggart (1988), secara mendetail Kemmis dan Taggart (Wiriaatmadja, 2010: 66) menjelaskan tahap-tahap penelitian tindakan yang dilakukannya. Permasalahan penelitian difokuskan kepada strategi bertanya kepada siswa dalam pembelajaran sains. Keputusan ini timbul dari pengamatan tahap awal yang menunjukkan bahwa siswa belajar sains dengan cara menghafal dan bukan dalam proses inkuiri. Dalam diskusi dipikirkan cara untuk mendorong inkuiri siswa, apakah dengan mengubah kurikulum, atau mengubah cara bertanya kepada siswa. Akhirnya diputuskan untuk menyusun strategi bertanya. Maka dirancanglah strategi bertanya untuk mendorong siswa untuk menjawab pertanyaannya sendiri. Semua kegiatan ini dilakukan pada tahap Perencanaan (plan).

(10)

16

Pada kotak Tindakan (act), mulai diajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa untuk mendorong mereka mengatakan apa yang mereka pahami, dan apa yang mereka minati.Pada kotak Pengamatan (observe), pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawaban siswa dicatat atau direkam untuk melihat apa yang sedang terjadi. Pengamat juga membuat catatan dalam buku hariannya.Dalam kotak Refleksi (reflect), ternyata kontrol kelas yang terlalu ketat menyebabkan tanya jawab kurang lancar dilaksanakan sehingga tidak mencapai hasil yang baik, dan perlu diperbaiki.

Pada siklus berikutnya, perencanaan direvisi dengan modifikasi dalam bentuk mengurangi pertanyaan-pertanyaan guru yang bersifat mengontrol siswa, agar strategi bertanya dapat berlangsung dengan baik. Pada tahap tindakan siklus kedua hal itu dilakukan. Pelaksanaannya dicatat dan direkam untuk melihat pengaruhnya terhadap perilaku siswa. Pada tahap refleksi, ternyata siswa di kelas selalu ribut (karena kontrol dikurangi ?) Bagaimana cara memperbaikinya ? Apakah dengan saling mendengarkan, atau dengan mengajukan pertanyaan lanjutan (probing)? Pelajaran aapa yang bisa menolong?.

(11)

17

Gambar 2.1 Model Spiral Kemmis dan Taggart

Gambar Model Spiral Kemmis dan Taggart

Berdasarkan uraian tersebut yang dimaksud penelitian tindakan kelas model spiral Kemmis dan Taggart dalam penelitian ini adalah model penelitian kelas yang mempunyai beberapa tahapan yaitu tahap perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.

B. HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN

Penelitian sebelumnya antara lain penelitian dari Retno Ningsih yang berjudul “Penerapan metode pembelajaran kooperatif model teams games tournament

(TGT) untuk meningkatkan hasil belajar ekonomi siswa kelas XI ”, yang menyimpulkan bahwa TGT dalam meningkatkan motivasi dan ketuntasan belajar ekonomi siswa.

(12)

18

Penelitian dari Rina Dwijayanti berjudul “Penerapan pembelajaran kooperatif model teams games tournament untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar pelajaran ekonomi pada siswa kelas X-1 SMA Negeri 1 Kauman Tulungangung”, yang menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat menjadi salah satu model pembelajaran alternatif yang dapat diterapkan pada mata pelajaran ekonomi atau lainnya untuk meningkatkan motivasi dan hsil belajar siswa.

Berdasarkan dua penelitian tersebut akan dijadikan landasan untuk melaksanakan penelitian ini. Penelitian ini nanti akan lebih menekankan materi pelajaran untuk dihubungkan dalam kehidupan sekitar siswa SMA dan menggunakan media-media yang ada disekitar siswa.

C. KERANGKA BERPIKIR

Penyelenggaraan model pembelajaran kooperatif tipe Teams games tournaments dalam proses belajar mengajar dapat menumbuhkan tanggung jawab siswa sehingga terlibat langsung secara aktif dalam memahami suatu persoalan dan menyelesaikan secara kelompok. Setiap siswa berperan penuh dalam terciptanya kesuksesan dalam pembelajaran di kelas, sehingga dengan pembelajaran kooperatif tipe Teams games tournaments ini diharapkan hasil belajar siswa dapat meningkat, digambarkan skema alur pikir sebagai berikut:

(13)

19

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

Kondisi Awal Guru : Belum menggunakan model pembelajaran koopertif tipeTeams games tournaments

Siswa:

Hasil belajar Ekonomi belum mencapai KKM

Tindakan

Kondisi Akhir

Siklus I

Pembelajaran Siklus I menggunakan tipe Teams games tournaments

Diduga melalui model pembelajarn kooperatif tipe Teams Game Tournaments dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar pada materi Memahami Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa bagi siswa kelas XI IPS-2 SMA Negeri 2 Salatiga Semester I Tahun Ajaran 2012/2013.

Siklus II

Tindak lanjut dari siklus I yaitu siswa lebih dilibatkan dalam permasalahan yang akan dipelajari

Gambar

Tabel 2.1  Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Gambar 2.1  Model Spiral Kemmis dan Taggart
Gambar 2.2   Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan dilaksanakannya proses evaluasi dokumen penawaran dan dokumen kualifikasi, Kami selaku Panitia Pengadaan Barang dan Jasa APBD-P T. A 2013 Dinas Bina Marga

Berbeda dengan kedua informan lainnya, informan ketiga melihat bahwa cara mendidik dalam Ujian Nasional yang ditampilkan dalam film menjadi acuan yang baik bagi para guru

2017 memutuskan bahwa Pelelangan Pekerjaan Jembatan Gantung Dusun Lipat Gunting dinyatakan GAGAL dan tindak lanjut Pelelangan Gagal ini akan dilakukan LELANG

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul “Analisis Tipologi dan Perkembangan Wilayah di Kabupaten Jember” adalah benar- benar hasil karya

Pemerintah dalam hal ini adalah pihak yang menjadi penengah atau mediator dalam wacana rekonsiliasi antara etnis Minangkabau dan Batak terkait sejarah masa lalu, dan

(1) Dalam hal penyelenggara jaringan telekomunikasi dan atau penyelenggara jasa telekomunikasi belum dapat menyediakan akses di daerah tertentu, maka penyelenggara

Laporan ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh setiap mahasiswa untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknik Mesin di Departemen Teknik Mesin Fakultas

Human error atau kesalahan manusia kerap sering terjadi pada penyusunan data-data, pencatatan transaksi, pembuatan laporan dan pekerjaan yang masih mengandalkan teknologi manual.