• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan bahan ajar matematika berbasis cergam berkarakter dengan pendekatan kontekstual pada materi SPLDV untuk siswa kelas VIII SMP/MTs tahun pelajaran 2015/2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengembangan bahan ajar matematika berbasis cergam berkarakter dengan pendekatan kontekstual pada materi SPLDV untuk siswa kelas VIII SMP/MTs tahun pelajaran 2015/2016"

Copied!
600
0
0

Teks penuh

(1)

CERGAM BERKARAKTER DENGAN PENDEKATAN

KONTEKSTUAL PADA MATERI SPLDV UNTUK SISWA KELAS

VIII SMP/MTs TAHUN PELAJARAN 2016/2017

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Matematika

Oleh:

Khoerul Hanif Falah NIM: 123511044

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG 2017

(2)

. Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Khoerul Hanif Falah

NIM : 12511044

Jurusan : Pendidikan Matematika Program Studi : S1

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

“PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA BERBASIS CERGAM BERKARAKTER DENGAN PENDEKATAN

KONTEKSTUAL PADA MATERI SPLDV UNTUK SISWA KELAS VIII SMP/MTs TAHUN PELAJARAN 2016/2017”

Secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.

Semarang , 31 Mei 2017 Pembuat Pernyataan,

Khoerul Hanif Falah NIM: 123511044

(3)

.

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI Jl. Prof. Dr. Hamka (Kampus II) Ngaliyan Semarang

Telp. 024-7601295 Fax. 7615387 PENGESAHAN

Naskah skripsi berikut ini:

Judul : PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA BERBASIS CERGAM BERKARAKTER DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA MATERI SPLDV UNTUK SISWA KELAS VIII SMP/MTs TAHUN PELAJARAN 2016/2017.

Nama : Khoerul Hanif Falah

NIM : 123511044

Jurusan : Pendidikan Matematika Program studi : S1

Telah diujikan dalam sidang munaqasyah oleh Dewan Penguji Fakultas Sains dan Teknologi UIN Walisongo dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Matematika.

Semarang, 5 Juli 2017 DEWAN PENGUJI

Penguji I, Penguji II,

Lulu Choirun Nisa, S. Si., M.Pd. Yulia Romadiastri, S. Si.,M.Sc. NIP: 19810720 200312 2 002 NIP:19810715 200501 2 008

Penguji III, Penguji IV,

Hj. Nadhifah, M.S.I. Siti Maslihah, M.Si. NIP: 19750827 200312 2003 NIP: 19770611 201101 2 2004

Pembimbing,

Lulu Choirun Nisa, S. Si., M.Pd. NIP: 19810720 200312 2 002

iii M.S.I.

(4)

.

Semarang, 31 Mei 2017 Kepada

Yth. Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Walisongo Semarang

di Semarang

Assalamu’alaikum wr. wb.

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan :

Judul : PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA BERBASIS CERGAM BERKARAKTER DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA MATERI SPLDV UNTUK SISWA KELAS VIII SMP/MTs TAHUN PELAJARAN 2016/2017.

Nama : Khoerul Hanif Falah NIM : 123511044

Jurusan : Pendidikan Matematika

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Sains dan Teknologi UIN Walisongo untuk diajukan dalam siding Munaqasyah.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Pembimbing,

Lulu Choirun Nisa, S. Si, M.Pd. NIP. 19810720 200312 2 002

(5)

v

Judul :

Penulis : Khoerul Hanif Falah

NIM : 123511044

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang bertujuan 1) untuk mengembangkan dan menghasilkan bahan ajar matematika berbasis cergam berkarakter dengan pendekatan kontekstual pada materi SPLDV untuk siswa kelas VIII SMP/MTs tahun pelajaran 2016/2017; 2) mengetahui kelayakan bahan ajar matematika berbasis cergam berkarakter dengan pendekatan kontekstual pada materi SPLDV untuk siswa kelas VIII SMP/MTs tahun pelajaran 2016/2017.

Kajian ini dilatar belakangi bahan ajar yang digunakan dalam kelas hanya buku paket yang ditetapkan oleh sekolah dan bahan ajar itu masih membosankan serta kurang menarik minat siswa, bahan ajar yang ada masih bersifat penekanan pada penyampaian materi dengan rumus-rumus dan soal evaluasi kurang menekankan pada aspek kontekstual, proses pembelajaran di kelas masih terbiasa belajar secara pasif dan siswa kurang aktif dalam pembelajaran, belum adanya nilai-nilai pendidikan karakter di dalam bahan ajar yang digunakan, nilai rata-rata pada materi SPLDV masih dibawah KKM.

Prosedur pengembangan pada penelitian ini menggunakan desain pengembangan Sugiyono yaitu potensi/masalah, pengumpulan data, desain produk, uji ahli, revisi produk, uji terbatas, revisi produk, uji luas, evaluasi dan penyempurnaan, produk akhir. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif dan kuantitatif.

Hasil dari penelitian pengembangan yakni 1) telah dikembangkan dan dihasilkan bahan ajar matematika berbasis cergam berkarakter dengan pendekatan kontekstual pada materi Pengembangan Bahan Ajar Matematika Berbasis Cergam Berkarakter dengan Pendekatan Kontekstual pada Materi SPLDV untuk Siswa Kelas VIII SMP/MTs Tahun Pelajaran 2016/2017.

(6)

vi

2016/2017; 2) penilaian kelayakan bahan ajar ini berdasarkan hasil validitas, kepraktisan, dan efektifitas bahan ajar yang telah dikembangkan. a) Hasil uji validitas oleh uji ahli bahan ajar dan ahli materi berada pada tingkatan sangat baik dengan nilai masing-masing sebesar 3,84 dan 3,52. b) Hasil uji kepraktisan atau respon guru dan peserta didik terhadap bahan ajar berada pada tingkatan sangat baik dengan nilai masing-masing sebesar 3,76 dan 3,51. c) Hasil uji keefektifitasan diperoleh nilai rata-rata hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol masing-masing sebesar 74,72 dan 66,06 Berdasarkan perhitungan uji t dengan

. Dengan taraf signifikan maka diperoleh dan . Hal tersebut menunjukkan bahwa sehingga bahan ajar efektif terhadap hasil belajar.

Kata kunci: Bahan Ajar Matematika, CERGAM, Pendidikan Karakter, Pendekatan Kontekstual, SPLDV (Sistem Persamaan Linier Dua Variabel).

(7)

vii ميحرلا نمحرلا الله مسب

Alhamdulillahirabbil`Alamin, puji syukur senantiasa penulis

panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah dan nikmat kepada semua hamba-Nya, terutama kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Pengembangan Bahan Ajar Matematika Berbasis Cergam Berkarakter dengan Pendekatan Kontekstual pada Materi SPLDV untuk Siswa Kelas VIII SMP/MTs Tahun Pelajaran 2016/2017”. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, Nabi akhir zaman dan pembawa rahmat bagi makhluk seluruh alam.

Skripsi ini disusun guna memenuhi sebagian syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Sains dan Teknologi UIN Walisongo Semarang jurusan Pendidikan Matematika. Penulis telah banyak mendapat dukungan moril dan materiil dari berbagai pihak dalam menyusun skripsi ini. Maka dalam kesempatan ini dengan segala hormat penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Walisongo Semarang, Dr. H. Ruswan., MA. yang telah memberikan izin penelitian dalam rangka penyusunan skripsi ini.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Walisongo Semarang, Yulia Romadiastri, S. Si, M. Sc. yang telah mengizinkan pembahasan skripsi ini.

3. Ibu Mujiasih, M. Pd. selaku dosen wali yang telah memberikan motivasi dan arahan baik dalam perkuliahan maupun dalam proses pengerjaan skripsi.

4. Ibu Lulu Choirun Nisa, S. Si, M. Pd., selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan motivasi, bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyusun skripsi.

5. Segenap dosen jurusan Pendidikan Matematika, staf pengajar, pegawai, dan seluruh civitas akademika di lingkungan

(8)

viii

telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis. 6. Bapak Eko Winarno, S. Pd, M. Si. selaku kepala sekolah SMP N

9 Tegal yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis.

7. Bapak Taryono, S. Pd, M. Pd. dan Ibu Umi Sobiroh, S. Pd. serta segenap guru SMP N 9 Tegal yang telah berkenan memberikan bantuan, informasi dan waktu kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

8. Ayahanda tercinta Bapak Moh. Nurochim dan ibunda tersayang Ibu I Anah, yang senantiasa mencurahkan kasih sayang, perhatian, kesabaran dan do’a yang tulus serta memberi semangat dan dukungan yang luar biasa, biasa, sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah serta skripsi ini dengan lancar.

9. Saudaraku (Merlian Fathikhatul Khuriyah, Akmalia Ma’rifatul Rizqi, dan Irkham Hunaefi) yang selalu memberikan nasehat, motivasi dan semangat untuk selalu berusaha.

10. Keluarga Besar Pondok Pesantren Al Ma’rufiyyah Beringin Semarang Beliau Al- Alim Al-Alamah K.H. Abbas Masrukhin, Ibu Yai Siti Maimunah dan keluarga serta para Ustadz Beliau Ustadz Yai Ishom, Ustadz Nadzir, Ustadz Syamsul dan Ustadz Saiful Amar.

11. Teman sekaligus saudaraku Pendidikan Matematika angkatan 2012 khususnya PMA yang selama ini telah berjuang bersama, saling menyemangati, mendoakan satu sama lain.

12.

Santri-santri Al Ma’rufiyyah, teman-teman HMJ

Pendidikan

Matematika, Teman-teman IKAHIMATIKA Indonesia, sedulur-sedulur IMT dan saudara-saudaraku di IKTASABA yang selama ini telah memberikan ruang kepada penulis untuk berproses dan berkembang menjadi pribadi yang lebih baik. 13. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi

(9)

ix

skripsi ini, dikarenakan keterbatasan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan masukan dan kritik untuk perbaikan. Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca sekalian pada umumnya.

Semarang, 31 Mei 2017 Penulis

Khoerul Hanif Falah NIM: 123511044

(10)

x HALAMAN JUDUL ... i PERNYATAAN KEASLIAN... ii PENGESAHAN ... iii NOTA DINAS... iv ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

D. Spesifik Produk ... 11

E. Asumsi dan Batasan Penelitian ... 13

F. Penegasan Istilah ... 14

BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori ... 17

1. Bahan Ajar ... 17

a. Pengertian Bahan Ajar... 17

(11)

xi

2. Pengembangan Bahan Ajar ... 22

3. CERGAM (Cerita Bergambar) ... 23

4. Karakter ... 25

5. Pendekatan Kontekstual ... 33

a. Pengertian Pendekatan Kontekstual ... 33

b. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual ... 36

6. Sistem Persamaan Linier Dua Variabel ... 39

B. Kajian Pustaka ... 43

C. Kerangka Berpikir ... 46

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 49

B. Ruang Lingkup Penelitian ... 50

1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 50

2. Subjek Penelitian ... 50

C. Prosedur Pengembangan ... 52

D. Teknik Pengumpulan Data ... 57

E. Teknik Analisis Data ... 60

1. Analisis Validasi Ahli ... 62

2. Analisis Kepraktisan ... 63

(12)

xii

A. Potensi atau Masalah ... 81

B. Desain Produk ... 82

C. Validasi Desain Produk ... 90

D. Revisi Desain Produk ... 93

E. Uji Terbatas ... 97

F. Uji Luas ... 99

1. Analisis Data Tahap Awal ... 102

2. Analisis Uji Instrumen Tes ... 109

3. Analisis Data Tahap Akhir ... 115

4. Analisis Kepraktisan ... 120

G. Pembahasan Hasil Penelitian ... 124

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 134 B. Saran ... 137 C. Penutup ... 138 DAFTAR KEPUSTAKAAN LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

(13)

xiii

Tabel 2.1 Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Karakter Tabel 3.1 Penilaian Validitas Bahan Ajar

Tabel 3.2 Penilaian Kepraktisan Bahan Ajar Tabel 3.3 Daya Pembeda Soal

Tabel 3.2 Penilaian Kepraktisan Bahan Ajar Tabel 4.1 Hasil Validasi Penilaian Ahli Materi Tabel 4.2 Hasil Validasi Penilaian Ahli Bahan Ajar Tabel 4.3 Komentar Ahli Materi dan Bahan Ajar Tabel 4.4 Hasil Revisi Bahan Ajar

Tabel 4.5 Respon Peserta Didik Uji Skala Kecil

Tabel 4.6 Daftar Nilai Tes Hasil Belajar Kelas Eksperimen Tabel 4.7 Daftar Nilai Tes Hasil Belajar Kelas Kontrol Tabel 4.8 Hasil Uji NormalitasTahap Awal

Tabel 4.9 Hasil Uji Homogenitas Tahap Awal

Tabel 4.10 Tabel Penolong Kesamaan Rata-rata (Anova) Tabel 4.11 Rekapitulasi Uji Kesamaan Rata-rata

Tabel 4.12 Hasil Uji Validitas Butir Soal Posttest Tahap 1 Tabel 4.13 Hasil Uji Validitas Butir Soal Posttest Tahap 2 Tabel 4.14 Hasil Uji Validitas Butir Soal Posttest Tahap 3 Tabel 4.15 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Instrumen Tabel 4.16 Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal Tabel 4.17 Persentase Tingkat Kesukaran Butir Soal Tabel 4.18 Hasil Analisis Daya Beda Butir Soal Tabel 4.19 Persentase Analisis Daya Beda Butir Soal

(14)

xiv

Tabel 4.21 Hasil Uji Homogenitas Tahap Akhir Tabel 4.22 Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata

Tabel 4.23 Hasil Uji Kepraktisan Produk Bahan Ajar oleh Guru Tabel 4.24 Hasil Uji Kepraktisan Produk Bahan Ajar oleh Siswa

(15)

xv

Gambar 1.1 Bahan Ajar Matematika Kelas VIII SMP N 9 Tegal Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Tahap Pertama

Gambar 2.2 Kerangka Berfikir Tahap Kedua

Gambar 2.3 Langkah-langkah Pengembangan Metode Research and Development

Gambar 4.1 Rancangan Halaman Judul

Gambar 4.2 Rancangan Halaman Pengenalan Tokoh Gambar 4.3 Rancangan Halaman Kata Pengantar Gambar 4.4 Rancangan Halaman Petunjuk Penggunaan Gambar 4.5 Rancangan Halaman Daftar Isi

Gambar 4.6 Rancangan Halaman SK, KD, Indikator dan Tujuan Pembelajaran

Gambar 4.7 Rancangan Halaman Pembatas Gambar 4.8 Rancangan Halaman Isi

Gambar 4.9 Rancangan Halaman Latihan Soal Gambar 4.10 Rancangan Halaman Rangkuman Gambar 4.11 Rancangan Halaman Daftar Pustaka Gambar 4.12 Rancangan Halaman Biografi Penulis

(16)

xvi

Lampiran 1 Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Lampiran 2a Hasil Wawancara Guru Matematika SMP N 9 Tegal Lampiran 2b Hasil Wawancara Siswa SMP N 9 Tegal

Lampiran 3a Nama Ahli Materi Lampiran 3a Nama Ahli Bahan Ajar

Lampiran 4 Daftar Nama Kelas Uji Coba Skala Kecil Kelas VIII F SMP N 9 Tegal

Lampiran 5a Angket Penilaian Pengembangan Bahan Ajar untuk Ahli Materi

Lampiran 5b Angket Penilaian Pengembangan Bahan Ajar untuk Ahli Bahan Ajar

Lampiran 5c Angket Penilaian Pengembangan Bahan Ajar untuk Siswa

Lampiran 6a Analisis Hasil Validasi Penilaian Ahli Materi Lampiran 6b Analisis Hasil Validasi Penilaian Ahli Bahan Ajar Lampiran 6c Analisis Respon Peserta Didik Uji Skala Kecil Lampiran 7 Daftar Nilai UTS

Lampiran 8a Uji Normalitas Tahap Awal Kelas VII A Lampiran 8b Uji Normalitas Tahap Awal Kelas VII B Lampiran 8c Uji Normalitas Tahap Awal Kelas VII C Lampiran 8d Uji Normalitas Tahap Awal Kelas VII D Lampiran 8e Uji Normalitas Tahap Awal Kelas VII E Lampiran 8f Uji Normalitas Tahap Awal Kelas VII F Lampiran 9 Uji Homogenitas Tahap Awal

(17)

xvii

Lampiran 12 Daftar Nilai Kelas Uji Coba Posttest Lampiran 13a Kisi-kisi Soal Uji Coba Posttest Lampiran 13b Soal Uji Coba Posttest

Lampiran 13c Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran Soal Uji Coba Posttest

Lampiran 14a Uji Validitas Tahap 1 Lampiran 14b Uji Validitas Tahap 2 Lampiran 14c Uji Validitas Tahap 3

Lampiran 14d Contoh Perhitungan Validitas Butir Soal Lampiran 15 Contoh Perhitungan Reliabilitas Butir Soal

Lampiran 16 Contoh Perhitungan Tingkat Kesukaran Butir Soal Lampiran 17 Contoh Perhitungan Daya Beda Butir Soal

Lampiran 18a Daftar Nama Kelas Kontrol (VIII A) Lampiran 18b Daftar Nama Kelas Eksperimen (VIII E) Lampiran 19a Daftar Nilai Kelas Kontrol (VIII A) Lampiran 19b Daftar Nilai Kelas Eksperimen (VIII E) Lampiran 20 RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Lampiran 21a Kisi-kisi Soal Posttest

Lampiran 21b Soal Posttest

Lampiran 21cKunci Jawaban dan Pedoman Penskoran Soal Post-Test

Lampiran 22a Uji Normalitas Tahap Akhir Kelas Kontrol (VIII E) Lampiran 22b Uji Normalitas Tahap Akhir Kelas Eksperimen

(VIII D)

(18)

xviii

Lampiran 25 Daftar Nama Praktisi Bahan Ajar oleh Guru

Lampiran 26 Angket Penilaian Pengembangan Bahan Ajar untuk Guru

Lampiran 27 Analisis Kepraktisan oleh Guru

Lampiran 28 Angket Penilaian Pengembangan Bahan Ajar untuk Siswa

Lampiran 29 Analisis Kepraktisan oleh Siswa Lampiran 30 Hasil Produk Bahan Ajar Matematika Lampiran 31 Daftar Jadwal Kegiatan Penelitian Lampiran 32 Foto Pelaksanaan Penelitian Lampiran 33 Surat Penunjukkan Pembimbing Lampiran 34 Surat Izin Riset

Lampiran 35 Surat Bukti Riset Lampiran 36 Uji Lab

Lampiran 37 Profil Sekolah

(19)

1

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi menuntut adanya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Dengan begitu perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang ada dapat dikuasai, dimanfaatkan semaksimal mungkin dan dapat dikembangkan menjadi lebih baik. Untuk menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, pendidikan merupakan sarana dan wahana yang sangat strategis dalam pembinaan Sumber Daya Manusia (SDM).

Uhbiyati (2012:12) mengemukakan bahwa “manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk yang dapat dididik dan dapat mendidik. Mereka dikaruniai potensi dasar yang dapat dibina dan dikembangkan setinggi mungkin melalui pendidikan.” Hal ini tertera dalam Q.S. Al – ‘Alaq ayat 1 – 5 sebagai berikut:

                                  

Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal

(20)

darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Q.S. al – ‘Alaq/96: 1-5) (Departemen Agama Republik Indonesia, 2006).

Ash-Shiddiey (2003:4646) mengemukakan dalam tafsir Al-Qur’an majid an-nuur jilid 5 bahwa Allah SWT telah memerintahkan Nabi-Nya supaya membaca dan memberi kekuatan atau kemampuan untuk bisa membaca. Dialah, Allah yang telah mengajari manusia dengan segala macam ilmu, dan dengan ilmu-ilmu itulah manusia berbeda dari binatang, walaupun pada mulanya manusia tidak mengetahui dan mengerti apa-apa. Ayat ini menjadi dalil yang tegas yang menunjukkan tentang keutamaan belajar membaca, menulis, dan keutamaan ilmu pengetahuan.

Mengingat pentingnya peran pendidikan dalam menentukan nasib bangsa ke depan, pemerintah melakukan penataan yang didasarkan pada akselerasi IPTEK dan perkembangan zaman. Untuk kepentingan ini, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan diselaraskan untuk mengimbangi dinamika perkembangan masyarakat, baik lokal, nasional, maupun global, sehingga terwujudnya fungsi dan tujuan pendidikan nasional secara optimal. Mulyasa (2014 :21)

(21)

Di dalam dunia pendidikan matematika menjadi salah satu mata pelajaran yang sangat penting untuk dipelajari. Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang mempunyai peranan yang cukup besar baik dalam kehidupan sehari-hari ataupun dalam pengembangan ilmu dan teknologi. Karena begitu pentingnya matematika maka setiap orang, tak terkecuali seharusnya mempelajari matematika. Tujuan diajarkannya matematika di sekolah adalah untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari ilmu pengetahuan. Tujuan pendidikan matematika di sekolah ini lebih ditekankan pada penataan nalar, dasar pembentuk sikap, serta ketrampilan dalam penerapan matematika. Sriyanto (2007:15)

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Bab 2 Pasal 3 yang menyebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

(22)

demokratis serta bertanggung jawab. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran, guru harus mampu memberikan nilai-nilai karakter dalam setiap proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Pendidikan karakter diselenggarakan untuk mewujudkan manusia yang berakhlak mulia dan bermoral baik sehingga kelangsungan hidup dan perkembangan manusia dapat dijaga serta dipelihara. Untuk mewujudkan tujuan tersebut diperlukan upaya secara bersama-sama dari pihak keluarga, sekolah, pemerintah, masyarakat, media masa, dunia usaha dan sebagainya. Maksudin (2013:58) Maka dari itu penanaman karakter dalam proses pembelajaran matematika dirasa perlu untuk diterapkan.

Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual yaitu pendekatan pembelajaran yang saling mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari peserta didik, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat maupun warga negara, dengan tujuan untuk menemukan makna materi tersebut bagi kehidupannya. Komalasari (2011:7) Peserta didik akan belajar dengan baik jika apa yang dipelajarinya dikelas saling terkait dengan peristiwa atau kegiatan yang telah diketahui dan yang belum diketahui di sekelilingnya.

(23)

Menurut Komalasari (2011:1) Munculnya pembelajaran kontekstual ditandai dengan ketidakmampuan sebagian besar peserta didik menghubungkan apa yang telah mereka pelajari dengan cara pemanfaatan pengetahuan tersebut pada saat ini dan dikemudian hari dalam kehidupan peserta didik. Hal ini melatar belakangi rendahnya mutu keluaran atau hasil pembelajaran peserta didik. Oleh karena itu, perlu pembelajaran yang mampu mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan dunia nyata peserta didik, diantaranya melalui penerapan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual.

Pada lampiran Permendiknas nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru, juga diatur tentang berbagai kompetensi yang harus dimiliki oleh pendidik, baik yang bersifat kompetensi inti maupun kompetensi mata pelajaran. Bagi guru pada satuan pendidikan jenjang sekolah menengah dalam tuntutan kompetensi pedagogik maupun kompetensi professional berkaitan erat dengan kemampuan guru dalam mengembangkan sumber belajar dan bahan ajar. Seorang pendidik memiliki peran penting dalam proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Pendidik harus mampu meningkatkan kualitas pembelajaran di dalam

(24)

kelas. Sebelum melaksanakan pembelajaran pendidik harus menyiapkan perangkat pembelajaran. Salah satu perangkat tersebut adalah bahan ajar. Bahan ajar hendaknya didesain semenarik mungkin sehingga dapat menarik perhatian peserta didik.

Masalah penting yang sering dihadapi oleh pendidik dalam kegiatan pembelajaran adalah memilih atau menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar yang tepat sehingga membantu peserta didik mencapai kompetensi yang ingin dicapai. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa dalam kurikulum atau silabus, materi bahan ajar hanya dituliskan secara garis besar dalam bentuk materi pokok. Depdiknas (2006).

Berdasarkan observasi serta wawancara dengan guru matematika yang dilakukan di SMP N 9 Tegal (Selasa-rabu, 10-11 Mei 2016), kondisi di lapangan menggambarkan bahwa pembelajaran matematika yang dilakukan masih lebih pada penekanan materi. Bahan ajar yang adapun sekarang masih bersifat penekanan pada penyampaian materi dengan rumus-rumus dan soal evaluasi, kurang menekankan pada aspek kontekstual dari materi itu sendiri terutama pada materi SPLDV. Nilai rata-rata pada materi SPLDV pada tahun sebelumnya juga masih dibawah KKM sekolah yaitu 7,0. Penggunaan bahan ajar yang dipakai

(25)

masih kurang menarik minat siswa dan membosankan sehingga menyebabkan kurang aktifnya peserta didik.

Gambar 1.1

Bahan ajar matematika kelas VIII SMP yang digunakan. Cuplikan isi bahan ajar di atas diambil dari beberapa bahan ajar matematika kelas VIII yang digunakan. Dalam bahan ajar tersebut, materi disampaikan dengan sangat singkat. Kalimat yang digunakan untuk menjelaskan materi, dirasakan belum cukup untuk membantu siswa mengkonstruksi pemahamannya secara mandiri mengenai penyelesaian materi SPLDV. Untuk memahami materi dari bahan ajar, siswa membutuhkan penjelasan lebih banyak lagi dari guru.

(26)

Oleh karena itu, peneliti ingin mengembangkan bahan ajar berbentuk cerita bergambar dengan pendekatan kontekstual yang berisi nilai-nilai pendidikan karakter. Cerita bergambar bisa menjadi salah satu solusi yang dapat digunakan sebagai sumber belajar yang memfasilitasi guru dalam pembelajaran dikelas. Menurut Sudjana dan Rivai (2007:27) cerita bergambar adalah media grafis yang dipergunakan dalam proses pembelajaran, memiliki pengertian praktis, yaitu dapat mengkomunikasikan fakta-fakta dan gagasan-gagasan secara jelas dan kuat melalui perpaduan antara pengungkapan kata-kata dan gambar. Isi dan konsep bahan ajar yang disusun diharapkan mampu membantu siswa untuk memahami materi matematika secara mendalam dengan menyenangkan serta membantu siswa mengaitkan materi yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari siswa.

Berdasarkan uraian diatas, penulis bermaksud untuk mengadakan penelitian dengan judul “PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA BERBASIS CERGAM BERKARAKTER DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA MATERI SPLDV UNTUK SISWA KELAS VIII SMP/MTs TAHUN PELAJARAN 2016/2017”.

(27)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dikemukakan rumusan permasalahannya sebagai berikut:

1. Bagaimanakah mengembangkan bahan ajar matematika berbasis cergam berkarakter dengan pendekatan kontekstual pada materi SPLDV untuk siswa kelas VIII SMP/MTS tahun pelajaran 2016/2017?

2. Apakah bahan ajar matematika berbasis cergam berkarakter dengan pendekatan kontekstual pada materi SPLDV untuk siswa kelas VIII SMP SMP/MTs tahun pelajaran 2016/2017 layak digunakan dengan kriteria valid, praktis dan efektif?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Mengembangkan dan menghasilkan bahan ajar matematika berbasis cergam berkarakter dengan pendekatan kontekstual pada materi SPLDV untuk siswa kelas VIII SMP/MTs tahun pelajaran 2016/2017.

b. Untuk mengetahui kelayakan bahan ajar matematika berbasis cergam berkarakter dengan

(28)

pendekatan kontekstual pada materi SPLDV untuk siswa kelas VIII SMP/MTs tahun pelajaran 2016/2017.

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi siswa, sebagai pengalaman baru dalam pembelajaran matematika menggunakan bahan ajar yang menarik sehingga menumbuhkan minat dan motivasi dalam belajar.

b. Bagi guru, sebagai masukan untuk lebih inovatif dan kreatif dalam menggunakan dan mengembangkan bahan ajar, sehingga dapat membuat pembelajaran matematika menjadi pembelajaran yang menyenangkan.

c. Bagi peneliti, sebagai suatu pengalaman berharga sebagai calon guru profesional yang selanjutnya dapat dijadikan masukan untuk mengembangkan bahan ajar.

d. Bagi peneliti lain, sebagai motivasi untuk mengadakan penelitian yang lebih mendalam tentang pembuatan sumber belajar khususnya bahan ajar.

e. Bagi instrumen pendidikan, sebagai referensi bagi peningkatan dan perbaikan kualitas pendidikan yang dilaksanakan.

(29)

f. Bagi dunia pendidikan secara umum dapat dijadikan sebagai sumber belajar untuk pembelajaran matematika.

D. Spesifikasi Produk

Produk pengembangan ini memiliki Spesifikasi sebagai berikut :

1. Bahan ajar ini berbentuk media cetak yang berbasis cerita bergambar yang dimasukan nilai-nilai pendidikan karakter yaitu menghargai prestasi, rasa ingin tau, teliti , percaya diri dan peduli sosial.

2. Bahan ajar ini terdiri dari tiga bagian dan memuat beberapa komponen yaitu:

a. Pendahuluan : 1)Kata Pengantar 2)Daftar Isi

3)Petunjuk Belajar b. Materi inti

1)Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), Indikator, dan tujuan pembelajaran. 2)Komponen yang akan dicapai

3)Pembahasan materi 4)Informasi mendukung 5)Latihan-latihan

(30)

6)Petunjuk kerja c. Penutup / Evaluasi

1)Rangkuman 2)Uji kompetensi 3)Daftar pustaka

3. Bahan ajar yang akan dibuat berupa media cetak yang di dalamnya memuat:

a. Pengemasan materi yang dikaitkan dengan kehidupan siswa baik dari materi itu sendiri, contoh, maupun permasalahan yang disajikan sehingga siswa terasa akrab dengan bahan ajar tersebut.

b. Agar menarik perhatian siswa, bahan ajar didisain dengan menggunakan bahasa yang komunikatif sehingga bahan ajar ini dapat bermakna dihati siswa.

c. Bahan ajar ini dibuat dengan memasukan gambar dan cerita-cerita yang menarik dan unik sesuai konteks sehingga siswa lebih tertarik termotivasi untuk mempelajarinya.

d. Bahan ajar ini dibuat dengan memasukan nilai-nilai pendidikan karakter yaitu menghargai prestasi, rasa ingin tau, teliti, percaya diri dan peduli sosial.

(31)

4. Hasil akhir dari bahan ini diharapkan mempunyai kualitas:

a. Dinilai baik atau sangat baik oleh tim ahli. b. Efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa. c. Mendapat respon yang sangat baik oleh siswa dan

guru.

E. Asumsi dan Batasan Penelitian 1. Asumsi pengembangan

a. Bahan ajar matematika ini dapat digunakan sebagai alternatif dalam proses pembelajaran matematika pada materi SPLDV kelas VIII.

b. Bahan ajar matematika ini dapat memberikan kemudahan siswa dalam proses pembelajaran. c. Dengan menggunakan bahan ajar ini, siswa dapat

belajar secara aktif baik secara individu maupun kelompok.

2. Keterbatasan pengembangan

a. Bahan ajar yang dikembangkan dibatasi pada penerapan materi pokok SPLDV dalam kehidupan sehari-hari untuk siswa kelas VIII SMP/MTs. b. Jenis bahan ajar yang dikembangkan menggunakan

pendekatan pembelajaran kontekstual dalam bentuk cerita bergambar yang mempunyai

(32)

nilai-nilai karakter yaitu menghargai prestasi, rasa ingin tau, teliti, percaya diri dan peduli sosial.

c. Pengembangan bahan ajar ini masih mengacu pada kuriulum KTSP.

d. Penelitian hanya dilakukan di SMP N 9 Tegal tahun pelajaran 2016/2017.

F. Penegasan Istilah

Untuk menghindari terjadinya penafsiran istilah yang berbeda dalam penelitian ini, peneliti memberikan penegasan pengertian sebagai berikut:

1. Bahan ajar

Majid (2011:173) mengemukakan bahwa “bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.” Bahan ajar dalam penelitian ini berupa bahan tertulis dalam bentuk media cetak yang didalamnya memuat materi SPLDV untuk SMP/MTs kelas VIII.

2. Cergam

Cergam dalam penelitian ini adalah singkatan dari cerita bergambar. Menurut Kamus Besar Bahasa

(33)

Indonesia kata kunci cerita bergambar memang tidak ada. Karena kata itu berasal dari kata cerita dan kata gambar. Cerita sendiri berarti tuturan yang membentangkan bagaimana terjadinya suatu hal (peristiwa, kejadian): karangan yang menuturkan perbuatan. pengalaman, penderitaan orang: kejadian. Alya (2009:121) Sehingga penambahan kata bergambar pada fase itu hanya untuk menjelaskan bahwa buku cerita tersebut memiliki ilustrasi dalam penyampaiannya berupa gambar.

3. Karakter

Karakter yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendidikan karakter. Menurut Saptono (2011:23) “pendidikan karakter adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja untuk mengembangkan karakter yang baik (good character) berlandaskan kebijakan-kebijakan inti (core virtues) yang secara objektif baik bagi individu maupun masyarakat.” Di dalam bahan ajar berbasis cergam disini terdapat nilai-nilai pendidikan karakter seperti: menghargai prestasi, rasa ingin tau, teliti, percaya diri dan peduli sosial.

(34)

Pendekatan kontekstual merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Hadi (2004:4) Menampilkan situasi dunia nyata kedalam kelas ini disajikan dalam bentuk cerita bergambar yang sesuai dengan materi yang ada. 5. SPLDV

SPLDV adalah sistem persamaan linear dua variabel yang merupakan pokok bahasan dalam mata pelajaran matematika di SMP/MTs kelas VIII semester ganjil yang akan diteliti dengan memperhatikan kompetensi inti dan kompetensi dasar.

(35)

17

LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori

1. Bahan Ajar

a. Pengertian bahan ajar

Dalam sosialisasi KTSP oleh Depdiknas, dikemukakan bahwa bahan ajar merupakan seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar. (Depdiknas, 2009)

Majid (2011:173) mengemukakan bahwa “bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud biasa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.”

Bahan belajar dapat dijadikan sarana mempergiat peserta didik dengan memperindah bentuk buku, gambar sampul dan bentuk huruf yang dibuat semenarik mungkin dan enak dilihat, sehingga pembaca dapat tertarik. Isi buku yang terdiri dari informasi pengetahuan, bahasanya dibuat mudah untuk dibaca dan dipahami oleh

(36)

peserta didik. Gambar dan foto dapat dibuat berwarna seperti aslinya agar menarik perhatian peserta didik. Dimyati dan Mudjiono (2009:33) Menurut Majid (2011:33) di dalam sebuah bahan ajar paling tidak mencakup antara lain :

1)Petunjuk belajar (petunjuk siswa/guru) 2)Kompetensi yang akan dicapai

3)Informasi pendukung 4)Latihan-latihan

5)Petunjuk Kerja, dapat berupa lembar kerja (LK) 6)evaluasi

b. Jenis-jenis bahan ajar

Bahan ajar itu sendiri terdiri dari berbagai macam jenis. Jenis bahan ajar harus disesuaikan dulu dengan kurikulumnya dan kemudian dibuat rancangan pembelajaran, seperti dibawah ini: Amri dan Ahmad (2010:161)

1)Bahan ajar pandang (visual) terdiri atas bahan cetak (printed) seperti antara lain hand out, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, dan non cetak (non printed), seperti model/market.

2)Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio.

(37)

3)Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk, film.

4)Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CAI (Computer

Assisted Intruction), compact disk (CD),

multimedia pembelajaran interaktif, dan bahan ajar pendekatani web (web based learning materials).

c. Fungsi bahan ajar

Menurut Kurniawati fungsi bahan ajar, tidak terlepas dari peran bahan ajar itu sendiri yang meliputi peran bagi guru, peserta didik, dalam pembelajaran klasikal, individual, maupun kelompok. (Kemdikbud n.d, diakses 20 Mei 2017) Bagi seorang guru, bahan ajar memiliki peran antara lain:

1)Menghemat waktu guru dalam mengajar Adanya bahan ajar, peserta didik dapat ditugasi mempelajari terlebih dahulu materi atau topik dari bab yang akan dipelajarinya, sehingga guru tidak perlu menjelaskan secara rinci lagi.

2)Mengubah peran guru dari seorang pengajar menjadi seorang fasilitator. Adanya bahan ajar dalam kegiatan pembelajaran maka guru lebih

(38)

bersifat memfasilitasi peserta didik dari pada penyampai materi pelajaran.

3)Meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan interaktif. Adanya bahan ajar maka pembelajaran akan lebih efektif karena guru memiliki banyak waktu untuk membimbing peserta didiknya dalam memahami suatu topik pembelajaran, dan juga metode yang digunakannya lebih variatif dan interaktif karena guru tidak cenderung berceramah.

Bagi peserta didik, bahan ajar memiliki peran antara lain:

1)Peserta didik dapat belajar tanpa kehadiran atau harus ada guru

2) Peserta didik dapat belajar kapan saja dan dimana saja dikehendaki

3)Peserta didik dapat belajar sesuai dengan kecepatan sendiri

4)Peserta didik dapat belajar menurut urutan yang dipilihnya sendiri

5)Membantu potensi untuk menjadi pelajar mandiri

(39)

Dalam pembelajaran klasikal bahan ajar memiliki peran yakni:

1)Sebagai bahan yang tak terpisahkan dari buku utama

2)Dapat dijadikan pelengkap atau suplemen buku utama

3)Dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa

4)Dapat dijadikan sebagai bahan yang mengandung penjelasan tentang bagaimana mencari penerapan, hubungan, serta keterkaitan antara satu topik dengan topik lainnya.

Sementara itu, dalam pembelajaran individual bahan ajar memiliki peran sebagai:

1)Media utama dalam proses pembelajaran. 2)Alat yang digunakan untuk menyusun dan

mengawasi proses siswa memperoleh informasi.

3)Penunjang media pembelajaran individual lainnya.

Dalam pembelajaran kelompok bahan ajar memiliki peran yakni:

(40)

1)sebagai bahan terintegrasi dengan proses belajar kelompok.

2)sebagai bahan pendukung bahan belajar utama 2. Pengembangan Bahan Ajar

Menurut Borg & Gall penelitian pengembangan adalah suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan.penelitian ini mengikuti suatu langkah-langkah secara siklus. Langkah-langkah-langkah penelitian atau proses pengembangan ini terdiri atas kajian tentang temuan penelitian produk yang akan dikembangkan, mengembangkan produk berdasarkan temuan-temuan tersebut, melakukan uji coba lapangan sesuai dengan latar diamana produk tersebut akan dipakai, dan melakukan revisi terhadap hasil uji lapangan. Styosari (2012:215)

Di dalam mengembangkan bahan ajar ada prinsip pengembangan yang harus secara berurutan, yaitu: Amri dan Ahmad (2010:160)

a. Mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang konkret untuk memahami yang abstrak,

(41)

c. Umpan balik positif akan memberikan penguatan terhadap pemahaman peserta didik

d. Motivasi belajar yang tinggi merupakan salah satu faktor penetu keberhasilan belajar

e. Mencapai tujuan ibarat naik tangga, setahap demi setahap, akhirnya akan mencapai ketinggian tertentu

f. Mengetahui hasil yang telah dicapai akan mendorong peserta didik untuk terus mencapai tujuan.

3. Cergam (Cerita Bergambar)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata kunci cerita bergambar memang tidak ada. Karena kata itu berasal dari kata cerita dan kata gambar. Cerita sendiri berarti tuturan yang membentangkan bagaimana terjadinya suatu hal (peristiwa, kejadian): karangan yang menuturkan perbuatan. pengalaman, penderitaan orang: kejadian. (kbbi.web.id diakses 15 Juni 2016) Sehingga penambahan kata bergambar pada fase itu hanya untuk menjelaskan bahwa buku cerita tersebut memiliki ilustrasi dalam penyampaiannya berupa gambar.

Cerita bergambar sebagai media grafis yang dipergunakan dalam proses pembelajaran, memiliki

(42)

pengertian praktis, yaitu dapat mengkomunikasikan fakta-fakta dan gagasan-gagasan secara jelas dan kuat melalui perpaduan antara pengungkapan kata-kata dan gambar. Sudjana dan Rivai (2007:27)

Berdasarkan beberapa definisi di atas jelas bahwa cerita bergambar adalah sebuah cerita ditulis dengan gaya bahasa ringan, cenderung dengan gaya obrolan, dilengkapi dengan gambar yang merupakan kesatuan dari cerita untuk menyampaikan fakta atau gagasan tertentu. Cerita dalam cerita bergambar juga seringkali berkenaan dengan pribadi/pengalaman

pribadi sehingga pembaca mudah

mengidentifikasikan dirinya melalui perasaan serta tindakan dirinya melalui perwatakan tokoh-tokoh utamanya. Buku cerita bergambar memuat pesan melalui ilustrasi dan teks tertulis. Kedua elemen ini merupakan elemen penting pada cerita. Cerita ini memuat berbagai tema yang sering didasarkan pada pengalaman kehidupan peserta didik.

Cergam merupakan media komunikasi yang kuat. Fungsi-fungsi yang bisa dimanfaatkan oleh cergam antara lain adalah untuk pendidikan, untuk advertising, maupun sebagai sarana hiburan. Tiap jenis cergam memiliki kriteria-kriteria tertentu yang

(43)

harus dipenuhi agar pesan yang ingin disampaikan dapat dipahami dengan jelas. Elmaiya (2014:9-10) a. Cergam untuk informasi pendidikan, baik cerita

maupun desainnya dirancang khusus untuk menyampaikan pesan-pesan pendidikan. Inti pesan harus dapat diterima dengan jelas, misalnya ”hindari pemecahan masalah dengan kekerasan.” b. Cergam sebagai media advertising. Maskot suatu

produk dapat dijadikan tokoh utama dengan sifat-sifat sesuai dengan citra yang diinginkan produk atau brand tersebut. Sementara pembaca membaca cergam, pesan-pesan promosi produk atau brand dapat tersampaikan.

c. Cergam sebagai sarana hiburan merupakan jenis yang paling umum dibaca oleh anak-anak dan remaja. Bahkan sebagai hiburan sekalipun. Cergam dapat memiliki muatan yang baik. Nilai-nilai seperti kesetiakawanan, persahabatan, dan pantang menyerah dapat digambarkan secara dramatis dan menggugah hati pembaca.

4. Karakter

Menurut banyak pendapat, kata “karakter” berasal dari kata dalam bahasa latin, yaitu

(44)

bermakna “tools for marking,” “to engrave,” dan

“pointed stake”. Kata ini mulai digunakan dalam

bahasa perancis sebagai “caractere” pada abad ke-14. Ketika masuk ke dalam bahasa inggris, kata

“caractere” ini berubah menjadi “character”. Adapun

di dalam bahasa Indonesi kata “character” ini mengalami perubahan menjadi “karakter”. Wibowo (2013:11)

Sementara dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia kata “karakter” diartikan sebagai tabiat,

sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan lainnya. (kbbi.web.id diakses 15 Juni 2016) Karakter adalah nilai-nilai yang unik-baik yang terpateri dalam diri dan terwujudkan dalam perilaku. Karakter secara koheren memancar dari hasil pola pikir, olah hati, olah rasa dan krasa, serta olah raga seseorang atau sekelompok orang. Kurniawan (2014:28-29)

Menurut Zubaedi (2012:13) karakter tersusun dari tiga bagian yang saling berhubungan yakni :

moral knowing (pengetahuan moral), moral feeling

(perasaan moral), dan moral behavior (perilaku moral). Karakter yang baik terdiri dari pengetahuan tentang kebaikan (knowing the good), keinginan

(45)

terhadap kebaikan (desiring the good), dan berbuat kebaikan (doing the good). Dalam hal ini perlu pembiasaan dalam hal pemikiran (habits of the mind), pembiasaan dalam hati (habits of the heart), dan pembiasaan dalam tindakan (habits of the action). Karakter seseorang terbentuk karena kebiasaan yang dilakukan, sikap yang diambil dalam menanggapi keadaan, dan kata-kata yang diucapkan kepada orang lain. Karakter ini pada akhirnya menjadi sesuatu yang menempel pada seseorang dan sering orang yang bersangkutan tidak menyadari karakternya. Orang lain biasanya lebih mudah untuk menilai karakter seseorang. Kurniawan (2014:29)

Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan bernegara, hilangnya karakter akan menyebabkan hilangnya generasi penerus bangsa. Karakter berperan sebagai “kemudi” dan kekuatan sihingga bangsa tidak terombang-ambing. Karakter tidak datang dengan sendirinya, tetapi harus dibangun dan dibentuk untuk menjadi bangsa yang bermartabat. Dalam konteks kebangsaan, pembangunan karakter diorientasikan pada tiga tataran besar, yaitu (1) untuk menumbuhkan dan memperkuat jati diri bangsa, (2) untuk menjaga

(46)

keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan (3) untuk membentuk manusia dan masyarakat Indonesia yang berakhlak mulia dan bangsa yang bermartabat. Zubaedi (2012:13-14)

Pendidikan karakter adalah usaha yang disengaja untuk mengembangkan karakter yang baik berlandaskan nilai-nilai inti yang baik untuk individu dan baik untuk masyarakat. Secara akademis, pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, atau pendidikan akhlak yang tujuannya mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik itu, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Wibowo dan Purnama (2013:41)

Tujuan pendidikan karakter dapat diklarifikasikan atas dua hal berikut. Pertama, tujuan umum, yaitu untuk membantu peserta didik agar memahami, menyadari dan mengalami nilai-nilai karakter serta mampu menempatkannya secara integral dalam kehidupan. Untuk mencapai tujuan itu tindakan-tindakan pendidikan hendaknya mengarah pada perilaku yang baik dan benar. Kedua, tujuan

(47)

khusus, seperti yang dirumuskan Komite APEID (Asia and Pasific Programme of Educational Innovation for

Development), bahwa pendidikan karakter bertujuan

untuk (1) menerapkan pembentukan nilai karakter pada anak, (2) menghasilkan sikap yang mencerminkan nilai-nilai karakter yang diinginkan dan (3) membimbing perilaku yang konsisten dengan nilai-nilai karakter tersebut. Maksudin (2013:59-60) Dengan demikian tujuan pendidikan karakter meliputi tindakan mendidik yang berlangsung mulai dari usaha penyadaran karakter sampai pada perwujudan perilaku-perilaku yang berkarakter.

Menurut Zubaedi (2012:18-19) pendidikan karakter memiliki tiga fungsi utama. Pertama, fungsi pembentukan dan pengembangan potensi. Pendidikan karakter berfungsi membentuk dan mengembangkan potensi peserta didik agar berfikir baik, berhati baik dan berperilaku baik sesuai dengan falsafah hidup pancasila. Kedua, fungsi perbaikan dan penguatan. Pendidikan karakter berfungsi memperbaiki dan memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan, masyarakat dan pemerintah untuk ikut berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam pengembangan potensi warga negara dan

(48)

pembangunan bangsa menuju bangsa yang maju, mandiri dan sejahtera. Ketiga, fungsi penyaringan. Pendidikan karakter berfungsi untuk memilah budaya bangsa sendiri dan menyaring budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat. Ketiga fungsi ini dilakukan melalui: (1) pengukuhan Pancasila sebagai falsafah dan idiologi negara, (2) pengukuhan nilai dan norma konstitusional UUD 45, (3) penguatan komitmen kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), (4)penguatan nilai-nilai keberagaman sesuai dengan konsepsi Bhineka Tunggal Ika, dan (5) penguatan keunggulan dan daya saing bangsa untuk berkelanjuatan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Indonesia dalam konteks global.

Pendidkan karakter dilakukan melalui pendidikan nilai-nilai atau kebajikan yang menjadi nilai dasar karakter bangsa. Kebajikan yang menjadi atribut suatu karakter pada dasarnya adalah nilai. Ada empat sumber nilai dalam pendidikan karakter di Indonesia yaitu agama, Pancasila, budaya, dan tujuan Pendidikan Nasional. Berdasakan keempat sumber nilai tersebut, teridentifikasi sejumlah nilai untuk

(49)

pendidikan karakter sebagai berikut. Kurniawan (2014:41-42)

Tabel 2.1

Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Karakter .

No. Nilai Deskripsi

1. Religius

Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2. Jujur

Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

3. Toleransi

Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

5. Kerja keras Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

8. Demokratis Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

9. Rasa ingin tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

(50)

kebangsaan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

11. Cinta tanah air

Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

12. Menghargai prestasi

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

13. Bersahabat/komunikatif

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

14. Cinta damai

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

15. Gemar membaca Kebiasaan membaca berbagai bacaan yang memberikan menyediakan waktu untuk kebajikan bagi dirinya.

16. Peduli lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

17. Peduli sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

18. Tanggung Jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

(51)

5. Pendekatan Kontekstual

a. Pengertian Pendekatan Kontekstual

Pendekatan kontekstual merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Hadi (2014:4)

Seperti yang dikutip oleh Komalasari (2011:6) Pembelajaran kontekstual mempunyai banyak pengertian sebagaimana, yaitu diantaranya:

1)Blanchard (2001 : 1), Berns dan Erickson (2001 :2) mengemukakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar dan mengajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang

(52)

dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara dan pekerja.

2)Hull’s dan Sounders (1996:3) menjelaskan bahwa di dalam pembelajaran kontekstual, siswa menemukan hubungan penuh makna antara ide-ide abstrak dengan penerapan praktis di dalam konteks dunia nyata. Siswa menginternalisasi konsep melalui penemuan, pengetahuan dan keterhubungan. Pembelajaran kontekstual menghendaki kerja dalam sebuah tim, baik di kelas, laboratorium, tempat bekerja, maupun bank. Pembelajaran kontekstual menuntut guru mendesain lingkungan belajar yang merupakan gabungan beberapa bentuk pengalaman untuk mencapai hasil yang diinginkan.

3)Johnson (2002:24) mendefinisikan pembelajaran kontekstual memungkinkan siswa menghubungkan isi materi dengan konteks kehidupan sehari-hari untuk menemukan makna.

Dari beberapa pengertian diatas penulis menarik kesimpulan bahwa pembelajaran

(53)

kontekstual adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-harinya, sementara siswa memperoleh pengetahuan dan ketrampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dari proses pengkonstruksian sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

Jadi jelas bahwa pemanfaatan pembelajaran kontekstual akan menciptakan ruang kelas yang di dalamnya siswa akan menjadi peserta aktif bukan pengamat yang pasif yang bertanggung jawab terhadap belajarnya. Penerapan pembelajaran kontekstual ini akan sangat membantu guru untuk menghubungkan materi pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa untuk membentuk hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Hadi (2014:31)

(54)

b. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual

Menurut Komalasari (2011:8-10) pembelajaran Kontekstual memiliki beberapa karakteristik yang khas yang membedakannya dengan pendekatan pembelajaran lain. Sounders (1999:5-10) menjelaskan bahwa pembelajaran kontekstual difokuskan pada REACT (Relating: belajar dalam konteks pengalaman hidup; Experiencing: belajar dalam konteks pencarian dan penemuan; Applying: belajar ketika pengetahuan diperkenalkan dalam konteks penggunaannya; Cooperating: belajar melalui konteks komunikasi interpersonal dan saling berbagi; Transfering: belajar penggunaan pengetahuan dalam suatu konteks atau situasi baru. Penjelasan masing-masing prinsip pembelajaran kontekstual tersebut adalah sebagai berikut: Komalasari (2011:8-10)

1)Keterkaitan, relevansi (relating)

Proses pembelajaran hendaknya ada keterkaitan (relevansi) dengan bekal pengetahuan (prerequisite knowledge) yang telah ada pada diri siswa (relevansi antarfaktor internal seperti bekal pengetahuan, keterampilan, bakat, minat, dengan faktor

(55)

eksternal seperti ekspose media dan pembelajaran oleh guru dan lingkungan luar), dan dengan konteks pengalaman dunia nyata seperti manfaat untuk bekerja dikemudian hari. 2)Pengalaman langsung(experiencing).

Dalam proses pembelajaran, siswa perlu mendapatkan pengalaman langsung melalui kegiatan eksplorasi, penemuan (discovery), inventori, investigasi, penelitian dan sebagainya. Experiencing dipandang sebagai jantung pembelajaran kontekstual. Proses pembelajaran akan berlangsung cepat jika siswa diberi kesempatan untuk memanipulasi peralatan, memanfaatkan sumber belajar dan melakukan bentuk-bentuk kegiatan penelitian yang lain secara aktif. Untuk mendorong daya tarik dan motivasi, sangatlah bermanfaat penggunaan strategi pembelajaran dan media seperti audio, video, membaca, menelaah buku teks dan sebagainya.

3)Aplikasi(applying).

Menerapkan fakta, konsep, prinsip dan prosedur yang dipelajari dalam situasi dan konteks yang lain merupakan pembelajaran

(56)

tingkat tinggi, lebih dari sekedar hafal. Kemampuan siswa untuk menerapkan materi yang telah dipelajari untuk diterapkan atau digunakan pada situasi lain yang berbeda merupakan penggunaan (use) fakta konsep, prinsip dan prosedur.

4)Kerja sama(cooperating).

Kerja sama dalam konteks saling tukar pikiran, mengajukan dan menjawab pertanyaan, komunikasi interaktif antar sesama siswa, antar siswa dengan guru, memecahkan masalah dan mengerjakan tugas bersama merupakan strategi pembelajaran pokok dalam pembelajaran kontekstual.

5)Alih pengetahuan (transferring).

Pembelajaran kontekstual menekankan pada kemampuan siswa untuk mentransfer pengetahuan, keterampilan dan sikap yang telah dimiliki pada situasi lain. Dengan kata lain, pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki tidak sekedar untuk dihafal, tetapi dapat digunakan atau dialihkan pada situasi dan kondisi lain.

(57)

6. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

a. Pengertian Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Sebuah garis yang terletak pada bidang

dapat dinyatakan secara aljabar dalam bentuk seatu persamaan. Dimana

merupakan koefisien real dan tidak 0. persamaan semacam linier disebut persamaan linier dengang variabe (Rorres, 2004).

Sistem persamaan linier dua variabel bisa didefinisikan sebagai dua buah persamaan linier yang memiliki dua variabel dimana diantara keduanya ada keterkaitan dan memiliki konsep penyelesaian yang sama. Bentuk umum dari sistem ini adalah:

Dimana disebut sebagai variabel,

disebut sebagai koefisien. Sedangkan

disebut dengan konstanta.

Untuk itu, ada beberapa model yang dapat digunakan untuk menentukan penyelesaian SPLDV, model-model tersebut adalah:

(58)

Grafik untuk persamaan linier dua variabel berbentuk garis lurus. SPLDV terdiri atas dua buah persamaan dua variabel, berarti SPLDV digambarkan berupa dua buah garis lurus. Penyelesaian dapat ditentukan dengan menentukan titik potong kedua garis lurus tersebut.

2)Model Substitusi

Penyelesaian SPLDV menggunakan model substitusi dilakukan dengan cara menyatakan salah satu variabel dalam bentuk variabel yang lain kemudian nilai variabel tersebut menggantikan variabel yang sama dalam persamaan yang lain.

3) Model Eliminasi

Berbeda dengan model substitusi yang mengganti variabel, model eliminasi justru menghilangkan salah satu variabel untuk dapat menentukan nilai variabel yang lain. Dengan demikian, koefisien salah satu variabel yang akan dihilangkan haruslah sama atau dibuat sama.

b. Contoh Penyelesaian Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV) dengan Pemecahan Masalah.

(59)

Dalam kehidupan sehari-hari, banyak sekali permasalahan-permasalahan yang dapat dipecahkan menggunakan SPLDV. Pada umumnya, permasalahan tersebut berkaitan dengan masalah aritmetika sosial dan masalah yang berkaitan dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan SPLDV. misalnya untuk menentukan harga satuan barang, menentukan panjang atau lebar sebidang tanah, dan lain sebagainya.

Contoh: Harga enam pensil dan tujuh buku adalah . harga empat pensil dan tiga buku adalah . hitunglah harga sebuah buku dan sebuah pensil!

Jawab:

Diketahui : harga 6 pensil dan 7 buku

harga 4 pensil dan 3 buku

Ditanya : 1 pulpen dan 1 buku? Dimisalkan : Pensil = y

(60)

model matematikanya adalah: .

Akan diselesaikan dengan metode campuran yaitu gabungan eliminasi dan substitusi dapat diperoleh nilai x dan y.

Dengan substitusi ke persamaan kedua.

(61)

x = pensil dan y = buku

Jadi harga sebuah pensil adalah

dan harga sebuah buku adalah = .

B. Kajian Pustaka

Kajian pustaka merupakan deskripsi hubungan antara masalah yang diteliti dengan sumber-sumber kepustakaan yang relevan dan benar-benar terfokus pada tema yang dibahas sebagai dasar penelitian. Nasirudin, dkk (2014:12) Rumusan dan tinjauan pustaka sepenuhnya digali dari bahan yang tertulis oleh para ahli dibidangnya yang berhubungan dengan penelitian. Beberapa penelitian yang sudah teruji kesahihannya diantaranya meliputi :

1. Jurnal Matematika oleh Anif Ardhiansyah dan Prof. Dr. Rusgianto H.S.,M.Pd dari Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas MIPA Universitas Negri Yogyakarta, yang berjudul “PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBENTUK MODUL DENGAN PENDEKATAN

KONTEKSTUAL UNTUK PEMBELAJARAN

METEMATIKA PADA MATERI TRIGONOMETRI SMA KELAS X”. (1) Berdasarkan analisis pengembangan, penelitian ini dikatakaan valid dengan kualitas

(62)

kevalidan oleh dosen ahli materi adalah 3,93(valid) dan oleh dosen ahli media adalah 3,38(cukup valid) serta oleh guru matematika adalah 4,00 (sangat valid). (2) Dikatakan praktis melalui angket respon siswa adalah 3,07(praktis). (3) dikatakan efektif berdasarkan hasil penelaian belajar siswa adalah 83,33% (sangat efektif).

2. Penelitian Nur Hidayat mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga, yang berjudul “PENGEMBANGAN MODUL MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SMP KELAS VIII MATERI SPLDV”. Berdasarkan analisis pengembangan, bahan ajar matematika ini dinyatakan baik oleh tim ahli dengan skor 178 dari skor maksimal 235 dan persensate 82,88 %. Respon siswa sangat positif dengan skor 38,56 dari skor maksimal 45 dan persentase 85,69. Dengan demikian Bahan Ajar yang telah dikembangkan ini layak untuk digunakan sebagai bahan ajar dalam pembelajaran matematika untuk SMP kelas VIII.

3. Penelitian Iva Rahmawati mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

(63)

JAMBER, dengan judul “PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA BERBASIS KARAKTER DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK POKOK BAHASAN ARITMATIKA SOSIAL KELAS VII SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2011/2012”. Berdasarkan hasil penelitian pengembangan tersebut bahan ajar yang dikembangkan sudah bisa dikatakan valid dengan nilai validasi 0,87; 0,89; 0,91; 0,93 berturut-turut untuk RPP, LKS, buku siswa, dan alat evaluasi. Hasil pengamatan aktivitas siswa menunjukkan rata-rata persentase aktivitas siswa mencapai 89,12%. Hasilnya rata-rata nilai siswa mencapai 81,88 dengan 82% siswa mendapat nilai ujian ≥ 75. Hasil penyebaran angket, respon siswa terhadap proses pembelajaran cukup positif.

Berdasarkan dua kajian diatas peneliti bermaksud mengadakan penelitian pengembangan bahan ajar. Penelitian pengembangan bahan ajar yang akan diteliti berbasis cerita bergambar yang berkarakter dengan pendekatan kontekstual. Produk akhir yang dihasilkan dari penelitian yang akan dilakukan akan sangat berbeda dari ketiga penelitian diatas.

(64)

C. Kerangka Berfikir

Proses pembelajaran merupakan hal yang penting di dalam pendidikan yang perlu ditingkatkan. Untuk meningkatkan pembelajaran maka pembelajaran harus didukung dengan bahan ajar yang menarik sehingga dapat menambah motivasi siswa dalam belajar. Ketersediaan bahan ajar matematika yang ada masih belum mampu menjadikan siswa memahami materi yang ada, pembelajaran juga masih berpusat pada guru serta masih kurangnya perangkat pembelajaran yang mendukung proses belajar pembelajaran. Salah satu bahan ajar tersebut adalah bahan ajar berbasis cerita bergambar yang berkarakter dengan pendekatan kontekstual yang dirancang dengan memadukan materi dan situasi dunia nyata dengan didukung gambar-gambar dan cerita yang menarik dan unik sesuai konteks sehingga siswa lebih tertarik dan termotivasi untuk mempelajarinya, bahas yang digunakan juga komunikatif sehingga bahan ajar ini dapat bermakna dihati siswa. Berikut ini adalah skema kerangka bepikir dari penelitian yang akan dilakukan

(65)

Observasi

Guru Peserta Didik

Bahan ajar berbasis cerita bergambar dengan pendekatan kontekstual dan memuat nilai-nilai pendidikan karakter

Solusi

Perlu adanya bahan ajar yang menarik agar peserta didik aktif dalam pembelajaran

Masalah yang dihadapi

1. Bahan ajar yang ada kurang menarik sehingga peserta didik kurang aktif dalam pembelajaran

2. Peserta didik belum mampu mengkonstruksikan pemahamannya dalam kehidupan sehari-hari

3. Bahan ajar yang ada belum memuat pendidikan karakter

Uji Ahli Media Uji Ahli

Materi Produk berbentuk bahan ajar matematika berbasis cergam

berkarakter dengan pendekatan kontekstual pada materi SPLDV kelas VIII SMP/MTs

(66)

Gambar 2.1

Kerangka Berpikir Tahap Pertama yaitu Pengembangan Bahan Ajar Matematika Berbasis Cergam Berkarakter

dengan Pendekatan Kontekstual pada Materi SPLDV Kelas VIII SMP/MTs Tahun Ajaran 2016/2017.

Gambar 2.2

Kerangka Berpikir Tahap Kedua yaitu Uji Coba Luas Produk Bahan Ajar Matematika Berbasis Cergam Berkarakter dengan Pendekatan Kontekstual pada

Materi SPLDV Kelas VIII SMP/MTs Tahun Ajaran 2016/2017.

Pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar matematika berbasis cergam berkarakterdengan pendekatan kontekstual lebih efektif dibandingkan pembelajaran matematika konvensionalpada materi SPLDV

untuk siswa kelas VIII SMP/MTs tahun ajaran 2016/2017 Kelas Kontrol Pembelaran konvensional Proses Belajar Mengajar

Kelas Eksperimen Pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar

Hasil Belajar Kelas Kontrol Hasil Belajar

Gambar

Tabel 3.3  Daya Pembeda Soal.
Gambar 4.3.   Halaman Kata Pengantar
Gambar 4.5.   Halaman Daftar Isi
Gambar 4.8.   Halaman Isi
+6

Referensi

Dokumen terkait

Pada dasarnya, CSR dan ISR memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk mengungkapkan pertanggung jawaban sosial perusahaan terhadap makhluk hidup yang berasa di

Sebagai makhluk individual manusia mempunyai dorongan atau motif untuk mengadakan hubungan dengan dirinya sendiri, sedangkan sebagai makhluk sosial manusia mempunyai

Atas berlangsungnya aksi demo yang aman dan damai."Omzet penjualan selama sehari merugi tidak menyurutkan rasa pelaku usaha, bahagia, bangga, dan terharu, atas jalannya

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) terdapat pengaruh yang positif dan signifikan kompetensi guru dan lingkungan keluarga secara bersama- sama terhadap prestasi

Pada tahap penerimaan, terdapat perbedaan cara pengelolaan untuk pengaduan yang disampaikan secara langsung dan tidak langsung. Setelah pengaduan dinyatakan lengkap,

Bahan utama kajian yang digunakan untuk mendapatkan data kata adjektif BS berdasarkankarangan pelajar manakalabahan sekunder kajian diperoleh melalui senaskhah akhbar BS iaitu

Akan mengkaji perilaku pengguna sistem informasi di sebuah institusi pendidikan tinggi berdasarkan faktor- faktor yang mempengaruhinya dengan pendekatan Teknologi Acceptance

Sedangkan menurut Riyanto (2001) serta Husnan dan Pujiastuti (2002) mengemukakan bahwa rentabilitas ekonomi adalah kemampuan suatu bank dan seluruh modal yang bekerja didalamnya