• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 3 LANDASAN TEORI"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

LANDASAN TEORI

3.1.1. Pengertian Pengendalian Kualitas

Kualitas merupakan salah satu topik yang paling hangat dibicarakan dalam dunia bisnis dan industri. Faktor utama yang menentukan kinerja perusahaan adalah kualitas barang dan jasa yang dihasilkan. Suatu produk dikatakan berkualitas apabila produk tersebut sesuai dengan apa yang diinginkan konsumennya. Dari pernyataan-pernyataan yang menyangkut masalah kualitas diatas, sebenarnya ada banyak sekali definisi atau pengertian kualitas, yang sebenarnya definisi atau pengertian yang satu hamper sama dengan definisi atau pengertian yang lain. Pengertian Kualitas menurut beberapa pakar antara lain :

• Menurut Juran (1962) :

“kualitas adalah kesesuaian dengan tujuan atau manfaatnya.”

• Menurut Crosby (1979) :

“kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan yang meliputi availabity, delivery, reliability, maintainability, dan cost effectiveness.

• Menurut Deming (1982) :

“kualitas harus bertujuan memenuhi kebutuhan pelanggan sekarang dan di masa mendatang.”

(2)

• Menurut Feigenbaum (1991) :

“kualitas merupakan keseluruhan karakteristik produk dan jasa yang meliputi

marketing, engineering, manufacture, dan maintenance, dalam mana produk dan jasa tersebut dalam pemakaiannya akan sesuai dengan kebutuhan dan harapan pelanggan.”

• Menurut Scherkenbach (1991) :

“kualitas ditentukan oleh pelanggan; pelanggan menginginkan produk dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan dan harapannya pada suatu tingkat harga tertentu yang menunjukkan nilai produk tersebut.”

• Menurut Elliot (1993) :

“kualitas adalah sesuatu yang berbeda untuk orang yang berbeda dan tergantung pada waktu dan tempat, atau dikatakan sesuai dengan tujuan.”

• Menurut Goetch dan Davis (1995) :

“kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berkaitan dengan produk, pelayanan, orang, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi apa yang diharapkan.”

• Perbendaharaan istilah ISO 8402 dan dari Standar Nasional Indonesia (SNI 19-8402-1991)

“kualitas adalah keseluruhan ciri dan karakteristik produk atau jasa yang kemampuannya dapat memuaskan kebutuhan, baik yang dinyatakan secara tegas maupun tersamar. Istilah kebutuhan diartikan sebagai spesifikasi yang tercantum dalam kontrak maupun kriteria-kriteria yang harus didefinisikan terlebih dahulu.”

(3)

Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat ditarik satu kesimpulan bahwa secara umum pengertian kualitas adalah karakteristik ataupun ciri-ciri suatu produk yang mampu untuk memuaskan pelanggan. Sedangkan pengertian Pengendalian adalah pengawasan terhadap proses-proses dari suatu pembuatan produk berdasarkan standarisasi yang telah ditetapkan untuk meningkatkan kualitas suatu produk.

Pengendalian Kualitas adalah pengawasan dari proses-proses produksi yang sudah nyata kualitasnya untuk dipertahankan atau di tingkatkan supaya lebih baik lagi, sehingga barang atau produk tersebut memiliki nilai lebih di mata konsumen.

Wahyu Ariani, Dorothea (2004, p5) Istilah kualitas memang tidak terlepas dari manajemen kualitas yang mempelajari setiap area dari manajemen operasi dari perencanaan lini produk dan fasilitas, sampai penjadwalan dan memonitor hasil. Kualitas merupakan bagian dari semua fungsi usaha yang lain (pemasaran, sumber daya manusia, keuangan, dan lain-lain). Dalam kenyataannya, penyelidikan kualitas adalah suatu penyebab umum (common cause) yang alamiah untuk mempersatukan fungsi-fungsi usaha. Selain itu kualitas memerlukan suatu proses perbaikan yang terus menerus (continous improvement process) yang dapat diukur.

3.1.2. Konsep Kualitas Pada Industri Manufaktur

Selanjutnya, ada beberapa dimensi kualitas untuk industri manufaktur dan jasa. Dimensi ini untuk melihat dari sisi manakah kualitas dinilai. Wahyu Ariani, Dorothea (2004, p6) Yang dimaksud dimensi kualitas tersebut, telah diuraikan oleh

(4)

1. Performance, yaitu kesesuaian produk dengan fungsi utama produk itu sendiri atau karakteristik operasi dari suatu produk.

2. Feature, yaitu ciri khas produk yang membedakan dari produk lain yang merupakan karakteristik pelengkap dan mampu menimbulkan kesan yang baik bagi pelanggan.

3. Reliability, yaitu kepercayaan pelanggan terhadap produk karena kehandalannya atau karena kemungkinan kerusakan yang rendah.

4. Conformance, yaitu kesesuaian produk dengan syarat atau ukuran tertentu atau sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar yang telah ditetapkan.

5. Durability, yaitu tingkat ketahanan / awet produk atau lama umur produk.

6. Serviceability, yaitu kemudahan produk itu bila akan diperbaiki atau kemudahan memperoleh komponen produk tersebut.

7. Aesthetic, yaitu keindahan atau daya tarik produk tersebut.

8. Perception, yaitu fanatisme konsumen akan merek suatu produk tertentu karena citra atau reputasi produk itu sendiri.

3.2. Seven Quality Control Tools

Dalam menyelesaikan suatu permasalahan (problem solving), Manajemen Kualitas seringkali menggunakan metode-metode ataupun teknik-teknik pemecahan masalah yang dapat digunakan dalam manajemen organisasinya. Teknik-teknik tersebut dapat kita kenal sebagai Seven QC Tools atau 7 Alat Kendali Mutu.

(5)

Masing-masing teknik tersebut mempunyai kegunaan yang dapat berdiri sendiri maupun saling membantu antar satu teknik dengan teknik yang lain.

3.2.1. Diagram Pareto

Diagram Pareto diperkenalkan oleh seorang ahli yaitu Alfredo Pareto (1848–1923). Diagram Pareto ini merupakan suatu gambar yang mengurutkan klasifikasi data dari kiri ke kanan menurut urutan ranking tertinggi hingga terendah. Hal ini dapat membantu menemukan permasalahan yang paling penting untuk segera diselesaikan (ranking tertinggi) samapi pada masalah yang bersifat kurang penting atau tidak harus segera diselesaikan. Diagram Pareto juga dapat mengidentifikasi masalah yang paling penting yang mempengaruhi usaha perbaikan kualitas dan memberikan petunjuk dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk menyelesaikan masalah.

Diagram pareto merupakan alat interpretasi untuk :

• Menentukan frekuensi relatif dan urutan pentingnya (Vital) masalah.

• Memfokuskan perhatian pada isu penting dan kritis melalui perankingan masalah.

Penggunaan diagram pareto biasanya dikombinasikan dengan penggunaan Lembar Periksa (Check Sheet)

(6)

3.2.2. Check Sheet

Check sheet merupakan alat bantu untuk memudahkan pengumpulan data. Bentuk dan isi dari check sheet tergantung pada kebutuhan dan kondisi dari pekerjaan. Check sheet adalah suatu formulir, dimana item-item yang akan diperiksa telah dicetak dalam formulir tersebut, dengan maksud agar data dapat dengan mudah dan ringkas dikumpulkan.

Tujuan dari penggunaan check sheet adalah :

• Memudahkan pengumpulan data, dan proses identifikasi masalah yang sering terjadi.

• Membantu mentabulasikan banyaknya kejadian dari suatu masalah tertentu atau penyebab tertentu.

• Menyusun data secara otomatis, sehingga data dapat dipergunakan dengan mudah dan tepat.

• Membantu proses due diligent (memisahkan antara fakta dan opini).

3.2.3. Histogram

Histogram merupakan salah satu alat yang membantu kita untuk menidentifikasi variasi. Histogram merupakan suatu "potret" dari proses yang menunjukan :

• Distribusi dari data hasil pengukuran.

• Frekuensi dari setiap pengukuran itu.

(7)

• Kelas interval : banyaknya objek yang dikumpulkan dalam kelompok-kelompok berbentuk a-b.

• Frekuensi (f) : banyaknya data, yang termasuk dalam kelas interval.

• Ujung bawah : batas bawah kelas interval.

• Ujung atas : batas atas kelas interval.

• Panjang kelas interval (P) : selisih positif antara ujung bawah berurutan .

• Ujung kelas interval di sebut pula batas kelas interval.

• Tanda kelas interval : jika data di catat hingga satu desimal maka batas bawah sama dengan ujung bawah dikurangi 0.05, batas atas sama dengan ujung atas ditambahkan dengan 0.05.

3.2.4. Diagram Sebab Akibat (Cause and Effect Diagram)

Diagram sebab akibat dikembangkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa pada tahun 1943, sehingga sering disebut dengan diagram Ishikawa. Diagram sebab akibat ini sering juga disebut Diagram Tulang Ikan (fishbone diagram) karena bentuknya seperti kerangka ikan. Diagram sebab akibat menggambarkan garis dan simbol-simbol yang menunjukkan hubungan antara akibat dan penyebab suatu masalah. Diagram tersebut memang digunakan untuk mengetahui akibat dari suatu masalah untuk selanjutnya diambil tindakan perbaikan. Dari akibat tersebut kemudian dicari beberapa kemungkinan penyebabnya. Penyebab masalah pun dapat berasal dari berbagai macam sumber, misalnya metode kerja, bahan baku, pengukuran, karyawan, lingkungan dan seterusnya.

(8)

Selanjutnya dari sumber-sumber tersebut diturunkan menjadi beberapa sumber yang lebih kecil dan mendetail, misalnya dari permasalahan tentang metode kerja dapat kita tarik atau turunkan menjadi pelatihan, pengetahuan, kemampuan, karakteristik fisik dan lain sebagainya. Untuk mencari berbagai penyebab tersebut dapat digunakan teknik brainstorming dari seluruh personil yang terlibat dalam proses yang sedang dianalisis.

Primary Cause Akibat Sebab Sebab Sebab Sebab Primary Cause 2 Primary Cause Primary Cause 2

Primary Cause Primary Cause

Primary Cause 2 Primary Cause 2

Gambar 3.1. Struktur Diagram Sebab Akibat

3.2.5. Diagram Pencar (Scatter Diagram)

Diagram Pencar merupakan suatu diagram yang digunakan untuk menginterpretasikan data yang digunakan untuk :

1. Menguji bagaimana kuatnya suatu hubungan antara dua variabel.

2. Menentukan jenis hubungan dari dua variabel itu, apakah hubungannya positif atau negatif.

(9)

Dalam konteks ini dua variabel yang ditunjukan dalam diagram ini, dapat berupa karakteristik mutu dan faktor yang mempengaruhinya.

Tujuan dari mengetahui korelasi atau hubungan antara dua variabel tersebut adalah untuk meramalkan dan menyimpulakan (prediction and inference). Kalau ada suatu faktor ternyata jelas berkorelasi dengan faktor lainya, maka perubahan yang terjadi pada salah satu faktor pasti akan menyebabkan perubahan juga pada faktor yang berkorelasi dengannya.

3.2.6. Peta Kendali (Control Chart)

Peta kendali pertama kali diperkenalkan oleh DR. Walter Andrew Shewhart dari Bell Telephone Laboratories, USA, tahun 1924. Maksudnya adalah untuk menghilangkan variasi tidak normal melalui pemisahan variasi yang disebabkan oleh penyebab khusus (special causes variation) dari variasi yang disebabkan oleh penyebab umum (commom-couses variation).

Peta kendali digunakan untuk :

• Menentukan apakah suatu proses berada dalam pengendalian statistika. Artinya peta kontrol digunakan untuk mencapai kondisi proses terkendali secara statistika. Dimana semua proses berada dalam batas-batas kendali.

• Memantau proses terus-menerus agar proses tetap terkendali secara statistika sehingga variasi penyebab khusus tak bisa masuk.

• Menentukan kemampuan proses (process capability). Setelah proses berada dalam pengendalian statistika batas-batas dari variasi proses dapat ditentukan.

(10)

3.2.7. Run Chart

Run chart merupakan suatu bentuk grafik garis yang dipergunakan sebagai alat bantu untuk :

a. Mengumpulkan dan menginterpretasikan data. b. Menunjukan output dari suatu proses.

c. Menunjukan kecenderungan dari data.

d. Membandingkan data dari periode satu dengan periode yang lain, dan e. Menunjukan apa yang sedang terjadi.

Menurut Wahyu Ariani, Dorothea (2004, p29), Run Chart dapat didefinisikan pula sebagai penggambaran karakteristik kualitas sebagai fungsi dari waktu. Gambar tersebut tidak merangkum berbagai informasi, tetapi memberikan berbagai ide dari kecenderungan secara umum dan tingkat variabilitas proses.

3.3. Statistical Quality Control

Menurut Wahyu Ariani, Dorothea (2004, p54) Statistical Quality Control

(SQC) adalah salah satu teknik dalam TQM yang digunakan untuk mengendalikan dan mengelola proses baik manufaktur maupun jasa melalui penggunaan metode statistic (Besterfield, 1998).

Pengendalian kualitas statistik merupakan teknik penyelesaian masalah yang digunakan untuk memonitor, mengendalikan, menganalisis, mengelola, dan memperbaiki produk dan proses menggunakan metode-metode statistk. Pengendalian kualitas statistik sering disebut sebagai pengendalian proses statistik. Pengendalian

(11)

kualitas statistik dan pengendalian proses statistik memang merupakan dua istilah yang saling dipertukarkan, yang apabila dilakukan bersama-sama maka pemakai akan melihat gambaran kinerja proses masa kini dan masa mendatang. Hal ini disebabkan pengendalian proses statistik dikenal sebagai alat yang bersifat online

untuk menggambarkan apa yang sedang terjadi dalam proses saat ini. Pengendalian kualitas statistik menyediakan alat-alat offline untuk mendukung analisis dan pembuatan keputusan yang membantu menentukan apakah proses dalam keadaan stabil dan dapat diprediksi setiap tahapannya, hari demi hari, dan dari pemasok ke pemasok.

Sementara itu, menurut Maleyef (1994), pengendalian kualitas statistik mempunyai cakupan yang lebih luas karena di dalamnya terdapat pengendalian proses statistik, pengendalian produk (acceptance sampling) dan analisis kemampuan proses. Konsep terpenting dalam pengendalian kualitas statistic adalah variabilitas, dimana semua prosedur pengendalian kualitas statistic membuat keputusan berdasar sample yang diambil dari populasi yang lebih besar. Variabilitas yang dimaksud adalah variabilitas antar sample (misal rata-rata atau nilai tengah) dan variabilitas dalam sample (misal range atau standar deviasi). Apabila sample diambil dari populasi yang sama, variasi statistik akan terjadi dari sample ke sample dan variasi

range dapat dihitung. Bentuk ini merupakan dasar dari batas yang dihitung pada peta pengendali (control chart) dan banyaknya penerimaan yang digunakan pada

(12)

dilakukan pencarian dengan penyesuaian proses dan klasifikasi bahan baku yang datang.

3.3.1. Statistical Process Control

Gaspers, Vincent (1998, p1) Pengendalian Proses Statistikal (SPC) adalah metodologi pengumpulan dan analisis data kualitas serta penentuan dan interpretasi pengukuran – pengukuran yang menjelaskan tentang proses dalam suatu sistem industri untuk meningkatkan kualitas dari output guna memenuhi kebutuhan pelanggan. SPC adalah terminologi yang mulai digunakan sejak tahun 1970-an untuk menjabarkan penggunaan teknik–teknik statistikal dalam memantau dan meningkatkan performansi proses untuk menghasilkan produk berkualitas.. Filosofi pada konsep pengendalian kualitas proses statistik atau lebih dikenal dengan pengendalian proses statistik (statistical process control) adalah output pada proses atau pelayanan dapat dikemukakan dalam pengendalian statistik melalui alat-alat manajemen dan tindakan perancangan. Dengan menggunakan pengendalian proses statistik ini maka dapat dilakukan analisis dan minimasi penyimpangan atau kesalahan, mengkuantifikasikan kemampuan proses, menggunakan pendekatan statistik dengan dasar six – sigma, dan membuat hubungan antara konsep dan teknik yang ada untuk mengadakan perbaikan proses.

Wahyu Ariani, Dorothea (2004, p61) Sasaran pengendalian proses statistik terutama adalam mengadakan pengurangan terhadap variasi atau kesalahan-kesalahan proses. Selain itu, tujuan utama dalam pengendalian proses statistik adalah

(13)

mendeteksi adanya penyebab khusus (assignable cause atau special cause) dalam variasi atau kesalahan proses melalui analisis data dari masa lalu maupun masa mendatang. Variasi proses sendiri terdiri dari dua macam penyebab, yaitu penyebab umum (random cause atau chance cause atau common cause) yang sudah melekat pada proses, dan penyebab khusus (assignable cause atau special cause) yang merupakan kesalahan yang berlebihan. Idealnya hanya penyebab umum yang ditunjukkan atau yang tampak dalam proses, karena hal tersebut menunjukkan bahwa proses berada dalam kondisi stabil dan dapat diprediksi.

Wahyu Ariani, Dorothea (2004, p65) Menurut Grig (1998), Cartwright dan Hogg (1996), Roes dan Dorr (1997) ada beberapa manfaat pengendalian proses statistik, yaitu :

1. Pengurangan pemborosan & Peningkatan efisiensi 2. Perbaikan pengendalian proses

3. Peningkatan kesadaran karyawan 4. Peningkatan jumlah kualitas pelanggan 5. Perbaikan analisis dan monitoring proses 6. Meningkatkan pemahaman terhadap proses 7. Meningkatkan keterlibatan karyawan 8. Pengurangan keluhan pelanggan

9. Peningkatan pemberdayaan personil lini 10.Perbaikan komunikasi

(14)

Walaupun demikian, ada pula beberapa kesulitan yang dihadapi dalam pengenalan dan penerapan pengendalian proses statistik. Menurut Anthony et al.(2000), kesulitan tersebut antara lain disebabkan :

1. Tidak adanya dukungan dan komitmen manajemen yang membantu pengenalan program pengendalian proses statistik.

2. Tidak adanya pendidikan dan pelatihan yang dimaksudkan untuk memberikan pengertian secara jelas mengenai alat dan teknik pengendalian proses statistik yang dapat memberikan kompetensi bagi organisasi seperti histogram, Pareto chart, diagram sebab-akibat, dan sebagainya.

3. Ketidakcukupan sistem pengukuran. Hal ini disebabkan sektor industri seringkali mengabaikan sistem pengukuran selama pengenalan program pengendalian proses statistik. Pengendalian proses statistik tergantung pada sistem pengukuran efektif. Apabila sistem pengukuran tidak memenuhi, maka pengendalian proses statistik harus ditangguhkan penggunaannya.

4. Kurangnya pengetahuan mengenai apa yang dimonitor dan diukur. Pengukuran adalah elemen kunci dalam continous improvement. Pengertian yang baik terhadap proses sangat penting untuk mengidentifikasi karakteristik yang sesuai yang penting bagi pelanggan.

5. Kurangnya komunikasi antara para perencana, manajer, dan operator yang sangat penting bagi keberhasilan dalam penerapan pengendalian proses statistik.

(15)

3.3.2. Peta – Peta Kontrol Untuk Data Atribut

Pada umumnya data atribut hanya memiliki dua nilai yang berkaitan dengan YA atau TIDAK, seperti: sesuai atau tidak sesuai, berhasil atau gagal, lulus atau tidak lulus, hadir atau tidak hadir (absen), bagus atau jelek, terlambat atau tidak terlambat (tepat waktu), dan lain-lain. Data ini dapat dihitung untuk keperluan pencatatan dan analisis. Gaspersz, Vincent (1998, p147) Peta-peta kontrol untuk data atribut adalah penting untuk beberapa alasan berikut :

1. Situasi yang berkaitan dengan data atribut ada dalam proses teknikal atau administratif, sehingga teknik-teknik analisis atribut menjadi berguna dalam banyak penerapan. Kesulitan paling nyata dalam pengendalian kualitas adalah mengembangkan definisi operasional secara tepat tentang apa itu ketidaksesuaian, sehingga suatu produk yang merupakan output dari proses perlu diperhatikan.

2. Data atribut telah tersedia dalam banyak situasi termasuk dalam aktifitas inspeksi material, proses perbaikan, atau inspeksi akhir. Dalam kaitan ini, data yang telah tersedia itu hanya membutuhkan sedikit usaha untuk mengkonversinya kedalam bentuk peta kontrol untuk data atribut itu.

3. Apabila data baru harus dikumpulkan, informasi atribut pada umumnya mudah diperoleh dan tidak mahal, serta tidak membutuhkan keterampilan khusus untuk mengumpulkan data atribut itu.

(16)

4. Kebanyakan data yang dikumpulkan untuk pelaporan manjemen adalah dalam bentuk atribut dan akan menjadi lebih bermanfaat apabila dilakukan analisis peta kontrol untuk data atribut.

5. Ketika memperkenalkan peta-peta kontrol dalam suatu organisasi, adalah penting untuk memprioritaskan area masalah dan menggunakan peta kontrol itu ditempat yang paling membutuhkannya. Signal masalah dapat datang dari sistem pengendalian biaya, keluhan-keluhan pengguna, hambatan-hambatan internal, dan lain-lain. Penggunaan peta-peta kontrol untuk data atribut yang berkaitan dengan ukuran-ukuran kunci kualitas secara keseluruhan seringkali mampu memberikan petunjuk tentang area proses spesifik yang membutuhkan pengujian-pengujian lanjutan, termasuk kemungkinan menggunakan peta-peta kontrol untuk data variabel.

3.3.2.1. Peta Kontrol p (p – chart)

Gaspersz, Vincent (1998, p151) Peta kontrol p digunakan untuk mengukur proporsi ketidaksesuaian (penyimpangan atau sering disebut cacat) dari item-item dalam kelompok yang sedang diinspeksi. Dengan demikian peta kontrol p digunakan untuk mengendalikan proporsi dari item-item yang tidak memenuhi syarat spesifikasi kualitas atau proporsi dari produk yang cacat yang dihasilkan dalam suatu proses. Proporsi yang tidak memenuhi syarat didefinisikan sebagai rasio banyaknya item yang tidak memenuhi syarat dalam suatu kelompok terhadap total banyaknya item dalam kelompok itu. Item-item itu dapat mempunyai beberapa karakteristik kualitas

(17)

yang diperiksa atau diuji secara simultan oleh pemeriksa. Jika item-item itu tidak memenuhi standar pada satu atau lebih karakteristik yang diperiksa, item-item itu digolongkan sebagai tidak memenuhi syarat spesifikasi atau cacat. Proporsi sering diungkapkan dalam bentuk desimal, misalnya : jika ada 30 unit produk yang cacat dari 100 unit yang diperiksa, dikatakan bahwa proporsi dari produk cacat adalah sebesar 30 / 100 = 0,30. Apabila nilai proporsi ini dikalikan dengan 100% dapat dinyatakan dalam persen, sehingga dikatakan bahwa persentase dari produk cacat adalah sebesar (0,30) x (100%) = 30%.

3.3.2.2. Peta Kontrol np (np – chart)

Pada dasarnya peta kontrol np serupa dengan peta kontrol p, kecuali bahwa dalam peta kontrol np terjadi perubahan skala pengukuran. Peta kontrol np menggunakan ukuran banyaknya item yang tidak memenuhi spesifikasi atau banyaknya item yang tidak sesuai (cacat) dalam suatu pemeriksaan. Peta kontrol np dan p cocok untuk situasi dasar yang sama, sehingga pilihan penggunaan peta kontrol np apabila hal-hal berikut berlaku: (1) data banyaknya item yang tidak sesuai adalah lebih bermanfaat dan mudah untuk diinterpretasikan dalam pembuatan laporan dibandingkan data proporsi, dan (2) ukuran contoh bersifat konstan dari waktu ke waktu.

(18)

3.3.2.3. Peta Kontrol c (c – chart)

Gaspersz, Vincent (1998, p165) Suatu item yang tidak memenuhi cacat dalam proses pengendalian kualitas didefinisikan sebagai tidak memenuhi satu atau lebih spesifikasi untuk item itu. Bila ada “titik spesifik” (specific point) yang tidak memenuhi spesifikasi yang ditentukan untuk item itu, maka item itu digolongkan sebagai cacat atau tidak memenuhi syarat. Konsekuensinya setiap item yang tidak memenuhi syarat akan mengandung paling sedikit satu titik spesifik yang tidak memenuhi syarat.

Penggolongan produk yang cacat berdasarkan kriteria diatas kadang-kadang untuk jenis produk tertentu dianggap kurang representatif, karena bisa saja suatu produk masih dapat berfungsi dengan baik meskipun mengandung satu atau lebih titik spesifik yang tidak memenuhi spesifikasi. Sebagai contoh, dalam proses perakitan komputer, setiap unit komputer dapat saja mengandung satu atau lebih titik lemah, namun kelemahan itu tidak mempengaruhi operasional komputer, dan oleh karena itu dapat digolongkan sebagai tidak cacat atau masih dapat diterima.

3.3.2.4. Peta Kontrol u (u – chart)

Peta kontrol u mengukur banyaknya ketidaksesuaian (titik spesifik) per unit laporan inspeksi dalam kelompok (periode) pengamatan, yang mungkin memiliki ukuran contoh (banyaknya item yang diperiksa). Peta kontrol u serupa dengan peta kontrol c, kecuali bahwa banyaknya ketidaksesuaian dinyatakan dalam dasar per unit item. Peta kontrol u dan c sesuai untuk beberapa kondisi. Peta kontrol u dapat

(19)

dipergunakan apabila ukuran contoh lebih dari satu unit dan mungkin bervariasi dari waktu ke waktu.

3.4. Sistem Informasi 3.4.1. Pengertian Sistem

(McLeod, Raymond) A system is a group of elements that are integrated with the common purpose of achieving an objective. Dengan kata lain, sistem adalah suatu integrasi dari unsur - unsur yang bekerja untuk mencapai suatu tujuan.

Model dasar dari sistem adalah sebagai berikut :

a. Input

Merupakan kumpulan dari data baik dari luar organisasi maupun dari dalam organisasi yang akan digunakan dalam proses sistem informasi.

b. Process

Merupakan kegiatan konversi, manipulasi, dan analisis dari yang tadinya hanya berupa data input menjadi lebih berarti bagi penggunanya.

c. Output

Merupakan proses untuk melakukan penyebaran informasi kepada orang atau kegiatan yang memerlukannya.

d. Feedback

Merupakan output yang dikembalikan lagi kepada orang-orang dalam organisasi untuk membantu dalam melakukan evaluasi input.

(20)

e. Subsistem

Merupakan sebagian dari system yang mempunyai fungsi khusus. Masing-masing subsistem itu sendiri memiliki komponen input, proses, output dan

feedback.

3.4.2. Pengertian Informasi

Informasi merupakan data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya. Informasi sangat dibutuhkan karena informasi merupakan suatu dasar dalam mengambil keputusan dalam perusahaan. Sedangkan definisi informasi menurut Steven Alter adalah “Information is useful data whose form and content are relevant and appropriate for a particular use”.

Terdapat empat dimensi informasi menurut Raymond McLeod, Jr (2001, p145), yaitu:

- Relevansi

Informasi disebut relevan jika informasi tersebut berkaitan langsung dengan masalah yang sedang dihadapi. Manajer harus mampu memilih informasi yang diperlukan.

- Akurasi

Secara ideal, semua informasi harus akurat untuk menunjang terbentuknya sistem yang akurat pula. Akurasi ini terutama diperlukan dalam aplikasi-aplikasi tertentu seperti aplikasi yang melibatkan keuangan, semakin teliti informasi yang diinginkan maka biaya pun semakin bertambah.

(21)

- Ketepatan Waktu

Informasi harus dapat tersedia untuk memecahkan masalah pada waktu yang tepat sebelum situasi menjadi tidak terkendali atau kesempatan yang ada menghilang. Manager juga harus mampu memperoleh informasi yang menggambarkan keadaan yang sedang terjadi sekarang, selain apa yang telah terjadi pada masa lalu.

- Kelengkapan

Perusahaan khususnya manajer harus dapat memperoleh informasi yang memberi gambaran lengkap dari suatu permasalahan atau penyelesaian. Namun pemberian informasi yang tidak berguna secara berlebihan harus dihindari.

3.4.3. Sistem Informasi

Sistem informasi adalah suatu alat bantu yang dirancang untuk membantu tingkat manajemen organisasi dengan menyediakan informasi yang berguna di dalam pengambilan keputusan organisasi baik pada tingkat perencanaan strategis, perencanaan manajemen maupun perencanaan operasi untuk mencapai tujuan organisasi. Adapun komponen-komponen dari sistem informasi adalah metode kerja (work practices), informasi (information), manusia (people), teknologi informasi (information technologies).

Sistem informasi sangat diperlukan dalam suatu organisasi perusahaan karena :

(22)

1. Sebagai sinkronisasi aktivitas-aktivitas dalam organisasi sehingga semua sumber daya dapat dimanfaatkan seefektif mungkin.

2. Perkembangan teknologi yang semakin kompleks.

3. Semakin pendeknya waktu untuk pengambilan keputusan. 4. Lingkungan bisnis yang semakin kompetitif.

5. Pengaruh kondisi ekonomi internasional.

6. Meningkatnya kompleksitas dari aktivitas bisnis / organisasi.

Dalam suatu organisasi, sistem informasi memiliki beberapa peranan dasar yaitu sistem informasi berusaha memberikan informasi aktual tentang lingkungan dari organisasi tersebut sehingga organisasi mendapat gambaran yang akurat tentang lingkungannya. Selain itu dengan aliran informasinya, sistem informasi berusaha agar elemen-elemen di dalam organisasi selalu kompak dan harmonis dimana tidak terjadi duplikasi kerja dan lepas satu sama lain. Dengan demikian dapat dilihat bahwa manfaat dari sistem informasi adalah menjadikan organisasi lebih efisien dan lebih efektif, lebih cepat tanggap dalam merespon perubahan, mengelola kualitas

output, memudahkan melakukan fungsi kontrol, memprediksi masa depan, melancarkan operasi organisasi, menstabilkan beroperasinya organisasi, membantu pengambilan keputusan.

3.4.4. Decision Support System (DSS)

Konsep DSS (Decision Support System) dimulai oleh para ahli dari Massachussetts Institute of Technology (MIT) yaitu : Michael S. Scott, G. Anthony

(23)

Gorry, dan Peter G. W. Keen pada tahun 1971. Menurut mereka DSS adalah “Information system aimed at a particular problem a manager must solve, and decisions that must be made”.

Definisi lain DSS yang dijelaskan oleh Raymond McLeod, Jr yaitu “Decision support system is a system that supports a single manager, or a relatively small group of managers working as a problem solving team, in the solution of a semistructured problem by providing information or suggestions concerning specific decision”.

DSS memberikan dukungan dalam pengambilan keputusan dengan lebih aktif melibatkan para manajer. Lain halnya dengan sistem informasi manajemen yang lebih bersifat pasif dengan hanya menyediakan informasi yang masih harus diinterpretasikan dan dianalisis oleh manajer. Sistem ini mendukung keputusan dalam situsai yang semi terstruktur atau tidak terstruktur dengan menyediakan metode yang fleksibel dalam menampilkan dan menganalisa data serta memformulasikan dan mengevaluasi alternatif keputusan.

Ada beberapa tipe dari DSS diantaranya yaitu DSS yang membantu dalam menampilkan kembali elemen-elemen informasi, dan DSS yang membantu dalam menyiapkan laporan-laporan standard. Selain kedua tipe DSS tersebut diatas juga terdapat DSS yang melibatkan penggunaan model matematis, yaitu DSS yang dapat membantu dalam mengestimasi konsekuensi dari keputusan yang diambil (model

What-If), DSS yang dapat memberikan usulan solusi, dan DSS yang dapat membuat keputusan. Tipe DSS yang terakhir ini merupakan DSS yang tertinggi tingkatannya.

(24)

Tujuan dari DSS adalah :

1. Membantu para manajer dalam membuat keputusan untuk menyelesaikan masalah – masalah semistructured.

2. Dapat mendukung penilaian para manajer terhadap permasalahan yang dihadapi dan keputusan yang akan diambil

3. Dapat meningkatkan efektifitas pengambilan keputusan oleh para manajer.

3.4.5. Sistem Informasi Manajemen

Sistem informasi manajemen bertujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi umum untuk manajer dalam perusahaan atau dalam subunit fungsional perusahaan. Sub unit dapat didasarkan pada area fungsional atau tingkatan manajemen. Sistem informasi manajemen menyediakan informasi bagi pemakai dalam bentuk laporan dan keluaran dari berbagai simulasi model matematika, dimana model laporan ataupun keluaran dapat disajikan dalam bentuk tabel atau grafik

(McLeod, 2001, p326).

Raymond McLeod, Jr (2001, p327) sistem informasi manajemen dapat didefinisikan sebagai suatu sistem berbasis komputer yang menyediakan informasi bagi beberapa pemakai dengan kebutuhan yang serupa. Para pemakai biasanya membentuk suatu entitas organisasi formal (perusahaan atau sub unit dibawahnya). Informasi yang dihasilkan akan menjelaskan tentang apa yang telah terjadi di masa lalu, apa yang akan terjadi sekarang dan apa yang akan mungkin terjadi di masa depan. Informasi tersebut tersedia dalam bentuk laporan periodik, laporan khusus,

(25)

dan keluaran dari simulasi matematika. Keluaran informasi tersebutlah yang akan digunakan oleh manajer maupun non-manajer dalam perusahaan saat mereka membuat keputusan untuk memecahkan masalah.

3.5. Analisis dan Desain Sistem Berorientasi Objek 3.5.1. Analisis Sistem

Raymond McLeod (2001, p234), analisis sistem adalah penelitian atas sistem yang telah ada dengan tujuan merancang sistem baru atau untuk memperbaiki sistem yang sudah ada. Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa analisis sistem adalah penelitian sistem yang bertujuan untuk menyempurnakan sistem untuk dipergunakan oleh user (pengguna sistem).

Cushing (1991, p327), analisis sistem dapat didefinisikan sebagai proses penyelidikan kebutuhan informasi pemakai dalam suatu organisasi agar dapat menetapkan tujuan dan spesifikasi untuk desain suatu sistem informasi.

3.5.2. Desain Sistem

Mulyadi (1993, p51) Perancangan sistem adalah proses penterjemahan kebutuhan pemakai ke dalam alternatif rancangan sistem informasi yang diajukan kepada pemakai informasi untuk dipertimbangkan. Sedangkan menurut Cushing (1991, p348) perancangan sistem adalah proses penyiapan spesifikasi yang terperinci untuk pengembangan suatu sistem baru. Dari definisi diatas, perancangan sistem

(26)

dapat disimpulkan suatu proses penyiapan spesifikasi dalam menterjemahkan kebutuhan pemakai dalam pengembangan sistem baru.

3.5.3. Object Orientation

C. Pronk (1994, p5) Proses untuk mengembangkan sistem software dimulai dari sebuah tahap dimana kebutuhan dari produk software yang akan dikembangkan dikumpulkan dan dianalisa. Tahap yang berikutnya adalah spesifikasi atau model dari program yang akan dikembangkan dikonstruksi, spesifikkasi ini harus lengkap, benar dan ekonomis. Pada tahap akhir dari spesifikasi ini diubah menjadi program yang dapat dieksekusi.

Konsep berorientasi objek merupakan strategi pengembangan yang berdasarkan pada konsep bahwa sistem seharusnya dibangun dari kumpulan komponen yang reusable (dapat digunakan kembali) yang dinamakan objek. Objek meliputi pemisahan data dan fungsi yang sama dengan yang dilakukan dalam konsep terstruktur. Walaupun konsep berorientasi objek mirip dengan konsep terstruktur, tetapi sebenarnya berbeda.

Selama analisis, kebutuhan fungsional dan non – fungsional dari sistem yang akan dikembangkan dikumpulkan. Berikut ini merupakan kategori dari kebutuhan – kebutuhan yang diperlukan :

• Kebutuhan level manajemen, seperti : ketepatan waktu sebuah produk dan mempunyai harga yang tetap.

(27)

• Kebutuhan level programming, seperti : program harus benar dan sesuai dengan spesifikasi. Data harus dapat diproses dengan benar, dan hasil perhitungan harus tersedia pada waktunya.

• Kebutuhan non – fungsional, seperti : program harus disiapkan dimana nantinya dapat dimaintain, ditest, dimodifikasi, diperluas, dan portable.

Nugroho (2002, p11) Faktor utama ditemukannya pendekatan berorientasi objek adalah karena ditemukannya kekurangan-kekurangan pada pendekatan terstruktur yaitu :

1. Biaya pengembangan perangkat lunak berkembang sesuai dengan berkembangnya keinginan atau kebutuhan pengguna.

2. Pemeliharaan yang sukar.

3. Lamanya penyelesaian suatu proyek.

4. Jangka waktu penyelesaian proyek selalu terlambat.

5. Biaya pengembangan perangkat lunak yang sangat tinggi, dan sebagainya.

Pendekatan berorientasi objek membuat data terbungkus pada setiap fungsi atau prosedur dan melindunginya terhadap perubahan tidak dikehendaki dari fungsi yang berada di luar.

Nugroho (2002, pp11-12) Beberapa karakteristik yang menjadi ciri-ciri dari pendekatan berorientasi objek adalah:

1. Pendekatan lebih pada data dan bukannya pada prosedur atau fungsi. 2. Program besar dibagi pada apa yang dinamakan objek-objek.

(28)

4. Fungsi-fungsi yang mengoperasikan data tergabung dalam satu objek yang sama. 5. Data tersembunyi dan terlindung dari fungsi atau prosedur yang ada di luar. 6. Objek-objek dapat saling berkomunikasi dengan saling mengirim pesan satu

sama lain.

3.5.4. Karakteristik Object Orientaed Analysis and Design

Sutisna (2001, online) Terdapat tiga buah konsep atau teknik dasar dalam analisis dan desain berorientasi objek.

3.5.4.1. Encapsulation

Menurut Ronald J. Norman, Ph.D., encapsulation is a technique in which data are packaged together with their corresponding procedures. Dengan kata lain,

encapsulation adalah suatu teknik dimana data disatukan kedalam paket dengan prosedur yang berkaitan dengannya, pada object oriented paket itu disebut dengan

object dimana interface yang terlibat pada setiap object dibuat dengan cara sesedikit mungkin dapat diketahui tentang cara kerja didalamnya. Encapsulation adalah suatu cara menyembunyikan pengimplementasian suatu benda dari pengguna, sehingga pengguna hanya tergantung dan berhubungan dengan interface luarnya saja. Ini akan memungkinkan pengguna untuk mengoperasikan suatu sistem tanpa harus mengetahui cara atau mekanisme dari antar mukanya.

(29)

3.5.4.2. Inheritance

Menurut Ronald J. Norman, Ph.D., CCP, inheritance is a mechanism for expressing similarity between things thus simplifying their definition. Dengan kata lain, inheritance adalah sebuah mekanisme untuk mengekspresikan kesamaan diantara object dan menyederhanakan definisinya.

Inheritance dalam bahasa pemrograman berorientasi objek secara sederhana berarti menciptakan sebuah class baru yang memiliki sifat-sifat induknya, ditambah karakteristik khas individualnya. Jika kelas A menurunkan kelas B, maka operasi dan struktur informasi yang terdapat pada kelas A akan menjadi bagian dari kelas B.

Object memiliki banyak persamaan, namun ada sedikit perbedaan. Contohnya dengan beberapa buah mobil yang mempunyai kegunaan yang berbeda – beda. Ada mobil bak terbuka seperti truk, bak tertutup seperti sedan dan minibus. Walaupun demikian object-object ini memiliki kesamaan yaitu teridentifikasi sebagai object mobil, object ini dapat dikatakan sebagai object induk (parent). Sedangkan minibus dikatakan sebagai object anak (child), hal ini juga berarti semua operasi yang berlaku pada mobil berlaku juga pada minibus.

3.5.4.3. Polymorphism

Menurut Ronald J. Norman, Ph.D., CCP, polymorphism is the ability to hide different implementations behind a common interface, the ability for two or more objects to respond to the same request, each in its own way. Dengan kata lain

(30)

polymorphism adalah kemampuan dari tipe object yang berbeda untuk menyadari

property dan operasi yang sama dalam hal yang berbeda.

Secara umum dapat dikatakan bahwa pengirim stimulus atau bagian yang memicu tidak perlu mengetahui bagaimana suatu metoda diimplementasikan. Sebagai contoh, object dari tipe kendaraan semuanya mempunyai operasi akselerasi walaupun mungkin saja terdapat perbedaan dalam melakukan akselerasi dalam tipe kendaraan yang berbeda. Kendaraan darat biasanya berakselerasi menggunakan tenaga yang diterapkan melalui roda, dimana kendaraan air biasanya berakselerasi menggunakan tenaga yang diterapkan melalui baling-baling. Jika dipanggil metode akselerasi, maka metode tersebut akan memberikan hasil yang berbeda untuk kendaraan air dan kendaraan darat.

3.5.5. Keunggulan dan Kelemahan Object Oriented Analysis and Design 3.5.5.1. Keunggulan Object Oriented Analysis and Design

McLeod, 2001, (pp613-614) Terdapat dua kemampuan sistem berorientasi objek yaitu:

1. Reuseability

Kemampuan untuk menggunakan kembali pengetahuan dan kode program yang ada, dapat menghasilkan keunggulan saat suatu sistem baru dikembangkan atau sistem yang ada dipelihara atau direkayasa ulang. Setelah suatu objek diciptakan, ia dapat digunakan kembali, mungkin hanya dengan modifikasi kecil di sistem

(31)

lain. Ini berarti biaya pengembangan yang ditanamkan di satu proyek dapat memberikan keuntungan bagi proyek-proyek lain.

2. Interoperability

Kemampuan untuk mengintegrasikan berbagai aplikasi dari beberapa sumber, seperti program yang dikembangkan sendiri dan perangkat lunak jadi, serta menjalankan aplikasi-aplikasi ini di berbagai platform perangkat keras.

Reusability dan interoperability menghasilkan empat keunggulan kuat menurut

McLeod, 2001, (pp614-615) yaitu:

- Peningkatan kecepatan pembangunan, karena sistem dirancang seperti dunia nyata melihatnya.

- Pengurangan biaya pengembangan, karena pengembangan lebih cepat.

- Kode berkualitas tinggi memberikan keandalan lebih besar dan ketangguhan yang lebih dibandingkan yang biasa ditemukan dalam sistem berorientasi proses.

- Pengurangan biaya pemeliharaan dan rekayasa ulang sistem, karena kode yang berkualitas tinggi dan kemampuan pemakaian kembali.

3.5.5.2. Kelemahan Object Oriented Analysis and Design

McLeod, (2001, p615) Beberapa kelemahan dari sistem berorientasi objek adalah:

- Diperlukan waktu lama untuk memperoleh pengalaman pengembangan. - Kesulitan metodologi untuk menjelaskan sistem bisnis yang rumit.

(32)

- Kurangnya pilihan peralatan pengembangan yang khusus disesuaikan untuk sistem bisnis.

3.6. Unified Modelling Language (UML)

3.6.1. Sejarah Unified Modelling Language (UML)

UML (Unified Modelling Language) dikembangkan dengan tujuan untuk menyederhanakan dan mengkonsolidasikan sejumlah besar metode pengembangan

object oriented yang muncul. Metode pengembangan untuk bahasa pemrograman tradisional muncul pada tahun 1970-an dan menyebar pada tahun 1980-an. Yang paling terkenal diantaranya adalah structured analysis and structured design (James Rumbaugh, 1999, p4).

Pendekatan analisi dan rancangan dengan menggunakan model Object Oriented mulai diperkenalkan sekitar pertengahan 1970 sampai dengan akhir 1980 dikarenakan pada saat itu aplikasi software sudah meningkat dan mulai kompleks. Jumlah yang menggunakan metode Object Oriented mulai diuji coba dan diaplikasikan antara 1989 sampai 1994, seperti halnya oleh Grady Booch dari

Rational Software Co., dikenal dengan OOSE (Object Oriented Software Engineering), serta James Rumbaugh dari General Electric, dikenal dengan OMT (Object Modelling Technique).

Kelemahan saat itu disadari oleh Booch maupun Rumbaugh adalah tidak adanya standar penggunaan model yang berbasis Object Oriented, ketika mereka bertemu ditemani rekan lainnya Ivar Jacobson dari Objectory mulai mendiskusikan

(33)

untuk mengadopsi masing-masing pendekatan metode Object Oriented untuk membuat suatu model bahasa yang seragam yang disebut UML (Unified Modelling Language) dan dapat digunakan diseluruh dunia.

Booch, Rumbaugh, Jacobson, (1999, p6) Unified Modelling Language adalah standar dunia yang dibuat oleh Object Management Group (OMG), suatu badan yang bertugas mengeluarkan standar – standar teknologi Object Oriented dan

Software Component.

3.6.2. Pengenalan Unified Modeling Language (UML)

Menurut OMG (Object Modelling Technique), UML (Unified Modeling Language) dapat didefinisikan sebagai sebuah bahasa yang berdasarkan pada grafik atau gambar untuk memvisualisasi (visualizing), menspesifikasi (specifying), mengkonstruksi (constructing), dan mendokumentasi (documenting) sebuah sistem perangkat lunak.

Booch, Rumbaugh, Jacobson, (1999, p3) UML bertugas untuk menangkap pengertian dan keputusan dari sebuah sistem yang harus dikonstruksi, digunakan untuk mengerti, mendesain, menelusuri, mengatur, menjaga dan mengendalikan informasi dari sebuah sistem. Ditujukan untuk digunakan dengan semua metode pengembangan, tahapan lifecycle, application domain, dan media.

UML merupakan sebuah bahasa yang memberikan vocabulary dan tatanan penulisan kata-kata dalam ‘Ms. Word’ untuk kegunaan komunikasi. Sebuah bahasa model adalah sebuah bahasa yang mempunyai vocabulary dan konsep tatanan atau

(34)

aturan penulisan serta secara fisik mempresentasikan dari sebuah sistem. Seperti halnya UML adalah sebuah bahasa standar untuk pengembangan sebuah software

yang dapat menyampaikan bagaimana membuat dan membentuk model-model, tetapi tidak menyampaikan apa dan kapan model yang seharusnya dibuat yang merupakan salah satu proses implementasi pengembangan software.

3.6.3. Kegunaan Unified Modelling Language

Booch, Rumbaugh, Jacobson, (1999, p17) UML digunakan pada pemakaian sistem software yang intensif. Ada banyak tujuan dibelakang penggunaan UML, salah satunya yang terpenting adalah agar UML dapat digunakan oleh semua pengembang dan tujuan akhirnya adalah untuk menjadi sesederhana mungkin selama masih memenuhi kebutuhan untuk melakukan modeling pada sistem yang akan dibangun.

3.6.4. Problem Domain 3.6.4.1. Class

Mathiassen, Lars, (2000, p53)Class is a description of a collection of objects sharing structure, behavioural pattern, and attribute”. Dengan kata lain,

class adalah sekelompok objek yang membagi struktur dan kelakuan (behaviour) dan turunan dari objek (inheritance).

(35)

3.6.4.2. Object

Mathiassen, Lars, (2000, p53)Object is an entity with identity, state, and behaviour”. Object merupakan abstraksi dari situasi yang ada didalam konteks sistem. Object menggambarkan apa yang menjadi pandangan user didalam dunia nyata. Object didefinisikan sebagai sebuah entity yang memiliki identity, state, dan

behaviour.

Untuk memanggil sesuatu sebagai object, user harus dapat untuk mendeskripsikannya sebagai sebuah entity. Identity dari object adalah property yang memisahkannya dari object – object yang lainnya. Semua object harus memiliki

identity agar user dapat membedakannya dari object yang lainnya. State dari object

terdiri dari atribut yang bersifat statis dan dinamis. Behaviour dari object merupakan rangkaian dari event yang baik secara aktif atau pasif dilakukan oleh object selama daur hidupnya.

3.6.4.3. Event

Mathiassen, Lars (2000, p51)“Event is an instantaneous incident involving one or more objects”. Event merupakan abstraksi dari problem domainactivity atau proses yang dilakukan atau dialami oleh satu atau lebih objects.

3.6.4.4. Class Diagram

Class diagram menggambarkan sekumpulan class, interface, dan

(36)

untuk visualisasi, menentukan, dan mendokumentasikan model struktural, tetapi juga untuk mengkonstruksikan sistem yang executable. Class diagram juga menunjukkan atribut dan operasi dari sebuah object class. Atribut adalah berupa nama-nama properti dari suatu class yang menjelaskan batasan nilainya dari properti yang dimiliki class tersebut. Atribut dari suatu class merepresentasikan properti-properti yang dimiliki oleh class tersebut. Operasi adalah implementasi dari layanan yang dapat diminta dari sebuah object suatu class yang menentukan tingkah lakunya.

Booch,Grady (1999, p108) Kegunaan class diagram adalah sebagai berikut: 1. Untuk memodelkan gambaran dari sistem

Memodelkan gambaran dari sistem melibatkan pembuatan keputusan tentang pertimbangan abstraksi mana yang menjadi bagian dari sistem dan yang mana yang menjadi batasan. Penggunaan class diagram untuk menspesifikasikan abstraksi ini dan tanggung jawabnya.

2. Untuk memodelkan kolaborasi yang sederhana

Sebuah kolaborasi adalah kumpulan class, interface, dan elemen lain yang bekerja bersama untuk menyediakan tingkah laku (behaviour) dari class. Penggunaan class diagram adalah untuk memvisualisasikan dan menspesifikasi kumpulan class dan relasinya.

3. Untuk memodelkan skema database yang logis

Skema disini adalah blueprint dari konseptual desain dari database. Dibanyak domain, diperlukan penyimpanan informasi yang secara terus menerus

(37)

kedalam relational database atau object oriented database. Database tersebut dapat dibuat skemanya dengan menggunakan class diagram.

Hubungan antar class digambarkan dengan notasi-notasi antara lain : 1. Generalization

Mathiassen, Lars (2000, p72) Generalization is a general class (the super class) describes properties common to a group of specialized classes (the subclasses). Generalisasi menggambarkan hubungan antara dua buah class atau lebih dari sebuah class yang memiliki sifat lebih genenal (luas).

Person

Customer Employee

Gambar 3.2. Generalization Structure

2. Aggregation

Mathiassen, Lars (2000, p76) “Aggregration is a superior objects (the whole) consists of a number of inferior objects (the parts)”. Agregasi menggambarkan hubungan antara dua atau lebih object yang mengekspresikan bahwa salah satu object adalah dasarnya dan mendefinisikan bagian yang lainnya.

(38)

Car

Body Wheel Engine

Cam Shaft Cylinder

Gambar 3.3. Aggregation Structure

3. Composition Structure

Composition adalah termasuk strong aggregation. Pada composition,

object “bagian” tidak dapat berdiri sendiri tanpa object “induk”. Jadi kedua

object tersebut saling berkaitan dengan kuat satu sama lainnya.

Car Engine

1 1..*

Gambar 3.4. Composition Structure

4. Association Structure

Mathiassen, Lars (2000, p77) “Association is a meaningful relation between a number of class”. Asosiasi adalah hubungan antara dua object atau

(39)

lebih. Asosiasi berbeda dengan agregasi dimana object yang tergabung tidak didefinisikan sebagai properti dari sebuah garis diantara class yang relevan.

Car Person

0..* 1..*

Gambar 3.5. Association Structure

3.6.4.5. Behavioural Pattern

Mathiassen, Lars (2000, p90) “Behavioural pattern is a description of possible event traces for all objects in a class”. Object merupakan sebuah entitas yang memiliki identity, state, dan behaviour. Behaviour merupakan sekumpulan dari

event dalam urutan yang tidak teratur yang melibatkan sebuah object. Tujuan dari

behaviour activity ini adalah untuk memodelkan keadaan problem domain yang dinamis dengan memperluas class definition yang ada didalam class diagram dengan menambahkan behavioural pattern untuk setiap class

3.6.4.6. Statechart Diagram

Statechart diagram menggambarkan behaviour dari sebuah sistem.

Statechart dapat dikatakan kumpulan dari event-event dari suatu object pada class

(40)

/ account opened [date]

Open

/ account closed [date] / Amount Withdrawn

/ Amount Deposited

Gambar 3.6. Statechart Diagram

3.6.5. Application Domain 3.6.5.1. Use Case

Mathiassen, Lars, (2000, p120) “Use case is a pattern for interactional between the system and actors in the application domain”.

Mathiassen, Lars, (2000, p119) “Actors is an abstraction of users or other systems that interact with the target system”. Use case diagram menampilkan sekumpulan

use case dan aktor, serta hubungan diantaranya, dimana dapat menggambarkan fungsionalitas yang diharapkan dari sebuah sistem. Yang ditekankan adalah “apa” yang diperbuat sistem, dan bukan “bagaimana”. Sebuah use case merepresentasikan sebuah interaksi antara aktor dengan sistem. Use case merupakan sebuah pekerjaan tertentu, misalnya login ke sistem, meng-create sebuah daftar belanja, dan sebagainya. Seorang aktor adalah sebuah entitas manusia atau mesin yang berinteraksi dengan sistem untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan tertentu.

(41)

UseCase1

UseCase2

UseCase3

UseCase4

Actor1 Actor2

Gambar 3.7. Use Case

Booch, Grady (1999, p235)Use case diagram dapat digunakan untuk dua hal yaitu: 1. Untuk memodelkan konteks dari sebuah sistem

Memodelkan konteks dari sebuah sistem mencakup menggambarkan garis ke semua sistem dan menegaskan aktor mana yang berinteraksi dengan sistem. Jadi,

use case diagram dapat digunakan untuk menspesifikasi aktor dan peranannya dalam sistem.

2. Untuk memodelkan kebutuhan dari sistem

Memodelkan kebutuhan dari sistem mencakup menspesifikasi apa yang dilakukan sistem (sudut pandang dari luar sistem), bagaimana sistem harus melakukan itu. Dengan use case diagram maka dapat melihat bagaimana sistem merespon sesuatu dari luar, tetapi tidak dapat melihat bagaimana sistem tersebut bekerja didalamnya.

(42)

3.6.5.2. Function

Mathiassen, Lars, (2003, p138)Function is a facility for making a mode useful for actors”. Sebuah fungsi diaktifkan, dieksekusi, dan menyediakan hasil, eksekusi dari fungsi dapat menciptakan sebuah reaksi pada application domain atau problem domain. Ada empat tipe fungsi yaitu: Update, Signal, Read, Compute.

3.6.5.3. Sequence Diagram

Sequence diagram adalah suatu interaction diagram yang menekankan pada urutan waktu penyampaian dari suatu pesan. Sequence diagram terdiri atas dimensi vertikal (waktu) dan dimensi horisontal (objek-objek yang terkait). Sequence diagram biasa digunakan untuk menggambarkan skenario atau rangkaian langkah-langkah yang dilakukan sebagai respon dari sebuah event untuk menghasilkan output

tertentu. Diawali dari apa yang men-trigger aktivitas tersebut, proses dan perubahan yang terjadi secara internal dan output apa yang dihasilkan.

3.6.5.4. Interface

Mathiassen, Lars, (2000, p151)Interface is a facilities that make a system’s and functions available to actors”. Interface merupakan fasilitas yang membuat model dan function dapat berinteraksi dengan actor, dimana user interface

(43)

3.6.5.5. Architecture Design

Architectural design bertujuan untuk membuat struktur dari sistem yang terkomputerisasi dengan prinsip menentukan dan memprioritaskan kriteria, menjembatani kriteria dengan technical platform, mengevaluasi design lebih dini. Hasilnya adalah struktur untuk sebuah komponen-komponen sistem dan proses.

Mathiassen, Lars, (2000, p190) “Component architecture is a system structure composed of interconnected components”.

Mathiassen, Lars, (2000, p190) “Component is a collection of program parts that constitutes a whole and has well defined responsibilities.

Tujuan dari component architecture adalah untuk menciptakan sebuah struktur sistem yang komprehensif dan fleksibel dengan mengacu kepada prinsip : mengurangi kompleksitas dengan memisahkan beberapa bagian yang perlu diperhatikan, merefleksikan konteks struktur yang stabil, menggunakan komponen yang sudah ada.

User Interface

Model

Database

(44)

Deployment diagram merupakan diagram yang menggambarkan konfigurasi dari node-node run time processing dan komponen-komponen yang berada di dalamnya.

3.6.5.6. Component Design

Component design bertujuan untuk menentukan implementasi dari kebutuhan-kebutuhan yang berada dalam architectural framework dengan prinsip tidak mengganggu component architecture, mengadaptasi component design yang berkaitan dengan hal-hal teknik. Hasilnya adalah sebuah deskripsi dari system components.

Gambar

Gambar 3.1. Struktur Diagram Sebab Akibat
Gambar 3.4.  Composition Structure
Gambar 3.6. Statechart Diagram
Gambar 3.7. Use Case
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dalam menuliskan sebuah lead, kits harus beanggapan pembaca itu sibuk sehingga informasi yang disajikan dalam lead harus bisa menggambarkan peristiwa seringkas mungkin

Selain itu karena analisis yang digunakan adalah Analisis Harvard dan Pemberdayaan Longwe dengan menggunakan lima dimensi yaitu kesejahteraan, akses, kesadaran kritis, partisipasi

Rintangan dalam lingkup lembaga kependidikan lumrah terjadi yang sifatnya kompleks, disebabkan keterhubungan yang saling berintegras. Hal ini bisa digambarkan dengan

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui gambaran prestasi belajar siswa yang menggunakan pembelajaran dengan video dan yang tidak menggunakan video pada mata pelajaran

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut: pertama, bahwa Intensitas penyelesaian kasus pencurian sepeda motor oleh Polres Mataram

Saat halaman dibuka akan terdengar suara pembicaraan yang dikirimkan oleh penyadap, apabila halaman streaming tidak dapat menerima suara yang dikirimkan server dapat

tubuh melihat mencium meraba mendengar mengecap mengunyah bekerja dibersihkan mandi gosok gigi periksa ke dokter mata hidung kulit telinga lidah gigi tangan kegunaan cara

155 NILDAWATI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSSAR 156 MUNADI IDRIS SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL MAWADDAH WARRAHMAH KOLAKA