25
PELATIHAN DOUBLE LEG BOUND SETINGGI 40 CM 5 REPETISI 6 SET MENINGKATKAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI SISWA PUTRA PESERTA EKSTRA KURIKULER BOLA VOLI
SMP PANCASILA BADUNG I Kadek Yudha Pranata
Fakultas Pendidikan Olahraga dan Ksehatan IKIP PGRI Bali Program Studi Pendidikan, Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pelatihan Double Leg Bound
Setinggi 40 CM 5 Repetisi 6 Set Meningkatkan Daya Ledak Otot Tungkai Siswa Putra Peserta Ekstra Kurikuler Bola Voli SMP Pancasila Badung. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu karena dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya peningkatkan daya ledak otot tungkai siswa putra peserta ekstra kurikuler bola voli SMP Pancasila Badung. Tes yang digunakan untuk mengukur daya ledak otot tungkai dengan menggunakan tes vertikal jump
dengan satuan cm. Hasil dari penelitian ini adalah menunjukkan bahwa didapatkan beda rerata hasil post test antara pelatihan double leg bound pada kelompok perlakuan dengan pelatihan alternate leg bound pada kelompok kontrol sebesar 5,3 cm dengan hasil p lebih kecil dari 0,05 (p>0.05). Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna dari hasil post test antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan. Berdasarkan persentase rerata perubahan waktu pengukuran daya ledak vertical jump sesudah pelatihan selama enam minggu pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa persentase rerata perubahan pengukuran vertical jump pada pelatihan kelompok perlakuan lebih besar daripada kelompok kontrol. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penelitian kelompok perlakuan menghasilkan perubahan pengukuran daya ledak vertical jump lebih baik daripada pelatihan kelompok kontrol. Disimpulkan bahwa Pelatihan Double Leg Bound
Setinggi 40 CM 5 Repetisi 6 Set dapat Meningkatkan Daya Ledak Otot Tungkai Siswa Putra Peserta Ekstra Kurikuler Bola Voli SMP Pancasila Badung.
Kata Kunci : Double Leg Bound setinggi 40 cm 5 repetisi 6 set,Daya Ledak Otot Tungkai.
PENDAHULUAN
Kegiatan olahraga diharapkan dapat membentuk manusia seutuhnya. Manusia seutuhnya dapat ditafsirkan sebagai insan yang berkembang jasmani, moral, intelektualitas dan estetikanya secara keseluruhan mendapat cukup
perhatian sehingga menjadi suatu pribadi sehat jasmani dan rohani (Pieter Noya, 2008). Faktor kondisi fisik yang mencakup kesehatan tubuh kesegaran jasmani serta faktor lingkungan yang mencakup program pelatihan yang dilaksanakan secara teratur akan dapat membantu
26 keinginan bergerak yang lebih luas dan dapat mencapai hasil optimal dalam suatu cabang olahraga yang menekankan daya ledak otot.
Unsur-unsur dasar yang perlu diperhatihan sebagai persyaratan fisik antara lain : unsur daya tahan, kekuatan otot mempunyai hubungan yang erat dengan kemampuan meloncat. Loncat adalah termasuk dalam cabang olahraga atletik khususnya nomor loncat. Namun nomor loncat ditempat adalah nomor yang tidak diperlombakan dan nomor loncat ini sering dimasukan ke dalam program pelatihan untuk meningkatkan kekuatan otot, daya ledak otot, daya tahan otot, kelentukan, keseimbangan tubuh, serta koordinasi dari organ tubuh agar dapat melakukan gerakan secara efektif dan efisien. Melakukan gerakan meloncat sangat erat kaitannya dengan kekuatan otot-otot kaki, tenaga ledak otot, kelentukan, otot-otot yang terlatih secara terus menerus dan teratur akan menjadi kuat, satu-satunya jalan untuk menguatkan dan meningkatkan kemampuan otot-otot kaki adalah dengan jalan melakukan pelatihan yang melatih otot-otot untuk melawan beban, beban harus cukup berat sedangkan jumlah ulangan kecil saja kalau proses pelatihan berhasil maka akan lebih luas penampang otot (Nala, 2011). Loncat ke depan adalah suatu rangkaian gerakan yang diawali dengan gerakan ke dua lengan ke belakang bertumpu dengan dua kaki kemudian bergerak dengan menjejakan kaki dan melayangkan tubuh ke atas, ke depan (Daryanto, 2001). Loncat ke depan dalam
pelaksanaannya sama dengan loncat jongkok yaitu melakukan gerakan yang diawali dengan posisi berjongkok atau setengah jongkok. Posisi lutut rapat dan tekuk berat badan bertumpu pada ke dua kaki dan dilanjutkan dengan gerakan meloncat ke atas maupun ke depan dengan ke dua telapak kaki sebagai tumpuan dan mendarat dengan kedua tapak kaki secara bersamaan, ke dua lengan menjaga keseimbangan tubuh gerakan ini dilakukan secara berulang-ulang dengan tujuan untuk mencapai kekuatan otot, daya ledak otot,daya tahan otot, kelentukan, keseimbangan dan lainnya (M.Saker, 2005 : 25).
Akhir-akhir ini ada kecenderungan kemampuan daya ledak yang dimiliki oleh siswa-siswa baik dari tingkat sekolah dasar sampai ke tingkat sekolah menengah atas di SMP Pancasila Badung menunjukan tingkat yang rendah sehingga gerakan / kegiatan lebih-lebih kegiatan olahraga yang mempergunakan kekuatan otot, daya tahan otot keseimbangan dan lainnya yang dilakukan, tidak dapat menunjukan prestasi yang menggembirakan. Hal ini disebabkan kurangnya pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan daya ledak otot tungkai sehingga hasil lompatan kurang maksimal. Bola voli merupakan olahraga permainan yang tumpuan utamanya adalah pada kekuatan tangan, loncatan dan kekuatan kaki (Andhika, 2015).
Bola voli merupakan olahraga permainan yang dilakukan oleh dua tim atau regu yang saling berlawanan. Setiap regu hanya memiliki pemain yaitu 6 orang dalam
27 sebuah pertandingan dan dapat digantikan oleh pemain cadangan jika pemain inti mengalami cidera. Pada permainan ini tumpuan utamanya adalah pada kekuatan tangan, loncatan dan kekuatan kaki (Andhika, 2015). Pelatihan double leg bound sangat berperan dalam permainan bola voli untuk dapat memblocking serangan dari lawan,
block merupakan benteng pertahanan yang utama untuk menangkis serangan lawan. Keberhasilan block
ditentukan oleh ketinggian loncatan dan jangkauan pada bola yang sedang dipukul sehingga dapat dikatakan, lompatan merupakan variabel yang menentukan untuk mencapai potensi maksimal, maka diperlukan metode pelatihan tentang daya ledak otot tungkai yang lebih efektif. Dari berbagai metode daya ledak belum dikatakan secara pasti metode mana yang paling baik untuk melatih daya ledak. Untuk hal itu penulis menggunakan pelatihan lari
double leg bound setinggi 40 CM terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai.
Dengan menggunakan takaran pelatihan sesuai dengan buku pedoman “Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga” oleh “I Gusti Ngurah Nala” yang mengatakan jika pelatihan daya ledak memiliki takaran sebagai berikut: Intensitas kekuatan maksimal, volume repetisi 5-10 kali dan set 3-5 kali, istirahat 2-4 menitantar set, frekuensi 3 kali seminggu (Nala, 2015). Dari refrensi tersebut saya menggunakan takaran intensitas kekuatan maksimal, volume 5 repetisi 6 set dengan waktu istirahat 2 menit antar set dilakukan dengan frekuensi 4 kali seminggu. Dimana yang menjadi objek
penelitian adalah siswa putra peserta ekstrakurikuler bola voli SMP Pancasila Badung. Gerakan dalam pelatihan tersebut merupakan cara yang mudah, sederhana dan dapat dipakai latihan secara alami untuk meningkatkan daya ledak siswa putra. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Pelatihan Double Leg Bound
Setinggi 40 CM 5 Repetisi 6 Set Meningkatkan Daya Ledak Otot Tungkai Siswa Putra Peserta Ekstra Kurikuler Bola Voli SMP Pancasila Badung.
METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian
Sehubungan dengan penelitian yang dilaksanakan, maka jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen.
Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat dengan cara mengenakan satu atau lebih kelompok eksperimental dengan satu atau lebih kondisi. Adapun rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan experimental randomized pre-test and post-test groups design (Anwar, 2003).
Tempat dan Waktu Penelitian Untuk pelatihan ini mengambil tempat di lapangan SMP Pancasila Canggu. Karena menyesuaikan suhu dan kelembaban udara yang mempengaruhi pelatihan. Begitu pula pengukuran awal dan pengukuran akhir dilakukan di tempat yang sama. Pelatihan dilakukan pada tanggal 17 September 2018 sampai 29 Oktober 2018. Pelatihan ini dilaksanakan selama 6 minggu, karena kemajuan yang telah
28 dicapai akan tampak hasilnya (efek pelatihan) setelah waktu itu. Hal ini diperkuat dengan pendapat yang menyatakan bahwa pelatihan yang telah dijalankan dengan tekun akan tampak hasilnya setelah 6 – 8 minggu pelatihan dilakukan (Nala, 2015). Pada masa pelatihan waktu istiharat bagi seorang atlet tidak lebih dari 2 kali 24 jam karena jika lebih dari 2 kali 24 jam maka kondisi otot yang dilatih kembali seperti semula (Nala, 2015). Sesuai pendapat tersebut maka dalam satu minggu pelatihan dilaksanakan pada hari Senin, Rabu, Jumat dan Sabtu. Pelaksanaan pelatihan ini dilakukan pada sore mulai pukul 16.00 sampai 16.45 WITA.
Populasi dan Sampel Penelitian Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam yang lain (Sugiyono, 2013). Selain itu, pendapat lain menyatakan bahwa populasi adalah keseluruhan orang yang menjadi sasaran
penelitian (Mukhtar, 2013). Dalam penelitian ini yang termasuk populasi adalah seluruh siswa putra Ekstra kurikuler SMP Pancasila Badung sebanyak 110 orang.
Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2013). Selain itu, pendapat lain menyatakan bahwa sample adalah bagian kecil dari populasi yang dianggap dapat mewakili populasi secara keseluruhan (Mukhtar, 2013). Sampel Penelitian didapat dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut. HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di lapangan sekolah SMP Pancasila Badung selama 6 minggu. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 30 orang laki-laki yang dibagi menjadi dua kelompok, masing-masing kelompok berjumlah 15 orang. Kelompok kontrol diberikan pelatihan alternate leg bound 5 repetisi 6 set, sedangkan kelompok perlakuan diberikan pelatihan double leg bound 5 repetisi 6 set. Hasil penelitian disajikan dalam
29 Tabel 1
Data Karakteristik Subjek Penelitian Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan
Karakteristik Subjek
Kelompok Kontrol Kelompok Perlakuan
n Rerata SB n Rerata SB
Umur (th) 15 14.133 0.743 15 13.933 0.798 Berat Badan (kg)
15 59.466 5.125 15 58.400 4.468
Tinggi Badan (cm) 15 1.674 4.389 15 1.673 3.677
Berdasarkan Tabel berikut menunjukkan bahwa karakteristik sampel pada kelompok perlakuan (pelatihan double leg bound 5 repetisi 6 set) dari segi umur dengan rerata13.933± 0.798 tahun, rerata tinggi badan 1.673 ± 3.677 cm, rerata berat badan1.673 ± 3.677kg. Karakteristik sampel penelitian pada kelompok kontrol(pelatihanalternate leg bound 5 repetisi 6 set) dari segi umur dengan rerata14.133 ± 0.743 tahun, rerata tinggi badan 1.674 ± 4.389 cm, rerata berat badan 59.466 ±5.125 kg.
Menurut data tersebut, karakteristik kedua kelompok sampel
penelitian berada dalam kondisi yang sama, sehingga variabel umur, tinggi badandanberat badantidak menimbulkan efek yang berarti terhadap hasil penelitian ini.
Uji Normalitas dan Homogenitas Data Daya Ledak Otot Tungkai
Sebagai prasyarat untuk menentukan uji statistik yang akan digunakan maka dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas data hasil pengukuran daya ledak vertical jump. Uji Normalitas dengan menggunakan uji Saphiro Wilk Test, sedangkan uji Homogenitas dengan menggunakan Levene Test yang hasilnya tertera pada Tabel berikut :
Tabel 2
Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas Data Daya Ledak Otot Tungkai Sebelum dan Sesudah Pelatihan Pada Kedua Kelompok
Pengukuran DayaLedak
Uji Normalitas
(Saphiro Wilk-Test) Uji Homogenitas (Levene-Test) Nilai p Klp Kontrol Nilai p Klp Perlakuan Nilai p Tes Awal 0.381 0.621 0.787 Tes Akhir 0.012 0.029 0.073
30 Keterangan
Kelompok perlakuan : Pelatihan double leg bound 5 repetisi 6 set Kelompok kontrol : Pelatihan alternate leg bound 5 repetisi 6 set
Berdasarkan hasil uji normalitas data (Shapiro-wilk test)
pada daya ledak vertical jump
sebelum dan sesudah pelatihan pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukan bahwa data pada kedua kelompok menunjukan p lebih besar dari 0,05 (p˃0,05), sehingga dinyatakan data berdistribusi normal. Demikian pula hasil uji homogenitas (Levene Test)
menunjukkan bahwa data pada kedua kelompok berdasarkan hasil pengukuran vertical jump
berdistribusi homogen karena p lebih
besar dari 0,05 (p>0,05), sehingga data dapat diuji dengan menggunakan uji parametri kuntuk melihat adanya peningkatan atau penurunan hasil pada variabel penelitian.
Uji Beda Daya Ledak Otot Tungkai Sesudah Pelatihan Antar Kelompok Eksperimen
Untuk mengetahui perbedaan hasil pengukuran vertical jump dari kedua kelompok dilakukan uji perbedaan efek perlakuan dengan uji t-test independent seperti Tabel berikut.
Tabel 3
Data Uji Perbedaan Efek Perlakuan Antar Kelompok Dengan T-Test Independent Dalam Menentukan Hasil Akhir Pengukura Daya Ledak
Kelompok Rerata t p Beda Rerata
Post-test
Perlakuan 43.000
-1.896 0.001 5,3
Kontrol 37.700
Uji beda dari hasil pengukuran daya ledak vertical jump
dapat dilihat dari beda rerata sesudah pelatihan dari masing-masing kelompok seperti dalam tabel 3.
Berdasarkan Tabel diatas bahwa didapatkan beda rerata hasil
post test antara pelatihan double leg bound pada kelompok perlakuan dengan pelatihan alternate leg bound
pada kelompok control sebesar 5,3
cm dengan hasil p lebih kecil dari 0,05 (p > 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna dari hasil post test antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan.
Selanjutnya persentase perubahan hasil pengukuran daya ledak vertical jump setelah pelatihan selama enam minggu pada kedua kelompok eksperimen, disajikan dalam tabel berikut :
31 Tabel 4
Persentase Perubahan Daya Ledak Otot Tungkai Sesudah Pelatihan
Hasil Analisis Kelompok Kontrol
Kelompok Perlakuan
Daya Ledak Test Awal (cm) 34,300 35,100 DayaLedak Test Akhir (cm) 37,700 43,000
Selisih Daya Ledak (cm) 3,4 7,9
Persentase (%) 2,91 22,5
Untuk lebih jelas rerata kelompok berpasangan pada kedua
kelompok dapatdilihat pada grafik
berikut :
Gambar 1
Grafik Persentase Perubahan Daya Ledak Otot Tungkai Sesudah Pelatihan Berdasarkan persentase
rerata perubahan waktu pengukuran daya ledak vertical jump sesudah pelatihan selama enam minggu pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa persentase rerata perubahan pengukuran vertical jump pada pelatihan kelompok perlakuan lebih besar daripada kelompok kontrol. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penelitian kelompok
perlakuan menghasilkan perubahan pengukuran daya ledak vertical jump
lebih baik daripada pelatihan kelompok kontrol.
PENUTUP Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data maka dapat disimpulkan bahwa pelatihan alternate leg bound 5 repetisi 6 set dan pelatihan double
0 22,5 0 2,91 0 5 10 15 20 25 Persentase Perubahan
Persentase Perubahan Daya Ledak Sesudah Pelatihan
Klp Kontrol
32
leg bound 5 repetisi 6 set sama-sama meningkatkan daya ledak otot tungkai. Untuk beda rerata hasil post test antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan sebesar 5,3 cm dengan hasil p lebih kecil dari 0,05 (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidakada perbedaan yang bermakna dari hasil post test antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hasil penelitian kelompok perlakuan pelatihan
double leg bound 5 repetisi 6 set lebih baik daripada alternate leg bound dalam meningkatkan daya ledak ledak otot tungkai siswa ekstrakurikuler SMP Pancasila Badung.
Saran
Berdasarkan simpulan di atas, maka dapat peneliti sarankan sebagai berikut :
a) Untuk orang awam, pembina, pelatih dan guru olahraga serta atlet yang ingin memperbaiki dan meningkatkan daya ledak, harus mengetahui bahwa yang perlu ditingkatkan adalah kemampuan mengubah arah gerak dan berpindah tempat dengan cepat dan seimbang. Karena dalam permainan bola voli daya ledak adalah komponen penting.
b) Untuk memperoleh peningkatan DayaLedak, lakukanlah latihan selama 6 - 8minggu dengan frekuensi latihannya 3 - 4 kali dalam seminggu.
c) Bagi para peneliti diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan pedomanatau acuan dalam melakukan penelitian
selanjutnya dengan
menambahwaktu, jarak tempuh, dantakaran dalam pelatihannya. DAFTAR PUSTAKA
Sudiarto, Fajar K. 2013. Hubungan Daya Ledak Tungkai, Kekuatan Lengan Dan Kelentukan Pergelangan Tangan Dengan Hasil Back Attack Bola Voli Putra Bahurekso Tahun 2013. Pendidikan Kepelatihan Olahraga Fakultas
Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang,
available from:
Http://Lib.Unnes.Ac.Id/17 717/1/6301409091.Pdfdiak ses tanggal 25 Desember 2017 Nala, I Gusti Ngurah. 2015. Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga. Denpasar: Udayana University Press. Anwar, M. I. 2003. Dasar-Dasar
Statistika. Bandung : ALFABETA.
Burhanuddin, Afid. 2013. Data dan Variabel Penelitian, available from :https://afidburhanuddin.w ordpress.com/2013/05/21/ data-dan-variabel-penelitian/, accesedtanggal 2 November 2017.