• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kemampuan Berpikir Siswa Dalam Memecahkan Masalah Dalam Soal-Soal Pisa Konten Space And Shape Kelas Viii Smp N 3 Sawit Boyolali

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Kemampuan Berpikir Siswa Dalam Memecahkan Masalah Dalam Soal-Soal Pisa Konten Space And Shape Kelas Viii Smp N 3 Sawit Boyolali"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

KEMAMPUAN BERPIKIR SISWA DALAM MEMECAHKAN SOAL-SOAL PISA KONTEN SPACE AND SHAPE

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Oleh:

FISTA ISTIQOMAH A 410 140 055

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

(2)
(3)
(4)
(5)

KEMAMPUAN BERPIKIR SISWA DALAM MEMECAHKAN SOAL-SOAL PISA KONTEN SPACE AND SHAPE

Abstrak

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan menganalisis tingkat kemampuan berpikir siswa untuk memecahkan masalah soal-soal pisa pada konten space and shape. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Subjek pada penelitian ini terdiri dari 3 siswa kelas VIII A di SMP Negeri 3 Sawit Boyolali semester ganjil tahun ajaran 2017/2018. Subjek terdiri dari siswa dengan kemampuan matematika tinggi (S1), kemampuan matematika sedang (S2), dan kemampuan matematika rendah (S3). Subjek dipilih berdasarkan nilai ulangan harian dan diskusi dengan guru mata pelajaran matematika. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi tes, dokumentasi, dan wawancara. Analisis data meliputi reduksi data (data reduction), penyajian data ( data display), dan kesimpulan/verifikasi (drawing/verification). Keabsahan data diperoleh melalui validitas dan triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kemampuan berpikir siswa tergolong tinggi pada level 1. Pada level 2 dan level 3 tergolong sedang. Pada level 4 dan level 5 tergolong cukup sedangkan level 6 tergolong rendah. Dalam penelitian ini siswa dengan kemampuan matematika tinggi dan kemampuan matematika sedang memiliki kemampuan berpikir sedang dalam mengerjakan soal-soal PISA konten space and shape. Sedangkan siswa kategori kemampuan matematika rendah dalam mengerjakan soal-soal PISA tergolong dalam kategori rendah.

Kata Kunci: pisa, space and shape

Abstract

This study was conducted with the aim of analyzing the level of students' thinking ability to solve problems of pisa on space and shape content. The type of this research is descriptive qualitative research. Subjects in this study consisted of 3 students of class VIII A in SMP Negeri 3 Sawit Boyolali odd semester of academic year 2017/2018. Subjects consist of students with high math skills (S1), moderate math skills (S2), and low math skills (S3). Subjects were selected based on daily test scores and discussions with mathematics subject teachers. Data collection techniques in this study include tests, documentation, and interviews. Data analysis includes data reduction (data reduction), data presentation (data display), and conclusion / verification (drawing / verification). The validity of data is obtained through validity and triangulation. The results showed that the level of students' thinking ability is high at level 1. At level 2 and level 3 are moderate. At level 4 and level 5 is quite enough while level 6 is low. In this study students with high mathematical skills and math skills are having the ability to think is in working on the problems of PISA content space and shape. While the students of low math ability category in doing PISA questions fall into low category. Keyword: Pisa, Space and shape

(6)

1. PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan proses belajar mengajar. Dalam suatu negara salah satu wujud keberhasilan pembelajaran matematika dapat dilihat dari hasil PISA (Programme for International Students Assessment). TheOrganisation for Economic Co-operation and Development (OECD) merupakanorganisasi yang menyelenggarakan PISA. OECD (2016: 3) mendefinisikan PISA sebagai survey tiga tahunan yang dilakukan pada siswa yang berusia 15 tahun untuk menilai sejauh mana pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki siswa. Survei PISA 2015 berfokus pada science, dengan reading, mathematics dan collaborative problem solving sebagai bidang penialaian. Dalam survei PISA memiliki empat konten, yaitu konten change and relationship, space and shape, quantity, dan uncertainty and data.

Peringkat Indonesia dalam PISA masih tergolong rendah yaitu berada posisi diperingkat 63 dari 72 negara yang mengikuti. Selain itu, rerata Internasional untuk matematika yaitu 490, sedangkan rerata skor matematika untuk siswa Indonesia yaitu 386. Hal tersebut menunjukkan bahwa rerata skor matematika siswa Indonesia masih dibawah rata-rata keseluruhan negara yang mengikuti survei PISA untuk matematika. Khusus pada konten space and shape, memuat materi tentang objek geometri dan pengukuran (OECD, 2013: 36). OECD (2013: 33-35) menjelaskan bahwa konten space and shape menguji apakah siswa menguasai materi kaitannya dengan dunia visual (visual world) yang meliputi pola, sifat objek, posisi dan orientasi, representasi objek, pengkodean, navigasi dan interaksi dinamik yang berhubungan dengan bentuk riil. Konten space andshape dalam PISA merupakan konten yang menggunakan materi geometri sebagaidasar penyelesaiannya. Konten yang memuat berbagai bentuk objek baik dalam dua dimensi maupun tiga dimensi ini memiliki tingkat kesulitan tersendiri. Konten space and shape dinilai sebagai salah satu konten yang sulit diselesaikan. Khusnul Safrina, dkk, (2014:9) menyatakan bahwa kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam mempelajari materi geometri. Pendapat tersebut sejalan dengan I Ketut Sutama, dkk (2014: 3) yang menyatakan bahwa

(7)

kemampan berpikir matematis dan kemampuan visualisasi geometris siswa masih belum berkembang secara optimal dan masih tergolong rendah.

Pemecahan soal-soal PISA konten space and shape membutuhkan kemampuan berpikir yang baik dari siswa. Selain itu siswa dapat menemukan dan menjelaskan kaitannya dengan konsep lainnya, mengembangkan dan menerapkan konsep yang telah dipelajari untuk menyelesaikan permasalahan dari yang sederhana sampai dengan yang kompleks (Vivi Utari, dkk, 2012: 33). Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa juga penting untuk dikembangkan. Hal ini sejalan dengan NCTM (2000) yang menyatakan bahwa pemecahan masalah merupakan bagian integral dalam pembelajaran matematika, sehingga hal tersebut tidak boleh dilepaskan dari pembelajaran matematika.

Berdasarkan uraian diatas, tujuan penelitian ini yaitu mendeskripsikan kemampuan berpikir siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika berbasis PISA pada konten space and shape.

2. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Sutama (2016: 38) memaparkan bahwa penelitian deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan keadaan atau fenomen apa adanya, peneliti tidak diperkenankan melakukan manipulasi atau tidak memberikan perlakuan khusus pada objek penelitian. Pada penelitian kualitatif peneliti menyusun data yang diperoleh dalam bentuk deskriptif, yaitu dalam bentuk kata-kata, gambar, dan bukan angka.

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa di SMP Negeri 3 Sawit Boyolali kelas VIIIA. Subjek terdiri dari 3 siswa. Masing-masing subjek berasal dari kategori tingkat kemampuan matematika yang berbeda, yaitu siswa dengan kemampuan matematika tinggi, sedang, dan rendah. Penentuan kategori dan pemilihan subjek dilakukan berdasarkan hasil tes ulangan harian materi geometri dan wawancara dengan guru matematika.

Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data kualitatif. Data kualitatif merupakan data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat, ungkapan narasi, dan

(8)

gambar (Sutama, 2016: 198). Sumber data ada dua, yaitu sumber primer dan sumber sekunder (Sugiyono, 2012: 62). Data primer diperoleh dari hasil tes siswa dalam mengerjakan soal untuk mengetahui kemampuan berpikir siswa. Data sekunder merupakan penunjang data pokok.

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti yaitu, tes, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan tiga alur yaitu: (1) reduksi data yaitu tahap dimana peneliti memilih hal-hal pokok, mencari hal-hal penting dari data yang diperoleh, (2) penyajian data dalam penelitian kualitatif dilakukan dalam bentuk deskriptif atau dalam bentuk uraian singkat sesuai informasi atau data yang telah diperoleh, (3) Penarikan kesimpulan (verification) merupakan proses untuk mencari bukti-bukti yang kuat, valid, dan konsisten sehingga diperoleh kesimpulan yang tepat.

3. HASIL PENELITIAN

Peneliti mendapatkan data kemampuan berpikir siswa dalam menyelesaikan soal PISA konten space and shape.Berikut akan disajikan grafik kemampuan berpikir siswa berdasarkan level dari hasil rata-rata.

Gambar 1. Rata-rata kemampuan berpikir siswa berdasarkan level.

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5

Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5 Level 6

Rata-rata Level

(9)

Dilihat dari gambar 1 hasil rata-rata yang sudah dihitung bahwa kemampuan berpikir siswa berdasarkan level. Pada level 1 kemampuan berpikir siswa tergolong tinggi, di level 2 dan level 3 kemampuan berpikir siswa tergolong sedang, untuk level 4 dan level 5 kemampuan berpikir siswa tergolong cukup , sedangkan untuk level 6 kemampuan berpikir tergolong rendah. Sejalan dengan hal tersebut seperti yang sudah dipaparkan Johar (2012) dalam Harianto Setiawan, dkk (2014: 15) kriteria dari level 1 yaitu siswa dapat menggunakan pengetahuannya untuk menyelesaikan soal rutin, dan dapat menyelesaikan masalah dalam konteks umum.

Level 2, dimana level 2 dengan kriteria yang dipaparkan oleh Johar (2012) dalam Harianto Setiawan, dkk (2014: 16) yaitu siswa dapat menginterpretasikan masalah dan menyelesaikannya dengan rumus, siswa tersebut dapat menginterpretasikan masalah dengan tepat dan mengerjakan materi geometri dengan menggunakan rumus phytagoras. Soal level 3 merupakan soal dengan skala menengah dengan kriteria siswa dapat melaksanakan prosedur dengan baik dalam menyelesaikan soal serta dapat memilih strategi pemecahan masalah. Pada level 4 soal PISA siswa dapat bekerja secara efektif dengan model dan dapat memilih serta mengintergrasikan representasi yang berbeda, kemudian menghubungkannya dengan dunia nyata atau di kehidupan sehari-hari.

Andrews (2015: 252) menyatakan bahwa penerapan matematika dikehidupan sehari-hari masih sangat kurang atau rendah. Soal PISA level 5 merupakan soal dengan kategori skala tinggi. Terakhir pada level 6, kriteria level 6 yaitu siswa dapat menggunakan penalarannya dalam menyelesaikan masalah matematis, dapat membuat generalisasi, merumuskan serta mengkomunikasikan hasil temuannya. Siswa mengalami kesulitan untuk menyelesaikan soal dengan benar.Hasil penelitian ini diperkuat dengan hasil penelitian dari Ahmad Khoirudin, dkk (2017: 33) bahwa siswa berkemampuan matematis rendah, siswa hanya mampu menempuh samapai pada tingkatan level 1. Hasil dari Asmara, dkk (2017: 38) sebagai pendukung menyatakan bahwa siswa yang mempunyai kemampuan rendah hanya mampu

(10)

menyelesaikan soal pada level 1, sedangkan siswa yang mempunyai kemampuan sedang sampai tinggi hanya mampu menyelesaikan soal sampai pada level 3.

Berikut dijabarkan kemampuan siswa berdasarkan kemampuan berpikir tinggi, sedang, dan rendah mempengaruhi kemampuan siswa S1,S2, dan S3 sebagai subjek yang dipilih oleh peneliti.

1. Kemampuan berpikir siswa S1

Siswa S1 merupakan kategori siswa berkemampuan tinggi. Dalam mengerjakan soal PISA materi geometri mendapatkan jumlah skor total 26. Berikut akan disajikan tabel untuk penjabaran skor pada setiap soal yang diperolah oleh siswa tersebut.

Tabel 1 Penjabaran skor pada setiap nomor soal siswa S1 No Soal

Skor Level Jumlah

Skor 1 2 3 4 5 6 1 4 4 2 4 4 3 4 4 4a 1 1 4b 4 4 5a 4 4 5b 4 4 6 1 1

Jumlah total skor 26

Pada tabel 1 merupakan penjabaran skor dari siswa S1 dengan kategori kemampuan tinggi. Siswa S1 tidak mampu menjawab soal hanya pada nomor 4a dan pada level 6. Pada soal tersebut siswa hanya memperoleh perolehan skor masing-masing 1 sehingga kemampuan berpikir siswa tergolong cukup. Sedangkan soal yang lain siswa mampu mengerjakan dengan perolehan skor sempurna dengan skor masing-masing dari nomor tersebut 4 yang berarti cara pengerjaan dan jawaban siswa tersebut benar. Maka kemampuan berpikir siswa dilihat dari level PISA siswa S1 tergolong tinggi.

(11)

2. Kemampuan berpikir siswa S2

Siswa S2 merupakan kategori siswa berkemampuan sedang. Dalam mengerjakan soal PISA materi geometri mendapatkan jumlah skor total 24. Berikut akan disajikan tabel untuk penjabaran skor pada setiap soal yang diperolah oleh siswa tersebut.

Tabel 2 Penjabaran skor pada setiap nomor soal siswa S2 No Soal

Skor Level Jumlah Skor

1 2 3 4 5 6 1 4 4 2 3 3 3 2 2 4a 2 2 4b 4 4 5a 4 4 5b 4 4 6 1 1

Jumlah total skor 24

Pada tabel 2 merupakan penjabaran skor pada siswa S2. Pada soal nomor 1 level 1, soal nomor 4b level 4 dan soal nomor 5 level 5 dengan jumlah skor 4 yang berarti siswa tersebut dalam menyelesaikan soal langkah-langkah benar dan hasilnya benar sehingga siswa tergolong dalam kategori kemampuan berpikir tinggi pada level tersebut. Soal nomor 2 level 2 siswa S2 kemampuan berpikir siswa tergolong sedang dengan perolehan skor 3. Soal nomor 3 level 3 dan soal nomor 4a level 4 siswa memperoleh skor 2 yang berarti kemampuan siswa S2 tergolong cukup karena siswa dalam menyelesaikan soal tersebut langkah-langkah penyelesaian salah dan hasilnya benar. Kemampuan siswa tergolong rendah terdapat pada soal nomor 6 level 6 karena siswa tersebut tidak menjawab secara lengkap dan benar sehingga skor yang diperoleh adalah 1.

(12)

3. Kemampuan berpikir siswa S3

Siswa S3 merupakan kategori siswa berkemampuan rendah. Dalam mengerjakan soal PISA materi geometri mendapatkan jumlah skor total 15. Berikut akan disajikan tabel untuk penjabaran skor pada setiap soal yang diperolah oleh siswa tersebut.

Tabel 3 Penjabaran skor pada setiap nomor soal siswa S3 No Soal

Skor Level Jumlah Skor

1 2 3 4 5 6 1 3 3 2 2 2 3 1 1 4a 1 1 4b 3 3 5a 3 3 5b 1 1 6 1 1

Jumlah total skor 15

Tabel 3 untuk soal nomor 1 level 1, soal nomor 4b level 4 dan soal nomor 5a level 5 siswa S3 memperoleh skor 3 yang berarti jawaban benar dan cara pengerjaan siswa tersebut kurang tepat maka kemampuan berpikir siswa tersebut tergolong sedang. Untuk soal nomor 2 level 2 siswa memperoleh skor 2 karena langkah penyelesaian yang dituliskan salah dan hasil yang diperoleh benar. Dalam hal itu siswa tergolong dalam kategori kemampuan berpikir cukup. Sedangkan dalam menyelesaikan soal nomor 3 level 3 siswa salah dalam langkah-langkah dan hasil penyelesaiannya. Hal tersebut juga terjadi saat mengerjakan soal nomor 4a, 5b, dan soal nomor 6. Perolehan skor yang didapat hanya 1 yang berarti kemampuan berpikir tergolong rendah.

(13)

Berikut jumlah skor subjek S1,S2, dan S3 disajikan dalam grafik. Gambar 2 Jumlah skor subjek S1, S2, dan S3

Keterangan:

S1: Siswa kemampuan matematika tinggi S2: Siswa kemampuan matematika sedang S3: Siswa kemampuan matematika rendah

Berdasarkan gambar 3.2 dalam mengerjakan soal-soal PISA pada materi geometri bahwa siswa S1 (siswa kategori kemampuan tinggi) dengan jumlah skor akhir 26 kemampuan berpikir tergolong sedang, S2 (siswa kategori kemampuan sedang) dengan jumlah skor akhir 24 maka kemampuan berpikir siswa tergolong sedang dan terakhir pada siswa S3 (siswa kategori kemampuan rendah) dengan jumlah skor akhir 15 kemampuan berpikir siswa tergolong rendah. Kemampuan berpikir siswa i tergolong sedang terdapat pada S1 dan S2. Sedangkan kemampuan berpikir siswa tergolong rendah terdapat pada S3. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa kemampuan tinggi, sedang, dan rendah tidak berpengaruh terhadap hasil menyelesaikan soal-soal PISA khususnya materi geometri. Hal ini didukung oleh

0 5 10 15 20 25 30 S1 S2 S3 Tinggi Sedang Rendah S1 S2 S3

(14)

hasil penelitian Mullis, Martin, Gonzales, Gregory, Garden, O'Connor, Chrostowski dan Smith menekankan perlunya keadilan ketika membandingkan prestasi siswa di seluruh negara.Dapat dikatakan bahwa siswa dengan kategori kemampuan tinggi, kemampuan sedang, dan kemampun rendah di kelasnya tidak mempengaruhi perolehan total skor yang diperoleh dalam mengerjakan soal-soal PISA konten space and shape.

4. PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan diatas, dapat dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.

Tingkat kemampuan berpikir siswa tergolong tinggi terdapat di level 1. Pada level 2 dan level 3 kemampuan berpikir siswa tergolong sedang. Pada level 4 dan level 5 kemampuan berpikir tergolong cukup. Sedangkan untuk level 6 kemampuan berpikir siswa tergolong rendah.

Jika dilihat dari kriteria penggolongan kemampuan matematika, 3 subjek yang terpilih yaitu S1 (siswa kemampuan matematika tinggi), S2 (siswa kemampuan matematika sedang), dan S3 (siswa kemampuan matematika rendah) dalam mengerjakan soal-soal PISA konten space and shape kemampuan berpikir siswa tergolong sedang terdapat pada S1 (siswa kemampuan matematika tinggi) dan S2 (siswa kemampuan matematika sedang). Sedangkan kemampuan berpikir siswa tergolong rendah terdapat pada S3 (siswa kemampuan matematika rendah).

DAFTAR PUSTAKA

Aksu, G., & Guzeller, C. Oktay. 2016. “Classification of PISA 2012 Mathematical Literacy Scores Using Decision-Tree Method: Turkey Sampling.” Journal of Education and Science, 41(185): 101-122.

Aksu, G., Guzeller, C. O., & Eser, M. T. 2017. Analysis of Maths Literacy Performance of Students with Hierarchical Linear Modeling (HML); The Case of PISA 2012 Turkey. Journal of Education and Science, 191 247-266.

(15)

Andrews, P. 2015. Mathematics, PISA, and culture: An unpredictable relationship. 16, 251-280.

Asmara, A. S., Waluya, S. B., & Rochmad. 2017. Analisis Kemampuan Literasi Matematika Siswa Kelas X Berdasarkan Kemampuan Matematika. 7(2), 135– 142.

Baykal, Ali. dan Ruhan Circi. 2010. “Item revision to improve construct validity: A study on released science items in Turkish PISA 2006.” Procedia Social and Behavioral Sciences. 2 (2010) 1931-1935.

Conboy, Joseph. 2010. “Retention and science performance in Portugal as evidenced by PISA.” 311-321

Johar, R. 2012. Domain Soal PISA untuk Literasi Matematika. 1(1), 30–41.

Khoirudin, A., Rina, D. S., & Farida, N. 2017. Profil Kemampuan Literasi Matematika Sisa Berkemampuan Matematis Rendah dalam Menyelesaikan Soal Berbentuk PISA. 8(2), 33-42.

OECD. (2013). PISA 2012 Assassement and analytical framework: Mathematics,reading, science, problem solving and financial literacy. Diakses dari http://www.oecd.org padatanggal 29 september 2017, Jam 21.00

Safrina, K., Ikhsan, M., & Ahmad, A. (2014). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Geometri melalui Pembelajaran Kooperatif Berbasis Teori Van Hiele. Jurnal Didaktik Matematika, 1(1), 9-20.

Setiawan Harianto. Dafik. Sri Lestari, N., D. (2014). Soal Matematika Dalam PISA Kaitannya Dengan Literasi Matematika dan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi. Prosiding Seminar Nasional Matematika.

Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sutama, I. K., Suharta, I. G. P., & Suweken, G. (2014). Pengembangan Perangkat

Pembelajaran Geometri SMA berdasarkan Teori Van Hiele Berbantuan Wingeom dalam Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Matematika. e-Journal Program PascasarjanaUniversitas Pendidikan Ganesha Program Studi Matematika, 3(1), 1-14.

Sutama. (2016). Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, PTK,R&D. Surakarta: Fariruz Media.

(16)

Utari, V., Fauzan, A., & Rosha, M. (2014). Peningkatan Konsep Melalui Pendekatan PMR dalam Pokok Bahasan Prisma dan Limas. Jurnal Pendidikan Matematika, 1(1), 33–38.

Gambar

Gambar 1. Rata-rata kemampuan berpikir siswa berdasarkan level.
Tabel 1 Penjabaran skor pada setiap nomor soal siswa S1
Tabel 2 Penjabaran skor pada setiap nomor soal siswa S2
Tabel 3 Penjabaran skor pada setiap nomor soal siswa S3
+2

Referensi

Dokumen terkait

Laporan tersebut sudah disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan, namun pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan hanya memberikan data laporan Realisasi

Tujuan dari langkah ini adalah untuk membuat relasi pada model data logika yang akan mewakili entitas, relationship¸ dan atribut yang telah diidentifikasi (Connolly

Antusias peserta coaching clinic sepak bola SSB Tunas Kaili dan SSB Rauf Junior merupakan modal dalam melakukan kegiatan ini, dengan tidak melakukan penjelasan

a. Agar sekolah memberikan pencerahan kepada siswa/i pentingnya pemeriksaan golongan darah pada setiap anak didik. Bagi dosenSTIKes Prima Nusantara Bukittinggi, program

Hasil penelitian sikap ilmiah siswa yang menggunakan instrumen task and rubric skala holistik dengan skor maksimal tiga kategori kompeten, diperoleh perbedaan

- Guru/Pembina harus lebih profesional (memiliki keterampilan tentang kepramukaan) - Siswa harus memiliki nilai- nilai karakter - Nilai-nilai pramuka akan menjadi karakter siswa

tersebut seakan-akan keluar dri manusia, dilakukan dengan sadar atas pilihan sendiri, dengan satu perkataan: sengaja, faktor kesengajaan ini mutlak untuk penilaian