KONSEP IDDAH DALAM AL-QURAN
(Studi Tafsir Ayat Ahkam Karya Ali Ash-Shabuni)
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Pada Ilmu Ushuluddin Dan Studi
Agama
Oleh
KHUSNUL KHOTIMAH NPM. 1431030006
Jurusan : Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN
LAMPUNG 1441 H/2019 M
KONSEP IDDAH DALAM AL-QURAN
(Studi Tafsir Ayat Ahkam Karya Ali Ash-Shabuni)
SKRIPSI
Diajukan untukMelengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Pada Ilmu Ushuluddin Dan Studi
Agama
Oleh
KHUSNUL KHOTIMAH NPM. 1431030006
Jurusan :Ilmu Al-Qur’an danTafsir
FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN
LAMPUNG 1441 H/2019 M
ABSTRAK
KONSEP IDDAH DALAM AL-QURAN (Studi Tafsir Ayat Ahkam Karya Ali Ash-Shabuni)
Oleh:
Khusnul Khotimah
Skripsi ini berjudul “Konsep Iddah Dalam Al-Quran Dan Sains (Studi Tafsir Ayat Ahkam Karya Ali Ash-Shabuni). Masalah utama yang dibahas di dalam skripsi ini adalah bagaimana pandangan Ali Ash-Shabuni dan juga sains tentang masa iddah. Skripsi ini menggunakan metode penelitian Deskriptif melalui pendekatan kualitatif dengan mengunakan teknik literatur sebagai suatu teknik yang digunakan untuk mempelajari buku-buku referensi, jurnal, artikel, dan hasil penelitian yang sejenis yang pernah dilakukan oleh orang lain sesuai dengan masalah yang dikaji.
Sesuai dengan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimanakah penafsiran Ali Ash-Shabuni terhadap ayat-ayat iddah?(2) Bagaimanakah respont medis terhadap masa iddah?
Jenis penelitian ini adalah penelitian pustaka (library risearch), dengan menggunakan data primer tafsir ayat ahkam karya Ali Ash-Shabuni dan referensi seperti jurnal, artikel tentang sains yang terkait dengan masa iddah. Penelitian ini dilakukan dengan metode pendekatan al maudhui (tematik) Data yang terkumpul dianalisis secara content analysis (analisis isi) dengan variabel utama yaitu perspektif tafsir dan respont medis terhadap masa iddah.
Hasil penelitian ini, menurut penafsiran Ali Ash-Shabuni diberlakukannya masa
iddah yaitu untuk mengetahui keadaan rahim seorang perempuan ( sedang mengandung anak atau tidak). Selain itu juga dimaksudkan agar tidak tercampurnya nasab anak yang dikandung. Dan dilakukan sebagai bentuk masa berkabung bagi isteri yang ditinggalkan. Sedangkan adanya respont medis ini, menjelaskan alasannya diberlakukannya iddah, seperti: untuk menghindari terjadinya penularan penyakit sexual, menjaga kesehatan ibu dan anak.
MOTTO
Artinya: Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu Maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang wajar) dan hitunglah waktu iddah itu serta bertakwalah kepada Allah Tuhanmu. janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah mereka (diizinkan) ke luar kecuali mereka mengerjakan perbuatan keji yang terang. Itulah hukum-hukum Allah, Maka Sesungguhnya Dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. kamu tidak mengetahui barangkali Allah Mengadakan sesudah itu sesuatu hal yang baru.(QS. At-Thalaq: 1).1
1
Departemen Agama RI, Al-Qur`An Dan Terjemahnya, (Bandung: PT. Syaamil Cipta Media, 2005), h.558.
PERNYATAAN ORISINALITAS
Assalamualaikum wr.wb
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Khusnul Khotimah
Npm : 1431030006
Prodi : Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir
MenyatakanbahwaSKRIPSI yang berjudulKONSEP IDDAHDALAM AL-QUR`AN (Studi Tafsir Ayat Ahkam Karya Ali Ash-Shabuni). Adalah benar hasil karya sendiri dan tidak ada unsur plagiat. Kecuali beberapa bagian
yang disebutkan sebagai rujukan di dalamnya. Apabila di kemudian hari dalam
skripsi ini di temukan ketidak sesuaian dengan pernyataan tersebut, maka
seluruhnya menjadi tanggung jawab saya, saya yang menerima sanksi sebagai
akibatnya.
Demikian pernyataan ini di buat dengan sebenarnya.
Wassalamualaikum wr.wb
Bandar Lampung, Mei 2019
Khusnul Khotimah Npm:1431030006
PERSEMBAHAN
Skripsi ini ku persembahkan kepada orang-orang yang selalu mendo‟akan
serta memotivasi dan memberikan kasih sayangnya kepadaku:
1. Ayahandaku (Suparman) dan Ibundaku (Kuswati), yang tanpa kenal lelah selalu mencurahkan do‟a dan kasih sayangnya.
2. Adik-adikku tersayang (Fadiah Nur Faujiah, Muhammad Fu`ad Thoharun, Muhammad Fu`ad Rosyiddin, Muhammad Fu`ad Hasan) yang telah memberikan motivasi yang luar biasa.
RIWAYAT HIDUP
Khusnul Khotimah, dilahirkan di desa Gisting Atas, kec. Gisting, kab.
Tanggamus, pada tanggal 29 februari 1996, dari pasangan bapak suparman dan
ibu kuswati. Peneliti merupakan putri pertama dari 5 bersaudara.
Pendidikan yang pernah ditempuh peneliti yaitu: pendidikan sekolah dasar
di SDN 5 Gisting Atas selesai pada tahun 2008, sekolah menengah pertama di
MTs MA ( Madrasah Tsanawiyah Mathla`ul Anwar) Landbaw selasai pada tahun
2011, lalu sekolah menengah atas di MA.MA (Madrasah Aliyah Mathla`ul
Anwar) Landbaw dan selesai pada tahun 2014. Ditahun yang sama peneliti
terdaftar sebagai mahasiswi di Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan
Lampung dan di terima pada di jurusan Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir Fakultas
Ushuluddin.
Bandar Lampung, Mei 2019
Peneliti,
Khusnul khotimah
KATA PENGANTAR مسب ميحّرلا نمحّرلا الله
Dengan mengucapkan rasa syukur kehadirat Allah SWT., penggenggam
diri dan seluruh ciptaan-Nya yang telah memberikan hidayah, taufik dan
rahmat-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam
senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW., yang telah mewariskan
dua sumber cahaya kebenaran dalam perjalanan manusia hingga akhir zaman
yaitu al-Qur‟an dan Hadits. Dalam penelitian skripsi ini, peneliti mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak. Dalam penelitian skripsi ini tidak lupa peneliti
mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya, kepada yang terhormat:
1. Bapak prof. Dr. H. Moh. Mukri, M.Ag, selaku Rektor UIN Raden Intan Lampung yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menimba ilmu pengetahuan dikampus tercinta UIN Raden Intan Lampung ini.
2. Bapak Dr. M. Afif Anshori, M.A, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN Raden Intan Lampung beserta staf pimpinan dan karyawan.
3. Bapak Drs. Ahmad Bastari, MA, selaku ketua Prodi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir dan Ibu Intan Islamia, M.Sc., selaku sekertaris Jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir yang telah memberikan pengarahan dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak Ahmad Muttaqin,M.Ag. selaku Pembimbing I, dan bapak Dr. Kiki Muhamad Hakiki, M.A. selaku Pembimbing II, yang dengan susah payah telah memberikan bimbingan dan pengarahan secara ikhlas dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak dan ibu dosen Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama yang telah ikhlas memberikan ilmu-ilmu dan motivasi peneliti dalam menyelesaikan studi di Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN Raden Intan Lampung.
6. Teman-teman seperjuangan angkatan 2014 prodi Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir, Sidik, Basri, Agus, Ali, Rian, Syawwal, Supiyan, Wawan, Muhtadi, Zulkarnain, Ismail, Rahman, Fatimah, Intan, Hera, Hida. Yang telah memberikan support yang luar biasa.
7. Sahabat-sahabat terbaik saya, Herawati, Mira Damayanti, Linda Melati Oktavia, Indah Dwi Pratiwi, Novia Dwi Rahma, Sukmala Dewi, Nisa Mutiara Sari, Dewi Puspita, yang mengingatkan pentingnya bersabar dalam belajar dan memahami dunia luar.
8. Kepala perpustakaan UIN Raden Intan Lampung beserta staf yang telah turut memberikan data berupa literatur sebagai sumber dalam penelitian skripsi ini.
Semoga amal dan jasa yang telah diberikan dicatat oleh Allah SWT,
sebagai amal Shalih dan memperoleh Ridha-Nya.
Peneliti menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya atas segala
kesalahan yang pernah dilakukan, baik yang disengaja maupun yang tidak
disengaja. Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi amal shalih.
Aamiin.
Wallahu Muwafiq Illa Aqwamith Thariq
Bandar Lampung, Mei 2019 Peneliti,
Khusnul khotimah
PEDOMAN TRANSLITERASI
Mengenai Transliterasi Arab-Latin ini digunakan sebagai pedoman SuratKeputusan Bersama (SKB). Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 158 Tahun 1987 dan Nomor 0543b/U/1987, sebagai berikut:
1. Konsonan Ara b Lati n Ara b Lati n Ara b Latin Ara b Latin ا A ذ Dz ظ Zh م M ب B ر R ع „ (Komaterba lik di atas) ن N ت T ز Z و W ث Ts س S غ Gh ه H ج J ش Sy ف F ء ` (Apostrof, tetapitidakdilambangkanapabilat erletak di awal kata)
ح H ص Sh ق Q
خ Kh ض Dh ك K
د D ط Th ل L ي Y
2. Vokal
Vokal Pendek Contoh Vokal Panjang Contoh Vokal Rangkap
- A لَدَج ا Â ََراَس َ ي.... Ai
_ I ََلِنَس ي Î ََل يِق َ و.... Au
و
U ََرِكُذ و Û ََر وُجَي
Ta Marbutah yang hidup atau mendapat harakat fathah, kasroh dan
dhammah, transliterasinya adalah /t/. Sedangkan ta marbuthah yang mati atau
mendapat harakat sukun, transliterasinya adalah/h/. Seperti kata : Thalhah,
Raudhah, Jannatu al-Na‟im.
4. Syaddah dan Kata Sandang
Dalam transliterasi, tanda syaddah dilambangkan dengan huruf yang diberi
tanda syaddah itu. Seperti kata: Nazzala, rabbana. Sedangkan kata sandang “al” tetap ditulis “al”, baik pada kata yang dimulai dengan huruf qamariyyah
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ... i ABSTRAK ... ii HALAMAN PERSETUJUAN...iii HALAMAN PENGESAHAN ... iv MOTTO ... v PERNYATAAN ORISINALITAS ... vi PERSEMBAHAN ... vii
RIWAYAT HIDUP ... vii
KATA PENGANTAR ... ix
PEDOMAN TRANSLITERASI ... xii
DAFTAR ISI ... xiv
BAB IPENDAHULUAN A. Penegasan judul ... 1
B. Alasan Memilih Judul ... 3
C. Latar Belakang Masalah ... 4
D. Rumusan Masalah ... 9
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 9
F. Metode Penelitian ... 10
BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Tentang Masa Iddah ... 15
1. Definisi Iddah ... 15
2. Hukum Iddah ... 17
3. Macam-macam Iddah ... 18
4. Iddah Perspektif KHI ... 23
5. Iddah Perspektif Sains ... 25
6. Hak dan Kewajiban dalam Masa Iddah... 28
7. Hikmah disyariatkanya Iddah ... 28
B. Pentingnya Mengkaji Al-Qur`an Dengan Menggunakan Pendekatan Sains ... 29
BAB III IDDAH PERSPEKTIF TAFSIR AYAT AHKAM KARYA ALI ASH-SHABUNI DAN MEDIA PENENTU MASA IDDAH
A. Mengenal Tafsir Ash-Shabuni ... 32
1. Biografi Singkat Ali Ash-Shabuni ... 32
2. Karya-karya Ali Ash-Shabuni... 33
3. Profil Singkat Tafsir Ayat Ahkan Karya Ali Ash-Shabuni ... 34
4. Teknik Penulisan Ayat Ahkam KaryaAli Ash-Shabuni ... 35
5. Metodologi Tafsir Ayat Ahkam Karya Ali Ash-Shabuni ... 36
B. Latar Belakang Tafsir Fiqih... 39
C. Klasifikasi Ayat-Ayat Tentang Masa Iddah ... 40
D. Penafsiran Ali Ash-Shabuni Tentang Ayat-ayatIddah ... 41
1. QS. Al-Baqarah: 234 ... 41
2. QS. Al-Ahzab: 49 ... 48
3. QS. Ath Thalaq: 4-6 ... 52
E. Media Penentu Masa Iddah Dalam Sains ... 58
1. USG (Ultrasonografi) ... 58
2. Tes DNA (Deoxrybo Nucleic Acid) ... 59
3. Testpack ... 61
BAB IV ANALISIS TENTANG KONSEP MASA IDDAH DALAM Al-QURAN DAN SAINS A. Analisis Penafsiran Ali Ash-Shabuni tentang ayat-ayat iddah ... 64
B. Respont Medis terhadap masa iddah ... 71
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 84
B. Saran ... 84
DARTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul
Judul skripsi ini adalah “ KONSEP IDDAH DALAM AL-QUR`AN (Studi Tafsir Ayat Ahkam Karya Ali Ash-Shabuni)”. Untuk memudahkan pembaca dalam memahami judul skripsi ini, serta untuk
menghindari kesalahpahaman maka penulis memberikan beberapa
pengertian terkait variabel-variabel di atas sebagai berikut:
Konsep adalah sejumlahnteori yang berkaitanidengan suatuiobjek.
Konsep diciptakanidengan menggolongkanndan mengelompokkani
objek-objekitertentu yang mempunyaiaciri-ciri yang sama.2.
Iddah berasal dari kata `adad dalamnbahasa arab yangnberarti bilangan atau hitungan.3 Sedangkan menurut MuhammadnZaid al-Ibyani,
Iddah memilikintiga makna : secaranetimologi, terminologindan istilah ahli fikih. Secara bahasaiIddah adalah menghitung,.secara syar‟iiadalah masa tunggu yangndiwajibkan bagi perempuannmaupun laki-lakinketika
terdapatnsebab, secara istilahndari ahli fikih, iddahnadalah masa yang ditentukannoleh syar‟i pascanperceraian, dimana dalam masantersebut
perempuanndiwajibkan menunggundengan tanpa menikahnsampai selesai
masa tersebut.4
2
Husain Umar, Metode Riset Ilmu Administrasi, ( Jakarta: Gramedia Pustaka U tama, 2004), h. 51.
3
Muhammad Bagir Al-Habsy, Fiqih Praktis Menurut Al-qur`an,As-Sunnah da Pendapat
Para Ulama, (Bandung: Penerbit Mizan, 2002) cet:1, h. 221.
4
M. Isna Wahyudi, Fiqh Iddah Klasik dan Kontemporer, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren,2009), h.76
Al-Qur`an adalah kalamullah yang bernilai mukjizat, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, dengan perantaraan malaikat
Jibril yangntertulis padanmashahif, diriwayatkannkepada kita dengan
mutawatir, dan baginyang membacanyanterhitung ibadah diawalindengan suratnAl-Fatihah, dan ditutupndengan suratiAn-Nas.5
Tafsir menurutnbahasa berasal darinkata fassara yangnberarti menjelaskan, menyingkap, menerangkan makna yang‟rasional.6
Sedangkannsecara terminologi, Syaikh Al-Jazairinmenjelaskan bahwa
tafsir padanhakikatnya dalah menjelaskannlafadzh yang sukarndiahami
oleh pendengar‟dengan mengemukakanmlafadzh makna yang
mendekatinya, atau dengannjalan mengemukakannsalah satu dilalah.lafadz
tersebut.7
Tafsir Ayat Ahkan Ash-Shabuni adalah salah satu dari kitab tafsir
kontemporer yang populer dikalangan peminat studi al-Qur`an. Kitab
tafsir ini bercorak fikih atau hukum. Kitab ini dikarang oleh seorang
mufasir yang bernama Muhammad Ali Bin Jamil Ash-Shabuni, beliau
lahir di kota Hallab (Aleppo) pada tahun 1347 H.8 Ali ash-shabuni sudah
memperoleh pendidikan dasar dan formal mengenai bahasa arab, ilmu
waris, dan juga ilmu-ilmu agama yang dibimbing langsung oleh sang ayah.
5
Muhammad Ali As-Shabuni, Ikhtisar Ulumul Qur‟an Praktis (Jakarta: Pustaka Amani, 2001), h.3.
6
Manna‟ Khalil Qaththan, Mabahis fi Ulumil Quran/terjemahan An-Nur Rafiq el-Mazni,
Pengantar Studi Islam (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2006), cet. I, h. 455.
7
Hasbi Ash-Shidiqi, Sejarah Dan Pengantar Ilmu Al-Qur‟an(Jakarta: bulan bintang,1994),h.178.
8
Laila Badriyah, Kajian Terhadap Tafsir Rawa`I Al-Bayan: Rafsir Ayat Al-Ahkam Mun
Al-Qur`An Muhammad Ali Ash-Shabuni, (SYAIKHUNA, Jurnal Pendidikan dan Pranata Islam,
Sejak kecil Ash-Shabuni sudah menunjukan bakat dan kecerdasan dalam
memahami ilmu agama. Dan diusianya yang masih belia Ash-Shabuni
sudah hafal al-qur`an.9 Berkat kiprahnya di dunia pendidikan islam, pada
tahun 2007 panitia penyelenggara Dubai Internatoinal Qur`an Award
menetapkan Ash-Shabuni sebagai Personality of the Muslim World. Yang diseleksinlangsung olehnpangeran Muhammadnibn Rashid Al-Maktum,
nwakil kepala pemerintahannDubai, dari beberapankandidat.10
Dari beberapanpengertian diatas, dapatndipahami bahwanskripsi
ini adalahnsebuah penelitiannuntuk mengkajintentang masa iddah dengan menggunakan tafsir ayat ahkam karya Ali Ash-Shabuni. Peneliti ingin
mengetahui bagaimana konsep iddah yang sebenarnya, yaitu untuk melihat dan memastikan bahwa rahim seorang isteri dalam keadaan bersih,
juga untuk menghindari terjadinya penyebaran penyakit, sebagai bentuk
masa berkabung dan penjaga nasab yang diperintahkan dalam Al-Quran.
B. Alasan Memilih Judul
Adapun yang menjadi alasan peneliti dalam memilih judul skripsi
ini adalah sebagai berikut :
1. Memberikan informasi kepada masyarakat khususnya kaum muslim
tentang bagaimana sebenarnya hukum iddah yang diatur oleh al-quran dan hadits. Karena sebagian besar masyarakat hanya melaksanakan
masa iddah ini hanya sesuai dengan kebiasaan dimasyarakat setempat tanpa tahu bagaimana sebenarnya konsep iddah dalam islam. Hal ini
9
Ali Aljufri, Metode Tafsir Al-Wadhi Al-Muyassar Karya M. Ali Ash-Shabuni, ( Palu: Rausyan Fikr, vol.12 no.1, 2016), h. 45
10
dikarenakan masyarakat kurang mendapatkan informasi yang cukup
dibalik ditetapkannya syariat ini.
2. MuhammadnAli Ash-Shabuni sebagainseorang ahli tasir dan ulama yang.aktif mengkaji.dan meneliti serta.produktif menyodorkann
karya-karyanilmiahnya yang bermanfaatndengan memadukannmetode lama
dan metode barundalam menafsirkanndan mengungkapnrahasia,
keajaibanndan fungsi Al-Qur`annsebagai petunjukndan pembimbing
umat, hal ininmembuat pemikiraniMuhammad AlinAsh-Shabuni yang
dinamis,imoderat dan konstektual menariknuntuk dikaji. Olehnkarena
itu, penelitintertarik untuk mengkajinpemikiran beliauntentang Iddah
dalam Tafsir Ayat Ahkan karya Ali Ash-Shabuni.
3. Judul ini sesuai dengan jurusan yang peneliti ampuh yaitu Ilmu
Al-Qur`an Dan Tafsir.
C. Latar Belakang Masalah
Al-Qur‟an merupakan kitab petunjuk yang dapat menuntun umat
manusia menuju jalan kebenaran. Selain itu, Al-Qur‟an juganberfungsi
sebagainpemberi penjelasannterhadap segalansesuatu dan pembedanantara
kebenaranidan kebatilan. Untuknmengungkap petunjukndan penjelasan
darinal-Qur‟an, telahndilakukan berbagainupaya oleh sejumlahnpakar dan ulama‟iyang berkompeteniuntuk melakukannpenafsiran terhadapn
al-Qur‟an, sejaknmasa awal hinggansekarang ini. sebagai kitab sucinumat
muslim, tentunya al-qur`an mengaturnkeseluruhan sendinkehidupan
yangnharus dipatuhi umatnmuslim deminterwujudnya keteraturan
kehidupan. Salah satunya yaitu aturan mengenai pemberlakuan masa
iddah bagi wanita yang telah bercerai dari suaminya.
Perkawinannadalah buhungan lahirnbatin seorangnlaki-laki dan
seorangnwanita (suami-istri) yang memiliki tujuannuntuk membentuk
sebuah keluarganyang bahagianberdasarkan ketentuan Allah SWT.
Perkawinan juga bisa diartikan sebagai ijab qabul yang memperbolehkan
atau menghalalkan seorang laki-laki yang hendak mencampuri serang
wanita dengan mengucapkan kata-kata nikah.11 Perkawinan.amat penting
dalam kehidupannmanusia, baik baginperseorangan maupunnkelompok.
Dengan jalannperkawinan yangnsah, pergaulannlaki-laki dannperempuan
terjadiisecara terhormatisesuai kedudukanisebagai makhluk yangimemiliki
kehormatan. Pergaulannhidup berumahntangga dibina dalamnsuasana
damai,itenteram dan kasihisayang antara suaministri. Anak keturunanndari
hasilnyang sah menghiasinkehidupan keluarga,isekaligus merupakan
kelangsungan.hidup manusiaisecara bersih daniberkehormatan. Pernikahan
adalahnmelakukan suatunakad atau perjanjiannantara seorangnlaki-laki
dan wanitanuntuk menghalalkannhubungan jasmaninantara keduanbelah
pihak,idengan dasar sukanrela dan kerelaannkedua belah pihaknuntuk
mewujudkannsuatu kebahagiaanndengan cara-caranyang diridhoinoleh
Allah.12
11
Syahbudi Rahim, Kawin Hamil Di Luar Nikah, (Kalimantan Barat, Tasamuh: Jurnal Sudi Islam, vol.9 no.1, 2017), h.125
12
Manakalansetelah perkawinannterjadi hubungan, ntetapi dalam
perkawinan itunternyata tidaknberjalan dengannmulus dannterdapat
berbagainhalangan dannrintangan yangnmengakibatkan.tujuan perkawinan
itu tidak bisa.dicapai dan sebagainpuncaknya terjadilahnperceraian. Akibat
dari adanya.perceraian inilah.yang menyebabkaniadanya kewajiban.bagi
seorang wanita untuk “beriddah” atau dalamnistilah disebut “Massa
Tunggu”.13
Istriiyang ditalak olehnsuami harusimelaksanakan iddah,.baik talak melaluinperceraian maupunitalak yangnditinggal matiisuaminya, istri.tidak
boleh menikahnlagi sebelumnmasa iddahnyanhabis, baik talak raj‟i (talak yangnmasih bolehnmenikah lagindengan suaminyantetapi setelah.menikah
denganiorang lain, baruiboleh menikahilagi denganisuaminya).14
Islamimewajibkan iddah.bagi seorang.istri adalah demi.melindungi kehormatan keluarga,.serta menjaga dariiperpecahan dannpercampuran
nasab. DalamnAl-Qur‟an banyaknmembahas ayatntentang iddah istri.yang masih haidnyang ditalak oleh suaminya danniddahnya tiga kali.quru‟15, sebagaimananfirman AllahiSWT dalamnsurat Al-Baqarahnayat 228 :
ُُتاَقَّلَطُمْلاَو
nُ ءوُرُ قَُةَث َلََثَُّنِهِسُفْ نَأِبَُنْصَّبَرَ تَ ي
....
“Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru'… ”. (QS..Al-Baqarah:.228)
13
Slamet Abidin, Fiqih Munakahat, (Bandung : CV. PUSTAKA SETIA, 1992), h. 186 14
Anshori Umar, Fiqih Wanita,(Semar ang : CV. Asy-Syfa‟, 1981), h. 435. 15
Madzhab Hanafi dan Hambali mengatakan bahwa yang dimaksud dengan Qur-un ialah haidh, sedangkan madzhab Imam Syafi`i dan Imam Malili mengartikan suci. Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Al-Maraghi, terj. Bahrun Abubakar,(Semarang: cv. Toha Putra,1984) jilid 2, h. 306.
Perkataan “wanita-wanita menunggu...” itu adalahnkalimat berita
(kalamnkhabar), tetapi,mengandung artinperintah (amr). Maksudnya:
tunggulah,.gunanya untuk menyentuhnhati supaya segera diterimandan
dilaksanakan. Zamakhsyarinberkata dalamntafsirnya Al-Kasysyarf: Ta`bir perintahndengan kalimatnkhabar itu memberikan artinyang lebih keras,
.dengan pengertian perintah itunhendaknya segerandilaksanakan. Jadi
seolah-olahnwanita-wanita itunmelaksanakan perintah, dan perintahnitu
dinyatakan kiniisudah ada..Yang semaknaidengan itu ialah ucapan:
َُ َاللَّ َكُمَح رَي “semoga Allah memberi rahmat kepadamu”. Ta`birndiucapkan dalam.bentuk berita,.untuk memberikannsuatu keyakinan,ibahwa doanya
itunpasti akan dikabulkan.iSeolah-olah rahmatnitu kini sudah ada, daniia
memberitakanntentangnadanya rahmatntersebut.16
Kata “menanti” dalam ayatndiatas diikat dengan “diri-diri” tidak
cukupndiucapkan “ menanti empat bulan”, ada suatunhikmah. Apakah
hikmahiitu? Jawabnya: Bahwaimenyebut “anfus” (jiwa)iuntuk lebih.dapat membangkitkannperasaan supayanmereka dapatnmengekang hawannafsu
dannsiap untuknmenanti. Sebabndiri wanita itu dapatnmembangkitkan
perasaannlaki-laki, makanAllah menghendakinkiranya wanita-wanita itu
dapatimenguasai dirinyandan mengalahkan ajakannnafsunya, yaitu.dengan
caraimemperturutkan perintahnAllah untukimenanti itu.17
16
Muhammad Ali Ash-Shabuni, Tafsir Ayat Ahkam Ash-Shabuni,Terj. Mu`Ammal Hamidy dan Drs. Imron A. Manan, (Surabaya: Pt. Bina ilmu, 2003), Cet. 4, h. 263.
17
Terkait dengan perkembangannteknologi saatiini, khususnya.dalam
bidangnkedokteran yangimemungkinkan untuknmengetahui kehamilan
dalamnwaktu yangnrelatif singkatndan dengannhasil yangncukup akurat
makantujuan Iddahnuntuk mengatahui kebersihannrahim tampaknyantidak dapatndipertahankan. Dalamihal ini, Iddahimemiliki peranipentingndalam mengetahui kebersihan rahim dan dalam menjaga garis keturunan.18
Seiringndengan perkembangannilmu pengetahuanndan teknologi tersebut
penentuannayah seorangnanak jugandapat dilakukannmelalui tesnDNA (
deoxyribonucleic acid),ibahkan pelacakannasal usul keturunannmelalui tes DNAndapat dijadikanialat buktiiprimer. Fungsi Iddah sebenarnyanbukan hanyanuntuk mengetahuinbersih atau tidaknyanrahim seseorang,itetapi
kewajiban beriddah dimaksudkannuntuk memberi perlindungan kepada perempuan pasca perceraian. Diantaranya yaitu: pertama,nIddah
memainkannperan yang pentingnsekali dalamnmenjaga kehormatanndan
kredibilitasnseorang perempuan.iKedua, Iddahnditujukan untuk.menjamin kesehatan.ibu danianak. 19
Selain itu, Iddah juganmemiliki peranan yang luarnbiasa dalam upayanmencegah penyebaranipenyakit yang ditulatkan melaluiihubungan
seksuali(sex-transmittedndiseases). Iddah sangat membantu dalam pencegahannpenularan penyakitnmenular seksuali(PMS), yaitu penularan
penyakitnyang disebabkan melaluiihubungan seksual. Dalamnsipilis,
misalnya rata-ratanmasa inkubasii(masuknyanpenyakit) adalahn21 hari,
18
Wardah Nuroniyah, Diskursus Iddah Berperspektif Gender: Membaca Ulang Iddah
Dengan Metode Dalalah Al-Nass, ( Cirebon: Al-Manahij, vol.XII no.2, 2018), h. 207.
19
tetapindapat beragamndari 10 sampain90 hari. Begitunjuga Lymphoma Granulae, masaninkubasinya beragam.dari satu minggu.sampai tiga.bulan. Dalamjkasus AIDS masajinkubasi dapatjmembutuhkan waktuj5 sampai 10
tahun,nnamun tesndarah untuknvirus HIV menjadinpositif kebanyakan
dakamnwaktu tigaibulan.20
Denganndemikian, rahasianatau hikmahjdi balik iddah selama tiga bulannsemakin jelas. Ilmunpengetahuan daniteknologi sangatjberperan
penting di dalamnmemahami ajarannagama dannmenggali hikmahnyang
terkandung dijdalamnya. Begitu pula masa iddah dengan ketentuan waktu yang berbeda, akan dapat diketahui hikmah ditetapkan iddah tersebut.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat penulis rumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimanakah penafsiran Ali Ash-Shabuni terhadap ayat-ayat iddah ? 2. Bagaimanakah respont medis terhadap penafsiran tentang Iddah?
E. Tujuan dan kegunaan Penelitian
- Untuk mengetahui bagaimana penafsiran Ali Ash-Shabuni terhadap
ayat-ayat iddah.
- Untuk mengetahui bagaimana respont medis terhadap penafsiran tentang Iddah
Adapun kegunaan darinpenelitian ini adalahndiharapkan dapat
memberikan konstribusi terhadap khasanah islam di bidang keilmuan tafsir
20
dan hadis. Secara khusus penelitian ini diharapkan mampu memberikan
diskripsi tafsir ayat-ayat yang menjelaskan tentang iddah di dalam kitab tafsir Ayat Ahkam karya Ali Ash-Shabuni dan bagaimana respon sains
terhadap ditetapkannya masalah iddah tersebut.
F. Metode Penelitian
Metode merupakan aspek penting dalam melakukan penelitian,
pada bagian ini akan dijelaskan tentang hal-hal yang berkaitan dengan
metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
1. Jenis penelitian dan sifat penelitian
a. Jenis Penelitian
Bila dilihat dari jenisnya, penelitian ini termasuk
penelitian kepustakaan (Library Research). Yang dimaksud penelitian kepustakaan menurut hermawan warsito adalah
suatu kegiatan yang dilaksanakan dengan mengumpulkan data
dari berbagai literatur dan kepustakaan.21 Misal nya
buku-buku, catatan, artikel, majalah dan yang berhubungan dengan
penelitian ini.
b. Sifat penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif analisis, sebuah
penelitian setelah memaparkan dan melaporkan suatu keadaan,
obyek, gejala, kebiasaan, perilaku tertentu kemudian dianalisis
21
secara lebih tajam.22 Penelitian ini berusaha memaparkan
dengan cara mendialogkan data yang ada sehingga
membuahkan hasil penelitian yang dapat mendeskripsikan
secara komprehensif, sistematis dan obyektif tentang
permasalahan seputar tema judul skripsi ini.
2. Sumber Data
Data adalah segala keterangan (informasi) mengenai segala hal
yang berkaitan dengan tujuan penelitian.23Adapun sumber data dalam
penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu Sumber data primer dan
sekunder.24
a. Sumber data primer adalah data yang diperolehnatau
dikumpulkannlangsung dinlapangan oleh.orang yang.melakukan
penelitiannatau yangnbersangkutan yangnmemerlukanya.25
Sumber utama yang dijadikan referensi dalam penulisan yang
diperoleh secara langsung dari sumber aslinya yaitu tafsir ayat
ahkam karya Ali Ash-Shabuni.
b. Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh atau
dikumpulkannoleh orangnyang melakukannpenelitian dari
sumber-sumbernyang telahnada.26.Data ini biasanya tersusun
dalam bentuk dokumen, misalnya mengenai data daerah dan
22
Ibid, h. 33 23
M. Amirin Tatang, Menyusun Rencana Penelitian (Jakarta: Rajawali Pers, 1990), h. 130. 24
Ahmad Anwar,Prinsip-Prinsip Metodologi Research(Yogyakarta:Sumbangsih, 1974), h. 2 25 M. IqbaliHasan,
Pokok-PokokjMateri MetodologiiPenelitian daniAplikasinya (Penerbit
GhaliajIndonesia, 2002), Cet. 2, h. 82. 26
sebagainya.27 Data yang diperoleh dari literatur-literatur lain,
berupa buku-buku, kitab-kitab tafsir lainnya, hasil penelitian dan
artikel-artikel yang berkaitan dengan masalah konsep iddah
dalam Al-Qur‟an guna memperkaya dan melengkapi sumber
data primer.
3. Metode Penelitian
Obyek utama penelitian ini adalah kitab suci Al-Qur‟an, untuk
memahami ayat-ayat Al-Qur‟an digunakan penafsiran. Dalam kajian
tafsir terdapat 4 metode, yaitu metode Al-Tahlili (analisis), Al-Ijmali
(global), Al-Muqaran (komparatif) dan Al-Maudhu‟i (tematik).28 Dalam penelitian ini, metode yang peneliti anggap paling cocok adalah
metode komparatif (muqarran) mengenai Konsep Iddah sehingga mendapatkan hasil penelitian yang menyeluruh, sistematis, dan
obyektif.
4. Metode Pengumpulan Data
Adapun langkah-langkah tafsir maudhui (tematik) sebagai berikut:
a. Menetapkan masalah yang akan dibahas (topik).
b. Menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah tersebut.
c. Menyusun runtutan ayat berdasarkan masa turunnya beserta
dengan asbab al-nuzul-nya.
27
Syarifudin hidayat, metodologi penelitian, (bandung: mandar maju,2002), h. 21 28
d. Memahami korelasi ayat-ayat tersebut dalam surahnya
masing-masing.
e. Menyusun pembahasan dalam kerangka yang sempurna ( out-line).
f. Melengkapi dengan hadis-hadis yang relevan dengan pokok
pembahasan.
g. Mengumpulkan ayat-ayat secara sistematis dan menyeluruh
dengan menghimpun ayat-ayat yang mengandung pengertian
yang sama menyesuaikan antara pengertian umum dan khusus,
muallaq dan muqayyad, atau ayat-ayat yang kelihatan kontradiksi, sehingga semua bertemu dalam satu muara tanpa
perbedaan atau pemaksaan.
h. Menyusun kesimpulan yang menggambarkan jawaban al-qur`an
terhadap masalah yang dibahas. 29
Dengan metode ini peneliti berusaha mencari ayat yang
berhubungan dengan Konsep Iddah menurut pemikiran Ali Ash-Shabuni. 5. Analisis dan Kesimpulan
a. Analisis Data
Analisis data merupakan upaya untuk menata dan
mendeskripsikan data secara sistematis guna mempermudah peneliti
dalam meningkatkan pemahaman terhadap objek yang sedang diteliti.
29 AhmadiSyukri Shaleh,
MetodologinTafsir Al-Qur`annKontemporer, (Jambi: Sultan Thaha
Pokok analisa data dalam penelitian ini yakni menginventarisasi teks
berupa ayat-ayat Al-Qur‟an yang berkenaan dengan masa iddah, membahas dan mengkaji teks tersebut dengan mempertimbang latar
belakang historis turun ayat, melihat hadits-hadits yang berkaitan,
seterusnya diinterpretasikan secara objektif lalu dituangkan secara
deskriptif.
b. Kesimpulan
Proses penyimpulan dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan
kerangka berfikir deduktif yaitu kesimpulan yang berangkat dari
fakta-fakta yang bersifat umum kepada yang khusus atau mendetail dengan
mengarah kepada masalah-masalah yang telah dirumuskan.30Dalam hal
ini, peneliti menyimpulkan penafsiran Muhammad Ali Ash-Shabuni
terhadap ayat-ayat masa iddah dalam kitab tafsirnya yang kemudian dijadikan jawaban atas pertanyaan dalam rumusan masalah penelitian.
30
BAB II KAJIAN TEORI A. DESKRIPSI TENTANG MASA IDDAH
1. PengertianjIddah
Iddahnberasal darinkata `adad dalamnbahasa arabnyang berarti bilangannataunhitungan.31 Iddah secaranbahasa mengandungnpengertian hari-harinhaidh atau hari-harinsuci pada wanita.nSedangkan secaranistilah,
Iddahnmengandung artinmasa menunggu baginwanita untuknmelakukan perkawinannsetelah terjadinyanperceraian dengan suaminya,ibaik cerai
hidup maupunncerai mati, dengan tujuannuntuk mengetahuinkeadaan
rahimnyanatau untuk berfikirnbagi suami.32
Menurut AhmaduAl-Ghundur memberikanudefinisi iddahudengan, jenjang waktunyang ditentukaniuntuk menanti kesucian.(kebersihan
rahim) darinpengaruh hubunganusuami istri setelahnsang istri diceraikan
atau ditinggalnmati suami, yaitu waktu yang biasajdipikul oleh istri setelah
putus ikatan pernikahan karena dikhawatirkan terjadi kesubhatan dalam
pengaruhnhubungan kelaminnatau yang sesamanyanseperti
bermesra-mesraan (dengannpria lain jikania segeranmenikah).33
Menurut Abd al-rahman al-jaziri, iddah secaransyar`i adalah masantunggu seorangnperempuan yang tidaknhanya didasarkannpada
masa haidnatau sucinya, tapi terkadang juga didasarkannpada masa
31
Muhammad Bagir Al-Habsy, Fiqih Praktis Menurut Al-qur`an,As-Sunnah dan
Pendapat Para Ulama, (Bandung: Penerbit Mizan, 2002) cet:1, h. 221.
32
H. AmiurnNuruddin, AzhariiAkmal Tarigan,.Hukum PerdataiIslam di Indonesia.(Studi
KritisjPerkembangan HukumnIslam dari Fikih, UUNo.1/1974 Sampai KHI) (Jakarta:
PRENADAMEDIAnGROUP, 2016) cet: 6, h. 240. 33
haid atau sucinya, atau ditandai dengannmelahirkan, dan selamanmasa
tunggu tersebutnperempuan dilarangnuntuk menikah dengannlaki-laki
lain.34
Menurut AbunYahya Zakariyya al-Ansari, memberi definisi
Iddahnsebagai masa tunggunseorang perempuannuntuk mengetahui kesuciannrahim, untuk beribadah (ta`abubud), atau untuk berkabung (tafajju) atas kematiannsuaminya.35 Para ulama mendefinikan iddah
sebagainnama waktununtuk memanti kesuciannseorang istri yang
ditinggalnmati atau diceraikannsuami, yang sebelumnhabis masa itu
dilarangnuntukudinikahkan.36
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwasanya
iddah adalah waktu menunggu yang diperuntukan seorang wanita pasca perceraian baik cerai hidup ataupun cerai mati, untuk melihat
kebersihan rahim, juga sebagai masa berkabung (berduka) setelah
kematia suami, dan dalam masa ini seorag wanita dilarang untuk
menikah dengan laki-laki lain.
Iddahnini juga sudahndikenal padanmasa jahiliyah. Setelah datangnyanIslam, Iddahntetap diakui sebagainsalah satu darinajaran syari`atnkarena mengandung banyaknmanfaat.37
34
Wardah Nuroniyah, Diskursus Iddah Berperspektif Gender: Membaca Ulang Iddah
Dengan Metode Dalalah Al-Nass, ( Cirebon: Al-Manahij, vol.XII no.2, 2018), h.195.
35
Nunung rodliyah, fungsiniddah bagi perempuanidalam perspektifnhukum perkawinan
islam (Yokyaarta: SOSIO-nRELIGIA jurnaliilmu agama.dan ilmu;sosial, vol.7 no.4, 2008), h. 973.
36
Wardah Nuroniyah, Diskursus Iddah...., h. 240. 37
SyaikhnKamil Muhammadn`Uwaidah, FiqihiWanita, (Jakarti Timur: PUSTAKApAL-KAUTSAR,i2004)icet:14, h:448.
2. Hukum Iddah
Hukum iddah wajib, dasarnya:
a. Al-Qur`an, seperti dalam firman Allah Swt.
ُُتاَقَّلَطُمْلاَو
n
ُ ءوُرُ قَُةَث َلََثَُّنِهِسُفْ نَأِبَُنْصَّبَرَ تَ ي
Wanita-wanitanyang ditalaknhendaklah menahan dirii(menunggu) tiga kaliiquru. (QS.iAl-Baqarah:1228).
Az-Zamakhsyari berkata: “Ayat ini berbentuk kalimat berita dalam makna perintah.” Asaliperkataan: “Hendaklah
wanita-wanita itu menunggu”, mengeluarkannperintah dalamnbentuk
kalimat beritanbermakna penguatnperintah dan memberinisyarat
termasuknsesuatu yang wajibiditerima denganisegera agaridipatuhi.
Seakan-akannmereka telahnpatuh terhadap perintahnmenunggu
kemudiannAllah memberitakannapa adanya.38
b. Sabda Rosulullah s.a.w. kepada Fatimah binti Qais:
...
ُّدَتْعِا
ُ مْوُ تْكَمُّمُأُ ِتْيَ بُِْفُِْي
Beriddahlah kamu di rumah ummi maktum.
Diantara hikmah adanya iddah ini menurut syara` ialah untuknmengetahui bersihnyaikandungan, sehinggainasab seseorang
tidaknbercampur dengan yang lainya dan sebagai kesempatannbagi
38
Abdul.Aziz Muhammad.Azzam dan Abdul.Wahhab Sayyed.Hawwas, Fiqih Munakahat
suaministri untuk membinankembali rumahntangga, barangkali
merekanmelihat kebaikanidi kehidupan mendatang.39
3. Macam-Macam Iddah.
a. Iddahnatas istri yangnmemiliki kebiasaanibermenstruasi dan belum digauli.
Yang ditalak dalamnkeadaan qabla dukhulnyakni belumnpernah “dicampuri” oleh suaminya,itidak ada Iddah yang harus dijalaninya.iArtinya, ia bolehnmenikah lagi dengannlaki-laki lain
segeransetelah ditalak oleh suaminpertamanya. Kecualinapabila ia
ditinggalnmati suaminya, makanwajib baginya menjalaninmasa
iddahnselama empatibulan sepuluhihari, meskipun ia belumipernah “dicampuri” oleh almarhumnsuaminya.40
b. Iddah wanita yang haid dan suci.
Dalamukeadaan sudahndewasa (sudahnmenstruasi) maka masa
iddahnya yaitu tigankali quru` yang diartikan sebagai suci atau haid.41 Iddah bagi wanita yang belum haid atau tidak lagi haid (menopause) masa iddahnya tiga bulan. Bagi wanita yang belum berumur sembilanntahun, beberapa ulama berbedaupendapat.
Hanafiyah berpendapatnuntuk mewajibkanniddah bagi wanita tersebutumeskipun belum berumur sembilan tahun.42 Akan tetapi
39
H.S.A. Al-Hamdani,iRisalah Nikahi(Hukum PerkawinaniIslam) DilampiriiKompilasi
HukumiIslam, (Jakarta:iPUSTAKA AMANI , 2011), cet.3, h. 299
40
MuhammadiBagir Al-Habsy Fiqih Praktis Menurut Al-qur`an,As-Sunnah...., h.222.
41
Wardah Nuroniyah, Diskursus Iddah...., h. 195
42
Indar, Iddah Dalam Keadilan Gender, (Purwokerto: YIN YANG jurnal studi gender dan anak, Vol.5 No.1, 2010) h.8
ulama malikiyah dan syafi`iyah tidak mewajibkan untuk beriddah
bagi wanita yang masih kecil dan belum mampu melakukan
hubungan, dan mewajibkan baginya iddah juka melakukan hubungan meskipun masih berumur sembilan tahun.43
c. Iddah wanita hamil
Tidak ada perbedaannantara fuqaha` bahwaiwanita yang hamil jikaidipisah suaminyankarena talak ataunkhulu` atau fasakh,ibaik merdekanatau budak, wanita muslimahnatau kitabiyah,iiddahnya
sampai melahirkannkandungan.44 Dalam hal ini, adansesuatu yang
perlundiperhatikan terkaitndengan iddahnistri yang sedangnhamil. Hal tersebut dikaitkan dengan kondisinperempuan yangiseharusnya
mendapatnperlindungan, kasihnsayang dan dukungannpsikologis.
Alasanya, perempuannyang sedang hamilnmengalami perubahan
baik fisikimaupun psikis.45 Untuk iddahnperempuan yangnhamil, Ibn Kasirnberpegang padancerita Subai`ah yangndisuruh menikah
kembali oleh NabinSaw. ketika sesudahnmelahirkan. Dengan
demikian,iIddah perempuan hamilnyang ditinggal matinsuaminya
adalah sampai melahirkan.46 Tujuan Iddah bagi wanita yang hamil yaitu agar tidak tercampurnya nasab anak sampai anak tersebut
dilahirkan. Dalam kondisi demikian, suami juga berkewajiban
memberikan perlindungan ekonomi setelah perceraian. Sebab jika
43
Ibid.
44
Abdul AziznMuhammad Azzamndan Abdul WahhabnSayyed Hawwas, Fiqih
Munakahat....,nh.323.
45
Indar, Iddah Dalam Keadilan Gender...., h.8 46
ketiadaan nafkah setelah perceraian dan bersamaan dengan
ketiadaan iddah tersebut dapat menyebabkan wanita yang tidak segeranmenikahnmungkin akan mendapatinkesulitan keuangan,
terutamanjika wanita tersebut sedang dalam keadaan hamil.47
d. Iddah wanita yang berzina.
Jika ada seorangnwanita yangnberzina maka tidaknada iddah
baginya, baik dalamnkeadaan hamiliatau tidakihamil. Jika dia tidak
hamil maka laki-laki yang berzina denganya atau laki-laki lain
boleh menikahi wanita tersebut demikian menurut Imam Syafi`i.48
Menurut Imam Malik, wanita yangndicampuri dalamnbentuk zina
hukunya sama dengannwanita yang dicampuriusecara syubhat.
Adapun wanita yang hamil di luar nikah maka wajib baginya
menjalankanuiddah dengan tigankali haid atau denganitenggang tigaibulan, baik yang sudah tampak kehamilanya maupunnbelum.49
Menurut Imam Hanafi, hukumnyansah menikahi wanitanhamil
karenanzina. Jika yangimenikahi adalahnlaki-laki yang menghamili
maka tidak harus menunggu hingga waktu iddahnya habis. Alasanya karenajwanita yang hamiljkarena berzina bukan termasuk
wanita-wanitanyang haram untukjdinikahi.50
47
Wardah Nuroniyah, Diskursus Iddah...., h. 197 48
M. AbduliGhoffar, FikihiKeluarga, (JakartaiTimur: PustakaiAl-Kautsar,2004), Cet.4, h. 150.
49
Moh. Nafik, Problematika Iddah Wanita Hamil di Luar Nikah, (Kediri: Vol.2 No.2, 2018), h. 127
50
Umi Hasunah, Susanto, Iddah Perempuan Hamil karena Zina dalam Kompilasi Hukum
Menurut ulama Hanabilah, menikahinwanita yang telah diketahui
berbuatnzina hukumnya tidak sah. Baik dengan laki-laki yang
menzinainya ataupun bukan. Kecuali wanita tersebut telah
memenuhindua syaratnyaitu: (1) telah habisnmasa iddahnya.iJika wanita tersebut hamil, iddahnyansampai ia melahirkan kandungannya. Jika akadnya dilakukanndalam waktu hamilnmaka
tidakisah. (2) telahnbertaubat dari perbuatannzina.51
e. Iddah Khulu`
Sunnah menetapkan bahwa wanita yang menebus talaknya
beriddah dengan satu kali haid, tidak dengan tiga kali haid atau tiga kali suci.52
Imam Tirmidzinmengatakan, ini merupakannpendapat mayoritas
ulama darinkalangan sahabatndan juga yang lainya. Yang
dilandaskan bahwa khulu`nadalah talak. Sehingganwanita yang melakukan khulu` harusnmenjalani iddah sebagaimananwanita yang dicerainsuaminya. Wanita tersebutndiperintahkan untuk
menjalaniniddah selama satunkali haid.53
f. Iddah Ila`
Jumhur ulama berpendapat bahwa wanita yang diila` suaminya beriddah seperti wanita lain yang ditalak. Sebagian ulama lainya berpendapat bahwa perempuan itu tidak harus beriddah karena
51
Ibid., h.106
52
H.S.A. Al-Hamdani, Risalah Nikah...., h. 268.
53
wanita tersebut sudah haid selama empat bulan dengan tiga kali
haid.54
Pendapatnini dipegangi olehnsegolongan fuqahandan diriwayatkan pulaioleh Ibnu Abbasnra. alasanya adalah bahwa maksut
diadakanya iddahnadalah untuk mengetahuinkosongnya rahim, sedangnkekosongan ini sudahndapat diketahui darinmasa tersebut.
Baginfuqaha yang meperhatikan seginkemaslahatan, maka mereka
tidaknmemandang perluiadanya iddah atasnya. Sedang bagi fuqaha
yangnlebih memperlihatkan segiiibadah, maka merekaimewajibkan
iddahnatasnya.55
g. Iddah wanita karena suami wafat.
Masa iddah karena kematian tidak dihitung berdasarkan menstruasi atau kesucian, tetapi didasarkan pada kelahiran anak atau empat
bulannsepuluh hari.iDalam hal inintidak ada kesempatan untuk
berbohong dalam perhitungan selesai iddah.56 Iddah ini lebih panjang dari pada iddah cerai hidup. Menurut sebagian ulama,
iddah wafat sama halnya seperti untuk mengetahui kekosongan rahim.57
h. Iddah Wanita Istihadhah.
54
H.S.A. Al-Hamdani, Risalah Nikah...., h. 181 55
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid,Terj: M.A. Abdurahman, A. Haris Abdullah, (semarang: CV. Asy Syifa, 1990), Cet: 1, h.563
56
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqih
Munakahat...., h. 25-26
57
Menurut syara`, istihadhah adalah darah yang keluar secara terus-menerus di luar masa haid, dikarenakan penyakit dan kerusakan
atau kelainan di mulut rahim. Istihadhah adalah penyakit yang kadang dialami seorang wanita. Istihadhah berbeda dengan menstruasi, baik dari aspek hukumnya maupun cara-cara
antisipasinya. Dari aspek hukumnya wanita mustahadhah adalah sebagaimana wanita yang suci, di dalam mengerjakan shalat, puasa
i`tikaf, menyentuh mushaf, membaca Al-Qur`an dan ibadah-ibadah
lainya yang diwajibkan atas wanita yang dalam keadaan suci.58
Iddahnya sebagai berikut:
1. Jikajwanita itu mengetahuijtradisi haid ataujmenstruasi
apakahnawal bulan, tengah, dan akhirnbulan atau ia dapat
membedakanndarah biasandan darah lainnmaka masa
iddahnya tigajkali haid.
2. Jika wanita tersebut tidak mengetahui tradisinya, maka
masa iddahnya tigajbulan.59
4. Iddah perspektif KHI ( Kompilasi Hukum Islam)
Di dalamjKompilasi HukumnIslam, masalah iddahndiatur di dalam Pasal 153nyang berbunyi:
(1) Baginseorang istrijyang putusjperkawinannya berlakunwaktu
tunggunatau iddah, kecualinqobla al dhukul danjperkawinannya putusnbukan karena kematianjsuami.
58
Ashin W. Alhafidz, Fikih Kesehatan, (Jakarta: AMZAH, 2010), Cet.2, h.128-129. 59
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqih
(2) Waktujtunggu bagi seorangjjanda di tentukan sebagaiyberikut:
a. Apabilajperkawinan putusjkarena kematian.walaupun qobla al dhukul, waktuitunggu ditetapkani130 (seratusitiga puluh) hari.
b. Apabilasperkawinan putusikarena perceraian, waktuitunggu
bagiiyang masih haididitetapkan 3 (tiga) kali suci dengan
sekurang-kurangnyai90 (sembilan puluh) hari,idan bagi
yang tidakihaid ditetapkan 90c(sembilanipuluh) hari.
c. Apabila perkawinan putus karena perceraian sedang janda
tersebut dalam keadaan hamil, waktu tunggu ditetapkan
sampai melahirkan.
d. Apabila perkawinannputus karena perceraiannsedang janda
dalamnkeadaan hamil,iwaktu tungguiditetapkan sampai
melahirkan.
(3) Tidak adanwaktu tunggu baginyang putus perkawinannkarena
perceraiannsedang antara jandantersebut dengan bekasnsuaminya
qoblajal dhukul.
(4) Bagijperkawinan yangjputus karenaiperceraian, tenggangnwaktu
tunggu dihitung sejak jatuhnya putusan Pengadilan Agama yang
mempunyai kekuatan hukum tetap, sedang perkawinan yang putus
(5) Waktuitunggu bagi istrinyang pernahnhaid sedang padanwaktu
menjalanijiddah tidaknhaid karena menyusuinmaka iddahnya tiga kalijwaktu suci.
(6) Dalamjhal keadaan, dalamjayat (5) bukanjkarena menyusui,jmaka
iddahjselama satuitahun, akan tetapiidalam waktu satuntahun tersebut iajberhaid kembaliimaka iddahnya menjadiitiga kali waktu suci.60
Pasal 154
Apabilajistri bertalak raj`inkemudian dalam waktuniddah
sebagaimana yang dimaksudndalam ayat (2) hurufab, ayat (5) dan
ayat (6) pasal 153, ditinggalnmati oleh siaminya, makajiddahnya menjadijempat bulan sepuluhnhari terhitung saatnmatinya bekas
suaminya.
Pasal 155
Waktu iddahjyang putus pekawinannya karenajkhulu`, fasakh, dan
li`anjberlaku iddahitalak.61 5. Iddah Perspektif Sains.
Menurut Dr. JavednJamil, Direktur programme for nmethical , academic, andncultural enterpises di SiharanpurnIndia. Yang mengungkapkannbahwa iddah sangatnmembantu dalamnpencegahan
60
H. Amiur Nuruddin, Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia...., h. 253-254.
61
penyakit menularnmelalui hubungannseks (sex-transmittedndiseases). Beliau menjelaskan: n
.... It is thereforeogicalnto concude thatnof the major aimsibehind making `iddahnobligatory for allnthe cases of breaknup of sexual realitionshipiis to preventnthe spread ofisex-transmitted diases. This is a veryiinteresting aspectiof the merriageisystem in islamiand needs extensiveiresearches which.will definitely lead to important cluesnas to howithe sex-transmittedndiseases can beicontrolled. This pointimay form aimajor basisnin the evolutionalnof successfuliAIDS prevention programme...
As hasnbeen statednabove, Islamnmakes it mandatorynthat a minimumnof three monthsnmust elapsenbefore aiwoman can iestablish sexualicontact withianother mani(husband). This is greatlyihelpful in minimizingnthe incidenceiof sex-transmittedndiseases (STDs). In syphilis, foriexample, the medianiincubation periodiis twenty-one daysibut may verynfrom 10 to 90 days (that isithree months). Thus, in caseisyphilis, the womannwill developisymptoms which arenmainly in theifrom of a painfulliswelling in thenlabium, within andnnot moreitha thoseithree months..The developmentiof painfulliswelling in her privatenparts will more oftennthan not prevent herifrom marrying till she hasigot inntreated. In caseishe does notidevelop suhc symptoms within a period of three months, her next sexual part her has a possibility of receiving infection from her. The same is true for another venereal disease, the lymphoma granulae,the incubation period of which varies from ane week to three months. Thus in both the major venereal diseases, known before the appearance of AIDS, the maximum length of incubation period is three months. In all other venereal diseases it is much less. In case of AIDS while the incubation period may be as long as five to ten years, thr blood test for HIV becomes positive mostly within three months. So if the spread of AIDS warrant strict vigilance, before getting married again, the woman may get herself examined for HIV immediately after the expiry of iddah. If her blood test negative, she has practically no possibility of carrying the disease to her next partner of children. The medical significance of iddah in islam is, therefore, clearly ascertainable and this factmay become one the AIDS control programme. In the case of AIDS, too it is clearly known that casual relationship are thr real source of infection and thr introduction of a period of iddah would end the possibility of casual contact alfogether.62
62
Javed Jamil, Extraordinary Importance Of Iddaf In Family Health, dalam Islam And
The Modern Age, vol.lll november, 2000, h. 121-123. Seperti yang dikutip oleh Nunung rodliyah,
Dari kutipan diatas, dapat dijelaskan bahwasanya dalam sipilis
dapat diketahui, rata-rata masuknya penyakit ( inkubasi) tersebut
adalah dua puluh satu hari, tetapi juga bisa beragam mulai dari sepuluh
hari hingga sembilan puluh hari (tiga bulan) lamanya. Begitu juga
untuk penyakit seks menular lainya, seperti lymphoma granulae masa masuknya penyakit (inkubasi) juga beragam waktunya yaitu mulai dari
satu minggu hingga tiga bulan. Dalam kasus penyakit AIDS masa
inkubasinya yaitu lima sampai sepuluh tahun, dalam sebuah tes darah
pada virus HIV kebanyakan menjadi positif setelah tiga bulan. Oleh
karnanya, untuk mengatasi menyebarnya virus HIV ini, sebelum
kembali menikah baik seorang wanita ataupun laki-laki, mereka dapat
memeriksakan diri untuk diketahui kemungkinan mengidap HIV,
setelah berakhirnya masa iddah. Jika tes darah hasilnya negatif, kemungkinan tidak adanya penyakit yang akan ditularkan kepada
pasangan atau keturunan mereka selanjutnya. Iddah dalam islam dan medis sangatlah penting. Karena, dapat menjadi salah satu program
penanganan AIDS. Dalam kasus AIDS ini, bahwa hubungan seksual
secara langsung dapat menjadi sumber infeksi yang sesungguhnya dan
introduksi masa iddah dapat nengakhiri kemungkinan terjadinya kontak hubungan seksual secara bersamaan.
Demikianlah adanya masa iddah selama tiga bulan, masa ini adalah masa dimana proses masuknya penyakit (inkubasi) terjadi. Untuk
melangsungkan pernikahan hendaknya melakukan pemeriksaan
kesehatan terlebih dahulu. Karena jika tidak kemungkinan dia
membawa penyakit menular kepada pasangan dan keturunannya akan
terjadi. Dalam masalah ini masa iddah dapat menjadi sebuah perlindungan dari penyebaran penyakit menular seks.
6. Hak Dan Kewajiban Dalam Masa Iddah.
Wanita yang beriddah talakjraj`i (setelahjtalak boleh rujukikembali), para.fuqaha` tidak.berbeda pendapatibahwa suami masiiberkewajiban memberikanatempat tinggaljdirumah suamijdan memberikan nafkah.
Sedang istrinwajib tinggalibersamanya, kehidupannyajdalam masa
iddahnseperti kehidupannyajsebelum talak. Hikmahnyajagar seorang istrintetap dalam pendengaranidan pandanganjsuami, dan bagijsuami
berhak rujukjkembali.63
Ulama Hanafiyah berpendapat, wanita yang dicerai dengan talak raj`i
tidak diperbolehkan keluar rumah baik siangjmaupun malamjhari.
Sedangkanjwanita yang ditinggaljmati suaminyaiboleh keluarjrumah
baik siang atau malam hari tetapi tetap tidur dirumahnya. Ulama
Hambali memperbolehkan wanita keluar rumah baik itu diceraikan
suaminya maupun ditinggal mati suaminya.64
7. HikmahjDisyariatkannyaiIddah.
Mayoritasjfuqaha berpendapatsbahwa semuaiiddah tidakilepas darijsebagian maslahat yangjdicapai, yaitu sebagaijberikut:
63
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqih
Munakahat...., h. 333.
64
a. Mengetahui kebebasan rahim dari bercampurnya nasab.
b. Memberikanikesempatan suamijagar dapat introfeksi dirijdan
kembalijkepada istrinyang tercerai.
c. Berkabungnyajwanita yangnditinggal mati suaminuntuk
memenuhindan menghormatijperasaan keluarganya.
d. Mengagungkannurusan nikah, karena iantidaknsempurna
kecuali dengan berkumpulnya kaum laki-laki..dan tidak
melepas kecuali dengan penantian yang lama.65
B. Pentingnya Mengkaji Al-Qur`an Dengan Menggunakan Pendekatan Sains.
Menurut Bucaille, selama berabad-abad banyak sekali ahli
tafsir Al-Qur`an termasuk ahli tafsir yang hidup di zaman kejayaan
umat Islam. Namun menurutnya banyak penafsir yang melakukan
kesalahan dalam menafsirkan Al-Qur`an dikarenakan tidak dapat
mengungkapkan makna yang sebenarnya dari ayat yang ditafsirkan.
Hanya mereka yang hidup pada waktu setelahnya. Yakni mereka dekat
dengan zaman sekarang yang mampu menafsirkannya dengan benar.
Dalam hal ini, untuk memahami sebuah ayatjAl-Qur`an tidak hanya
menggunakanibahasaiArab, seorang ahli tafsir harus memiliki berbagai
macam ilmu pengetahuan. Dengan adanya persoalan-persoalan yang
timbul, orang akan mengerti bahwa berbagai macam ilmu pengetahuan
ilmiah sangat penting dalam memahami ayat-ayat Al-Qur`an.
65
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqih
Melakukan pendekatan dengan sains dalam mengkaji
Qur`an adalah suatu hal yang sangat penting. Menurut Bucaille,
Al-Qur`an mengajak umat manusia untuk memperdalam ilmu sains.
Karena dalam Al-Qur`annmemuat berbagainmacam pemikiranntentang
fenomenanalam. Dengan rinci Al-Qur`an memaparkan hal-hal yang
secara pasti dan cocok dengan sains medern.66
Dengan menafsirkan Al-Qur`an dengan menggunakan
pendekatan sains (medis) selain memberikan pembuktian terhadap apa
yang ada di dalam Al-Qur`an, juga lebih efektif dalam memberikan
pemahaman terhadap orang yang membacanya.
C. TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustakaidilakukan bertujuanuagar peneliti mengetahuijhal-hal
apa yangitelah diteliti daniyang belum ditelitiisehingga tidaknterjadi
duplikasiipenelitian. Ada beberapajhasil penelitian yangipeneliti temukan
terkaitudengan penelitianiini, yaitu sebagaiiberikut:
1. Skripsi Ita Nurul Asna, Jurusan Ahwal Al-Syakhshiyyah Fakultas Syari‟ah Institut Agama Islam Negeri (Iain) Salatiga dengan judul
“Pelanggaran Masa Iddah Di Masyarakat (Studi Kasus Di Dusun Gilang, Desa Tegaron, Kec. Banyubiru)”. Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui pelanggaran-pelanggaran masa iddah pada
masyarakat Dusun Gilang. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu
66
Maurice Bucaille, Bibel, Qur`An Dan Sains Modern, Terj. H M Rasjidi (Jakarta: Bulan Bintang, 2001), h.140-145.
peneliti sebelumnya tidak menggunakan tafsir Al-Qur`an maupun
sains dalam objek penelitiannya.
2. Skripsi Fathur Rohman, Jurusan IlmuiAl-Quran Dan TafsiruFakultas
Usshuluddin Dan PemikiranjIslam Universitas IslamiNegeri Sunan Kalijaga dengan judul “Reinterpretasi Ayat-Ayat Al-Quran Tentang Iddah (Aplikasi Teori Dan Fungsi Hermeneutika Jorge J.E Gracia)”.
penelitian ini berupaya untuk menafsirkan ulang ayat-ayat al-quran
tentang iddah dengan menggunakan pisau analisis hermeneutika yang dirumuskan oleh Jorge J.E Gracia. Adapun perbedaan dari penelitian
ini adalah tidak adanya pendekatan dengan sains dalam mengkaji
masalah iddah tersebut.
3. Mr. Sulhakee Burraheng, Jurusan Studi Perbandingan Mazhab
Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga dengan judul “ Ketentuan Iddah Bagi Istri Yang Ditinggal Mati Suaminya Dalam Keadaan Hamil ( Menurut Pendapat Imam Malik Dan Imam Syafii)”. Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui bagaimana pendapat ulama mazhab dalam menentukan masa iddah
dari seorang wanita yang ditinggal mati oleh suaminya dalam keadaan
hamil. Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian ini hanya
berfokus pada bagaimana ulama mazhab memberi argumentasi tentang
iddahnya seorang wanita yang ditinggal suami dalam keadaan hamil. Tanpa menyinggung sebuah kitab tafsir atau pada sisi medisnya
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Slamet, Fiqih Munakahat, (Bandung : CV. PUSTAKA SETIA, 1992). Al-Habsy, Muhammad Bagir, Fiqih Praktis Menurut Al-qur`an,As-Sunnah dan
Pendapat Para Ulama, (Bandung: Penerbit Mizan, cet:1, 2002). Alhafidz, Ashin W., Fikih Kesehatan, (Jakarta: AMZAH, Cet.2, 2010).
Al-Hamdani, H.S.A., Risalah Nikah (Hukum Perkawinan Islam) Dilampiri Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta: PUSTAKA AMANI , cet.3, 2011). Aljufri, Ali, Metode Tafsir Al-Wadhi Al-Muyassar Karya M. Ali Ash-Shabuni,
(Palu: Rausyan Fikr, vol.12 no.1, 2016).
Anwar, Ahmad, Prinsip-Prinsip Metodologi Research(Yogyakarta:Sumbangsih, 1974).
Anwar, Rosihon, Ilmu Tafsir (Bandung: CV Pustaka Setia, Cet. 1, 2000).
Ashar, Pemindahan Embrio Ke Rahim Wanita Lain Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Hukum Positif, (MAZAHIB: Jurnal Pemikiran Hukum Islam, Vol. XIV, No. 1, 2015).
Ash-Shabuni, Muhammad Ali, Tafsir Ayat Ahkam Ash-Shabuni,Terj. Mu`Ammal Hamidy dan Drs. Imron A. Manan, (Surabaya: Pt. Bina ilmu, Cet. 4, 2003).
..., Tafsir Ayat Ahkam Ash-Shabuni 1, Terj. Mu`ammal Hamidy, Imron A. Manan, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, cet: 4, 2003).
..., Tafsir Ayat Ahkam Ash-Shabuni 2, Terj. Mu`ammal Hamidy, Imron A. Manan, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, cet: 4, 2003).
..., Tafsir Ayat Ahkam Ash-Shabuni 3, Terj. Mu`ammal Hamidy, Imron A. Manan, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, cet: 4, 2003).
Ash-Shidiqi, Hasbi, Sejarah Dan Pengantar Ilmu Al-Qur‟an (Jakarta: bulan bintang,1994).
As-Shabuni, Muhammad Ali, Ikhtisar Ulumul Qur‟an Praktis (Jakarta: Pustaka Amani, 2001).
Badriyah, Laila, Kajian Terhadap Tafsir Rawa`I Al-Bayan: Rafsir Ayat Al-Ahkam Mun Al-Qur`An Muhammad Ali Ash-Shabuni, (SYAIKHUNA, Jurnal Pendidikan dan Pranata Islam, Vol.8 No.1, 2017).