• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP IDDAH DALAM AL-QURAN (Studi Tafsir Ayat Ahkam Karya Ali Ash-Shabuni)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONSEP IDDAH DALAM AL-QURAN (Studi Tafsir Ayat Ahkam Karya Ali Ash-Shabuni)"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP IDDAH DALAM AL-QURAN

(Studi Tafsir Ayat Ahkam Karya Ali Ash-Shabuni)

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Pada Ilmu Ushuluddin Dan Studi

Agama

Oleh

KHUSNUL KHOTIMAH NPM. 1431030006

Jurusan : Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN

LAMPUNG 1441 H/2019 M

(2)

KONSEP IDDAH DALAM AL-QURAN

(Studi Tafsir Ayat Ahkam Karya Ali Ash-Shabuni)

SKRIPSI

Diajukan untukMelengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Pada Ilmu Ushuluddin Dan Studi

Agama

Oleh

KHUSNUL KHOTIMAH NPM. 1431030006

Jurusan :Ilmu Al-Qur’an danTafsir

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN

LAMPUNG 1441 H/2019 M

(3)

ABSTRAK

KONSEP IDDAH DALAM AL-QURAN (Studi Tafsir Ayat Ahkam Karya Ali Ash-Shabuni)

Oleh:

Khusnul Khotimah

Skripsi ini berjudul “Konsep Iddah Dalam Al-Quran Dan Sains (Studi Tafsir Ayat Ahkam Karya Ali Ash-Shabuni). Masalah utama yang dibahas di dalam skripsi ini adalah bagaimana pandangan Ali Ash-Shabuni dan juga sains tentang masa iddah. Skripsi ini menggunakan metode penelitian Deskriptif melalui pendekatan kualitatif dengan mengunakan teknik literatur sebagai suatu teknik yang digunakan untuk mempelajari buku-buku referensi, jurnal, artikel, dan hasil penelitian yang sejenis yang pernah dilakukan oleh orang lain sesuai dengan masalah yang dikaji.

Sesuai dengan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimanakah penafsiran Ali Ash-Shabuni terhadap ayat-ayat iddah?(2) Bagaimanakah respont medis terhadap masa iddah?

Jenis penelitian ini adalah penelitian pustaka (library risearch), dengan menggunakan data primer tafsir ayat ahkam karya Ali Ash-Shabuni dan referensi seperti jurnal, artikel tentang sains yang terkait dengan masa iddah. Penelitian ini dilakukan dengan metode pendekatan al maudhui (tematik) Data yang terkumpul dianalisis secara content analysis (analisis isi) dengan variabel utama yaitu perspektif tafsir dan respont medis terhadap masa iddah.

Hasil penelitian ini, menurut penafsiran Ali Ash-Shabuni diberlakukannya masa

iddah yaitu untuk mengetahui keadaan rahim seorang perempuan ( sedang mengandung anak atau tidak). Selain itu juga dimaksudkan agar tidak tercampurnya nasab anak yang dikandung. Dan dilakukan sebagai bentuk masa berkabung bagi isteri yang ditinggalkan. Sedangkan adanya respont medis ini, menjelaskan alasannya diberlakukannya iddah, seperti: untuk menghindari terjadinya penularan penyakit sexual, menjaga kesehatan ibu dan anak.

(4)
(5)
(6)

MOTTO











































Artinya: Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu Maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang wajar) dan hitunglah waktu iddah itu serta bertakwalah kepada Allah Tuhanmu. janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah mereka (diizinkan) ke luar kecuali mereka mengerjakan perbuatan keji yang terang. Itulah hukum-hukum Allah, Maka Sesungguhnya Dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. kamu tidak mengetahui barangkali Allah Mengadakan sesudah itu sesuatu hal yang baru.(QS. At-Thalaq: 1).1

1

Departemen Agama RI, Al-Qur`An Dan Terjemahnya, (Bandung: PT. Syaamil Cipta Media, 2005), h.558.

(7)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Assalamualaikum wr.wb

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Khusnul Khotimah

Npm : 1431030006

Prodi : Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir

MenyatakanbahwaSKRIPSI yang berjudulKONSEP IDDAHDALAM AL-QUR`AN (Studi Tafsir Ayat Ahkam Karya Ali Ash-Shabuni). Adalah benar hasil karya sendiri dan tidak ada unsur plagiat. Kecuali beberapa bagian

yang disebutkan sebagai rujukan di dalamnya. Apabila di kemudian hari dalam

skripsi ini di temukan ketidak sesuaian dengan pernyataan tersebut, maka

seluruhnya menjadi tanggung jawab saya, saya yang menerima sanksi sebagai

akibatnya.

Demikian pernyataan ini di buat dengan sebenarnya.

Wassalamualaikum wr.wb

Bandar Lampung, Mei 2019

Khusnul Khotimah Npm:1431030006

(8)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini ku persembahkan kepada orang-orang yang selalu mendo‟akan

serta memotivasi dan memberikan kasih sayangnya kepadaku:

1. Ayahandaku (Suparman) dan Ibundaku (Kuswati), yang tanpa kenal lelah selalu mencurahkan do‟a dan kasih sayangnya.

2. Adik-adikku tersayang (Fadiah Nur Faujiah, Muhammad Fu`ad Thoharun, Muhammad Fu`ad Rosyiddin, Muhammad Fu`ad Hasan) yang telah memberikan motivasi yang luar biasa.

(9)

RIWAYAT HIDUP

Khusnul Khotimah, dilahirkan di desa Gisting Atas, kec. Gisting, kab.

Tanggamus, pada tanggal 29 februari 1996, dari pasangan bapak suparman dan

ibu kuswati. Peneliti merupakan putri pertama dari 5 bersaudara.

Pendidikan yang pernah ditempuh peneliti yaitu: pendidikan sekolah dasar

di SDN 5 Gisting Atas selesai pada tahun 2008, sekolah menengah pertama di

MTs MA ( Madrasah Tsanawiyah Mathla`ul Anwar) Landbaw selasai pada tahun

2011, lalu sekolah menengah atas di MA.MA (Madrasah Aliyah Mathla`ul

Anwar) Landbaw dan selesai pada tahun 2014. Ditahun yang sama peneliti

terdaftar sebagai mahasiswi di Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan

Lampung dan di terima pada di jurusan Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir Fakultas

Ushuluddin.

Bandar Lampung, Mei 2019

Peneliti,

Khusnul khotimah

(10)

KATA PENGANTAR مسب ميحّرلا نمحّرلا الله

Dengan mengucapkan rasa syukur kehadirat Allah SWT., penggenggam

diri dan seluruh ciptaan-Nya yang telah memberikan hidayah, taufik dan

rahmat-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam

senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW., yang telah mewariskan

dua sumber cahaya kebenaran dalam perjalanan manusia hingga akhir zaman

yaitu al-Qur‟an dan Hadits. Dalam penelitian skripsi ini, peneliti mendapatkan

bantuan dari berbagai pihak. Dalam penelitian skripsi ini tidak lupa peneliti

mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya, kepada yang terhormat:

1. Bapak prof. Dr. H. Moh. Mukri, M.Ag, selaku Rektor UIN Raden Intan Lampung yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menimba ilmu pengetahuan dikampus tercinta UIN Raden Intan Lampung ini.

2. Bapak Dr. M. Afif Anshori, M.A, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN Raden Intan Lampung beserta staf pimpinan dan karyawan.

3. Bapak Drs. Ahmad Bastari, MA, selaku ketua Prodi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir dan Ibu Intan Islamia, M.Sc., selaku sekertaris Jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir yang telah memberikan pengarahan dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Ahmad Muttaqin,M.Ag. selaku Pembimbing I, dan bapak Dr. Kiki Muhamad Hakiki, M.A. selaku Pembimbing II, yang dengan susah payah telah memberikan bimbingan dan pengarahan secara ikhlas dalam penyelesaian skripsi ini.

(11)

5. Bapak dan ibu dosen Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama yang telah ikhlas memberikan ilmu-ilmu dan motivasi peneliti dalam menyelesaikan studi di Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN Raden Intan Lampung.

6. Teman-teman seperjuangan angkatan 2014 prodi Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir, Sidik, Basri, Agus, Ali, Rian, Syawwal, Supiyan, Wawan, Muhtadi, Zulkarnain, Ismail, Rahman, Fatimah, Intan, Hera, Hida. Yang telah memberikan support yang luar biasa.

7. Sahabat-sahabat terbaik saya, Herawati, Mira Damayanti, Linda Melati Oktavia, Indah Dwi Pratiwi, Novia Dwi Rahma, Sukmala Dewi, Nisa Mutiara Sari, Dewi Puspita, yang mengingatkan pentingnya bersabar dalam belajar dan memahami dunia luar.

8. Kepala perpustakaan UIN Raden Intan Lampung beserta staf yang telah turut memberikan data berupa literatur sebagai sumber dalam penelitian skripsi ini.

Semoga amal dan jasa yang telah diberikan dicatat oleh Allah SWT,

sebagai amal Shalih dan memperoleh Ridha-Nya.

Peneliti menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya atas segala

kesalahan yang pernah dilakukan, baik yang disengaja maupun yang tidak

disengaja. Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi amal shalih.

Aamiin.

Wallahu Muwafiq Illa Aqwamith Thariq

Bandar Lampung, Mei 2019 Peneliti,

Khusnul khotimah

(12)

PEDOMAN TRANSLITERASI

Mengenai Transliterasi Arab-Latin ini digunakan sebagai pedoman SuratKeputusan Bersama (SKB). Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Nomor 158 Tahun 1987 dan Nomor 0543b/U/1987, sebagai berikut:

1. Konsonan Ara b Lati n Ara b Lati n Ara b Latin Ara b Latin ا A ذ Dz ظ Zh م M ب B ر R ع „ (Komaterba lik di atas) ن N ت T ز Z و W ث Ts س S غ Gh ه H ج J ش Sy ف F ء ` (Apostrof, tetapitidakdilambangkanapabilat erletak di awal kata)

ح H ص Sh ق Q

خ Kh ض Dh ك K

د D ط Th ل L ي Y

2. Vokal

Vokal Pendek Contoh Vokal Panjang Contoh Vokal Rangkap

- A لَدَج ا Â ََراَس َ ي.... Ai

_ I ََلِنَس ي Î ََل يِق َ و.... Au

و

U ََرِكُذ و Û ََر وُجَي

(13)

Ta Marbutah yang hidup atau mendapat harakat fathah, kasroh dan

dhammah, transliterasinya adalah /t/. Sedangkan ta marbuthah yang mati atau

mendapat harakat sukun, transliterasinya adalah/h/. Seperti kata : Thalhah,

Raudhah, Jannatu al-Na‟im.

4. Syaddah dan Kata Sandang

Dalam transliterasi, tanda syaddah dilambangkan dengan huruf yang diberi

tanda syaddah itu. Seperti kata: Nazzala, rabbana. Sedangkan kata sandang “al” tetap ditulis “al”, baik pada kata yang dimulai dengan huruf qamariyyah

(14)

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ... i ABSTRAK ... ii HALAMAN PERSETUJUAN...iii HALAMAN PENGESAHAN ... iv MOTTO ... v PERNYATAAN ORISINALITAS ... vi PERSEMBAHAN ... vii

RIWAYAT HIDUP ... vii

KATA PENGANTAR ... ix

PEDOMAN TRANSLITERASI ... xii

DAFTAR ISI ... xiv

BAB IPENDAHULUAN A. Penegasan judul ... 1

B. Alasan Memilih Judul ... 3

C. Latar Belakang Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 9

F. Metode Penelitian ... 10

BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Tentang Masa Iddah ... 15

1. Definisi Iddah ... 15

2. Hukum Iddah ... 17

3. Macam-macam Iddah ... 18

4. Iddah Perspektif KHI ... 23

5. Iddah Perspektif Sains ... 25

6. Hak dan Kewajiban dalam Masa Iddah... 28

7. Hikmah disyariatkanya Iddah ... 28

B. Pentingnya Mengkaji Al-Qur`an Dengan Menggunakan Pendekatan Sains ... 29

(15)

BAB III IDDAH PERSPEKTIF TAFSIR AYAT AHKAM KARYA ALI ASH-SHABUNI DAN MEDIA PENENTU MASA IDDAH

A. Mengenal Tafsir Ash-Shabuni ... 32

1. Biografi Singkat Ali Ash-Shabuni ... 32

2. Karya-karya Ali Ash-Shabuni... 33

3. Profil Singkat Tafsir Ayat Ahkan Karya Ali Ash-Shabuni ... 34

4. Teknik Penulisan Ayat Ahkam KaryaAli Ash-Shabuni ... 35

5. Metodologi Tafsir Ayat Ahkam Karya Ali Ash-Shabuni ... 36

B. Latar Belakang Tafsir Fiqih... 39

C. Klasifikasi Ayat-Ayat Tentang Masa Iddah ... 40

D. Penafsiran Ali Ash-Shabuni Tentang Ayat-ayatIddah ... 41

1. QS. Al-Baqarah: 234 ... 41

2. QS. Al-Ahzab: 49 ... 48

3. QS. Ath Thalaq: 4-6 ... 52

E. Media Penentu Masa Iddah Dalam Sains ... 58

1. USG (Ultrasonografi) ... 58

2. Tes DNA (Deoxrybo Nucleic Acid) ... 59

3. Testpack ... 61

BAB IV ANALISIS TENTANG KONSEP MASA IDDAH DALAM Al-QURAN DAN SAINS A. Analisis Penafsiran Ali Ash-Shabuni tentang ayat-ayat iddah ... 64

B. Respont Medis terhadap masa iddah ... 71

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 84

B. Saran ... 84

DARTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(16)

BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul

Judul skripsi ini adalah “ KONSEP IDDAH DALAM AL-QUR`AN (Studi Tafsir Ayat Ahkam Karya Ali Ash-Shabuni)”. Untuk memudahkan pembaca dalam memahami judul skripsi ini, serta untuk

menghindari kesalahpahaman maka penulis memberikan beberapa

pengertian terkait variabel-variabel di atas sebagai berikut:

Konsep adalah sejumlahnteori yang berkaitanidengan suatuiobjek.

Konsep diciptakanidengan menggolongkanndan mengelompokkani

objek-objekitertentu yang mempunyaiaciri-ciri yang sama.2.

Iddah berasal dari kata `adad dalamnbahasa arab yangnberarti bilangan atau hitungan.3 Sedangkan menurut MuhammadnZaid al-Ibyani,

Iddah memilikintiga makna : secaranetimologi, terminologindan istilah ahli fikih. Secara bahasaiIddah adalah menghitung,.secara syar‟iiadalah masa tunggu yangndiwajibkan bagi perempuannmaupun laki-lakinketika

terdapatnsebab, secara istilahndari ahli fikih, iddahnadalah masa yang ditentukannoleh syar‟i pascanperceraian, dimana dalam masantersebut

perempuanndiwajibkan menunggundengan tanpa menikahnsampai selesai

masa tersebut.4

2

Husain Umar, Metode Riset Ilmu Administrasi, ( Jakarta: Gramedia Pustaka U tama, 2004), h. 51.

3

Muhammad Bagir Al-Habsy, Fiqih Praktis Menurut Al-qur`an,As-Sunnah da Pendapat

Para Ulama, (Bandung: Penerbit Mizan, 2002) cet:1, h. 221.

4

M. Isna Wahyudi, Fiqh Iddah Klasik dan Kontemporer, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren,2009), h.76

(17)

Al-Qur`an adalah kalamullah yang bernilai mukjizat, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, dengan perantaraan malaikat

Jibril yangntertulis padanmashahif, diriwayatkannkepada kita dengan

mutawatir, dan baginyang membacanyanterhitung ibadah diawalindengan suratnAl-Fatihah, dan ditutupndengan suratiAn-Nas.5

Tafsir menurutnbahasa berasal darinkata fassara yangnberarti menjelaskan, menyingkap, menerangkan makna yang‟rasional.6

Sedangkannsecara terminologi, Syaikh Al-Jazairinmenjelaskan bahwa

tafsir padanhakikatnya dalah menjelaskannlafadzh yang sukarndiahami

oleh pendengar‟dengan mengemukakanmlafadzh makna yang

mendekatinya, atau dengannjalan mengemukakannsalah satu dilalah.lafadz

tersebut.7

Tafsir Ayat Ahkan Ash-Shabuni adalah salah satu dari kitab tafsir

kontemporer yang populer dikalangan peminat studi al-Qur`an. Kitab

tafsir ini bercorak fikih atau hukum. Kitab ini dikarang oleh seorang

mufasir yang bernama Muhammad Ali Bin Jamil Ash-Shabuni, beliau

lahir di kota Hallab (Aleppo) pada tahun 1347 H.8 Ali ash-shabuni sudah

memperoleh pendidikan dasar dan formal mengenai bahasa arab, ilmu

waris, dan juga ilmu-ilmu agama yang dibimbing langsung oleh sang ayah.

5

Muhammad Ali As-Shabuni, Ikhtisar Ulumul Qur‟an Praktis (Jakarta: Pustaka Amani, 2001), h.3.

6

Manna‟ Khalil Qaththan, Mabahis fi Ulumil Quran/terjemahan An-Nur Rafiq el-Mazni,

Pengantar Studi Islam (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2006), cet. I, h. 455.

7

Hasbi Ash-Shidiqi, Sejarah Dan Pengantar Ilmu Al-Qur‟an(Jakarta: bulan bintang,1994),h.178.

8

Laila Badriyah, Kajian Terhadap Tafsir Rawa`I Al-Bayan: Rafsir Ayat Al-Ahkam Mun

Al-Qur`An Muhammad Ali Ash-Shabuni, (SYAIKHUNA, Jurnal Pendidikan dan Pranata Islam,

(18)

Sejak kecil Ash-Shabuni sudah menunjukan bakat dan kecerdasan dalam

memahami ilmu agama. Dan diusianya yang masih belia Ash-Shabuni

sudah hafal al-qur`an.9 Berkat kiprahnya di dunia pendidikan islam, pada

tahun 2007 panitia penyelenggara Dubai Internatoinal Qur`an Award

menetapkan Ash-Shabuni sebagai Personality of the Muslim World. Yang diseleksinlangsung olehnpangeran Muhammadnibn Rashid Al-Maktum,

nwakil kepala pemerintahannDubai, dari beberapankandidat.10

Dari beberapanpengertian diatas, dapatndipahami bahwanskripsi

ini adalahnsebuah penelitiannuntuk mengkajintentang masa iddah dengan menggunakan tafsir ayat ahkam karya Ali Ash-Shabuni. Peneliti ingin

mengetahui bagaimana konsep iddah yang sebenarnya, yaitu untuk melihat dan memastikan bahwa rahim seorang isteri dalam keadaan bersih,

juga untuk menghindari terjadinya penyebaran penyakit, sebagai bentuk

masa berkabung dan penjaga nasab yang diperintahkan dalam Al-Quran.

B. Alasan Memilih Judul

Adapun yang menjadi alasan peneliti dalam memilih judul skripsi

ini adalah sebagai berikut :

1. Memberikan informasi kepada masyarakat khususnya kaum muslim

tentang bagaimana sebenarnya hukum iddah yang diatur oleh al-quran dan hadits. Karena sebagian besar masyarakat hanya melaksanakan

masa iddah ini hanya sesuai dengan kebiasaan dimasyarakat setempat tanpa tahu bagaimana sebenarnya konsep iddah dalam islam. Hal ini

9

Ali Aljufri, Metode Tafsir Al-Wadhi Al-Muyassar Karya M. Ali Ash-Shabuni, ( Palu: Rausyan Fikr, vol.12 no.1, 2016), h. 45

10

(19)

dikarenakan masyarakat kurang mendapatkan informasi yang cukup

dibalik ditetapkannya syariat ini.

2. MuhammadnAli Ash-Shabuni sebagainseorang ahli tasir dan ulama yang.aktif mengkaji.dan meneliti serta.produktif menyodorkann

karya-karyanilmiahnya yang bermanfaatndengan memadukannmetode lama

dan metode barundalam menafsirkanndan mengungkapnrahasia,

keajaibanndan fungsi Al-Qur`annsebagai petunjukndan pembimbing

umat, hal ininmembuat pemikiraniMuhammad AlinAsh-Shabuni yang

dinamis,imoderat dan konstektual menariknuntuk dikaji. Olehnkarena

itu, penelitintertarik untuk mengkajinpemikiran beliauntentang Iddah

dalam Tafsir Ayat Ahkan karya Ali Ash-Shabuni.

3. Judul ini sesuai dengan jurusan yang peneliti ampuh yaitu Ilmu

Al-Qur`an Dan Tafsir.

C. Latar Belakang Masalah

Al-Qur‟an merupakan kitab petunjuk yang dapat menuntun umat

manusia menuju jalan kebenaran. Selain itu, Al-Qur‟an juganberfungsi

sebagainpemberi penjelasannterhadap segalansesuatu dan pembedanantara

kebenaranidan kebatilan. Untuknmengungkap petunjukndan penjelasan

darinal-Qur‟an, telahndilakukan berbagainupaya oleh sejumlahnpakar dan ulama‟iyang berkompeteniuntuk melakukannpenafsiran terhadapn

al-Qur‟an, sejaknmasa awal hinggansekarang ini. sebagai kitab sucinumat

muslim, tentunya al-qur`an mengaturnkeseluruhan sendinkehidupan

(20)

yangnharus dipatuhi umatnmuslim deminterwujudnya keteraturan

kehidupan. Salah satunya yaitu aturan mengenai pemberlakuan masa

iddah bagi wanita yang telah bercerai dari suaminya.

Perkawinannadalah buhungan lahirnbatin seorangnlaki-laki dan

seorangnwanita (suami-istri) yang memiliki tujuannuntuk membentuk

sebuah keluarganyang bahagianberdasarkan ketentuan Allah SWT.

Perkawinan juga bisa diartikan sebagai ijab qabul yang memperbolehkan

atau menghalalkan seorang laki-laki yang hendak mencampuri serang

wanita dengan mengucapkan kata-kata nikah.11 Perkawinan.amat penting

dalam kehidupannmanusia, baik baginperseorangan maupunnkelompok.

Dengan jalannperkawinan yangnsah, pergaulannlaki-laki dannperempuan

terjadiisecara terhormatisesuai kedudukanisebagai makhluk yangimemiliki

kehormatan. Pergaulannhidup berumahntangga dibina dalamnsuasana

damai,itenteram dan kasihisayang antara suaministri. Anak keturunanndari

hasilnyang sah menghiasinkehidupan keluarga,isekaligus merupakan

kelangsungan.hidup manusiaisecara bersih daniberkehormatan. Pernikahan

adalahnmelakukan suatunakad atau perjanjiannantara seorangnlaki-laki

dan wanitanuntuk menghalalkannhubungan jasmaninantara keduanbelah

pihak,idengan dasar sukanrela dan kerelaannkedua belah pihaknuntuk

mewujudkannsuatu kebahagiaanndengan cara-caranyang diridhoinoleh

Allah.12

11

Syahbudi Rahim, Kawin Hamil Di Luar Nikah, (Kalimantan Barat, Tasamuh: Jurnal Sudi Islam, vol.9 no.1, 2017), h.125

12

(21)

Manakalansetelah perkawinannterjadi hubungan, ntetapi dalam

perkawinan itunternyata tidaknberjalan dengannmulus dannterdapat

berbagainhalangan dannrintangan yangnmengakibatkan.tujuan perkawinan

itu tidak bisa.dicapai dan sebagainpuncaknya terjadilahnperceraian. Akibat

dari adanya.perceraian inilah.yang menyebabkaniadanya kewajiban.bagi

seorang wanita untuk “beriddah” atau dalamnistilah disebut “Massa

Tunggu”.13

Istriiyang ditalak olehnsuami harusimelaksanakan iddah,.baik talak melaluinperceraian maupunitalak yangnditinggal matiisuaminya, istri.tidak

boleh menikahnlagi sebelumnmasa iddahnyanhabis, baik talak raj‟i (talak yangnmasih bolehnmenikah lagindengan suaminyantetapi setelah.menikah

denganiorang lain, baruiboleh menikahilagi denganisuaminya).14

Islamimewajibkan iddah.bagi seorang.istri adalah demi.melindungi kehormatan keluarga,.serta menjaga dariiperpecahan dannpercampuran

nasab. DalamnAl-Qur‟an banyaknmembahas ayatntentang iddah istri.yang masih haidnyang ditalak oleh suaminya danniddahnya tiga kali.quru‟15, sebagaimananfirman AllahiSWT dalamnsurat Al-Baqarahnayat 228 :

ُُتاَقَّلَطُمْلاَو

n

ُ ءوُرُ قَُةَث َلََثَُّنِهِسُفْ نَأِبَُنْصَّبَرَ تَ ي

....

“Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru'… ”. (QS..Al-Baqarah:.228)

13

Slamet Abidin, Fiqih Munakahat, (Bandung : CV. PUSTAKA SETIA, 1992), h. 186 14

Anshori Umar, Fiqih Wanita,(Semar ang : CV. Asy-Syfa‟, 1981), h. 435. 15

Madzhab Hanafi dan Hambali mengatakan bahwa yang dimaksud dengan Qur-un ialah haidh, sedangkan madzhab Imam Syafi`i dan Imam Malili mengartikan suci. Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Al-Maraghi, terj. Bahrun Abubakar,(Semarang: cv. Toha Putra,1984) jilid 2, h. 306.

(22)

Perkataan “wanita-wanita menunggu...” itu adalahnkalimat berita

(kalamnkhabar), tetapi,mengandung artinperintah (amr). Maksudnya:

tunggulah,.gunanya untuk menyentuhnhati supaya segera diterimandan

dilaksanakan. Zamakhsyarinberkata dalamntafsirnya Al-Kasysyarf: Ta`bir perintahndengan kalimatnkhabar itu memberikan artinyang lebih keras,

.dengan pengertian perintah itunhendaknya segerandilaksanakan. Jadi

seolah-olahnwanita-wanita itunmelaksanakan perintah, dan perintahnitu

dinyatakan kiniisudah ada..Yang semaknaidengan itu ialah ucapan:

َُ َاللَّ َكُمَح رَي “semoga Allah memberi rahmat kepadamu”. Ta`birndiucapkan dalam.bentuk berita,.untuk memberikannsuatu keyakinan,ibahwa doanya

itunpasti akan dikabulkan.iSeolah-olah rahmatnitu kini sudah ada, daniia

memberitakanntentangnadanya rahmatntersebut.16

Kata “menanti” dalam ayatndiatas diikat dengan “diri-diri” tidak

cukupndiucapkan “ menanti empat bulan”, ada suatunhikmah. Apakah

hikmahiitu? Jawabnya: Bahwaimenyebut “anfus” (jiwa)iuntuk lebih.dapat membangkitkannperasaan supayanmereka dapatnmengekang hawannafsu

dannsiap untuknmenanti. Sebabndiri wanita itu dapatnmembangkitkan

perasaannlaki-laki, makanAllah menghendakinkiranya wanita-wanita itu

dapatimenguasai dirinyandan mengalahkan ajakannnafsunya, yaitu.dengan

caraimemperturutkan perintahnAllah untukimenanti itu.17

16

Muhammad Ali Ash-Shabuni, Tafsir Ayat Ahkam Ash-Shabuni,Terj. Mu`Ammal Hamidy dan Drs. Imron A. Manan, (Surabaya: Pt. Bina ilmu, 2003), Cet. 4, h. 263.

17

(23)

Terkait dengan perkembangannteknologi saatiini, khususnya.dalam

bidangnkedokteran yangimemungkinkan untuknmengetahui kehamilan

dalamnwaktu yangnrelatif singkatndan dengannhasil yangncukup akurat

makantujuan Iddahnuntuk mengatahui kebersihannrahim tampaknyantidak dapatndipertahankan. Dalamihal ini, Iddahimemiliki peranipentingndalam mengetahui kebersihan rahim dan dalam menjaga garis keturunan.18

Seiringndengan perkembangannilmu pengetahuanndan teknologi tersebut

penentuannayah seorangnanak jugandapat dilakukannmelalui tesnDNA (

deoxyribonucleic acid),ibahkan pelacakannasal usul keturunannmelalui tes DNAndapat dijadikanialat buktiiprimer. Fungsi Iddah sebenarnyanbukan hanyanuntuk mengetahuinbersih atau tidaknyanrahim seseorang,itetapi

kewajiban beriddah dimaksudkannuntuk memberi perlindungan kepada perempuan pasca perceraian. Diantaranya yaitu: pertama,nIddah

memainkannperan yang pentingnsekali dalamnmenjaga kehormatanndan

kredibilitasnseorang perempuan.iKedua, Iddahnditujukan untuk.menjamin kesehatan.ibu danianak. 19

Selain itu, Iddah juganmemiliki peranan yang luarnbiasa dalam upayanmencegah penyebaranipenyakit yang ditulatkan melaluiihubungan

seksuali(sex-transmittedndiseases). Iddah sangat membantu dalam pencegahannpenularan penyakitnmenular seksuali(PMS), yaitu penularan

penyakitnyang disebabkan melaluiihubungan seksual. Dalamnsipilis,

misalnya rata-ratanmasa inkubasii(masuknyanpenyakit) adalahn21 hari,

18

Wardah Nuroniyah, Diskursus Iddah Berperspektif Gender: Membaca Ulang Iddah

Dengan Metode Dalalah Al-Nass, ( Cirebon: Al-Manahij, vol.XII no.2, 2018), h. 207.

19

(24)

tetapindapat beragamndari 10 sampain90 hari. Begitunjuga Lymphoma Granulae, masaninkubasinya beragam.dari satu minggu.sampai tiga.bulan. Dalamjkasus AIDS masajinkubasi dapatjmembutuhkan waktuj5 sampai 10

tahun,nnamun tesndarah untuknvirus HIV menjadinpositif kebanyakan

dakamnwaktu tigaibulan.20

Denganndemikian, rahasianatau hikmahjdi balik iddah selama tiga bulannsemakin jelas. Ilmunpengetahuan daniteknologi sangatjberperan

penting di dalamnmemahami ajarannagama dannmenggali hikmahnyang

terkandung dijdalamnya. Begitu pula masa iddah dengan ketentuan waktu yang berbeda, akan dapat diketahui hikmah ditetapkan iddah tersebut.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat penulis rumuskan masalah

sebagai berikut :

1. Bagaimanakah penafsiran Ali Ash-Shabuni terhadap ayat-ayat iddah ? 2. Bagaimanakah respont medis terhadap penafsiran tentang Iddah?

E. Tujuan dan kegunaan Penelitian

- Untuk mengetahui bagaimana penafsiran Ali Ash-Shabuni terhadap

ayat-ayat iddah.

- Untuk mengetahui bagaimana respont medis terhadap penafsiran tentang Iddah

Adapun kegunaan darinpenelitian ini adalahndiharapkan dapat

memberikan konstribusi terhadap khasanah islam di bidang keilmuan tafsir

20

(25)

dan hadis. Secara khusus penelitian ini diharapkan mampu memberikan

diskripsi tafsir ayat-ayat yang menjelaskan tentang iddah di dalam kitab tafsir Ayat Ahkam karya Ali Ash-Shabuni dan bagaimana respon sains

terhadap ditetapkannya masalah iddah tersebut.

F. Metode Penelitian

Metode merupakan aspek penting dalam melakukan penelitian,

pada bagian ini akan dijelaskan tentang hal-hal yang berkaitan dengan

metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

1. Jenis penelitian dan sifat penelitian

a. Jenis Penelitian

Bila dilihat dari jenisnya, penelitian ini termasuk

penelitian kepustakaan (Library Research). Yang dimaksud penelitian kepustakaan menurut hermawan warsito adalah

suatu kegiatan yang dilaksanakan dengan mengumpulkan data

dari berbagai literatur dan kepustakaan.21 Misal nya

buku-buku, catatan, artikel, majalah dan yang berhubungan dengan

penelitian ini.

b. Sifat penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analisis, sebuah

penelitian setelah memaparkan dan melaporkan suatu keadaan,

obyek, gejala, kebiasaan, perilaku tertentu kemudian dianalisis

21

(26)

secara lebih tajam.22 Penelitian ini berusaha memaparkan

dengan cara mendialogkan data yang ada sehingga

membuahkan hasil penelitian yang dapat mendeskripsikan

secara komprehensif, sistematis dan obyektif tentang

permasalahan seputar tema judul skripsi ini.

2. Sumber Data

Data adalah segala keterangan (informasi) mengenai segala hal

yang berkaitan dengan tujuan penelitian.23Adapun sumber data dalam

penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu Sumber data primer dan

sekunder.24

a. Sumber data primer adalah data yang diperolehnatau

dikumpulkannlangsung dinlapangan oleh.orang yang.melakukan

penelitiannatau yangnbersangkutan yangnmemerlukanya.25

Sumber utama yang dijadikan referensi dalam penulisan yang

diperoleh secara langsung dari sumber aslinya yaitu tafsir ayat

ahkam karya Ali Ash-Shabuni.

b. Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh atau

dikumpulkannoleh orangnyang melakukannpenelitian dari

sumber-sumbernyang telahnada.26.Data ini biasanya tersusun

dalam bentuk dokumen, misalnya mengenai data daerah dan

22

Ibid, h. 33 23

M. Amirin Tatang, Menyusun Rencana Penelitian (Jakarta: Rajawali Pers, 1990), h. 130. 24

Ahmad Anwar,Prinsip-Prinsip Metodologi Research(Yogyakarta:Sumbangsih, 1974), h. 2 25 M. IqbaliHasan,

Pokok-PokokjMateri MetodologiiPenelitian daniAplikasinya (Penerbit

GhaliajIndonesia, 2002), Cet. 2, h. 82. 26

(27)

sebagainya.27 Data yang diperoleh dari literatur-literatur lain,

berupa buku-buku, kitab-kitab tafsir lainnya, hasil penelitian dan

artikel-artikel yang berkaitan dengan masalah konsep iddah

dalam Al-Qur‟an guna memperkaya dan melengkapi sumber

data primer.

3. Metode Penelitian

Obyek utama penelitian ini adalah kitab suci Al-Qur‟an, untuk

memahami ayat-ayat Al-Qur‟an digunakan penafsiran. Dalam kajian

tafsir terdapat 4 metode, yaitu metode Al-Tahlili (analisis), Al-Ijmali

(global), Al-Muqaran (komparatif) dan Al-Maudhu‟i (tematik).28 Dalam penelitian ini, metode yang peneliti anggap paling cocok adalah

metode komparatif (muqarran) mengenai Konsep Iddah sehingga mendapatkan hasil penelitian yang menyeluruh, sistematis, dan

obyektif.

4. Metode Pengumpulan Data

Adapun langkah-langkah tafsir maudhui (tematik) sebagai berikut:

a. Menetapkan masalah yang akan dibahas (topik).

b. Menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah tersebut.

c. Menyusun runtutan ayat berdasarkan masa turunnya beserta

dengan asbab al-nuzul-nya.

27

Syarifudin hidayat, metodologi penelitian, (bandung: mandar maju,2002), h. 21 28

(28)

d. Memahami korelasi ayat-ayat tersebut dalam surahnya

masing-masing.

e. Menyusun pembahasan dalam kerangka yang sempurna ( out-line).

f. Melengkapi dengan hadis-hadis yang relevan dengan pokok

pembahasan.

g. Mengumpulkan ayat-ayat secara sistematis dan menyeluruh

dengan menghimpun ayat-ayat yang mengandung pengertian

yang sama menyesuaikan antara pengertian umum dan khusus,

muallaq dan muqayyad, atau ayat-ayat yang kelihatan kontradiksi, sehingga semua bertemu dalam satu muara tanpa

perbedaan atau pemaksaan.

h. Menyusun kesimpulan yang menggambarkan jawaban al-qur`an

terhadap masalah yang dibahas. 29

Dengan metode ini peneliti berusaha mencari ayat yang

berhubungan dengan Konsep Iddah menurut pemikiran Ali Ash-Shabuni. 5. Analisis dan Kesimpulan

a. Analisis Data

Analisis data merupakan upaya untuk menata dan

mendeskripsikan data secara sistematis guna mempermudah peneliti

dalam meningkatkan pemahaman terhadap objek yang sedang diteliti.

29 AhmadiSyukri Shaleh,

MetodologinTafsir Al-Qur`annKontemporer, (Jambi: Sultan Thaha

(29)

Pokok analisa data dalam penelitian ini yakni menginventarisasi teks

berupa ayat-ayat Al-Qur‟an yang berkenaan dengan masa iddah, membahas dan mengkaji teks tersebut dengan mempertimbang latar

belakang historis turun ayat, melihat hadits-hadits yang berkaitan,

seterusnya diinterpretasikan secara objektif lalu dituangkan secara

deskriptif.

b. Kesimpulan

Proses penyimpulan dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan

kerangka berfikir deduktif yaitu kesimpulan yang berangkat dari

fakta-fakta yang bersifat umum kepada yang khusus atau mendetail dengan

mengarah kepada masalah-masalah yang telah dirumuskan.30Dalam hal

ini, peneliti menyimpulkan penafsiran Muhammad Ali Ash-Shabuni

terhadap ayat-ayat masa iddah dalam kitab tafsirnya yang kemudian dijadikan jawaban atas pertanyaan dalam rumusan masalah penelitian.

30

(30)

BAB II KAJIAN TEORI A. DESKRIPSI TENTANG MASA IDDAH

1. PengertianjIddah

Iddahnberasal darinkata `adad dalamnbahasa arabnyang berarti bilangannataunhitungan.31 Iddah secaranbahasa mengandungnpengertian hari-harinhaidh atau hari-harinsuci pada wanita.nSedangkan secaranistilah,

Iddahnmengandung artinmasa menunggu baginwanita untuknmelakukan perkawinannsetelah terjadinyanperceraian dengan suaminya,ibaik cerai

hidup maupunncerai mati, dengan tujuannuntuk mengetahuinkeadaan

rahimnyanatau untuk berfikirnbagi suami.32

Menurut AhmaduAl-Ghundur memberikanudefinisi iddahudengan, jenjang waktunyang ditentukaniuntuk menanti kesucian.(kebersihan

rahim) darinpengaruh hubunganusuami istri setelahnsang istri diceraikan

atau ditinggalnmati suami, yaitu waktu yang biasajdipikul oleh istri setelah

putus ikatan pernikahan karena dikhawatirkan terjadi kesubhatan dalam

pengaruhnhubungan kelaminnatau yang sesamanyanseperti

bermesra-mesraan (dengannpria lain jikania segeranmenikah).33

Menurut Abd al-rahman al-jaziri, iddah secaransyar`i adalah masantunggu seorangnperempuan yang tidaknhanya didasarkannpada

masa haidnatau sucinya, tapi terkadang juga didasarkannpada masa

31

Muhammad Bagir Al-Habsy, Fiqih Praktis Menurut Al-qur`an,As-Sunnah dan

Pendapat Para Ulama, (Bandung: Penerbit Mizan, 2002) cet:1, h. 221.

32

H. AmiurnNuruddin, AzhariiAkmal Tarigan,.Hukum PerdataiIslam di Indonesia.(Studi

KritisjPerkembangan HukumnIslam dari Fikih, UUNo.1/1974 Sampai KHI) (Jakarta:

PRENADAMEDIAnGROUP, 2016) cet: 6, h. 240. 33

(31)

haid atau sucinya, atau ditandai dengannmelahirkan, dan selamanmasa

tunggu tersebutnperempuan dilarangnuntuk menikah dengannlaki-laki

lain.34

Menurut AbunYahya Zakariyya al-Ansari, memberi definisi

Iddahnsebagai masa tunggunseorang perempuannuntuk mengetahui kesuciannrahim, untuk beribadah (ta`abubud), atau untuk berkabung (tafajju) atas kematiannsuaminya.35 Para ulama mendefinikan iddah

sebagainnama waktununtuk memanti kesuciannseorang istri yang

ditinggalnmati atau diceraikannsuami, yang sebelumnhabis masa itu

dilarangnuntukudinikahkan.36

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwasanya

iddah adalah waktu menunggu yang diperuntukan seorang wanita pasca perceraian baik cerai hidup ataupun cerai mati, untuk melihat

kebersihan rahim, juga sebagai masa berkabung (berduka) setelah

kematia suami, dan dalam masa ini seorag wanita dilarang untuk

menikah dengan laki-laki lain.

Iddahnini juga sudahndikenal padanmasa jahiliyah. Setelah datangnyanIslam, Iddahntetap diakui sebagainsalah satu darinajaran syari`atnkarena mengandung banyaknmanfaat.37

34

Wardah Nuroniyah, Diskursus Iddah Berperspektif Gender: Membaca Ulang Iddah

Dengan Metode Dalalah Al-Nass, ( Cirebon: Al-Manahij, vol.XII no.2, 2018), h.195.

35

Nunung rodliyah, fungsiniddah bagi perempuanidalam perspektifnhukum perkawinan

islam (Yokyaarta: SOSIO-nRELIGIA jurnaliilmu agama.dan ilmu;sosial, vol.7 no.4, 2008), h. 973.

36

Wardah Nuroniyah, Diskursus Iddah...., h. 240. 37

SyaikhnKamil Muhammadn`Uwaidah, FiqihiWanita, (Jakarti Timur: PUSTAKApAL-KAUTSAR,i2004)icet:14, h:448.

(32)

2. Hukum Iddah

Hukum iddah wajib, dasarnya:

a. Al-Qur`an, seperti dalam firman Allah Swt.

ُُتاَقَّلَطُمْلاَو

n

ُ ءوُرُ قَُةَث َلََثَُّنِهِسُفْ نَأِبَُنْصَّبَرَ تَ ي

Wanita-wanitanyang ditalaknhendaklah menahan dirii(menunggu) tiga kaliiquru. (QS.iAl-Baqarah:1228).

Az-Zamakhsyari berkata: “Ayat ini berbentuk kalimat berita dalam makna perintah.” Asaliperkataan: “Hendaklah

wanita-wanita itu menunggu”, mengeluarkannperintah dalamnbentuk

kalimat beritanbermakna penguatnperintah dan memberinisyarat

termasuknsesuatu yang wajibiditerima denganisegera agaridipatuhi.

Seakan-akannmereka telahnpatuh terhadap perintahnmenunggu

kemudiannAllah memberitakannapa adanya.38

b. Sabda Rosulullah s.a.w. kepada Fatimah binti Qais:

...

ُّدَتْعِا

ُ مْوُ تْكَمُّمُأُ ِتْيَ بُِْفُِْي

Beriddahlah kamu di rumah ummi maktum.

Diantara hikmah adanya iddah ini menurut syara` ialah untuknmengetahui bersihnyaikandungan, sehinggainasab seseorang

tidaknbercampur dengan yang lainya dan sebagai kesempatannbagi

38

Abdul.Aziz Muhammad.Azzam dan Abdul.Wahhab Sayyed.Hawwas, Fiqih Munakahat

(33)

suaministri untuk membinankembali rumahntangga, barangkali

merekanmelihat kebaikanidi kehidupan mendatang.39

3. Macam-Macam Iddah.

a. Iddahnatas istri yangnmemiliki kebiasaanibermenstruasi dan belum digauli.

Yang ditalak dalamnkeadaan qabla dukhulnyakni belumnpernah “dicampuri” oleh suaminya,itidak ada Iddah yang harus dijalaninya.iArtinya, ia bolehnmenikah lagi dengannlaki-laki lain

segeransetelah ditalak oleh suaminpertamanya. Kecualinapabila ia

ditinggalnmati suaminya, makanwajib baginya menjalaninmasa

iddahnselama empatibulan sepuluhihari, meskipun ia belumipernah “dicampuri” oleh almarhumnsuaminya.40

b. Iddah wanita yang haid dan suci.

Dalamukeadaan sudahndewasa (sudahnmenstruasi) maka masa

iddahnya yaitu tigankali quru` yang diartikan sebagai suci atau haid.41 Iddah bagi wanita yang belum haid atau tidak lagi haid (menopause) masa iddahnya tiga bulan. Bagi wanita yang belum berumur sembilanntahun, beberapa ulama berbedaupendapat.

Hanafiyah berpendapatnuntuk mewajibkanniddah bagi wanita tersebutumeskipun belum berumur sembilan tahun.42 Akan tetapi

39

H.S.A. Al-Hamdani,iRisalah Nikahi(Hukum PerkawinaniIslam) DilampiriiKompilasi

HukumiIslam, (Jakarta:iPUSTAKA AMANI , 2011), cet.3, h. 299

40

MuhammadiBagir Al-Habsy Fiqih Praktis Menurut Al-qur`an,As-Sunnah...., h.222.

41

Wardah Nuroniyah, Diskursus Iddah...., h. 195

42

Indar, Iddah Dalam Keadilan Gender, (Purwokerto: YIN YANG jurnal studi gender dan anak, Vol.5 No.1, 2010) h.8

(34)

ulama malikiyah dan syafi`iyah tidak mewajibkan untuk beriddah

bagi wanita yang masih kecil dan belum mampu melakukan

hubungan, dan mewajibkan baginya iddah juka melakukan hubungan meskipun masih berumur sembilan tahun.43

c. Iddah wanita hamil

Tidak ada perbedaannantara fuqaha` bahwaiwanita yang hamil jikaidipisah suaminyankarena talak ataunkhulu` atau fasakh,ibaik merdekanatau budak, wanita muslimahnatau kitabiyah,iiddahnya

sampai melahirkannkandungan.44 Dalam hal ini, adansesuatu yang

perlundiperhatikan terkaitndengan iddahnistri yang sedangnhamil. Hal tersebut dikaitkan dengan kondisinperempuan yangiseharusnya

mendapatnperlindungan, kasihnsayang dan dukungannpsikologis.

Alasanya, perempuannyang sedang hamilnmengalami perubahan

baik fisikimaupun psikis.45 Untuk iddahnperempuan yangnhamil, Ibn Kasirnberpegang padancerita Subai`ah yangndisuruh menikah

kembali oleh NabinSaw. ketika sesudahnmelahirkan. Dengan

demikian,iIddah perempuan hamilnyang ditinggal matinsuaminya

adalah sampai melahirkan.46 Tujuan Iddah bagi wanita yang hamil yaitu agar tidak tercampurnya nasab anak sampai anak tersebut

dilahirkan. Dalam kondisi demikian, suami juga berkewajiban

memberikan perlindungan ekonomi setelah perceraian. Sebab jika

43

Ibid.

44

Abdul AziznMuhammad Azzamndan Abdul WahhabnSayyed Hawwas, Fiqih

Munakahat....,nh.323.

45

Indar, Iddah Dalam Keadilan Gender...., h.8 46

(35)

ketiadaan nafkah setelah perceraian dan bersamaan dengan

ketiadaan iddah tersebut dapat menyebabkan wanita yang tidak segeranmenikahnmungkin akan mendapatinkesulitan keuangan,

terutamanjika wanita tersebut sedang dalam keadaan hamil.47

d. Iddah wanita yang berzina.

Jika ada seorangnwanita yangnberzina maka tidaknada iddah

baginya, baik dalamnkeadaan hamiliatau tidakihamil. Jika dia tidak

hamil maka laki-laki yang berzina denganya atau laki-laki lain

boleh menikahi wanita tersebut demikian menurut Imam Syafi`i.48

Menurut Imam Malik, wanita yangndicampuri dalamnbentuk zina

hukunya sama dengannwanita yang dicampuriusecara syubhat.

Adapun wanita yang hamil di luar nikah maka wajib baginya

menjalankanuiddah dengan tigankali haid atau denganitenggang tigaibulan, baik yang sudah tampak kehamilanya maupunnbelum.49

Menurut Imam Hanafi, hukumnyansah menikahi wanitanhamil

karenanzina. Jika yangimenikahi adalahnlaki-laki yang menghamili

maka tidak harus menunggu hingga waktu iddahnya habis. Alasanya karenajwanita yang hamiljkarena berzina bukan termasuk

wanita-wanitanyang haram untukjdinikahi.50

47

Wardah Nuroniyah, Diskursus Iddah...., h. 197 48

M. AbduliGhoffar, FikihiKeluarga, (JakartaiTimur: PustakaiAl-Kautsar,2004), Cet.4, h. 150.

49

Moh. Nafik, Problematika Iddah Wanita Hamil di Luar Nikah, (Kediri: Vol.2 No.2, 2018), h. 127

50

Umi Hasunah, Susanto, Iddah Perempuan Hamil karena Zina dalam Kompilasi Hukum

(36)

Menurut ulama Hanabilah, menikahinwanita yang telah diketahui

berbuatnzina hukumnya tidak sah. Baik dengan laki-laki yang

menzinainya ataupun bukan. Kecuali wanita tersebut telah

memenuhindua syaratnyaitu: (1) telah habisnmasa iddahnya.iJika wanita tersebut hamil, iddahnyansampai ia melahirkan kandungannya. Jika akadnya dilakukanndalam waktu hamilnmaka

tidakisah. (2) telahnbertaubat dari perbuatannzina.51

e. Iddah Khulu`

Sunnah menetapkan bahwa wanita yang menebus talaknya

beriddah dengan satu kali haid, tidak dengan tiga kali haid atau tiga kali suci.52

Imam Tirmidzinmengatakan, ini merupakannpendapat mayoritas

ulama darinkalangan sahabatndan juga yang lainya. Yang

dilandaskan bahwa khulu`nadalah talak. Sehingganwanita yang melakukan khulu` harusnmenjalani iddah sebagaimananwanita yang dicerainsuaminya. Wanita tersebutndiperintahkan untuk

menjalaniniddah selama satunkali haid.53

f. Iddah Ila`

Jumhur ulama berpendapat bahwa wanita yang diila` suaminya beriddah seperti wanita lain yang ditalak. Sebagian ulama lainya berpendapat bahwa perempuan itu tidak harus beriddah karena

51

Ibid., h.106

52

H.S.A. Al-Hamdani, Risalah Nikah...., h. 268.

53

(37)

wanita tersebut sudah haid selama empat bulan dengan tiga kali

haid.54

Pendapatnini dipegangi olehnsegolongan fuqahandan diriwayatkan pulaioleh Ibnu Abbasnra. alasanya adalah bahwa maksut

diadakanya iddahnadalah untuk mengetahuinkosongnya rahim, sedangnkekosongan ini sudahndapat diketahui darinmasa tersebut.

Baginfuqaha yang meperhatikan seginkemaslahatan, maka mereka

tidaknmemandang perluiadanya iddah atasnya. Sedang bagi fuqaha

yangnlebih memperlihatkan segiiibadah, maka merekaimewajibkan

iddahnatasnya.55

g. Iddah wanita karena suami wafat.

Masa iddah karena kematian tidak dihitung berdasarkan menstruasi atau kesucian, tetapi didasarkan pada kelahiran anak atau empat

bulannsepuluh hari.iDalam hal inintidak ada kesempatan untuk

berbohong dalam perhitungan selesai iddah.56 Iddah ini lebih panjang dari pada iddah cerai hidup. Menurut sebagian ulama,

iddah wafat sama halnya seperti untuk mengetahui kekosongan rahim.57

h. Iddah Wanita Istihadhah.

54

H.S.A. Al-Hamdani, Risalah Nikah...., h. 181 55

Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid,Terj: M.A. Abdurahman, A. Haris Abdullah, (semarang: CV. Asy Syifa, 1990), Cet: 1, h.563

56

Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqih

Munakahat...., h. 25-26

57

(38)

Menurut syara`, istihadhah adalah darah yang keluar secara terus-menerus di luar masa haid, dikarenakan penyakit dan kerusakan

atau kelainan di mulut rahim. Istihadhah adalah penyakit yang kadang dialami seorang wanita. Istihadhah berbeda dengan menstruasi, baik dari aspek hukumnya maupun cara-cara

antisipasinya. Dari aspek hukumnya wanita mustahadhah adalah sebagaimana wanita yang suci, di dalam mengerjakan shalat, puasa

i`tikaf, menyentuh mushaf, membaca Al-Qur`an dan ibadah-ibadah

lainya yang diwajibkan atas wanita yang dalam keadaan suci.58

Iddahnya sebagai berikut:

1. Jikajwanita itu mengetahuijtradisi haid ataujmenstruasi

apakahnawal bulan, tengah, dan akhirnbulan atau ia dapat

membedakanndarah biasandan darah lainnmaka masa

iddahnya tigajkali haid.

2. Jika wanita tersebut tidak mengetahui tradisinya, maka

masa iddahnya tigajbulan.59

4. Iddah perspektif KHI ( Kompilasi Hukum Islam)

Di dalamjKompilasi HukumnIslam, masalah iddahndiatur di dalam Pasal 153nyang berbunyi:

(1) Baginseorang istrijyang putusjperkawinannya berlakunwaktu

tunggunatau iddah, kecualinqobla al dhukul danjperkawinannya putusnbukan karena kematianjsuami.

58

Ashin W. Alhafidz, Fikih Kesehatan, (Jakarta: AMZAH, 2010), Cet.2, h.128-129. 59

Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqih

(39)

(2) Waktujtunggu bagi seorangjjanda di tentukan sebagaiyberikut:

a. Apabilajperkawinan putusjkarena kematian.walaupun qobla al dhukul, waktuitunggu ditetapkani130 (seratusitiga puluh) hari.

b. Apabilasperkawinan putusikarena perceraian, waktuitunggu

bagiiyang masih haididitetapkan 3 (tiga) kali suci dengan

sekurang-kurangnyai90 (sembilan puluh) hari,idan bagi

yang tidakihaid ditetapkan 90c(sembilanipuluh) hari.

c. Apabila perkawinan putus karena perceraian sedang janda

tersebut dalam keadaan hamil, waktu tunggu ditetapkan

sampai melahirkan.

d. Apabila perkawinannputus karena perceraiannsedang janda

dalamnkeadaan hamil,iwaktu tungguiditetapkan sampai

melahirkan.

(3) Tidak adanwaktu tunggu baginyang putus perkawinannkarena

perceraiannsedang antara jandantersebut dengan bekasnsuaminya

qoblajal dhukul.

(4) Bagijperkawinan yangjputus karenaiperceraian, tenggangnwaktu

tunggu dihitung sejak jatuhnya putusan Pengadilan Agama yang

mempunyai kekuatan hukum tetap, sedang perkawinan yang putus

(40)

(5) Waktuitunggu bagi istrinyang pernahnhaid sedang padanwaktu

menjalanijiddah tidaknhaid karena menyusuinmaka iddahnya tiga kalijwaktu suci.

(6) Dalamjhal keadaan, dalamjayat (5) bukanjkarena menyusui,jmaka

iddahjselama satuitahun, akan tetapiidalam waktu satuntahun tersebut iajberhaid kembaliimaka iddahnya menjadiitiga kali waktu suci.60

Pasal 154

Apabilajistri bertalak raj`inkemudian dalam waktuniddah

sebagaimana yang dimaksudndalam ayat (2) hurufab, ayat (5) dan

ayat (6) pasal 153, ditinggalnmati oleh siaminya, makajiddahnya menjadijempat bulan sepuluhnhari terhitung saatnmatinya bekas

suaminya.

Pasal 155

Waktu iddahjyang putus pekawinannya karenajkhulu`, fasakh, dan

li`anjberlaku iddahitalak.61 5. Iddah Perspektif Sains.

Menurut Dr. JavednJamil, Direktur programme for nmethical , academic, andncultural enterpises di SiharanpurnIndia. Yang mengungkapkannbahwa iddah sangatnmembantu dalamnpencegahan

60

H. Amiur Nuruddin, Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia...., h. 253-254.

61

(41)

penyakit menularnmelalui hubungannseks (sex-transmittedndiseases). Beliau menjelaskan: n

.... It is thereforeogicalnto concude thatnof the major aimsibehind making `iddahnobligatory for allnthe cases of breaknup of sexual realitionshipiis to preventnthe spread ofisex-transmitted diases. This is a veryiinteresting aspectiof the merriageisystem in islamiand needs extensiveiresearches which.will definitely lead to important cluesnas to howithe sex-transmittedndiseases can beicontrolled. This pointimay form aimajor basisnin the evolutionalnof successfuliAIDS prevention programme...

As hasnbeen statednabove, Islamnmakes it mandatorynthat a minimumnof three monthsnmust elapsenbefore aiwoman can iestablish sexualicontact withianother mani(husband). This is greatlyihelpful in minimizingnthe incidenceiof sex-transmittedndiseases (STDs). In syphilis, foriexample, the medianiincubation periodiis twenty-one daysibut may verynfrom 10 to 90 days (that isithree months). Thus, in caseisyphilis, the womannwill developisymptoms which arenmainly in theifrom of a painfulliswelling in thenlabium, within andnnot moreitha thoseithree months..The developmentiof painfulliswelling in her privatenparts will more oftennthan not prevent herifrom marrying till she hasigot inntreated. In caseishe does notidevelop suhc symptoms within a period of three months, her next sexual part her has a possibility of receiving infection from her. The same is true for another venereal disease, the lymphoma granulae,the incubation period of which varies from ane week to three months. Thus in both the major venereal diseases, known before the appearance of AIDS, the maximum length of incubation period is three months. In all other venereal diseases it is much less. In case of AIDS while the incubation period may be as long as five to ten years, thr blood test for HIV becomes positive mostly within three months. So if the spread of AIDS warrant strict vigilance, before getting married again, the woman may get herself examined for HIV immediately after the expiry of iddah. If her blood test negative, she has practically no possibility of carrying the disease to her next partner of children. The medical significance of iddah in islam is, therefore, clearly ascertainable and this factmay become one the AIDS control programme. In the case of AIDS, too it is clearly known that casual relationship are thr real source of infection and thr introduction of a period of iddah would end the possibility of casual contact alfogether.62

62

Javed Jamil, Extraordinary Importance Of Iddaf In Family Health, dalam Islam And

The Modern Age, vol.lll november, 2000, h. 121-123. Seperti yang dikutip oleh Nunung rodliyah,

(42)

Dari kutipan diatas, dapat dijelaskan bahwasanya dalam sipilis

dapat diketahui, rata-rata masuknya penyakit ( inkubasi) tersebut

adalah dua puluh satu hari, tetapi juga bisa beragam mulai dari sepuluh

hari hingga sembilan puluh hari (tiga bulan) lamanya. Begitu juga

untuk penyakit seks menular lainya, seperti lymphoma granulae masa masuknya penyakit (inkubasi) juga beragam waktunya yaitu mulai dari

satu minggu hingga tiga bulan. Dalam kasus penyakit AIDS masa

inkubasinya yaitu lima sampai sepuluh tahun, dalam sebuah tes darah

pada virus HIV kebanyakan menjadi positif setelah tiga bulan. Oleh

karnanya, untuk mengatasi menyebarnya virus HIV ini, sebelum

kembali menikah baik seorang wanita ataupun laki-laki, mereka dapat

memeriksakan diri untuk diketahui kemungkinan mengidap HIV,

setelah berakhirnya masa iddah. Jika tes darah hasilnya negatif, kemungkinan tidak adanya penyakit yang akan ditularkan kepada

pasangan atau keturunan mereka selanjutnya. Iddah dalam islam dan medis sangatlah penting. Karena, dapat menjadi salah satu program

penanganan AIDS. Dalam kasus AIDS ini, bahwa hubungan seksual

secara langsung dapat menjadi sumber infeksi yang sesungguhnya dan

introduksi masa iddah dapat nengakhiri kemungkinan terjadinya kontak hubungan seksual secara bersamaan.

Demikianlah adanya masa iddah selama tiga bulan, masa ini adalah masa dimana proses masuknya penyakit (inkubasi) terjadi. Untuk

(43)

melangsungkan pernikahan hendaknya melakukan pemeriksaan

kesehatan terlebih dahulu. Karena jika tidak kemungkinan dia

membawa penyakit menular kepada pasangan dan keturunannya akan

terjadi. Dalam masalah ini masa iddah dapat menjadi sebuah perlindungan dari penyebaran penyakit menular seks.

6. Hak Dan Kewajiban Dalam Masa Iddah.

Wanita yang beriddah talakjraj`i (setelahjtalak boleh rujukikembali), para.fuqaha` tidak.berbeda pendapatibahwa suami masiiberkewajiban memberikanatempat tinggaljdirumah suamijdan memberikan nafkah.

Sedang istrinwajib tinggalibersamanya, kehidupannyajdalam masa

iddahnseperti kehidupannyajsebelum talak. Hikmahnyajagar seorang istrintetap dalam pendengaranidan pandanganjsuami, dan bagijsuami

berhak rujukjkembali.63

Ulama Hanafiyah berpendapat, wanita yang dicerai dengan talak raj`i

tidak diperbolehkan keluar rumah baik siangjmaupun malamjhari.

Sedangkanjwanita yang ditinggaljmati suaminyaiboleh keluarjrumah

baik siang atau malam hari tetapi tetap tidur dirumahnya. Ulama

Hambali memperbolehkan wanita keluar rumah baik itu diceraikan

suaminya maupun ditinggal mati suaminya.64

7. HikmahjDisyariatkannyaiIddah.

Mayoritasjfuqaha berpendapatsbahwa semuaiiddah tidakilepas darijsebagian maslahat yangjdicapai, yaitu sebagaijberikut:

63

Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqih

Munakahat...., h. 333.

64

(44)

a. Mengetahui kebebasan rahim dari bercampurnya nasab.

b. Memberikanikesempatan suamijagar dapat introfeksi dirijdan

kembalijkepada istrinyang tercerai.

c. Berkabungnyajwanita yangnditinggal mati suaminuntuk

memenuhindan menghormatijperasaan keluarganya.

d. Mengagungkannurusan nikah, karena iantidaknsempurna

kecuali dengan berkumpulnya kaum laki-laki..dan tidak

melepas kecuali dengan penantian yang lama.65

B. Pentingnya Mengkaji Al-Qur`an Dengan Menggunakan Pendekatan Sains.

Menurut Bucaille, selama berabad-abad banyak sekali ahli

tafsir Al-Qur`an termasuk ahli tafsir yang hidup di zaman kejayaan

umat Islam. Namun menurutnya banyak penafsir yang melakukan

kesalahan dalam menafsirkan Al-Qur`an dikarenakan tidak dapat

mengungkapkan makna yang sebenarnya dari ayat yang ditafsirkan.

Hanya mereka yang hidup pada waktu setelahnya. Yakni mereka dekat

dengan zaman sekarang yang mampu menafsirkannya dengan benar.

Dalam hal ini, untuk memahami sebuah ayatjAl-Qur`an tidak hanya

menggunakanibahasaiArab, seorang ahli tafsir harus memiliki berbagai

macam ilmu pengetahuan. Dengan adanya persoalan-persoalan yang

timbul, orang akan mengerti bahwa berbagai macam ilmu pengetahuan

ilmiah sangat penting dalam memahami ayat-ayat Al-Qur`an.

65

Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqih

(45)

Melakukan pendekatan dengan sains dalam mengkaji

Qur`an adalah suatu hal yang sangat penting. Menurut Bucaille,

Al-Qur`an mengajak umat manusia untuk memperdalam ilmu sains.

Karena dalam Al-Qur`annmemuat berbagainmacam pemikiranntentang

fenomenanalam. Dengan rinci Al-Qur`an memaparkan hal-hal yang

secara pasti dan cocok dengan sains medern.66

Dengan menafsirkan Al-Qur`an dengan menggunakan

pendekatan sains (medis) selain memberikan pembuktian terhadap apa

yang ada di dalam Al-Qur`an, juga lebih efektif dalam memberikan

pemahaman terhadap orang yang membacanya.

C. TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustakaidilakukan bertujuanuagar peneliti mengetahuijhal-hal

apa yangitelah diteliti daniyang belum ditelitiisehingga tidaknterjadi

duplikasiipenelitian. Ada beberapajhasil penelitian yangipeneliti temukan

terkaitudengan penelitianiini, yaitu sebagaiiberikut:

1. Skripsi Ita Nurul Asna, Jurusan Ahwal Al-Syakhshiyyah Fakultas Syari‟ah Institut Agama Islam Negeri (Iain) Salatiga dengan judul

Pelanggaran Masa Iddah Di Masyarakat (Studi Kasus Di Dusun Gilang, Desa Tegaron, Kec. Banyubiru)”. Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui pelanggaran-pelanggaran masa iddah pada

masyarakat Dusun Gilang. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu

66

Maurice Bucaille, Bibel, Qur`An Dan Sains Modern, Terj. H M Rasjidi (Jakarta: Bulan Bintang, 2001), h.140-145.

(46)

peneliti sebelumnya tidak menggunakan tafsir Al-Qur`an maupun

sains dalam objek penelitiannya.

2. Skripsi Fathur Rohman, Jurusan IlmuiAl-Quran Dan TafsiruFakultas

Usshuluddin Dan PemikiranjIslam Universitas IslamiNegeri Sunan Kalijaga dengan judul “Reinterpretasi Ayat-Ayat Al-Quran Tentang Iddah (Aplikasi Teori Dan Fungsi Hermeneutika Jorge J.E Gracia)”.

penelitian ini berupaya untuk menafsirkan ulang ayat-ayat al-quran

tentang iddah dengan menggunakan pisau analisis hermeneutika yang dirumuskan oleh Jorge J.E Gracia. Adapun perbedaan dari penelitian

ini adalah tidak adanya pendekatan dengan sains dalam mengkaji

masalah iddah tersebut.

3. Mr. Sulhakee Burraheng, Jurusan Studi Perbandingan Mazhab

Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga dengan judul “ Ketentuan Iddah Bagi Istri Yang Ditinggal Mati Suaminya Dalam Keadaan Hamil ( Menurut Pendapat Imam Malik Dan Imam Syafii)”. Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui bagaimana pendapat ulama mazhab dalam menentukan masa iddah

dari seorang wanita yang ditinggal mati oleh suaminya dalam keadaan

hamil. Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian ini hanya

berfokus pada bagaimana ulama mazhab memberi argumentasi tentang

iddahnya seorang wanita yang ditinggal suami dalam keadaan hamil. Tanpa menyinggung sebuah kitab tafsir atau pada sisi medisnya

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Slamet, Fiqih Munakahat, (Bandung : CV. PUSTAKA SETIA, 1992). Al-Habsy, Muhammad Bagir, Fiqih Praktis Menurut Al-qur`an,As-Sunnah dan

Pendapat Para Ulama, (Bandung: Penerbit Mizan, cet:1, 2002). Alhafidz, Ashin W., Fikih Kesehatan, (Jakarta: AMZAH, Cet.2, 2010).

Al-Hamdani, H.S.A., Risalah Nikah (Hukum Perkawinan Islam) Dilampiri Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta: PUSTAKA AMANI , cet.3, 2011). Aljufri, Ali, Metode Tafsir Al-Wadhi Al-Muyassar Karya M. Ali Ash-Shabuni,

(Palu: Rausyan Fikr, vol.12 no.1, 2016).

Anwar, Ahmad, Prinsip-Prinsip Metodologi Research(Yogyakarta:Sumbangsih, 1974).

Anwar, Rosihon, Ilmu Tafsir (Bandung: CV Pustaka Setia, Cet. 1, 2000).

Ashar, Pemindahan Embrio Ke Rahim Wanita Lain Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Hukum Positif, (MAZAHIB: Jurnal Pemikiran Hukum Islam, Vol. XIV, No. 1, 2015).

Ash-Shabuni, Muhammad Ali, Tafsir Ayat Ahkam Ash-Shabuni,Terj. Mu`Ammal Hamidy dan Drs. Imron A. Manan, (Surabaya: Pt. Bina ilmu, Cet. 4, 2003).

..., Tafsir Ayat Ahkam Ash-Shabuni 1, Terj. Mu`ammal Hamidy, Imron A. Manan, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, cet: 4, 2003).

..., Tafsir Ayat Ahkam Ash-Shabuni 2, Terj. Mu`ammal Hamidy, Imron A. Manan, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, cet: 4, 2003).

..., Tafsir Ayat Ahkam Ash-Shabuni 3, Terj. Mu`ammal Hamidy, Imron A. Manan, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, cet: 4, 2003).

Ash-Shidiqi, Hasbi, Sejarah Dan Pengantar Ilmu Al-Qur‟an (Jakarta: bulan bintang,1994).

As-Shabuni, Muhammad Ali, Ikhtisar Ulumul Qur‟an Praktis (Jakarta: Pustaka Amani, 2001).

Badriyah, Laila, Kajian Terhadap Tafsir Rawa`I Al-Bayan: Rafsir Ayat Al-Ahkam Mun Al-Qur`An Muhammad Ali Ash-Shabuni, (SYAIKHUNA, Jurnal Pendidikan dan Pranata Islam, Vol.8 No.1, 2017).

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa ayat yang berkaitan dengan kajian ini yaitu ayat-ayat Tauhid dalam kitab Tafsir Mafa> tih} u al-Ghaib akan menjadi obyek penelitian, sehingga dari sana

11 Syaikh Asy- Syanqithi, dalam karya tafsirnya Tafsir Adhwa‟ul Bayan menjelaskan ayat ini bahwa telah kami kemukakan argumentasi dari Abu Hanifah RA dengan keumuman ayat

(Analisis Tafsir Ayat-Ayat Fauna). Pendidikan karakter merupakan “Suatu sistem penerapan nilai- nilai moral, etika dan akhlak pada peserta didik melalui ilmu pengetahuan,

1. Rawa‟i al Bayan fi Tafsir Ayat al - Ahkam min Al Qur‟an. Kitab ini dalam dua jilid besar, ia adalah kitab terbaik yang pernah dikarang perihal ayat hukum. Keistimewaan dari

Oleh sebab itu penelitian ini sebagiannya akan menggambarkan corak adabi ijtima>‘i tafsir karya Syeikh Ali Jum‘ah, menimbang tidak hanya pada sisi zamannya saja

telah menggunakan lima pendekatan ketika memindahkan teks dari Al-Jami’ al-Ahkam al-Quran ke dalam Tafsir Nur al-Ihsan, iaitu memetik teks secara selari, memetik

Yassir, salah seorang narasumber dalam seminar peluncuran buku Tafsir al-Ahkam menyatakan bahwa salah satu tujuan yang tampak sangat jelas pada diri Abdul Halim Hasan Binjai

Adapun untuk literatur kedua, penelitian Muhammad Patri Arifin yang berjudul Rawa’ al-Bayan Tafsir Ayat al-Hukum min Al-Qur’an Karya Muh}ammad ‘Ali> ash-Sha>bu>ni> Suatu Kajian