• Tidak ada hasil yang ditemukan

TRINITAS DALAM KRISTEN PROTESTAN DAN TRIMURTI DALAM HINDU (Studi tentang Ketuhanan dalam Kristen Protestan dan Hindu)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TRINITAS DALAM KRISTEN PROTESTAN DAN TRIMURTI DALAM HINDU (Studi tentang Ketuhanan dalam Kristen Protestan dan Hindu)"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperolehi Gelar

Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)

OLEH :

NORASMAH BINTI AMBOK TANG NIM :10933008942

PROGRAM S1

JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTAN SYARIF KASIM RIAU

(2)

iv

Protestan dan Trimurti dalam Hindu serta Bagaimana Keesaan Trinitas dalam Kristen Protestan dan Trimurti dalam Hindu. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (liberari research) yang diambil dari data primer yaitu buku yang khusus membahaskan permasalahan ini dan data sekunder yaitu buku-buku, ensiklopedi, artikel, majalah-majalah dan diktat.

Trinitas berarti kesatuan dari tiga. Trinitas dalam Kristen Protestan adalah Tiga Tuhan yakni Tuhan Bapa, Tuhan Yesus dan Tuhan Roh Kudus dan ketiganya adalah mempunyai fungsi serta tugas yang sama (Esa). Ajaran tiga Tuhan dalam satu ini bukan hanya dianut masyarakat Yunani dan Romawi, tetapi juga mereka yang mendiami wilayah Asia Barat, Tengah, Afrika Utara dan pengaruhnya menjalar ke beberapa kawasan lainnya di dunia. Ini termasuk kepercayaan kepada Kristen Katolik maupun Protestan. Tentang Trinitas dalam Kristen Protestan, bahwa hakikat keesaan Tuhan bukanlah dalam arti biologis, melainkan dalam pengertian idealis.

Trimurti adalah gabungan dari Tuhan Brahma, Wisnu dan Siwa.Tuhan dalam Hinduisme adalah Sang Pencipta, namun, Dia menciptakan segenap alam semesta dan dunia ini bukan dari ketiadaan yang tak logis, tetapi berasal dari Diri Nya sendiri setelah menciptakan, Dia memelihara, memusnahkan dan melebur kembali kepada yang asal. Trimurti inilah yang menjadi awal dari timbulnya konsep Dewa-Dewi Hindu. Konsep Dewa-dewi Hindu merupakan hasil dari pengembangan konsep Trimurti, dan jika ditelusuri semua Dewa-dewi ini mempunyai hubungan dengan tiga Dewa utama ini (Trimurti).

Trinitas dan Trimurti membicarakan tentang Tuhan Kristen dan Hindu. Jika zat Tuhan itu diyakini hanya satu atau tunggal, maka melahirkan paham monoteisme, dan keyakinan terhadap banyak Tuhan melahirkan paham Polyteisme.

Disetujui Oleh

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Akhyar M.Ag Drs. Abu Bakar M.pd NIP : 195508231985031003 NIP : 195808031994021001

(3)

iv

PENGESAHAN SKRIPSI……….. ii

KATA PENGANTAR……… iii

DAFTAR ISI……….. iv

ABSTRAKSI………. vii

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Rumusan Masalah ……….. 8

C. Penegasan Istilah ……….. 9

D. Alasan Pemilihan Judul ……….... 10

E. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian………... 11

F. Tinjauan Kepustakaan ……… 12

G. Metode Penelitian ………. 16

H. Sistematika Penulisan ………. 20

BAB II TRINITAS DALAM KRISTEN PROTESTAN A.Pengertian dan Sejarah Trinitas dalam Kristen Protestan ……… 21

B.Kedududukan Oknum Trinitas dalam Kriesten Protestan ……… 25

C.Keesaan Trinitas dalam Kristen Protestan ………. 29

BAB III TRIMURTI DALAM HINDU A. Pengertian dan Sejarah Trimurti ………. 35

B. Kedudukan dan Fungsi Manifestasi Trimurti ………. 38

C. Keesaan Tuhan dalam Trimurti ……….. 54

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN A. Analisa Perbedaan……… …… 62

(4)
(5)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Agama adalah suatu sistem kepercayaan kepada Tuhan yang dianut oleh sekelompok manusia yang selalu mengadakan interaksi dengan Tuhan. Inti semua agama berpangkal dari keyakinan adanya Tuhan atau yang diyakini sebagai Tuhan, yaitu ” Realita”, ”zat” atau ”sesuatu” yang supranatural, paling tinggi, yang agung, yang suci, yang menciptakan dan menghidupi manusia, tempat bergantung, yang dikagumi sekaligus ditakuti, dan sebagainya. Tuhan menurut agama-agama besar dunia, disebut Allah (Islam) , Allah/Yesus (Kristen), Yahweh (Yahudi) dan Sang Hyang Widhi (Hindu). Hubungan antara agama dan Tuhan yang dapat dijadikan kajian dalam penelitian agama adalah sebagai berikut: paham manusia tentang Tuhan, hubungan manusia tentang Tuhan, pengetahuan dan sumber pengetahuan manusia tentang Tuhan, gambaran manusia tentang Tuhan, dan tanggapan manusia tentang Tuhan.

Pemahaman manusia tentang Tuhan, misalnya, dapat dikategorikan dalam berbagai bentuk kepercayaan seperti: monoteisme, politeisme dan henoteisme. Monoteisme berasal dari kata Yunani, monos, yang berarti tunggal, sendirian, satu-satunya, tak ada yang lain, dan theos yang berarti Tuhan, Allah. Monoteisme adalah paham yang berpendapat Tuhan itu hanya satu, Esa, Tunggal, tidak berbilang. Agama Samawi pada dasarnya berpaham

(6)

monoteisme atau agama tauhid yang tidak hanya mengatakan bahwa tiada Tuhan selain Allah, tiada Tuhan selain Tuhan, tetapi juga menyuruh pemeluknya untuk mentauhidkan Allah, mengesakan Allah, meniadakan ilah-ilah selain Allah. Pada dasarnya paham manusia tentang Tuhan bersifat monoteistis, tetapi dalam perkembangannya bisa menyimpang menjadi politeistis, menjadi ateis atau kembali ke monoteistis. Monoteisme disebut sebagai asal sekaligus puncak evolusi manusia dalam memahami Tuhan.

Pemahaman tentang Tuhan bisa dimulai dari politeistis berkembang menjadi monoteistis, ateistis atau kembali kepada politeistis. Perubahan tersebut disebabkan proses evolusi akal budi yang, berkembang dari tahap ” agama” ke tahap metafisika dan tahap positivisme. Sejarah pada pokoknya adalah proses perkembangan bertahap dari cara manusia berpikir, dan proses perkembangan itu bersifat mutlak, universal dan tak terelakkan. Studi agama mutakhir, terutama yang dilakukan oleh kelompok Historik-Fenomenologis, menyimpulkan bahwa monoteisme merupakan paham awal dan asli tentang Tuhan.1

Manusia pada dasarnya memerlukan suatu bentuk kepercayaan kepada kekuatan gaib. Kepercayaan itu akan melahirkan tata nilai guna menopang budaya hidupnya. Nilai- nilai itu kemudian melembaga dalam tradisi-tradisi yang diwariskan turun menurun dan mengikut anggota masyarakat yang

1 Suprayogo , Metodologi Penelitian Sosial-Agama, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2001) hlm. 38

(7)

mendukung nya. Karena itu, tradisi sangat sulit berubahnya dan kalau berubah sangat lambat.

Dalam sejarah kepercayaan manusia yang sudah ribuan tahun, hanya tercatat beberapa perkembangan sistem kepercayaan kepada yang gaib, yaitu kepercayaan pada kekuatan gaib yang meningkat menjadi kepercayaan pada roh disebut animisme dan dinanisme. Animisme mengalami beberapa tahap perkembangan. Pada awalnya penganut animisme mempercayai semua benda mempunyai roh. Kemudian dari sekian banyak benda ada yang mempunyai roh, ada yang kuat sehingga menimbulkan pengaruh pada alam. Benda yang dianggap kuat itu kemudian dijadikan simbol penyembahan dan peribadatan. Henoteisme dan monoteisme yaitu kepercayaan yang tidak menyangkal adanya Tuhan banyak, tetapi hanya mengakui satu Tuhan tunggal sebagai Tuhan yang disembah. Kepercayaan dinanisme dan animisme, kendati dianggap sebagai awal dari kepercayaan umat manusia, sampai sekarang kepercayaan itu masih terdapat di berbagai lapisan masyarakat. Walaupun kepercayaan itu tidak seperti masyarakat primitif, fenomenanya dan praktiknya masih mirip, seperti meminta pertolongan kepada dukun dan memakai cincin tertentu agar terhindar dari berbagai bencana.

Ada dua teori tentang perkembangan kepercayaan manusia. Teori pertama mengatakan bahwa kepercayaan manusia pada awalnya sangat sederhana dan bersahaja menuju pada kepercayaan yang lebih tinggi sesuai

(8)

dengan perkembangan kemajuan peradabannya. Teori ini dipelopori oleh E.B Tylor yang lebih mirip dengan teori evolusi Darwin. Menurutnya, perkembangan alam dan sosial bergerak dari bentuk yang lebih rendah menuju bentuk yang lebih tinggi dan sempurna, dari yang sederhana menjadi lebih kompleks. Sistem kepercayaan manusia yang paling primitif adalah dinanisme dan yang paling tinggi adalah monoteisme.2 Teori ketuhanan dalam Kristen, baik Protestan maupun Katolik, berpusat pada pemahaman adanya kepercayaan terhadap ketuhanan yang tiga (Trinitas), yakni: Allah Bapa (Tuhan Bapa), dan Ruhul Kudus (Perantara antara bapak dan Putra).

Tuhan Bapa sebagai pencipta (Creater) Anak (Yesus Kristus) sebagai juru selamat, yang berinkarnasi ke dalam tubuh manusia (Rodeemer) dan Ruhul Kudus atau Roh Suci (Holy Spirit). Tuhan Allah yang diyakini umat Kristen adalah Tuhan yang mempunyai Tiga Pengata Diri, yakni sebagai Allah Bapak, Putra dan Roh Kudus. Allah Bapak dalam pengertian pengakuan iman ini, adalah bapak dari Yesus Kristus, di antara keduanya satu juga, menurut versi Katolik, bapak itu tidak lain adalah Yesus Kristus sendiri yang bertahta di Surga. Sedangkan Yesus adalah juga Allah yang mengata diri sebagai manusia,”Aku dan Bapak adalah satu”.3

2 Kees W. Bolle, “ Animism”, dalam , The Encyclopedia Of Religion, (New York : Macmilan Publishing Company, 1987) , hlm. 296. lihat juga, Aslam Hady, Pengantar Filsafat Agama,

(Jakarta : Rajawali Pers, 1986) , hlm. 30

(9)

Berbicara tentang Trinitas, tidak terdapat ayat-ayat yang secara langsung dan tegas berbicara tentang hal itu. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Van Nifrik sebagai berikut:

Di dalam Al-Kitab tidak terdapat suatu istilah yang dapat diterjemahkan dengan kata Tritunggal atau suatu ayat tertentu yang mengandung dogma tersebut. Alasan yang menimbulkan dogma itu mugkin terdapat dalam 1 Yohanes (Yahya ) 5; 6-8. tetapi sebahagian besar ayat itu agaknya belum tertera dalam naskah aslinya. 4

Dalam kepercayaan Agama Kristen Protestan banyak dipengaruhi oleh latar belakang perkembangan Eropa Barat pada kelahirannya yaitu pada abad yang ke 16. Gambaran ini merupakan kondisi yang melahirkan kenyataan adanya perbedaan antara teologi beserta prakteknya dengan ajaran dalam al Kitab. Kondisi demikian didasarkan oleh Marthin Luther sebagai titik tolak memulainya pembaharuan ajaran-ajaran Gereja.

Tuhan Yesus lahir di dunia atas perintah Allah Bapak, melalui Perawan Maria, untuk menjadi juru selamat yang mengorbankan jiwanya karena sifat kasih Nya. Melalui penyiksaan di atas tiang salib, dimaksudkan bahwa Yesus putra Nya yang tunggal itu memerankan dirinya sebagai ” salvation Cult” penebus dosa orang-orang yang percaya karena pintu surga telah tertutup, akibat pelanggaran dosa adam dan Eva.

Adapun Roh Kudus bahagian dari Trinitas, di pahami sebagai wujud rohani Allah Bapak yang secara inkarnasi masuk ke dalam tubuh Maria, untuk

(10)

kemudian lahir menjadi Yesus. Kelahiran Yesus melalui Perawan Maria, dimaksudkan untuk membawa misi pengampunan dosa, serta memberi keselamatan bagi manusia dengan pengorbanan dirinya di tiang salib.

Atas dasar inilah, mak a sesungguhnya inti iman Kristen Protestan terletak pada kepercayaan terhadap penyaliban diri Yesus, dimana setelah wafatnya, Yesus kemudian bangkit dari kuburnya, kemudian kembali naik ke Surga ke tempat asal mula dia datang, berada di singgahsana Nya dengan kedudukan sebagai Allah Bapak.5 Ajaran Ketuhanan Paulus adalah ajaran Trinitas. Semua usaha menjelas hubungan asasi yang ada antara Bapa, Anak dan Roh Kudus dan adalah untuk mengakui rahasia atau misteri Allah. 6 Didalam sistem Ketuhanan Hindu mendekati paham materialisme yang bersifat naturalis, karena disandarkan pada peristiwa dan kejadian alam, sehingga hampir segala gejala dan gerak alamiah merupakan manifestasi dari lambang kekuatan. Tidaklah mengherankan apabila kepercayaan terhadap kekuatan yang majemuk itu, menggiring ketuhanan Hindu ke arah polytheisme yang memuja banyak dewa. Dalam agama Hindu juga dikenal tiga dewa yang dihormati, yaitu Barhmana, Wisnu dan Siwa. Brahmana adalah dewa yang tertinggi menurut agama Hindu.7

5 Abdullah Ali, Agama Dalam Ilmu Perbandingan, ( Jakarta: Nuansa Aulia 2007 ) hlm. 215 6 Robert R. Boehkle, Sejarah Perkembangan pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen,(Jakarta: PT Bpk Gunung Mulia 1991) hlm. 386

7 Amsal Bakhtiar, Filsafat Agama Wisata Pemikiran dan Kepercayaan Manusia (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2008), hlm .69

(11)

Di antara sekian banyak dewa yang dipuji sebagai sumber segala kekuatan, hakikatnya terkoordinasi dalam ketuhanan Trimurti, berikut ini :

1. Brahmana yaitu dewa yang dianggap sebagai pencipta alam, yang telah mewujudkan alam ini dengan segala isinya. Dalam mengendalikan kekuasaannya, dewa Brahmana didampingi dewi yang sakti, yakni Dewi Saraswati (dewi kesenian dan pengetahuan), juga memiliki kenderaan khusus yaitu hewan unggas yang disebut Hangsa.

2. Wisnu yaitu dianggap sebagai dewa pemeliharaan alam dengan kekuasaan mendamaikan umat manusia, memelihara ketertiban, serta mewujudkan kedamaian. Dalam melaksanakan tugasnya, Dewa Wisnu juga didampingi oleh dewi sakti yang disebut Dewi Sri (dewi kebahagiaan). Kendaraan khusus untuk Wisnu dilambangkan dengan burung Rajawali atau Garuda.

3. Siwa yaitu dianggap sebagai dewa perusak alam yang kekuasaannya berhubungan dengan kejahatan manusia. Timbulnya peperangan, pembunuhan dan sebagainya. Perlambang sedang berperannya kekuasaan Siwa. Sebagaimana Brahmana dan Wisnu, maka Siwa pun didampingi dewi Sakti yang disebut Dewi Durga (dewi kematian). Kendaraan khusus untuk Wisnu dilambangkan dengan lembu jantan yang disebut Nandi. Wujud ketuhanan Hindu

(12)

yang polyteisme akan nampak jelas dengan memperhatikan pemujaan terhadap bermacam-macam dewa sesuai dengan gerak alam, penguasaan matahari oleh Dewa Surya, langit dan lautan oleh Dewa Indra, atau angin topan untuk Dewa Maruta dan bumi oleh Dewi Pertiwi.8 manusia sebagai mahluk dan bagian dari benda alam termasuk dalam kategori fisika. 9

Sebagaimana dalam agama Hindu kepercayaan inkarnasi, dewa-dewa yang bersemaya di Gunung Mahameru, yang berperan sebagai menyelamatkan kehidupan manusia, sebagai raja yang berkuasa. Dalam hubungan ini, dapat disebutkan contohnya Rama sebagai penjelmaan Wisnu di India dan Airlangga sebagai penjelmaan Wisnu.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan kepada latar belakang ini, dapat penulis merumuskan beberapa masalah :

1. Bagaimana konsep Trinitas dalam Kristen Protestan dan Trimurti dalam Hindu.

2. Bagaimana kedudukan Trinitas dalam agama Kristen Protestan dan Trimurti dalam agama Hindu.

3. Bagaimana Keesaan Trinitas dalam agama Kristen Protestan dan Trimurti dalam agama Hindu.

8 Ibid., hlm.161

(13)

C. Penegasan Istilah

Untuk tidak terjadinya kesalah pengertian dalam memahami judul penelitian ini, maka penulis serta merasa perlu menjelaskan beberapa istilah yang menurut penulis perlu dijelaskan.

1. Trinitas

Trinitas arti aslinya ialah Tiga- Satu atau Satu Tiga. Tiga dalam satu atau satu dalam Tiga. Secara filosofis, tiga dalam satu atau satu dalam tiga, jelas tidak bisa dikaitkan dengan hukum matematika. Allah Bapa, Allah Putera dan Allah Roh Kudus, mereka sama-sama oknum Allah dan Allah sebenarnya.10

2. Kristen Protestan

Kristen berawal pelesetan penduduk Antiokia terhadap pelarian murid-murid yang dikejar-kejar oleh kelompok Paulus paska penyaliban. (Protestantisme) adalah aliran kekristenan di luar Gereja Katolik dan Gereja Ortodoks Timur. Istilah ”Protes” terambil dari sikap protes yang dilancarkan oleh sejumlah raja dan pengiasa Diet (majelis kota) Speyer yang mendukung reformasi di Jerman. Protestan terambil dari kata ”Prote” yang dilancarkan oleh Martin Luther terhadap Paus di Roma.11

10 Abu Jamin Roham, Ensiklopedi Lintas Agama, ( Jakarta: Emarald, 2009 ), hlm. 693 11 Ibid, hlm 600

(14)

3. Trimurti

Trimurti yaitu sistem ketuhanan Hindu mendekati paham materialisme yang bersifat naturalis, karena disandarkan pada peristiwa dan kejadian alam, sehingga hampir segala gejala dan gerak alamiah merupakan manifestasi dari lambang kekuatan.12 Trimurti adalah tiga perwujudan daru Tuhan Dewa Brahma, Wisnu dan Siwa.13

4. Hindu

Hindu adalah agama buatan yang tertua di dunia. Agama Hindu berkembang sejak 1500 SM. Mereka memiliki kitab suci yang bernama weda. Masing-masing berpegang pada kitab weda sebagai ajaran.14

D. Alasan Pemilihan Judul

Adapun yang menjadi alasan dan argumentasi mendorong penulis untuk meneliti permasalahan ini adalah:

1. Sepengetahuan penulis, judul ini belum diteliti, terutama oleh Mahasiswa Jurusan Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin sebagai sebuah skripsi.

2. Judul ini menarik untuk dikaji karena terdapatnya persamaan dalam konsep kepercayaan Trinitas dan Trimurti dalam agama Kristen

12 Abdullah Ali, Agama dalam ilmu Perbandingan, ( Bandung : Nuansa Aulia, 2007 ), hlm 161

13 I mede Surada Widya Dharma, Kamus Sansskerta Indonesia,( Denpasar,2007 ), hlm. 151 14 Fuad Hassan, Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Jakarta: PT.Delta Pamungkas, 2004), hlm 157

(15)

Protestan dan Hindu yang pada hakikatnya mempunyai konsep keesaan (tiga dalam satu).

E. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

1.

Tujuan Penelitian

a. Ingin menemukan data tentang konsep ketuhanan dalam Kristen Protestan dan Tuhan dalam Hindu.

b. Ingin mengetahui secara mendalam tentang kedudukan dan fungsi Tuhan dalam Kristen Protestan dan Tuhan dalam Hindu.

c. Ingin mendapatkan data mengenai keesaan Tuhan dalam Kristen Protestan dan Tuhan dalam Hindu.

2. Kegunaan penelitian

a. Pembahasan ini berguna bagi penulis untuk lebih memperdalam tentang Tuhan dalam Kristen Protestan dan dalam Hindu.

b. Pembahasan ini diharapkan berguna bagi para akademis yang ingin mengetahui konsep Tuhan dalam Kristen Protestan dan dalam Hindu.

c. Pembahasan ini juga diharapkan dapat berguna bagi para pembaca yang ingin mengetahui tentang konsep Tuhan dalam Kristen Protestan dan dalam Hindu.

(16)

F. Tinjauan Kepustakaan

Sebagaimana telah disebutkan dalam pokok permasalahan bahwa penelitian ini menitik beratkan kajiannya pada Tuhan dalam Kristen Protestan dan dalam Hindu. Sepengetahuan penulis belum ada yang menelitinya.

Penelitian dalam judul ini merupakan studi kepustakaan (library Research) yang didalamnya penulis mencoba untuk mengkomperatifkan antar agama Kristen Protestan dan Hindu dengan menggunakan metode komperatif analisis berdasarkan sumber yang ada.

Mirza Tahir Ahmad15 , dalam bukunya Christianity A Journey From Factsto Fiction bahwa mereka adalah ”Tiga dalam Satu” dalam arti bahwa ego utama mereka atau kesadaran akan keberadaan mereka tetap satu, walaupun terbagi dalam tiga aspek atau fase, telah dipelajari panjang lebar. Suatu wujud yang demikian secara logika tidak dapat disebut ”tiga oknum dalam satu.” Selain itu, aspek-aspek atau fase-fase tidak pernah disembah dan tidak pula mereka menyembah ego sentral mereka. Untuk memahami mereka sebagai oknum-oknum yang terpisah, mereka harus memiliki identitas masing-masing yang berdiri sendiri, dalam bentuk ego pokok yang memberikan rujukan pada kesadaran mereka sebagai oknum-oknum. Jika tidak, masalah rujukan terhadap diri mereka dan lainnya sebagai ”saya”, ”kamu” dan ”dia,” tidak

15 Mirza Tahir Ahmad, Christianity A Journey From Factsto Fiction, (Indonesia: Jemaat Ahmadiyah Indonesia 2000), hlm .2

(17)

akan timbul. Trinitas yang diterapkan bagi satu wujud hanya akan dapat dipahami sebagai sifat-sifat dan tidak lebih dari itu.

Dr.C. Groenen OFM16 dalam bukunya yang berjudul Kitab Suci tentang Roh Kudus dan Hubungannya dengan Allah Bapa dan Anak Allah yaitu dalam perjanjian Baru, Allah, Yesus Kristus, Tuhan kita dan Rohulkudus memegang peranan dalam perlaksanaan keselamatan manusia. Jalan pemikiran perjanjian Baru itu, maka tidak mengherankan bahwa ketiga pelaku yang berperanan dalam tata penyelamatan disebut bersama-sama. Allah Bapa ialah Allah yang menjadi awal mula penyelamatan dan perwujudannya. Allah Bapa ada awal dan akhir tujuan seluruh rencana dan perlaksanaan penyelamatan, Allah yang melalui Anak Nya dan dalam Roh Kudus Nya menawarkan dan memberikan diri kepada manusia berdasarkan kasih Nya yang tak terbatalkan.

Prof. Dr. Ahmad Shalaby17, dalam bukunya yang berjudul Perbandingan Agama Kristen mengatakan bahwa kepercayaan kepada tiga ketuhanan itu sebagai kelompok yang muncul pertama kali di kalangan orang Kristen yang diambil mereka dari kebudayaan-kebudayaan yang ada di sekeliling mereka. Kebudayaan-kebudayaan itu mempengaruhi agama Kristen dan beralih sebagai akan dijelaskan nanti menjadi ibadat penyembahan tiga yang suci. Maka, hakikat yang demikian diterima, dan tujuan umum, terutama sekali di

16 Groenen. Dr.c,Kitab Suci tentang Roh Kudus dan hubungannya dengan Allah Bapa dan

Anak Allah, (Yogyakarta: Yayasan Kanisius 1998), hlm .58

17 Ahmad Syalaby. Perbandingan Agama-agama Kristen, (Bandung : PT.Alma’ Arif 2000), hlm .76

(18)

antara orang banyak, ialah keimanan kepada tiga yang suci mendekati i’tikad kepada tiga Tuhan yang menjadi kepercayaan mereka sebelum memasuki agama Kristen.

Gede Pudja, MA SH18 dalam bukunya yang berjudul Theologi Hindu (Brahma Widya) menyatakan bahwa Brahma dalam hubungan pengertian ini yaitu Tuhan sebagai unsur SABDA atau AKSARA (Yang Maha Kuasa). Widya atau jnana, kedu-duanya artinya sama yaitu ilmu, sedangkan kata tattwa berarti hakekat tentang TAT (itu, yaitu Tuhan dalam bentuk Nirguna Brahman). Penggunaan kata TAT sebagai kata yang artinya TUHAN, adalah untuk menunjuk kepada Tuhan yang ada jauh dari manusia.

Ketut Wiana19, dalam bukunya yang berjudul Bagaimana Umat Hindu Menghayati Tuhan membahaskan menurut agama Hindu, Tuhan Yang Maha Esa menciptakan alam semesta atas cinta kasih-Nya yang disebut Yajna. Nama ini erat sekali hubungannya dengan fungsi atau tugas. Demikian pula Tuhan atau Sang Hyang Widhi Wasa. Beliau disebut Brahma pada waktu menciptakan alam semesta dengan segala isinya. Beliau juga disebut Wisnu pada waktu memelihara semua ciptaannya dengan penuh cinta kasih. Beliau disebut Siwa pada waktu mengembalikan ciptaannya ke asalnya. Begitulah Tuhan, bila diumpamakan bagaikan matahari. Sinar-sinarnya adalah dewa.

18 Gede Pudja,Theologi Hindu ( Brahma Widya ) (Jakarta : Yayasan Dharma Sarathi 1992), hlm .8

19 Ketut Wiana, Bagaimana Umat Hindu Menghayati Tuhan, (Jakarta : Pustaka Manikgeni 1993), hlm.1

(19)

Joesoef Sou’yb20, dalam Agama-Agama Besar di Dunia mengungkapkan bahwa Brahman itu adalah Wujud Azali dalam keadaan diam (unmoving). Pada saat kodratnya bergerak menciptakan alam semesta maka Brahman itu menjelma dalam wujud. Kodratnya yang memelihara dan memperkembang alam semesta alam semesta itu menyebabkannya menjelma dalam wujud Wisnu. Kodratnya yang mengembalikan setiap sesuatunya di dalam alam semesta itu kepada asalnya yang semula, melalui pembinasaan dan pemusnahan. Menyebabkannya menjelma dalam wujud Siwa. Itulah tiga oknum dari Brahman itu, yaitu : Brahman dan Wisnu dan Siwa. Paham itulah yang disebut dengan ajaran Trimurti.

Agama dilihat dari segi asal-usul, secara umum hanya terdapat dua teori besar (grand theory) yang dirumuskan. Pertama, adalah teori revilasi yakni ajaran agama yang bersumber dari wahyu dari Tuhan, walaupun pada masa belakangan diselewengkan oleh para penganutnya. Kedua, adalah teori evolusi yakni yang disebut juga dengan nama budaya (natural religion) yang berkembang dari bentuk yang sederhana kepada bentuk yang sempurna sesuai dengan perkembangan budaya manusia. Untuk merangkum kedua teori di atas, maka berikut ini akan dikemukakan dua definisi tentang agama. Pertama, agama adalah segenap kepercayaan kepada Tuhan, dewa dan sebagainya serta dengan ajaran kebaktian dan kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan,

(20)

misalnya Islam, Kristen, Hindu dan Buddha.21 Kedua, agama ialah suatu keseluruhan yang bagian-bagiannya bersandar yang satu pada yang lain, terdiri dari aqidah (kepercayaan), dan ibadah. Semuanya dihubungkan dengan hal-hal yang suci dan mengikat pengikut-pengikutnya dalam satu masyarakat.22

Mempelajari Ketuhanan sebagaimana diungkapkan dalam Kitab (Brahma Sutra 1.1.1.)

Setelah pencapaian dari sifat-sifat spiritual yang diperlukan, karena itu (sebagai akibat yang diperoleh dari yajña dan lain-lain, bersifat sementara, sedangkan akibat dari pengetahuan tentang Brahman adalah abadi. Penyelidikan (ke dalam sifat sejati) dari brahman (yang diliputi oleh keraguan karena adanya pandangan yang saling bertentangan dari berbagai kelompok aliran filsafat, harus dilakukan). 23

merupakan hal yang amat penting dan perlu karena dengan mengenai Tuhan secara tepat dan baik, dinyatakan sebagai jalan dapat mengantar manusia kepada jalan kesempurnaan sampai kepada moksa atau nirwana. Surga dan Neraka, moksa dan samsara mempunyai arti dan hubungan yang erat sekali dengan ajaran Ketuhanan baik dalam rangkaian penghayatannya maupun dalam hubungan pengamalannya.24

F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

21 Poerwadarminta. Eksiklopedi Umum, (Yogyakarta : Kanisius, 1973), hlm.553.

22 Rasyidi H.M, Empat Kuliah Agama di Perguruan Tinggi, (Jakarta : Bulan Bintang, 1971) , hlm.59

23 Svāmī vireśvarānanda, Brahman Sutra ( Pengetahuan tentang Tuhan ), (Surabaya: Penerbit ramita, 2009), hlm. 68

(21)

Penelitian skripsi ini sepenuhnya bersifat kepustakaan. Oleh karena itu data yang diperlukan dalam penyelesaian pembahasan skripsi ini akan ditelusuri melalui kajian-kajian mengenai sumber data. Sumber data utama adalah tentang buku yang berkaitan dengan konsep ketuhanan Kristen (Protestan) dan Hindu. Selain ini, terdapat sumber-sumber data pelengkap adalah seperti brosur-brosur atau majalah-majalah yang ada kaitannya denagan skripsi ini.

2. Sumber Data a. Data Primer

Data primer adalah data pokok dalam sebuah penelitian ilmiah, data ini dicari sesuai dengan permasalahan yang dibahas, oleh sebab itu penulis mengutip dari beberapa buku yang benar-benar membahas permasalahan ini, antaralain:

Al Kitab, Perjanjian Lama & Perjanjian Baru, Oleh Lembaga Alkitab Indonesia di Jakarta 2007.

Agama-agama Besar Di Dunia, oleh Joesouf Sou’yb, Penerbit PT Al Husna Zikra di Jakarta tahun 1996.

Bagaimana Umat Hindu Menghayati Tuhan, karya Ketut Wiana terbitan Pustaka Manikgeni di Jakarta pada tahun 1993.

(22)

Kitab suci tentang Brahma Sutra, Pengetahuan tentang Ketuhanan, Karya Svami viresvarananda terbitan Paramita di Surabaya pada tahun 2009.

Kitab suci tentang sarasamuccaya, karya I Nyoman Kajeng terbitan Paramita Surabaya pada tahun 2005.

Kitab Suci Tentang Roh Kudus dan Hubungannya Dengan Allah Bapa dan Anak Allah, Oleh Dr. C.Groenen OFM, Penerbit Yayasan Kanisius di Yogyakarta pada tahun 1982.

Mengenal & Bergaul dengan Allah, Oleh Yakub B. Susabda, Penerbit ANDI (Penerbit Buku dan Majalah Rohani) Yogyakarta pada tahun 2010.

Perbandingan Agama-agama Kristen, Oleh Prof. Dr. Ahmad Syalaby terbitan PT. Alma’arif di Bandung – Indonesia.

Theologi Hindu ( Brahma Widya ), Oleh Gede Pudja MA SH. Terbitan dari Yayasan Dharma Sarathi di Jakarta pada tahun 1992. Islam dan Kristen dalam Dunia Modern, oleh M. Fazlur Rahman Ansari terbitan Amzah pada tahun 2000.

b. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data penunjang atau pendukung kepada data primer, sebagai data sekunder dalam penelitian ini penulis mengutip buku-buku yang ditulis oleh tokoh-tokoh yang ahli

(23)

berkaitan Hindu dan Kristen seperti yang ditulis dalam Buku-buku, Ensiklopedia, Artikel, majalah-majalah, diktat dan lain-lainnya diantaranya: wawancara bagi mendapatkan data bersama tokoh yaitu Kawit Ketut Darsawijaya S.Ag dalam pura Hindu dan Ensiklopedi Lintas Agama oleh Abujamin Roham, cet 1 terbitan Emerald di Jakarta pada tahun 2009.

3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, adalah Data Library, yaitu berupa : Buku-buku, dokumen-dokumen, risalah-risalah atau artikel yang berhubungan dengan permasalahan yang sedang diteliti.

4. Teknik Analisis Data

Dalam rangka penganalisaan data yang telah diperoleh dari hasil bacaan terhadap berbagai literatur yang ada kaitannya dengan masalah ini. Maka langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini berlangsung menurut pola pengumpulan data, analisis data, penafsiran data, dan pengambilan kesimpulan.

Adapun data yang telah terkumpul akan dianalisis dengan mempergunakan metode deskriptif Komperatif analitis yakni menggambarkan tentang Tuhan dalam Kristen Protestan dan Tuhan dalam Hindu.

(24)

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari lima bab, yang secara garis besarnya dijabarkan sebagai berikut:

Bab pertama, adalah bab pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, alasan pemilihan judul, penegasan istilah, permasalahan, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab kedua, membicarakan tentang Trinitas dalam Kristen Protestan yang meliputi pengertian dan sejarah Kristen Protestan, kedudukan dan fungsi oknum Trinitas dalam Kristen Protestan, Keesaan Trinitas .

Bab ketiga, membicarakan tentang Trimurti dalam Hindu yang meliputi pengertian dan sejarah Hindu, kedudukan dan fungsi manifestasi Trimurti, Keesaan Trimurti.

Bab keempat, adalah bab analisis, yakni analisis perbandingan dan persamaan.

(25)
(26)

BAB II

TRINITAS DALAM KRISTEN PROTESTAN A . Pengertian Dan Sejarah Trinitas dalam Kristen Protestan

1. Definisi Trinitas Menurut Agama Kristen Protestan

Trinitas dalam Kristen disebut kata nama Allah yaitu ” keagungan” berasal dari kata Latin, yang berarti kebesaran. Ketika kita mengenakan istilah keagungan pada seseorang, berarti kita mengakui kebesaran orang itu dan menyatakan rasa hormat. Dalam bahasa Ibrani, frasa ” keagungan” melakukan tugas untuk ”Allah” dua kali.

Protestantisme adalah aliran kekristenan di luar Gereja Katolik dan Gereja Ortodoks Timur. Istilah ”Protes” terambil dari sikap protes yang dilancarkan oleh sejumlah raja dan penguasa Diet (majelis kota) speyer yang mendukung reformasi di Jerman pada April 1529 (di tandatangani 6 orang Raja dan 14 kerajaan kota yang merdeka).1

Istilah bahasa latin protestari, yang kemudian melahirkan istilah protest, sering diartikan secara negatif. Sampai pertengahan abad ke-18 (250 tahun sesudah Martyn Luther menempelkan 95 dalilnya di pintu Gereja Witternburg), istilah itu diartikan ”mengakui” atau ”menyatakan secara terbuka” atau ” suatu pernyataan yang khidmat tentang resolusi, fakta atau pendapat”. Secara negatif istilah itu diartikan sebagai ”berkeberatan” atau ”menyanggah”. Nada yang negatif ini muncul selama lebih kurang dua abad.

(27)

Protestantisme adalah sebuah gerakan dalam gereja yang di dalamnya terkandungdua arti tersebut di atas, yaitu:

a. Berkeberatan atas beberapa pokok kepercayaan dan praktek gereja Roma Katolik

b. Menyatakan kepercayaan yang dianggap esensial bagi kepercayaan Kristen.

2. Sejarah dan Kepercayaan Trinitas dalam Kristen Protestan

Dalam pemunculan sebagai gerakan yang spesifik dan dikenal di dalam gereja Kristen Protestan, merupakan konsekuensi dan gerakan reformasi yang terjadi pada abad ke-16. Selama lebih kurang tiga abad keberadaan Protestantisme menyebar ke bagian utara benua Eropah dan Inggris, dan kemudian ke Amerika Utara. Pada abad ke -19 dan awal abad ke-20, Protestantisme tersebar hampir ke seluruh dunia. Gerakan reformasi gereja memang dikenal sejak Martyn Luther (1483-1556) dan Yohanes Calvin, tetapi sebenarnya sudah ada tokoh-tokoh pra reformasi, seperti Wyclif di Inggris dan Johannes Hus di Buhemia. Pengaruh Martyn Luther menerbitkan 95 dalilnya, ia tidak menduga kalau dirinya sedang memulai suatu gerakan di luar Gereja Katolik. Dalil-dalilnya itu merupakan protes terhadap praktek-praktek penjualan surat Indolgensia yang dilakukan oleh gereja. Pengembangan dari dalil-dalilnya itu akhirnya merupakan suatu “challenge” bagi seluruh sistem sakralmental (klerikel) Gereja Katolik. Pada salib Yesus

(28)

Kristus, Allah mendamaikan manusia “once for all”. Pada 1520, melalui tulisan-tulisannya ia menjelaskan posisinya, yaitu:

a. Keselamatan oleh iman melalui anugerah.

b. Otoritas kekristenan terletak pada Alkitab, bukan pada pejabat/penguasa gereja.

c. Jumlah sakramen dikurangi, tidak lagi tujuh melainkan dua saja, yaitu Baptisan dan Penjamuan Kudus.2

Pertentangan dan perselisihan pendapat itu tidak hanya terbatas pada adu argumentasi, tetapi telah berkembang kepada permusuhan-permusuhan, pembunuhan-pembunuhan dan penganiayaan-penganiyaan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang lebih berkuasa kepada orang yang berbeda pendapat dengan mereka. Situasi yang demikian itu telah mengancam keselamatan kekuasaan kerajaan Rumawi yang ketika itu dipimpin oleh kaisar Konstantin. Beliau mengambil suatu kebijaksanaan untuk mengadakan musyawarah (konsili) dengan pemuka-pemuka dan imam-imam agama Kristen yang di adakan pada tahun 325 Masehi di Nicea. Pernyataan dogmatis dalam Protestantisme pada masa yang mula-mula selalu dihubungkan dengan pentingnya kebenaran itu bagi keselamatan manusia. Dalam Gereja Protestan masa kini, paling sedikit ada dua posisi yang harus dibedakan, meskipun di antara keduanya selalu terdapat hubungan yang bermacam-macam, yaitu:

(29)

a. Posisi yang menolak pemikiran tentang kebenaran iman yang harus dituruti. Di sini dogma hanyalah obyek dari kritik ilmiah, khususnya secara historis.

b. Sikap yang bersedia menerima kebenaran-kebenaran iman yang harus dituruti. Dalam hal ini, pemberlakuan dan formulasinya tidak bersifat kekal, melainkan secara terus-menerus perlu diformulasikan kembali.

Berikut ini dikemukakan pokok pikiran reformasi Protestan terhadap gereja Katolik:

1) Tentang Trinitas, Allah Bapa, Putra dan Roh kudus adalah tiga diri yang terpisah, namun mempunyai fungsi serta tugas yang sama (Esa), sebutan Bapa dan Putra dipahami dalam arti kiasan.

2) Tentang dogma, menurut Protestan firman Allah harus diakui sebagai kekuasaan tertinggi di atas gereja, sehingga dogma Protestan berarti pandangan yang kritis terhadap gereja.

3) Tentang penghapusan dosa, berada dalam tanggungan sendiri, tidak ada hak dalam imam gereja untuk menghapuskan dosa manusia, begitu pula tidak ada hak

(30)

bagi orang-orang suci menjadi perantara dengan Tuhan selain Yesus Kristus.

4) Tentang sakramen yaitu berita pengampunan dosa kepada kepada segenap manusia, bahwa keselamatan ada pada Tuhan Yesus.

5) Tentang kedudukan manusia dalam pandangan Protestan adalah sama, tidak berbeda antar rohaniawan (imam) dengan anggota (jemaat), karena itu tidak ada orang yang harus dianggap suci.

Tegasnya, ibadah menurut Protestan berarti ”melayani firman Allah dan Sakramen mengabdi kepada Allah dengan iman tobat, doa, dan kasih sayang terhadap sesama manusia dalam Roh kudus.

B. Kedudukan Oknum Trinitas dalam Kristen Protestan

Pertama-tama memang Protestan berasal dari Katolik, dan disamping itu dalam hubungannya masing-masing akan saling memperkuat, daripada mengingkarinya. Keduanya mempercayai Allah yang sama, Pencipta alam semesta dan Penebus manusia, yang sudah menyatakan Diri dan alam semesta dan Penebus manusia, yang sudah menyatakan Diri dan kehendak Nya melalui kehidupan, kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Keduanya menekankan tanggungjawab manusia kepada Allah sebagai jawaban atas tuntutan Nya untuk menciptakan sebuah hubungan yang” trustful” dengan

(31)

Nya, serta hubungan yang bertanggungjawab dan murah hati dengan sesama manusia. Secara ringkas, sistem kepercayaan umat Kristen tersebut akan diuraikan berikut ini.

1. Allah Bapa

Allah Bapa adalah Pencipta langit dan bumi serta segala yang terdapat di dalamnya. Allah Bapa ada di dalam surga. Allah adalah Mahakasih terhadap segala ciptaan-Nya terutama kepada manusia. Oleh karena itu Allah senantiasa menampakkan Diri Nya kepada manusia, sebagaimana pernah dilakukannya kepada Nabi Musa ( Kel.3:1-3) :

1. Adapun Musa, ia biasa menggembalakan kambing domba Yitro, mertuanya, imam di Midian. Sekali, ketika ia menggiring kambing domba itu ke seberang padang gurun, sampailah ia ke gunung Allah, yakni Gunung Horeb.

2. Lalu Malaikat Tuhan menampakkan diri kepadanya di dalam nyala api yang keluar dari semak duri. Lalu Ia melihat, dan tampaklah: semak duri itu menyala, tetapi tidak di makan api.

3. Musa berkata ” baiklah aku menyimpang ke sana untuk memeriksa penglihatan yang hebat itu.3

Allah selalu bersabda kepada manusia sebagaimana digambarkan dalam Perjanjian Lama, yaitu bahwa Allah bersabda melalui bangsa-bangsa dan para nabi. Tujuan Allah menampakkan Diri dan bersabda melalui para nabi itu adalah untuk menunjukkan kepada manusia siapa Dia dan apa yang dilakukan-Nya. Namun penampakan Allah dengan cara-cara seperti itu masih memungkinkan manusia jatuh ke dalam kesalahan dalam memandang Diri-Nya. Puncak penampakan Allah kepada manusia itu ialah kedatangan-Nya ke dunia ini dalam diri Yesus Kristus sebagai tanda Kasih Nya.

(32)

Oleh karena itu Allah tidak saja berada di Surga tetapi juga di dunia ini (immanent), bahkan jiwa manusia dapat menjadi tempat kediaman-Nya. Demikianlah keadaannya sehingga Allah mendengar doa manusia, melihat mata hati manusia dan menangkap getaran jiwanya. Allah juga mengetahui pikiran dan harapan manusia. Manusia tidak dapat mengenal dan memandang Allah seandainya Dia tidak menampakkan dan mendekatkan Diri kepada manusia. Tidak ada yang dapat mendekati Allah jika Allah tidak mengangkat manusia ke arah Diri-Nya.

Allah Bapa adalah kekal adanya. Tiada berpemulaan dan tidak berpenghabisan. Senantiasa ada dan akan selalu ada. Allah tidak berubah seperti ciptaan–Nya. Allah Bapa juga selalu memelihara umat manusia dan segala ciptaan lainnya. Allah tidak menghendaki kesengsaraan bagi manusia dan tidak menginginkan manusia terkena mati. Sengsara dan maut datang di dunia karena dosa. Dosa manusia itulah yang mendatangkan sengsara bagi dirinya sendiri dan bagi sesama manusia. Jika Tuhan mendatangkan kesengsaraan kepada manusia maka itu adalah tidak lain untuk keselamatannya sendiri. Sengsara dapat merupakan hukuman yang bermanfaat di samping juga dapat merupakan cara untuk memurnikan manusia.

(33)

Dalam kredo disebutkan:” Dan akan Yesus Kristus Putra- Nya yang tunggal, Tuhan kita”. Umat Kristiani pada umumnya yakin bahwa Yesus adalah Tuhan. Ia adalah Putra Allah yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama.Tuhan yang mahakasih telah berjanji akan mengutus seorang Penebus ke dunia. Penebus tersebut tidak lain adalah Yesus Kristus yang di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru digambarkan lahir di Betlehem dari seorang anak dara perawan, dan mampu memperbuat mukjizat. Ia adalah Imam yang banyak menderita dan akan wafat demi kecintaannya kepada manusia. Menurut Perjanjian Lama, Sang Penebus itu akan diurapi sehingga di gelari dengan Messiah, al- Masih atau Kristus.

Yesus Kristus diutus ke dunia untuk melawan kejahatan dan untuk mendirikan kerajaan Allah. Sekalipun manusia telah jatuh ke dalam dosa sehingga terbuang dari taman firdaus dan tercampak di dunia, namun Allah yang Mahakasih datang ke dunia untuk menyelamatkan manusia dari hukuman dosa dan membebaskannya dari dosa asal.

3. Roh Kudus

Roh kudus keluar dari Allah Bapa dan Allah Putra. Roh Kudus diutus oleh Yesus Kristus, dari Bapa, kepada manusia, karena Yesus tidak menghendaki manusia itu sendirian. Roh kudus turun ke dunia, yaitu kepada para rasul dan murid-murid Yesus dan selanjutnya pada geraja di hari pantekosta, hari kelima puluh sesudah Paskah atau pada hari kesepuluh

(34)

sesudah kenaikan Yesus ke surga. Dapat dikatakan bahwa yang bekerja di dunia sekarang ini adalah Roh Kudus. Mula pertama Roh Kudus turun kepada para rasul dan murid-muridnya sehingga dalam seketika mereka menjadi memiliki keberanian, menjadi orang-orang yang sabar dan gembira dalam penderitaan hidup karena iman mereka. Roh Kudus menjadi pendorong yang menyebabkan mereka giat bekerja karena keimanan mereka terhadap apa yang pernah diberitakan oleh Yesus Kristus.

Apabila seseorang dipenuhi oleh Roh Kudus, maka ia akan memiliki apa yang dalam gereja Roma Katolik disebut dengan ” Kehidupan Berahmat”, yaitu sebagai orang yang termasuk suci tanpa dosa-dosa kecil sekalipun. Orang tersebut telah memiliki suatu kehidupan adikodrati karena Roh Kudus sudah ada dalam dirinya, bahkan Bapa dan Putra pun ada dalam diri orang tersebut. Inilah yang dimaksud oleh Paulus dengan perkataannya: ” Tidakkah kamu tahu bahwa kamu itu bait Allah dan bahwa Roh Kudus tinggal di dalam hatimu”.

C. Keesaan Trinitas dalam Kristen Protestan

Pertama-tama Allah yang wajib dilayani itu berdaulat atas diri Nya dan semua pembicaraan manusia tentang Allah harus bertitik tolak dari sudut bagaimana Allah sendiri ingin diketahui Nya. Dalam kedaulatan Nya Dia menyatakan diri Nya sebagai tiga Pribadi, Bapa, Anak dan Roh yang berbeda-beda. ” Jika kita tidak berpegang pada Yang Tiga itu, maka di dalam benak

(35)

kita hanya akan mengambang nama Allah yang hampa tidak berisi”. Memang Calvin tidak puas dengan istilah ”Pribadi” itu, tetapi dia merasa diri terikat pada Firman yang menyaksikan Allah yang Esa sambil menyatakan betapa mulia dan kaya Keesaan itu. Calvin menulis bahwa jangan sampai membayangkan ke tritunggal an Pribadi–pribadi yang sedemikian rupa, hingga pikiran terbagi serta bimbang dan tidak segera dibawa kembali kepada kesatuan itu. Bapa, Anak dan Roh kudus.

Bagian ini berperanan sebagai rangkuman penelitian Perjanjian Baru sehubungan dengan Allah/Bapa, Tuhan Yesus Kristus/Anak Allah dan Rohulkudus/ Parakletos. Analisis dan penyelidikan yang diadakan kiranya secukupnya menyatakan bahwa Perjanjian Baru membicarakan Allah terutama dalam hubungan Nya dengan manusia, khususnya dengan keselamatannya. Allah adalah Juru selamat (soter)4 Istilah itu dipinjam dari kosa kata Yunani dan menjadi gelar khusus Allah yang dipuja jemaat Kristen. Meskipun Allah Yang Maha Esa dari Perjanjian Lama adalah Juru selamat, namun dalam hal mewujudkan keselamatan itu ada tiga faktor ilahi yang turut berperanan, yakni: Allah yang juga di sebut Bapa, Tuhan Yesus Kristus yang

4 Kata Yunani “ Soter”( juru selamat ) merupakan istilah keagamaan. Dalam Perjanjian Lama ( LXX ) kata Yunani itu menterjemahkan kata Ibrani “ jesu’ah”dan agak sering dipakai ( 32

x, misalnya UI 32:15 Raj 10:9; 1 Taw 16:35). Dalam Perjanjian Baru istilah itu jarang dipakai, kecuali dalam surat-surat pastoral. Di dunia kebudayaan Yunani istilah itu laku sekali dan dipakai baik untuk dewa maupun kaisar dan raja ( yang didewakan ). Itulah kiranya sebabnya mengapa Perjanjian Baru mau memperlawankan Kristus ( dan Allah ) sebagai Juru selamat sejati dengan Juru selamat semua yang banyak dipuja orang yang berkebudayaan Yunani. Bdk .E.Allo, Les dieux sauveurs du paganisme Greco-romain, RScPhTh 19 (1926 ) 5-34: C.Spicq, Les epitres pastorales , 3:C.Groenen, Jesus Kristus dalam Perjanjian Baru, 197-216.

(36)

diberi gelar Anak Allah dan Rohulkudus yang dalam Injil Yohanes dinamakan juga ” Parakletos”. Sebutan Bapa, Tuhan, Anak Allah, Rohulkudus dan Parakletos pertama- tama julukan fungsional. Gelar itu menunjuk kepada suatu relasi aktif ketiga faktor ilahi itu dengan dunia, dengan manusia dan mengenai keselamatannya. Rohulkudus tampil sebagai daya ilahi yang aktif berkarya dalam Yesus, dalam jemaat dan dalam orang percaya. Dengan demikian daya itu mewujudkan keselamatan yang dikerjakan Allah dengan perantaraan Tuhan jemaat.

Maka pandangan Perjanjian Baru tentang Allah/ Bapa, Tuhan Yesus Kristus/Anak dan Rohulkudus ialah pandangan dalam rangka sejarah penyelamatan. Sejarah itu sesuai dengan rencana Allah sampai kepada puncak dan penyelesaiannya dalam diri Yesus Kristus yang bangkit dan dengan roh ilahi Nya membuka zaman keselamatan dan dunia baru.5 Pandangan yang memperhatikan dinamika yang tercantum dalam tata penyelamatan boleh dikatakan ”ekonomik” dan dinamik. Terlaksanalah persamaan dan keidentikan dinamika antara Allah, asal usul dan inti keselamatan, dan Tuhan Yesus Kristus/ Anak Allah yang menjadi perantara historik keselamatan dan rohulkudus yang mewujudkan keselamatan itu dalam jemaat Kristen dan orang beriman. Pandangan Perjanjian Baru tersebut boleh diungkapkan juga

5 Lihat Perjanjian Baru, op.cit, 2Kor 5:17; Gal 6: 15; Ef 4 :24, Kol 3: 10 ; Rm 7:6;8:10. B.Warren, In Christ the New has come, Theology Today 3(1947) 472-485; C.Boyer, “ Kaine

Ktisis” ( 2 Cor 5,16; Gal 6; 15), dalam : Studiorum Paulinorum congressus Internationalis

(37)

dengan cara yang kurang alkitabiah dan kurang dinamik. Dengan melewatkan segala perbedaan dan perkembangan yang terdapat dalam Perjanjian Baru, pikirannya boleh dirumuskan sebagai berikut:

Allah roh kudus ialah Allah (Juru selamat) yang aktif hadir baik pada manusia Yesus Kristus yang dijadikan oleh Nya, dijadikan Mesias, Anak Allah dan Tuhan; maupun pada jemaat dan orang beriman. Allah roh kudus ialah Allah yang secara dinamika imanen pada mahluk Nya.6 Pada latar belakang itu dapat dipahami 1 Yoh 3: 24; 4 :12-13 (bdk.Why 21:22-23) : tranposisi eskatologik.7 Di sana dikatakan bahwa Allah sendiri imanen pada kaum beriman, tetapi dikenal berkat roh kudus. Imanensi itu dihubungkan juga dengan kepercayaan kepada Anak Allah, Yesus Kristus (historik, bdk.1 Yoh.5:5-6)8.

Adapun Allah-Anak ialah Allah yang aktif hadir dalam diri manusia Yesus dari Nazaret, 9 yang kemudian dimuliakan dalam kebangkitan Nya dari antar orang mati. Yesus itu menjadi penyataan diri Allah serta penampakan

6 C.Spicq, Agape II, 252, dengan tepat mengatakan: Menurut cara berbicara Perjanjian Baru orang mungkin dapat berkata sebagai berikut: cirri khas roh kudus ialah menjadi di utus dan

dicurahkan oleh Allah, dan menjadi diterima oleh orang Kristen.P.Bonnetain, Grace, DBS II, 1021, menyebut rohullah ; Allah yang imanen pada setiap orang Kristen dan pada jemaat.

7 F- M.Braun, L’Evangile et les epitres de saint Jean, mencatat pada Perjanjian Baru Yoh 3:24; Roh Allah membuat Allah menjadi hadir dalam jiwa orang benar. Dalam Ibid 1 Yoh 3:13 roh kudus ialah aktivitas ilahi ( kasih) yang membuat orang mengenal ( mengalami ) Allah di dalam jiwanya.

8 Perjanjian Baru, op.cit, Yoh 5:5-6, hlm 134

9 Dalam Ibid, 2Kor (5:19) ada suatu ayat yang dapat diterjemahkan sebagai berikut:” seperti sudah barang tentu Allah ( dahulu ) berada di dalam diri Kristus sedang memperdamaikan

dunia dengan diri Nya.

Ungkapan Yunani: “ en ( en christoi ) katalasson “ dapat diartikan sebagai “ imperfectum periphrasticum “ dan ungkapan “ en christoi” sebagai “ melalui/pengantaraan Kristus”.

(38)

Nya dalam rupa historik, sekali untuk selama-lamanya, tak terulang. Yesus itu penyataan diri Allah Juru selamat manusia.10Atas dasar itu Allah boleh disebut ”Bapa Yesus Kristus”. Sebab Allah adalah asal-usul Yesus Kristus sebagai penyataan dan penampakan diri Allah. Allah itulah yang dengan roh Nya mengerjakan imanensinya sendiri baik dalam Anak Nya maupun dalam jemaat dan orang percaya.

Allah Bapa ialah Allah yang menjadi awal mula penyelamatan dan perwujudannya. Allah Bapa ada awal dan akhir tujuan untuk seluruh rencana dan pelaksanaan penyelamatan; Allah yang melalui Anak Nya dan dalam roh kudus Nya yang tak terbatalkan. Secara lain lagi pikiran perjanjian Baru boleh diungkapkan begini: Allah/Bapa adalah sumber dan asal serta akhir segenap tat penyelamatan (dan tata penciptaan). Tuhan /Anak Allah ialah Allah bagi kita wujud historik dan nyata. Rohulkudus ialah Allah yang aktif hadir di dalam Tuhan/ Anak dan di dalam manusia/ jemaat yang karenanya menjadi selamat, atau boleh dikatakan juga: Rohulkudus ialah Allah yang aktif, yang dahulu aktif hadir dalam Yesus dan tetap hadir dalam diri Tuhan Yesus Kristus. Melalui Tuhan Yesus Kristus Ia aktif hadir dalam jemaat dan manusia. Antara ketiga pelaku ilahi dalam tata penyelamatan itu ada suatu kesatuan. Kesatuan itu dalam Perjanjian Baru dipikirkan sebagai kesatuan dinamik. Di lain pihak ada juga perbedaan antara ketiga pelaku itu, yaitu

10 Ignasius dari Antiokhia ( Magn.8:2) merumuskan hubungan Kristus dengan Allah sebagai berikut: Ada satu Allah yang menyatakan diri dengan ( perantaraan ) Yesus Kridtus, Anak

(39)

dalam urutan dan ketergantungannya. Karena itu kesatuan itu hanya relatif. Yesus dari Nazaret/ Tuhan Yesus Kristus tidak seluruhnya sama dengan Allah/Bapa. Dan rohulkudus tidak seluruhnya disamakan dengan Bapa dan dengan Yesus dan Tuhan Yesus Kristus.

(40)

BAB III

TRIMURTI DALAM HINDU

A.

Pengertian dan Sejarah Trimurti

1. Definisi Trimurti Menurut Agama Hindu

Trimurti adalah tiga kekuatan Brahman (Sang Hyang Widhi) (sebutan Tuhan dalam agama Hindu) dalam menciptakan, memelihara, melebur alam beserta isinya. Trimurti terdiri dari tiga Tuhan yaitu Brahma yang berfungsi sebagai pencipta /utpathi yang memegang simbol sebagai ” A”, Wisnu yaitu sebagai pemelihara/sthiti yang bersimbol ”U” dan dewa Siwa adalah sebagai pelebur/pralina dan bersimbol ”M”. Apabila simbol dari ketiga dewa tesebut digabungkan, maka akan menjadi AUM yang dibaca "OM" (ॐॐॐॐ) yang

merupakan simbol suci agama Hindu.

Tuhan merupakan prima causa yang adanya bersifat mutlak karena harus ada sebagai asal atau sumber atas semua yang ada. Tanpa ada Tuhan tidak ada ciptaan ini. Kita ini juga mencakup pengertian materi dan non materi. Kata Jānmādhi juga diartikan asal sebagai sumber yang memelihara

dan memralaya (melebur kembali) pada saatnya. Karena itu kata itu berarti penciptaan. Kata melebur juga diartikan sama dengan penciptaan karena melebur berarti menciptakan yang baru. Kata Yatah berarti dari mana.

JANMADHYASYA YATAH

Tuhan ialah dari mana mula ( asal ) semua ini.1

(41)

Semacam definisi yang kita jumpai adalah adagium yang kita jumpai di dalam kitab Suci mengemukakan bahwa sifat sebenarnya dari pada Tuhan adalah ” SATYA” pengetahuan, Tidak Terbatas.2

2. Kepercayaan Terhadap Trimurti dan Sejarah

Trimurti yaitu sistem ketuhanan Hindu mendekati paham materialisme karena disandarkan pada peristiwa dan kejadian alam, sehingga hampir segala gejala dan gerak alamiah merupakan manifestasi dari lambang kekuatan. Tidaklah mengherankan apabila kepercayaan terhadap kekuatan yang majemuk itu, menggiring Ketuhanan Hindu ke arah Tuhan yang Esa walaupun memuja banyak dewa. Di antara sekian banyak dewa yang dipuji sebagai sumber segala kekuatan, hakikatnya terkoordinasi dalam Ketuhanan Trimurti. Di antara sekian banyak dewa yang dipuji sebagai sumber segala kekuatan, hakikatnya terkoordinasi dalam ketuhanan Trimurti.3 Kitab Weda merupakan kitab pegangan utama. Kemudian pada zaman Trethyuga, Dharmasastra lah yang menjadi pegangan utama. Kitab-kitab yang tergolong dalam agama ini memuat banyak aturan yang mencakup sistem atau cara pemujaan Tuhan, tentang falsafah agama dan tuntunan tentang penggunaan mantra. Rasa dekat dengan Tuhan, merupakan kebutuhan manusia yang sangat mutlak untuk mendapatkan kesejahteraan lahir dan batin. Satya, Dharma, Santi, Primadan Ahimsa (kejujuran, kebenaran, perdamaian, kasih

2 G.Pudja, Pengantar Agama Hindu II Sraddha, (Jakarta :Pen Mayasari 1984), hlm .18 3 Abdullah Ali, op.cit, hlm. 25

(42)

sayang dan kemanusiaan) hanya akan dapat terwujud apabila setiap manusia selalu merasa dekat dengan Tuhan. Demikianlah untuk menghayati Sang Hyang Widhi di samping meyakini kemahakuasaan Nya, juga meyakini kebenaran ajaran yang diturunkan berupa Weda.4

Secara historis, kelahiran agama Hindu dilatarbelakangi oleh akulturasi kebudayaan antara suku Arya dan suku Dravida. Suku Arya sebagai bangsa pendatang dari Iran sedangkan suku Dravida sebagai penduduk asli India. Bangsa Arya masuk ke India kira-kira 1500 SM. Dengan segala kepercayaan dan kebudayaan yang bersifat vedawi. Telah menjadi thesa disatu pihak dan kepercayaan bangsa Dravida yang animist telah menjadi antitesa di lain pihak, dari sinkritisme antara keduanya. Maka lahir agama Hindu (Hinduisme) sebagai synthesa.5Pada waktu bangsa Arya menyerbu ke India, di sana tinggal penduduk India yang asli. Termasuk bangsa Dravida. Bangsa ini berbadan kecil kulitnya kehitam-hitaman bahkan ada juga yang hitam hidungnya pipih dan rambutnya ikal. Mula-mula bangsa asli tersebut tersebar diseluruh India Selatan saja, bangsa Dravida itu tinggal di kota-kota. Bercocok tanam dan pandai berlayar menyusuri pantai. Bangsa Arya yang menduduki India itu berasal dari Utara. Tempat kediaman mereka yang asli ialah di daerah laut Kaspia. Kira-kira tahun 2000 SM .mereka meninggalkan tempat mereka yang asli. Gelombang yang satu lagi menuju ke arah Barat

4 Ketut Wiana, op.cit. hlm. 37 5 Dr.Abdullah Ali. Op.cit, hlm. 159

(43)

Eropa. Gelombang yang satu menuju ke arah Tenggara yaitu ke Persia dan India. Kira-kira 1500 SM berakhirlah penyerbuan bangsa Arya ke India itu. Sifat bangsa Arya berlainan dengan bangsa Dravida. Mereka menggunakan bahasa Sansekerta.

B.

Kedudukan dan Manifestasi Trimurti 1. Brahmā

Dengan demikian Brahmā merupakan sumber, benih dari semua yang

ada. Seperti yang dinyatakan oleh namanya, Dia merupakan ketakterhinggaan tanpa batas, sebagai sumber dari ruang, waktu dan penyebab, yang memunculkan nama dan wujud. Secara filosofis, Dia merupakan tahap pertama dari manifestasi tentang pernyataan keberadaan individual (ahankāra). Secara theologis, Dia adalah pencipta yang tak terciptakan

(svayambhū), pribadi awal yang ada dengan sendirinya dan melambangkan

sifat rajas.6

Dia memiliki beberapa julukan yang merupakan petunjuk akan keberadaannya yang menarik. Dari titik pandang kosmologi, Dia adalah Janin keemasan (hiranyagarbha), bola api, sebagai sumber asal mulanya alam semesta raya ini. Karena segala mahluk yang tercipta ini adalah keturunannya, maka Dia disebut Prajāpati, penguasa anak keturunan atau juga disebut

Pitāmaha, sang kakek moyang. Dia juga disebut Viśvakarmā, arsitek alam

6 Yakni kemampuan keberadaan yang berasal dari pertemuan yang saling berlawanan antara Siwa dan Wisnu.

(44)

semesta. Literatur mithologi Hindu melukiskan Brahmā dari kembang Padma

yang berasal dari pusar Wisnu, sehingga Dia juga disebut sebagai Nābhija

(yang lahir dari pusar), Kañja (yang lahir dari air) dan lain sebagainya. Cukup aneh juga bahwasanya nama Nārāyana (yang bertempat tinggal di dalam air penyebab’ atau ’ tempat tinggal manusia’) telah dikenakan kepada Nya dan baru kemudian dikenakan kepada Wisnu. Brahmā sang pencipta dan

rasvati, sebagai pendampingnya merupakan pokok dari beberapa cerita

dalam literatur mithologi kita, yang secara singkat dapat di ringkas sebagai berikut:

a. Brahmā lahir dari telur keemasan yang berasal dari air

penyebab tanpa batas. Pendampingnya, yaitu Vāc atau

rasvati diwujudkan dari padanya. Dari penyatuannya

lahirlah segenap mahluk-mahluk di dunia ini.

b. Brahmā menyatakan kitab-kitab Veda dan Sārasvati sebagai roh

dan artinya. Oleh karena itu, seluruh ilmu pengetahuan, baik yang sakral maupun sekuler, berasal dari padanya.

c. Dahulu Brahmā menjadi seekor babi hutan jantan dan

mengangkat bumi dari arah bawah air dan menciptakan dunia, para bijak dan prajāpati. (cerita ini kemudian dialihkan kepada

(45)

d. Wujud kura-kura (penyu) dan ikan (kemudian dianggap sebagai avatāra Wisnu), juga telah dikenakan kepada Brahmā.

e. Orang-orang bijak agung seperti Marici, Atri, Angira dan yang lain-lainnya merupakan anak-anak yang ” lahir dari pikirannya ”. Manu, sebagai Adam dari bangsa Arya, merupakan kakek moyangnya.

f. Dia sangat mudah disenangkan dengan ostiriti ( tapah ) dan memberi anugerah kepada para pemohon, baik itu para deva, Raksasa maupun manusia.

g. Dia merupakan penemu seni panggung dan musik, tari-tarian dan seni panggung diperlihatkan olehnya.

h. Dia merupakan pendeta utama yang melaksanakan upacara pernikahan Śiwa dengan Pārvati.

Walaupun dalam kenyataanya Brahmā merupakan Tuhan Tertinggi

dalam aspek kreatif dan merupakan anggota yang sama-sama pentingnya dalam trimūrti, anehnya tak ada kuil yang khusus diperuntukkan baginya,

kecuali satu di Puskar. Meskipun alasan mentah diberikan dalam beberapa kitab Purāna tentang lenyapnya prestise Brahmā, beberapa orang sarjana

berpendapat bahwa kepercayaan Brahmā, beberapa orang sarjana berpendapat

bahwa kepercayaan Brahmā telah mendominasi dalam Hinduisme sebelum

(46)

Dalam kenyataannya, evolusi dari konsep Śakti – masing-masing

devatā memiliki Śakti atau kekuasaan sebagai pendampingnya dan penjelasan

bahwa penciptaan berasal dari kombinasi (penyatuan) para deva dengan Śakti

Nya telah membuat Brahmā menjadi berlebihan. Gambaran Brahmā memiliki

empat kepala yang menghadap empat penjuru (arah); yang menyatakan empat Weda, empat Yuga (siklus waktu), dan empat Varna ( pembagian masyarakat yang didasarkan pada sifat, kecenderungan dan ketrampilan). Biasanya, wajahnya memiliki janggut dan mata tertutup dalam meditasi. Keempat lengannya memegang benda-benda berbeda dalam sikap yang berbeda pula. Lengan itu menyatakan empat arah. Benda yang dipegangnya biasanya berupa: Aksamālā (tasbih), Kūrca (kwas dari rumput kusa), Sruk (sendok

besar), Sruva (sendok biasa), Kamandalu (kendi) dan Pustaka (buku). Kombinasi dan susunannya beragam dari gambaran yang satu dengan yang lainnya. Tasbih menyatakan waktu, dan kendi sebagai air penyebab, sumber segala penciptaan. Dengan demikian, Brahmā mengendalikan waktu dan juga

prinsip penciptaan. Rumput kusa, sendok besar dan sendok biasa sebagai pelengkap upacara kurban, menyatakan sistem kurban yang maksudnya dipergunakan oleh berbagai mahluk untuk saling memelihara. Buku menyatakan pengetahuan suci dan sekuler. Dia adalah penganugerah pengetahuan, seni ilmiah dan kebijaksanaan. Sikap tangan (mudra) adalah Abhaya (memberikan perlindungan) dan Varada (memberikan berkah).

(47)

Gambarannya mungkin dalam sikap berdiri (pada kembang Padma) atau dalam sikap duduk (pada atau mengendarai angsa). Hamsa atau angsa disini menyatakan kemampuan membedakan dan kebijaksanaan. Kadang-kadang Brahmā tampak mengendarai sebuah kereta yang ditarik oleh tujuh ekor

angsa, yang menyatakan tujuh dunia. 7

Di kuil yang khusus dipersembahkan kepada Brahmā, aspeknya

sebagai Viśvakarmā (arsitek dalam semesta) lah yang dipergunakan. Dalam

wujud ini ia tampak memiliki empat kepala, empat lengan yang memegang tasbih, buku, rumput kusa dan kendi serta mengendarai angsanya. Setiap kuil, apakah itu kuil Śiwa atau Wisnu, pasti memiliki suatu ceruk pada dinding

bagian utara yang diperuntukkan bagi Brahmā dan gambarannya harus

mendapat pemujaan setiap hari, karena Dia merupakan Parivāra devatā

(pengiring devatā utama) penting.

2. Wisnu

Wisnu yang juga dikenal sebagai Mahāvisnu, merupakan devatā kedua dari trimūrti Hindu; yang menyatakan sattvaguna8 dan merupakan kekuatan

(gaya) sentripetal yang bertanggungjawab terhadap pemeliharaan, perlindungan dan merawat alam semesta yang diciptakan ini.9

Pengertian ethimologis, kata ” Wisnu ” berarti ” yang meliputi, atau yang menyusupi segalanya. Oleh karena itu, Dia merupakan realitas alam

7 Svāmi Harshānanda, Deva Devi Hindu, (Surabaya: Penerbit Pāramita 2007), hlm. 21 8 Yakni sebagai daya keberadaan dan pemeliharaan

(48)

semesta yang melampaui dan juga immanen. Dia merupakan penyebab dan kekuatan bathin yang menimbulkan keberadaan ini. Nama lain Wisnu yang sangat umum dan terkenal adalah Nārāyana; yang berikut :

a. Yang membuat air penyebab sebagai tempat tinggalnya; b. Yang merupakan tempat kediaman seluruh mahluk manusia; c. Yang membuat hati manusia sebagai tempat kedudukannya; d. Yang merupakan tujuan akhir segenap mahluk manusia.

Penafsiran pertama telah memunculkan uraian tentang Nārāyana yang

umum dan terkenal sebagai berikut:

Setelah peleburan alam semesta dari siklus sebelumnya dan sebelum penciptaan berikutnya, Nārāyana Tuhan Tertinggi, jatuh tertidur pada alas

tidur ular Śesa (yang juga disebut Ananta), yang mengapung pada air lautan

Ksīrasamudra (lautan susu). Salah satu kaki Nya berada dipangkuan devī

Laksmī, pendamping Nya yang dengan lembut memijati Nya. Ketika Dia

bermimpi akan penciptaan berikutnya, sekuntum kembang Padma muncul dari pusarnya bersama-sama dengan deva Brahmā yang duduk disana. Setelah

bangun, Dia menyuruh Brahmā untuk mulai dengan kegiatan penciptaan. Ini

merupakan gambaran yang sangat alegoris; dimana lautan menyatakan air penyebab sebagai sumber segala kehidupan yang tampaknya juga merupakan konsep yang tidak umum dijumpai dalam agama lainnya. Atau, karena itu merupakan Ksīrasamudra lautan susu menyatakan wujud Prakrti atau alam

(49)

yang paling murni dalam keadaannya yang tak terbedakan, dimana putihnya itu menandakan kemurnian. Dari beberapa kesamaan kata Apas (air), adalah kata Amrta (nektar, yang juga menyatakan kebahagiaan). 10Karena itu kita dapat mengatakan bahwa Nārāyana terapung pada lautan kebahagiaan, yang

seharusnya terjadi demikian. Ular Śesa atau Ānanta dikatakan memiliki seribu

kepala dan menopang alam dunia pada tudung kepalanya. Ānanta, yang arti

sebenarnya ” tanpa akhir” atau ” takterbatas” sesungguhnya menandakan waktu kosmis yang takterbatas atau tanpa akhir. Dunia ciptaan ini muncul dalam keberadaan waktu dan dipelihara dalam waktu. Inilah makna dari ribuan tudung kepala ular kobra yang menyangga dunia. Ribuan tudung kepala ular hanya menyatakan pembagian waktu yang takterhitung banyaknya.

Konsep ribuan tudung kepala ular yang menyangga dunia juga dapat membawa pada penafsiran bahwa ular menyatakan ruang kosmis, dimana segalanya ada.

Wisnu senantiasa dilukiskan sebagai Nīlameghaśyāma, warna biru

gelap bagaikan awan yang mengandung air hujan. Karena ruang kosong takterbatas itu tampak sebagai berwarna biru gelap, maka wajarlah apabila Wisnu sebagai kekuatan kosmis yang meliputi segalanya itu dilukiskan berwarna biru. Wujud gambaran Wisnu yang paling umum memiliki satu wajah, empat lengan yang memegang Sankha (kulit kerang), Cakra (jenter),

(50)

Gadā (pentungan), Padma (kembang seroja) dan mengenakan kalung dengan

permata terkenal Kaustubha yang berayun-ayun pada gelung rambut Śrīvatsa

pada dada kiri. Dia juga mengenakan rangkaian bunga atau permata yang bernama Vaijayantī.

Empat lengan menyatakan empat arah mata angin, sehingga merupakan kekuasaan mutlak Nya pada segala arah. Sankha menyatakan lima unsur dasar, Cakra menyatakan pikiran kosmis Gadā menyatakan kecerdasan kosmis dan kembang padma menyatakan dunia yang berkembang ini. Seperti halnya kembang teratai yang muncul dari dalam air dan kuncup perlahan-lahan mengembang dalam segala kemegahannya, demikian juga dunia ini berasal dari air penyebab dan secara bertahap berkembang dalam segala kesemarakannya. Dengan demikian, kembang Padma disini melambangkan dunia yang berkembang ini. Dunia hanya dapat tercipta melalui kombinasi lima unsur, pikiran dan kecerdasan. Karena itu makna keseluruhan dari perlambang ini akan menjadi bahwa Wisnu merupakan pencipta dan penguasa dunia ini.

Gelung rambut, Śrīvatsa menyatakan segala obyek kenikmatan,

sebagai hasil dari alam. Permata Kausthubha yang bertengger di sana menyatakan si penikmat. Dengan demikian, dunia dualitas ini terdiri dari si penikmat dan yang dinikmati, seperti perhiasan yang dikenakan Wisnu. Rangkaian bunga Vaijayantī melambangkan unsur-unsur halus (bhū

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kehadirat Allah Bapa Putra dan Roh Kudus di Surga atas segala berkat-Nya yang sangat besar, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Hubungan

Puji dan Syukur kepada Allah Bapa, Allah Putra, Allah Roh Kudus, serta Bunda Maria yang telah memberikan Berkat, Karunia, dan Kasih yang melimpah dan Tak Berksudahan kepada

Berbeda dengan tiga Pengakuan Iman oikumenis yang ada, Pengakuan Iman GMIT tidak disusun dengan struktur rangkap tiga (percaya pada Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh

Segala puji syukur penulis ucapkan kepada Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus, hanya oleh kasihNya penulis mampu menyelesaikan Tesis yang berjudul Penentuan Faktor

Konsep ini memahami bahawa Tuhan Bapa, Tuhan Anak dan Roh Kudus adalah Tuhan yang Satu tetapi wujud dalam tiga entiti/mod ketuhanan yang mempunyai fungsi dan peranan

Sungguh layak dan sepantasnya, bahwa kami selalu dan di mana pun bersyukur kepada- Mu, Tuhan, Bapa yang kudus, Allah yang Mahakuasa dan kekal: Bersama Putra Tunggal- Mu dan Roh

Allah Bapa Mahakuasa yang telah memanggil dan memilih kamu di dalam Yesus Kristus kiranya memperlengkapi kamu dengan kasih karunia dan kuasa Roh Kudus untuk

BNKP adalah persekutuan orang-orang kudus yang telah dibaptis dalam nama Allah Bapa, Anak- Nya Yesus Kristus dan Roh Kudus, sebagai wujud nyata dari tubuh Kristus di dunia. BNKP