• Tidak ada hasil yang ditemukan

.., sinarmas" Qdalo. ~SINE "rof ~t.,.vtu~ ISBN forestry " UPN "Veteran" Yogyakarta Universitas Gadjah Mada Departemen Kehutanan RI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan ".., sinarmas" Qdalo. ~SINE "rof ~t.,.vtu~ ISBN forestry " UPN "Veteran" Yogyakarta Universitas Gadjah Mada Departemen Kehutanan RI"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

ISBN

978-979

-8918-64-3

.

.,

sinarmas

"

Qdalo

forestry "

UPN "Veteran" Yogyakarta Universitas Gadjah Mada Departemen Kehutanan RI

~SINE

G

"rOf ~t., .vtu~·· PT. Perkebunan NlJsanlara VII

(2)

·

PROSIDING

Kongres NasionallX

Himpunan IImu Tanah Indonesia (HITI)

o/usi Mi

s

k

e/%

Tan

a

h

dan Air untuk

Memaksim

alkan Kesejahteraan Rakyat

B

UKU 1

~

Pengelo

l

aan Tanah, Kualitas Lahan dan Efisiensi Pemanfaatan Air

~

Pemanfaatan, Mitigasi Kerusakan Dan Rehabilitasi Lahan

Serta Toto Ruang Wilayah

Tim Penyunfing :

Bostang Radjagukguk

Bambang Djadmo I(ertonegoro

Dja'far Shiddieq

Bambang Hendro Sunarminto

Sugiman

S8tyO

Wardoyo

Mohammad N urcholis

Benito Heru Purwanto

Nasih Widya Yuwono

Partoyo

Diterbitkan oleh

UPN "veteran" Yogyakarta Press

Universi1-as Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta

JI.

·

Lingkar Utara Condongcatur Yogyakarta 55283

Telp.

0274-486401, 48733

Fax

0274-486400

http://www.upnyk.ac.id

YOGYAKARTA

5 -

7 DESEMBER 2007

(3)

ISBN: 978-979,.8918-64-3

Editor Pelaksana

Fandi Hidayat Ali M Saifudin Imam Ghozali Akbar Afdilla Fadli

layout

Fandi Hidayat Akbar Afdilla Fadli

Penata Sampul

Wirawan Setiadi

(4)

PROSIDING HITI IX YOGYAKART A

270

EKSPLORASI KUALITAS LAHAN DAN PRODLIKTIVITAS UNTUK PENGEMBANGAN

KRITERIA KESESUAIAN LAHAN UNTUK JAMBU METE (Anacardium occidentale l.

Widiatmaka, A. Sutandi, U. Daras, I. Anas, A. Krisnohadi

ABSTRACT

This research was done with objectives: (i) exploration of the existing condition of cashew nut vegetative condition, its productivITY and their natural environmental condition to develop the conception of the class and model for cashew nut land suitability; (ii) evaluation of the relevant relation models between environmental and biophysical characteristics and productivity of cashew nut (iii) development of land suitability criteria for cashew nuts. The research was conducted in 9 Kabupaten in Indonesia. The choice of research location is based on a wide climatic range. In such area, the works consist of a series of observation a

bio-physical environmental quality, soil sampling for laboratory analysis, and measurement

a

vegetative growth and production parameter. Land suitability criteria is built pursuant to productivity index of FAO [2] for the internal boundary inside the S (suitable) class, and

2 'YJun 'lng the break-event point for the boundary between S (suitable) and N (non-suitable

o do, .tlain result of this research is land suitability criteria for cashew nut. This criteria s.

need

°

be validated by continuation of this research.

Key-words: land suitability criteria, cashew nuts, land characteristics.

PENDAHULUAN

Jambu Mete merupakan salah satu komoditas perkebunan yang pr ­

pengembangannya relevan dengan isu-isu pembangunan dan pemecahan ma

Indonesia, mencakup penyediaan tenaga kerja, peningkatan kinerja ekspor k

dan masalah konservasi lingkungan. Dibandingkan dengan target jangka pengembangan di Indonesia sebesar >1000 kg gelondong mete/ha/tahun [1 ].

rata-rata aktual sebesar 350 kg gelondong/ha/tahun masih sang at jauh ~­

diperlukan berbagai upaya perbaikan ,

..

Pengembangan suatu komoditas memerlukan pemilihan lokasi ya ;

yang perlu ditetapkan sejak awal sebelum setiap rencana pengembangan pa

besar dilakukan. Sejauh ini, kriteria untuk pemilihan lokasi yang benar-benar "Ci komoditas ini belum tersedia. Keterkaitan antara aspek biofisik lingkungan. ­

aspek lahan dengan produktivitas juga belum diketahui secara mendalam 8

metoda dapat dilakukan untuk melakukan evaluasi kesesuaian bio-fisik suatu

Metoda yang bisa digunakan antara lain adalah dengan metoda matchiny

penerapan indeks parametriks dan penerapan klasifikasi kapabilitas [2}, A

yang digunakan, selalu diperlukan sebuah kriteria yang akurat yang berg 2~

mengklasifikasikan kemampuan lingkungan untuk mendukung pertum'

produktivitas suatu komoditas.

KONGRES NASIONAL HITIIX

(5)

HITIIXYOGYAKARTA

271

-enyusunan kriteria kemampuan lingkungan dalam mendukung produktivitas

€r apa kali dilaksanakan pada beberapa penelitian sebelumnya. Metoda

c Recommended Integrated System (ORIS) telah digunakan untuk

~ ~asi kebutuhan input, sekaligus menyusun kriteria untuk Acacia mangium [3,4],

:"-;J sama digunakan untuk menyusun kriteria produktivitas beberapa tanaman

enyusunan kriteria dengan metoda scoring telah digunakan untuk penilaian an biofisik untuk tambak dan beberapa komoditas marin di wilayah pesisir [6,7]. eberapa parameter lingkungan digunakan untuk analisis kesesuaian lokasi

.:cmpat pembuangan sampah (waste disposal site) [8] dan pengembangan wilayah ::;e:lcana tsunami

[9].

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk: (i) eksplorasi data kualitas _·s kondisi alami di beberapa sentra produksi, mempelajari kondisi yang ada

. g condition) komoditas Jambu Mete, guna menyusun konsep kelas dan model

aian lahan untuk komoditas Jambu Mete; (ii) evaluasi dan permodelan keterkaitan ra karakteristik bio-fisik lingkungan dan produktivitas komoditas Jambu Mete; (iii)

sunan kriteria kesesuaian bio-fisik untuk komoditas Jambu Mete; (iv) mernbuat peta

Con si kesesuaian dan produktivitas yang bersifat operasional pada beberapa sentra uksi Jambu Mete. Dalam artikel ini, hanya aspek pengembangan kriteria akan 53jikan.

BAHAN DAN METODE

:"'atar Belakang Metodologis

Penelitian ini menggunakan metoda eksplorasi, yaitu ekspedisi ke lokasi yang

:.erdapat tanaman Jambu Mete. Pertimbangan pemilihan tempat didasarkan terutama i<epada sebaran iklim yang lebar. Pada prinsipnya, tanaman akan beradaptasi dengan lingkungannya, namun produksi dan pertumbuhan tanaman akan berkaitan dengan faktor tumbuhnya. Jika suatu set data, misalnya data produksi telah dikumpulkan, data tersebut dapat di-plot terhadap salah satu dari faktor-faktor lingkungan dalam sebuah diagram sebar. Sebaran datanya akan terbungkus oleh sebuah garis batas (boundary line) yang memisahkan data, antara data yang nyata dan yang tidak nyata, artinya sangat kecil peluang ditemukan data diluar garis batas tersebut. Garis terluar merupakan respon produksi terhadap faktor pembatas yang sedang dievaluasi [10,11]. Produksi tertinggi berkaitan dengan faktor pembatas minimum, yang dipresentasikan oleh garis batas yang semakin mengerucut (skewness) . Dengan demikian apabila dibuat titik potong antara garis batas dengan sekat produksi maka proyeksi titik potong tersebut dapat digunakan sebagai batas kriteria kelas kesesuaian lahan. Sekat produksi yang digunakan dalam

KONGRES NASIONAL

HITIIX

(6)

PROSIDING HITIIXYOGYAKARTA

272

penelitian ini mengikuti kriteria FAO: batas minimum S1 adalah 80 % dari produksi maksimum, batas minimum S2 adalah 60 % dari produksi maksimum. Batas minimum S3 dan N menggunakan perhitungan break event point pengusahaan tanaman, dalam hal ini Jambu Mete.

Metodologi Pelaksanaan

Penelitian dilakukan di 9 Kabupaten di Indonesia (Kabupaten-kabupaten Bogor, Kodya Bogor, Karawang .dan Majalengka di Jawa Barat dan Kabupaten­ kabupaten Lombok Barat, Lombok Timur, Sumbawa Tengah, Bima dan Dompu di Nusa Tenggara Barat). Sebagian lokasi merupakan wilayah yang merupakan wilayah sentra produksi Jambu Mete, sebagian ' merupakan wilayah yang seeara tradisional bukan merupakan wilayah pengusahaan. Oi wilayah-wilayah tersebut, dllakukan pengambilan

sampel kesliburan (0 - 30 em) untuk analisis laboratorium. Analisis tanah yang dilakukan

elipUli tekstur tanah, kapasitas tukar kation, kejenuhan basa, pH tanah, kadar

ga i . Total N, kadar P20 S, kadar K20, kelas besar butir. Parameter lahan yang diamati

di la a 9 encakup kelas drainase, kedalaman efektif, batuan di permukaan, singkapan

batuan, I<;onsistensi, dan kelerengan. Parameter vegetatif yang diamati meneakup diameter setinggi dada, tinggi pohon, tinggi pohon sampai percabangan pertama, diameter kanopi (x,y; utara - selatan dan barat - timur), jumlah bunga per tandan dan jumlah buah per tandan. Analisis laboratorium dilakukan di Laboratorium Analisis Dep IImu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fak. PGrtanian, IPB. Penelitian dilakukan dala~

kurun tahun 2007.

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Jambu Mete dan Umur Tanaman

Oengan metode eksplorasi tanaman di lapang, umur tanaman antar sam pE

tidak sama. Karena itu, produksi gelondong Jambu Mete pada tahap pertama dite a

dengan umur agar parameter sampel tidak dipengaruhi oleh umur dan da a

diperbandjngkan satu dengan yang lain. Peneraan dilakukan berdasarkan fungsi prod u' ~ dugaan sebagai dependent variabel terhadap umur [5,12]. Walaupun nilai koefis'

determinasi eukup keeil (R2 = 0.2287), namun produksi gelondong dipengaruhi oleh u dengan pola kurva power (Gambar 1a), Kecilnya koefisien tersebut karena sa dikumpulkan dari lokasi dengan keragaman lingkungan biofisik yang tinggi. Prod gelondong yang telah ditera dengan umur, variabilitasnya tidak lagi dipengaruhi namun dipengaruhi oleh faktor lingkungan biofisik semata (Gambat 1b).

Hubungan Produksi den,gan Parameter Lahan dan Lingkungan

,./:'f(..

t.~

.

'

..

'

'''~,

KONGRES NASIONAL

t~j . ~~':j HITI IX

'{~;H ~y 5-7 DESEMBER 2007

(7)

G HITI IX YOGYAKARTA

273

Pola hubungan antara produksi dengan ketersediaan air menunjukkan bahwa

tinggi curah hujan, produksi semakin tinggi, kemudian menu run kemba!i.

rendah jumlah bulan kering, semakin rendah produksi, sampai batas tertentu, menurun dengan semakin banyaknya jumlah bulan kering (Gambar 2 a,b).

_

"

....ungan dengan parameter lain beragam. Gambar 3 menyajikan hubungan antara

leraan sifat-sifat daerah perakaran, mencakup Kadar pasir (a), Kadar liat (b) dan

iae:;!;;""1an efektif (c). Gambar 4 menyajikan hubungan antara produksi teraan Jambu

.... =:ongan retensi hara, mencakup reaksi tanah (a), kandungan C-oganik (b) dan KTK

allbar 5 menyajikan hubungan antara produksi Jambu Mete dengan ketersediaan

,3'1g mencakupKTK, P-tersedia dan N-total. Gambar 6 menyajikan hubungan

"C! oroduksi teraan Jambu Mete dengan kondisi terain, mencakup lereng dan batuan

pan Kelas Kesesuaian Lahan

Nilai kriteria kualitas lahan ketersediaan air, yaitu untuk karakteristik jumlah

ujan dan jumlah bulan kering, diperoleh dar! proyeksi perpotongan antara kedua

~2tas dan sekat produksi. Batas S1 dan S2 dengan sekat produksi 80% dari _. '~i maksimum teraan atau setara dengan 40,4 kg/pohon/tahun produksi gelondong

diperoleh jumlah curah hujan 1047 mm/th untuk garis batas terendah, y = ---;-In(x) - 340.23, dan 2670 mm/th untuk garis batas tertinggi, y

=

77.366In(x) +

-- 33, sedangkan untuk jumlah bulan kering 4.1 bulan untuk gari::; batas tertinggi, y =

: JB e: 2332x , dan 6.1 bulan untuk persamaan garis batas tertinggi, y

=

234.37 e-2865x .

D-e~]3n cara yang sama, untuk batas S2 dan S3 dengan sekat produksi 60% dari

_c.J\(si teraan atau setara dengan 30.312 kg/pohon/tahun diperoleh jumlah curah hujan

.e:!:5sar 870 mm/th untuk batas terendah dan 3042 mm/th untuk batas tertinggi. Untuk

'.. ~n kering, diperoleh 6.2 bulan untuk batas terendah dan 7.1 bulan untuk batas :--:'rggi Begitu pula untuk batas S3 dan N adalah 622 mm/th dan 4.1 bulan sebagai

...a:3S tertinggi, serta 3859 mm/th dan 10.4 bulan sebagai batas tertinggi, masing-masing

...:~ {uk Jumlah curah hujan dan bulan kering.

Untuk kualiti3s lahan media perakaran, proyeksi perpotongan sekat produksi

3 13S kesesuaian lahan dan garis batas yang membungkus sebaran data terluar dari

. 3ndungan pasir dan liat menghasilkan kisaran kandungan pasir dan liat. Kisaran ini jika

·...emudian ditumpang tindihkan dengan segitiga kelas tekstur akan menghasilkan kelas

:ekstur yang sesuai dengan kelas kesesuaian lahan. Tekstur lempung liat berpasir,

lempung, dan lempung berpasir merupakan kelas tekstur untuk kelas S1. Tekstur liat

berpasir, lempung berliat lempung berliat, dan lempung berdebu sebagai tekstur untuk

'{~~' ~'(!<:.> KONGRES NASIONAL

W/ . . ''\2­

~. . J.)1i HITI IX

(8)

PROSIDING HITIIX YOGYAKARTA

274

kelas S2. Tekstur liat, pasir berlempung merupakan kelas tekstur untuk kelas S3, sedangan kelas N adalah pasir, debu dan liat masif.

Cara yang sama diterapkan pada kualitas lahan retensi hara. Untuk karakteristik lahan pH tanah, kelas S1 untuk Jambu Mete jatuh pada pH 6.2 - 7.1 . Untuk kandungan C-organik, kelas S1 adalah > 0.95 %, untuk KTK > 12 me/100g. Kelas S2 jatuh pada pH 5.8 - 6.2 atau 7.1 - 7.5, kandungan C-organik 0.67-0.95 % dan KTK 9-12 me/100g. Kelas S3 jatuh pada pH 4.8 - 5.8 atau 7.5 - 8.7, kandungan C-organik 0.36-0.66 dan KTK 3-9 me/100g. Untuk kelas N, untuk pH tanah jatuh pada < 4.7 atau > 8.7, C­ organik <0.36 dan KTK <3 me/100g.

Untuk kualitas lahan ketersediaan hara, berdasarkan proyeksi perpotongan garis sekat produksi dengan garis batas maka diperoleh untuk S-1 (sangat sesuai) jatuh pad a N total> 0,1 %, P tersedia > 12 ppm dan K-dd > 0.44 me/100 g. Untuk kelas S-2

(cukup sesuai) jatuh pada N total 0.08 - 0.1 %, P tersedia 9 - 12 ppm dan K-dd 0.35 ­

.44 me/100 g. Untuk kelas S-3 (agak sesuai/sesuai marginal) jatuh pad a P tersedia < 7

p an K-dd 0.08 - 0.34 me/100 g, sedangkan untuk kelas N (tidak sesuai)

~etersediaan hara tidak menjadi persyaratan.

Untuk kualitas lahan kondisi terrain, berdasarkan proyeksi perpotongan garis sekat produksi dengan garis batas maka diperoleh untuk S-1 (sangat sesuai) jatuh pada lereng < 55 % dan batuan permukaan < 7 %. Untuk kelas S-2 (cukup sesuai) jatuh pad a lereng antara 55 - 76 % dan batuan permukaan 7 ~ 16 %. Untuk kelas S-3 (agak sesuai/sesuai marginal) jatuh pada lereng 78 - 109 % dan batuan permukaan 17 - 46 %,

sedangkan untuk kelas tidak sesuai (N) jatuh pada iereng > 109 % dan batuan permukaan > 46%.

Kriteria Kualitas/Karakteristik Lahan yang Belum Ditetapkan

Beberapa karekteristik lahan (temperatur/suhu udara, drainase, serta toksisitas Ai) belum dapat dibuat kriterianya karena terbatasnya sebaran tanaman Jambu Mete di daerah studi. Tanaman Jambu Mete menyebar dari beberapa belas meter sampai 350 m dari permukaan air laut, dengan dernikian kisaran suhu di daerah studi hanya berbeda 2 sampai 3°C saja. Kelas drainase tidak dapat dibuat batas kriterianya, karena Jambu Mete umumnya dikembangkan sebagai tanaman penghijauan atau dikembangkan di lahan­ lahan kritis, sebagai tanaman konservasi atau untuk meningkatkan nilai ekonomi lahar

kering atau kritis, sehingga sebaran tanaman ini umumnya adalah pada tanah-tanar: dengan drainase baik. Tidak pernah ditemukan tanaman ini pada tanah berdrainase sedang atau lebih jelek. Batas kriteria untuk toksisitas AI juga tidak dapat ditentukan

karena sebaran kejenuhan AI yang ditemukan menyebar pada selang sempit dar;

sebaran data sangat sedikit. KONGRES NASIONAL

HITIIX

(9)

OSIDING HITIIX YOGYAKARTA

275 KESIMPULAN

Dari penelitian ini diungkap model hubungan kualitas/karakteristik lahan dengan

p~oduktivitas dan sifat vegetatif tanaman jambu mete

Hasil penelitian menyajikan kriteria kesesuaian lahan untuk Jambu Mete yang

d;dasarkan pada pertumbuhan .vegetatif dan produksi yang ditemukan di lapang.

Selang kriteria lengkap yang dihasilkan dari penelitian ini disajikan pada Tabel 1.

-2oeI1 . Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Jambu Mete (Anacardium occidentale)

Klas Kesesuaian Lahan

Kualitas Lahan Tidak Sesuai

S1 Agak Sesuai CukupSesuai Sangat Sesuai N S2 S3 K~!ersediaan air (w) -Curah hujan (mm) 1047-2670 870-1046 622-869 <622; >3859 <4.1; >10.4 Mm) t,:edia perakaran (r ) - Drainase tanah - Bulan Kering « 100 4.1-6.1 6.2-7.1 7.2-10.4 buruk - Tekstur sedang baik baik pasir, lempung,

liat berpasir, liat, liat berpasir,

debu, lempung

lempung berliat pasir

liat masir berpasir berlempung lempung berliat, - Kedalaman efektif <9 (em) lempung 9 - 23 24 - 49 Retensi hara (f) - KTK > 49 berdebu < 3 3- 9 >12 9 -12

I

- pH 6.2 -7.1 5.8 - 6.2 4.8-5.8 <4 .7; >8.7 7.5-8.7 - C-organik (%) 7.1 - 7.5 < 0. 36 0.36 - 0.66 > 0.95 0.67 - 0.95 .. Hara tersedia (h) - Total N > 0.1 0.08 - 0.1 0.04-0.08 < 0.08

I

-

P > 12 9 - 12 <9 < 0.08 Kondisi medanl terrain

0.08 - 0.34 > 0.44 0.35 - 0.44 - Kdd (m) > 109 . - Lereng (%) < 55 55 - 78 79 - 109 > 46 Batuan permukaan

I

(%) <7 7 - 16 17 - 46

3. Kriteria yang disajikan tidak selalu koheren dengan kriteria aktual yang sa at ini ada

[13]. Evaluasi lebih lanjut berdasarkan data real lapangan perlu dilakukan untuk menhasilkan kriteria yang berlaku secara general. Dalam konteks ini, penelitian ini

masih akan dilanjutkan dengan validasi dan pelengkapan data, antara lain pada

selang kondisi biofisik yang lebih lebar.

KONGRES NASIONAL HITIIX

(10)

PROSIDING HITI IX YOGY AKARTA

276

UCAPAN TERIMAKASIH

Penelitian ini terlaksana berkat dukungan pembiayaan dari program Kerjasama Kemitraan Penelitian Pertanian dengan Perguruan Tinggi (KKP3T), Badan Utbang, Departemen Pertanian

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 2004. Program Penelitian Salitro 2004 - 2009. Balai Penelitian Tanaman

Rempah dan Aneka Tanaman Industri

Djaenudin, D., Marwan H., Subagjo H., A Hidayat. 2003. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan

untuk Komoditas Pertanian. Balai Penelitian Tanah, Puslitbangtanak, Badan

Litbang Pertanian. Bogor.

Hardjo .."igeno, S., Widiatmaka. 2002. Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tataguna

Tanah . Buku Teks Mata Ajaran. Jurusan Tanah, Fak. Pertanian, IPB.

Su!andi. A 1997 Rekomendasi Pemupukan Serdasarkan ORIS pada Acacia mangium

RKT 1993/1994 HTI PT Tanjung Redeb Hutani. PT Tanjung Redep Hutani ­

LPM IPB

Sutandi, A 2004. Evaluation Diagnostic Methods for Plant Nutrient Status of Acacia

mangium, Dissertation. University of The Philippines Los Banos

Sutandi, A, S. Sarus. 2006. Pemetaan Tanaman Obat di Sentra Produksi. Badan POM

dan LPPM...IPB

Widiatmaka, U.S. Wiradisastra, M. Ardiansyah, K. Nirmala, Suwahyuono, Suprajaka, W.

Ambarwulan. 2004. Analisis Tingkat Kesesuaian Marine Culture Wilayah ALKI II

menggunakan SIG. Pusat Survey Sumberdaya Alam Laut, BAKOSURTANAL ­

LPPMIPB

Ambarwulan, W., Widiatmaka, Suprajaka, AB. Suriadi, Suwahyuono. 2005. Suitability

Analysis for Shrimp-Pond Culture using GIS: Case study of Maros Regia

South Sulawesi. 4th International Symposium on Spatial Data Quality, 25 ana

26 August, 2005, Beijing, CHINA

Widiatmaka, Moentoha, W.Ambarwulan. 2004. Studi Alternatif Lokasi Tern ~

Pembuangan Sampah (Waste Disposal Site) Berbasis Sumberdaya Alam da­

Ungkungan di Propinsi DKI Jakarta. Badan Perencanaan Pembanguna

Daerah Provinsi DKI Jakarta - LPPM, IPB.

Widiatmaka. 2005. Bio-Physical Suitability for Rehabilitation and Reconstruction of E •

Tsunami Arealnternational Joint Meeting "Tsunami - Relief'. Jakarta,

February 2005. Food and Agricultural Organization (FA 0).

Walworth, J.L., W.S. Letzsh, and M.E. Sumner, 1986. Use boundary lines in establis

diagnostic norms. Soil Sci Soc. Am.

J.

50: 123-128

KONG RES NASIONAL

HITIIX

(11)

iii ~I: ' NG HITIIX YOGYAKARTA

J

277

.E. and P.M.W. Ferina, 1986. Phosphorous interactions with other nutrients

and lime in field cropping systems. In: Advances in Soil Science. Vol V. B.A.

Stewaert (ed). Springer-Verlag. N. Y.

P

201-236

-aKa, I. Anas, A. Sutandi, U. Darius. 2007. Permodelan Interaksi Bio-Fisik

Lingkungan Dengan Produktifitas Dan Pembangunan Kriteria Kesesuaian

Lokasi Untuk Pengembangan Jambu Mete. Laporan Akhir Tahun I. Kerjasama

70 Y=234.37e-O·286S, 60

!

so

\~

§

40

I

fJO

~ 20

"

:: •1

..

,

..

i 10 a:: 101 I 1000 2000 3000 4000 5000

Bulan Kerlng CUtah I-t.IJ.n Tahunan (mm)

a

b

Gambar 2. Hubungan produksi gelondong teraan dengan curah hujan (a) dan

jumlah bulan bering (b).

Kemitraan Pene/itian Pertanian dengan

Litbang Oep. Pertanian - LPPM, IPB

~

:1

-a 00

"

~ ~ 50 ~ ~ '"

"

] 30 51 «

1

1"1

"-10 o. Gambar y: 0.07B9x'·.... W.0.2287

.

.

.

.

....

.

~

10 15 <0 2S 30 Unu,

a

1. Hubungan produksi gelondong aktual (kiri) dan produksi teraan

(kanan) dengan umur tanaman.

Perguruan Tinggi (KKP3T) . Badan

80 _ 70 ~ -a 60 ! Ii 50 1

..

!

.. 40 " ~ ~ JC ~ 20 •

o

."

£ 10

~

. I···

• • •'I 0 0 10 15 20 25 30 Urnu r b KONGRES NASIONAL HITIIX 5-7 DESEMBER 2007

(12)

PROSIDING HITI IX YOGYAKARTA 278

..

60 y =24.797Ln(x)· 46.372 R' = 0.987 : ."

..

y = . 140.il2Ln(x) + 652.68 R' = 0.91:>4 'I '" .0.0136:11:2 -to O.3855x + .c7.648 R7 '" 0.5971

.

" , " o 10 20 30 40 50 60 70 80 9J 1CO Fraksi Uat (%) o 10 20 30 40 50 60 70 ao 90 100 Fraksi Pasir (%)

a

b y =.o.0564:i -to 1 .5445x~ 19.296 ·150 R2 =0.8546 ·200 ·250 -300 -350

c

Gambar 3. Hubungan Produksi teraan dengan kadar pasir (a), kadar liat (b) dan

kedalaman efektif (c) _ 60 y = 3.8229xo.M1fi

~

R' = 0.8353 "-50 ~

..

'ii ~ 10 ~

..

60 ' ,

.

• y = 29~,5~~.::S: 41 .943 y = O.OO98x4.SlS3

.

R' = 0.8797

.

.

[ , , , , ' y = 13380e4111:lr R' =0.9006 ,

.

.

.

,

.

".". "

...

~

,

, "

.

" " 10 20 30 40 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2,5 3.0 3.5 4.0 ~_____________K_~__________~I~___________c_~_rg_._ni_k(_~________~~______________p_H__________~

a

b

c

Gambar 4. Hubungan antara produksi teraan Jambu Mete dengan reaksi tanah,

kandungan C-oganik dan KTK

KONGRES NASIONAL HITIIX

(13)

G HIT! IX YOGY AKART A

279

'

70 60 y = 9. 1233e'· ....

f

y = 1237eo.0.~~ '" y =

33.

S;2Ln~:7

,

68

60 ~ 50

. • ,

!l

= 0,5117 , , 'cR' = Q,9645 R' =0.9024 I a. 13>

I

~

!

~ 50 ~ 40

·

·

' ~

140

J! go '" 30c , , o ~ 30 -g

!

li -t 20 '"

..

"20 "

..

, '

"

·

.1 ,, ~-

i

~ 10 "

..

01 0,0 0,1 0.2 0,3 O.4i 08 1.2 1.6 2, '0 20 30 40

K dapat dibJk.ar (me/1GOg) P lersedia (ppm P) N total ('.4)

a b

c

\.:)ambar 5. Hljbungan antara produksi Jambu Mete dengan ketersediaan hara

60 _ _ _ 50 y = -O.003x1 -0.Q3)& • $1.254 ~:.0.9787 ~

i

.40

r

" 30 ~

~

20

f'

1

..

~., ' 10 t'::.· : 50 '00 ,50 %le,eng 60 50 y = 51.01 e·O,OJ2", 40 R2 =0.797 )0

:

~~

I

10 2Q 30 .:0 50 60

% 80IIuan Permu)(aan

a

b

Gambar 6. Hubungan antara produksi teraan Jambu Mete dengan kondisi terain

KONGRES NASIONAL HITIIX

Gambar

Gambar 2.  Hubungan  produksi  gelondong  teraan  dengan  curah  hujan  (a)  dan
Gambar 4. 	 Hubungan  antara  produksi  teraan  Jambu  Mete  dengan  reaksi  tanah ,
Gambar  6 .  Hubungan antara produksi teraan Jambu Mete  dengan  kondisi terain

Referensi

Dokumen terkait

Di Desa Banjarkemuning Kabupaten Sidoarjo jumlah terendah terjadi pada pernikahan pertama pada usia antara 25-29 tahun yakni hanya sebesar 11,25 persen.Faktor

Brownies juga merupakan makanan yang banyak mengandung gizi, karena biasanya brownies dibuat dengan bahan-bahan yang mengandung banyak mineral (Sufi, 2009).. Brownies

Tugas yang diberikan dapat berupa kegiatan memelihara hewan peliharaan atau lainnya.. Cobalah tuliskan dan ceritakan pembagian peran dan tugas

Yang perlu saya garis bawahi, pemikiran dari Indonesia Forum adalah bahwa Visi Indonesia, berarti Indonesia masa depan yang kita tuju, yang hendak kita wujudkan tahun 2030 adalah

Dari data di atas maka dapat diketahui bahwa efisiensi rata-rata penggunaan bahan bakar premium yang paling maksimal adalah ketika menggunakan manifold 4 dan dengan penambahan

Dalam Permendikbud Nomor 24 Tahun 2014 tentang KIKD Pelajaran pada Kurikulum 2013 disebutkan bahwa kompetensi inti merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai

Through the semantic structure of digital models and the use of Real Time Rendering (RTR) techniques we attempted to develop a process of acquiring knowledge able to point out and

dan pad pada a kri krista stali lisat sator or ter ter$ad $adi i pro proses ses kri krista stalis lisasi asi unt untuk uk &#34;en &#34;enghas ghasilk ilkan an ure urea