• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH FEE AUDIT, KOMPETENSI AUDITOR, DAN PERUBAHAN KEWEWANGAN TERHADAP MOTIVASI AUDITOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH FEE AUDIT, KOMPETENSI AUDITOR, DAN PERUBAHAN KEWEWANGAN TERHADAP MOTIVASI AUDITOR"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH FEE AUDIT, KOMPETENSI AUDITOR, DAN PERUBAHAN KEWEWANGAN TERHADAP MOTIVASI AUDITOR (Studi Empiris Pada Auditor Kantor Akuntan Publik Di Jawa Tengah Yang Terdaftar Di BPK

RI)

Septyan Candra Wijaya Nurul Fachriyah, MSA., CA., Ak.

Abstract

This study aims to determine the effect of audit fee, auditor competence, and authoritative changes on auditor motivation. 100 samples of Central Java Public Accounting Firms registered in BPK RI are acquired through convenience sampling. The data are collected from questionnaire survey resulting in 57 auditors as the respondents, and analyzed by Partial Least Square (PLS) model utilizing WarpPLS v.7 software. The result of this study indicate that auditor competence and authoritative changes have positive affect on auditor motivation, while audit fee has negative effect on auditor motivation. Good auditor competence and authoritative changes determine the auditor motivation, and the later can also be a challenge for auditors to audit in the government sector.

Keyword: audit fee, auditor competence, authoritative change, and auditor motivation.

A. PENDAHULUAN

Peran profesi auditor, khususnya auditor eksternal sangat diperlukan untuk menciptakan perekonomian yang sehat, efisien dan transparan. Selain itu auditor diperlukan sebagai sarana peningkatan kualitas dan kredibilitas informasi laporan keuangan suatu entitas, dimana tujuan audit menurut Standar Audit (SA) 200 paragraf 3 dan 4 adalah untuk meningkatkan

tingkat keyakinan atas laporan keuangan suatu entitas melalui opini yang diberikan auditor apakah laporan keuangan yang disusun oleh pihak manajemen telah sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku untuk pihak pengguna laporan.

Untuk menjalankan pekerjaan audit, tentunya seorang auditor harus memiliki motivasi. Motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai-nilai yang mempengaruhi individu untuk

(2)

2 mencapai hal yang spesifik sesuai dengan tujuan individu. Sikap dan nilai tersebut merupakan suatu yang invisible yang memberikan kekuatan untuk mendorong individu bertingkah laku dalam mencapai tujuan (Rivai, 2011). Motivasi yang dimiliki oleh setiap individu dapat mengalami peningkatan maupun penurunan. Fluktuasi motivasi ini terjadi secara alami dari dalam (intrinsik) maupun dari pengaruh pihak luar (ekstrinsik).

Menurut Lowensohn dan Collins dalam Nor (2012), faktor fee audit, tingkat kompetensi dan lingkungan dapat menjadi faktor yang mempengaruhi motivasi seorang auditor. Tingginya tingkat fee audit yang diterima akan memiliki daya tarik bagi auditor untuk menjalankan pekerjaannya dengan baik dengan melakukan usaha yang terbaik. Seperti yang diungkapkan oleh Chuntao Lie (2005) dalam Rahardja (2014) menyatakan bahwa KAP yang lebih besar dengan fee audit yang lebih tinggi cenderung memberikan jasa audit yang lebih berkualitas. Tetapi hal tersebut tidak selalu menjadi pengaruh yang positif. Penelitian yang dilakukan Georgellis dkk (2010) dan Cho dan Perry (2012) menunjukan hasil bahwa semakin tinggi extrinsic rewards (penghargaan ekstrinsik) akan merusak motivasi untuk bekerja karena akan diiringi dengan besarnya effort dan tanggung jawab yang dimiliki. Di Indonesia, hasil audit PT. Sunprima Nusantara Pembiayaan (SNP) yang telah diaudit

oleh KAP Satrio Bing, Eny & Rekan (Deloitte Indonesia) mendapat pemeriksaan dari Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (P2PK) telah terjadi pelanggaran standar profesi audit. Dapat disimpulkan dengan adanya fee yang tinggi tidak selalu diiringi dengan motivasi yang baik dari auditor untuk memberikan kualitas audit yang baik.

Faktor kedua yang dapat mempengaruhi motivasi audit adalah kompetensi yang dimiliki auditor. Sebagai seorang auditor, kompetensi merupakan hal yang wajib dimiliki dalam menjalankan pekerjaan audit. Semakin baik kompetensi yang dimiliki akan mendorong motivasi seorang auditor untuk melakukan pekerjaannya karena faktor tersebut dapat memudahkannya dalam bekerja (Nor, 2012). Namun hal tersebut menjadi jaminan bahwa auditor akan termotivasi untuk menjalankan pekerjaannya dengan baik. Penelitian yang dilakukan oleh Sartika dkk (2014) menunjukan hasil bahwa besarnya kecilnya tingkat kompetensi auditor yang dimiliki tidak mempengaruhi motivasi auditor dalam bekerja. Dapat dilihat dari kasus audit yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang & Rekan dan Akuntan Publik Kasner Sirumapea yang telah melakukan kesalahan audit atas laporan keuangan tahun buku 2018 PT. Garuda Indonesia, Tbk (PT. GIA). P2PK melakukan pemeriksaan atas

(3)

3 hasil audit tersebut dan menemukan permasalahan yang dinilai tidak sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan dan beberapa melanggar kepatuhan atas kerjasama penyediaan layanan konektivitas dan in-flight entertainment PT. Citilink Indonesia yang merupakan anak perusahaan PT. GIA dengan PT. Mahata Aero Teknologi. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat kompetensi yang dimiliki auditor tidak menjamin terdorongnya motivasi auditor untuk menjalankan pekerjaannya dengan baik.

Faktor yang ketiga adalah perubahan kewenangan. Ruang lingkup ini mencakup perubahan kewenangan yang terjadi di audit sektor pemerintahan. Dari segi standar audit, sektor pemerintahan dengan sektor komersil memiliki perbedaan standar audit yang berlaku. Pemerintah Indonesia sendiri mengeluarkan standar audit untuk sektor pemerintah melalui Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) berupa Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) dengan perubahan terakhir yaitu Peraturan BPK Nomor 1 Tahun 2017. Dengan adanya perubahan-perubahan standar audit yang terjadi dapat menjadi tantangan tersendiri bagi seorang audit untuk melakukan audit di sektor pemerintahan (Mardiasmo, 2002). Tetapi terjadinya perubahan kewenangan yang begitu cepat dan sanksi yang diberikan dapat membebani auditor untuk melakukan

pekerjaan audit di sektor pemerintahan (Lowensohn dan Collins, 2001).

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasikan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah fee audit berpengaruh positif terhadap motivasi auditor? 2. Apakah kompetensi auditor

berpengaruh positif terhadap motivasi auditor?

3. Apakah perubahan kewenangan berpengaruh positif terhadap motivasi auditor?

C. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

1. Motivasi Auditor

Menurut Veithzal Rivai (2011:837), mendefinisikan bahwa motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai-nilai yang mempengaruhi individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan tujuan individu. Sikap dan nilai tersebut merupakan suatu yang invisible yang memberikan kekuatan untuk mendorong individu bertingkah laku dalam mencapai tujuan.

Menurut Gibson dkk (2012:126), mendefinisikan motivasi adalah motivasi adalah konsep yang digunakan oleh suatu individu untuk menggambarkan kekuatan yang terdapat pada suatu individu dalam memulai dan mengarahkan perilaku.

(4)

4 Motivasi dikategorikan menjadi 2 (dua), yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah pendorong kerja atau faktor-faktor yang mempengaruhi yang timbul dari dalam diri individu, berupa kesadaran betapa pentingnya pekerjaan yang dilaksanakannya, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah lawan dari motivasi intrinsik yang mana motivasi ini timbul dari lingkungan luar diri individu, berupa kondisi tertentu yang mengharuskan suatu individu melakukan pekerjaan dengan maksimal untuk mencapai tujuan tertentu (Priyono dan Marnis, 2008:283).

2. Fee Audit dan Motivasi Auditor

Uang adalah suatu hal yang sangat dibutuhkan oleh seseorang untuk memenuhi kebutuhannya, oleh karenanya diperlukan usaha untuk mendapatkan uang tersebut. Artinya uang dapat mempengaruhi seseorang untuk mengeluarkan segala usahanya yaitu melakukan suatu tindakan yang menghasilkan demi mendapatkan uang. Teori yang berkaitan dengan fee audit adalah teori pengharapan (expectancy theory) yang dikemukakan oleh Victor Vroom (1964)

Nor (2012) dan Rifki (2014), dalam penelitiannya menjelaskan bahwa hasil korelasi fee audit terhadap motivasi auditor menjelaskan bahwa fee audit yang tinggi mendorong motivasi auditor dalam bekerja. Ketika fee tersebut

sesuai dengan keinginan auditor maka akan mendorong motivasinya untuk bekerja dengan baik.

Namun hasil tersebut bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh oleh Georgellis dkk (2010) dan Cho dan Perry (2012) yang merujuk pada teori Motivation crowding theory.

Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang diajukan adalah: H1 : Fee Audit berpengaruh positif

terhadap motivasi auditor.

3. Kompetensi Auditor dan Motivasi Auditor

Untuk menjadi seorang auditor, dibutuhkan untuk memiliki kompetensi yang memadai untuk menjalankan pekerjaannya sebagai pemeriksa laporan keuangan. Artinya kompetensi merupakan bekal yang harus dimiliki untuk menunjang pekerjaanya. Menurut Arens dkk (2012:295) menjelaskan arti dari kompetensi adalah pengetahuan atau keahlian yang perlu dimiliki oleh seorang individu untuk menyelesaikan tugas yang mendefinisikan pekerjaannya.

Dalam SA 220 mengenai Pengendalian Mutu Untuk Audit Atas Laporan Keuangan paragraf A10-A12 tentang Penugasan Tim Perikatan yang menjelaskan bahwa bahwa tim perikatan audit mencakup seseorang yang menggunakan keahlian tertentu dalam bidang akuntansi atau audit, baik yang ditugaskan maupun yang dipekerjakan oleh KAP dalam kondisi ini yang dimaksud adalah auditor.

(5)

5 Teori atribusi adalah teori yang berkaitan dengan variabel kompetensi yang dimiliki oleh auditor.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nor (2012) menujukan bahwa dengan kompetensi yang dimiliki oleh seorang auditor akan meningkatkan motivasinya dalam bekerja karena dengan adanya kompetensi akan memudahkan auditor dalam bekerja. Sehingga variabel kompetensi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap motivasi auditor.

Aji (2015), dalam penelitiannya menyatakan bahwa dengan beratnya beban tugas dan tanggung jawab yang diemban oleh auditor akan mendorong motivasi untuk menyelesaikan pekerjaan apabila dibekali dengan kompetensi yang dimilikinya.

Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang diajukan adalah: H2 : Kompetensi auditor berpengaruh

positif terhadap motivasi auditor. 4. Perubahan Kewenangan dan Motivasi Auditor

Standar akuntansi sektor pemerintahan memiliki perbedaan dengan akuntansi sektor komersil. Pebedaan ini akan mempengaruhi auditor dalam mengambil keputusan (Lowensohn dan Collins, 2001). Perbedaan ini berkaitan dengan isu-isu unik yang terjadi dalam sektor pemerintahan seperti, akuntansi dana, penganggaran, ketaatan pada hukum dan peraturan-peraturan, perbandingan antara anggaran dengan

laporan keuangan aktual, laporan audit yang spesifik, basis akuntansi dan ketercukupan struktur pengawasan internal sangat menarik untuk diteliti.

Di Indonesia, untuk sektor pemerintahan, standar yang digunakan adalah Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang dikeluarkan oleh BPK RI dan telah mengalami beberapa kali perubahan dengan perubahan terakhir yaitu Peraturan BPK Nomor 1 Tahun 2017. Selain itu, untuk mengaudit laporan keuangan sektor pemerintahan, rekan/partner dan auditor wajib memiliki sertifikat Program Pendidikan Sertifikasi Pemeriksaan Keuangan Negara yang diselenggarakan oleh BPK RI. Dengan adanya persyaratan tersebut akan mendorong motivasi auditor karena menjadi tantangan tersendiri untuk memeriksa laporan keuangan negara. Teori atribusi mampu mewakili variabel perubahan kewenangan terhadap motivasi auditor.

Mardiasmo (2002), dalam penelitiannya menyatakan bahwa dengan adanya perubahan kewenangan, aturan-aturan baru menjadikan tantangan bagi auditor untuk melakukan audit di sektor pemerintahan.

Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Lowensohn dan Collins (2001) menyatakan bahwa perubahan kewenangan dan iklim politik yang merupakan faktor yang

(6)

6 mempengaruhi motivasi auditor menghasilkan pengaruh negatif signifikan. Hasil ini menunjukan bahwa adanya iklim politik dan peningkatan perubahan regulasi yang terjadi menurunkan motivasi auditor dalam melakukan audit sektor pemerintahan.

Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang diajukan adalah: H3 : Perubahan kewenangan

berpengaruh positif terhadap motivasi auditor.

5. Model Penelitian Gambar C.1 Model Penelitian

D. METODE PENELITIAN 1. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011). Populasi yang dijadikan subyek penelitian ini adalah auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) di Jawa Tengah yang terdaftar di BPK RI.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Apa yang dipelajari dari sampel tersebut, kesimpulannya akan diberlakukan pula pada populasi. Sehingga sampel yang diambil harus betul-betul mewakili (representative). Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 auditor yang bekerja pada KAP di Jawa Tengah yang telah terdaftar di BPK RI. Dalam hal ini, KAP yang terdaftar di BPK terdapat di wilayah Surakarta sebanyak 3 kantor, Semarang sebanyak 6 kantor, dan Purwokerto sebanyak 1 kantor. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan teknik pengambilan sampel yang mudah (convenience sampling).

2. Pengukuran Variabel 2.1 Fee Audit

Menurut Srinidhi dan Gul (2006) dalam Nor (2012) mengartikan fee audit adalah sebagai fee atau imbalan yang dibayar oleh klien kepada akuntan publik untuk mengganti kerugian atas jasa auditnya. Kuesioner yang digunakan untuk mengukur variabel independen ini diambil dari penelitian Nor (2012). Jumlah pertanyaan yang diajukan dalam kuisioner ini terdiri dari 6 (enam) pertanyaan. Variabel fee audit yang diteliti diukur menggunakan skala likert.

2.2 Kompetensi Auditor

Kompetensi auditor adalah pengetahuan atau keahlian yang dimiliki oleh auditor untuk

Fee Audit (X1) Kompetensi Auditor (X2) Perubahan Kewenangan (X3) Motivasi Auditor (Y)

(7)

7 menunjang pekerjaannya dalam menjalankan proses audit yang dilakukannya. Kuesioner yang digunakan untuk mengukur variabel independen ini diambil dari penelitian Nor (2012). Jumlah pertanyaan yang diajukan dalam kuisioner ini terdiri dari 11 (sebelas) pertanyaan. Variabel kompetensi auditor yang diteliti diukur menggunakan skala likert. 2.3 Perubahan Kewenangan

Perubahan kewenangan terkait respon audit terhadap perubahan kewenangan yang dilakukan oleh pemerintah berupa perubahan standar audit yang digunakan, sehingga muncul ketertarikan untuk melakukan audit sektor pemerintahan. Kuesioner yang digunakan untuk mengukur variabel independen ini diambil dari penelitian Nor (2012). Jumlah pertanyaan yang diajukan dalam kuisioner ini terdiri dari 6 (enam) pertanyaan. Variabel perubahan kewenangan yang diteliti diukur menggunakan skala likert.

2.4 Motivasi Auditor

Motivasi auditor adalah daya penggerak bagi auditor untuk melaksanakan pekerjaannya dengan efektif untuk mencapai tujuan yaitu menghasilkan laporan keuangan audit. Kuesioner yang digunakan untuk mengukur variabel dependen diambil dari penelitian Nor (2012). Jumlah pertanyaan yang diajukan dalam kuisioner ini terdiri dari 6 (enam) pertanyaan. Variabel motivasi auditor yang diteliti diukur menggunakan skala likert.

3. Metode Analisis Data

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis-hipotesis yang diajukan dengan menggunakan alat bantu WarpPLS versi 7.0. Untuk menguji hipotesis 1, 2, dan 3 menggunakan analisis SEM-PLS. 4. Evaluasi Model

4.1 Model Pengukuran (Outer Model)

Fungsi dari outer model adalah untuk menguji validitas konstruk dan reliabilitas instrumen (Hartono dan Abdillah, 2009:58).

Uji Validitas terdiri dari 2 pengujian, yaitu konvergen dan diskriminan. Untuk menguji validitas konvergen, jika nilai faktor loading>0.5 maka dianggap indikator yang mengukur variabel laten tersebut signifikan dan average variance extracted (AVE) dengan nilai >0.5 (Sholihin dan Ratmono, 2013:66).

Parameter yang digunakan untuk menguji validitas diskriminan adalah dengan membandingkan nilai akar dari AVE dengan korelasi antar variabel laten, dimana nilai akar AVE lebih besar dari korelasi antar variabel laten dan cross-loading dengan faktor loading, dimana nilai cross-loading diharapkan lebih kecil dari faktor loading (Sholihin dan Ratmono, 2013:65).

Untuk menguji reliabilitas dalam PLS dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu Cronbach’s Alpha dan Composite Reliability dengan rules of

(8)

8 thumb masing-masing nilai alpha>0.7.

4.2 Model Struktural (Inner Model)

Pengujian inner model berfungsi untuk mengevaluasi konstruk endogen (konstruk yang diprediksi oleh satu atau beberapa konstruk) dan signifikansi antar konstruk pada model struktural. Cara mengevaluasi konstruk endogen dapat menggunakan R2. Untuk menguji

signifikansi antar konstruk, dapat digunakan t-values tiap path atau koefisien path (Hartono dan Abdillah, 2009:62)

R2 digunakan untuk mengukur

tingkat variasi perubahan konstruk eksogen/variabel independen terhadap konstruk endogen/variabel dependen. Jika nilai R2 semakin tinggi, semakin baik pula model prediksi dari model penelitian yang diajukan (Hartono dan Abdillah, 2009: 62).

Tabel D.1 Nilai R2 Penelitian

R2

MOT 0.503

Sumber data : Data primer (diolah pada 2020)

Koefisien path menunjukkan tingkat signifikansi pada hipotesis penelitian. Koefisien path digunakan untuk penyikapan hipotesis dengan melihat nilai pada koefisien jalur. Nilai koefisien path berkisar antara -1 hingga +1. Semakin mendekati nilai +1, hubungan kedua konstruk

semakin kuat, sedangkan hubungan yang mendekati -1 mengindikasikan bahwa hubungan tersebut bersifat negatif (Sarstedt dkk., 2017)

Tabel D.2

Hasil dari Koefisien Path dan P-Values Hipotesis Koefisien Path P-Values Keputusan H1 -0.212 0.045 Ditolak H2 0.472 <0.001 Diterima H3 0.565 <0.001 Diterima

Sumber data : Data primer (diolah pada 2020)

E. ANALISIS HASIL PENELITIAN 1. Hasil Uji Hipotesis 1

Hipotesis 1 yang diajukan peneliti menyatakan bahwa fee audit berpengaruh positif terhadap motivasi auditor. Berdasarkan hasil yang disajikan pada tabel D.2 menunjukan bahwa koefisien path fee audit sebesar -0.210 dan signifikansi pada 0,045. Hasil tersebut menunjukan bahwa fee audit berpengaruh negatif terhadap motivasi auditor dan dapat disimpulkan bahwa Hipotesis 1 ditolak.

2. Hasil Uji Hipotesis 2

Hipotesis 2 yang diajukan peneliti menyatakan bahwa kompetensi auditor berpengaruh positif terhadap motivasi auditor. Berdasarkan hasil yang disajikan pada tabel D.2 menunjukan bahwa koefisien path kompetensi auditor sebesar 0.472 dan signifikansi pada <0,001. Hasil tersebut menunjukan

(9)

9 bahwa kompetensi auditor berpengaruh positif terhadap motivasi auditor dan dapat disimpulkan bahwa Hipotesis 2 diterima.

3. Hasil Uji Hipotesis 3

Hipotesis 3 yang diajukan peneliti menyatakan bahwa perubahan kewenangan berpengaruh positif terhadap motivasi auditor. Berdasarkan hasil yang disajikan pada tabel D.2 menunjukan bahwa koefisien path perubahan kewenangan sebesar 0.565 dan signifikansi pada <0,001. Hasil tersebut menunjukan bahwa perubahan kewenangan berpengaruh positif terhadap motivasi auditor dan dapat disimpulkan bahwa Hipotesis 3 diterima.

4. Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan, dapat ditunjukan hasil bahwa konstruk fee audit berpengaruh negatif terhadap konstruk motivasi auditor, sedangkan konstruk kompetensi auditor berpengaruh positif terhadap konstruk motivasi auditor, dan konstruk perubahan kewenangan berpengaruh positif terhadap konstruk motivasi auditor.

4.1 Pengaruh Fee Audit Terhadap Motivasi Auditor

Jika dilihat dari teori pengharapan yang dikemukakan oleh Vroom (1964) bahwa keyakinan tentang kemungkinan perilaku seseorang akan menghasilkan hasil

tertentu. Fee audit adalah hasil yang diharapkan auditor atas hasil usahanya dalam berkerja. Semakin besar fee yang diterima akan meningkatkan motivasinya dalam bekerja karena fee dapat

dikategorikan sebagai

instrumentalitas penghargaan seorang auditor. Namun hasil penelitian atas hipotesis fee audit memiliki pengaruh negatif terhadap motivasi auditor.

Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Georgellis dkk (2010) dan Cho dan Perry (2012) yang menyatakan bahwa motivasi yang dimiliki akan menurun jika dihadapkan dengan reward yang tinggi.

Sedangkan hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Nor (2012) dan Rifki (2014) yang menyatakan bahwa semakin tinggi outcome/penghargaan yang diharapkan (fee) akan meningkatkan motivasi seorang auditor dalam bekerja untuk menjalankan tanggung jawabnya.

Hasil tersebut tidak sejalan dengan teori pengharapan, tetapi terdukung oleh motivation crowding-out theory dimana semakin besar fee

yang diterima (reward

instrumentalities) tidak memberikan motivasi untuk melaksanakan pekerjaannya. Besarnya fee audit akan mendorong pula besarnya tanggung jawab yang akan diterima dan risiko yang akan dihadapi, sehingga akan menurunkan motivasinya dalam bekerja.

(10)

10 4.2 Pengaruh Kompetensi Auditor

Terhadap Motivasi Auditor Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kompetensi memiliki pengaruh positif terhadap motivasi auditor. Dengan hasil tersebut mendukung teori atribusi yang dikembangkan oleh Heider (1958) bahwa faktor yang terjadi dalam individu melalui kemampuan, keterampilan, dan keahlian dapat mempengaruhi perilakunya.

Penelitian yang dilakukan oleh Nor (2012) menunjukan hasil bahwa kompetensi auditor berpengaruh positif terhadap motivasi auditor. semakin baik kompetensi yang dimiliki oleh auditor akan meningkatkan motivasinya dalam bekerja karena faktor tersebut dapat memudahkannya dalam bekerja. Penelitian yang dilakukan oleh Aji (2015) menunjukan hasil yang sama bahwa derajat kompetensi yang dimiliki akan meningkatkan motivasi auditor untuk menyelesaikan pekerjaannya. Auditor yang dituntut untuk menjaga dan meningkatkan kompetensinya dengan mengikuti pelatihan dan mengambil kuliah profesi. Peningkatan kompetensi tersebut tentu menambah motivasi auditor dalam melaksanakan tanggung jawab audit.

4.3 Pengaruh Perubahan Kewenangan Terhadap Motivasi Auditor

Dalam hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan menunjukan hasil bahwa perubahan kewenangan

berpengaruh positif terhadap motivasi auditor dan didukung dengan teori atribusi yang menjelaskan adanya faktor lingkungan yang terjadi diluar pengendaliannya akan mempengaruhi individu dalam berperilaku. Perubahan kewenangan terkait dengan respon auditor terhadap perubahan kewenangan dari pemerintah yang mengatur kewenangan terkait audit sektor pemerintahan memiliki daya tarik auditor untuk melakukan audit tersebut

Hasil penelitian ini selaras dengan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Mardiasmo (2002) dan Nor (2012) yang menyatakan bahwa adanya perubahan kewenangan akan menjadi sebuah tantangan bagi auditor dan meningkatkan motivasi dalam bekerja.

F. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan pada 57 auditor menunjukan bahwa kompetensi auditor dan perubahan kewenangan berpengaruh positif terhadap motivasi auditor, sedangkan fee audit berpengaruh negatif terhadap motivasi auditor.

Dari hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa semakin baik kompetensi yang dimiliki oleh seorang auditor akan meningkatkan motivasi auditor dalam melakukan pekerjaannya dan adanya perubahan kewenangan yang seiring terjadi

(11)

11 menjadikan tantangan bagi auditor untuk melakukan perikatan audit di sektor pemerintahan, sedangkan semakin tinggi fee yang akan diterima menurunkan motivasi auditor dalam bekerja.

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu masukan bagi auditor dan Kantor Akuntan Publik di Jawa Tengah yang telah terdaftar di BPK RI agar mempertimbangkan kompetensi auditor dan perubahan kewenangan. Hal ini bertujuan sebagai sarana evaluasi untuk menjaga dan meningkatkan motivasi auditor dalam melakukan pekerjaannya.

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, S. (2012). Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat.

Anggika, G. (2014). Pengaruh Independensi, Kompetensi dan Fee Audit Terhadap Kualitas Audit. (Skripsi S1, Universitas Pasundan): Diakses dari http://repository.unpas.ac.id/3850 3/.

Arens, A. A., Elder, R. J., & Beasley, M. S. (2014). Auditing and Assurance Services: An Integrated Approach. New Jersey: Pearson Education Inc.

Atmosudirjo, P. (1981). Hukum Administrasi Negara. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Cho, Y. J., & Perry, J. L. (2012). Intrinsic Motivation and Employee Attitudes : Role of Managerial Trustworthiness. Goal Directedness, and Extrinsic Rewards Expectancy. Review of Public Personel Administration Vol. 32 (4) , 382-406.

Creswell, J. W. (2010). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Yogyakarta: PT. Pustaka Pelajar. Frey, B., & Jegen, R. (2000).

Motivation Crowding Theory: A Survey of Empirical Evidence. Journal of Economics Surveys Vol. 15 (5), 589-611.

Georgellis, Y., Lossa, E., & Tabvuma, V. (2010). Crowding Out Intrinsic Motivation in The Public Sector. Journal of Public Administration Research and Theory Advance Access.

Gibson, J. L., Ivancevich, J. M., Donnely, Jr, J. H., & Konopaske, R. (2012). Organization: Behavior, Structure, Processes. New York: McGraw-Hill.

Hadjon, P. M. (1997). Tentang Wewenang. Jurnal Ilmu Hukum. Vol 7. No. 5-6.

Harhinto, T. (2004). Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit. Jurnal SIKAP. Vol. 1. No. 1, 22-28. Hartanto, J., & Abdillah, W. (2009). Konsep dan Aplikasi PLS (Partial Least Square) Untuk Penelitian

(12)

12 Empiris. BPFE Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM. Yogyakarta.

HR, R. (2006). Hukum Administrasi Negara. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Hudayati, A. (2002). Perkembangan

Penelitian Akuntansi

Keperilakuan: Berbagai Teori dan Pendekatan yang Melandasi. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia. Vol. 6. No 2, 81-96. Kharisma, E. A. (2015). Pengaruh Fee

Audit, Kompetensi Auditor dan Perubahan Kewenangan Terhadap Motivasi Auditor (Studi Empiris pada KAP di Surakarta dan Yogyakarta).

Lepper, G. (1978). The Hidden Cost of Reward: New Perspective on Psychology of Human Motivation. Hillsdale, NY: Erlbaum.

Lowensohn, S. H., & Collins, F. (2001). The Role and Perceptions of Independent Audit Partners in the Governmental Audit Market. Journal of Accounting and Public Interest 1, 17-41.

Mardiasmo. (2002). Pengaruh Rewards Instrumentalities dan Environmental Risk Factor Terhadap Motivasi Partner

Auditor Independen

Melaksanakan Audit Pemerintah. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 3, 304-322.

Margono. (2004). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Mulyadi. (2013). Auditing. Edisi 6. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat. Nugroho, D. A. (2017). Pengantar

Manajemen untuk Organisasi Bisnis, Publik dan Nirlaba. Malang: UB Press.

Nurkholis, & Krisnawan, G. (2019). Determinants of Audit Fee at Public Accounting Firms in East Java. Journal of Applied Management. Vol. 17. No. 1, 98-109.

Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia nomor 1 tahun 2016 tentang Persyaratan Akuntan Publik Pada Kantor Akuntan Publik yang Melakukan Pemeriksaan Keuangan Negara. Diakses dari https://peraturan.bpk.go.id/Home/ Details/22/peraturan-bpk-no-1-tahun-2016.

Peraturan Pemerintah nomor 20 tahun 2015 tentang Praktik Akuntan Publik. Diakses dari http://www.jdih.kemenkeu.go.id/f ullText/2015/20TAHUN2015PP.p df.

Peraturan Pengurus nomor 2 tahun 2016 tentang Penentuan Imbalan Jasa Audit Laporan Keuangan.

Diakses dari

http://iapi.or.id/Iapi/detail/120. Pusat Pembinaan Profesi Keuangan.

(13)

13 Menjatuhkan Sanksi Deloitte Indonesia atas Audit SNP Finance.

Diakses dari

http://pppk.kemenkeu.go.id/in/pos t/menteri-keuangan-menjatuhkan- sanksi-deloitte-indonesia-atas-audit-snp-finance.

Pusat Pembinaan Profesi Keuangan. (2019). Ditemukan Pelanggaran pada Audit Laporan Keuangan Garuda, Izin AP Kasner Sirumapea Dibekukan. Diakses dari http://pppk.kemenkeu.go.id/in/pos t/ditemukan-pelanggaran-pada- audit-laporan-keuangan-garuda,- izin-ap-kasner-sirumapea-dibekukan. Rahardja, A. H. (2014). Pengaruh Etika Auditor, Pengalaman Auditor, Fee Audit dan Motivasi Auditor Terhadap Kualitas Audit (Studi pada Auditor KAP di Semarang). Diponegoro Journal of Accounting. Vol. 3. No. 3 , 1-9. Rahardja, A. H. (2014). Pengaruh

Etika Auditor, Pengalaman Auditor, Fee Audit dan Motivasi Auditor Terhadap Kualitas Audit (Studi pada Auditor KAP di Semarang). Diponegoro Journal of Accounting, 1-9.

Rahayu, S. K., & Suhayati, E. (2013). Auditing: Konsep Dasar dan Pedoman Pemeriksaan Akuntan Publik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Rahmi, D. E., Yunilma, & Muslim, R.

Y. (2014). Pengaruh Fee Audit,

Kompetensi Auditor dan Perubahan Kewenangan Terhadap Motivasi Auditor (Studi Kasus Padang, Pekanbaru dan Medan). Jurnal Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Bung Hatta, 1-12.

Rifki, K., Darmayanti, Y., & Minovia, A. F. (2014). Pengaruh Fee Audit, Kompetensi Auditor dan Perubahan Kewenangan Terhadap Motivasi Auditor. Jurnal Akuntansi. Fakultas Ekonomi Univesitas Bung Hatta, 1-13. Rivai, V. (2011). Manajemen Sumber

Daya Manusia untuk Perusahaan: dari Teori ke Praktik. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2013). Organizational Behavior . United State: Pearson Education Inc. Sarstedt, M., Ringle, C. M., & Fair, J.

F. (2017). Partial Least Square Structural Equation Modeling. Handbook of Market Research. Sartika, Y., Ethika, & Herawati.

(2014). Pengaruh Fee Audit,Kompetensi Auditor, Risiko Audit, Stres Kerja dan Perubahan Kewenangan Terhadap Motivasi Auditor. Jurnal Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Bung Hatta, 1-11.

Sauddin , A., & Ramadhani, N. S. (2018). Analisis Pengaruh Keterampilan Mengajar, Emosi Mahasiswa, Tekanan Akademik dan Perceived Academic Control

(14)

14 Terhadap Prestasi Akademik Mahasiswa Menggunakan Pendekatan SEM-PLS. Journal Matematika dan Statistik serta Aplikasinya. Vol. 6. No. 1, 6 - 12. Sekaran, U., & Bougie, R. (2013).

Research Methods for Business: A Skill Buliding Approach. 6th Edition. United Kingdom: John Wiley & Sons .

Sholihin, M., & Ratmono, D. (2013). Analisis SEM-PLS dengan WarpPLS 3.0. Yogyakarta: Andi. Strebler, M. T., Robinson, D., &

Heron, P. (1997). Getting The Best Out of Your Competencies. United Kingdom: The Institute for Employment Studies.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D (Cetakan ke-14). Bandung: Alfabeta.

Tan, H., & Libby, R. (1997). Tacit Managerial Versus Technical Knowledge As Determinants of Audit Expertise In The Field. Vol. 35.

Titmuss, R. M. (1970). The Gift Relationship. London: Allen and Unwin.

Tjun, L. T., Marpaung, E. I., & Setiawan, S. (2012). The Influence of Auditor's Competence and Independence Against Audit Quality. Accounting Journal Vol. 4 No.1.

Undang-Undang nomor 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik. Diakses

dari

https://www.dpr.go.id/dokjdih/doc ument/uu/UU_2011_5.pdf.

Vroom, V. (1964). Work and Motivation. San Fransisco: Jossey Bass .

Referensi

Dokumen terkait

Grupoid merupakan sub-bab dari struktur aljabar, yaitu himpunan dengan satu operasi biner, dimana dengan grupoid tersebut akan menghasilkan subbabsubbab lain dalam struktur

Dalam selang waktu yang sama, besarnya nilai tegangan yang dihasilkan piezoelektrik sebanding dengan besarnya frekuensi ketukan mekanik yang diberiakan pada

Hasil wawancara dengan Kementerian Agama kabupaten Banyuwangi menunjukkan bahwa pembinaan dan pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah (UKS/M) di sekolah-sekolah

related  to  the  Card  services  in  writing  or  verbally  to  HSBC  at  any  branch  office  of . HSBC  or  place  or  through 

37 Hasil penelitian di daerah endemis GAKI dan Kabupaten Magelang menunjukkan hubungan yang signifikan antara paparan asap rokok dengan kejadian hipertiroid,

Dikenal sebagai keluarga merpati-merpatian, merupakan famili yang terdiri dari burung-burung pemakan buah atau biji yang berukuran sedang dengan bentuk tubuh yang membulat. Anggota

Secara keseluruhan capaian kinerja Utama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2020 sebesar 100,70% dapat dinyatakan berhasil. Hal ini dikarenakan indikator