BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Remaja 1. Pengertian
Remaja berasal dari kata latin adolescence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik. Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik, dan perubahan sosial (Hurlock, 2003).
Istilah adolescence juga mempunyai arti yang lebih luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Pandangan ini diungkapkan oleh piaget, secara psikologis masa remaja adalah usia saat individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia saat anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang – orang yang lebih tua, melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang – kurangnya dalam masalah hak. Transformasi intelektual yang khas dari cara berpikir remaja ini memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini (Mighwar, 2006).
Menurut WHO (1974), mendefinisikan tentang remaja yang lebih konseptual dan memgemukakan tiga kriteria yaitu biologis, psikologis, dan sosial ekonomi. Definisi tersebut berbunyi, remaja adalah suatu masa dimana individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda – tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksualnya (Sarwono, 2011). Remaja adalah suatu masa dimana individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak – kanak menjadi dewasa. Remaja adalah
suatu masa dimana terjadi peralihan dari ketergantungan sosial – ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri (Sarwono, 2011).
2. Batasan Usia Remaja
Rentang usia pada remaja adalah antara 13 sampai 21 tahun yang dibagi dalam masa remaja awal, antara usia 13 sampai 17 tahun dan remaja akhir 17 sampai 21 tahun. Literature Amerika menentukan masa pubertas 11 – 12 atau 15 – 16 tahun, kemudian menentukan usia 13 – 17 tahun sebagai remaja awal dan 17 – 21 tahun sebagai remaja akhir (Mighwar, 2006).
Dari beberapa penggolongan remaja diatas dapat disimpulkan bahwa secara teoritis dari segi psikologi rentang usia remaja berada dalam usia 12 sampai 21 tahun bagi perempuan, dan 13 sampai 22 tahun bagi laki-laki (Hurlock, 2003). Batasan usia remaja menurut WHO, remaja awal yaitu 10 – 14 tahun, remaja akhir yaitu 15 – 20 tahun (Sarwono, 2011).
3. Ciri – ciri masa remaja (Hurlock, 2003) a. Masa remaja sebagai periode yang penting
Remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental yang cepat, terutama pada awal masa remaja. Semua perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai, dan minat baru.
b. Masa remaja sebagai periode peralihan
Peralihan tidak berarti terputus dengan atau berubah dari apa yang telah terjadi sebelumnya, tetapi peralihan merupakan perpindahan dari satu tahap ke tahap berikutnya. Dengan demikian dapat diartikan bahwa apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya pada apa yang terjadi sekarang dan yang
akan datang, serta mempengaruhi pola perilaku dan sikap yang baru pada tahap berikutnya.
c. Masa remaja sebagai periode perubahan
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Perubahan fisik terjadi dengan pesat diikutu dengan perubahan perilaku dan sikap yang juga berlangsung cepat. Apabila terjadi perubahan fisik menurun maka perubahan sikap dan perilaku juga menurun.
d. Masa remaja sebagai usia bermasalah
Setiap periode mempunyai masalahnya sendiri – sendiri, namun masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak laki – laki maupun anak perempuan. Ada dua alasan bagi kesulitan itu yaitu pertama, sepanjang masa kanak – kanak masalah anak – anak sebagian diselesaikan orang tua dan guru – guru sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah. Kedua, remaja merasa diri mandiri sehingga mereka ingi mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru – guru.
e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Pencarian identitas dimulai dari akhir masa kanak – kanak. Penyesuaian diri dengan standar kelompok lebih penting dari sikap individualistis. Penyesuaian diri dengan kelompok pada awal masa remaja masih tetap penting bagi anak laki – laki maupun perempuan. Namun lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri, dengan kata lain ingin menjadi pribadi yang berbeda dari orang lain. f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
Anggapan stereotip budaya bahwa remaja adalagh anak – anak yang tidak rapih, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak dan berperilaku merusak, menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja muda takutr
bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal.
g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik
Remaja pada masa ini melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita – cita. Semakin tidak realistik cita – citanya semakin ia menjadi marah. Remaja akan sakit hati dan kecewa apabila orang lain mengecewakannya atau kalau ia tidak berhasil mencapai tujuan yang ditetapkannya sendiri.
h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Semakin mendekatnya usia kematangan, para remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. Remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa, yaitu merokok, minum – minuman keras, menggunakan obat – obatan, dan terlibat dalam perbuatan seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra citra yang mereka inginkan.
4. Ciri – ciri remaja menurut Mighwar (2006) a. Ciri – ciri khas remaja awal
1) Tidak stabilnya emosi
Perasaan pada masa ini sangatlah peka, yaitu perasaan dan emosinya laksana embusan badai dan topan dalam kehidupan. karena itu tidak heran bila sikap dan sifat remaja yang sangat antusias bekerja tiba – tiba lebih lesu, dan dari sangat gembira menjadi sangat sedih, dari merasa percaya diri menjadi sangat ragu, termasuk dalam menentukan cita – cita.
2) Lebih menonjolnya sikap dan moral
Matangnya organ – organ seks mendorong remaja untuk mendekati lawan seksnya, sehingga kadang berperilaku berlebihan yang dinilai tidak sopan oleh sebagian masyarakat. 3) Mulai sempurnanya kemampuan mental dan kecerdasan
Pada awal remaja, kemampuan mental atau kemampuan berpikirnya mulai sempurna.
4) Membingungkannya status
Hal yang tidak hanya sulit ditentukan, tetapi membingungkan, adalah status remaja awal, sehingga orang dewasa sering memperlakukannya secara berganti – ganti, karena masih ragu memberi tanggung jawab dengan alasan mereka masih kanak – kanak.
5) Banyaknya masalah yang dihadapi
Banyak faktor yang menjadi masalah bagi remaja. selain adanya ciri – ciri remaja tersebut diatas, sifat emosional remaja awal juga menjadikannya banyak masalah.
6) Masa yang kritis
Kebimbangan remaja dalam menghadapi dan memecahkan atau menghindari suatu masalah menjadi indikasi kritisnya masa ini. bila remaja tidak mampu menghadapi dan menyelesaikan masalahnya, dia akan menjadi orang dewasa yang bergantung dengan orang lain. sebaliknya, apabila dia mampu menghadapi dan menyelesaikan masalahnya, hal itu akan menjadi bekal untuk menghadapi berbagai masalah selanjutnya hingga dewasa.
b. Ciri – ciri khas remaja akhir 1) Mulai stabil
Dalam aspek fisik dan psikis remaja menunjukkan peningkatan kestabilan emosi. kesempurnaan pertumbuhan bentuk jasmani membedakannya dengan masa remaja awal.
2) Lebih realistis
Memandang diri lebih tinggi atau lebih rendah dari keadaan sebenarnya sering terjadi pada masa remaja awal. Contohnya, remaja awal memandang dirinya jelek, padahal sebenarnya tampan atau cantik atau berpandangan sebaliknya.
3) Lebih matang menghadapi masalah
Bila masa remaja awal menghadapi masalah dengan sikap bingung dan tingkah laku yang tidak efekif, remaja akhir menghadapinya dengan lebih matang. kematangan itu ditunjukkan dengan usaha pemecahan masalah – masalah yang dihadapi baik secara sendiri maupun diskusi dengan teman sebaya.
4) Lebih tenang perasaannya
Secara umum pada masa remaja akhir, remaja lebih tenang dalam menghadapi masalah – masalahnya dibanding dengan masa remaja awal. remaja akhir, jarang memperlihatkan kemarahan, kesedihan, dan kecewa, sebagaimana terjadi pada masa remaja awal.
5. Tugas Perkembangan (Hurlock, 2003)
Banyak tuntutan dan faktor-faktor sosial, religious, serta nilai dan norma yang mendorong remaja memikul beban tugas dan tanggung jawab. Menurut R.J.Havighurst tugas perkembangan adalah petunjuk yang memungkinkan seseorang untuk mengerti dan memahami harapan atau tuntutan masyarakat dan lingkungan lain terhadap seseorang dalam usia tertentu. Arti ini mengandung makna pertama, dari segi orang dewasa, dia dapat mengetahui hal-hal yang harus diajarkan kepada anak-anak sesuai dengan yang diharapkan oleh lingkungannya (khusus bagi masa anak-anak) dan mengetahui hal-hal yang harus ditanamkan dan dikuatkan dalam membimbing seorang anak dalam masa remaja. Kedua, dari segi anak yang sadar menuju kedewasaanya, dia dapat
mengetahui hal-hal yang harus dipelajari dan dikuasai dalam masa kehidupan tertentu yang sesuai dengan tuntutan masyarakat dan lingkungannya yang lebih luas.
Karl C.Garrison membagi tugas perkembangan menjadi enam kelompok berikut :
a. Menerima kondisi jasmani
Pada masa remaja ini, anak menjadi tumbuh cepat yang mengarahkannya pada bentuk orang dewasa, pertumbuhan ini juga diiringi dengan perkembangan sikap dan citra diri. Remaja putri sering mendambakan bintang pujaannya yang memiliki wajah cantik dan bertubuh langsing. Mereka sering membandingkan dirinya dengan teman sebayanya, sehingga akan cemas bila kondisinya tidak seperti bintang pujaannya atau teman sebanyanya.
b. Mendapatkan hubungan baru dengan teman-teman sebayanya yang berlainan jenis
Kematangan seksual yang dicapai sejak awal masa remaja mendorong remaja untuk menjalin hubungan sosial terutama dengan lawan jenisnya. Mereka ingin mendapat penerimaan dari kelompok teman sebaya lawan jenis ataupun sesaama jenis agar merasa dibutuhkan dan dihargai.
c. Menerima kondisi dan belajar hidup sesuai jenis kelaminnya
Pada masa ini, perbedaan fisik antara laki-laki dan perempuan tampak jelas lalu berkembang matang pada masa dewasa. Apabila remaja memiliki bentuk tubuh yang tidak memuaskan mereka akan menyesali dirinya sendiri. Padahal mereka seharusnya menerima kondisinya dengan penuh tanggung jawab.
d. Mendapatkan kebebasan emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya
Bebas dari ketergantungan emosional merupakan tugas perkembangan penting yang dihadapi oleh setiap remaja. Apabila remaja tidak memiliki kebebasan emosional mereka akan menemui
berbagai kesulitan dalam masa selanjutnya, tidak bisa membuat keputusan sendiri dan bertanggung jawab atas pilihan yang ditempuhnya.
e. Mendapatkan kesanggupan berdiri sendiri dalam hal-hal yang berkaitan dalam masalah ekonomi
Kelak para remaja akan hidup sebagai orang dewasa, kesanggupan disini mencakup dua tugas yaitu; pertama, mencari sumber keuangan atau pemasukan. Dalam hal ini remaja diharapkan belajar untuk lepas dari bantuan orang tua dengan mendapatkan pekerjaan. Kedua, pengelolaan keuangan, dalam hal ini remaja diharapkan mampu mengatur pengeluarannya.
f. Memperoleh Nilai-nilai dan Filsafat hidup
Remaja seringkali sulit menerima kondisi fisiknya bila sejak kanak-kanak mereka telah mengagungkan konsep tentang penampilan diri pada waktu dewasa. Tugas untuk mengembangkan perilaku social yang bertanggung jawab berkaitan erat dengan masalah perkembangan nilai-nilai yang selaras dengan dunia orang dewasa yang akan dimasuki. Kebanyakan remaja ingin diterima oleh teman-teman sebayanya tetapi orang dewasa menganggap perilaku remaja ini diartikan bahwa mereka belum bisa bertanggung jawab.
6. Keadaan emosi selama masa remaja (Hurlock,2003)
Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode badai dan tekanan, suatu masa di mana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Tidak semua remaja mengalami masa badai dan tekanan, namun benar juga apabila sebagian remaja mengalami ketidakstabilan dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian diri pada pola perilaku baru dan harapan sosial yang baru. Misalnya, masalah yang berhubungan dengan percintaan merupakan masalah yang pelik pada periode ini. Menurut Gisell dan
kawan – kawan dalam Hurlock, remaja empat belas tahun sering kali mudah marah, mudah dirangsang, dan emosinya cenderung meledak, tidak berusaha mengendalikan perasaannya. Sebaliknya, remaja enam belas tahun mengatakan bahwa mereka tidak punya keprihatinan. Jadi adanya badai dan tekanan dalam periode ini berkurang menjelang berakhirnya awal masa remaja.
a. Pola emosi pada masa remaja
Pola emosi remaja adalah masih sama dengan pola emosi masa kanak – kanak. Perbedaannya terletak pada rangsangan rangsangan yang membangkitkan emosi dan derajat, dan khususnya padapengandalian latihan individu terhadap ungkapan emosi mereka. Remaja tidak lagi mengungkapkan amarahnya dan dengan cara gerakan amarah yang meledak – ledak, melainkan dengan menggerutu, tidak mau berbicara, atau dengan suara keras mengkritik orang – orang yang menyebabkan amarah.
b. Kematangan emosi
Anak laki – laki dan perempuan dikatakan sudah mencapai kematangan emosi apabila pada akhir masa remaja tidak meledakkan emosinya di hadapan orang lain melainkan menunggu saat dan tempat yang lebih tepat untuk mengungkapkan emosinya dengan cara – cara yang lebih dapat diterima. Petunjuk kematangan emosi yang lain adalah bahwa individu menilai situasi kritis terlebih dahulu sebelum bereaksi secara emosional, tidak lagi bereaksi tanpa berpikir sebelumnya seperti anak – anak atau orang yang tidak matang.
B. Stres
1. Pengertian
Menurut Santrock, 2003 stres adalah respon individu terhadap keadaan atau kejadian yang memicu stres (stresor), yang mengancam dan mengganggu kemampuan seseorang untuk menanganinya (coping).
Stres adalah respon tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap kebutuhan tubuh yang terganggu, suatu fenomena universal yang terjadi dalam kehidupan sehari – hari dan tidak dapat dihindari, setiap orang mengalaminya, stres memberi dampak total pada individu yaitu terhadap fisik, psikologis, intelektual, sosial dan spiritual, stres dapat mengancam keseimbangan fisiologis (Rasmun, 2004).
2. Jenis stres ( Wangsa, 2009)
a. Eustress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat, positif dan konstruktif atau bersifat membangun. Hal tersebut termasuk kesejahteraan individu dan juga organisasi yang diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan adaptasi dan tingkat performance yang tinggi.
b. Distress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang yang bersifat tidak sehat, negatif, dan destruktif atau bersifat merusak. Hal tersebut termasuk konsekuensi individu dan juga organisasi seperti penyakit kardiovaskuler dan tingkat ketidakhadiran (absenteeism) yang tinggi, yang diasosiasikan dengan keadaan sakit, penurunan dan kematian.
3. Stresor
Menurut Perry Potter 2005, stimulasi yang mengawali atau mencetuskan perubahan disebut stresor. Stresor menunjukkan suatu kebutuhan yang tidak terpenuhi dan kebutuhan tersebut bisa saja kebutuhan fisiologis, psikologis, sosial, lingkungan, perkembangan, spiritual, atau kebutuhan kultural. stresor secara umum dapat diklasifikasikan sebagai stresor internal dan eksternal. Stresor internal berasal dari dalam diri seseorang (misalnya, demam, kondisi seperti kehamilan atau menopouse, atau keadaan emosi yang seperti rasa bersalah). Stresor eksternal berasal dari luar diri seseorang (misalnya,
perubahan bermakna dalam suhu lingkungan, perubahan dalam peran keluarga atau sosial, atau tekanan dari pasangan).
4. Sumber stres (Rasmun, 2004)
Sumber stres dapat berasal dari dalam tubuh dan luar tubuh, terjadinya stres yang disebabkan stressor dirasakan dan dipersepsikan oleh individu sebagai suatu ancaman sehingga menimbulkan kecemasan yang merupakan tanda umum dan awal dari gangguan kesehatan fisik psikologis, contohnya dapat berupa :
a. Biologik : mikroba atau bakteri, virus dan jasad renik lainnya, hewan binatang, bermacam tumbuhan dan makhluk hidup lainnya yang dapat mempengaruhi kesehatan misalnya : tumbuhnya jerawat (acne), demam, digigit binatang,dan lain - lain.
b. Fisik : perubahan iklim, alam, suhu, cuaca, geografi, yang meliputi tempat tinggal, domisili, demografi berupa jumlah anggota dalam keluarga, nutrisi, radiasi kepadatan penduduk, imigrasi, kebisingan. c. Kimia : dari dalam tubuh dapat berupa serum darah dan glukosa
sedangkan dari luar tubuh dapat berupa obat, pengobatan, pemakaian alkohol, nekotin cafein, polusi udara, gas beracun, insektisida, pencemaran lingkungan, bahan – bahan kosmetika, bahan – bahan pengawet, pewarna, dan lain – lain.
d. Psikologik : labeling (penamaan) dan prasangka, ketidakpuasan terhadap diri sendiri, kekejaman (aniaya, perkosaan) konflik peran, percaya diri rendah, perubahan ekonomi, emosi yang negatif, dan kehamilan.
e. Spiritual : adanya persepsi negatif terhadap nilai – nilai ke- Tuhanan.
5. Gejala – gejala stres (Hardjana, 1994) a. Gejala fisikal
Gejala stres yang dialami seperti sakit kepala, sulit tidur (insomnia), sakit punggung terutama bagian bawah, gatal – gatal
pada kulit, pencernaan terganggu, tekanan darah tinggi, ketegangan otot pada area leher dan bahu, keringat berlebihan, berubah selera makan serta kelelahan ditambah dengan banyak melakukan kesalahan dalam kerja dan hidup.
b. Gejala Emosional
Biasanya seseorang mengalami kecemasa, sedih, mood berubah dengan cepat, mudah marah, gugup, merasa harga diri turun atau tidak aman sensitif, mudah menyerang dan bermusuhan, kehabisan sumber daya mental (burn out). Pada gejala ini apabila tidak teratasi dengan cepat perlu ditolong kepsikolog atau psikiater. c. Gejala Intelektual
Adalah sulit berkonsentrasi, sulit membuat keputusan, mudah lupa, pikiran kacau, daya ingat menurun, melamun berlebihan, pikiran dipenuhi dengan satu pikiran saja, kehilangan rasa humor yang sehat, dan prestasi atau produktivitas kerja yang menurun serta bertambahnya jumlah kekeliruan yang dibuat.
d. Gejala Interpersonal
Stres mempengaruhi hubungan dengan orang lain, baik di dalam maupun diluar rumah. Gejalanya antara lain : kehilangan kepercayaan dari orang lain, mudah mempermasalahkan orang lain, tidak memenuhi janjinya, suka mencari – cari kesalahan orang lain atau menyerang orang dengan kata – kata, terlalu membentengi diri “mendiamkan” orang lain.
6. Respon terhadap stres a. Respon fisiologis
Menurut selye, 1994 mengemukakan istilah General Adaptation Syndrome (GAS) yang terdiri dari rangkaian tahapan reaksi fisiologis terhadap stresor :
1) Reaksi alarm
Pada tahapan ini arousal yang terjadi pada tubuh organisme berada di bawah normal yang selanjutnya meningkat di atas normal. Pada akhir tahapan ini, tubuh melindungi organisme terhadap stresor. Tetapi tubuh tidak dapat mempertahankan intensitas arousal dari alarm reaction dalam aktu uang sangat lama.
2) Tahapan resisten
Pada tahap ini tubuh bertahan untuk melawan dan beradaptasi dengan stresor. Respon fisiologis menurun, tetapi masih tetap lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi normal.
3) Tahap kehabisan tenaga
Respon fisiologis masih terus berlangsung. Hal ini dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan menguras energi tubuh, sehingga terjadi kelelahan pada tubuh. Stresor yang terus terjadi akan mengakibatkan penyakit dan kerusakan fisiologis dan dapat menyebabkan kematian.
b. Respon Psikologis 1) Kognisi
Stres dapat melemahkan ingatan dan perhatian dalam aktivitas kognitif. Stresor berupa kebisingan dapat menyebabkan defisit kognitif pada anak – anak.
2) Emosi
Emosi cenderung terkait dengan stres. Individu sering menggunakan keadaan emosionalnya untuk mengevaluasi stres. Proses penilaian kognitif dapat mempengaruhi stres dan pengalaman emosional. Rreaksi emosional terhadap stres yaitu seperti rasa takut, phobia, kecemasan, depresi, perasaan sedih, dan rasa marah.
3) Perilaku sosial
Stres dapat mengubah perilaku individu terhadaporang lain. Individu dapat berperilaku menjadi positif maupun negatif. Stres yang diikuti dengan rasa marah menyebabkan perilaku sosial negatif cenderung meningkat sehingga dapat menimbulkan perilaku agresif.
7. Tingkat stres (potter & perry dalam rasmun, 2004) a. Stres ringan
Biasanya tidak merusak aspek fisiologis, sebaliknya stres sedang dan berat mempunyai resiko terjadinya penyakit, stres ringan umumnya dirasakan oleh setiap orang misalnya : lupa ketiduran, kemacetan, dikritik. Situasi seperti ini biasanya dalam beberapa menit atau beberapa jam. Situasi seperti ini nampaknya tidak akan menimbulkan penyakit kecuali jika dihadapi terus menerus.
b. Stres sedang
Terjadi lebih lama beberapa jam sampai beberapa hari contohnya kesepakatan yang belum selesai, beban kerja yang berlebihan, mengharapkan pekerjaan baru, anggota keluarga pergi dalam waktu yang lama, situasi seperti ini dapat bermakna bagi individu yang mempunyai faktor predisposisi suatu penyakit koroner. c. Stres berat
Adalah stres kronis yang terjadi beberapa minggu sampai beberapa tahun, misalnya hubungan suami istri yang tidak harmonis, kesulitan finansial dan penyakit fisik yang lama.
8. Metode untuk mengatasi stres (Hardjana, 1994) a. Pendekatan farmakologis (pharmalogical)
Pendekatan ini dilakukan dokter yang juga ahli psikiatri. Pendekatan ini memanfaatkan obat – obat penenang dan umumnya bersifat sementara. Cara kerjanya rumit, tidak mudah dijelaskan bagi orang awam dibidang kedokteran dan psikiatri. Pendekatan ini berfokus untuk mempengaruhi sistem saraf (nervous sistem), bisa berada di pusat (central), bisa juga disekelilingnya (peripheral). Jadi pendekatan farmakologi boleh disebut sebagai cara pengelolaan stres awal sebelum pada waktunya orang dibantu untuk mengelola stres yang dialami dengan sungguh – sungguh, dalam arti masalah sendiri dikelola.
b. Pendekatan perilaku (bahavioral)
Pendekatan ini yang terarah pada perilaku, bentuknya antara lain relaksasi, desentasisasi sintetesis, umpan balik, meniru orang lain. c. Pendekatan kognitif
Metode ini dilakukan untuk membantu orang dalam mengatasi stresnya karena kekurangan atau kesalahan pengertian. Intinya metode kognitif merupakan pemahaman untuk mengatasi stres diciptakan untuk mengatur kembali pola berfikirnya. Mengatur kembali pola berfikir pada dasarnya merupakan proses menggantikan pikiran atau keyakinan yang mengurangi penilaian orang yang menderita stres terhadap ancaman atau kerugian yang dapat diakibatkan oleh hal, peristiwa, orang yang dihadapinya. d. Meditasi dan hipnosis
Stres dapat mempengaruhi gejolak mental. Metode meditasi dan hipnosis merupakn salah satu cara yang efektif. Meditasi merupakan cara untuk memusatkan diri dan perhatian pada suatu objek, pemikiran atau bayangan. Tujuannya dalam mengelola stres adalah menambah kemampuan orang yang terkena stres berhadapan dengan hal, peristiwa, orang, keadaan yang
mengakibatkan stres dengan menciptakan tanggapan rileks, tenang, sebagai alternatif tanggapan terhadap stres tersebut. Hipnosis merupakan perubahan kesadaran yang dihasilkan lewat sugesti tertentu dan dalam keadaan berubah itu orang dapat dibantu mengubah pemahaman, ingatan, dan perilaku. Tanpa ada orang yang ahli dan dan orangnya sendiri tidak dapat dihipnosis, metode hipnosis tidak dapat dilaksanakan.
e. Terapi Musik
Metode ini salah satu cara untuk membantu mengatasi stres. Jika kadar stres pada seseorang terlalu tinggi maka sistem kekebalan tubuhnya akan berkurang oleh sebab itu seseorang perlu mewaspadai dirinya dari kondisi stres yang berlebihan. Manfaat musi salah satunya yaitu untuk mengendalikan diri.
9. Stres pada remaja
Menurut Garfinkel (dalam Walker, 2002) mengatakan secara umum penyebab stres pada remaja adalah :
a. Perbedaan pendapat dengan orang tua b. Putus dengan kekasih
c. Bertengkar dengan saudara perempuan dan laki – laki d. Perubahan status ekonomi pada orang tua
e. Sakit yang diderita oleh anggota keluarga f. Masalah dengan teman sebaya
g. Masalah dengan orang tua
Menurut Walker (2002), ada tiga faktor yang menyebabakan remaja menjadi stres, yaitu :
a. Faktor biologis
1) Sejarah depresi dan bunuh diri di dalam keluarga 2) Penggunaan alkohol dan obat – obatan dalam keluarga 3) Siksaan secara seksual dan fisik di dalam keluarga
5) Sejarah keluarga atau individu dari kelainan psikiatrus seperti kelainan makanan, skizoprenia, manik depresi, gangguan perilaku dan kejahatan.
6) Kematian salah satu anggota keluarga
7) Ketidakmampuan belajar atau ketidakmampuan mental atau fisik 8) Perceraian orang tua
9) Konflik dalam keluarga b. Faktor kepribadian
1) Tingkah laku impulsif, obsesif dan ketakutan yang tidak nyata 2) Tingkah laku agresif dan antisosial
3) Penggunanaan dan ketergantungan obat terlarang
4) Hubungan sosial yang buruk dengan orang lain, menyalahkan diri sendiri dan merasa bersalah
5) Masalah dengan makan dan tidur c. Faktor psikologis dan sosial
1) Kehilangan orang yang dicintai, seperti kematian teman atau anggota keluarga, putus cinta, kepindahan teman dekat atau keluarga
2) Tidak dapat memenuhi harapan orang tua seperti kegagalan dalam mencapai tujuan, tinggal kelas dan penolakan sosial
3) Tidak dapat menyelesaiakan konflik dengan anggota keluarga, teman sebaya, guru, pelatih, yang dapat mengakibatkan kemarahan, frustasi dan penolakan
4) Pengalaman yang dapat membuatnya merasa rendah diri dapat mengakibatkan remaja kehilangan harga diri atau penolakan 5) Pengalaman buruk seperti hamil atau masalah keuangan
10. Cara Pengukuran Tingkat Stres atau instrumen pengukuran tingkat stres
Instrumen memiliki peran penting dalam sebuah penelitian. instrumen berperan dalam memperoleh data yang digunakan dari
sebuah penelitian, untuk selanjutnya diteliti dan ditarik kesimpulan sebagai hasil penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan instrumen atau alat pengumpul data dengan angket atau kuesioner untuk alat ukur tingkat stres. Tingkat stres adalah hasil penilaian terhadap berat ringannya stres yang dialami seseorang (Hardjana, 1994). Tingkatan stres ini diukur dengan menggunakan Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42) oleh Lovibond & Lovibond (1995).
DASS adalah seperangkat skala subyektif yang dibentuk untuk mengukur status emosional negatif dari depresi, kecemasan dan stres. DASS 42 dibentuk tidak hanya untuk mengukur secara konvensional mengenai status emosional, tetapi untuk proses yang lebih lanjut untuk pemahaman, pengertian, dan pengukuran yang berlaku di manapun dari status emosional, secara signifikan biasanya digambarkan sebagai stres. DASS dapat digunakan baik itu oleh kelompok atau individu untuk tujuan penelitian. Tingkatan stres pada instrumen ini berupa normal, ringan, sedang, berat, sangat berat. Psychometric Properties of The Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS) terdiri dari 42 item, yang mencakup 3 subvariabel, yaitu fisik, emosi/psikologis, dan perilaku. Jumlah skor dari pernyataan item tersebut, memiliki makna 0-29 (normal), 30-59 (ringan), 60-89 (sedang), 90-119 (berat), >120 (Sangat berat).
C. Terapi Musik 1. Pengertian
Musik adalah kesatuan dari kumpulan suara melodi, ritme dan harmoni yang dapat membangkitkan emosi. Musik adalah bunyi yang diterima oleh individu yang berbeda – beda berdasarkan sejarah, lokasi, budaya, dan selera seseorang (Rasyid, 2010).
Terapi adalah serangkaian upaya yang dirancang untuk membantu atau menolong orang lain. Terapi musik adalah sebuah terapi kesehatan yang menggunakan musik untuk meningkatkan dan
memperbaiki kondisi fisik, kognitif dan sosial bagi individu dalam berbagai usia (Djohan, 2006).
Menurut Federasi Terapi Musik Dunia (WMFT) mengemukakan terapi musik adalah penggunaan musik dan atau elemen musik (suara, irama, melodi, dan harmoni) terhadap klien atau kelompok dalam proses membangun komunikasi, meningkatkan relasi interpersonal, belajar, meningkatkan mobilitas, mengungkapkan ekspresi menata diri untuk mencapai berbagai tujuan terapi lainnya (Djohan, 2006).
Terapi musik ialah penggunaan bunyi dan musik dalam memunculkan hubungan antara individu dan terapis untuk mendukung dan menguatkan secara fisik, mental, sosial, dan emosi. Penggunaan bunyi dan musik dapat berbagai cara, misalnya bermain musik bersama dengan improvisasi bebas. Musik sudah lama menjadi bagian dari kehidupan manusia yang mampu membuat seseorang terhibur, terlena, atau mengenang kembali (Kompas, 2010).
Metode terapi musik pertama kali ditemukan di Amerika tahun 1950-an. Pada tahun 1970-an, Mary Priestly mengembangkan analytical music therapy ketika bekerja sebagai terapis musik d sebuah rumah sakit jiwa. Di tahun 2007 sebuah studi membuktikan bahwa terapi musik secara dramatis mampu meningkatkan kondisi fisik dan mental pasien paliatif atau pasien yang sedang menghadapi kematiannya. Dalam studi yang dilakukan para peneliti dari Cleveland Music School Settlement tersebut diketahui terapi musik secara signifikan menurunkan rasa gelisah dan sakit yang dirasakan pasien serta membuat pasien bernapas lebih tenang. Sekitar 80 persen dari 200 responden juga mengaku mood mereka menjadi lebih baik, demikian juga dengan para keluarganya (Djohan, 2006).
2. Macam terapi musik (Satiadarma, 2004)
Dalam dunia penyembuhan dengan musik, dikenal 2 macam terapi musik, yaitu:
a. Terapi Musik Aktif
Dalam terapi musik aktif klien diajak bernyanyi, belajar memainkan alat musik, menirukan nada-nada, bahkan membuat lagu singkat. Dengan kata lain pasien berinteraksi aktif dengan dunia musik. Untuk melakukan Terapi Musik atif tentu saja dibutuhkan bimbingan seorang pakar yang kompeten dalam bermain musik.
b. Terapi Musik Pasif
Terapi musik pasif merupakan terapi musik yang murah, mudah dan efektif. Hanya dengan mendengarkan dan menghayati suatu alunan musik tertentu yang disesuaikan dengan masalahnya. Hal terpenting dalam Terapi Musik Pasif adalah pemilihan jenis musik dapat sesuai dengan kebutuhan.
3. Jenis – jenis aliran musik a. Musik klasik
Musik klasik merupakan istilah yang biasanya mengacu pada musik yang dibuat di atau berakar dari tradisi kesenian barat (Rasyid, 2010).
Musik klasik memiliki kejernihan, keanggunan, kebeningan. Musik ini mampu memperbaiki konsentrasi dan ingatan (campbell, 2001). Sampai saat ini jenis musik klasik banyak dimanfaatkan untuk pendidikan, relaksasi, konseling, dan terapi. Musik klasik dianggap paling aman karena apabila dibandingkan dengan jenis musik yang lain musik klasik belum berfokus pada nuansa emosional, tetapi lebih berfokus pada keseimbangan bentuk dan struktur serta bersifat stabil karena iramanya dan harmoninya tidak bergejolak. Selain itu musik klasik memiliki penekanan terhadap melodi, harmoni yang seimbang dan ritme yang konstan (Satiadarma, 2005).
b. Musik Jazz
Musik Jazz adalah aliran musik yang berasal dari Amerika Serikat pada awal abad ke 20 dengan akar – akar musik dari Afrika dan Eropa. Musik ini banyak menggunakan gitar, trombon, piano, terompet, dan saxophone. (Rasyid, 2010).
Musik jazz memberikan kegembiraan dan memberi ilham, melepaskan rasa gembira maupun kesedihan mendalam, membawa kecerdasan dan menegaskan kemanusiaan bersama (campbell, 2001).
c. Musik Rock
Musik Rock adalah genre musik populer yang mulai diketahui secara umum pada pertengahan tahun 1950-an. Bunyi khas musik rock sering berkisar sekitar gitar listrik (Rasyid, 2010). Musik Rock dapat menggugah nafsu, merangsang gerakan aktif, melepaskan ketegangan dan menutup rasa sakit. Musik tersebut juga dapat menciptakan ketegangan, stres dan rasa sakit didalam tubuh apabila tidak dalam suasana batin untuk dihibur secara energik (Campbell, 2003).
d. Musik Rakyat (Musik Tradisional)
Musik rakyat atau musik tradisional adalah musik yang hidup di masyarakat secara turun temurun, dipertahankan sebagai sarana hiburan. Tiga komponen yang saling mempengaruhi di antaranya seniman, musik itu sendiri, dan masyarakat penikmatnya (Rasyid,2010).
e. Musik Keagamaan
Musik keagamaan antara lain terdiri dari 1) Kasidah
Adalah bentuk syair epik kesusateraan arab yang dinyanyikan. Penyanyi menyanyikan lirik berisi pujian – pujian (dakwah
keagamaan, dan satir) untuk kaum muslim. Lagu kasidah modern liriknya juga dibuatb dalam bahasa. Alat musik yang digunakan adalah rebana dan mandolin, disertai alat – alat modern misalnya biola, gitar, kibord (Rasyid, 2010).
2) Nasyid
Adalah salah satu seni tarik suara islam. Syairnya merupakan nyayian yang bercorak islam dan mengandung nasihat, kisah para nabi, memuji Allah, dan sejenisnya. Nasyid dinyanyikan secara akapela dengan hanya diiringi gendang. Pada awalnya yang dinyanyikan adalah syair – syair asli berbahasa arab. Namun akhirnya berkembang dengan bahasa indonesia dengan tema yang semakin luas (Rasyid, 2010).
4. Manfaat terapi musik (Djohan, 2006) Ada beberapa manfaat terapi musik yaitu :
a. Relaksasi, Mengistirahatkan Tubuh dan Pikiran
Manfaat yang pasti dirasakan setelah melakukan terapi musik adalah perasaan rileks, tubuh lebih bertenaga dan pikiran lebih fresh. Terapi musik memberikan kesempatan bagi tubuh dan pikiran untuk mengalami relaksasi yang sempurna. Dalam kondisi relaksasi (istirahat) yang sempurna itu, seluruh sel dalam tubuh akan mengalami re-produksi, penyembuhan alami berlangsung, produksi hormon tubuh diseimbangkan dan pikiran mengalami penyegaran.
b. Meningkatkan Kecerdasan
Sebuah efek terapi musik yang bisa meningkatkan intelegensia seseorang disebut Efek Mozart. Hal ini telah diteliti secara ilmiah oleh Frances Rauscher et al dari Universitas California. Penelitian lain juga membuktikan bahwa masa dalam kandungan dan bayi adalah waktu yang paling tepat untuk menstimulasi otak anak agar menjadi cerdas. Hal ini karena otak anak sedang dalam masa
pembentukan, sehingga sangat baik apabila mendapatkan rangsangan yang positif. Ketika seorang ibu yang sedang hamil sering mendengarkan terapi musik, janin di dalam kandungannya juga ikut mendengarkan. Otak janin pun akan terstimulasi untuk belajar sejak dalam kandungan. Hal ini dimaksudkan agar kelak si bayi akan memiliki tingkat intelegensia yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang dibesarkan tanpa diperkenalkan pada musik.
c. Meningkatkan Motivasi
Motivasi adalah hal yang hanya bisa dilahirkan dengan perasaan dan mood tertentu. Apabila ada motivasi, semangat pun akan muncul dan segala kegiatan bisa dilakukan. Begitu juga sebaliknya, jika motivasi terbelenggu, maka semangat pun menjadi luruh, lemas, tak ada tenaga untuk beraktivitas. Dari hasil penelitian, ternyata jenis musik tertentu bisa meningkatkan motivasi, semangat dan meningkatkan level energi seseorang.
d. Pengembangan Diri
Musik ternyata sangat berpengaruh terhadap pengembangan diri seseorang. Hati-hati, karena musik yang Anda dengarkan menentukan kualitas pribadi Anda. Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa orang yang punya masalah perasaan, biasanya cenderung mendengarkan musik yang sesuai dengan perasaannya. Misalnya orang yang putus cinta, mendengarkan musik atau lagu bertema putus cinta atau sakit hati. Dan hasilnya adalah masalahnya menjadi semakin parah. Dengan mengubah jenis musik yang didengarkan menjadi musik yang memotivasi, dalam beberapa hari masalah perasaan bisa hilang dengan sendirinya atau berkurang sangat banyak. Dan jika Anda mau, Anda bisa mempunyai kepribadian yang Anda inginkan dengan cara mendengarkan jenis musik yang tepat.
e. Meningkatkan Kemampuan Mengingat
Terapi musik bisa meningkatkan daya ingat dan mencegah kepikunan. Hal ini bisa terjadi karena bagian otak yang memproses musik terletak berdekatan dengan memori. Sehingga ketika seseorang melatih otak dengan terapi musik, maka secara otomatis memorinya juga ikut terlatih. Atas dasar inilah terapi musik banyak digunakan di sekolah-sekolah modern di Amerika dan Eropa untuk meningkatkan prestasi akademik siswa. Sedangkan di pusat rehabilitasi, terapi musik banyak digunakan untuk menangani masalah kepikunan dan kehilangan ingatan.
f. Kesehatan Jiwa
Seorang ilmuwan Arab, Abu Nasr al-Farabi (873-950M) dalam bukunya ''Great Book About Music'', mengatakan bahwa musik membuat rasa tenang, sebagai pendidikan moral, mengendalikan emosi, pengembangan spiritual, menyembuhkan gangguan psikologis. Pernyataannya itu tentu saja berdasarkan pengalamannya dalam menggunakan musik sebagai terapi. Sekarang di zaman modern, terapi musik banyak digunakan oleh psikolog maupun psikiater untuk mengatasi berbagai macam gangguan kejiwaan, gangguan mental atau gangguan psikologis. g. Mengurangi Rasa Sakit
Musik bekerja pada sistem saraf otonom yaitu bagian sistem saraf yang bertanggung jawab mengontrol tekanan darah, denyut jantung dan fungsi otak, yang mengontrol perasaan dan emosi. Menurut penelitian, kedua sistem tersebut bereaksi sensitif terhadap musik. Ketika kita merasa sakit, kita menjadi takut, frustasi dan marah yang membuat kita menegangkan otot-otot tubuh, hasilnya rasa sakit menjadi semakin parah. Mendengarkan musik secara teratur membantu tubuh relaks secara fisik dan mental, sehingga membantu menyembuhkan dan mencegah rasa sakit. Dalam proses persalinan, terapi musik berfungsi mengatasi kecemasan dan
mengurangi rasa sakit. Sedangkan bagi para penderita nyeri kronis akibat suatu penyakit, terapi musik terbukti membantu mengatasi rasa sakit.
h. Menyeimbangkan Tubuh
Menurut penelitian para ahli, stimulasi musik membantu menyeimbangkan organ keseimbangan yang terdapat di telinga dan otak. Jika organ keseimbangan sehat, maka kerja organ tubuh lainnya juga menjadi lebih seimbang dan lebih sehat.
i. Meningkatkan Kekebalan Tubuh
John Diamond dan David Nobel, telah melakukan riset mengenai efek dari musik terhadap tubuh manusia dimana mereka menyimpulkan bahwa: Apabila jenis musik yang kita dengar sesuai dan dapat diterima oleh tubuh manusia, maka tubuh akan bereaksi dengan mengeluarkan sejenis hormon (serotonin) yang dapat menimbulkan rasa Nikmat dan senang sehingga tubuh akan menjadi lebih kuat (dengan meningkatnya sistem kekebalan tubuh) dan membuat kita menjadi lebih sehat.
D. Terapi Musik Untuk Penurunan Tingkat Stres
Terapi musik adalah sebuah terapi kesehatan yang menggunakan musik untuk meningkatkan dan memperbaiki kondisi fisik, kognitif dan sosial bagi individu dalam berbagai usia (Djohan, 2006). Stres adalah respon tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap kebutuhan tubuh yang terganggu, suatu fenomena universal yang terjadi dalam kehidupan sehari – hari dan tidak dapat dihindari, setiap orang mengalaminya, stres memberi dampak total pada individu yaitu terhadap fisik, psikologis, intelektual, sosial dan spiritual, stres dapat mengancam keseimbangan fisiologis (Rasmun, 2004).
Musik dianggap dapat berpengaruh dalam penurunan tingkat stres pada dasarnya harmonisasi nada dan irama musik mempengaruhi kesan harmoni di dalam diri kita. Jika harmoni musik setara dengan irama
internal tubuh kita, maka musik akan memberikan kesan yang menyenangkan, sebaliknya jika harmoni musik tidak setara dengan irama internal tubuh kita, maka musik akan memberikan kesan yang kurang menyenangkan. Karena musik dihasilkan oleh adanya getaran udara, bukan hanya organ pendengaran atau telinga saja yang mampu menangkap stimulus musik, tetapi saraf pada kulit juga turut merasakannya. Demikian pula organ vestibul (pada sekitar belakang telinga) yang merupakan alat keseimbangan manusia memperoleh dampak yang berarti dari adanya musik (Satiadarma, 2004).
Dari hasil Penelitian Regina dan Prabowo tahun 2007 mengenai treatment meta musik untuk menurunkan stres dengan metoda mendengarkan musik pada mahasiswa yang berusia 19 - 24 tahun, hasilnya menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan terhadapa stres sebelum dan sesudah perlakuan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa meta musik dapat digunakan dalam menurunkan stres pada mahasiswa. Selain itu terdapat penelitian dari Irma Rahmawati, Hartiah Haroen, Neti Juniarti mengungkapkan penurunan tingkat stres yang terjadi pada remaja khususnya remaja yang tinggal di Panti asuhan Yayasan Bening Nurani Kabupaten Sumedang, disebabkan karena pemberian terapi musik tersebut dapat menurunkan hormon adrenokortikotropik (ACTH) yang merupakan hormon stres.
Musik merupakan getaran udara harmonis yang ditangkap oleh organ pendengaran dan melalui saraf di dalam tubuh kita dan disampaikan ke susunan saraf pusat sehingga menimbulkan kesan tertentu di dalam diri kita. Akibatnya jika kita mendengarkan musik kita cenderung menghentakkan kaki pada lantai atau mengetukkan tangan pada meja, atau membayangkan iramanya di dalam diri kita sendiri (Satiadarma, 2004). Dengan demikian perasaan tegang, gundah, marah sebagai pemicu stres menjadi berkurang karena efek dari music yang bersifat menenangkan.
E. Kerangka teori
Dari tinjauan teori dapat dilihat kerangka teori sebagai berikut :
Skema 2.1 Kerangka Teori
Sumber : Hardjana (1994), Rasmun (2004) Sumber stress a. Biologik b. Fisik c. Kimia d. Psikologik e. Spiritual Stres Tingkat Stres : a. Stres Ringan b. Stres Sedang b. Stres Sedang
Metode Untuk Mengatasi Stres :
a. Pendekatan Farmakologis
b. Pendekatan Perilaku
c. Pendekatan Kognitif
d. Meditasi dan Hipnosis
F. Kerangka Konsep
Dari kerangka teori tersebut, maka dapat dirumuskan kerangka konsep sebagai berikut:
Variable independen Variable dependen
Skema 2.2 Kerangka Konsep
G. Variabel Penelitian
Variable dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel independen (variabel bebas) adalah Terapi Musik 2. Variabel dependen (variabel terikat) adalah Tingkat stres
H. Hipotesis
Adanya pengaruh terapi musik untuk penurunan tingkat stres pada remaja di panti asuhan yayasan kyai ageng majapahit.