• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BASIC LIFE SUPPORT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BASIC LIFE SUPPORT"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

BASIC LIFE SUPPORT (BLS) DENGAN PERILAKU PERAWAT

DALAM PELAKSANAAN PRIMARY SURVEY

DI RSUD dr.SOEDIRAN MANGUN SUMARSO

KABUPATEN WONOGIRI

SKRIPSI

“Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Guna Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan”

Oleh

AZIZ NUR FATHONI NIM. S10004

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2014

(2)

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa Naskah Skripsi yang berjudul :

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BASIC LIFE SUPPORT (BLS) DENGAN PERILAKU PERAWAT

DALAM PELAKSANAAN PRIMARY SURVEY DI RSUD dr.SOEDIRAN MANGUN SUMARSO

KABUPATEN WONOGIRI

Oleh : Aziz Nur Fathoni

NIM S10004

Telat pertahankan di depan penguji pada tanggal 1 Juli 2014 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan.

Pembimbing Pendamping,

Ariyani, S.Kep.,Ns,M.Kes NIP: 196811231988032004 Pembimbing Utama,

Wahyu Rima A., S.Kep.,Ns.M.Kep NIK: 201279102

Penguji,

Wahyuningsih Safitri, S.Kep., Ns, M.Kep NIK: 200679022

Surakarta, 22 Juli 2014

Ketua Program StudiS-1 Keperawatan,

Wahyu Rima A., S.Kep.,Ns.M.Kep NIK: 201279102

(3)

Yang bertanda tagan dibawah ini : Nama : Aziz Nur Fathoni

NIM : S10.004

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di STIKes Kusuma Husada Surakarta maupun di perguruan tinggi lain.

2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukkan Tim Penguji.

3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.

Surakarta, 25 Juni 2014 Yang membuat pernyataan,

Aziz Nur Fathoni NIM. S10.004

iii

Yang membuat pernyataan,

(4)

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa yang telah memberi kekuatan jasmani maupun rohani sehingga penulis dapat menyelesaikan

Skripsi dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Basic Life Support (BLS) Dengan Perilaku Perawat Dalam Pelaksanan Primary Survey RSUD dr.Soediran Magun Sumarso Kabupaten Wonogiri” Skripsi ini sebagai tugas akhir dalam menyelesaikan studi di Program S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Dalam menyelesaikan penelitian ini penulis banyak mendapatkan pengarahan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan yang baik ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada :

1. Kedua Orang Tua yang telah memberikan semangat, dorongan, dan doa dalam penyusunan Skripsi ini.

2. Ibu Dra. Agnes Sri Harti M.Si selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta

3. Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns,.M.Kep selaku Ketua Prodi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta, dan sebagai pembimbing pertama yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan saran dalam penyusunan Skripsi ini hingga selesai.

4. Ibu Ariyani, S.Kep.,Ns,M.Kes selaku pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan saran dalam penyususn Skripsi ini hingga selesai.

(5)

Surakarta yang telah memberikan ilmu dan bimbingan pada penulis.

6. Kepala Ruang Rawat beserta staf di Ruang IGD RSUD dr.Soediran Magun Sumarso Kabupaten Wonogiri.

7. Sahabat-sahabat PAIDI yang telah banyak memberikan bantuan, dorongan dan semangat.

8. Teman-teman prodi S-1 yang telah memberikan dorongan baik material dan spiritual dalam pembuatan Skripsi ini.

9. Responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini.

10. Semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Harapan penulis, semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan terutama bagi penulis serta bermanfaat bagi mahasiswa STIKes Kusuma Husada Surakarta khususnya dan bagi Ilmu Keperawatan di Indonesia pada umumnya.

Surakarta, 25 Juni 2014 Peneliti

(6)

SAMPUL DALAM ... i

HALAMAN PENGASAHAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

DAFTAR SINGKATAN ... ivx

ABSTRACK ... xv ABSTRACT ... xvi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Rumusan Masalah ... 3 1.3. Tujuan ... 4 1.4. Manfaat Penelitian ... 4 1.5. Keaslian Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Teori Pengetahuan ... 9

2.1.1. Pengertian Pengetahuan ... 9

2.1.2. Tingkat Pengetahuan ... 9

(7)

2.1.4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengatahuan ... 11

2.1.5. Kriteria Tingkat Pengetahuan ... 13

2.2. Kajian Teori Basic Life Suport ... 13

2.2.1. Pengertian BLS ... 13

2.2.2. Indikasi BLS ... 13

2.2.3. Tujuan BLS ... 14

2.2.4. Langkah-langkah BLS ... 14

2.3. Kajian Teori Perilaku ... 23

2.3.1. Pengertian Perilaku ... 23

2.3.2. Bentuk Perilaku ... 23

2.3.3. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku ... 23

2.3.4. Teori Perilaku ... 24

2.3.5. Bentuk-Bentuk Perubahan Perilaku ... 26

2.3.6. Klasifiasi Perilaku ... 27

2.4. Kerangka Teori ... 28

2.5. Kerangka Konsep ... 28

2.6. Hipotesis Penelitian ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ... 30

3.2 Populasi dan Sampel ... 31

3.2.1 Populasi ... 31

3.2.2 Sampel ... 31

(8)

3.3.1 Tempat ... 31

3.3.2 Waktu ... 31

3.4 Variable, Definisi operasional, dan Skala Pengukuran ... 32

3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data ... 32

3.5.1 Alat Penelitian ... 32

3.5.2 Cara Pengupulan Data ... 33

3.5.3 Tahap Pengumpulan Data ... 34

3.5.4 Tahap Pelaksanaan ... 34

3.6 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data ... 35

3.6.1 Pengolahan Data ... 35 3.6.2 Analisa Data ... 36 3.7 Etika Penelitian ... 36 3.7.1 Informed Consent ... 36 3.7.2 Anonymity... 37 3.7.3 Kerahasiaan ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Lokasi Penelitian ... 38

4.2. Karakteristik Responden ... 39

4.2.1. Distribusi Frekuensi Jeis Kelamin Responden... 39

4.2.2. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan ... 40

4.2.3. Distribusi Frekuensi Pelatihan Gawat Darurat ... 40

4.2.4. Distribusi Frekuensi Tahun Pelatihan ... 40

(9)

4.3.1. Tingkat Pngetahuan Perawat Tantang BLS ... 41

4.3.2. Perilaku Perawat Dalam Pelaksanaan Primary Survey . 41 4.4. Analisa Bivariat ... 42

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Responden ... 44

5.1.1. Jenis Kelamin ... 44

5.1.2. Tingkat Pendidikan ... 44

5.1.3. Pelatihan Gawat Darurat ... 45

5.1.4. Tahun Platihan Gawat Darurat ... 45

5.2. Tingkat Pngetahuan Perawat Tantang BLS ... 46

5.3. Perilaku Perawat Dalam Pelaksanaan Primary Survey ... 46

5.4. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Perilaku Perawat Dalam Pelaksanaan Primary Survey ... 47

5.5. Keterbatasan Penelitian ... 48 BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan ... 49 6.2. Saran ... 50 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ix

(10)

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Tabel 3.1 Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Perawat IGD 2014 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tinggakt Pendidikan Perawat IGD 2014 Tabel 4.3 Distriusi Frekuensi Pelatihan Gawat Darurat Perawat IGD 2014 Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Tahun Pelatihan Perawat IGD 2014 Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Perawat IGD 2014 Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Perilaku Dalam Pelaksanaan Primary Survey

Perawat IGD 2014

Tabel4.7 Distribusi Frekuensi Chi Square Perawat IGD 2014 Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Fisher Perawat IGD 2014

(11)

Gambar 1. Periksa kesadaran Gambar 2. Panggil bantuan

Gambar 3. Posisi tangan kompresi dada Gambar 4. Melakukan penekanan Gambar 5. Head tilt and chin lift Gambar 6. Jaw thrust

Gambar 7. Menutup hidung dan posisi kepala ekstensi Gambar 8. Pemberian nafas mulut ke mulut

Gambar 9. Mouth to mask

Gambar 10. Dua orang dengan bag maskventilation

(12)

Lampiran 1. Jadwal Penelitian

Lampiran 2. F01. Usulan Topik Penelitian Lampiran 3. F02. Pengajuan Persetujuan Judul Lampiran 4. F04. Pengajuan Izin Studi Pendahuluan Lampiran 5. Surat Izin Studi Pendahuluan

Lampiran 6. Surat Izin Pendahuluan Rekomdensasi Kesbangpol Wonogiri Lampiran 7. Surat Izin Pendahuluan Pengantar Dari RSUD Dr.Soediran

Mangun Sumarso

Lampiran 8. F05. Lembar Oponent Ujian Sidang Skripsi Skripsi Lampiran 9. F06. Lembar Audience Ujian Sidang Skripsi Skripsi Lampiran 10. F07. Pengajuan Surat Izin Penelitiaan

Lampiran 11. Surat Izin Penelitian

Lampiran 12. Surat Izin Penelitian Rekomendasi Kesbangpol Wonogiri Lampiran 13. Surat Izin Penelitian RSUD Dr. Soediran Mangun Sumarso

Wonogiri

Lampiran 14. Surat Permohonan Menjadi Responden Lampiran 15. Surat Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 16. Kuisioner A

Lampiran 17. Kuisioner B

Lampiran 18. SOP RSUD dr.Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri

(13)

Mangun Sumarso Wonogiri Lampiran 20. Hasil Analisis SPSS

Lampiran 21. Lembar Konsultasi

(14)

AHA : American Health Association BLS : Basic Life Suport

BTCLS : Basic Trauma Cardiac Life Suport EMS : Emergency Medical System IGD : Instalasi Gawat Darurat MCI : Miocard Cardiac Infark

PPGD : Pertolongan Pertama Gawat Darurat RJP : Resusitasi Jantung Paru

RSUD : Rumahsakit Umum Daerah SOP : Standar Operasional Prosedur

(15)

STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 Aziz Nur Fathoni

Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Basic Life Support (BLS) Dengan Perilaku Perawat Dalam Pelaksanaan Primary Survey

Di Rsud Dr.Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri

ABSTRAK

Kejadian gawat darurat banyak terjadi setiap harinya, sehingga perlu mengetahui perilaku perawat dalam membeikan pelaksanaan primary survey terkait tentang pengetahuannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan perawat tentang Basic Life Support (BLS) dengan perilaku perawat dalam pelaksanaan Primary Survey di IGD.

Penelitian ini dilakukan di IGD RSUD dr soediran mangun sumarso kabupaten wonogiri. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan jenis rancangan descriptif corelational. Tehnik pengamilan sample dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling jenuh sebanyak 20 orang responden.

Hasil penelitian menunnjukkan bahwa tingkat pengetahuan perawat 75% dikategorikan baik dan 25% dikaegorikan cukup. Untuk perilaku perawat dalam pelaksanaan primary survey 80% di kategorikan terampil dan 20% di kategorikan kurang terampil, uji statistic ini menggunakan uji Fisher yaitu uji alternatif Chi Square dengan spss 18. Nila p value= 0,053 (p value <0,05) sehingga dapat di simpulkan bahwa Ho diterima yang artinya tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan perawat tentang basic life suport dengan perilaku perawat dalam pelaksanaan primary survey.

Tingkat pengetahuan perawat tentang basic life suport tidak berhubungan dengan perilaku perawat dalam pelaksanaan primary survey. Sehingga rumah sakit secara umum dan instalasi gawat darurat pada khususnya diharapkan dapat meningkatkan ketrampilan atau tindakan dalam keperawatan dan memberikan pelatihan kembali pada perawat agar seluruh perawat memiliki tingkat pengetahuan yang baik.

Kata Kunci : Pengetahuan basic life suport, perilaku perawat, primary survey. Daftar pustaka : 17 (2003-2013)

(16)

KUSUMA HUSADA SCHOOL OF HEALTH OF SURAKARTA 2014

Aziz Nur Fathoni

THE CORRELATION BETWEEN NURSES’ LEVEL OF KNOWLEDGE ON BASIC LIFE SUPPORT (BLS) AND THEIR BEHAVIOR IN THE

IMPLEMENTATION OF PRIMARY SURVEY AT

dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO LOCAL GENERAL HOSPITAL OF WONOGIRI REGENCY

ABSTRACT

The number of emergency incidences is large every day so that it is necessary to find out the nurses’ behavior in the implementation of primary survey related to their knowledge. The objective of this research is to investigate correlation between the nurses’ level of knowledge on basic life support (BLS) and their behavior in the implementation of Primary Survey (PS) at the emergency installation.

This research used the quantitative research method with the descriptive correlational design. It was conducted at the emergency installation of dr Soediran Mangun Sumarso of Wonogiri regency. The samples of the research were taken by means of the saturation sampling technique. They consisted of 20 respondents. The data of the research were analyzed by using the statistical analysis of Fisher’s Chi Square alternative test with the computer program of SPSS 18.

The result of the research shows that 75% of the nurses have a good knowledge category, and the rest, 25%, have a fair knowledge category. In term of behavior during the implementation of PS, 80% of the nurses have a skilled behavior category, and the rest, 20%, have less skilled behavior category. The

value of p is 0.053 which is smaller than 0.05. This indicates that Ho is verified,

meaning that there is not any correlation between the nurses’ level of knowledge on BLS and their behavior in the implementation of PS.

The nurses’ level of knowledge on BLS does not have any correlation to their behavior in the implementation of PS. Therefore, hospitals in general and emergency installations in particular are expected to improve the nursing skills of their nurses and to carry out training for their nursing so that all of them have a good knowledge level.

Keywords: Basic Life Support (BLS), nurses’ behavior, and Primary Survey (PS). References: 21 (2003-2013)

(17)

1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Keperawatan gawat darurat merupakan pelayanan keperawatan yang komperhensif di berikan kepada pasien dengan injuri akut atau sakit yang mengancam kehidupan. Sebagai seorang spesialis perawat gawat darurat harus menghubungkan pengetahuan dan ketrampilan untuk menangani respon pasien pada resusitasi, syok, trauma dan kegawatan yang mengancam jiwa lainnya, dan salah satu tempat untuk pasien gawat darurat adalah di Instalasi Gawat Darurat (IGD) (Krisanty et al 2009).

Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah instalasi untuk menangani kasus-kasus gawat darurat, seperti panas dan muntah-muntah, diare berat kecelakaan, keracunan, korban bencana alam yang membutuhkan penanganan segera untuk menyelamatkan nyawa dan menghindari kecacatan (Wicaksana 2008)

American Health Association (AHA 2010) mengatakan Basic Life Suport (BLS) adalah tindakan pertolongan pertama yang dilakukan untuk menyelamatkan nyawa seseorang yang mengalami kondisi gawat, termasuk yang mengalami serangan jantung/ henti jantung dan henti nafas. Seseorang yang mengalami henti napas ataupun henti jantung belum tentu ia mengalami kematian, mereka masih dapat ditolong. Dengan melakukan tindakan pertolongan pertama berupa Resusitasi Jantung Paru (RJP) dan pemeriksaan primary survey.

(18)

Primary Survey adalah mengatur pendekatan ke klien sehingga klien segera dapat diidentifikasi dan tertanggulangi dengan efektif. Pemeriksaan primary survey berdasarkan standar A-B-C dan D-E, dengan airway (A: jalan nafas), breathing (B: penafasan), circulation (C: sirkulasi), disability (D: ketidak mampuan), dan exposure (E: penerapan) (Krisanty et al 2009). Berdasarkan AHA 2010, RJP dilakukan dengan urutan C-A-B dimana penangan sirkulasi menjadi fokus utama. Pengetahuan primary survey didapatkan perawat melalui pendidikan formal keperawatan sebagai salah satu bagian dari kurikulum pendidikan keperawatan dari jenjang SPK, Diploma III Keperawatan, Diploma IV Keperawatan, maupun S1 Keperawatan. Selain melalui pendidikan formal, pengetahuan dan kompetensi BLS juga dapat diperoleh melalui pelatihan-pelatihan BLS, diantaranya adalah pelatihan-pelatihan Penanganan Penderita Gawat Darurat (PPGD), Basic Cardio Life Support (BCLS), Basic Trauma Life Support (BTLS), dan sebagainya.

Penelitian Iswanto (2009) Menunjukkan bawa masih kurangnya tingkat pengetahuan perawat tentang BLS dan mempengaruhi penanganan pada pasien yang memerlukan tindakan yang cepat. Hasil ini menunjukkan bahwa pentingnya pelatihan gawat darurat untuk perawat, agar skill perawat menjadi lebih baik.

Hasil penelitian Lontoh dkk (2013) menunjukkan adanya pengaruh pada pelatihan teori bantuan hidup dasar pada siswa-siswi SMA tentang RJP. Sebagian besar mengalami peningkatan pengetahuan dari sebelum di berikan pelatihan dan sesudah di berikan peatihan. Hasil penelitian oleh Muzaki (2012) menunjukkan

(19)

tidak adanya pengaruh pada pelatihan basic life support terhadap pelaksanaan primary survey pada perawat IGD RSUD Dr. Moewardi.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilaksanakan peneliti di IGD RSUD dr.Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri didapatkan data bahwa sudah banyak perawat yang telah mendapatkan pelatihan BLS, berupa pelatihan BTCLS dan PPGD. Dalam SOP primary survey di IGD masih menggunakan cara A-B-C untuk menangani pasien yang mengalami keadaan gawat darurat. Berdasarkan data yang di dapat pada Rekam Medik pasien yang datang ke IGD pada tahun 2012 berjumlah 12955 pasien dan tahun 2013 dari januari-november berjumlah 13630 pasien yang rata-rata tiap harinya berjumlah 41 pasien dan berdasarkan laporan di IGD pasien yang membutuhkan primary survey rata-rata setiap minggunya berjumlah 6 orang.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Basic Life Support (BLS) Dengan Perilaku Perawat Dalam Pelaksanaan Primary Survey di IGD RSUD dr.Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasar latar belakang di atas, rumusan masalah yang dapat diambil adalah “Apakah tingkat pengetahuan perawat tentang basic life support (BLS) berhubungan dengan perilaku perawat dalam pelaksanaan primary survey di IGD RSUD dr.Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri? “

(20)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan perawat tentang Basic Life Support (BLS) dengan perilaku perawat dalam pelaksanaan Primary Survey di IGD RSUD dr.Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri.”.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mendeskripsikan tingkat pengetahuan BLS yang dimiliki oleh perawat. 2. Mendeskripsikan perilaku perawat dalam pelaksanaan primary survey

pada pasien di ruang IGD.

3. Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan basic life support dengan perilaku perawat dalam pelaksanaan primary survey di IGD RSUD dr.Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Teoritis

1. Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pustaka dan pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang penanganan penderita gawat darurat dan primary survey.

2. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang BLS dan primary survey.

(21)

3. Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai sumber data dan atau acuan bagi peneliti berikutnya dalam melaksanakan penelitian sejenis yang lebih kompleks.

1.4.2. Praktis

1. Rumah Sakit

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan informasi dan bahan pertimbangan kepada pihak rumah sakit guna merencanakan dan menyelenggarakan suatu pelatihan yang tepat bagi Perawat di jajarannya, yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dan derajat kesehatan masyarakat pada umumnya dan meningkatnya penanganan pada penderita gawat darurat pada khususnya. 2. Perawat

Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat, diharapkan dapat memberikan masukan untuk menentukan langkah-langkah dalam peningkatan pengetahuan dan kompetensi primary survey sebagai salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki dalam memberikan pelayanan kesehatan disamping sebagai sarana pembelajaran kepada masyarakat.

(22)

1.5. K eas li an P en el iti an N o. N a m a P en el iti Ju d u l P en el iti an M ot eod e H as il P en el iti an P en el iti an S ek ar an g 1 L ont oh, K il ing da n W ong ka r P eng aruh p el at iha n t eor i b ant ua n hi du p da sa r t erh ada p pe nge ta hua n re sus it as i ja nt ung p aru Sisw a-si sw i S M A N eg eri 1 T oi li M et ode p ene li ti an i ni m engg un aka n de sa in p ene li ti an O ne -G rou p P re t es t-pos t t es t. D es ig n unt uk m em b andi ng k an p enge ta hua n RJ P se b el um da n s es uda h p el at iha n. J um la h sa m p el y an g di g un aka n y ai tu 72 or an g y an g te rdi ri da ri 37 or an g angg ot a p ra m uka d an 35 angg ot a P M R A da p en g aruh p el at iha n t eor i b ant ua n hi du p da sa r t erh ada p p enge ta hua n re sus it as i ja nt ung p aru s is w a-si sw i S M A N eg eri 1 T oi li . S eb ag ia n b es ar m eng al am i p eni ng k at an p en ge ta hua n da ri s eb el um di b er ika n p el at iha n da n s es uda h di b eri ka n p el at iha n. T er ja di p eni n g ka ta n p en g et ahua n da ri s eb el um di b er ika n p el at iha n da n s es uda h di b eri ka n p el at iha n, y an g b ai k da ri 8,3% m en ja di 94,4% da n pe nurun an p enge ta hua n y an g kura n g da ri H u b unga n t ing k at p enge ta hua n p era w at t ent an g b a si c l if e su p or t (B L S ) de n ga n p eri la ku p er aw at da la m p el aks ana nn p ri m ar y sur ve y di R S U D dr.S oe di ra n M an g un S um ar so K ab u p at en

(23)

41,7% m en ja di 0%. W onog iri 2 Is w ant o G o b el G am b ar an t in g ka t p enge ta hua n p era w at t ent an g pe na ta la ks an aa n b ant ua n hi du p da sa r di R S U D L iunke nd ag e T ahuna K ab u p at en S ang ihe P ro p ins i S ul aw es i U ta ra D es ai n p ene li ti an y an g di g una k an a da la h de skri p ti f de n g an T ahuna . P o p ul as i da la m p ene li ti an i ni a da la h se m ua p er aw at y an g m el akuka n t inda ka n ke p era w at an di R S U D L iunke nd ag e T ahuna se da n g ka n s am p el y an g di am b il a da la h t ot al sa m p el y akni b er jum la h 75 re sp onde n. H as il p ene li ti an m enun juka n b ahw a t in g ka t p en ge ta hu an p era w at t ent an g p en at al aks ana an b ant ua n hi du p da sa r 33, 3 % b er p en g et ahua n kur an g da n 36,7 % be rpe n ge ta hua n s eda n g se da n g ka n p era w at y an g b er p en g et ahua n b ai k t id ak a da . S at u ha l p ul a y an g m en ja di fe nom ena t ern y at a se luru h re sp onde n b el um p erna h m eng ikut i p el at iha n ke ga w at d arur at an, H u b unga n t ing k at p enge ta hua n p era w at t ent an g b a si c l if e su p or t (B L S ) de n ga n p eri la ku p er aw at D al am p el aks ana nn p ri m ar y sur ve y di R S U D dr.S oe di ra n M an g un S um ar so K ab u p at en W onog iri

(24)

3 M uz aki H u b unga n P el at iha n B a si c L if e Su pp or t D en g an P el aks ana an P ri m ar y Sur ve y P ada P era w at D i IG D R sud D r. M oe w ardi S ur aka rt a D es ai n P ene li ti an y an g di g una k an de skri p ti f kore la si . P o p ul as i da la m p ene li ti an i ni a da la h p era w at I G D R sud D r. M oe w ardi S ur ak art a y an g t el ah m en g ikut i p el at iha n G aw at D aru ra t y an g b er jum la h 40 or an g . P el at iha n B a si c L if e Su pp or t ti da k b erhu b u n g an de n ga n p el aks ana an p ri m ar y sur ve y p ada p era w at di IG D R S U D D r. M o ew ar di . H al i ni di b ukt ika n de n g an ni la i r hi tung = 0,291 < ni la i r ta b el = 0,304 da n ni la i P -va lue y ai tu A sy m p .S ig (2 -ta il ed) b erni la i 0.69 > 0. 05 . H u b unga n t ing k at p enge ta hua n p era w at t ent an g b a si c l if e su p or t (B L S ) de n ga n p eri la ku p er aw at D al am p el aks ana nn p ri m ar y sur ve y di R S U D dr.S oe di ra n M an g un S um ar so K ab u p at en W onog iri

(25)

9

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Teori Pengetahuan 2.1.1. Pengertian Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) yang dikutip oleh Wawan & Dewi (2011), pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu obyek. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya (Wawan & Dewi, 2011). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior) (Wawan & Dewi, 2011). 2.1.2. Tingkat Pengetahuan

Ada 6 tingkat pengetahuan seseorang menurut Notoatmodjo (2003) yang di kutip oleh Wawan & Dewi, 2011, yaitu :

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat memori yang telah ada sebelumnya.

2. Memahami (Comprehention)

Memahami artinya suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan secara benar.

(26)

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi ataupun pada kondisi riil (nyata). 4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan atau menyatakan materi atau suatu obyek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu dengan yang lainnya .

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis adalah menunjukkan suatu kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian dari keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evalusi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.

2.1.3. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoadmojo (2003) yang dikutip oleh Wawan & Dewi (2011) ada beberapa cara untuk memperoleh pengetahuan, yaitu :

1. Cara Tradisional

a. Cara Coba Salah (Trial and Error)

Cara coba salah ini dipakai orang sebelum kebudayaan mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan

(27)

dengan menggunakan “kemungkinan” dalam memecahkan masalah dan apabila “kemungkinan” ini tidak berhasil maka akan dicoba lagi. b. Cara Kekuasaan atau Otoritas

Sumber pengetahuan cara ini dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas baik berupa pimpinan-pimpinan masyarakat formal maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintah, tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta yang empiris maupun pendapat sendiri.

c. Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam memcahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu.

2. Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan

Cara ini disebut juga dengan metode penelitian atau suatu metode penelitian ilmiah dan lebih popular.

2.1.4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan 1. Faktor Internal

Faktor internal dibagi menjadi 3, (Wawan & Dewi (2011) yaitu : a. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan

(28)

untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaanya. Pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi. b. Pekerjaan

Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarganya. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan akan tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, menyita waktu, berulang dan banyak tantangan.

c. Umur

Usia adalah umur individu yang terhitung saat lahir sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. 2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal dibagi menjadi 2, Wawan & Dewi (2011) yaitu: a. Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

b. Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari perilaku dalam menerima informasi.

(29)

2.1.5. Kriteria Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, (Arikunto dalam Wawan & Dewi 2011) yaitu : Baik : 76 % - 100 %

Cukup : 56 % - 75 % Kurang : < 56 %

2.2. Konsep Teori Basic Life Support (BLS) (Menurut AHA 2010) 2.2.1. Pengertian Basic life support (BLS)

Bantuan hidup dasar (Basic life support) adalah usaha yang dilakukan untuk mempertahankan kehidupan pada saat penderita mengalami keadaan yang mengancam nyawa.

Primary Survey adalah mengatur pendekatan ke klien sehingga klien segera dapat diidentifikasi dan tertanggulangi dengan efektif. Pemeriksaan primary survey berdasarkan standar A-B-C dan sekarang menjadi C-A-B.

2.2.2. Indikasi Bantuan Hidup Dasar 1. Henti napas

a. Penyebab: Tenggelam, stroke, obstruksi jalan napas oleh benda asing, menghirup asap, keracunan obat, tersengat listrik, tercekik, trauma, MCI (miocard cardiac infark), dan lain-lain.

b. Tanda-tanda: Tidak ada aliran udara pernapasan dan pergerakan dada pasien

(30)

2. Henti jantung/ cardiac arrest

Pada saat henti jantung, maka sirkulasi dengan cepat menyebabkan otak dan organ vital lainnya kekurangan oksigen.

2.2.3. Tujuan bantuan hidup dasar 1. Menyelamatkan kehidupan.

2. Mencegah keadaan menjadi lebih buruk 3. Mempercepat kesembuhan

2.2.4. Langkah-langkah bantuan hidup dasar 1. Proteksi diri

Pastikan keselamatan anda dan korban apabila anda menemukan penderita, hal yang paling utama sebelum melakukan bantuan adalah proteksi diri, mengingat saat ini bagitu banyak penyakit menular yang telah beredar di masyarakat.

2. Periksa kesadaran korban

Periksa dan tentukan dengancepat bagaimana respon korban. Memeriksa keadaan pasien tanpa teknik Look Listen and Feel. Penolong harus menepuk korban dengan hati– hati pada bahunya dan berteriak pada korban.

(31)

3. Panggil bantuan

Bila anda berada di luar rumah sakit maka harus segera mengaktifkan sistem gawat darurat/ emergency medical system (EMS)

Gambar 2: Panggil bantuan ( Gobel 2009 ) 4. Memperbaiki posisi korban dan posisi penolong

a. Posisi korban

1) Supin, permukaan datar dan lurus

2) Memperbaiki posisi korban dengan cara log roll/in line bila dicurigai cedera spinal

3) Jika pasien tidak bisa telentang, misalnya operasi tulang belakang lakukan RJP dengan posisi tengkurap

b. Posisi penolong

Posisi penolong harus di atur senyaman mungkin dan memudahkan untuk melakukan pertolongan yakni di samping atau di atas kepala korban.

(32)

5. Circulation a. Kaji Nadi

Bantuan sirkulasi segera dilakukan bila korban mengalami henti jantung. Langkah ini dilakukan segera. Untuk mengetahui ada tidaknya denyut nadi, lakukan perabaan arteri carotis untuk orang dewasa dan anak serta arteri brachialis atau femoralis untuk bayi, tindakan ini dilakukan maksimal 10 detik, jika dalam waktu 10 detik tidak ditemukan denyut nadi penyelamat harus melakukan kompresi dada.

b. Kompresi Dada

Indikasi pada korban yang mengalami henti jantung. Lakukan dengan tehnik yang benar. Awali dengan mencari titik kompresi yakni pada tulang sternum di antara dua papila mammae pada anak-anak dan laki-laki atau dua jari di atas os xifoideus pada perempuan. Letakkan salah satu telapak tangan yang lain diatas punggung tangan yang pertama, sehingga tangan dalam keadaan pararel. Jari-jari tangan saling mengunci. Untuk mendapatkan posisi yang efektif, beban tekanan dari bahu, posisi lengan tegak lurus, posisi siku tidak boleh menekuk posisi lengan tegak lurus dengan badan korban, teknik ini menghasilkan aliran darah dan oksigen dapat terkirim ke miokardium dan otak. Untuk memberikan kompresi dada yang efektif, harus di lakukan dengan mendorong keras dan cepat.

(33)

Gambar 3: Posisi tangan kompresi dada ( Gobel 2009 )

Gambar 4 : Melakukan penekanan dada ( Gobel 2009 )

Untuk dewasa minimal 100 kompresi per menit dengan kedalaman komprei minimal 2 inci/ 5 cm. Rasio kompresi dan ventilasi adalah 30 kompresi : 2 ventilasi. Untuk bayi harus 2 jari di atas sternum, dan menekan dengan kedalaman 1½ inci/ 4 cm, dengan rasio kempresi dan ventilasi 30 : 2 untuk 1 orang penolong dan 15 : 2 untuk 2 orang penolong.

Indikasi dihentikannya RJP hingga kini masih menjadi perdebatan, tidak ada batasan waktu yang tegas disebutkan oleh para ahli namun beberapa hal yang menjadi pertimbangan antara lain:

(34)

1) Korban telah menunjukan tanda-tanda kematian

2) Sudah ada respons dari korban (napas dan nadi mulai ada) 3) Ada penolong yang lebih berkompeten.

6. Airway control

Pada orang yang tidak sadar, tindakan pembukaan jalan napas harus dilakukan. Satu hal yang penting untuk diingat adalah, bahwa dengan melihat pergerakan pipi pasien tidaklah menjamin bahwa pasien tersebut benar-benar bernafas (pertukaran udara), tetapi secara sederhana pasien itu sedang berusaha untuk bernafas.

Pengkajian pada airway juga harus melihat tanda-tanda adanya sumbatan benda asing dalam mulut yakni dengan menggunakan teknik cross finger, jika terdapat benda asing dalam mulut maka harus di keluarkan dengan usapan jari atau di kenal dengan teknik finger swab.

Teknik yang digunakan dalam membuka jalan napas yakni dengan chin lift-head tilt dan jika dicurigai terdapat trauma cervikal dapat menggunakan teknik jaw thrust.

Cara melakukan teknik chin lift-head tilt : a. Teknik chin lift-head tilt

1) Pertama, posisikan pasien dalam keadaan terlentang, letakkan satu tangan di dahi dan letakkan ujung jari tangan yang lain di bawah daerah tulang pada bagian tengah rahang bawah pasien (dagu). 2) Tengadahkan kepala dengan menekan perlahan dahi pasien.

(35)

3) Gunakan ujung jari anda untuk mengangkat dagu dan menyokong rahang bagian bawah. Jangan menekan jaringan lunak di bawah rahang karena dapat menimbulkan obstruksi jalan napas.

4) Usahakan mulut untuk tidak menutup. Untuk mendapatkan pembukaan mulut yang adekuat, anda dapat menggunakan ibu jari untuk menahan dagu supaya bibir bawah pasien tertarik ke belakang.

Gambar 5 : Head tilt and chin lift ( Gobel 2009 ) b. Teknik Jaw thrust

1) Pertahankan dengan hati-hati agar posisi kepala, leher dan spinal pasien tetap satu garis.

2) Ambil posisi di atas kepala pasien, letakkan lengan sejajar dengan permukaan pasien berbaring.

3) Perlahan letakkan tangan pada masing-masing sisi rahang bawah pasien, pada sudut rahang di bawah telinga.

(36)

5) Dengan menggunakan jari telunjuk, dorong sudut rahang bawah pasien ke arah atas dan depan.

6) Anda mungkin membutuhkan mendorong ke depan bibir bagian bawah pasien dengan menggunakan ibu jari untuk mempertahankan mulut tetap terbuka.

7) Jangan mendongakkan atau memutar kepala pasien.

Gambar 6 : Jaw thrust ( Gobel 2009 ) 7. Breathing suport

Pertukaran gas yang terjadi pada saat bernapas mutlak untuk pertukaran oksigen dan mengeluarkan karbondioksida dari tubuh. Ventilasi yang baik meliputi fungsi yang baik dari paru, dinding dada, dan diafragma. Setiap komponen ini harus dievaluasi dengan cepat selama 5 detik, paling lama 10 detik.

a. Bantuan napas di lakukan dengan cara : 1) Mulut ke mulut

Penolong memberikan bantuan napas langsung ke mulut korban dengan menutup hidung dan meniupkan udara langsung ke

(37)

mulut, namun hal ini sangat beresiko untuk di lakukan apalagi pasien yang tidak di kenal mengingat bahaya penyakit menular.

Gambar 7 : Menutup hidung korban sedang posisi kepala tetap ekstensi ( Gobel 2009 )

2) Mulut ke hidung

Paling baik di lakukan pada neonaty.

Gambar 8 : Pemberian napas dari mulut ke mulut ( Gobel 2009 )

(38)

3) Ventilasi mulut ke mask

Gambar 9: Mouth-to-mask ventilation ( Gobel 2009 ) 4) Ventilasi Mulut ke bag-valve-mask

Gambar 10: The two-person technique for bag-maskventilation ( Gobel 2009 )

(39)

2.3. Konsep Teori Perilaku 2.3.1. Pengertian perilaku

Perilaku adalah aksi seorang individu terhadap reaksi rangsangan tertentu dari hubungannya dengan lingkungan (Suryani dalam Susilo 2011). Perilaku adalah suatu perbuatan atau tindakan seseorang terhadap suatu respon dan dijadikan kebiasaan karena adanya nilai yang diyakini (Mubarak 2012). Perilaku adalah suatu tindakan yang dapat diamati, mempunyai frekuensi spesifik, durasi serta tujuan baik yang disadari maupun tidak (Wawan dan Dewi 2010). Dari ketiga definisi perilaku tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa perilaku adalah suatu respon yang didapat dari lingkungan dan menjadi kebiasaan seseorang, baik yang dapat diamati secara sadar maupun tidak sadar, sehingga respon yang didapatkan dari seseorang dalam berperilaku bermacam-macam.

2.3.2. Bentuk Perilaku

Bentuk respons perilaku seseorang ada 2 macam, yaitu bentuk pasif dan bentuk aktif. bentuk pasif merupakan respons internal yang terjadi dalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain. Bentuk aktif yaitu perilaku yang jelas dapat diobservasi secara langsung (Adnani 2011). perilaku- perilaku tersebut ditentukan oleh beberapa faktor utama.

2.3.3. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku

Faktor yang dapat mempengaruhi perilaku adalah faktor predisposisi, faktor pemungkin (enabling factors), dan faktor penguat (reinforcing factors). Faktor Predisposisi merupakan faktor yang mempermudah perilaku seseorang atau masyarakat yaitu pengetahuan dan sikap seseorang terhadap apa yang akan

(40)

dilakukan. Faktor pemungkin (enabling factors) terdiri dari faktor fasilitas, sarana, atau prasarana yang memfasilitasi terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Faktor penguat (reinforcing factors) adalah tokoh masyarakat, peraturan, undang-undang, dan surat keputusan pejabat pemerintah merupakan faktor penguat dalam seseorang atau masyarakat untuk berperilaku (Notoatmodjo 2010).

2.3.4. Teori Perilaku

Ada 4 macam teori perilaku manusia yang mendorong manusia untuk berperilaku, yaitu teori naluri, teori dorongan, teori insentif dan teori atribusi. Teori Naluri (Instinct Theory), menurut McDougall perilaku itu disebabkan oleh naluri yang merupakan perilaku yang innate, perilaku bawaan dan naluri yang akan mengalami perubahan karena pengalaman. Teori Dorongan (Drive Theory), teori ini berpandangan bahwa seseorang mempunyai dorongan-dorongan tertentu yang berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan seseorang yang mendorong seseorang itu untuk berperilaku. Teori Insentif (Incentive Theory), bahwa perilaku seseorang disebabkan oleh adanya insentif atau reinforcement yang akan mendorong seseorang agar berbuat atau berperilaku. Teori Atribusi, yaitu menjelaskan sebab-sebab perilaku orang yang dikarenakan oleh disposisi internal (misal motif atau sikap) ataukah karena keadaan eksternal (Susilo 2011). Perilaku manusia sangatlah kompleks dan luas, karena itu perilaku dibagi menjadi 3 domain, yaitu pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan tindakan/ketrampilan (practice) (Notoatmodjo 2011).

1. Pengetahuan (knowledge) adalah semua hal yang dipikirkan/diketahui manusia dari hasil pancaindera dan pengalaman yang didapatkan oleh

(41)

setiap manusia. Dalam pengetahuan terdapat 6 tingkatan, tahu (know) merupakan mengingat kembali materi atau hal spesifik yang didapatkan dari rangsangan yang pernah diterima, memahami (comprehension) adalah kemampuan menjelaskan tentang sesuatu yang pernah diketahuinya serta dapat menginterpretasikan hal tersebut secara luas, aplikasi (application) adalah kemampuan menggunakan sesuatu hal yang pernah dipelajari/diterimanya dalam kondisi nyata, analisis (analysis) merupakan kemampuan dalam menjabarkan sesuatu dengan komponen-komponen yang masih berkaitan satu dengan yang lainnya dan masih dalam satu struktur, sintesis (synthesis) adalah kemampuan seseorang dalam menghubungkan satu objek dengan bagian-bagiannya ke bentuk keseluruhan yang baru, evaluasi (evaluation) adalah kemampuan untuk menilai atau memberikan penilaian terhadap sesuatu (objek).

2. Sikap atau attitude adalah reaksi emosional terhadap reaksi dari stimulus atau respon sosial yang merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Sikap mempunyai komponen-komponen utama yang membentuk terjadinya sikap, seperti kehidupan emosional (evaluasi emosional) terhadap suatu objek, kepercayaan/keyakinan (ide dan konsep), serta kecenderungan untuk bertindak (trend to behave) (Mubarak 2012). Di dalam sikap ada beberapa tingkatan-tingkatannya yaitu menerima (receiving), menanggapi (responding), menghargai (valuing), dan bertanggung jawab (responsible) (Notoatmodjo 2010).

(42)

3. Tindakan/ketrampilan (Practice) merupakan aktifitas (fisik) yang mencerminkan kemampuan motorik dalam psikomotor seseorang (Mubarak 2011). Tindakan ini dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan yaitu praktik terpimpin (seseorang melakukan suatu kegiatan tetapi masih tergantung/menggunakan panduan), praktik secara mekanisme (tindakan seseorang yang dilakukan secara otomatis), adopsi (tindakan yang sudah dikembangkan) (Notoatmodjo 2010). Dalam meningkatkan kesehatan di masyarakat, perilaku manusia dapat dihubungkan dengan kesehatan.

2.3.5. Bentuk-Bentuk Perubahan Perilaku

Bentuk-bentuk perubahan perilaku dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu perubahan alamiah, perubahan rencana, dan kesediaan untuk berubah. Perubahan alamiah (natural change) yaitu perilaku manusia selalu berubah, dan perubahan tersebut disebabkan oleh kejadian yang alamiah yang dialami oleh seseorang. Perubahan rencana (planned change) merupakan perubahan yang terjadi karena memang sudah direncanakan oleh seseorang. Kesediaan untuk berubah (readiness to change), setiap orang pasti memiliki kesediaan untuk berubah (readiness to change) yang berbeda-beda, itu dapat terjadi karena inovasi atau program-program pembangunan yang ada di masyarakat (Notoatmodjo 2011).

2.3.6. Klasifikasi Perilaku

Klasifikasi perilaku dikelompokkan menjadi 3 yaitu perilaku kesehatan, perilaku sakit dan perilaku peran sakit. Perilaku kesehatan (health behaviour) yaitu tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan

(43)

kesehatan. Perilaku sakit (illness behaviour) adalah segala tindakan atau kegiatan seorang individu yang merasa sakit untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya (Becker dalam Wawan dan Dewi 2010). Perilaku manusia yang mempengaruhi kesehatan dapat dikategorikan menjadi 2, yaitu perilaku yang terwujud secara sengaja/sadar dan perilaku yang terwujud secara tidak sengaja / tidak sadar (Wawan dan Dewi 2010).

(44)

2.4. Kerangka Teori

Keterangan :

Tidak Diteliti Diteliti

Gambar 11 : Kerangka teori

2.5. Kerangka Konsep

variabel bebas variabel terikat

Gambar 12 : Kerangka konsep

Perawat IGD Pelatihan BLS: - PPGD -BTCLS Pelaksanaan Primary Survey - Perilaku Tingkat Pengetahuan BLS Jenjang pendidikan - DIII -S1 Pengetahuan BLS Pelaksanaan primary survey

(45)

2.6. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.

Hipotesis nol (Ho) sering disebut hipotesis statistik, karena biasanya

dipakai dalam penelitian yang bersifat statistik, yaitu diuji dengan perhitungan statistik. hipotesis nol menyatakan tidak adanya perbedaan antara dua variabel atau tidak adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y.

Hipotesis kerja (Ha) sering disebut hipotesis alternatif, yang menyatakan

adanya hubungan antara variabel X dan variabel Y atau adanya perbedaan antara dua kelompok (Arikunto, 2010).

H0 : Tidak ada hubungan tingkat pengetahuan BLS dengan pelaksanaan primary

survey.

Ha : Ada hubungan tingkat pengetahuan BLS dengan pelaksanaan primary

(46)

30

METODOLOGI

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian kuantitatif yaitu lebih menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metoda statistika. Pada dasarnya, pendekatan kuantitatif dilakukan pada penelitian interensial (dalam rangka pengujian hipotesis) dan menyandarkan kesimpulan hasilnya pada suatu probabilitas kesalahan penolakan hipotesis nihil. Pada umumnya, penelitian kuantitatif merupakan penelitian sampel besar (Azwar 2012).

Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan jenis rancangan descriptif corelational yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih, tanpa melakukan perubahan tambahan, atau maipulasi terhadap data yang memang sudah ada. Penelitian ini menggunakan Pendekatan cross sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat. Pada jenis ini, variabel independen dan dependen dinilai secara simultan pada suatu saat, jadi tidak ada tindak lanjut. Dengan studi ini akan diperoleh prevalensi atau efek suatu fenomena (variabel dependen) dihubungkan dengan penyebab (variabel dependen) (Nursalam 2013).

(47)

3.2. Populasi dan Sampel 3.2.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek peneliitan. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi (Arikunto, 2010).

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perawat yang bekerja dan pernah bekerja di ruang IGD RSUD dr.Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri sebanyak 20 perawat.

3.2.2. Sampel

Sampel yaitu hanya meneliti sebagian dari populasi (Arikunto, 2010). Pengambilan sampel penelitian ini dalah semua perawat yang bekerja di ruang IGD RSUD dr.Soediran Magun Sumarso Kabupaten Wonogiri, dengan menggunakan teknik sampling jenuh yaitu dengan mengambil semua anggota populasi menjadi sampel. Istilah lain sampling jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel (Hidayat 2007).

3.3. Tempat dan Waktu Penelitian 3.3.1. Tempat

Penelitian dilakukan di ruang IGD RSUD dr.Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.

3.3.2. Waktu Penelitian

(48)

3.4. Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran Nama

Variabel

Pengertian Indikator Alat Ukur Skala Pengetahua n tentang Basic Life Support BLS Merupakan pemahaman perawat tentang BLS 1.Kategori baik yaitu menjawab benar 76%-100% dari yang diharapkan 2.Kategori cukup yaitu menjawab benar 56%-75% dari yang diharapkan. 3.Kategori kurang yaitu menjawab benar <56% dari yang diharapkan. Kuesioner Ordinal Perilaku Pelaksanaan prymary survey Merupakan penerapan perawat tentang pelaksanaan prymari survey 1. Terampil ≥ 80 % 2. Tidak Terampil < 80% Kuesioner Nominal

Tabel 3.1 Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran

3.5. Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data 3.5.1. Alat Penelitian

Instrumen penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang hal-hal yang dia ketahui (Arikunto, 2010)

Kuisioner yang digunakan untuk mengetahui pengetahuan tentang BLS dan primary survey. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup dimana

(49)

sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih (Arikunto, 2010).

Dalam penelitian ini kuesioner yang digunakan adalah tingkat pengetahuan yaitu dengan 25 soal dengan jumlah jawaban benar 15 dan jawaban salah 10, apabila responden mampu menjawab benar 76%-100% maka dikategorikan baik, bila menjawab benar 56%-75% maka dikategorikan sedang, dan bila menjawab benar <56% dari yang diharapkan maka dikategorikan kurang, dan perilaku dalam pelaksanaan primary survey dengan 21 soal dengan kategori YA dan TIDAK, apabila responden menjawab “YA“ ≥ 80%, maka kemampuan dalam pelaksaan primary survey terampil/baik, apabila responden menjawam “YA”<80%, maka kemampuan dalam pelaksaan primary survey tidak terampil/kurang.

3.5.2. Cara Pengumpulan Data 1. Data primer

Data primer adalah data atau kesimpulan fakta yang dikumpulksn secara langsung pada saat berlangsungnya penelitian. Data primer dalam penelitian ini adalah data yag diambil dari subyek peneliti yang diukur sesudah pemberian kuesioner tentang pengetahuan BLS dan pelaksanaan primary survey.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang ada di IGD dan RSUD dr.Soediran Mangun Sumarso Wonogiri, literatur yang relevan dan sumber lain yang mendukung penelitian ini.

(50)

1. Tahap Orientasi

Tahap Orientasi meliputi : pengajuan surat ijin kepada kesatuan bangsa dan politik (KESBANGPOL).

Tahap pertama, peneliti mempersiapkan materi dan konsep yang mendukung penelitian ini dengan membaca berbagai referensi dan jurnal. Peneliti mencari literatur lain untuk mendalami topik penelitian ini.

Tahap kedua, peneliti melakukan study pendahuluan untuk mengetahui peran perawat dalam penerapan primari survey.

Tahap ketiga, peneliti menyusun Skripsi yang sebelumnya sudah dikonsultasikan kepada pembimbing I dan pembimbing II.

Tahap keempat, peneliti melakukan revisi Skripsi penelitian sebelum melaksanakan penelitian yang kemudian dikonsultasikan kembali kepada pembimbing I dan pembimbing II.

Tahap kelima, peneliti mengajukan permohonan izin kepada RSUD dr.Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri.

3.5.4. Tahap Pelaksanaan

Tahap pertama, peneliti menetapkan objek penelitian dengan pemilihan sampel yaitu semua perawat yang bekerja di IGD RSUD dr.Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri.

Tahap kedua, peneliti melakukan pengambilan data dengan cara melakukan pengukuran tingkat pengetahuan.

(51)

Tahap ketiga, peneliti melakukan pengambilan data pelaksanaan primary survey pada pasien.

Tahap keempat, peneliti membuat laporan hasil penelitian.

3.6. Tehnik Pengolahan Data dan Analisa Data 3.6.1. Pengolahan data meliputi :

Menurut Notoatmodjo (2003), setelah data terkumpul, maka langkah yang dilakukan berikutna adalah pengolahan data. Sebelum melaksanakan analisa data beberapa tahapan harus dilakukan terlebih dahulu guna mendapatkan data yang valid sehingga saat menganalisa data tidak mendapat kendala. Langkah-langkah pengolahan yaitu:

1. Editing atau mengedit data, dimasukan untuk mengevaluasi kelengkapan, konsistensi dan kesesuaian criteria data yang diperlukan untuk mengunci hipotesis atau menjawab tujuan penelitian.

2. Coding atau menkode data merupakan suatu metode untuk mengobservasi data yag dikumpulkan selama penelitian kedalam symbol yang cocok untuk keperluan analisis terhadap hasil observasi yang dilakukan. Dalam penelitian ini coding dilakukan dengan menggunakan angka 1,2,3 dan seterusnya.

3. Entri data merupakan proses memasukkan data kedalam computer. 4. Tabulasi merupakan proses mengklasifikasikan data menurut criteria

(52)

3.6.2. Analasis Data

1. Analisa Univariat

Analisa univariat adalah analisa yang dilakukan untuk menganalisis tiap variabel dari hasil penelitian yang disajikan dalam bentuk distribusi yang dinarasikan (Notoatmodjo, 2005).

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah analisis yang dilakukan untuk mengetahui keterkaitan dua variabel, untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan perilaku perawat dalam pelaksanaan primary survey dilakukan uji Chi-Square. Karena skala data ordinal-nominal dengan tingkat kepercayaan 95% atau α=5%. Intepretasi hasil uji statistic bila:

p value > α (0,05) maka Ho diterima atau Ha ditolak, tidak ada hubungan

tingkat pengetahuan BLS dengan pelaksanaan primari survey.

p value ≤ α (0,05) maka Ho ditolak atau Ha diterima, yang berarti ada

hubungan tingkat pengetahuan BLS dengan pelaksanaan primari survey

3.7. Etika Penelitian

Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut: 3.7.1. Informed consent

Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden peneliti dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut diberikan senelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk

(53)

menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka harus menanda tangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien. Beberapa informasi yang harus ada dalam informed consent tersebut antara lain: partisipasi perawat, tujuan dilakukanya tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi, dll.

3.7.2. Anonymity (tanpa nama)

Masa lah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan. 3.7.3. Kerahasiaan (confidentiality)

Masaalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.

(54)

38 BAB IV

HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini akan menguraikan hasil penelitian hubungan tingkat pengetahuan perawat tentang basic life suport (BLS) dengan perilaku perawat dalam pelaksanaan primary survey pada pasien di Ruang IGD RSUD dr.Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri. Yang dilakukan pada tanggal 5 Februari sampai dengan 14 Februari 2014.

4.1 Gambaran Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr.Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri merupakan Rumah Sakit pemerintah dan ditetapkan izin operasionalnya pada tanggal 13 Januari 1956 sebagai Rumah Sakit tipe D, seiring berjalannya waktu RSUD dr.Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri ini membawa peningkatan menjadi tipe C pada tanggal 11 Juni 1983 dan meningkat lagi menjadi tipe B pada tanggal 5 Juni 1996 hingga sekarang. RSUD dr.Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri yang terletak di Jl Jenderal Ahmad Yani No. 40A, Wonogiri, Jawa Tengah, Indonesia ini mempunyai tenaga medis 229 perawat, 34 orang bidan, dan 40 orang dokter.

Untuk Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr.Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri adalah. Visi: Rumah Sakit unggulan yang diminati masyarakat. Misi: Meningkatkan dan mengembangkan SDM yang sesuai

(55)

dengan standar kompetensi unggulan. Meningkatkan saranan dan prasaranan pelayanan sesuai dengan standar mutu pelayanan dan tuntutan kebutuhan masyarakat. Memberi pelayanan yang bermutu, efisien, efektf, adil dan terjangkau sesuai dengan kebutuhan masyarakat Mengelola keuangan secara proporsional dalam rangka efektifitas dengan efisiensi dengan peneraan sistem angkutan bilitas publik yang bisa dipertanggung jawabkan secara profesional.

Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) yang berada paling depan disebelah kiri RSUD dr.Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri. Jumlah perawat yaitu sebanyak 20 orang perawat meliputi DIII 17 orang, S1 2 orang, dan SPK 1 orang. Perawat yang bekerja di ruang IGD dipilih berdasarkan kriteria tertentu, yaitu mempunyai sertifikat pelatihan Gawat Darurat PPGD/BTCLS.

4.2 Karakterisrik Responden

Analisis yang digunakan untuk melihat distribusi frekuensi data dari responden yang telah bersedia, berikut klasifikasi responden:

4.2.1 Disribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden.

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Perawat IGD 2014 Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

Laki-laki 12 60%

Perempuan 8 40%

Jumlah 20 100%

Berdasarkan tabel 4.1 di peroleh hasil bahwa sebagian besar perawat di IGD adalah laki-laki berjumlah 12 orang (60%) sedangkan untuk perempuan terdapat 8 orang (40%).

(56)

4.2.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan.

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tinggakt Pendidikan Perawat IGD 2014 Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

S1 2 10%

D3 17 85%

SPK 1 5%

Jumlah 20 100%

Berdasarkan tabel 4.2 diperoleh hasil bahwa 2 orang (10%) memiliti tingkat pendidikan S1 untuk 17 orang (85%) memiliki tingkat pendidikan D3 dan 1 orang (5%) memiliki tingkat pendidikan SPK.

4.2.3 Distribusi Frekuensi Pelatihan Gawat Darurat.

Tabel 4.3 Distriusi Frekuensi Pelatihan Gawat Darurat Perawat IGD 2014 Jenis Pelatihan Frekuensi Persentase (%)

PPGD 15 75%

BTCLS 5 25%

Jumlah 20 100%

Berdasarkan tabel 4.3 di peroleh hasil bahwa 15 orang (75%) perawat IGD telah melakukan pelatihan PPGD dan 5 orang (25%) melakukan pelatihan BTCLS.

4.2.4 Distriusi Frekuensi Tahun Pelatihan

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Tahun Pelatihan Perawat IGD 2014 Tahun Pelatihan Frekuensi Persentase (%)

2007 12 60%

2010 8 40%

Jumlah 20 100%

Berdasarkan tabel 4.4 perawat yang mengikuti pelatihan tahun 2007 sebanyak 12 orang (60%) sedangkan yang mengikuti pelatihan tahun 2010 sebanyak 8 orang (40%).

(57)

4.3. Analisa Univariat

4.3.1. Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Basic Life Suport (BLS)

Distribusi Frekuensi tentang tingkat pengetahuan perawat tentang basic life suport (BLS) dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Perawat IGD 2014 Kategori Tingkat Pengetahuan BLS Frekuensi Persentase (%)

Baik 15 75%

Cukup 5 25%

Kurang 0 0%

Jumlah 20 100%

Berdasarkan tabel 4.5 diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden memiliki tengkat pengetahuan tentang basic life suport (BLS) dengan kategoria baik terdapat 15 orang (75%) dan kriteria cukup terdapat 5 orang (25%) sedangkan kriteria kurang 0 orang (0%) .

4.3.2. Perilaku Perawat Dalam Pelaksanaan Primary Survey

Distribusi responden tentang perilaku perawat dalam pelaksanaan primary survey dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Perilaku Dalam Pelaksanaan Primary Survey Perawat IGD 2014

Perilaku Pelaksanaan Primary Survey Frekuensi Persentase (%)

Terampil 18 90%

Tidak Terampil 2 10%

Jumlah 20 100%

Pada tabel 4.6 di peroleh hasil yakni 18 orang (90%) dikatakan terampil dalam pelaksanaan primary survey sedangkan untuk kriteria tidak terampil hanya terdapat 2 orang (10%).

(58)

4.4. Analisa Bivariat

Dalam penelitian ini uji statistik yang digunakan adalah teknik Uji Chi-Square. Berikut hasil analisis yang telah diuji.

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Chi Square Perawat IGD 2014

Perilaku

Terampil Tidak Terapil

Total

Tingkat pengetahuan Baik 15 0 15

Cukup 3 2 5

Total 18 2 20

Pada tabel 4.7 menunnjukkan bahwa tingkat pengetahuan perawat yang berkategori baik terdapat 15 perawat dan perilaku dikategorikan terampil dalam pelaksanaan primary survey, sedangkan tingkat pengetahan cukup terdapat 5 perawat dengan 3 perawat perilaku dalam pelaksanaan primary survey dalam kategori terampil dan 2 perawat perilaku dalam pelaksanaan primary survey dalam kategori kurang terampil.

Karena nilai Expected Countnya kurang dari 5 di tabel b,c, dan d masing-masing 1,5; 4,5; dan 0,5 jadi tidak layak di uji dengan Chi Square harus menggunakan uji alternatif yaitu uji Fisher.

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Fisher Perawat IGD 2014

Perilaku Terampil Tidak Terampil Total P n N Pengetahuan Baik 15 0 15 0,053 Cukup 3 2 5 Kurang 0 0 0 Total 18 2 20

(59)

Tabel 4.7 pada uji fisher menunnjukkan nila p= 0,053 karena nilai p < 0,005 maka Ho di terima, sehingga dapat di simpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan perawat tentang basic life suport dengan perilaku perawat dalama pelaksanaan primary survey.

(60)

44 BAB V PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Responden 5.1.1. Jenis Kelamin Responden

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di IGD RSUD dr Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri yang berjumlah 20 responden di dapatkan hasil pada tabel 4.1 bahwa sebagian besar perawat di IGD berjenis kelamin laki-laki berjumlah 12 orang (60%) sedangkan untuk perempuan terdapat 8 orang (40%). Untuk kebutuhan perawat di IGD sangat di butuhkan untuk tenaga laki-laki karena kerja di IGD sangat membutuhkan banyak tenaga, apalagi jika dalm satu waktu langsung trdapat beberapa pasien yang datang. Untuk tindakan RJP tenaga Laki-laki juga sangat di butuhkan karen untuk tindakan RJP harus mempunyai tenaga yang kuat.

5.1.2. Tingkat Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan telah didapatkan hasil pada tabel 4.2 bahwa terdapat 2 orang (10%) memiliki tingkat pendidikan S1 untuk 17 orang (85%) memiliki tingkat pendidikan D3 dan 1 orang (5%) memiliki tingkat pendidikan SPK.

Menurut Wawan & Dewi (2011) Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk

(61)

mencapai keselamatan dan kebahagiaanya. Pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.

Hal ini sesuai dengan kenyataan yang ditemukan oleh peneliti sebagian besar perawat IGD memiliki tingkat pendidikan D3 yaitu 17 orang (75%), dan juga telah melakukan pelatihan gawat darurat. Jadi pendidikan dan pelatihan juga mempengaruhi tingkat pengetahuan seseoarang

5.1.3. Pelatihan Gawat Darurat Yang Telah Di Lakukan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan data seperti tabel 4.3 yang diperoleh hasil bahwa semua perawat telah melakukan pelatihan gawat darurat, dan 15 orang (75%) perawat IGD telah melakukan pelatihan PPGD dan 5 orang (25%) melakukan pelatihan BTCLS.

Menurut penelitian Muzaki (2011) bahwa perbedaan pelatihan gawat PPGD atau BTCLS tidak mempengaruhi perilaku perawat dalam pelaksanaan primary survey. Perbedaan jenis pelatihan gawat darura juga ditemukan oleh peneliti dan hasilnya juga tidak ada perbedaan yang signifikan antara pelatihan PPGD dan BTCLS.

5.1.4. Tahun Pelatihan

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tabel 4.4 perawat yang mengikuti pelatihan tahun 2007 sebanyak 12 orang (60%) sedangkan yang mengikuti pelatihan tahun 2010 sebanyak 8 orang (40%).

Gambar

Gambar 1: Periksa kesadaran ( Gobel 2009 )
Gambar  2: Panggil bantuan ( Gobel 2009 )  4.  Memperbaiki posisi korban dan posisi penolong
Gambar 4 : Melakukan penekanan dada ( Gobel 2009 )
Gambar 5 : Head tilt and chin lift ( Gobel 2009 )  b.  Teknik Jaw thrust
+7

Referensi

Dokumen terkait

berkembang di Prancis yaitu berasal dari minyak kanola, minyak biji matahari, dan minyak zaitun, namun tidak menutup kemungkinan mayonnaise dibuat dari minyak

Data yang diambil adalah data kejadian DBD, karakteristik penderita DBD, potensi penularan horizontal, dan kegiatan penyelidikan epidemiologi DBD yang dilakukan oleh puskesmas

Oleh karena itu in- formasi meteorologi yang diperlukan untuk tahap pendaratan sama dengan yang di- perlukan pada saat lepas landas, maka di bawah ini akan diutarakan unsur cuaca

Pengelolaan plasma nutfah jambu mete dan kakao meliputi (a) penetapan blok penghasil tinggi sebagai sumber benih, (b) seleksi pohon induk secara individu, (C) koleksi plasma

Pengembangan media pembelajaran Truth or Dare menggunakan model pengembangan 4D yang telah dikembangkan oleh peneliti meliputi tahap Pendefinisian

Dari pemikiran Muhammad Abduh mengenai kehendak mutlak Tuhan ini dapat dipahami bahwa menurutnya kehendak mutlak Tuhan tidak bersifat mutlak karena telah dibatasi dengan

Nilai pendidikan sosial merupakan hikmah yang dapat diambil dari perilaku sosial dan tata cara hidup sosial. Nilai sosial mencakup kebutuhan hidup bersama, seperti