PENDAHULUAN
Kecemasan belajar merupakan perwujutan skap seorang pelajar yang cemas pada bdang akademknya karena berbaga faktor. Kecemasan belajar sangat umum terjad pada sswa dalam kehdupan sehar-har. Kecemasan belajar meru-pakan suatu keadaan yang dapat menghambat proses belajar. Kecemasan belajar terjad akbat faktor nternal maupun eksternal, karena kecema-san belajar tdak hanya terjad akbat kecemakecema-san pada dr sendr tetap juga karena cemas dengan pelajaran, dengan guru dsekolah, dll.
Menurut Nawangsar(dalam Wbowo, 2005: 35) menerangkan bahwa kecemasan belajar adalah suatu konds yang tdak menyenangkan dalam belajar melput rasa takut, rasa tegang, khawatr, bngung, tdak suka yang sfatnya subjektf dan tmbul karena adanya perasaan tdak aman terhadap bahaya yang dduga akan terjad saat belajar berlangsung. Contoh-contoh kecemasan belajar alah takut tdak bsa mengerjakan soal ddepan kelas, khawatr menjad bahan ejekan jka nla ulangan jelek, tegang ketka pelajaran yang tdak dkuasa berlangsung.
Pendapat datas dapat dpaham bahwa kece-masan belajar merupakan konds yang sangat menghambat proses belajar yang dtanda dengan rasa takut, khawatr, tegang, bngung bahkan tdak menyuka pelajaran tertentu. Sepert halnya ketka kta dmnta untuk maju kedepan kelas untuk mengerjakan soal dar guru, seharusnya kta percaya dr saja karena justru dengan mengerjakan ddepan kta bsa tahu seberapa besar kemampuan kta dan past jka salah malah justru kta akan tahu jawaban yang benar karena past akan dbenarkan oleh guru dan teman-teman.
Kenyataan yang terjad saat n adalah mash banyak sswa yang tdak mengharga kemampuan yang dmlknya. Sswa malah enggan menggunakan kemampuan yang dmlknya karena mash merasa belum terbak dan mash ada yang mempunya kemampuan lebh datasnya, sehngga sswa cenderung menjad cemas karena takut jka mereka kalah bersang dengan teman yang lan, padahal mereka tdak mau memperlhatkan kemampuan yang mereka mlk.
KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK
SELF CONTROL
TERHADAP KECEMASAN BELAJAR SISWA
Naning Eky Saputri, Subiyanto, Indiati
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Magelang Email:winahyu_saputri@gmail.com
Abstract
This study aimed to examine the effect of group counseling techniques of self-control in reducing the anxiety of student learning. The study was conducted on students of SMP N 12 City of Magelang.
Design of this research is pre experiment with one group pretest posttest design. Samples taken as many as 10 incoming students in the experimental group, namely the group treated (group counseling techniques of self-control). The technique of sampling using purposive sampling. The technique of collecting data using questionnaires.
The results showed students’ anxiety decreased after attending group counseling techniques of self-control. Decreased anxiety, learning siswaditunjukkan with a reduction in post test scores, the average score pre test which was originally 125.10 after a given treatment group counseling techniques of self-control showed a decrease in the average post-test score tmenjadi 104.50 with significant value 0.005. This is also evidenced by the change in student behavior. Students who originally did not have a responsibility to behavior which is often out of class at the turn of lesson hours and did not seriously follow the lessons after a given treatment group counseling techniques become more self control can control the behavior that is detrimental to him during the process of learning. Based on this it can be concluded that the self-control group counseling techniques to decrease anxiety affect student learning.
Berdasarkan hasl wawancara dengan guru pembmbng Bapak Kandar d SMP Neger 12 Magelang yang beralamat d Jalan Soekarno-Hatta Kota Magelang, dperoleh nformas bahwa pada setap kelas past terdapat sswa yang mengalam kecemasan. Dar setap kelas, palng tdak ada 8 atau 10 orang dar jumlah keseluruhan 30 orang sswa d kelas tersebut yang memperlhatkan kecenderungan kecemasan belajar pada pelajaran tertentu. Sepert takut maju ddepan, gelsah ketka pelajaran dmula, ragu-ragu ketka mengerjakan ulangan, mengganggu konsentras teman yang sedang memperhatkan, malas mengkut pelajaran, tdak mempunya tanggungjawab prbad, dan sebaganya. Beberapa sswa juga sampa tdak masuk sekolah karena takut pada pelajaran tertentu yang dpengaruh oleh berbaga faktor. Atau dapat dkatakan 35% dar 190 sswa SMP Neger 12 Magelang mash memlk kecenderungan kecemasan belajar yang tngg.
Usaha yang pernah dlakukan oleh guru pembmbng d SMP Neger 12 Magelang untuk mengatas sswa yang memlk kecemasan belajar tngg adalah dengan menerapkan RPL nsdental yatu sesua dengan permasalahan sswa yang sedang hangat dperbncangkan, memotvas sswa tersebut sambl memantau perkembangan belajarnya dan nla-nlanya. Namun apabla tdak ada perubahan maka sswa tersebut akan dpanggl oleh guru BK dan akan segera dberkan konselng dan pendampngan belajar yang bekerjasama dengan orangtua dan wal kelas, karena faktor orangtua sangat pentng bag perkembangan anak dan untuk keberhaslan belajar anak. Dar usaha yang telah dlaksanakan tersebut haslnya belum maksmal karena ternyata kebanyakan sswa yang mengalam kecemasan belajar hanya mendapatkan motvas dsekolah saja tanpa dukungan orangtua drumah.
Permasalahan yang terjad d SMP Neger 12 Magelang tersebut dapat dtangan dengan beberapa cara. Sepert dengan tek- nk relaksas dan self control. Teknk
relak-sas pernah dgunakan dalam peneltan yang dlakukan oleh Berlna, Gyono dan Syafuddn Latf untuk menurunkan kecemasan belajar berkomunkas pada peserta ddk kelas XI SMA Neger 1 Way Lma pada tahun 2013. Teknk lan yang dapat dlakukan adalah self control. Teknk n
pernah dlakukan oleh Hen Sulsatul Mardyah dan Sutjono dalam peneltan berjudul efektvtas teknk self control dalam konselng kelompok RET
untuk mengurang kecemasan belajar sswa kelas X SMA Neger 13 Surabaya. Kalau peneltan Hen Sulsatul Mardyah dan Sutjono tersebut menelt tentang efektvtas teknk self control dalam
konselng kelompok RET untuk mengurang kecemasan belajar sswa kelas X SMA Neger 13 Surabaya, maka penuls menggunakan konselng kelompok teknk self control, sehngga dharapkan
ketka sswa dapat mengontrol kecemasan belajarnya maka kecemasan belajar sswa akan berkurang dan sswa dapat memperoleh prestas yang memuaskan.
Caleruz (dalam Ekawat, 2012: 15) me-nyebutkan bahwa self control adalah suatu
ke-mampuan untuk menyusun, membmbng, mengatur, mengarahkan, mengelola dan me-ngontrol bentuk perlaku yang dapat membawa sswa ke arah postf. Selan tu self control juga
menggambarkan keputusan sswa yang melalu pertmbangan kogntf untuk menyatukan pe-rlaku yang telah dsusun. Sswa dbmbng secara kelompok untuk mengontrol kecemasan yang dalam dan mengarahkan perlaku cemas tu kearah postf, sepert mengontrol dr untuk melawan rasa takut, khawatr dan ragu ketka menghadap ujan atau ulangan.
Self control bertujuan agar sswa mampu
mengendalkan dan mengatur dr, karena salah satu kunc ketenangan jwa pada dr sswa yang mengalam kecemasan belajar adalah pengendalan dr. Jka para pelajar bsa menngkatkan self control maka akan membawanya ke hal postf
dan prestas belajarnya menjad menngkat. Sswa yang memlk self control akan lebh cepat
mengendalkan dan mengelola kecemasan belajar yang mereka alam dar pada sswa yang tdak memlk self control.
Sejalan dengan permasalahan, sebaga ma-hasswa Program Stud Bmbngan Konselng Fakultas Keguruan dan Ilmu Penddkan, penuls berupaya membantu sswa yang mempunya kecemasan belajar menggunakan konselng kelompok teknk self control untuk menurunkan
perlaku tersebut. Untuk tu penuls melakukan peneltan dengan judul “Pengaruh Konselng Kelompok Teknk Self Control terhadap Penurunan Kecemasan Belajar Sswa”.
Kecemasan Belajar
Menurut Nawangsar (Ekawat, 2001: 212) kecemasan belajar adalah suatu konds yang tdak menyenangkan dalam belajar melput rasa takut, rasa tegang, khawatr, bngung, tdak suka
yang sfatnya subjektf dan tmbul karena adanya perasaan tdak aman terhadap bahaya yang dduga akan terjad saat belajar berlangsung.
Menurut Kartono (Ekawat, 2001: 213) le-bh lanjut da menyebutkan bahwa kecemasan be-lajar alah semacam kegelsahan, kekhawatran, dan ketakutan terhadap sesuatu yang tdak jelas yang berhubungan dengan sesuatu yang sedang dpelajar.
Berdasarkan kedua pendapat tersebut maka dapat dpaham bahwa kecemasan bealajar adalah perlaku yang menyebabkan kta menjad takut dan merasa tdak aman yang sfatnya subjektf terhadap apa yang sedang kta pelajar.
Macam-Macam Karakteristik Gejala Kece-masan Belajar
Perlaku merupakan upaya ndvdu untuk mengatur dr, menyeleks dr, dan memanfaatkan maupun mencptakan lngkungan mendukung aktvtasnya termasuk merestruktursas lng-kungan fisik dan sosial untuk memenuhi ke-butuhan mereka. Msalnya, dengan menuls makalah, menyelesakan ujan, atau membaca buku dstu ndvdu dapat belajar bagamana memnmalsr kecenderungan kecemasan belajar yang tngg untuk mempengaruh kualtas knerja ndvdu.
Kogntf adalah pemahaman dan kesadaran tentang proses kogns atau pkran tentang berpkr. Kogns merupakan suatu proses yang pentng. Hal n dkarenakan pengetahuan seseorang tentang kogntfnya dapat membmbng drnya, mengatur atau menata perstwa yang akan dhadap dan memlh strateg yang sesua agar dapat menngkatkan knerja kogntfnya ke depan.
Perasaan melput segala bentuk emos dan sensas. Bak emos maupun sensas memlk pe-ngaruh yang tdak sedkt dalam memotvas nd-vdu untuk melakukan sesuatu. Motvas sebaga proses nternal yang memberkan perlaku yang berenerg dan terarah. Proses nternal melput tujuan ndvdu, keyaknan, perseps, dan harapan. (Indyant, 2010:2).
Konseling Kelompok
Konselng kelompok merupakan bantuan kepada ndvdu dalam stuas kelompok yang berssfat pencegahan dan penyembuhan, serta darahkan pada pemberan kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhannya.
Konselng kelompok bersfat pencegahan dalam art bahwa ndvdu yang bersangkutan mempunya kemampuan normal atau berfungs secara wajar dalam masyarakat, tetap memlk beberapa kelemahan dalam kehdupannya sehngga mengganggu kelancaran berkomunkas dengan oranglan (Juntka, 2006:24).
Tahap-tahap Konseling Kelompok
Konselng kelompok dlaksanakan secara ber-tahap.Terdapat enam tahapan dalam konselng kelompok, yatu perencanaan, pembukaan, pelaksanaan, penyelesaan masalah, penutup dan tndak lanjut (Tohrn, 2007: 186). Berkut uraan dar tahapan konselng kelompok, yatu:
1. Perencanaan
a) Membentuk kelompok, jumlah anggota kelompok dalam konselng kelompok tdak boleh lebh dar 10 orang.
b) Mengkomunkaskan tentang konselng kelompok dan meyaknkan konsel (ss-wa) tentang perlunya masalah dbawa ke dalam konselng kelompok.
c) Menyapkan kelengkapan. 2. Pembukaan
Dletakkan dasar bag pengembangan hubungan antar prbad yang bak, yang memungknkan pembcaraan terbuka dan terarah pada pe-nyelesaan masalah.
3. Pelaksanaan
a) Mengorgansaskan kegatan konselng kelompok.
b) Masng-masng konsel (sswa) meng-utarakan masalah yang dhadap berkatan dengan mater dskus dan menambah ungkapan pkran dan perasaan.
4. Penyelesaan masalah
Berdasarkan pada apa yang telah dsam-pakan oleh konsel (sswa), konselor dan para sswa membahas permasalahan yang dhadap sswa. Dalam tahap n, kelompok siswa harus ikut berfikir memandang, dan mempertmbangkan, namun peranan konselor dalam mencar bersama penyelesa-an permasalahpenyelesa-an sswa pada umumnya lebh besar.
5. Penutup
Apabla kelompok telah sap untuk me-laksanakan apa yang telah dputuskan ber-sama, maka proses konselng dapat dakhr, dan blamana proses konselng belum selesa
maka dapat dlanjutkan pada pertemuan berkutnya hngga memperoleh penyelesaan masalah.
6. Tndak Lanjut
Setelah berselang beberapa waktu, konselng kelompok perlu devaluas. Tndak lanjut dlakukan jka ternyata ada kendala-kendala dalam pelaksanaan d lapangan. Mungkn d-perlukan upaya perbakan terhadap rencana semula atau cara pelaksanaan.
Menurut Caleruz self control atau pengelolaan
dr yatu sebaga suatu kemampuan untuk me- nyusun, membmbng, mengatur dan meng-arahkan bentuk perlaku yang dapat membawa ndvdu ke arah konsekuens postf. Self control
menggambarkan keputusan ndvdu yang melalu pertmbangan kogntf untuk menyatukan perla-ku yang telah dsusun (Gunarso, 2004:253).
Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat dpaham bahwa self control merupakan suatu
cara membantu konsel dalam mengarahkan, mengendalkan dan mengelola perlaku negatf menuju konsekuens postf.
Menurut Juntka (2006:24) Konselng kelom-pok merupakan bantuan kepada ndvdu dalam stuas kelompok yang bersfat pencegahan dan penyembuhan, serta darahkan pada pemberan kemudahan dalam perkembangan dan pertum-buhannya. Konselng kelompok bersfat pencegahan dalam art, bahwa ndvdu yang bersangkutan mempunya kemampuan normal atau berfungs secara wajar dalam masyarakat, tetap memlk beberapa kelemahan dalam kehdupannya sehngga mengganggu kelancaran berkomunkas dengan oranglan .
Menurut Hartat self control adalah
kemam-puan seseorang untuk membmbng tngkah la-kunya sendr, mampu mengendalkan emos serta dorongan-dorongan dar dalam drnya yang ada hubungannya dengan orang lan, lngkungan, pengalaman, yang bersifat, fisik, psikis maupun socal.
Menurut Atknson (dalam Ekawat, 2001: 212) menyebutkan bahwa kecemasan belajar adalah perasaan tdak menyenangkan, yang dtanda dengan stlah-stlah sepert kekhawa-tran, keprhatnan, dan rasa takut terhadap pelajaran yang sedang dpelajar yang kadang-kadang dalam dalam tngkatan yang berbeda-beda. Hal tu mendorong penuls untuk melakukan peneltan melalu konselng kelompok dengan teknk self control.
Berdasarkan pendapat d atas memantapkan penuls untuk melakukan peneltan tentang pe-ngaruh konselng kelompok sswa melalu teknk
self control terhadap penurunan kecemasan
belajar sswa kelas VII A SMP Neger 12 Kota Magelang.
METODE
Metode peneltan yang dgunkan dalam peneltan n adalah peneltan kuanttatf. Populas pada peneltan n adalah sswa kelas VII SMP N 12 Kota Magelang dengan menggunakan teknk purposive sampling. Metode
pengumpulan data yang dmaksud pada peneltan n adalah menggunakan nstrumen angket kecemasan belajar. Teknk analss data yang dgunakan yatu menggunakan uj wilcoxon
dengan design one grouph pre test post test untuk
menguj seberapa besar pengaruh konselng kelompok teknk self control untuk menurunkan
kecemasan belajar sswa. Keseluruhan teknk ana-lss data akan menggunakan program SPSS versi 20.0 for windows.
HASIL DANPEMBAHASAN
Langkah awal yang dlakukan dalam peneltan n adalah dengan memberkan tes awal (pre test) untuk mengukur konds awal
subyek peneltan sebelum dberkan perlakuan.
Pre test n termasuk pre test terpaka, karena pre
testn juga dgunakan untuk penentuan sampel yang sesua dengan kategor dalam tabel 1.
Tabel 1. Kategor Skor Angket Kecemasan Belajar
Frekuensi Kategori Jumlah 162,5 – 200 Sangat Tngg 0 125-161,5 Tngg 5 87,5-124 Sedang 24 50-86,5 Rendah 3 Jumlah 32
Pre test dlaksanakan dengan menyebar
ang-ket kecemasan belajar kepada subyek peneltan yang berjumlah 32 sswa. Hasl pre test kemudan
dkategorkan dan dambl 10 sswa, yang men-dapatkan kategor tnggada 5 sswa dan 5 sswa
dengan kategor sedang untuk djadkan anggota kelompok treatment.
Treatment akan dlakukan sebanyak enam kal
sesua dengan kesepakatan anggota kelompok. Setelah dlakukan treatment maka peneltan dakhr
dengan pelaksanaan post test. Langkah selanjutnya
adalah melakukan analss data terhadap hasl
post test termasuk d dalamnya uj hpotess dan
menyusun laporan hasl peneltan ke dalam bentuk yang sstemats.
Uji Hipotesis
Data danalss menggunakan model statistic non parametric dar program SPSS versi 20.0 for window dengan teknk two related sample untuk
memperkuat Ha.
Tabel 2
Hasl analss data dengan uj wcolxon Test Statisticsb
post_test - pre_test
Z -2.803a
Asymp. Sg. (2-taled) .005 a. Based on negatve ranks. b. Wlcoxon Sgned Ranks Test
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa nla Zhtung adalah -2,803 dengan Asymp.Sg.(2-taled) adalah 0,005. Adapun krtera pengujan hipotesis yaitu jika nilai Asymp.Sig.(2-tailed) > α maka Ho dterma. Dlhat dar hasl analss, nla Asymp.Sig.(2-tailed) = 0,005 < α = 5% (0,05) maka Ho dtolak, artnya hasl tersebut menunjukkan bahwa pemberan perlakuan berupa konselng kelompokteknk self control memlk pengaruh
terhadap penurunan kecemasan belajar sswa. Penurunan kecemasan belajar sswa dapat dlhat pula dar hasl penurunan skor post test
dengan skor pre test. Dketahu bahwa penurunan
skor tertngg sebesar 43 dan terendah sebesar 10. Rata-rata penurunan skor sebesar 20,6. Adanya penurunan skor menympulkan bah-wa kecemasan belajar rata-rata mengalam pe-nurunan yang signifikan.
Hasl peneltan menunjukkan bahwa ter-jad penurunan kecemasan belajar pada sswa. Hal tersebut juga dtanda dengan perubahan aspek dan ndkator kecemasan belajar, yatu sswa DA, VA dan MR yang semula malas belajar mula bertekad untuk belajar lebh rajn sehngga dapat mencapa kesuksesan d masa depan dengan selalu mengntrukskan pada drnya agar tdak malas dengan teknk self instruction. Sswa
AA dan MH yang semula cenderung kurang bsa mengatur waktu menjad bsa mengatur kegatan dan waktu dengan bak yatu dengan membuat jadwal kegatan dan merencanakan kegatannya dengan cara memberkan penguatan dan hukuman dsetap jadwal kegatan yang dlakukan dan yang tdak dengan menggunakan bantuan teknk reinforcement dan teknk punishment
dan sswa yang lan juga mengalam penurunan kecemasan belajar.Hal tersebut membuktkan bahwa konselng kelompok teknk self control
terbukt efektf dalam menurunkan kecemasan belajar sswa.
SIMPULAN
Berdasarkan hasl peneltan menunjukkan bahwa konselng kelompok teknk self control
me-miliki pengaruh positif yang signifikan dalam me-nurunkan kecemasan belajar. Sswa Kelas VII A SMP N 12 Kota Magelang mengalam penurunan kecemasan belajar setelah mengkut konselng kelompok teknk self control. Penurunan
kecemasan belajar pada sswa dtanda dengan mampu menghlangkan rasa malas belajar dan membag waktu seoptmal mungkn.
DAFTAR PUSTAKA
Ekawat, S. Wahyun dan Puj, Mulyono. 2006. Modul Mata Kuliah Metode Penelitian Sosial. Departemen
Komunkas dan Pengembangan Masyarakat. Fakultas Ekolog Manusa. Insttut Pertanan Bogor Juntka, Achmad. 2010. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT.Bum Aksara.
Nawangsar, N.A.F. 2001. “Pengaruh Self-Efficacy dan Expectancy-Value terhadap Kecemasan Menghadapi Pelajaran Matematika.” Jurnal Pskolog Penddkan. 3 (II).Hlm. 75-88.
Tohrn. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi). Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada