• Tidak ada hasil yang ditemukan

REVERSE ENGINEERING AUTOMATIC WELD SIZE GAUGE DAN VALIDASI DATA DENGAN MENGGUNAKAN COORDINATE MEASURING MACHINE (CMM)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "REVERSE ENGINEERING AUTOMATIC WELD SIZE GAUGE DAN VALIDASI DATA DENGAN MENGGUNAKAN COORDINATE MEASURING MACHINE (CMM)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

REVERSE ENGINEERING AUTOMATIC WELD SIZE

GAUGE DAN VALIDASI DATA DENGAN MENGGUNAKAN

COORDINATE MEASURING MACHINE (CMM)

Hadi Fadhil Musthofa*, Nurman Pamungkas, Ihsan Saputra

Batam Polytechnics

Mechanical Engineering study Program

Jl. Ahmad Yani, Batam Centre, Batam 29461, Indonesia

*E-mail:

[email protected]

Abstrak

Reverse engineering adalah metode untuk menganalisa suatu benda dari struktur, fungsi, dan cara kerjanya untuk

memudahkan mahasiswa memahami spesifikasi produk, keunggulan dan kelemahan produk, serta estimasi biaya produksi sebelum melakukan perancangan produk. Automatic Weld Size Gauge adalah salah satu alat ukur yang digunakan untuk memeriksa hasil lasan seperti memeriksa ukuran lasan radius, memeriksa toleransi yang diizinkan dari kecembungan dan kecekungan lasan, serta mengukur penguatan atau reinforcement pada lasan butt. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penyimpangan yang terjadi pada garis ukur automatic weldsize gauge dari hasil prototipe dan mengetahui langkah-langkah penggunaan metode reverse engineering. Hasil dari proses pembuatan prototipe dimesin CNC Milling akan diukur menggunakan CMM (Coordinate Measuring Machine) dengan tujuan memvalidasi data dimensi ukuran yang seharusnya dengan dimensi ukuran yang terdapat pada prototipe, dari data hasil validasi diperoleh hasil penyimpangan terbesar hingga -6,887 mm melebihi batas minimal toleransi pada bagian pengukuran max concavity. Pada bagian pengukuran fillet weld leg length penyimpangan terbesar hingga 0,967 mm melebihi batas maksimal toleransi. Kemudian pada bagian pengukuran max convexity penyimpangan terbesar hingga -2,605 mm melebihi batas minimal toleransi. Dan pada bagian pengukuran butt weld reinforcement juga terdapat penyimpangan(error) namun masih dalam batas toleransi. Penyimpangan yang terjadi diakibatkan oleh proses engraving pada mesin CNC (Computer Numerical Control), dimana

engrave tool tersebut merupakan engrave tool yang dibuat sendiri karena tidak tersedianya engrave tool yang seharusnya

sehingga hasil yang didapat tidak rapi. Dan pada saat pengambilan data pada produk original dengan proses pengukuran yang salah dikarenakan benda yg tipis, posisi pengukuran yang tidak tepat sehingga terjadi kesalahan dalam pembacaan (paralaks).

Kata Kunci : Automatic weld size gauge, reverse engineering, coordinate measuring machine. Abstract

Reverse engineering is a method to analyze an object from it’s structure, function, and how it works to make it easier for students to understand product specifications, product advantages and disadvantages, and production cost estimation before designing the product. The automatic weld size gauge is one of the measuring tools used to examine welded results such as to determine the size of a fillet weld, to check the permissible tolerances of convexity and concavity, to check the permissible tolerances of reinforcement. The purpose of this study is to determine the deviations that occur on the gauge automatic weld size gauge of prototype results and know the steps of the use of reverse engineering methods. The results of the CNC milling machining prototype process will be measured using CMM (coordinate measuring machine) with the aim of validating the dimension of the size data that should be with the size dimensions contained in the prototype, from the validation results obtained the largest deviation results up to -6.887 mm exceed the minimum tolerance on max concavity measurement. In the weld leg fillet measurement section the largest deviation to 0.967 mm exceeds the maximum tolerance limit. Then in the max convexity max deviation section up to -2.605 mm exceed the minimum tolerance limit. And in the measurement section butt weld reinforcement also there is a deviation(error) but still within the limits of tolerance. The deviation is caused by the engraving process on the CNC (computer numerical control) milling, where the engrave tool is a self-made engrave tool because of the unavailability of the engrave tool should be so that the results obtained are not neat. And when the data is taken on the original product wit h the wrong measurement process due to the thin object, the position of the measurement is not appropriate so that there i s an error in the reading (paralaks).

(2)

1. PENDAHULUAN

Pengelasan merupakan salah satu bagian yang tak terpisahkan dari proses manufaktur. Pengelasan merupakan proses penyambungan dua buah logam khususnya baja untuk menghasilkan sebuah konstruksi mesin. Sambungan las digunakan untuk menyatukan dua buah baja atau lebih yang bersifat permanen. Proses inspeksi las atau proses menilai hasil dari proses pengelasan dilakukan dengan bantuan suatu alat ukur

welding, salah satunya dengan menggunakan alat ukur

seperti Automatic Weld Size Gauge (AWS). AWS adalah alat ukur welding yang berfungsi untuk menentukan ukuran lasan radius, memeriksa toleransi yang diizinkan dari kecembungan dan kecekungan lasan, serta mengukur penguatan atau reinforcement pada lasan butt.

Proses perancangan dan pembuatan diperlukan data-data dimensi dari Automatic Weld Size Gauge, maka untuk mendapatkan data-data tersebut diperlukan suatu metode yaitu Reverse Engineering (RE)

Reverse engineering (RE) adalah sebuah proses

dalam bidang manufacturing yang bertujuan untuk mereproduksi atau membuat ulang model yang sudah ada baik komponen, sub assembly, atau produk tanpa menggunakan data-data dokumen desain atau gambar kerja yang sudah ada[1].

Menurut Bagci (2009), Reverse Engineering didefinisikan sebagai evaluasi yang sistematik dari produk yang sudah ada dengan tujuan melakukan duplikasi, termasuk didalamnya desain dari komponen baru, duplikat yang sudah ada, pembuatan ulang komponen yang rusak, dan peningkatan kepresisian produk[2].

Reverse engineering juga didefinisikan sebagai

proses untuk mendapatkan model CAD (Computer Aided

Design) geometris dari 3D point yang diperoleh dari scanning atau digitalisasi produk yang sudah ada.

Konsep reverse engineering di industri merupakan suatu langkah meniru produk yang sudah ada (dari produsen lain) sebagai dasar untuk merancang produk baru yang sejenis, dengan merubah desain, memperkecil kelemahan dan meningkatkan keunggulan produk dari para pendahulunya[3]. Kegiatan yang dilakukan meliputi 5 tahap, yaitu : kegiatan pembongkaran produk, proses disain produk baru, pembuatan prototipe produk, kegiatan penggabungan komponen, serta kegiatan pembandingan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penyimpangan yang terjadi pada garis ukur automatic

weldsize gauge dari hasil prototipe dan mengetahui

langkah-langkah penggunaan metode reverse engineering. Selain itu hasil simulasi juga memungkinkan kita untuk menetukan langkah-langkah proses dan mengurangi kesalahan agar tingkat kegagalan produksi dapat dikurangi.

2. METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 2.1 Flow Chart Proses Pengerjaan

Penelitian dilakukan dengan cara membongkar

Automatic Weld Size Gauge dan penamaan part atau

komponen, kemudian pengambilan data dengan cara mengukur ulang dimensi Automatic Weld Size Gauge dari pengukuran: (a). Body, (b). Penunjuk ukuran dan (c). baut pengunci (Gambar 2.2), dengan menggunakan jangka sorong hingga didapatlah desain 2D seperti (Gambar 2.3 dan Gambar 2.4)

Gambar 2.2 Pembongkaran Komponen Automatic Weld Size Gauge

(3)

Gambar 2.3 Hasil Desain 2D body

Gambar 2.4 Hasil Desain 2D Penunjuk Ukuran

Gambar 2.5 Posisi Garis Ukur Pada Automatic Weld Size Gauge [5] T ABLE I

Keterangan Dari Gambar 2.5

No Keterangan Fungsi

1 Butt weld reinforcement Untuk memeriksa toleransi penguatan yang dijinkan 2 Fillet weld leg length Untuk mengetahui ukuran

lasan radius

3 Max convexity Untuk memeriksa toleransi kecembungan yang diijinkan 4 Max concavity Untuk memeriksa toleransi

kecekungan yang diijinkan Pembuatan desain 3D dilakukan berdasarkan gambar 2D hasil pengukuran menggunakan jangka sorong, gambar 2D selanjutnya diaplikasikan ke software CAD (Computer Aided Design) untuk membuat gambar

part 3D dan sub assembly, gambar dari hasil CAD

kemudian akan dibuat program CNC dan simulasi proses pemesinan dilakukan dengan menggunakan software CAM (Computer Aided Manufacturing) . Program akan dijalankan di mesin CNC Milling apabila simulasi telah dilakukan untuk pembuatan prototipe. Simulasi dilakukan untuk menghindari kesalahan dalam pergerakan program saat diproses di mesin CNC Milling, hasil prototipe nantinya akan di assembly untuk mengetahui kesesuaian bentuk dan ukuran dengan gambar CAD, jika tidak sesuai maka akan dilakukan pembuatan program ulang untuk memperbaiki bentuk dan ukuran dari pembuatan prototipe. Setelah proses assembly berhasil maka selanjutnya adalah pengambilan data dari ukuran skala yang tertera pada

Automatic Weld Size Gauge hasil prototipe untuk

memvalidasi data antara dimensi ukuran seharusnya dengan dimensi ukuran yang terdapat pada prototipe hingga diketahui penyimpangan(error) yang terjadi.

Proses pengambilan data dari hasil prototipe nantinya akan menggunakan bantuan Coordinate Measuring Machine (CMM). Coordinate Measuring Machine (mesin pengukur kordinat) adalah sebuah alat

pengukur multi fungsi berkecepatan tinggi yang menghasilkan akurasi dan efisiensi pengukuran yang tinggi. Pada prinsipnya CMM adalah kebalikan dari CNC. Pada CNC kordinat yang dimasukkan menghasilkan gerakan pahat pada sumbu X, Y dan Z. Sedangkan pada CMM kontak antara probe dengan benda kerja menghasilkan kordinat. Selain itu jika pada mesin CNC menggunakan bantalan peluru bersirkulasi (circulated ball

bearing) maka pada mesin CMM menggunakan batalan

udara (air pad bearing) sehingga gerakannya sangat halus[4].

2.1. Pengumpulan data menggunakan CMM

Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengukur bagian skala ukur yang terdapat pada body dan penunjuk ukuran. Pengukuran yang dilakukan hanya pada skala ukur yang ada di prototipe Automatic Weld Size

Gauge adapun bagian yang diukur dapat dilihat pada

gambar 2.5. Sebelum pengukuran dilakukan ukuran yang terdapat pada prototipe merupakan satuan Inchi maka dari itu dikonversikan dulu ke dalam satuan milimeter (TABLE II). Dikarenakan pada saat pengambilan data menggunakan CMM mengacu pada satuan milimeter.

T ABLE II Konversi Inchi Ke Milimeter

NO

Inchi (25,4 mm) Milimeter (mm) Pecahan Biasa Pecahan Desimal Pecahan Desimal

1 1/16” 0,063” 1,588 2 1/8” 0,125” 3,175 3 3/16” 0,188” 4,763 4 1/4” 0,250” 6,350 5 5/16” 0,313” 7,938

1

2

3

4

(4)

6 3/8” 0,375” 9,525 7 7/16” 0,438” 11,113 8 1/2” 0,500” 12,700 9 9/16” 0,563” 14,288 10 5/8” 0,625” 15,875 11 11/16” 0,688” 17,463 12 3/4” 0,750” 19,050

Setelah dikonversikan maka hasil konversi tersebut merupakan dimensi original dari automatic weld size

gauge yaitu sebagai acuan untuk memvalidasi data dari

prototipe. Prototipe akan diukur tiap garis ukurnya menggunakan mesin CMM untuk mengetahui ukuran yang terdapat pada prototipe dengan cara menyentuhkan

probe ke dasar dari bagian penunjuk ukuran pada setiap

garis ukurnya dan akan didapat data ukuran hasil dari CMM seperti table dibawah ini (TABLE III — TABLE VI ).

T ABLE III

Data Hasil Pengukuran Pada Bagian Butt Weld Reinforcement Butt Weld Reinforcement

NO Dimensi Dimensi Prototipe (mm)

Original (mm) 1 2 3

1 3,175 3,288 3,198 3,499 2 4,763 4,976 4,686 4,931 3 6,350 6,529 6,289 6,444

T ABLE IV

Data Hasil Pengukuran Pada Bagian Fillet Weld Leg Length Fillet Weld Leg Length

NO Dimensi Dimensi Prototipe (mm)

Original (mm) 1 2 3 1 1,588 1,422 1,471 1,447 2 3,175 6,791 2,859 2,776 3 4,763 6,760 4,512 4,189 4 6,350 8,867 5,875 5,818 5 7,938 9,400 7,379 7,239 6 9,525 10,154 8,813 8,778 7 11,113 11,501 10,346 10,325 8 12,700 13,325 11,631 11,759 9 14,288 13,612 13,377 13,306 10 15,875 16,287 14,763 14,796 11 17,463 16,967 16,324 16,215 12 19,050 19,258 17,808 17,800 T ABLE V

Data Hasil Pengukuran Pada Bagian Max Convexity Max Convexity NO

Dimensi Dimensi Prototipe (mm)

Original (mm) 1 2 3 1 1,588 2,920 2,718 2,832 2 3,175 3,915 3,756 3,928 3 4,763 4,748 4,614 4,893 4 6,350 7,811 7,737 7,948 5 7,938 8,799 8,870 8,949 6 9,525 9,770 9,809 9,998 7 11,113 10,668 10,822 10,862 8 12,700 11,673 11,755 11,809 9 14,288 12,716 12,874 12,766 10 15,875 13,724 13,775 14,073 11 17,463 14,682 14,846 15,045 12 19,050 17,731 17,757 18,051 T ABLE VI

Data Hasil Pengukuran Pada Bagian Max Concavity Max Concavity

NO Dimensi Dimensi Prototipe (mm)

Original (mm) 1 2 3 1 1,588 1,179 0,847 1,026 2 3,175 1,967 1,825 2,081 3 4,763 3,167 2,813 2,914 4 6,350 4,124 3,858 4,014 5 7,938 5,077 5,025 5,074 6 9,525 6,025 5,803 6,101 7 11,113 7,205 6,914 7,042 Dari data pada table III merupakan hasil

pengukuran prototipe pada bagian butt weld reinforcemen t dengan tiga kali proses pengukuran menggunakan

coordinate measuring machine.

Dari data pada table IV merupakan hasil pengukuran prototipe pada bagian fillet weld leg length dengan tiga kali proses pengukuran menggunakan

coordinate measuring machine dengan jumlah garis yang

diukur sebanyak 12 garis.

Dari data pada table V merupakan hasil pengukuran prototipe pada bagian max convexity dengan tiga kali proses pengukuran menggunakan coordinate measuring

machine dengan jumlah garis yang diukur sebanyak 12

(5)

8 12,700 8,047 7,876 7,995 9 14,288 9,180 8,944 9,058 10 15,875 10,158 9,873 10,122 11 17,463 11,169 11,197 11,135 12 19,050 12,175 12,031 12,283 Dari data pada table VI merupakan hasil pengukuran prototipe pada bagian max concavity dengan tiga kali proses pengukuran menggunakan coordinate

measuring machine dengan jumlah garis yang diukur

sebanyak 12 garis

3. ANALISA DAN PEMBAHASAN

Hasil dari pengukuran pada prototipe yang telah dilakukan dengan mesin CMM akan dilakukan perhitungan hingga diperoleh rata-rata dan penyimpangan ukuran(error) dari prototipe tersebut yang ditunjukkan pada table dibawah ini (TABLE VII – TABLE X). Rata-rata diperoleh dari jumlah seluruh hasil pengukuran dibagi dengan jumlah data dan error diperoleh dari pengurangan antara rata-rata dari hasil pengukuran prototipe dengan dimensi original.

T ABLE VII

Data Hasil Perhitungan Rata-Rata Dan Penyimpangan(error) Pada Butt Weld Reinforcement

Butt Weld Reinforcement

NO Dimensi Rata-Rata (mm) Error (mm) Original (mm)

1 3,175 3,328 0,153

2 4,763 4,864 0,101

3 6,350 6,421 0,071

T ABLE VIII

Data Hasil Perhitungan Rata-Rata Dan Penyimpangan(Error) Pada Fillet Weld Leg Length

Fillet Weld Leg Length

NO Dimensi Rata-Rata (mm) Error (mm) Original (mm) 1 1,588 1,447 -0,141 2 3,175 4,142 0,967 3 4,763 5,154 0,391 4 6,350 6,853 0,503 5 7,938 8,006 0,068 6 9,525 9,249 -0,277 7 11,113 10,724 -0,389 8 12,700 12,238 -0,462 9 14,288 13,431 -0,856 10 15,875 15,282 -0,593 11 17,463 16,502 -0,961 12 19,050 18,289 -0,761 T ABLE IX

Data Hasil Perhitungan Rata-Rata Dan Penyimpangan(error) Pada Max Covexity

Max Convexity

NO Dimensi Rata-Rata (mm) Error (mm) Original (mm) 1 1,588 2,823 1,235 2 3,175 3,866 0,691 3 4,763 4,752 -0,011 4 6,350 7,832 1,482 5 7,938 8,873 0,935 6 9,525 9,859 0,333 7 11,113 10,784 -0,329 8 12,700 11,746 -0,955 9 14,288 12,785 -1,502 10 15,875 13,857 -2,018 11 17,463 14,858 -2,605 12 19,050 17,846 -1,204 T ABLE X

Data Hasil Perhitungan Rata-Rata Dan Penyimpangan(error) Pada Max Concavity

Max Concavity

NO Dimensi Rata-Rata (mm) Error (mm) Original (mm)

1 1,588 1,017 -0,571

2 3,175 1,957 -1,218

Dari table VII dapat diketahui hasil rata-rata dari data pengukuran yang didapat pada setiap garis ukur. Kemudian dari nilai rata-rata tersebut dikurangi dengan nilai dimensi original sehingga didapat nilai penyimpangan (error) dari bagian butt weld reinforcement.

Dari table VIII dapat diketahui hasil rata-rata dari data pengukuran yang didapat pada setiap garis ukur. Kemudian dari nilai rata-rata tersebut dikurangi dengan nilai dimensi original sehingga didapat nilai penyimpangan (error) dari bagian fillet weld leg length.

Dari table IX dapat diketahui hasil rata-rata dari data pengukuran yang didapat pada setiap garis ukur. Kemudian dari nilai rata-rata tersebut dikurangi dengan nilai dimensi original sehingga didapat nilai penyimpangan (error) dari bagian max convexity.

(6)

3 4,763 2,965 -1,798 4 6,350 3,999 -2,352 5 7,938 5,058 -2,879 6 9,525 5,976 -3,549 7 11,113 7,054 -4,059 8 12,700 7,972 -4,728 9 14,288 9,061 -5,227 10 15,875 10,051 -5,824 11 17,463 11,167 -6,296 12 19,050 12,163 -6,887

Dari table X dapat diketahui hasil rata-rata dari data pengukuran yang didapat pada setiap garis ukur. Kemudian dari nilai rata-rata tersebut dikurangi dengan nilai dimensi original sehingga didapat nilai penyimpangan (error) dari bagian max concavity.

Dari table VIII — table X tersebut telah diketahui nilai rata-rata dan nilai penyimpangan(error). Penyimpangan(error) tersebut merupakan nilai acuan untuk memvalidasi data apakah sesuai toleransi yang diizinkan atau tidak, menurut American Welding Society D1.1 untuk kriteria acceptance inspeksi visual bahwa nilai toleransi ±0,5 mm merupakan nilai toleransi yang masih diijinkan untuk pengukuran visual hasil sambungan las. Maka untuk menentukan hasil dari prototipe ini layak digunakan atau tidak dengan cara memvalidasi data nilai penyimpangan(error) dengan nilai toleransi sesuai standar yang telah ditetapkan menurut American Welding Society D1.1. Apabila hasil validasi data masih masuk dalam toleransi, maka dapat dikatakan data tersebut “accepted” dan apabila tidak masuk dalam toleransi maka data akan dikatakan "rejected” (TABLE XI – TABLE XIV )

T ABLE XI Data Hasil Validasi Dari Butt Weld Reinforcement Butt Weld Reinforcement

NO Error (mm) Toleransi (mm) Remark

1 0,153 ±0,5 Accepted

2 0,101 ±0,5 Accepted

3 0,071 ±0,5 Accepted

T ABLE XII Data Hasil Validasi Dari

Fillet Weld Leg Length Fillet Weld Leg Length

NO Error (mm) Toleransi (mm) Remark

1 -0,141 ±0,5 Accepted 2 0,967 ±0,5 Rejected 3 0,391 ±0,5 Accepted 4 0,503 ±0,5 Rejected 5 0,068 ±0,5 Accepted 6 -0,277 ±0,5 Accepted 7 -0,389 ±0,5 Accepted 8 -0,462 ±0,5 Accepted 9 -0,856 ±0,5 Rejected 10 -0,593 ±0,5 Rejected 11 -0,961 ±0,5 Rejected 12 -0,761 ±0,5 Rejected T ABLE XIII Data Hasil Validasi Dari

Max Convexity Max Convexity

NO Error (mm) Toleransi (mm) Remark

1 1,235 ±0,5 Rejected 2 0,691 ±0,5 Rejected 3 -0,011 ±0,5 Accepted 4 1,482 ±0,5 Rejected 5 0,935 ±0,5 Rejected 6 0,333 ±0,5 Accepted 7 -0,329 ±0,5 Accepted 8 -0,955 ±0,5 Rejected 9 -1,502 ±0,5 Rejected 10 -2,018 ±0,5 Rejected 11 -2,605 ±0,5 Rejected 12 -1,204 ±0,5 Rejected

Table XI merupakan data hasil validasi antara nilai penyimpangan (error) dengan nilai toleransi hingga dapat diketahui bahwa dari garis ukur yang terdapat pada bagian

butt weld reinforcement seluruh posisi garis ukur masih

masuk dalam toleransi yang diijinkan.

Table XII merupakan data hasil validasi antara nilai penyimpangan (error) dengan nilai toleransi hingga dapat diketahui bahwa dari garis ukur yang terdapat pada bagian

fillet weld leg length hanya 6 posisi garis ukur yang masih

(7)

T ABLE XIV Data Hasil Validasi Dari

Max Concavity Max Concavity

NO Error (mm) Toleransi (mm) Remark

1 -0,571 ±0,5 Rejected 2 -1,218 ±0,5 Rejected 3 -1,798 ±0,5 Rejected 4 -2,352 ±0,5 Rejected 5 -2,879 ±0,5 Rejected 6 -3,549 ±0,5 Rejected 7 -4,059 ±0,5 Rejected 8 -4,728 ±0,5 Rejected 9 -5,227 ±0,5 Rejected 10 -5,824 ±0,5 Rejected 11 -6,296 ±0,5 Rejected 12 -6,887 ±0,5 Rejected

Table XIV merupakan data hasil validasi antara nilai penyimpangan (error) dengan nilai toleransi hingga dapat diketahui bahwa dari garis ukur yang terdapat pada bagian max concavity seluruh posisi garis ukur yang ada melebihi batas maksimal dan minimal dari toleransi yang diijinkan.

4. KESIMPULAN

Pada pembuatan prototipe dari Automatic Weld

Size Gauge dimana data-data didapat dari hasil metode reverse engineering dari produk original. Metode reverse engineering merupakan suatu metode yang biasa

digunakan untuk mencari data dari suatu produk tanpa mengetahui data-data sebelumnya.

Pada bagian garis ukur Automatic Weld Size Gauge terdapat banyak penyimpangan(error) dan penyimpangan terbesar hingga -6,887 mm melebihi batas minimal toleransi pada bagian pengukuran max concavity. Pada bagian garis ukur untuk pengukuran fillet weld leg length penyimpangan terbesar hingga 0,967 mm melebihi batas maksimal toleransi. Kemudian pada bagian garis ukur untuk pengukuran max convexity penyimpangan terbesar hingga -2,605 mm melebihi batas minimal toleransi. Dan pada bagian garis ukur untuk pengukuran butt weld

reinforcement juga terdapat penyimpangan(error) namun

masih dalam batas toleransi.

Penyimpangan yang terjadi diakibatkan oleh proses penggunaan engrave pada mesin CNC (Computer

Numerical Control), dimana engrave tool tersebut

merupakan engrave tool yang dibuat sendiri karena tidak tersedianya engrave tool yang seharusnya. Dan salah s a t u akibat penyimpangan(error) yang terjadi adalah pada saat pengambilan data pada produk original dengan proses pengukuran yang salah dikarenakan benda yg tipis dan posisi pengukuran yang tidak tepat sehingga terjadi kesalahan dalam pembacaan (paralaks).

Data hasil validasi dari table yang telah dijabarkan di atas maka prototipe dari automatic weld size gauge belum memenuhi standar pengukuran untuk digunakan sebagai mana mestinya sebagai alat ukur hasil pengelasan. Dikarenakan masih banyak penyimpangan yang terjadi pada setiap garis ukurnya. Dan disarankan untuk pembuatan selanjutnya pada saat pengukuran lebih teliti dalam pembacaannya dan dengan posisi pengukuran yang baik dan benar. Serta tersedianya engrave tool yang seharusnya agar hasil dari proses engraving lebih halus dan rapi.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Urbanic, R. J. Dkk. “A Reverse Engineering

Methodology For Rotary Components From Point Cloud Data”. University of Wisdor. Canada, 2008

[2] Bagci E., 2009, Reverse Engineering Application for

Recovery of Brok en or Worn Parts and Remanufacturing : Three Case Studies, Advances in Engineering Software, v. 40, p. 407-418, 2008

[3] Raja, Vinesh., Fernandes, Kiran J., 2008. Reverse

Engineering : An Industrial Perspective, London: Springer Series In Advanced Manufacturing

[4] Wikipedia (2017), Coordinate Measuring Machine,

from

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Coordinate_Measurin g_Machine.17 Mei 2017

[5] Rktmaya.com (2017), welding gauge from

http://rktmaya .com/en/welding-gauge.html. 7 Juni 2017

Table XIII merupakan data hasil validasi antara nilai penyimpangan (error) dengan nilai toleransi hingga dapat diketahui bahwa dari garis ukur yang terdapat pada bagian max convexity hanya 3 posisi garis ukur yang masih masuk dalam toleransi yang diijinkan.

Gambar

Gambar 2.1 Flow Chart Proses Pengerjaan
Gambar 2.3 Hasil Desain 2D body
Table XII merupakan data hasil validasi antara nilai  penyimpangan  (error) dengan nilai toleransi hingga dapat  diketahui bahwa dari garis ukur yang terdapat pada bagian  fillet weld leg length hanya 6 posisi garis ukur yang masih  masuk dalam  toleransi
Table  XIV  merupakan  data  hasil  validasi  antara  nilai  penyimpangan  (error)  dengan  nilai  toleransi  hingga  dapat  diketahui bahwa dari garis ukur yang terdapat pada  bagian  max  concavity  seluruh posisi garis ukur yang ada  melebihi  batas  ma

Referensi

Dokumen terkait

Publikasi Statistik Kegiatan Ekonomi Kota Semarang Tahun 2014 menggunakan PDRB dengan tahun dasar baru yaitu tahun dasar 2010 dan pengelompokan lapangan usahanya

entitled "Samkalin Hindi Upanyas Aur Dalit Chetna" under the supervision.

Understanding the need to generate city based scientific evidence and to assess the local vulnerability, researchers from the Urban Health and Climate Resilience Center, Surat

Dari hasil pengamatan dan perkembangan meningkatnya penyalahgunaan narkotika dalam hal ini perlu dilakukan upaya pencegahan dan mengurangi tindak kejahatan penyalahgunaan narkotika

[r]

[r]

[r]

Penelitian ini dilakukan dengan menerapkan media scrapbook di kelas X Kecantikan Kulit dan Rambut SMK Negeri 3 Blitar. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui 1) Kelayakan media