• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI METODE EKSPERIMEN BAGI ANAK BERKESULITAN BELAJAR KELAS IV B SD NEGERI PETORAN SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI METODE EKSPERIMEN BAGI ANAK BERKESULITAN BELAJAR KELAS IV B SD NEGERI PETORAN SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010 2011"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI

METODE EKSPERIMEN

BAGI ANAK BERKESULITAN BELAJAR KELAS IV B

SD NEGERI PETORAN SURAKARTA

TAHUN AJARAN 2010/ 2011

Skripsi

Oleh :

WINDA WATI

NIM K 5107044

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KHUSUS

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA

MELALUI METODE EKSPERIMEN

BAGI ANAK BERKESULITAN BELAJAR KELAS IV B

SD NEGERI PETORAN SURAKARTA

TAHUN AJARAN 2010/ 2011

Skripsi

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi

Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Khusus

Oleh :

WINDA WATI

NIM K 5107044

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KHUSUS

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(3)

commit to user

(4)

commit to user

(5)

commit to user

v ABSTRAK

Winda Wati. UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE EKSPERIMEN BAGI ANAK BERKESULITAN BELAJAR KELAS IV B SD NEGERI PETORAN SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010 / 2011. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, April 2011.

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar IPA bagi anak berkesulitan belajar kelas IV B SD Negeri Petoran Surakarta melalui metode eksperimen.

Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan dua siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV B SD Negeri Petoran Surakarta tahun ajaran 2010 / 2011 yang terdiri dari 39 siswa, dimana terdapat 7 siswa yang terdeteksi sebagai anak berkesulitan belajar yaitu 4 siswa laki-laki dan 3 siswa perempuan. Teknik pengumpulan data menggunakan dokumentasi dan tes. Validitas data penelitian menggunakan validitas isi. Teknik analisis data menggunakan teknik deskriptif kuantitatif.

(6)

commit to user

vi ABSTRACT

Winda Wati. THE ATTEMPT OF IMPROVING SCIENCE LEARNING ACHIEVEMENT USING EXPERIMENTAL METHOD FOR LEARNING DISABILITY IV B CLASS OF SD NEGERI PETORAN SURAKARTA IN THE SCHOOL YEAR OF 2010/2011. Skripsi, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Surakarta Sebelas Maret University, March 2010.

The objective of research is to improve the science learning achievement for learning disability IV B class of SD Negeri Petoran Surakarta by using experimental method.

This study belongs to a Classroom Action Research using two cycles. Each cycle consisted of four stages: planning, acting, observing, and reflecting. The subject of research was all IVB class of SD Negeri Petoran Surakarta in school year of 2010/2011 consisting of 39 students, 7 of which were detected as learning disability students 4 boys and 3 girls. Technique of collecting data used was documentation and test. The data validation was tested using content validity. Technique of analyzing data used was a quantitative descriptive technique.

(7)

commit to user

vii MOTTO

Jika kau memberi tahu mereka

Mereka hanya akan melihat gerakan bibirmu

Jika kau menunjukkan kepada mereka

Mereka akan tergoda untuk melakukannya sendiri

Menurut Maria Montessori

(8)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan kepada :

Allah SWT senantiasa memberikan rahmat serta hidayahNya.

Bapak dan Ibu tersayang yang telah memberikan semangat, doa dan kasih

sayang yang tidak terhingga nilainya.

Kakak-kakakku (Mbak Anjar dan Mas Bina) tercinta yang selalu memacuku

menyelesaikan skripsi ini.

Adik ku (Hilal) yang tercinta.

Mas Dodik Ardhiyanto yang selalu memberikan semangat dan dukungan

dalam menyelesaikan skripsi ini.

Teman-teman dan sahabatku tersayang yang selalu membantu dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Seluruh keluarga besar SD Negeri Petoran Surakarta.

(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT bahwa skripsi

dengan judul : “UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA

MELALUI METODE EKSPERIMEN BAGI ANAK BERKESULITAN

BELAJAR KELAS IV B SD NEGERI PETORAN SURAKARTA TAHUN

AJARAN 2010/ 2011”

Telah berhasil disusun dalam memenuhi syarat yang diwajibkan guna

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Didalam penyusunan skripsi, penulis telah berusaha dengan cara yang

sebaik mungkin, walaupun demikian tentunya masih banyak kekurangan dan

kesalahan, untuk itu kritik dan saran untuk perbaikan akan saya terima dengan

senang hati.

Atas terwujudnya skripsi ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima

kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah

memberikan izin penyusunan skripsi.

2. Drs. R. Indianto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta atas

pemberian izin penyusunan skripsi.

3. Drs. A Salim Choiri, M.Kes selaku Ketua Program Studi Pendidikan Luar

Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta atas pemberian izin penyusunan skripsi.

4. Maryadi, M.Ag selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Luar Biasa

Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

5. Drs. Gunarhadi, M. A, Ph. D selaku pembimbing I yang dengan sabar

mengarahkan dan membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi

(10)

commit to user

x

6. Sugini, M. Pd selaku pembimbing II yang dengan sabar mengarahkan dan

membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Suwarno, S.Pd,MM selaku Kepala Sekolah SDN Petoran Surakarta yang

telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian guna

memperoleh data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini.

8. Joko Riyanto, A. Ma selaku guru kelas IV B SDN Petoran Jebres Surakarta

yang telah memberikan izin untuk penelitian.

9. Keluarga besar SD Negeri Petoran Surakarta yang telah memberikan bantuan

dan menjadi tempat penelitian.

10. Rekan-rekan mahasiswa S1 Progam Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu

Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas

Maret angkatan 2007 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang

telah membantu dan memberikan semangat selama menyelesaikan skripsi ini.

Semoga amal dan kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan

dari Tuhan Yang Maha Esa. Walaupun disadari dalam skripsi ini masih banyak

kekurangan, namun diharapkan skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu

pengetahuan dan juga dunia pendidikan.

(11)

commit to user

HALAMAN PERSETUJUAN ……….. iii

HALAMAN PENGESAHAN ……… iv

HALAMAN ABSTRAK ……… v

HALAMAN ABSTRACT ……….. vi

HALAMAN MOTTO ……… vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ………. viii

KATA PENGANTAR ……… ix

1. Tinjauan Tentang Anak Berkesulitan Belajar…...

2. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar ………...

3. Tinjauan Tentang Ilmu Pengetahuan Alam ……...

4. Tinjauan Tentang Metode Pembelajaran…………..

(12)

commit to user

xii

D. Hipotesis ……… 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN……….

A. Tempat dan Waktu Penelitian ………...…....

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...

A. Pelaksanaan Tindakan ...

1. Deskripsi Kondisi Awal (Pra – tindakan)...……….

2. Siklus I ...………

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN ………

(13)

commit to user

xiii

DAFTAR BAGAN

(14)

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 41

Tabel 3.2. Daftar Nama Siswa Berkesulitan Belajar ... 42

Tabel 3.3. Jenis-jenis Dokumen ... 43

Tabel 4.4. Daftar Nilai IPA Anak Berkesulitan Belajar Kondisi Awal ... 54

Tabel 4.5. Daftar Nilai Siklus I ... 61

Tabel 4.6. Daftar Nilai Siklus II ... 61

Tabel 4.7. Peningkatan Prestasi Belajar IPA Anak Berkesulitan Belajar ... 62

Tabel 4.8. Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa AP ... 64

Tabel 4.9. Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa SH ... 65

Tabel 4.10. Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa LW ... 67

Tabel 4.11. Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa WB ... 68

Tabel 4.12. Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa IK ... 70

Tabel 4.13. Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa IS ... 71

(15)

commit to user

xv

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 4.1. Grafik Nilai IPA Anak Berkesulitan Belajar Kondisi Awal ... 54

Grafik 4.2. Grafik Nilai Siklus I ... 61

Grafik 4.3. Grafik Nilai Siklus II ... 62

Grafik 4.4. Grafik Peningkatan Prestasi Belajar Anak Berkesulitan belajar .... 63

Grafik 4.5. Grafik Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa AP ... 64

Grafik 4.6. Grafik Peningkatan Prestasi Belajar IPA Sisiwa SH ... 66

Grafik 4.7. Grafik Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa LW ... 67

Grafik 4.8. Grafik Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa WB ... 69

Grafik 4.9. Grafik Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa IK ... 70

Grafik 4.10. Grafik Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa IS ... 72

(16)

commit to user

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Data Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Kelas IV B SD

Negeri Petoran Surakarta Tahun Ajaran 2010 / 2011 ... 81

Lampiran 2. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) SD Negeri Petoran Surakarta Tahun Ajaran 2010 / 2011 ... 82

Lampiran 3. Silabus ... 83

Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Pre-Test) ... 85

Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 92

Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 100

Lampiran 7. Materi Ajar ... 108

Lampiran 8. Kisi-kisi Soal Romawi I ... 111

Lampiran 9. Kisi-kisi Soal Romawi II ... 112

Lampiran 10. Kisi-kisi Soal Romawi III ... 113

Lampiran 11. Soal ... 114

Lampiran 12. Kunci Jawaban Dan Pedoman Penskoran ... 117

Lampiran 13. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi ... 119

Lampiran 14. Surat Permohonan Ijin Research / Tryout ... 121

(17)

commit to user

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah suatu kegiatan atau usaha sadar untuk menyiapkan

peserta didik ke arah tingkat kedewasaan melalui kegiatan bimbingan,

pengajaran dan / atau latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang. Maka

dari itu setiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran, baik itu anak yang

tergolong normal (anak normal) maupun Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).

Mereka akan mengambil peran masing-masing di masa yang akan datang,

sehingga mereka memerlukan pendidikan. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

berhak mendapatkan pendidikan dan pengajaran seoptimal mungkin sesuai

dengan kebutuhan dan kemampuan dari masing-masing anak.

Pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) atau Anak Luar

Biasa (ALB) disebut Pendidikan Luar Biasa (PLB). Adapun jenis-jenis

Pendidikan Luar Biasa (PLB) yang mungkin dapat membantu mencukupi

kebutuhan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di dalam bidang pendidikan yaitu

1) Pendidikan khusus sepanjang hari, 2) Pendidikan segregrasi (Kelas khusus dan

Sekolah Luar Biasa), 3) Pendidikan Mainstreaming, dan 4) Pendidikan Inklusi.

Dari berbagai jenis pendidikan luar biasa tersebut, yang dapat mengikut sertakan

anak berkebutuhan khusus (ABK) dengan anak normal lainnya dalam satu

sekolah adalah pendidikan inklusi.

Pendidikan inklusi menurut Shevin yang dikutip oleh Sunardi (1998 :

77) didefinisikan sebagai “sistem layanan PLB yang mempersyaratkan agar

semua anak luar biasa dilayani di sekolah-sekolah terdekat di kelas biasa bersama

teman-teman seusianya”. Di dalam pendidikan inklusi atau sekolah inklusi

menekankan pada perlakuan kepada setiap anak secara individual tanpa harus

menggunakan istilah luar biasa atau pelabelan terhadap anak berkebutuhan

(18)

commit to user

Salah satu contoh sekolah yang melaksanakan sistem pendidikan

inklusi adalah SD Negeri Petoran Surakarta. Di SD Negeri Petoran Surakarta

ditemukan banyak peserta didik yang mengalami kesulitan dalam belajar. Hal

tersebut sesuai dengan data yang peneliti peroleh selama melakukan kegiatan

program pengalaman lapangan (PPL) yaitu 54 siswa atau 11 % dari seluruh

jumah peserta didik mengalami mengalami kesulitan dan hambatan dalam belajar

yang biasa disebut anak berkesulitan belajar.

Anak berkesulitan belajar adalah anak yang mengalami kesulitan,

kegagalan, serta ketidaksanggupan untuk menangkap informasi melalui kegiatan

memperhatikan dan mengolah informasi. Kesulitan yang sering dialami oleh

anak berkesulitan belajar pada umumnya adalah di bidang akademiknya, yaitu

dalam berfikir, menerima serta memahami materi pelajaran pada bidang studi

tertentu selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.

Salah satu kesulitan yang dialami oleh anak berkesulitan belajar adalah

kesulitan di dalam menerima dan memahami mata pelajaran Ilmu Pengetahuan

Alam (IPA). Tidaklah mudah dalam mempelajari dan memahami mata pelajaran

IPA. Ketidakmampuan anak di dalam menerima dan memahami materi Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA) tersebut dibuktikan dengan prestasi belajar IPA siswa

kelas IV B yang masih rendah di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)

yang telah ditetapkan SD Negeri Petoran Surakarta yaitu 63. Dari data hasil

prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA ketika ujian tengah semester (mid

semester) terbukti bahwa dari seluruh siswa yaitu 40 siswa, siswa yang nilainya

di bawah KKM berjumlah 23 siswa atau 57,5 % sedangkan 17 siswa atau 42,5 %

siswa memperoleh nilai di atas KKM. Sehingga rata-rata kelas menjadi rendah

yaitu 60,75 .

Sesuai hasil observasi yang dilakukan peneliti ketika melakukan

kegiatan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SD Negeri Petoran Surakarta,

rendahnya prestasi belajar pada mata pelajaran IPA anak berkesulitan belajar

disebabkan oleh berbagai alasan diantaranya adalah banyaknya materi IPA yang

harus dihafalkan, kurangnya buku pegangan pelajaran IPA serta kurangnya

(19)

commit to user

kurang bergairah dan cenderung tidak aktif dalam proses belajar mengajar

berlangsung. Selain itu alasan yang paling utama yang menyebabkan prestasi

belajar IPA anak berkesulitan belajar rendah yaitu metode pembelajaran yang

diterapkan oleh guru. Guru cenderung menggunakan metode ceramah. Metode

ini dianggap metode yang paling praktis dan mudah untuk dilaksanakan dan

diterapkan tanpa adanya persiapan. Sehingga siswa tidak dapat menerima dan

memahami konsep IPA yang diajarkan guru. Seyogyanya dalam pembelajaran

IPA menuntut siswa, baik siswa dengan keadaan normal maupun siswa

berkebutuhan khusus, khususnya anak berkesulitan belajar untuk lebih aktif

membuktikan teori-teori yang telah dibaca sesuai dengan kenyataan.

Salah satu metode yang dapat diterapkan dalam pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA) bagi anak berkesulitan belajar adalah metode

eksperimen (praktikum). Metode eksperimen (praktikum) adalah bagian dari

pengajaran yang bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk menguji dan

melaksanakan di keadaan nyata apa yang diperoleh dari teori (Kamus Besar

Bahasa Indonesia, 2005 : 892). Metode ini merupakan salah satu metode yang

dapat diterapkan di dalam pembelajaran IPA bagi anak berkesulitan belajar.

Anak berkesulitan belajar cenderung lebih mudah di dalam menerima dan

memahami konsep-konsep IPA dengan melakukan suatu percobaan. Dengan

metode ini, siswa dapat lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan

berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau teori

di dalam buku. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk

mengadakan penelitian dengan judul :

“Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Melalui Metode Eksperimen Bagi Anak Berkesulitan Belajar Kelas IV B SD Negeri Petoran Surakarta Tahun

(20)

commit to user

B. Rumusan Masalah

Sebagai acuan dalam melaksanakan penelitian tindakan ini maka dapat

dirumuskan satu permasalahan sebagai berikut :

Apakah pengunaan metode eksperimen dapat meningkatkan prestasi belajar IPA

bagi anak berkesulitan belajar kelas IV B SD Negeri Petoran Surakarta tahun

ajaran 2010 / 2011?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan yaitu untuk

meningkatkan prestasi belajar IPA bagi anak berkesulitan belajar kelas IV B SD

Negeri Petoran Surakarta melalui metode eksperimen.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Secara Teoritis

Untuk menambah pengetahuan dan informasi bagi guru maupun calon guru

agar memperhatikan metode yang digunakan dalam pembelajaran IPA bagi

siswa berkesulitan belajar.

2. Manfaat Secara Praktis

a. Bagi guru

Membantu guru mengatasi kesulitan siswa terutama bagi siswa berkesulitan

belajar dalam menerima dan memahami mata pelajaran IPA pokok bahasan

energi panas dan bunyi.

b. Bagi siswa

Membantu siswa untuk lebih mudah menerima dan memahami mata

pelajaran IPA pokok bahasan energi panas dan bunyi melalui metode

(21)

commit to user

5 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Tentang Anak Berkesulitan Belajar

a. Pengertian Anak Berkesulitan Belajar

Kesulitan belajar yaitu kesenjangan umum antara hasil belajar yang

diharapkan dengan kemampuan. Kesulitan belajar atau bisa disebut juga

gangguan dalam belajar (Learning Disorder/ LD) adalah kekurangan yang

tidak tampak secara lahiriah.

Anak-anak kesulitan belajar adalah anak-anak yang mengalami

kesulitan di dalam membaca, menulis dan mengeja. Mereka sering dianggap

sebagai anak yang malas, bodoh dan lamban. Hampir pada semua sekolah

terdapat anak-anak yang mempunyai ciri-ciri kesulitan belajar yang dapat

disebut sebagai anak berkesulitan belajar.

Pengertian anak berkesulitan belajar juga dikemukakan oleh

Krochack, A. Linda and Thomas G Ryan dalam jurnal Special of Education

Vol 22 No 3 2007 yang dikutip dari (http : //www. google. co.id.

International Journal of Special Education Children With Learning

Disability. International Journal of Special Education Vol 22 No 3 2007)

Definition of a learning disability is “refer to a number of disorders which may affect the acquisition, organization, retention, understanding or use of verbal or nonverbal information. These disorders affect learning in individuals who otherwise demonstrate at least average abilities essential for thinking and/or reasoning. As such, learning disabilities are distinct from global intellectual deficiency. Learning disabilities result from impairments in one or more processes related to perceiving, thinking, remembering or learning. These disorders are not due primarily to hearing and/or vision problems, socio-economic factors, cultural or linguistic differences, lack of motivation or ineffective teaching”.

(22)

commit to user

penggunaan informasi verbal atau nonverbal. Gangguan ini mempengaruhi

belajar pada individu yang dinyatakan dalam mendemonstrasikan

kemampuan rata-rata minimal penting untuk berpikir dan / atau penalaran.

Dengan demikian, ketidakmampuan belajar yang berbeda dari defisiensi

intelektual global. Kesulitan belajar merupakan hasil dari gangguan dari satu

atau lebih proses yang terkait dengan mengamati, berpikir, mengingat atau

belajar. Gangguan ini bukan karena terutama untuk mendengar dan perbedaan

/ atau visi masalah, faktor-faktor sosial-ekonomi, budaya atau bahasa,

kurangnya motivasi atau mengajar tidak efektif.

Variasi definisi kesulitan belajar juga dikemukakan oleh Hardman

yang dikutip oleh Anton Sukarno (2006 : 68) yaitu dalam dunia pendidikan

menggunakan istilah kesulitan belajar spesifik (specific learning disability).

Psikologi menggunakan istilah penyimpangan persepsi dan tingkah laku

hiperkinetik (perceptual disorder and hiperkinetic behaviour). Bahasa

(speech and language) menggunakan istilah aphasia dan disleksia (aphasia

and dyslexia). Kesehatan (medicine) menggunakan istilah rusak otak

(minimal brain elemage), disfungsi minimal otak (minimal brain

dysfunction), luka otak (brain injury) dan gangguan otak (brain impairment).

Istilah umum yang digunakan adalah luka otak, disfungsi minimal otak,

kesulitan belajar.

Specific learning disabilities means a disorder of one or more of the basic psychological processes involved in understanding or in using language, spoken or written, wich may manifest itself in an imperfect ability to listen, think, speak, read, write, spel, or do arithmaetic calculations. The term includes such conditions as perceptual handicaps, brain injury, minimal brain damage, dyslexia, and developmental aphasia. The term does not include children who have learning problems which are primarily the result of visual, hearing, or motor handicaps, of mental retardation, or environmental, cultural, or economic disadvantage.

(Johnson et al, 1980 : 37).

Kesulitan belajar khusus adalah suatu gangguan satu atau lebih dari

(23)

commit to user

menggunakan bahasa, lisan atau tertulis, yang dapat memanifestasikan

dirinya dalam kemampuan sempurna untuk mendengarkan, berpikir,

berbicara, membaca, menulis, spel, atau melakukan perhitungan dalam

aritmatika. Istilah ini mencakup kondisi seperti cacat persepsi, cedera otak,

kerusakan otak minimal, disleksia, dan afasia perkembangan. Istilah ini tidak

mencakup anak-anak yang memiliki masalah belajar yang terutama hasil

visual, pendengaran, atau cacat motor, keterbelakangan mental, atau

merugikan lingkungan, budaya, atau ekonomi.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa anak berkesulitan

belajar atau dalam dunia pendidikan biasa disebut specific learning disability

adalah seorang yang mempunyai hambatan, keterbelakangan atau gangguan

di dalam mendengarkan, berfikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja atau

berhitung. Dimana gangguan tersebut dapat mempengaruhi seseorang dalam

menafsirkan apa yang mereka lihat dan dengar, serta ketidakmampuan dalam

menghubungkan informasi yang berasal dari bagian otak mereka. Tetapi

gangguan tersebut tidak disebabkan karena adanya gangguan dalam melihat,

mendengar, ataupun gangguan dalam emosional, melainkan adanya disfungsi

neurologist. Gangguan tersebut mengakibatkan anak mengalami kesulitan

dalam berbagai bidang. Kesulitan ini tampak ketika mereka mengikuti

kegiatan pembelajaran di sekolah dan menghambat proses belajar mereka

sehingga mereka mendapat prestasi belajar yang rendah atau di bawah

rata-rata.

b. Karakteristik Anak Berkesulitan Belajar

Anak berkesulitan belajar atau yang biasa disebut learning

disability memiliki beragam gejala atau karakteristik. Terdapat berbagai

karakteristik anak berkesulitan belajar. Masing-masing anak menampakkan

karekteristik yang berbeda-beda. Menurut Anton Sukarno (2006 : 75),

karakteristik kesulitan belajar tampak pada :

(24)

commit to user

2) Kegagalan untuk mengembangkan dan memobilisasi strategi untuk belajar, mengorganisasi belajar, kerangka belajar aktif dan fungsi-fungsi metakognitif,

3) Lemah dalam kemampuan gerak antara koordinasi gerakan baik dan kasar, kegagalan umum dan canggung, persoalan-persoalan spasial,

4) Permasalahan-permasalahan persepsi anatara lain, pembedaan stimulus pendengaran, penglihatan, closure dan cequensi pendengaran, dan penglihatan,

5) Kesulitan bahasa lisan, pendengaran berbicara daftar kata, kemampuan linguistic,

6) Kesulitan membaca antara lain pengkodean, ketrampilan dasar membaca, membaca komprehensif,

7) Kesulitan menulis bahasa, antara lain mengeja, tulisan tangan, mengarang,

8) Kesulitan matematika, antara lain pemikiran kuantitatif, berhitung, waktu, ruang dan menghitung fakta, dan

9) Tingkah laku sosial yang tidak pantas antara lain persepsi sosial, tingkah laku emosi, penegakan saling hubungan.

Munawir Yusuf (2005 : 43) menyebutkan beberapa karakteristik

anak berkesulitan belajar dilihat dari gejala yang tampak, yaitu sebagai

berikut :

1) Tidak dapat mengikuti proses pembelajaran seperti teman yang lain,

2) Sering terlambat bahkan tidak mau menyelesaikan tugas 3) Menghindari tugas- tugas yang agak berat

4) Ceroboh dan kurang teliti dalam menyelesaikan tugas khusus 5) Acuh tak acuh atau masa bodoh

6) Menampakkan semangat belajar rendah 7) Tidak mampu berkonsentrasi

8) Perhatian terhadap suatu obyek singkat 9) Suka menyendiri, sulit menyesuaikan diri 10)Murung

mengemukakan karakteristik umum anak berkesulitan belajar adalah sebagai

(25)

commit to user

1) hyperactivity,

2) perceptual-motor imparments, 3) emotional lability,

4) general coordination deficits, 5) disorders of attention,

6) impulsive,

7) disorders of memory and thinking, 8) specific learning disabilities,

9) disorders of speech and hearing , and 10) equivocal neurological signs.

Menurut penjelasan di atas dapat simpulkan bahwa jenis

karakteristik anak berkesulitan belajar disesuaikan dengan penyebab serta

tingkat usia anak. Gangguan-gangguan di atas dapat diwujudkan dalam cara

yang berbeda-beda pada tingkat umur yang berbeda. Adapun kesimpulan

yang dapat diambil dari penjelasan diatas bahwa karakteristik umum dari

anak berkesulitan belajar adalah sebagai berikut :

1) Hiperaktif dan impulsif,

2) Gangguan dalam pemusatan perhatian dan konsentrasi,

3) Gangguan dalam berfikir, menganalisa dan memecahkan suatu masalah

dalam belajar sehingga hasil belajar rendah,

4) Ceroboh, acuh tak acuh dan kurang teliti dalam menyelesaikan tugas,

5) Agresif,

6) Mengalami kesulitan dalam menulis, membaca, dan berhitung sehingga

mempengaruhi pada hasil akademik lainnya,dll.

c. Klasifikasi Anak Berkesulitan Belajar

Setiap anak berkesulitan belajar mempunyai gejala yang

berbeda-beda. Jadi tidaklah mudah dalam mengklasifikasikan kesulitan belajar.

Menurut Mulyono Abdurrahman (2003 : 169-251), bentuk-bentuk kesulitan

belajar , yaitu :

1) Kesulitan Belajar Kognitif

Kesulitan belajar kognitif adalah salah satu bentuk kesulitan belajar yang

bersifat perkembangan (developmental learning) atau kesulitan belajar

(26)

commit to user

mendapat perhatian karena sebagian besar dari belajar akademik terkait

dengan ranah kognitif. Jika kesulitan belajar kognitif tidak segera diatasi

maka dapat menimbulkan kesulitan dalam berbagai bidang akademik.

2) Kesulitan Belajar Bahasa

Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi yang terintegarsi, mencakup

bahasa ujaran, membaca dan menulis. Penyebab kesulitan belajar bahasa,

yaitu :

a) Kekurangan kognitif

Tujuh jenis kekurangan kognitif, yaitu (1) memahami dan

membedakan makna bunyi wicara, (2) pembentukan konsep dan

pengembangannya kedalam unit-unit semantik, (3)

mengkalisifikasikan kata, (4) mencari dan menetapkan kata yang ada

hubungannya dengan kata lain (hubungan semantik), (5) memahami

saling keterkaitan antara masalah, proses dan aplikasinya, (6)

perubahan makna atau transformasi semantik, (7) menangkap makna

secara penuh (implikasi semantik).

b) Kekurangan dalam memori

c) Kekurangan kemampuan melakukan evaluasi / menilai

Anak berkesulitan belajar sering memiliki kesulitan dalam menilai

kemantapan atau keajegan arti dari suatu kata baru terhadap

informasi yang telah mereka peroleh sebelumnya.

d) Kekurangan kemampuan memproduksi bahasa

Anak berkesulitan belajar umumnya memiliki taraf perkembangan

berbagai kemampuan yang kurang memadai, maka mereka banyak

yang mengalami kesulitan dalam memproduksi bahasa.

e) Kekurangan dalam bidang pragmatik atau penggunaan fungsional

bahasa.

Anak berkesulitan belajar umumnya memperlihatkan kekurangan

dalam mengajukan berbagai pertanyaan, memberikan reaksi yang

tepat terhadap berbagai pesan, menjaga atau mempertahankan

(27)

commit to user

yang kuat. Anak berkesulitan belajar umumnya juga kurang

persuasive dalam percakapan, lebih banyak mengalah dalam

percakapan dan kurang mampu mengatur cara berdialog dengan

orang lain.

3) Kesulitan Belajar Membaca

Kesulitan belajar membaca sering disebut juga disleksia (dyslexia).

Istilah disleksia banyak digunakan dalam dunia kedokteran dan dikaitkan

dengan adanya gangguan fungsi neurologist.

Anak berkesulitan belajar membaca permulaan mengalami berbagai

kesalahan dalam membaca sebagai berikut :

a) penghilangan kata atau huruf,

b) penyelipan kata,

c) penggantian kata,

d) pengucapan kata salah dan makna berbeda,

e) pengucapan kata salah tetapi makna sama,

f) pengucapan kata salah dan tidak bermakna,

g) pengucapan kata dengan bantuan guru,

h) pengulangan,

i) pembalikan kata,

j) pembalikan huruf,

k) kurang memperhatikan tanda baca,

l) pembentulan sendiri,

m) ragu-ragu, dan

n) tersendat-sendat.

4) Kesulitan Belajar Menulis

Kesulitan belajar menulis sering disebut disgrafia (dysgraphia).

Kesulitan belajar menulis yang berat disebut juga agrafia. Disgarfia

menunjuk pada adanya ketidakmampuan mengingat cara membuat huruf

atau symbol-simbol matematika. Disgrafia sering dikaitkan dengan

kesulitan belajar membaca atau disleksia (dysleksia) karena kedua jenis

(28)

commit to user

5) Kesulitan Belajar Matematika

Kesulitan belajar matematika disebut juga diskalkulia (dyscalculis)

Istilah diskalkulia memiliki konotasi medis, yang memandang adanya

kerkaitan dengan gangguan system saraf pusat. Ada beberapa

karakteristik anak berkesulitan belajar matematika, yaitu (1) adanya

gangguan dalam hubungan keruangan, (2) abnormalitas persepsi visual,

(3) asosiasi visual-motor, (4) perseverasi, (5) kesulitan mengenal dan

memahami simbol, (6) gangguan pengahayatan tubuh, (7) kesulitan

dalam bahasa dan membaca, dan (8) Performance IQ jauh lebih rendah

daripada skor verbal IQ.

Sedangkan Munawir Yusuf (2005 : 60-65) menyebutkan secara

garis besar kesulitan belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok,

yaitu :

1) Kesulitan Belajar Praakademik

Kesulitan belajar ini sering disebut kesulitan belajar developmental.

Yang terdiri atas beberapa macam, diantaranya yaitu :

a) Gangguan motorik dan persepsi b) Kesulitan belajar kognitif

c) Gangguan perkembangan bahasa (disfasia) d) Kesulitan dalam penyesuaian perilaku sosial

2) Kesulitan Belajar Akademik

Kesulitan belajar jenis ini sangat berkaitan dengan mata pelajaran yang di

dapat di bangku sekolah. Tiga jenis kesulitan belajar akademik sebagai

berikut :

a) Kesulitan belajar membaca (Disleksia) b) Kesulitan belajar menulis (Disgrafia) c) Kesulitan belajar menghitung (Diskalkulia)

Dari penjelasan di atas dapat penulis simpulkan bahwa anak

berkesulitan belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1) Kesulitan Belajar Kognitif

2) Kesulitan Belajar Bahasa

(29)

commit to user

4) Kesulitan Belajar Menulis (dysgraphia)

5) Kesulitan Belajar Matematika (dyscalculis)

d. Faktor Penyebab Anak Berkesulitan Belajar

Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab anak mengalami

kesulitan dalam belajar. Kesulitan dalam belajar menyebabkan prestasi anak

menjadi tidak optimal. Secara garis besar Muhibbin Syah (2009 : 184 – 187)

menjelaskan beberapa faktor yang menjadikan anak mengalami kesulitan

dalam belajar, yaitu :

1) Faktor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri siswa sendiri. Faktor intern siswa meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik siswa, yakni :

a) yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual / inteligensi siswa,

b) yang bersifat efektif (ranah rasa), antara lain seperti lebihnya emosi dan sikap,

c) yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indera penglihatan dan pendengaran (mata dan telinga).

2) Faktor ekstern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar diri siswa.Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor lingkungan ini melipti :

a) lingkungan keluarga, contohnya : ketidak harmonisan hubungan antara ayah dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga,

b) lingkungan perkampungan / masyarakat, contohnya : wilayah perkampungan kumuh (slum area), dan teman sepermainan (peer group) yang nakal,

(30)

commit to user

Penyebab lain dari kesulitan belajar yang dikemukakan oleh Anton

Sukarno (2006 : 85 – 87) yakni :

1) Penyebab neurologis

Dua faktor yang dapat menyebabkan kerusakan syaraf yang dapat

menimbulkan kesulitan belajar, yakni kekurangan oksigen saat bayi lahir

dan infeksi atau luka pada otak.

2) Keterlambatan Kematangan (Maturational Delay)

Anak berkesulitan belajar biasanya terhambat dalam kemasakan

keterampilan seperti perkembangan yang lebih lambat dari keterampilan

berbahasa dan permasalahan daerah motor visual dan beberapa daerah

akademik.

3) Penyebab genetik

Abnormalitas genetik yang diwariskan merupakan salah satu penyebab

atau menyumbangkan satu atau lebih dari permasalahan dalam kesulitan

belajar.

4) Penyebab lingkungan

Faktor-faktor lingkungan yang kemungkinan merupakan penyebab dari

kesulitan belajar seperti diet yang tidak tepat, penambahan makanan,

stress radiasi, sinar lampu pijar, tabung lelivasi yang tidak dilindungi,

perokok, peminum minuman keras, dan pengajaran sekolah yang tidak

tepat.

Menurut Lynch dan Lewis yang dikutip oleh Heri Setiyatna (2001:

24) mengemukakan bahwa penyebab kesulitan belajar dilihat dari :

1) Segi medis, meliputi disfungsi sistem saraf pusat, ketidaksesuaian Rh,

infeksi, radiasi, dan efek obat.

2) Segi genetika, meliputi adanya kesulitan membaca, menulis dan

berhitung yang turun menurun.

3) Segi lingkungan meliputi keadaan keluarga, kesulitan ekonomi, budaya,

bahasa, dan lingkungan sekolah.

Dari penjelasan di atas, penulis dapat disimpulkan bahwa faktor

(31)

commit to user

dari dalam diri anak baik dari segi medis atau genetika dan faktor eksternal

yang bersumber dari luar diri anak yaitu situasi dan kondisi lingkungan

sekitar anak.

e. Hambatan dan Layanan bagi Anak Berkesulitan Belajar

Anak berkesulitan belajar memiliki hambatan dalam proses

pembelajaran khususnya dalam menerima dan memahami materi yang

disampaikan sehingga prestasi belajar mereka rendah. Hambatan pada anak

berkesulitan belajar dapat ditunjukkan dan dilihat dari tingkah laku. Tingkah

laku yang dimaksud dalam proses pembelajaran baik langsung maupun tidak

langsung (Mulyadi, 2010 : 8). Ciri-ciri tingkah laku yang merupakan

pernyataan menifestasi hambatan anak berkesulitan belajar antara lain:

1) Menunjukkan hasil belajar rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai

oleh kelompoknya atau di bawah potensi yang dimiliki.

2) Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan.

Mungkin ada murid yang sudah berusaha untuk belajar dengan giat,

tetapi nilai yang dicapainya selalu rendah.

3) Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar. Selalu tertinggal

dari teman-temannya dalam meyelesaikan tugas sesuai dengan waktu

yang ditentukan.

4) Menunjukkan sikap yang kurang wajar seperti: acuh tak acuh,

menentang, berpura-pura, dusta, dsb.

5) Menunjukkan tingkah laku yang kurang wajar seperti: membolos, datang

terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam

maupun di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak tertib dalam

kegiatan belajar-mengajar, mengasingkan diri, tidak mau bekerjasama,

dsb.

6) Menunjukkan gelaja emosional yang kurang wajar seperti: pemurung,

mudah tersinggung, pemarah, kurang gembira, tidak sedih dan menyesal

(32)

commit to user

Untuk membantu anak yang mengalami kesulitan dalam belajar,

maka diperlukan program layanan secara terpadu, baik dari guru di sekolah,

maupun orang tua di rumah. Perlu adanya kerjasama dan komunikasai antara

guru dan orang tua.

2. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi

Kegiatan belajar dapat dikatakan berhasil jika dapat mencapai hasil

belajar yang optimal. Setiap bentuk kegiatan dilakukan untuk mencapai

tujuan tertentu, pada akhirnya selalu diketahui hasilnya. Hasil yang dicapai

tersebut disebut prestasi. Kata “prestasi” dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (2005 : 895) berarti hasil yeng telah dicapai (dilakukan, dikerjakan

dan lain sebagainya). Hasil yang telah dicapai tersebut tentunya dengan suatu

usaha didalam prosesnya, seseorang tidak akan mencapai suatu prestasi jika

orang tersebut tidak ada usaha untuk melakukan sesuatu. Jadi prestasi dapat

kita raih jika kita berusaha untuk melakukan kegiatan yang sesuai dengan

tujuan prestasi yang akan kita capai.

“Prestasi adalah hasil yang berupa angka, huruf serta tindakan

hasil belajar yang berupa angka atau hasil karya yang dicapai juga dapat

untuk memotivasi agar prestasinya lebih meningkat”( Buchori, 1997 : 85).

Prestasi juga dapat diartikan sebagai hasil yang diperoleh karena adanya

aktivitas belajar yang dilakukan. Seorang siswa yang memperoleh nilai yang

berupa angka dalam suatu evaluasi setelah mengikuti suatu pembelajaran,

maka hasil nilai yang berupa angka tersebut dapat kita sebut sebagai prestasi.

Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa prestasi adalah hasil yang

dicapai karena adanya aktifitas dan usaha yang sungguh-sungguh dalam

belajar yang dinyatakan dalam huruf dan angka. Jika nilainya tinggi maka

prestasinya baik, sedangkan jika nilainya rendah maka prestasinya kurang

(33)

commit to user

yang baik, cara pemikiran yang lebih rasional serta perolehan nilai yang

tinggi.

b. Pengertian Belajar

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang

sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang

pendidikan. Belajar merupakan masalah bagi setiap orang. Dengan belajar

seseorang akan mengalami perubahan, baik itu perubahan pengetahuan, sikap

maupun tingkah laku. Perubahan tersebut diakibatkan dari pengalaman yang

didapat melalui pengamatan, pendengaran, membaca dan meniru. Untuk

memperoleh pengertian yang lebih jelas mengenai belajar, banyak para ahli

yang merumuskan mengenai definisi belajar.

“Belajar adalah suatu sadar individu untuk mencapai tujuan

peningkatan dari atau perubahan diri melalui latihan-latihan dan

pengulangan-pengulangan dan perubahan yang terjadi bukan karena peristiwa

kebetulan” (Mulyati, 2005 : 2).

Thursan Hakim (2005 : 1) mendifinisikan belajar sebagai “Suatu

proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut

ditampakkan dalam bentuk peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap,

kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan”.

Pendapat Skinner, seperti yang dikutip Muhibbin Syah (2009:64)

bahwa “belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung secara progresif ”.

Dari definisi diatas, penulis dapat disimpulkan bahwa belajar yaitu

suatu proses sadar yang dialami oleh setiap individu (pebelajar) yang

berlangsung progresif untuk mencapai suatu tujuan atau perubahan dari dalam

dirinya. Perubahan-perubahan yang bisa ditampakkan setelah mengalami

proses belajar yaitu dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah

laku seperti peningkatan pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,

(34)

commit to user

Peristiwa tersebut tidak terjadi secara kebetulan melainkan suatu proses yang

dialami langsung oleh anak.

c. Pengertian Prestasi Belajar

Dalam suatu kegiatan manusia untuk mencapai tujuan selalu diikuti

dengan pengukuran dan penilaian. Demikian halnya didalam proses belajar.

Nana Sudjana (1991:22) mengemukakan bahwa ”Prestasi belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalaman belajarnya”.

Sustratinah Tirtonegoro (2001 : 43) mengemukakan bahwa

“prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang

dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat

mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode

tertentu.

Dari uraian di atas dapat kita ketahui bahwa prestasi belajar

merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena

kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari

proses belajar. Prestasi belajar sebagai bukti keberhasilan di dalam belajar.

Prestasi belajar dapat dilihat dari tingkat keberhasilan seseorang dalam

mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport

setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi

belajar siswa dapat diketahui setelah diadakannya evaluasi. Tinggi rendahnya

hasil evaluasi mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar siswa.

d. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Untuk mencapai prestasi belajar siswa sesuai dengan yang

diharapkan atau sesuai tujuan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar siswa. Menurut Thursan Hakim (2005 : 6),

faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar dibagi menjadi dua

(35)

commit to user

1) Faktor internal, adalah faktor yang terdapat di dalam diri inidividu itu sendiri, seperti kesehatan jasmani dan rohani, kecerdasan (intelegensia), daya ingat, kemauan, dan bakat. 2) Faktor eksternal adalah faktor yang terdapat di luar diri

individu yang bersangkutan, seperti keadaan lingkungan rumah, sekolah, masyarakat, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan semua lingkungan tersebut.

Sedangkan menurut Muhibbin Syah (2009 : 145) faktor-faktor yang

mempengaruhi belajar siswa dibedakan menjadi tiga macam, yakni :

1) Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yang meliputi dua aspek yakni :

a) Aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah)

Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai

tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat

mempengaruhi semangat dan intesitas siswa dalam mengikuti

pelajaran di sekolah.

b) Aspek psikologis (yang bersifat rohaniah)

Faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi

kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa, yakni :

(1) Tingkat kecerdasan / inteligensi siswa

Tingkat kecerdasan siswa atau IQ menentukan tingkat

keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi

kemampuan inteligensi seorang siswa maka semakin besar

peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah

inteligensi siswa maka semakin kecil kemungkinan untuk

memperoleh kesuksesan.

(2) Sikap siswa

Sikap adalah kecenderungan untuk mereaksi atau merespons

terhadap sesuatu objek (orang, barang dan sebagainya), baik

secara positif maupun negative. Sikap positif siswa terhadap

guru dan mata pelajaran yang disajikan merupakan pertanda

awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut. Sebaliknya

(36)

commit to user

pelajaran yang disajikan dapat menimbulkan kesulitan belajar

siswa tersebut.

(3) Bakat siswa

Bakat adalah kepandaian, sifat atau kecakapan pembawaan yang

dibawa sejak lahir. Bakat memegang peran penting dalam

mecapai suatu hasil prestasi yang baik. Bakat akan dapat

mempengaruhi tinggi-rendahnya prestasi belajar siswa di

bidang-bidang studi tertentu.

(4) Minat siswa

Minat adalah kecenderungan atau kegairahan hati yang menetap

dan tinggi untuk memperhatikan dan mengenang sesuatu atau

beberapa kegiatan. Dengan minat yang tinggi dan ketertarikan

anak yang tinggi terhadap bidang studi tertentu akan

berpengaruh terhadap hasil prestasi belajar anak.

(5) Motivasi siswa

Motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang

secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan

dengan tujuan tertentu yang telah ditetapkan.

Motovasi dapat dibedakan menjadi dua macama, yakni : 1)

motivasi intrinsik ; 2) motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik

adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa

sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar.

Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang

dating dari luar individu bias berupa pujian, hadiah, peraturan /

tata tertib sekolah, suri teladan orang tua, guru dan sebagainya.

Dengan motivasi yang tinggi akan berpengaruh pada hasil

prestasi belajar anak. Anak dengan motivasi rendah, memiliki

prestasi belajar yang rendah pula.

2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di

(37)

commit to user

a) Faktor lingkungan sosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan sosial seperti para guru,

para staf admnistrasi, teman-teman sekelas, masyarakat, tetangga,

serta teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa

tersebut. Faktor-faktor tersebut kemungkinan dapat mempengaruhi

keberhasilan belajar siswa.

b) Faktor lingkungan nonsosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung

sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan

letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang

digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan

tingkat keberhasilan belajar siswa.

3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya

belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa

untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.

Seorang siswa yang terbiasa mengaplikasikan pendekatan belajar deep,

mungkin sekali berpeluang untuk meraih prestasi belajar yang bermutu

daripada siswa yang menggunakan pendekatan belajar surface atau

reproductive.

3. Tinjauan Tentang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Kata IPA merupakan singkatan tentang “Ilmu Pengetahuan Alam” yang dalam bahasa inggris sering kita dengar dengan “Natural Science

secara singkat sering disebut “science”. Natural artinya alamiah, sedangkan alam yang berkaitan dengan alam. Science artinya ilmu pengetahuan. Jadi

ilmu pengetahuan alam (IPA) atau science dapat disebut ilmu tentang alam

(38)

commit to user

Menurut Slamet Soewandi (2005:96), sains adalah salah satu

bentuk kegiatan intelektual untuk memperoleh pengetahuan positif-empirik

tentang alam (natural sciences) maupun tentang masyarakat (social sciences).

Sri Sulistyorini (2007:39) menuliskan bahwa IPA berhubungan

dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan

hanya penguasaan kumpulan pengertian yang berupa fakta-fakta,

konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses

penemuan. Pembelajaran IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa

untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar serta prospek pengembangan

lebih lanjut dan menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.

Sedangkan menurut Hendro Darmodjo (1991:34), “Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA) adalah pengetahuan yang rasional dan obyektif

tentang alam semesta dengan segala isinya”.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Ilmu

Pengetahuan Alam adalah istilah yang digunakan yang merujuk pada rumpun

ilmu dimana obyeknya adalah benda-benda alam dengan hukum-hukum yang

pasti dan umum bersifat rasional dan obyektif berlaku kapan pun dan dimana

pun atau kumpulan dari peristiwa-peristiwa yang berupa fakta-fakta,

konsep-konsep atau prinsip-prinsip serta proses penemuan tentang gejala-gejala alam.

b. Ilmu Pengetahuan Alam untuk Anak SD

Sebelum mengajarkan materi IPA atau mata pelajaran yang lain

kepada anak usia sekolah dasar terlebih dahulu harus mengetahui

karakteristik masing-masing anak. Hal ini untuk mengetahui metode

pembelajaran apa yang paling tepat untuk mengajarkan IPA atau mata

pelajaran yang lain pada anak SD.

Sumantri Mulyani (2001:11) mengemukaan karakteristik anak usia

sekolah dasar secara umum, yaitu :

1) Mereka secara alamiah memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik akan dunia sekitar yang mengelilingi diri mereka sendiri.

(39)

commit to user

3) Mereka suka mengatur dirinya untuk menangani berbagai hal, mengeksplorasi suatu situasi dan mencobakan usaha-usaha yang baru.Mereka biasanya tergetar perasaannya dan terdorong untuk berprestasi sebagimana mereka tidak suka mengalami ketidakpuasan dan menolak kegagalan-kegagalan.

4) Mereka belajar secara efektif ketika mereka merasa puas dengan situasi yang terjadi.

5) Mereka belajar dengan cara bekerja, mengobservasi, berinisiatif, dan mengajar anak-anak lainnya.

Ilmu Pengetahuan Alam untuk anak-anak didefinisikan oleh Paolo

dan Marten yang dikutip oleh Srini M Iskandar (2001 :16) sebagai berikut:

1) Mengamati apa yang terjadi.

2) Mencoba memahami apa yang diamati.

3) Mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang akan terjadi.

4) Menguji ramalan-ramalan di bawah kondisi-kondisi untuk melihat apakan ramalan-ramalan itu benar.

Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pengajaran

IPA yang paling cocok untuk anak SD adalah dengan cara melakukan

percobaan dan mengamati apa yang terjadi. Jadi metode pengajaran

disesuaikan dengan karakteristik anak usia sekolah dasar yaitu memiliki rasa

ingin tahu dan ketertarikan yang tinggi, senang bermain, dan senang mencoba

hal-hal yang baru.

c. Tujuan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Salah satu tujuan dari pembelajaran IPA yaitu agar siswa

memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan

sehari-hari. Terdapat berbagai tujuan dari mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

(IPA) yang dikemukakan oleh para ahli.

Sri Sulistyorini (2007 : 40), mengemukakan tujuan pembelajaran

IPA yaitu :

(40)

commit to user

2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

4) Mengembangkan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan dan membuat keputusan.

5) Meningkatkan kesadaran dalam berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam. 6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dengan

segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7) Memperoleh pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar melanjutkan pendidikan ke SMP.

Menurut Yager yang dikutip oleh Parwoto (2007 : 215),

mengemukakan 4 tujuan pendidikan sains yaitu :

1) Sains untuk mempertemukan kebutuhan personal, 2) Sains untuk pemecahan masalah-masalah sosial, 3) Sains untuk kesadaran karir, dan

4) Sains untuk persiapan studi selanjutnya.

Sedangkan menurut Hadiat (1996:23), Tujuan pembelajaran IPA

di SD antara lain :

1) Agar siswa memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari.

2) Agar siswa memiliki ketrampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan, gagasan tentang alam sekitar. 3) Agar siswa mampu menggunakan teknologi sederhana yang

berguna untuk memecahkan suatu masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

4) Agar siswa mengenal dan dapat memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar sehingga menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan IPA adalah

untuk menguasai konsep, ketrampilan, dan memanfaatkannya dalam

(41)

commit to user

d. Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Alam

Untuk mencapai tujuan IPA dalam proses pembelajaran, guru

harus mengetahui ruang lingkup IPA. Menurut Maskoeri Jasin (2003 : 36-38)

ruang lingkup Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) terbagi atas :

1) Fisika (Physics), suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari benda tidak

hidup atau mati dari aspek wujud dengan perubahan-perubahan yang

bersifat sementara. Fisika secara klasik dibagi dalam mekanika, panas,

bunyi, cahaya, gelombang, listrik, magnet, dan teknik mekanik, teknik

sipil, teknik listrik (arus lemah dan kuat).

2) Kimia (Chemistry), suatu ilmu yang mempelajari benda hidup dan tidak

hidup dari aspek susunan materi dan perubahan-perubahan yang bersifat

tetap.

3) Biologi (Biological science), Ilmu Pengetahuan yang mempelajari

makhluk hidup dan gejala-gejalanya.

Sedangkan ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD meliputi

aspek-aspek sebagai berikut :

1) Makhluk hidup dan proses kehidupan yaitu manusia, hewan dan

hubungan serta interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan

2) Benda, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi padat, cair dan gas

3) Energi dan perubahannya meliputi gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya dan pesawat sederhana

4) Bumi dan alam semesta meliputi : tanah, bumi, tata surya dan

benda-benda langit lainnya.

4. Tinjauan Tentang Metode Pembelajaran

a. Hakekat Metode Pembelajaran

1) Pengertian Metode

Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos” yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(42)

commit to user

melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang

dikehendaki”.

Menurut Oemar Hamalik (2008:26), “Metode adalah cara yang

digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencoba

tujuan kurikulum”.

Jadi dapat disimpulkan bahwa metode adalah rencana atau cara

teratur yang menyeluruh untuk melakukan suatu kegiatan tertentu,misal

tentang penyajian atau penyampaian materi ajar secara sistematis dan

berdasarkan pendekatan atau tujuan yang ditentukan. Guru harus

menguasai dan memahami metode atau teknik penyajian dalam

pembelajaran agar pelajaran yang disampaikan kepada anak dapat

ditangkap, dipahami dan dipergunakan dengan baik.

2) Pengertian Metode pembelajaran

Sebagai pendidik sebaiknya kita harus menempatkan diri pada

situasi dan kondisi yang baik. Pendidik mempunyai peran tidak hanya

sebagai pembimbing, pembina dan pengarah terhadap peserta didik tetapi

juga menyampaikan bahan ajar kepada peserta didik agar diterima dan

diserap dengan baik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dengan

demikian penggunaan metode pembelajaran merupakan hal yang paling

terpenting dalam proses pembelajaran untuk menyampaikan materi di

sekolah dari guru terhadap peserta didik. Guru harus mampu memilih dan

menggunakan metode yang paling tepat bagi siswa sesuai dengan

karakteristik serta keadaan anak agar dapat mencapai tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan. Selain itu dalam memilih metode

pengajaran juga disesuaikan pokok bahasan yang telah ditetapkan.

Biasanya metode pengajaran banyak ditentukan dari tujuan yang

dirumuskan oleh guru dalam proses pembelajaran.

Menurut Soemarsono (2007 :9) yang dimaksud dengan “metode

(43)

commit to user

dalam menyajikan atau menyampaikan suatu kesatuan materi atau bahan

pelajaran yang berlangsung dalam proses belajar mengajar siswa”.

Syaiful Sagala (2009:169) mengemukakan bahwa, “metode

mengajar adalah cara yang digunakan oleh guru dalam

mengorganisasikan kelas pada umumnya atau dalam menyajikan bahan

pelajaran pada khususnya”.

Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang

digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun

dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mecapai tujuan

pembelajaran.

Jadi dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Metode

pembelajaran adalah metode yang digunakan oleh guru atau dosen dalam

proses belajar mengajar atau dalam menyampaikan/ menyajikan suatu

materi bahan ajar agar tercapai tujuan pembelajaran.

3) Macam-macam Metode pembelajaran

Salah satu kemampuan yang harus dikuasai oleh seorang guru

adalah kemampuan dalam menyampaikan pengajaran kepada siswa.

Guru tidak cukup hanya menggunakan satu metode dalam

menyampaikan pengajaran kepada siswa. Penggunaan satu metode

mungkin dapat membosankan dan mungkin dapat mematahkan semangat

siswa dalam belajar. Di samping itu kadang-kadang terdapat satu pokok

bahasan yang kurang tepat untuk disampaikan melalui satu metode saja.

Oleh karena itu seorang guru harus menguasai berbagai jenis metode

mengajar. Berbagai metode mengajar tersebut antara lain:

a) Metode diskusi

Menurut Dwidjiastuti (2002 : 69) “Metode diskusi diartikan sebagai

siasat penyampaian bahan pengajaran yang melibatkan peserta didik

untuk membicarakan dan menemukan alternatif pemecahan suatu

(44)

commit to user

memiliki perhatian yang sama terhadap topik yang dibicarakan

dalam diskusi.

Menurut Nana Sudjana (2009:79) metode diskusi adalah tukar menukar informasi, pendapat, dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu, atau untuk mempersiapkan dan merampungkan keputusan bersama.

Sedangkan menurut Mulyadi (2010 : 79) dalam bukunya yang

berjudul Diagnosis Kesulitan Belajar Dan Bimbingan Terhadap

Kesulitan Belajar Khusus, “Metode diskusi adalah suatu proses

pendekatan dari murid dalam memecahkan masalah secara analitis

ditinjau dari berbagai titik pandangan”.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode diskusi adalah

suatu cara penguasaan dan penyampaian bahan pengajaran melalui

wahana tukar menukar pendapat untuk membicarakan dan

menemukan alternatif pemecahan suatu masalah secara analitis,

memperjelas sesuatu bahan pelajaran dan mencapai kesepakatan

bersama. Di dalam kegiatan diskusi, terjadi interaksi antara dua atau

lebih individu. Melalui kegiatan diskusi ini berbagai keterampilan

dapat dilakukan yakni keterampilan bertanya, berkomunikasi,

menafsirkan dan menyimpulkan suatu masalah.

b) Metode tanya jawab

Menurut Dwidjiastuti (2002 : 67) metode tanya jawab adalah cara

penyajian pelajaran dalam proses belajar mengajar melalui interaksi

dua arah atau Two Way Traffic dari guru ke peserta didik atau dari

peserta didik kepada guru agar diperoleh jawaban kepastian materi

melalui jawaban lisan guru atau peserta didik.

Menurut Slamet Soewandi (2005 :42), “metode ceramah atau metode

kuliah mimbar adalah cara mengajar dimana guru memberi

informasi atau menjelaskan”

Sedangkan menurut Abdul Majid (2007 : 138), “metode tanya jawab

(45)

commit to user

dimaksudkan untuk merangsang untuk berfikir dan membimbingnya

dalam mencapai kebenaran”.

Penggunaan metode tanya jawab biasanya baik untuk

maksud-maksud yang diperlukan untuk menyimpulkan atau mengikhtisarkan

pelajaran atau apa yang dibaca. Tanya jawab dapat membantu

tumbuhnya perhatian peserta didik pada suatu materi pelajaran, serta

mengembangkan kemampuannya untuk menggunakan pengetahuan

dan pengalamannya. Pertanyaan yang digunakan tanya jawab

seharusnya pertanyaan yang membangkitkan motivasi yang dapat

merangsang peserta didik untuk berfikir. Hal tersebut mendorong

siswa untuk mencari dan menemukan jawaban yang tepat dan

memuaskan sehingga anak cenderung lebih aktif.

c) Metode demonstrasi

Menurut Dwidjiastuti (2002 : 75) mengatakan bahwa metode demostrasi diartikan sebagai cara penyajian pelajaran dengan meragakan dan mempertunjukkan kepada peserta didik suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain yang memahami atau ahli dalam topik bahasan yang harus didemonstrasikan.

Menurut Nana Sudjana (2009:83) “Metode demonstrasi adalah suatu metode mengajar yang memperlihatkan bagaimana proses terjadinya

sesuatu”.

Sedangkan menurut Syaiful Sagala (2009 : 210) “ metode

demonstrasi adalah pertunjukkan tentang proses terjadinya suatu

peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang

dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik

secara nyata atau tiruannya”.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa metode demonstrasi

adalah suatu metode mengajar dimana cara penyampaian materi

pelajaran dengan cara memperagakan atau mempertunjukkan kepada

peserta didik tentang suatu proses atau peristiwa. Di sini peserta

(46)

commit to user

serta meniru apa yang ditunjukkan oleh guru selama proses

pembelajaran berlangsung.

d) Metode eksperimen

Metode eksperimen digunakan untuk memberikan kesempatan

kepada siswa melakukan suatu proses baik secara sendiri maupun

kelompok. Adapun pengertian metode eksperimen menurut

Dwidjiastuti (2002 : 77) yaitu “Metode eksperimen atau percobaan

diartikan sebagai cara belajar mengajar yang melibatkan peserta

didik dengan mengalami dan membuktikan sendiri proses dan hasil

percobaan”.

Menurut Nana Sudjana (2009 : 93), “Eksperimen adalah metode

yang siswanya mencoba mempraktekkan suatu proses tersebut,

stelah melihat atau mengamati apa yang telah didemonstrasikan oleh

seorang demonstrator”.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen

adalah suatu metode mengajar yang melibatkan peserta didik. Di sini

peserta didik melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal,

mengamati proses dan menuliskan hasil percobaannya. Kemudian

hasil percobaan tersebut dikemukakan di depan kelas dan

didiskusikan bersama.

e) Metode inquiry

Menurut Dwidjiastuti (2002 : 81) “Metode inquiry bisa disebut

metode penemuan dan merupakan metode yang relative baru.

Metode penemuan adalah cara penyajian yang memberi kesempatan

kepada peserta didik untuk menemukan informasi dengan atau tanpa

bantuan guru”.

Menurut Roestiyah (1991:75) “Metode inquiry merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan guru untuk mengajar di depan kelas,

guru membagi tugas meneliti suatu masalah di kelas. Siswa dibagi

(47)

commit to user

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode

inquiry merupakan suatu metode atau cara pemberian kesempatan

kepada siswa untuk melakukan proses penelitian untuk memecahkan

suatu masalah yang kemudian hasilnya didiskusikan bersama dan

dibuat laporan tertulis yang tersusun dengan baik.

f) Metode discovery

Menurut Nasution (2000 :173) menyatakan bahwa memecahkan

masalah adalah metode belajar yang mengharuskan pelajar untuk

menemukan jawabannya (discovery) tanpa bantuan khusus.

Sedangkan menurut Gagne dan Berliner (1984) yang dikutip oleh

Moedjiono dan Moh. Dimyati (1991:490), metode discovery adalah

metode dimaa para siswa memerlukan penemuan konsep, prinsip dan

pemecahan masalah untuk menjdai miliknya lebih dari pada sekedar

menerimanya atau mendapatkannya dari seseorang guru atau sebuah

buku.

Metode discovery sebagai metode belajar mengajar yang

memberikan peluang diperhatikannya proses dan hasil kegiatan

belajar siswa, digunakan dalam kegiatan belajar mengajar.

b. Hakekat Metode Eksperimen dalam Pembelajaran IPA Anak

Berkesulitan Belajar

1) Pengertian Metode Eksperimen

Istilah eksperimen mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita.

Istilah eksperimen adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA). Karena itu, dalam Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Alam tentu saja kedudukan eksperimen sangat penting.

Adapun berbagai pengertian mengenai metode eksperimen adalah

sebagai berikut :

Menurut Roestiyah (2001: 80) yang dikutip dari

(http://smacepiring.wordpress.com/2008/08/08/metode-dan

Gambar

Grafik 4.1. Grafik Nilai IPA Anak Berkesulitan Belajar Kondisi Awal ............ 54
Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian
Tabel 3.2. Daftar Nama Siswa Berkesulitan Belajar
Tabel 3.3. Jenis-Jenis Dokumen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Laporan Tugas Akhir ini mengkaji tentang strategi pengelolaan Senatah Adventure sebagai penyedia jasa wisata minat khusus yang memberikan pengalaman wisata yang berbeda

The Effectiveness of Islamic Guidance Program Based on the Content of Surah Luqman Verses 13-19 to Develop Parents’ Democratic Parenting Style (Quasi-Experimental

Oleh karena itu anak angkat bukanlah anak pribadi menurut syariat islam dan tidak ada ketetapan sedikitpun menurut syariat islam membenarkan hilangnya nasab orangtua

[r]

Variabel yang memiliki nilai koefisien terbesar adalah luas lahan tidak produktif tahun 2010 dengan nilai koefisiensi sebesar 0.755, artinya semakin luas lahan

EVALUASI PEMALSUAN DEDAK PADI DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG KULIT KACANG TANAH MENGGUNAKAN UJI FISIK.. Muhammad Ridla danAnita

kritis yang terintegrasi dalam tes penguasaan konsep KBA (instrumen ini juga berfungsi untuk menjaring miskonsepsi mahasiswa), pedoman observasi untuk mengetahui

Transportation risks in the supply chain will be identified dairy product based transport six risk categories, each category of risk is decomposed into several more specific risks