commit to user
UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI
METODE EKSPERIMEN
BAGI ANAK BERKESULITAN BELAJAR KELAS IV B
SD NEGERI PETORAN SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2010/ 2011
Skripsi
Oleh :
WINDA WATI
NIM K 5107044
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KHUSUS
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
ii
UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA
MELALUI METODE EKSPERIMEN
BAGI ANAK BERKESULITAN BELAJAR KELAS IV B
SD NEGERI PETORAN SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2010/ 2011
Skripsi
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi
Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Khusus
Oleh :
WINDA WATI
NIM K 5107044
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KHUSUS
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
commit to user
commit to user
v ABSTRAK
Winda Wati. UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE EKSPERIMEN BAGI ANAK BERKESULITAN BELAJAR KELAS IV B SD NEGERI PETORAN SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010 / 2011. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, April 2011.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar IPA bagi anak berkesulitan belajar kelas IV B SD Negeri Petoran Surakarta melalui metode eksperimen.
Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan dua siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV B SD Negeri Petoran Surakarta tahun ajaran 2010 / 2011 yang terdiri dari 39 siswa, dimana terdapat 7 siswa yang terdeteksi sebagai anak berkesulitan belajar yaitu 4 siswa laki-laki dan 3 siswa perempuan. Teknik pengumpulan data menggunakan dokumentasi dan tes. Validitas data penelitian menggunakan validitas isi. Teknik analisis data menggunakan teknik deskriptif kuantitatif.
commit to user
vi ABSTRACT
Winda Wati. THE ATTEMPT OF IMPROVING SCIENCE LEARNING ACHIEVEMENT USING EXPERIMENTAL METHOD FOR LEARNING DISABILITY IV B CLASS OF SD NEGERI PETORAN SURAKARTA IN THE SCHOOL YEAR OF 2010/2011. Skripsi, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Surakarta Sebelas Maret University, March 2010.
The objective of research is to improve the science learning achievement for learning disability IV B class of SD Negeri Petoran Surakarta by using experimental method.
This study belongs to a Classroom Action Research using two cycles. Each cycle consisted of four stages: planning, acting, observing, and reflecting. The subject of research was all IVB class of SD Negeri Petoran Surakarta in school year of 2010/2011 consisting of 39 students, 7 of which were detected as learning disability students 4 boys and 3 girls. Technique of collecting data used was documentation and test. The data validation was tested using content validity. Technique of analyzing data used was a quantitative descriptive technique.
commit to user
vii MOTTO
Jika kau memberi tahu mereka
Mereka hanya akan melihat gerakan bibirmu
Jika kau menunjukkan kepada mereka
Mereka akan tergoda untuk melakukannya sendiri
Menurut Maria Montessori
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan kepada :
Allah SWT senantiasa memberikan rahmat serta hidayahNya.
Bapak dan Ibu tersayang yang telah memberikan semangat, doa dan kasih
sayang yang tidak terhingga nilainya.
Kakak-kakakku (Mbak Anjar dan Mas Bina) tercinta yang selalu memacuku
menyelesaikan skripsi ini.
Adik ku (Hilal) yang tercinta.
Mas Dodik Ardhiyanto yang selalu memberikan semangat dan dukungan
dalam menyelesaikan skripsi ini.
Teman-teman dan sahabatku tersayang yang selalu membantu dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Seluruh keluarga besar SD Negeri Petoran Surakarta.
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT bahwa skripsi
dengan judul : “UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA
MELALUI METODE EKSPERIMEN BAGI ANAK BERKESULITAN
BELAJAR KELAS IV B SD NEGERI PETORAN SURAKARTA TAHUN
AJARAN 2010/ 2011”
Telah berhasil disusun dalam memenuhi syarat yang diwajibkan guna
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
Didalam penyusunan skripsi, penulis telah berusaha dengan cara yang
sebaik mungkin, walaupun demikian tentunya masih banyak kekurangan dan
kesalahan, untuk itu kritik dan saran untuk perbaikan akan saya terima dengan
senang hati.
Atas terwujudnya skripsi ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima
kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan izin penyusunan skripsi.
2. Drs. R. Indianto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta atas
pemberian izin penyusunan skripsi.
3. Drs. A Salim Choiri, M.Kes selaku Ketua Program Studi Pendidikan Luar
Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta atas pemberian izin penyusunan skripsi.
4. Maryadi, M.Ag selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Luar Biasa
Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
5. Drs. Gunarhadi, M. A, Ph. D selaku pembimbing I yang dengan sabar
mengarahkan dan membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi
commit to user
x
6. Sugini, M. Pd selaku pembimbing II yang dengan sabar mengarahkan dan
membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
7. Suwarno, S.Pd,MM selaku Kepala Sekolah SDN Petoran Surakarta yang
telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian guna
memperoleh data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini.
8. Joko Riyanto, A. Ma selaku guru kelas IV B SDN Petoran Jebres Surakarta
yang telah memberikan izin untuk penelitian.
9. Keluarga besar SD Negeri Petoran Surakarta yang telah memberikan bantuan
dan menjadi tempat penelitian.
10. Rekan-rekan mahasiswa S1 Progam Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu
Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret angkatan 2007 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
telah membantu dan memberikan semangat selama menyelesaikan skripsi ini.
Semoga amal dan kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan
dari Tuhan Yang Maha Esa. Walaupun disadari dalam skripsi ini masih banyak
kekurangan, namun diharapkan skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dan juga dunia pendidikan.
commit to user
HALAMAN PERSETUJUAN ……….. iii
HALAMAN PENGESAHAN ……… iv
HALAMAN ABSTRAK ……… v
HALAMAN ABSTRACT ……….. vi
HALAMAN MOTTO ……… vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ………. viii
KATA PENGANTAR ……… ix
1. Tinjauan Tentang Anak Berkesulitan Belajar…...
2. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar ………...
3. Tinjauan Tentang Ilmu Pengetahuan Alam ……...
4. Tinjauan Tentang Metode Pembelajaran…………..
commit to user
xii
D. Hipotesis ……… 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN……….
A. Tempat dan Waktu Penelitian ………...…....
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...
A. Pelaksanaan Tindakan ...
1. Deskripsi Kondisi Awal (Pra – tindakan)...……….
2. Siklus I ...………
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN ………
commit to user
xiii
DAFTAR BAGAN
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 41
Tabel 3.2. Daftar Nama Siswa Berkesulitan Belajar ... 42
Tabel 3.3. Jenis-jenis Dokumen ... 43
Tabel 4.4. Daftar Nilai IPA Anak Berkesulitan Belajar Kondisi Awal ... 54
Tabel 4.5. Daftar Nilai Siklus I ... 61
Tabel 4.6. Daftar Nilai Siklus II ... 61
Tabel 4.7. Peningkatan Prestasi Belajar IPA Anak Berkesulitan Belajar ... 62
Tabel 4.8. Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa AP ... 64
Tabel 4.9. Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa SH ... 65
Tabel 4.10. Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa LW ... 67
Tabel 4.11. Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa WB ... 68
Tabel 4.12. Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa IK ... 70
Tabel 4.13. Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa IS ... 71
commit to user
xv
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 4.1. Grafik Nilai IPA Anak Berkesulitan Belajar Kondisi Awal ... 54
Grafik 4.2. Grafik Nilai Siklus I ... 61
Grafik 4.3. Grafik Nilai Siklus II ... 62
Grafik 4.4. Grafik Peningkatan Prestasi Belajar Anak Berkesulitan belajar .... 63
Grafik 4.5. Grafik Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa AP ... 64
Grafik 4.6. Grafik Peningkatan Prestasi Belajar IPA Sisiwa SH ... 66
Grafik 4.7. Grafik Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa LW ... 67
Grafik 4.8. Grafik Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa WB ... 69
Grafik 4.9. Grafik Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa IK ... 70
Grafik 4.10. Grafik Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa IS ... 72
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Data Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Kelas IV B SD
Negeri Petoran Surakarta Tahun Ajaran 2010 / 2011 ... 81
Lampiran 2. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) SD Negeri Petoran Surakarta Tahun Ajaran 2010 / 2011 ... 82
Lampiran 3. Silabus ... 83
Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Pre-Test) ... 85
Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 92
Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 100
Lampiran 7. Materi Ajar ... 108
Lampiran 8. Kisi-kisi Soal Romawi I ... 111
Lampiran 9. Kisi-kisi Soal Romawi II ... 112
Lampiran 10. Kisi-kisi Soal Romawi III ... 113
Lampiran 11. Soal ... 114
Lampiran 12. Kunci Jawaban Dan Pedoman Penskoran ... 117
Lampiran 13. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi ... 119
Lampiran 14. Surat Permohonan Ijin Research / Tryout ... 121
commit to user
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu kegiatan atau usaha sadar untuk menyiapkan
peserta didik ke arah tingkat kedewasaan melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran dan / atau latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang. Maka
dari itu setiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran, baik itu anak yang
tergolong normal (anak normal) maupun Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
Mereka akan mengambil peran masing-masing di masa yang akan datang,
sehingga mereka memerlukan pendidikan. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
berhak mendapatkan pendidikan dan pengajaran seoptimal mungkin sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan dari masing-masing anak.
Pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) atau Anak Luar
Biasa (ALB) disebut Pendidikan Luar Biasa (PLB). Adapun jenis-jenis
Pendidikan Luar Biasa (PLB) yang mungkin dapat membantu mencukupi
kebutuhan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di dalam bidang pendidikan yaitu
1) Pendidikan khusus sepanjang hari, 2) Pendidikan segregrasi (Kelas khusus dan
Sekolah Luar Biasa), 3) Pendidikan Mainstreaming, dan 4) Pendidikan Inklusi.
Dari berbagai jenis pendidikan luar biasa tersebut, yang dapat mengikut sertakan
anak berkebutuhan khusus (ABK) dengan anak normal lainnya dalam satu
sekolah adalah pendidikan inklusi.
Pendidikan inklusi menurut Shevin yang dikutip oleh Sunardi (1998 :
77) didefinisikan sebagai “sistem layanan PLB yang mempersyaratkan agar
semua anak luar biasa dilayani di sekolah-sekolah terdekat di kelas biasa bersama
teman-teman seusianya”. Di dalam pendidikan inklusi atau sekolah inklusi
menekankan pada perlakuan kepada setiap anak secara individual tanpa harus
menggunakan istilah luar biasa atau pelabelan terhadap anak berkebutuhan
commit to user
Salah satu contoh sekolah yang melaksanakan sistem pendidikan
inklusi adalah SD Negeri Petoran Surakarta. Di SD Negeri Petoran Surakarta
ditemukan banyak peserta didik yang mengalami kesulitan dalam belajar. Hal
tersebut sesuai dengan data yang peneliti peroleh selama melakukan kegiatan
program pengalaman lapangan (PPL) yaitu 54 siswa atau 11 % dari seluruh
jumah peserta didik mengalami mengalami kesulitan dan hambatan dalam belajar
yang biasa disebut anak berkesulitan belajar.
Anak berkesulitan belajar adalah anak yang mengalami kesulitan,
kegagalan, serta ketidaksanggupan untuk menangkap informasi melalui kegiatan
memperhatikan dan mengolah informasi. Kesulitan yang sering dialami oleh
anak berkesulitan belajar pada umumnya adalah di bidang akademiknya, yaitu
dalam berfikir, menerima serta memahami materi pelajaran pada bidang studi
tertentu selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Salah satu kesulitan yang dialami oleh anak berkesulitan belajar adalah
kesulitan di dalam menerima dan memahami mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA). Tidaklah mudah dalam mempelajari dan memahami mata pelajaran
IPA. Ketidakmampuan anak di dalam menerima dan memahami materi Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) tersebut dibuktikan dengan prestasi belajar IPA siswa
kelas IV B yang masih rendah di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)
yang telah ditetapkan SD Negeri Petoran Surakarta yaitu 63. Dari data hasil
prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA ketika ujian tengah semester (mid
semester) terbukti bahwa dari seluruh siswa yaitu 40 siswa, siswa yang nilainya
di bawah KKM berjumlah 23 siswa atau 57,5 % sedangkan 17 siswa atau 42,5 %
siswa memperoleh nilai di atas KKM. Sehingga rata-rata kelas menjadi rendah
yaitu 60,75 .
Sesuai hasil observasi yang dilakukan peneliti ketika melakukan
kegiatan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SD Negeri Petoran Surakarta,
rendahnya prestasi belajar pada mata pelajaran IPA anak berkesulitan belajar
disebabkan oleh berbagai alasan diantaranya adalah banyaknya materi IPA yang
harus dihafalkan, kurangnya buku pegangan pelajaran IPA serta kurangnya
commit to user
kurang bergairah dan cenderung tidak aktif dalam proses belajar mengajar
berlangsung. Selain itu alasan yang paling utama yang menyebabkan prestasi
belajar IPA anak berkesulitan belajar rendah yaitu metode pembelajaran yang
diterapkan oleh guru. Guru cenderung menggunakan metode ceramah. Metode
ini dianggap metode yang paling praktis dan mudah untuk dilaksanakan dan
diterapkan tanpa adanya persiapan. Sehingga siswa tidak dapat menerima dan
memahami konsep IPA yang diajarkan guru. Seyogyanya dalam pembelajaran
IPA menuntut siswa, baik siswa dengan keadaan normal maupun siswa
berkebutuhan khusus, khususnya anak berkesulitan belajar untuk lebih aktif
membuktikan teori-teori yang telah dibaca sesuai dengan kenyataan.
Salah satu metode yang dapat diterapkan dalam pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) bagi anak berkesulitan belajar adalah metode
eksperimen (praktikum). Metode eksperimen (praktikum) adalah bagian dari
pengajaran yang bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk menguji dan
melaksanakan di keadaan nyata apa yang diperoleh dari teori (Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 2005 : 892). Metode ini merupakan salah satu metode yang
dapat diterapkan di dalam pembelajaran IPA bagi anak berkesulitan belajar.
Anak berkesulitan belajar cenderung lebih mudah di dalam menerima dan
memahami konsep-konsep IPA dengan melakukan suatu percobaan. Dengan
metode ini, siswa dapat lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan
berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau teori
di dalam buku. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul :
“Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Melalui Metode Eksperimen Bagi Anak Berkesulitan Belajar Kelas IV B SD Negeri Petoran Surakarta Tahun
commit to user
B. Rumusan Masalah
Sebagai acuan dalam melaksanakan penelitian tindakan ini maka dapat
dirumuskan satu permasalahan sebagai berikut :
Apakah pengunaan metode eksperimen dapat meningkatkan prestasi belajar IPA
bagi anak berkesulitan belajar kelas IV B SD Negeri Petoran Surakarta tahun
ajaran 2010 / 2011?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan yaitu untuk
meningkatkan prestasi belajar IPA bagi anak berkesulitan belajar kelas IV B SD
Negeri Petoran Surakarta melalui metode eksperimen.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Secara Teoritis
Untuk menambah pengetahuan dan informasi bagi guru maupun calon guru
agar memperhatikan metode yang digunakan dalam pembelajaran IPA bagi
siswa berkesulitan belajar.
2. Manfaat Secara Praktis
a. Bagi guru
Membantu guru mengatasi kesulitan siswa terutama bagi siswa berkesulitan
belajar dalam menerima dan memahami mata pelajaran IPA pokok bahasan
energi panas dan bunyi.
b. Bagi siswa
Membantu siswa untuk lebih mudah menerima dan memahami mata
pelajaran IPA pokok bahasan energi panas dan bunyi melalui metode
commit to user
5 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Tentang Anak Berkesulitan Belajar
a. Pengertian Anak Berkesulitan Belajar
Kesulitan belajar yaitu kesenjangan umum antara hasil belajar yang
diharapkan dengan kemampuan. Kesulitan belajar atau bisa disebut juga
gangguan dalam belajar (Learning Disorder/ LD) adalah kekurangan yang
tidak tampak secara lahiriah.
Anak-anak kesulitan belajar adalah anak-anak yang mengalami
kesulitan di dalam membaca, menulis dan mengeja. Mereka sering dianggap
sebagai anak yang malas, bodoh dan lamban. Hampir pada semua sekolah
terdapat anak-anak yang mempunyai ciri-ciri kesulitan belajar yang dapat
disebut sebagai anak berkesulitan belajar.
Pengertian anak berkesulitan belajar juga dikemukakan oleh
Krochack, A. Linda and Thomas G Ryan dalam jurnal Special of Education
Vol 22 No 3 2007 yang dikutip dari (http : //www. google. co.id.
International Journal of Special Education Children With Learning
Disability. International Journal of Special Education Vol 22 No 3 2007)
Definition of a learning disability is “refer to a number of disorders which may affect the acquisition, organization, retention, understanding or use of verbal or nonverbal information. These disorders affect learning in individuals who otherwise demonstrate at least average abilities essential for thinking and/or reasoning. As such, learning disabilities are distinct from global intellectual deficiency. Learning disabilities result from impairments in one or more processes related to perceiving, thinking, remembering or learning. These disorders are not due primarily to hearing and/or vision problems, socio-economic factors, cultural or linguistic differences, lack of motivation or ineffective teaching”.
commit to user
penggunaan informasi verbal atau nonverbal. Gangguan ini mempengaruhi
belajar pada individu yang dinyatakan dalam mendemonstrasikan
kemampuan rata-rata minimal penting untuk berpikir dan / atau penalaran.
Dengan demikian, ketidakmampuan belajar yang berbeda dari defisiensi
intelektual global. Kesulitan belajar merupakan hasil dari gangguan dari satu
atau lebih proses yang terkait dengan mengamati, berpikir, mengingat atau
belajar. Gangguan ini bukan karena terutama untuk mendengar dan perbedaan
/ atau visi masalah, faktor-faktor sosial-ekonomi, budaya atau bahasa,
kurangnya motivasi atau mengajar tidak efektif.
Variasi definisi kesulitan belajar juga dikemukakan oleh Hardman
yang dikutip oleh Anton Sukarno (2006 : 68) yaitu dalam dunia pendidikan
menggunakan istilah kesulitan belajar spesifik (specific learning disability).
Psikologi menggunakan istilah penyimpangan persepsi dan tingkah laku
hiperkinetik (perceptual disorder and hiperkinetic behaviour). Bahasa
(speech and language) menggunakan istilah aphasia dan disleksia (aphasia
and dyslexia). Kesehatan (medicine) menggunakan istilah rusak otak
(minimal brain elemage), disfungsi minimal otak (minimal brain
dysfunction), luka otak (brain injury) dan gangguan otak (brain impairment).
Istilah umum yang digunakan adalah luka otak, disfungsi minimal otak,
kesulitan belajar.
Specific learning disabilities means a disorder of one or more of the basic psychological processes involved in understanding or in using language, spoken or written, wich may manifest itself in an imperfect ability to listen, think, speak, read, write, spel, or do arithmaetic calculations. The term includes such conditions as perceptual handicaps, brain injury, minimal brain damage, dyslexia, and developmental aphasia. The term does not include children who have learning problems which are primarily the result of visual, hearing, or motor handicaps, of mental retardation, or environmental, cultural, or economic disadvantage.
(Johnson et al, 1980 : 37).
Kesulitan belajar khusus adalah suatu gangguan satu atau lebih dari
commit to user
menggunakan bahasa, lisan atau tertulis, yang dapat memanifestasikan
dirinya dalam kemampuan sempurna untuk mendengarkan, berpikir,
berbicara, membaca, menulis, spel, atau melakukan perhitungan dalam
aritmatika. Istilah ini mencakup kondisi seperti cacat persepsi, cedera otak,
kerusakan otak minimal, disleksia, dan afasia perkembangan. Istilah ini tidak
mencakup anak-anak yang memiliki masalah belajar yang terutama hasil
visual, pendengaran, atau cacat motor, keterbelakangan mental, atau
merugikan lingkungan, budaya, atau ekonomi.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa anak berkesulitan
belajar atau dalam dunia pendidikan biasa disebut specific learning disability
adalah seorang yang mempunyai hambatan, keterbelakangan atau gangguan
di dalam mendengarkan, berfikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja atau
berhitung. Dimana gangguan tersebut dapat mempengaruhi seseorang dalam
menafsirkan apa yang mereka lihat dan dengar, serta ketidakmampuan dalam
menghubungkan informasi yang berasal dari bagian otak mereka. Tetapi
gangguan tersebut tidak disebabkan karena adanya gangguan dalam melihat,
mendengar, ataupun gangguan dalam emosional, melainkan adanya disfungsi
neurologist. Gangguan tersebut mengakibatkan anak mengalami kesulitan
dalam berbagai bidang. Kesulitan ini tampak ketika mereka mengikuti
kegiatan pembelajaran di sekolah dan menghambat proses belajar mereka
sehingga mereka mendapat prestasi belajar yang rendah atau di bawah
rata-rata.
b. Karakteristik Anak Berkesulitan Belajar
Anak berkesulitan belajar atau yang biasa disebut learning
disability memiliki beragam gejala atau karakteristik. Terdapat berbagai
karakteristik anak berkesulitan belajar. Masing-masing anak menampakkan
karekteristik yang berbeda-beda. Menurut Anton Sukarno (2006 : 75),
karakteristik kesulitan belajar tampak pada :
commit to user
2) Kegagalan untuk mengembangkan dan memobilisasi strategi untuk belajar, mengorganisasi belajar, kerangka belajar aktif dan fungsi-fungsi metakognitif,
3) Lemah dalam kemampuan gerak antara koordinasi gerakan baik dan kasar, kegagalan umum dan canggung, persoalan-persoalan spasial,
4) Permasalahan-permasalahan persepsi anatara lain, pembedaan stimulus pendengaran, penglihatan, closure dan cequensi pendengaran, dan penglihatan,
5) Kesulitan bahasa lisan, pendengaran berbicara daftar kata, kemampuan linguistic,
6) Kesulitan membaca antara lain pengkodean, ketrampilan dasar membaca, membaca komprehensif,
7) Kesulitan menulis bahasa, antara lain mengeja, tulisan tangan, mengarang,
8) Kesulitan matematika, antara lain pemikiran kuantitatif, berhitung, waktu, ruang dan menghitung fakta, dan
9) Tingkah laku sosial yang tidak pantas antara lain persepsi sosial, tingkah laku emosi, penegakan saling hubungan.
Munawir Yusuf (2005 : 43) menyebutkan beberapa karakteristik
anak berkesulitan belajar dilihat dari gejala yang tampak, yaitu sebagai
berikut :
1) Tidak dapat mengikuti proses pembelajaran seperti teman yang lain,
2) Sering terlambat bahkan tidak mau menyelesaikan tugas 3) Menghindari tugas- tugas yang agak berat
4) Ceroboh dan kurang teliti dalam menyelesaikan tugas khusus 5) Acuh tak acuh atau masa bodoh
6) Menampakkan semangat belajar rendah 7) Tidak mampu berkonsentrasi
8) Perhatian terhadap suatu obyek singkat 9) Suka menyendiri, sulit menyesuaikan diri 10)Murung
mengemukakan karakteristik umum anak berkesulitan belajar adalah sebagai
commit to user
1) hyperactivity,
2) perceptual-motor imparments, 3) emotional lability,
4) general coordination deficits, 5) disorders of attention,
6) impulsive,
7) disorders of memory and thinking, 8) specific learning disabilities,
9) disorders of speech and hearing , and 10) equivocal neurological signs.
Menurut penjelasan di atas dapat simpulkan bahwa jenis
karakteristik anak berkesulitan belajar disesuaikan dengan penyebab serta
tingkat usia anak. Gangguan-gangguan di atas dapat diwujudkan dalam cara
yang berbeda-beda pada tingkat umur yang berbeda. Adapun kesimpulan
yang dapat diambil dari penjelasan diatas bahwa karakteristik umum dari
anak berkesulitan belajar adalah sebagai berikut :
1) Hiperaktif dan impulsif,
2) Gangguan dalam pemusatan perhatian dan konsentrasi,
3) Gangguan dalam berfikir, menganalisa dan memecahkan suatu masalah
dalam belajar sehingga hasil belajar rendah,
4) Ceroboh, acuh tak acuh dan kurang teliti dalam menyelesaikan tugas,
5) Agresif,
6) Mengalami kesulitan dalam menulis, membaca, dan berhitung sehingga
mempengaruhi pada hasil akademik lainnya,dll.
c. Klasifikasi Anak Berkesulitan Belajar
Setiap anak berkesulitan belajar mempunyai gejala yang
berbeda-beda. Jadi tidaklah mudah dalam mengklasifikasikan kesulitan belajar.
Menurut Mulyono Abdurrahman (2003 : 169-251), bentuk-bentuk kesulitan
belajar , yaitu :
1) Kesulitan Belajar Kognitif
Kesulitan belajar kognitif adalah salah satu bentuk kesulitan belajar yang
bersifat perkembangan (developmental learning) atau kesulitan belajar
commit to user
mendapat perhatian karena sebagian besar dari belajar akademik terkait
dengan ranah kognitif. Jika kesulitan belajar kognitif tidak segera diatasi
maka dapat menimbulkan kesulitan dalam berbagai bidang akademik.
2) Kesulitan Belajar Bahasa
Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi yang terintegarsi, mencakup
bahasa ujaran, membaca dan menulis. Penyebab kesulitan belajar bahasa,
yaitu :
a) Kekurangan kognitif
Tujuh jenis kekurangan kognitif, yaitu (1) memahami dan
membedakan makna bunyi wicara, (2) pembentukan konsep dan
pengembangannya kedalam unit-unit semantik, (3)
mengkalisifikasikan kata, (4) mencari dan menetapkan kata yang ada
hubungannya dengan kata lain (hubungan semantik), (5) memahami
saling keterkaitan antara masalah, proses dan aplikasinya, (6)
perubahan makna atau transformasi semantik, (7) menangkap makna
secara penuh (implikasi semantik).
b) Kekurangan dalam memori
c) Kekurangan kemampuan melakukan evaluasi / menilai
Anak berkesulitan belajar sering memiliki kesulitan dalam menilai
kemantapan atau keajegan arti dari suatu kata baru terhadap
informasi yang telah mereka peroleh sebelumnya.
d) Kekurangan kemampuan memproduksi bahasa
Anak berkesulitan belajar umumnya memiliki taraf perkembangan
berbagai kemampuan yang kurang memadai, maka mereka banyak
yang mengalami kesulitan dalam memproduksi bahasa.
e) Kekurangan dalam bidang pragmatik atau penggunaan fungsional
bahasa.
Anak berkesulitan belajar umumnya memperlihatkan kekurangan
dalam mengajukan berbagai pertanyaan, memberikan reaksi yang
tepat terhadap berbagai pesan, menjaga atau mempertahankan
commit to user
yang kuat. Anak berkesulitan belajar umumnya juga kurang
persuasive dalam percakapan, lebih banyak mengalah dalam
percakapan dan kurang mampu mengatur cara berdialog dengan
orang lain.
3) Kesulitan Belajar Membaca
Kesulitan belajar membaca sering disebut juga disleksia (dyslexia).
Istilah disleksia banyak digunakan dalam dunia kedokteran dan dikaitkan
dengan adanya gangguan fungsi neurologist.
Anak berkesulitan belajar membaca permulaan mengalami berbagai
kesalahan dalam membaca sebagai berikut :
a) penghilangan kata atau huruf,
b) penyelipan kata,
c) penggantian kata,
d) pengucapan kata salah dan makna berbeda,
e) pengucapan kata salah tetapi makna sama,
f) pengucapan kata salah dan tidak bermakna,
g) pengucapan kata dengan bantuan guru,
h) pengulangan,
i) pembalikan kata,
j) pembalikan huruf,
k) kurang memperhatikan tanda baca,
l) pembentulan sendiri,
m) ragu-ragu, dan
n) tersendat-sendat.
4) Kesulitan Belajar Menulis
Kesulitan belajar menulis sering disebut disgrafia (dysgraphia).
Kesulitan belajar menulis yang berat disebut juga agrafia. Disgarfia
menunjuk pada adanya ketidakmampuan mengingat cara membuat huruf
atau symbol-simbol matematika. Disgrafia sering dikaitkan dengan
kesulitan belajar membaca atau disleksia (dysleksia) karena kedua jenis
commit to user
5) Kesulitan Belajar Matematika
Kesulitan belajar matematika disebut juga diskalkulia (dyscalculis)
Istilah diskalkulia memiliki konotasi medis, yang memandang adanya
kerkaitan dengan gangguan system saraf pusat. Ada beberapa
karakteristik anak berkesulitan belajar matematika, yaitu (1) adanya
gangguan dalam hubungan keruangan, (2) abnormalitas persepsi visual,
(3) asosiasi visual-motor, (4) perseverasi, (5) kesulitan mengenal dan
memahami simbol, (6) gangguan pengahayatan tubuh, (7) kesulitan
dalam bahasa dan membaca, dan (8) Performance IQ jauh lebih rendah
daripada skor verbal IQ.
Sedangkan Munawir Yusuf (2005 : 60-65) menyebutkan secara
garis besar kesulitan belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok,
yaitu :
1) Kesulitan Belajar Praakademik
Kesulitan belajar ini sering disebut kesulitan belajar developmental.
Yang terdiri atas beberapa macam, diantaranya yaitu :
a) Gangguan motorik dan persepsi b) Kesulitan belajar kognitif
c) Gangguan perkembangan bahasa (disfasia) d) Kesulitan dalam penyesuaian perilaku sosial
2) Kesulitan Belajar Akademik
Kesulitan belajar jenis ini sangat berkaitan dengan mata pelajaran yang di
dapat di bangku sekolah. Tiga jenis kesulitan belajar akademik sebagai
berikut :
a) Kesulitan belajar membaca (Disleksia) b) Kesulitan belajar menulis (Disgrafia) c) Kesulitan belajar menghitung (Diskalkulia)
Dari penjelasan di atas dapat penulis simpulkan bahwa anak
berkesulitan belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Kesulitan Belajar Kognitif
2) Kesulitan Belajar Bahasa
commit to user
4) Kesulitan Belajar Menulis (dysgraphia)
5) Kesulitan Belajar Matematika (dyscalculis)
d. Faktor Penyebab Anak Berkesulitan Belajar
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab anak mengalami
kesulitan dalam belajar. Kesulitan dalam belajar menyebabkan prestasi anak
menjadi tidak optimal. Secara garis besar Muhibbin Syah (2009 : 184 – 187)
menjelaskan beberapa faktor yang menjadikan anak mengalami kesulitan
dalam belajar, yaitu :
1) Faktor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri siswa sendiri. Faktor intern siswa meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik siswa, yakni :
a) yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual / inteligensi siswa,
b) yang bersifat efektif (ranah rasa), antara lain seperti lebihnya emosi dan sikap,
c) yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indera penglihatan dan pendengaran (mata dan telinga).
2) Faktor ekstern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar diri siswa.Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor lingkungan ini melipti :
a) lingkungan keluarga, contohnya : ketidak harmonisan hubungan antara ayah dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga,
b) lingkungan perkampungan / masyarakat, contohnya : wilayah perkampungan kumuh (slum area), dan teman sepermainan (peer group) yang nakal,
commit to user
Penyebab lain dari kesulitan belajar yang dikemukakan oleh Anton
Sukarno (2006 : 85 – 87) yakni :
1) Penyebab neurologis
Dua faktor yang dapat menyebabkan kerusakan syaraf yang dapat
menimbulkan kesulitan belajar, yakni kekurangan oksigen saat bayi lahir
dan infeksi atau luka pada otak.
2) Keterlambatan Kematangan (Maturational Delay)
Anak berkesulitan belajar biasanya terhambat dalam kemasakan
keterampilan seperti perkembangan yang lebih lambat dari keterampilan
berbahasa dan permasalahan daerah motor visual dan beberapa daerah
akademik.
3) Penyebab genetik
Abnormalitas genetik yang diwariskan merupakan salah satu penyebab
atau menyumbangkan satu atau lebih dari permasalahan dalam kesulitan
belajar.
4) Penyebab lingkungan
Faktor-faktor lingkungan yang kemungkinan merupakan penyebab dari
kesulitan belajar seperti diet yang tidak tepat, penambahan makanan,
stress radiasi, sinar lampu pijar, tabung lelivasi yang tidak dilindungi,
perokok, peminum minuman keras, dan pengajaran sekolah yang tidak
tepat.
Menurut Lynch dan Lewis yang dikutip oleh Heri Setiyatna (2001:
24) mengemukakan bahwa penyebab kesulitan belajar dilihat dari :
1) Segi medis, meliputi disfungsi sistem saraf pusat, ketidaksesuaian Rh,
infeksi, radiasi, dan efek obat.
2) Segi genetika, meliputi adanya kesulitan membaca, menulis dan
berhitung yang turun menurun.
3) Segi lingkungan meliputi keadaan keluarga, kesulitan ekonomi, budaya,
bahasa, dan lingkungan sekolah.
Dari penjelasan di atas, penulis dapat disimpulkan bahwa faktor
commit to user
dari dalam diri anak baik dari segi medis atau genetika dan faktor eksternal
yang bersumber dari luar diri anak yaitu situasi dan kondisi lingkungan
sekitar anak.
e. Hambatan dan Layanan bagi Anak Berkesulitan Belajar
Anak berkesulitan belajar memiliki hambatan dalam proses
pembelajaran khususnya dalam menerima dan memahami materi yang
disampaikan sehingga prestasi belajar mereka rendah. Hambatan pada anak
berkesulitan belajar dapat ditunjukkan dan dilihat dari tingkah laku. Tingkah
laku yang dimaksud dalam proses pembelajaran baik langsung maupun tidak
langsung (Mulyadi, 2010 : 8). Ciri-ciri tingkah laku yang merupakan
pernyataan menifestasi hambatan anak berkesulitan belajar antara lain:
1) Menunjukkan hasil belajar rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai
oleh kelompoknya atau di bawah potensi yang dimiliki.
2) Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan.
Mungkin ada murid yang sudah berusaha untuk belajar dengan giat,
tetapi nilai yang dicapainya selalu rendah.
3) Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar. Selalu tertinggal
dari teman-temannya dalam meyelesaikan tugas sesuai dengan waktu
yang ditentukan.
4) Menunjukkan sikap yang kurang wajar seperti: acuh tak acuh,
menentang, berpura-pura, dusta, dsb.
5) Menunjukkan tingkah laku yang kurang wajar seperti: membolos, datang
terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam
maupun di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak tertib dalam
kegiatan belajar-mengajar, mengasingkan diri, tidak mau bekerjasama,
dsb.
6) Menunjukkan gelaja emosional yang kurang wajar seperti: pemurung,
mudah tersinggung, pemarah, kurang gembira, tidak sedih dan menyesal
commit to user
Untuk membantu anak yang mengalami kesulitan dalam belajar,
maka diperlukan program layanan secara terpadu, baik dari guru di sekolah,
maupun orang tua di rumah. Perlu adanya kerjasama dan komunikasai antara
guru dan orang tua.
2. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi
Kegiatan belajar dapat dikatakan berhasil jika dapat mencapai hasil
belajar yang optimal. Setiap bentuk kegiatan dilakukan untuk mencapai
tujuan tertentu, pada akhirnya selalu diketahui hasilnya. Hasil yang dicapai
tersebut disebut prestasi. Kata “prestasi” dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2005 : 895) berarti hasil yeng telah dicapai (dilakukan, dikerjakan
dan lain sebagainya). Hasil yang telah dicapai tersebut tentunya dengan suatu
usaha didalam prosesnya, seseorang tidak akan mencapai suatu prestasi jika
orang tersebut tidak ada usaha untuk melakukan sesuatu. Jadi prestasi dapat
kita raih jika kita berusaha untuk melakukan kegiatan yang sesuai dengan
tujuan prestasi yang akan kita capai.
“Prestasi adalah hasil yang berupa angka, huruf serta tindakan
hasil belajar yang berupa angka atau hasil karya yang dicapai juga dapat
untuk memotivasi agar prestasinya lebih meningkat”( Buchori, 1997 : 85).
Prestasi juga dapat diartikan sebagai hasil yang diperoleh karena adanya
aktivitas belajar yang dilakukan. Seorang siswa yang memperoleh nilai yang
berupa angka dalam suatu evaluasi setelah mengikuti suatu pembelajaran,
maka hasil nilai yang berupa angka tersebut dapat kita sebut sebagai prestasi.
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa prestasi adalah hasil yang
dicapai karena adanya aktifitas dan usaha yang sungguh-sungguh dalam
belajar yang dinyatakan dalam huruf dan angka. Jika nilainya tinggi maka
prestasinya baik, sedangkan jika nilainya rendah maka prestasinya kurang
commit to user
yang baik, cara pemikiran yang lebih rasional serta perolehan nilai yang
tinggi.
b. Pengertian Belajar
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang
sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang
pendidikan. Belajar merupakan masalah bagi setiap orang. Dengan belajar
seseorang akan mengalami perubahan, baik itu perubahan pengetahuan, sikap
maupun tingkah laku. Perubahan tersebut diakibatkan dari pengalaman yang
didapat melalui pengamatan, pendengaran, membaca dan meniru. Untuk
memperoleh pengertian yang lebih jelas mengenai belajar, banyak para ahli
yang merumuskan mengenai definisi belajar.
“Belajar adalah suatu sadar individu untuk mencapai tujuan
peningkatan dari atau perubahan diri melalui latihan-latihan dan
pengulangan-pengulangan dan perubahan yang terjadi bukan karena peristiwa
kebetulan” (Mulyati, 2005 : 2).
Thursan Hakim (2005 : 1) mendifinisikan belajar sebagai “Suatu
proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut
ditampakkan dalam bentuk peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap,
kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan”.
Pendapat Skinner, seperti yang dikutip Muhibbin Syah (2009:64)
bahwa “belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung secara progresif ”.
Dari definisi diatas, penulis dapat disimpulkan bahwa belajar yaitu
suatu proses sadar yang dialami oleh setiap individu (pebelajar) yang
berlangsung progresif untuk mencapai suatu tujuan atau perubahan dari dalam
dirinya. Perubahan-perubahan yang bisa ditampakkan setelah mengalami
proses belajar yaitu dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah
laku seperti peningkatan pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,
commit to user
Peristiwa tersebut tidak terjadi secara kebetulan melainkan suatu proses yang
dialami langsung oleh anak.
c. Pengertian Prestasi Belajar
Dalam suatu kegiatan manusia untuk mencapai tujuan selalu diikuti
dengan pengukuran dan penilaian. Demikian halnya didalam proses belajar.
Nana Sudjana (1991:22) mengemukakan bahwa ”Prestasi belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya”.
Sustratinah Tirtonegoro (2001 : 43) mengemukakan bahwa
“prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang
dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat
mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode
tertentu.
Dari uraian di atas dapat kita ketahui bahwa prestasi belajar
merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena
kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari
proses belajar. Prestasi belajar sebagai bukti keberhasilan di dalam belajar.
Prestasi belajar dapat dilihat dari tingkat keberhasilan seseorang dalam
mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport
setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi
belajar siswa dapat diketahui setelah diadakannya evaluasi. Tinggi rendahnya
hasil evaluasi mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar siswa.
d. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Untuk mencapai prestasi belajar siswa sesuai dengan yang
diharapkan atau sesuai tujuan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa. Menurut Thursan Hakim (2005 : 6),
faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar dibagi menjadi dua
commit to user
1) Faktor internal, adalah faktor yang terdapat di dalam diri inidividu itu sendiri, seperti kesehatan jasmani dan rohani, kecerdasan (intelegensia), daya ingat, kemauan, dan bakat. 2) Faktor eksternal adalah faktor yang terdapat di luar diri
individu yang bersangkutan, seperti keadaan lingkungan rumah, sekolah, masyarakat, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan semua lingkungan tersebut.
Sedangkan menurut Muhibbin Syah (2009 : 145) faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar siswa dibedakan menjadi tiga macam, yakni :
1) Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yang meliputi dua aspek yakni :
a) Aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah)
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai
tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat
mempengaruhi semangat dan intesitas siswa dalam mengikuti
pelajaran di sekolah.
b) Aspek psikologis (yang bersifat rohaniah)
Faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi
kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa, yakni :
(1) Tingkat kecerdasan / inteligensi siswa
Tingkat kecerdasan siswa atau IQ menentukan tingkat
keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi
kemampuan inteligensi seorang siswa maka semakin besar
peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah
inteligensi siswa maka semakin kecil kemungkinan untuk
memperoleh kesuksesan.
(2) Sikap siswa
Sikap adalah kecenderungan untuk mereaksi atau merespons
terhadap sesuatu objek (orang, barang dan sebagainya), baik
secara positif maupun negative. Sikap positif siswa terhadap
guru dan mata pelajaran yang disajikan merupakan pertanda
awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut. Sebaliknya
commit to user
pelajaran yang disajikan dapat menimbulkan kesulitan belajar
siswa tersebut.
(3) Bakat siswa
Bakat adalah kepandaian, sifat atau kecakapan pembawaan yang
dibawa sejak lahir. Bakat memegang peran penting dalam
mecapai suatu hasil prestasi yang baik. Bakat akan dapat
mempengaruhi tinggi-rendahnya prestasi belajar siswa di
bidang-bidang studi tertentu.
(4) Minat siswa
Minat adalah kecenderungan atau kegairahan hati yang menetap
dan tinggi untuk memperhatikan dan mengenang sesuatu atau
beberapa kegiatan. Dengan minat yang tinggi dan ketertarikan
anak yang tinggi terhadap bidang studi tertentu akan
berpengaruh terhadap hasil prestasi belajar anak.
(5) Motivasi siswa
Motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang
secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan
dengan tujuan tertentu yang telah ditetapkan.
Motovasi dapat dibedakan menjadi dua macama, yakni : 1)
motivasi intrinsik ; 2) motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik
adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa
sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar.
Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang
dating dari luar individu bias berupa pujian, hadiah, peraturan /
tata tertib sekolah, suri teladan orang tua, guru dan sebagainya.
Dengan motivasi yang tinggi akan berpengaruh pada hasil
prestasi belajar anak. Anak dengan motivasi rendah, memiliki
prestasi belajar yang rendah pula.
2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di
commit to user
a) Faktor lingkungan sosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan sosial seperti para guru,
para staf admnistrasi, teman-teman sekelas, masyarakat, tetangga,
serta teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa
tersebut. Faktor-faktor tersebut kemungkinan dapat mempengaruhi
keberhasilan belajar siswa.
b) Faktor lingkungan nonsosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung
sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan
letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang
digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan
tingkat keberhasilan belajar siswa.
3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya
belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa
untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.
Seorang siswa yang terbiasa mengaplikasikan pendekatan belajar deep,
mungkin sekali berpeluang untuk meraih prestasi belajar yang bermutu
daripada siswa yang menggunakan pendekatan belajar surface atau
reproductive.
3. Tinjauan Tentang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Kata IPA merupakan singkatan tentang “Ilmu Pengetahuan Alam” yang dalam bahasa inggris sering kita dengar dengan “Natural Science”
secara singkat sering disebut “science”. Natural artinya alamiah, sedangkan alam yang berkaitan dengan alam. Science artinya ilmu pengetahuan. Jadi
ilmu pengetahuan alam (IPA) atau science dapat disebut ilmu tentang alam
commit to user
Menurut Slamet Soewandi (2005:96), sains adalah salah satu
bentuk kegiatan intelektual untuk memperoleh pengetahuan positif-empirik
tentang alam (natural sciences) maupun tentang masyarakat (social sciences).
Sri Sulistyorini (2007:39) menuliskan bahwa IPA berhubungan
dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan
hanya penguasaan kumpulan pengertian yang berupa fakta-fakta,
konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan. Pembelajaran IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa
untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar serta prospek pengembangan
lebih lanjut dan menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan menurut Hendro Darmodjo (1991:34), “Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) adalah pengetahuan yang rasional dan obyektif
tentang alam semesta dengan segala isinya”.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Ilmu
Pengetahuan Alam adalah istilah yang digunakan yang merujuk pada rumpun
ilmu dimana obyeknya adalah benda-benda alam dengan hukum-hukum yang
pasti dan umum bersifat rasional dan obyektif berlaku kapan pun dan dimana
pun atau kumpulan dari peristiwa-peristiwa yang berupa fakta-fakta,
konsep-konsep atau prinsip-prinsip serta proses penemuan tentang gejala-gejala alam.
b. Ilmu Pengetahuan Alam untuk Anak SD
Sebelum mengajarkan materi IPA atau mata pelajaran yang lain
kepada anak usia sekolah dasar terlebih dahulu harus mengetahui
karakteristik masing-masing anak. Hal ini untuk mengetahui metode
pembelajaran apa yang paling tepat untuk mengajarkan IPA atau mata
pelajaran yang lain pada anak SD.
Sumantri Mulyani (2001:11) mengemukaan karakteristik anak usia
sekolah dasar secara umum, yaitu :
1) Mereka secara alamiah memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik akan dunia sekitar yang mengelilingi diri mereka sendiri.
commit to user
3) Mereka suka mengatur dirinya untuk menangani berbagai hal, mengeksplorasi suatu situasi dan mencobakan usaha-usaha yang baru.Mereka biasanya tergetar perasaannya dan terdorong untuk berprestasi sebagimana mereka tidak suka mengalami ketidakpuasan dan menolak kegagalan-kegagalan.
4) Mereka belajar secara efektif ketika mereka merasa puas dengan situasi yang terjadi.
5) Mereka belajar dengan cara bekerja, mengobservasi, berinisiatif, dan mengajar anak-anak lainnya.
Ilmu Pengetahuan Alam untuk anak-anak didefinisikan oleh Paolo
dan Marten yang dikutip oleh Srini M Iskandar (2001 :16) sebagai berikut:
1) Mengamati apa yang terjadi.
2) Mencoba memahami apa yang diamati.
3) Mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang akan terjadi.
4) Menguji ramalan-ramalan di bawah kondisi-kondisi untuk melihat apakan ramalan-ramalan itu benar.
Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pengajaran
IPA yang paling cocok untuk anak SD adalah dengan cara melakukan
percobaan dan mengamati apa yang terjadi. Jadi metode pengajaran
disesuaikan dengan karakteristik anak usia sekolah dasar yaitu memiliki rasa
ingin tahu dan ketertarikan yang tinggi, senang bermain, dan senang mencoba
hal-hal yang baru.
c. Tujuan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Salah satu tujuan dari pembelajaran IPA yaitu agar siswa
memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan
sehari-hari. Terdapat berbagai tujuan dari mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) yang dikemukakan oleh para ahli.
Sri Sulistyorini (2007 : 40), mengemukakan tujuan pembelajaran
IPA yaitu :
commit to user
2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.
4) Mengembangkan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan dan membuat keputusan.
5) Meningkatkan kesadaran dalam berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam. 6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dengan
segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7) Memperoleh pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar melanjutkan pendidikan ke SMP.
Menurut Yager yang dikutip oleh Parwoto (2007 : 215),
mengemukakan 4 tujuan pendidikan sains yaitu :
1) Sains untuk mempertemukan kebutuhan personal, 2) Sains untuk pemecahan masalah-masalah sosial, 3) Sains untuk kesadaran karir, dan
4) Sains untuk persiapan studi selanjutnya.
Sedangkan menurut Hadiat (1996:23), Tujuan pembelajaran IPA
di SD antara lain :
1) Agar siswa memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari.
2) Agar siswa memiliki ketrampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan, gagasan tentang alam sekitar. 3) Agar siswa mampu menggunakan teknologi sederhana yang
berguna untuk memecahkan suatu masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
4) Agar siswa mengenal dan dapat memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar sehingga menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan IPA adalah
untuk menguasai konsep, ketrampilan, dan memanfaatkannya dalam
commit to user
d. Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Alam
Untuk mencapai tujuan IPA dalam proses pembelajaran, guru
harus mengetahui ruang lingkup IPA. Menurut Maskoeri Jasin (2003 : 36-38)
ruang lingkup Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) terbagi atas :
1) Fisika (Physics), suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari benda tidak
hidup atau mati dari aspek wujud dengan perubahan-perubahan yang
bersifat sementara. Fisika secara klasik dibagi dalam mekanika, panas,
bunyi, cahaya, gelombang, listrik, magnet, dan teknik mekanik, teknik
sipil, teknik listrik (arus lemah dan kuat).
2) Kimia (Chemistry), suatu ilmu yang mempelajari benda hidup dan tidak
hidup dari aspek susunan materi dan perubahan-perubahan yang bersifat
tetap.
3) Biologi (Biological science), Ilmu Pengetahuan yang mempelajari
makhluk hidup dan gejala-gejalanya.
Sedangkan ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD meliputi
aspek-aspek sebagai berikut :
1) Makhluk hidup dan proses kehidupan yaitu manusia, hewan dan
hubungan serta interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan
2) Benda, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi padat, cair dan gas
3) Energi dan perubahannya meliputi gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,
cahaya dan pesawat sederhana
4) Bumi dan alam semesta meliputi : tanah, bumi, tata surya dan
benda-benda langit lainnya.
4. Tinjauan Tentang Metode Pembelajaran
a. Hakekat Metode Pembelajaran
1) Pengertian Metode
Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos” yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
commit to user
melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang
dikehendaki”.
Menurut Oemar Hamalik (2008:26), “Metode adalah cara yang
digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencoba
tujuan kurikulum”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa metode adalah rencana atau cara
teratur yang menyeluruh untuk melakukan suatu kegiatan tertentu,misal
tentang penyajian atau penyampaian materi ajar secara sistematis dan
berdasarkan pendekatan atau tujuan yang ditentukan. Guru harus
menguasai dan memahami metode atau teknik penyajian dalam
pembelajaran agar pelajaran yang disampaikan kepada anak dapat
ditangkap, dipahami dan dipergunakan dengan baik.
2) Pengertian Metode pembelajaran
Sebagai pendidik sebaiknya kita harus menempatkan diri pada
situasi dan kondisi yang baik. Pendidik mempunyai peran tidak hanya
sebagai pembimbing, pembina dan pengarah terhadap peserta didik tetapi
juga menyampaikan bahan ajar kepada peserta didik agar diterima dan
diserap dengan baik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dengan
demikian penggunaan metode pembelajaran merupakan hal yang paling
terpenting dalam proses pembelajaran untuk menyampaikan materi di
sekolah dari guru terhadap peserta didik. Guru harus mampu memilih dan
menggunakan metode yang paling tepat bagi siswa sesuai dengan
karakteristik serta keadaan anak agar dapat mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Selain itu dalam memilih metode
pengajaran juga disesuaikan pokok bahasan yang telah ditetapkan.
Biasanya metode pengajaran banyak ditentukan dari tujuan yang
dirumuskan oleh guru dalam proses pembelajaran.
Menurut Soemarsono (2007 :9) yang dimaksud dengan “metode
commit to user
dalam menyajikan atau menyampaikan suatu kesatuan materi atau bahan
pelajaran yang berlangsung dalam proses belajar mengajar siswa”.
Syaiful Sagala (2009:169) mengemukakan bahwa, “metode
mengajar adalah cara yang digunakan oleh guru dalam
mengorganisasikan kelas pada umumnya atau dalam menyajikan bahan
pelajaran pada khususnya”.
Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang
digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun
dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mecapai tujuan
pembelajaran.
Jadi dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Metode
pembelajaran adalah metode yang digunakan oleh guru atau dosen dalam
proses belajar mengajar atau dalam menyampaikan/ menyajikan suatu
materi bahan ajar agar tercapai tujuan pembelajaran.
3) Macam-macam Metode pembelajaran
Salah satu kemampuan yang harus dikuasai oleh seorang guru
adalah kemampuan dalam menyampaikan pengajaran kepada siswa.
Guru tidak cukup hanya menggunakan satu metode dalam
menyampaikan pengajaran kepada siswa. Penggunaan satu metode
mungkin dapat membosankan dan mungkin dapat mematahkan semangat
siswa dalam belajar. Di samping itu kadang-kadang terdapat satu pokok
bahasan yang kurang tepat untuk disampaikan melalui satu metode saja.
Oleh karena itu seorang guru harus menguasai berbagai jenis metode
mengajar. Berbagai metode mengajar tersebut antara lain:
a) Metode diskusi
Menurut Dwidjiastuti (2002 : 69) “Metode diskusi diartikan sebagai
siasat penyampaian bahan pengajaran yang melibatkan peserta didik
untuk membicarakan dan menemukan alternatif pemecahan suatu
commit to user
memiliki perhatian yang sama terhadap topik yang dibicarakan
dalam diskusi.
Menurut Nana Sudjana (2009:79) metode diskusi adalah tukar menukar informasi, pendapat, dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu, atau untuk mempersiapkan dan merampungkan keputusan bersama.
Sedangkan menurut Mulyadi (2010 : 79) dalam bukunya yang
berjudul Diagnosis Kesulitan Belajar Dan Bimbingan Terhadap
Kesulitan Belajar Khusus, “Metode diskusi adalah suatu proses
pendekatan dari murid dalam memecahkan masalah secara analitis
ditinjau dari berbagai titik pandangan”.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode diskusi adalah
suatu cara penguasaan dan penyampaian bahan pengajaran melalui
wahana tukar menukar pendapat untuk membicarakan dan
menemukan alternatif pemecahan suatu masalah secara analitis,
memperjelas sesuatu bahan pelajaran dan mencapai kesepakatan
bersama. Di dalam kegiatan diskusi, terjadi interaksi antara dua atau
lebih individu. Melalui kegiatan diskusi ini berbagai keterampilan
dapat dilakukan yakni keterampilan bertanya, berkomunikasi,
menafsirkan dan menyimpulkan suatu masalah.
b) Metode tanya jawab
Menurut Dwidjiastuti (2002 : 67) metode tanya jawab adalah cara
penyajian pelajaran dalam proses belajar mengajar melalui interaksi
dua arah atau Two Way Traffic dari guru ke peserta didik atau dari
peserta didik kepada guru agar diperoleh jawaban kepastian materi
melalui jawaban lisan guru atau peserta didik.
Menurut Slamet Soewandi (2005 :42), “metode ceramah atau metode
kuliah mimbar adalah cara mengajar dimana guru memberi
informasi atau menjelaskan”
Sedangkan menurut Abdul Majid (2007 : 138), “metode tanya jawab
commit to user
dimaksudkan untuk merangsang untuk berfikir dan membimbingnya
dalam mencapai kebenaran”.
Penggunaan metode tanya jawab biasanya baik untuk
maksud-maksud yang diperlukan untuk menyimpulkan atau mengikhtisarkan
pelajaran atau apa yang dibaca. Tanya jawab dapat membantu
tumbuhnya perhatian peserta didik pada suatu materi pelajaran, serta
mengembangkan kemampuannya untuk menggunakan pengetahuan
dan pengalamannya. Pertanyaan yang digunakan tanya jawab
seharusnya pertanyaan yang membangkitkan motivasi yang dapat
merangsang peserta didik untuk berfikir. Hal tersebut mendorong
siswa untuk mencari dan menemukan jawaban yang tepat dan
memuaskan sehingga anak cenderung lebih aktif.
c) Metode demonstrasi
Menurut Dwidjiastuti (2002 : 75) mengatakan bahwa metode demostrasi diartikan sebagai cara penyajian pelajaran dengan meragakan dan mempertunjukkan kepada peserta didik suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain yang memahami atau ahli dalam topik bahasan yang harus didemonstrasikan.
Menurut Nana Sudjana (2009:83) “Metode demonstrasi adalah suatu metode mengajar yang memperlihatkan bagaimana proses terjadinya
sesuatu”.
Sedangkan menurut Syaiful Sagala (2009 : 210) “ metode
demonstrasi adalah pertunjukkan tentang proses terjadinya suatu
peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang
dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik
secara nyata atau tiruannya”.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa metode demonstrasi
adalah suatu metode mengajar dimana cara penyampaian materi
pelajaran dengan cara memperagakan atau mempertunjukkan kepada
peserta didik tentang suatu proses atau peristiwa. Di sini peserta
commit to user
serta meniru apa yang ditunjukkan oleh guru selama proses
pembelajaran berlangsung.
d) Metode eksperimen
Metode eksperimen digunakan untuk memberikan kesempatan
kepada siswa melakukan suatu proses baik secara sendiri maupun
kelompok. Adapun pengertian metode eksperimen menurut
Dwidjiastuti (2002 : 77) yaitu “Metode eksperimen atau percobaan
diartikan sebagai cara belajar mengajar yang melibatkan peserta
didik dengan mengalami dan membuktikan sendiri proses dan hasil
percobaan”.
Menurut Nana Sudjana (2009 : 93), “Eksperimen adalah metode
yang siswanya mencoba mempraktekkan suatu proses tersebut,
stelah melihat atau mengamati apa yang telah didemonstrasikan oleh
seorang demonstrator”.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen
adalah suatu metode mengajar yang melibatkan peserta didik. Di sini
peserta didik melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal,
mengamati proses dan menuliskan hasil percobaannya. Kemudian
hasil percobaan tersebut dikemukakan di depan kelas dan
didiskusikan bersama.
e) Metode inquiry
Menurut Dwidjiastuti (2002 : 81) “Metode inquiry bisa disebut
metode penemuan dan merupakan metode yang relative baru.
Metode penemuan adalah cara penyajian yang memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk menemukan informasi dengan atau tanpa
bantuan guru”.
Menurut Roestiyah (1991:75) “Metode inquiry merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan guru untuk mengajar di depan kelas,
guru membagi tugas meneliti suatu masalah di kelas. Siswa dibagi
commit to user
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode
inquiry merupakan suatu metode atau cara pemberian kesempatan
kepada siswa untuk melakukan proses penelitian untuk memecahkan
suatu masalah yang kemudian hasilnya didiskusikan bersama dan
dibuat laporan tertulis yang tersusun dengan baik.
f) Metode discovery
Menurut Nasution (2000 :173) menyatakan bahwa memecahkan
masalah adalah metode belajar yang mengharuskan pelajar untuk
menemukan jawabannya (discovery) tanpa bantuan khusus.
Sedangkan menurut Gagne dan Berliner (1984) yang dikutip oleh
Moedjiono dan Moh. Dimyati (1991:490), metode discovery adalah
metode dimaa para siswa memerlukan penemuan konsep, prinsip dan
pemecahan masalah untuk menjdai miliknya lebih dari pada sekedar
menerimanya atau mendapatkannya dari seseorang guru atau sebuah
buku.
Metode discovery sebagai metode belajar mengajar yang
memberikan peluang diperhatikannya proses dan hasil kegiatan
belajar siswa, digunakan dalam kegiatan belajar mengajar.
b. Hakekat Metode Eksperimen dalam Pembelajaran IPA Anak
Berkesulitan Belajar
1) Pengertian Metode Eksperimen
Istilah eksperimen mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita.
Istilah eksperimen adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA). Karena itu, dalam Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam tentu saja kedudukan eksperimen sangat penting.
Adapun berbagai pengertian mengenai metode eksperimen adalah
sebagai berikut :
Menurut Roestiyah (2001: 80) yang dikutip dari
(http://smacepiring.wordpress.com/2008/08/08/metode-dan