• Tidak ada hasil yang ditemukan

II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Karakteristik Kambing

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Karakteristik Kambing"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

8

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karakteristik Kambing

Kambing merupakan binatang memamahbiak yang pada dasarnya merupakan kambing liar yang tersebar di Asia Barat Daya. Kambing perah memang masih asing bagi sebagian masyarakat karena hasil utama kambing perah yaitu susu kambing masih jarang dikonsumsi. Susu kambing memang kalah populer jika dibandingkan dengan susu sapi karena sebagian masyarakat berpersepsi bahwa susu kambing memiliki bau perengus (bau khas kambing jantan) yang tidak terlalu disukai oleh masyarakat. Meskipun demikian, saat ini konsumsi susu kambing semakin meningkat karena masyarakat semakin mengetahui bahwa susu kambing memiliki kandungan gizi yang lebih baik dibandingkan dengan susu sapi (Setiawan & Tanius 2002).

2.2 Input Budidaya Kambing Perah

Budidaya kambing perah pada umumnya hampir sama dengan kambing potong sehingga sebagian besar input yang dibutuhkan untuk budidaya kambing perah sama dengan input pada kambing potong. Selanjutnya akan dijelaskan mengenai beberapa input utama yang dibutuhkan pada budidaya kambing perah.

2.2.1 Kandang

Kandang merupakan sarana yang dibangun di awal budidaya kambing perah. Pembangunan kandang ini harus dapat memberikan kenyamanan bagi kambing yang dipelihara agar kambing dapat berproduksi optimal. Menurut Setiawan dan Tanius (2002), terdapat dua syarat umum yang perlu diperhatikan dalam membuat kontruksi kandang kambing. Syarat pertama yaitu sistem ventilasi yang cukup baik yang berguna untuk mengeluarkan udara kotor dari dalam kandang dan digantikan oleh udara segar dari luar kandang. Syarat berikutnya adalah tercukupinya sinar matahari bagi kambing sehingga sebaiknya kandang kambing menghadap ke arah matahari terbit sehingga matahari pagi dapat dengan mudah masuk ke bagian dalam kandang. Selain untuk kesehatan kambing, sinar matahari ini juga diperlukan untuk mematikan bakteri dalam kandang sehingga kandang akan tampak sehat dan kering sepanjang waktu.

(2)

9 2.2.2 Pakan

Pakan merupakan input yang sangat menentukan proses pertumbuhan, reproduksi, dan produksi susu sehingga komposisi gizi pakan harus sangat diperhatikan. Adapun jenis pakan tersebut terdiri dari :

1) Hijauan

Hijauan adalah bahan pakan berserat yang dapat berasal dari rumput dan dedaunan. Jenis hijauan yang dapat digunakan antara lain rumput gajah, rumput liar, rumput setaria, daun kaliandra, daun turi, daun singkong, daun jagung, dan daun Kacang tanah. Hijauan yang paling disarankan untuk diberikan adalah rumput gajah yang dapat diperoleh dari hasil penanaman sendiri ataupun dibeli.

2) Konsentrat

Merupakan salah satu bahan pakan penguat bagi kambing. Konsentrat ini terdiri dari campuran beberapa bahan makanan.

3) Ampas Tahu

Ampas tahu dapat ditambahkan sebagai pakan penguat yang biasanya di berikan pada kambing sebanyak 3 kg/hari/ekor. Penggunaan ampas tahu ini bertujuan sebagai sumber energi dan peningkatan nafsu makan karena aromanya sangat disukai oleh ternak. Pemberian ampas tahu dapat dicampurkan ke dalam konsentrat sebelum kambing diperah.

4) Bubur Singkong

Bubur singkong merupakan singkong yang dicacah ataupun ditumbuk. Pemberian bubur singkong biasanya akan berpengaruh pada peningkatan jumlah susu yang dihasilkan ternak. Bubur singkong ini diberikan secara tunggal sebanyak 2 ons/ekor/hari setelah konsentrat dan ampas tahu yang diberikan habis dikonsumsi kambing.

2.2.3 Air

Kambing perah sangat perlu diperhatikan kebersihannya karena perlu memiliki higienitas yang tinggi sehingga air diperlukan untuk menjaga kebersihan kambing. Selain itu, air juga diperlukan untuk menjaga kesehatan kambing, jika kambing memakan pakan yang memiliki kandungan air yang cukup tinggi maka

(3)

10 kambing cukup diberikan sedikit air untuk minum sedangkan bila diberi pakan hijauan segar, pemberian air pada ternak sebaiknya lebih banyak. Air minum yang diberikan idealnya berupa campuran beberapa bahan yaitu Nutri Simba 1 cc, molase (limbah tebu) 1 cc, garam beryodium 1 genggaman, dan air bersih 10 liter. Formulasi air ini lebih disukai oleh kambing dan akan menyebabkan feses dan air kencing tidak akan berbau.

2.2.4 Obat-Obatan

Obat-obatan merupakan input yang digunakan untuk menjaga kesehatan kambing maupun untuk pengobatan kambing yang sedang sakit. Obat-obatan yang digunakan terdiri dari berbagai jenis tergantung pada fungsi dari masing-masing obat-obatan. Adapun obat-obatan yang digunakan, kegunaan obat-obatan serta cara penggunaan obat-obatan dapat dilihat pada Lampiran 4.

2.2.5 Bibit Unggul

Dalam memilih kambing perlu memperhatikan beberapa teknik. Teknik tersebut antara lain seleksi berdasarkan performa dan kelengkapan data atau informasi silsilah ternak bersangkutan. Teknik yang kedua yaitu seleksi berdasarkan kasat mata yang dilakukan oleh pembeli maupun penjual. Selain yang telah disebutkan di atas, ada cara sederhana memilih ternak kambing yaitu dengan memperhatikan beberapa kriteria. Adapun kriteria tersebut antara lain :

1) Calon Induk :

a) Umur lebih dari 12 bulan ( 2 buah gigi seri tetap), b) Tingkat kesuburan reproduksi sedang

c) Sifat keindukan baik d) Tubuh tidak cacat

e) Berasal dari keturunan kembar (kembar dua) f) Jumlah puting dua buah

g) Berat badan lebih dari 20 Kg. 2) Calon jantan :

a) Pejantan memiliki penampilan yang bagus dan besar b) Umur > 1,5 tahun

(4)

11 d) Mempunyai nafsu kawin besar

e) Sehat, dan tidak cacat.

2.3 Perkawinan, dan Penanganan Kelahiran

Perkawinan merupakan suatu proses yang diperlukan untuk peremajaan ternak. Perkawinan dibagi ke dalam dua bagian yaitu inseminasi buatan dan perkawinan alami. Inseminasi buatan terjadi dengan bantuan alat yang dapat memasukan sel sperma ke posisi yang tepat pada bagian dalam organ kelamin betina. Sementara perkawinan secara alami dapat terjadi karena adanya kontak fisik antara pejantan dengan betina. Perkawinan sebaiknya dilakukan setelah 12-34 jam kambing betina birahi karena tingkat kesuburan saat itu cukup tinggi. Tingkat keberhasilan perkawinan ditandai dengan adanya kebuntingan. Kambing yang telah bunting tua perlu penanganan khusus. Sebaiknya kambing yang sudah siap melahirkan ditempatkan di kandang khusus sehingga kambing tersebut merasa nyaman dan tenang serta memudahkan pemantauan.

2.4 Jenis Penyakit pada Kambing Perah

Terdapat beberapa penyakit yang sering ditemui pada kambing perah. Penyakit-penyakit tersebut dapat dikelompokan menjadi beberapa kelompok yakni penyakit bakterial, yaitu penyakit yang timbul akibat bakteri pada kambing perah. Adapun jenis-jenis penyakit bakterial ini antara lain :

1) Antrax (radang limpa) 2) Mastitis

3) Keguguran

4) Diare atau mencret

Penyakit parasit yaitu penyakit yang disebabkan oleh parasit yang terdapat pada kambing. Penyakit-penyakit jenis ini antara lain :

1) Kudis/kurap (Scabies) 2) Cacingan

Penyakit lainnya yaitu jenis penyakit yang bukan disebabkan oleh bakteri ataupun parasit. Adapun jenis-jenis penyakit jenis ini antara lain :

1) Penyakit mata 2) Perut kembung

(5)

12 3) Kelumpuhan atau kejang-kejang

2.5 Pemerahan

Pemerahan dilakukan untuk memperoleh susu kambing. Menurut Esminger (2002), pemerahan pada kambing perah dapat dilakukan dua kali sehari tetapi lebih baik jika selang antar pemerahan selama 12 jam. Sebelum dilakukan pemerahan, ambing pada kambing sebaiknya dibersihkan dahulu dengan air dan dikeringkan dengan menggunakan handuk bersih. Hal ini dilakukan untuk menghindari penyakit mastitis pada kambing.

Susu hasil perahan pertama harus dibuang ke dalam sebuah wadah (gelas) untuk memastikan bahwa kambing tidak mengalami mastitis. Setelah dilakukan pemerahan, masing-masing ambing harus dimasukan pada cairan desinfektan agar tidak terkena mastitis. Proses pemerahan dapat dilakukan dengan beberapa cara tetapi teknik pemerahan pada kambing biasanya menggunakan teknik whole hand yakni teknik pemerahan dengan menggunakan seluruh jari (Setiawan dan Tanius, 2002). Susu yang telah diperoleh harus disaring terlebih dahulu kemudian disimpan dalam freezer agar susu dapat bertahan lebih lama.

2.6 Karakteristik Susu Kambing

Produk utama dari kambing perah adalah susu kambing. Pada Tabel 3 Dapat dilihat perbandingan kandungan gizi susu kambing, dan susu sapi. Dari Tabel 3 terlihat bahwa kandungan energi KCL, protein, lemak, Ca, vit A, Thiamin, Niacin pada susu kambing lebih tinggi dibandingkan dengan susu sapi. Susu kambing juga memiliki citra tersendiri yang berbeda dengan susu sapi. Jika susu sapi dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan zat gizi terutama protein, maka susu kambing dikonsumsi dengan tujuan yang lebih dari itu, susu kambing dipercaya mampu menyembuhkan beberapa jenis penyakit sehingga susu kambing juga dikonsumsi sebagai obat.

(6)

13 Tabel 3. Kandungan Gizi Susu Kambing dan Susu Sapi

Komposisi Kambing Sapi

Air 83-87,5 87,2 Hidrat Arang 4,6 4,7 Energi KCL 67 66 Protein 3,3-4,9 3,3 Lemak 4,0-7,3 3,7 Ca (mg) 129 117 P (mg) 106 151 Fe (mg) 0,05 0,05 Vit. A. (mg) 185 138 Thiamin (mg) 0,04 0,03 Rhiboflamin 0,14 0,17 Niacin (mg) 0,3 0,08 Vit. B-12 0,07 0,36 Sumber : www.rumahbelanja.com 2.7 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang dijadikan rujukan adalah berbagai penelitian yang berhubungan dengan analisis kelayakan usaha, dan analisis pada kambing perah serta analisis kelayakan usaha pada peternakan kambing perah. Penelitian mengenai analisis kelayakan terutama kelayakan pada subsektor peternakan telah dilakukan oleh peneliti terdahulu namun dengan objek kajian atau komoditas yang berbeda. Salah satunya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Irfansyah pada tahun 2009. Penelitian ini bejudul Analisis Pengembangan dan Optimalisasi Produksi Usaha Ternak Sapi Perah (Studi Kasus : Peternakan Barokah, Kebon Pedes, Kota Bogor). Hasil dari penelitian ini antara lain: berdasarkan hasil perhitungan kriteria kelayakan finansial peternakan Barokah pada skala usaha 80 ekor induk laktasi, diperoleh nilai NPV 1.835.849.468, IRR diperoleh sebesar 37% dengan tingkat discount rate sebesar 16%, diperoleh nilai Net B/C sebesar 2,04, PBP diperoleh selama 3,81 tahun, BEP diperoleh selama 8,49 tahun dan PR diperoleh sebesar 3,8. Selain itu, dalam penelitian ini juga dilakukan analisis sensitivitas. Variabel-variabel yang diubah dalam analisis sensitivitas yaitu : kenaikan tingkat inflasi per tahun, kenaikan biaya pakan per tahun, rata-rata produksi susu per ekor induk, harga jual susu per liter dan tingkat kenaikan gaji karyawan tiap tahun. Sedangkan

(7)

14 berdasarkan hasil penelitian pada aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek dampak usaha dan analisis terhadap aspek finansial dapat disimpulkan bahwa gagasan pengembangan usaha layak untuk dilaksanakan. Pengembangan skala usaha dari 60 ekor menjadi 80 ekor induk laktasi membuat peternakan beroperasi secara lebih efisien dan mencapai skala ekonomi yang baik.

Penelitian selanjutnya yang dijadikan rujukan yakni penelitian yang dilakukan oleh Dicky Satria pada tahun 2009 dengan penelitian berjudul Analisis pengembangan Usaha Ternak Kambing Perah Peranakan Etawa (Studi Kasus : Peternakan Cordero, Desa Sukajaya, Kacamatan Tamansari, Kabupaten Bogor). Berdasarkan hasil analisis pada aspek non finansial, Peternakan Cordero dituntut untuk memperbesar pasar sasaran seiring dengan meluasnya skala usaha. Pada saat penelitian jumlah kambing yang terdapat di peternakan Cordero adalah 119 ekor yang terdiri dari 5 pejantan, 58 induk, 25 dara, dan 31 anakan, dan akan bertambah menjadi 828 ekor di tahun kelima dengan asumsi tingkat kelahiran anak 1,62, kematian 10 persen, pemeliharaan betina 20 persen, dan menjual seluruh anak jantan. Hasil analisis dari aspek finansial diperoleh nilai NPV sebesar Rp 908.058.246, nilai IRR 32,14 persen, nilai net B/C 2,32, PBP 4,1 tahun, BEP 4,6 tahun yang mengindikasikan bahwa pengembangan usaha ternak kambing perah ini layak untuk dijalankan. Analisis sensitivitas dilakukan dengan melakukan perubahan pada variabel output dan input. Berdasarkan analisis switching value menunjukan bahwa kenaikan harga pakan lebih peka dibandingkan degan kenaikan tingkat inflasi maupun penurunan harga jual susu.

Penelitian mengenai kambing perah dilakukan oleh Siti Maimonah pada tahun 2000 dalam skripsinya yang berjudul Pendugaan Model Fungsi dan Analisis Efisiensi Faktor-Faktor Produksi Kambing Perah Laktasi Peranakan Etawah pada Peternakan Barokah. Hasil penelitian ini antara lain diperolehnya model fungsi produksi terbaik pada Peternakan Kambing Perah barokah yaitu sebagai berikut : Y = 2,415 X20,203 X40,342 X5-0,259

Dimana Y : Produksi susu (kg/hari) X2 : pakan penguat (kg/hari) X4 : periode laktasi

(8)

15 Selain itu, menurut penelitian ini, konsumsi pakan penguat secara teknis sudah efisien karena elastisitas produksinya berada antara 0 dan satu atau berada pada daerah rasional yaitu sebesar 0,203 yang berarti penambahan 1 kg pakan penguat akan meningkatkan produksi susu sebanyak 0,203 kg. Namun secara ekonomis belum efisien karena rasio antara Nilai Produk Marjinal (NPM) dengan Biaya Korbanan Marjinal (BKM) lebih besar dari 1 yaitu 3,804 sehingga perlu penambahan pakan optimal yaitu 3,804 kg per ekor per hari. Dengan penambahan ini jumlah produksi susu harian setiap ekornya meningkat 0,111 kg, dan dengan harga produksi susu per kilogramnya Rp 6.000,00 penerimaan juga akan bertambah Rp 666,00 per ekor per hari. Secara teknis, periode laktasi telah efisien dengan nilai elastisitas sebesar 0,342. Hal ini berarti peningkatan periode laktasi akan meningkatkan produksi susu sebanyak 0,342 kg dengan rata-rata periode laktasi ke-2,079 masih bisa ditambah karena puncak laktasi tercapai pada laktasi ke-4. Sedangkan lama laktasi tidak efisien karena nilai elastisitasnya kurang dari 0 yaitu sebesar -0,259. Hal ini berarti penambahan satu hari lama laktasi akan menurunkan produksi susu sebesar 0,259 kg. Karena rata-rata lama laktasi selama ini adalah 188,211 hari, sehingga dapat menurunkan produksi susu rata-rata, maka sebaiknya dilakukan sekitar 160 hari.

Penelitian mengenai kambing perah dilakukan pula oleh Nur Santy Asminaya dalam tesisnya yang berjudul Penggunaan Ransum Komplit Berbasis Sampah Sayuran Pasar untuk Produksi dan Komposisi Susu Kambing Perah. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2007 di peternakan rakyat yang terletak di Bintaro. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji penggunaan ransum komplit berbasis sampah sayuran pasar dalam bentuk kering (RKK) dan fermentasi/silase (RSK) pada kambing perah dengan melihat aspek produksi dan komposisi susu. Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan hasil kondisi fisik dan susu pada kambing perah yang diberi perlakuan yang berbeda yaitu dengan memberikan ransum konvensional (RK) yang terbuat dari konsntrat dan ampas tahu, RKK, dan RSK yang terbuat dari sayuran pasar, ampas tahu, dedak padi, onggok dan bungkil inti sawit. Hasilnya, dilihat dari konsumsi bahan kering dan produksi susu yang menurun, ransum komplit berbasis sampah sayuran pasar baik berbentuk kering (RKK) maupun silase (RSK) belum dapat menggantikan penggunaan

(9)

16 ransum konvensional (RK), meskipun komposisi yang dihasilkan pada semua kambing penelitian (RK< RKK< dan RSK) adalah sama.

Penelitian yang akan dilakukan merupakan penelitian pada komoditas kambing perah. Analisis dilakukan pada kelayakan usaha ternak pada kondisi tanpa adanya pengembangan usaha berupa penambahan populasi kambing laktasi I dan pada kondisi adanya pengembangan usaha. Terdapat beberapa persamaan dan perbedaan antara penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian terdahulu. Pada penelitian yang dilakukan oleh Irfansyah (2009), persamaan antara penelitian ini dengan penelitian tersebut terletak pada alat analisis yang digunakan terutama pada analisis aspek finansial. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat analisis berupa kriteria kelayakan investasi yang terdiri dari Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period (PBP). Untuk analisis aspek non finansial, beberapa penelitian terdahulu menggunakan penggolongan aspek yang berbeda dengan yang digunakan pada penelitian ini. Sedangkan perbedaan terletak pada jenis komoditas yang dikaji. Pada penelitian yang dilakukan oleh Dicky (2009), analisis dilakukan pada kelayakan peternakan kambing perah. Artinya terdapat persamaan yang cukup banyak antara penelitian yang akan dilaksanakan dengan penelitian tersebut, persamaan tersebut yakni alat analisis yang digunakan sama yaitu kriteria kelayakan investasi baik secara finansial maupun non finansial selain itu, objek kajian atau komoditas yang dikaji juga serupa yaitu kambing perah. Namun perbedaan terletak pada tempat penelitian sehingga hasil yang diperoleh tentu akan berbeda. Tinjauan yang digunakan dalam penelitian ini juga harus merujuk pada penelitian terdahulu mengenai komoditas yang sama yang akan diteliti yaitu kambing perah.

Ada beberapa peneliti yang menganalisis mengenai kambing perah namun dengan kajian yang berbeda. Penelitian yang dilakukan oleh Maimonah (2002), menganalisis komoditas yang sama yakni kambing perah namun dengan alat analisis yang berbeda dimana alat analisis yang digunakan yaitu menggunakan fungsi produksi polynomial kuadratik, polynomial akar pangkat dua, dan cob douglas (dilinierkan dengan ln). Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Asminaya (2007), menganalisis mengenai efek penggunaan ransum pada

(10)

17 komposisi susu kambing sehingga alat analisis yang digunakan berupa uji laboratorium. Adapun rincian masing-masing penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rincian Penelitian Terdahulu

No. Nama Peneliti Judul Penelitian Tahun Alat Analisis Komoditas

1. Irfansyah Analisis Pengembangan

dan Optimalisasi

Produksi Usaha Ternak Sapi Perah (Studi Kasus : Peternakan Barokah, Kebon Pedes, Kota Bogor)

2009 Kriteria Kelayakan Usaha baik aspek non finansial

maupun aspek

finansial (NPV, IRR, Net B/C, dan PBP)

Sapi Perah

2. Dicky Satria Analisis Pengembangan Usaha Ternak Kambing Perah Peranakan Etawa

(Studi Kasus : Peternakan Cordero, Desa Sukajaya, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor) 2009 Kriteria Kelayakan Usaha baik aspek non finansial

maupun aspek

finansial (NPV, IRR, Net B/C, dan PBP)

Kambing Perah

3. Siti Maimonah Pendugaan Model

Fungsi dan Analisis Efisiensi Faktor-Faktor

Produksi Kambing

Perah Laktasi Peranakan Etawah pada Peternakan Kambing Perah Barokah

2000 Menggunakan

fungsi produksi

polynomial

kuadratik,

polynomial akar pangkat dua, dan

cob douglas (dilinierkan dengan ln). Kambing Perah 4. Nur Santy Asminaya Penggunaan Ransum Komplit Berbasis

Sampah Sayuran Pasar untuk Produksi dan

Komposisi Susu

Kambing Perah

2007 Menggunakan uji laboratorium terhadap susu yang dihasilkan oleh

kelompok-kelompok kambing perah yang telah diberi ransum yang berbeda-beda.

Adapun uji

laboratorium yang digunakan adalah uji berat jenis, kadar protein, lemak, laktosa, dan bahan kering tanpa lemak.

Kambing Perah

Gambar

Tabel 4. Rincian Penelitian Terdahulu

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan yang didapat dari pengujian ini adalah generasi yang optimal hasil untuk kasus TSP-TW pada penjadwalan harian dan paket rute wisata di Pulau Bali yaitu 1750

J: BOLEH, tetapi setiap Borang Penebusan hanya boleh menebus maksimum 2 Jaket Juara MILO sahaja dan setiap Borang Penebusan mesti dilengkapi dengan semua maklumat yang diperlukan

Data- data neutrino solar dan neutrino atmosferik memperlihatkan adanya hirarki kuat dan dapat dijelaskan oleh osilasi tiga neutrino.. Data LSND dengan orde hirarki yang lain

(Dan yang dimaksud dengan yang sudah wafat) merekalah para Sahabat Nabi yang mana mereka adalah orang-orang terbaik di ummat ini, memiliki hati yang paling

Data tersebut mencangkup data iklim, biofisik, dan sosial ekonomi yang digunakan untuk menganalisis struktur dan fungsi keanekaragaman hayati pekarangan dan

*Kemampuan Pengukuran Terbaik” dinyatakan sebagai ketidakpastian yang diperluas pada tingkat kepercayaan 95 % dengan faktor cakupan k = 2, dan memperhitungkan kontribusi

(10) Asam lemak omega-3 merupakan asam lemak yang sangat tidak jenuh sehingga dapat mengalami reaksi oksidasi asam lemak dengan lebih mudah dibandingkan asam

〔商法四四九〕 新株発行不存在確認の訴えにおける新株発行の実体 の有無名古屋高裁平成一四年八月二一日判決 鈴木, 千佳子Suzuki,