• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN KEPUASAN PASIEN DALAM PELAKSANAAN KOMUNIKASI EFEKTIF DOKTER DI RSUD KOTA MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GAMBARAN KEPUASAN PASIEN DALAM PELAKSANAAN KOMUNIKASI EFEKTIF DOKTER DI RSUD KOTA MAKASSAR"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 GAMBARAN KEPUASAN PASIEN DALAM PELAKSANAAN KOMUNIKASI

EFEKTIF DOKTER DI RSUD KOTA MAKASSAR

Description of Patient Satisfaction in Implementation of Effective Doctor Communication in RSUD Kota Makassar

Asdawati, A. Indahwaty Sidin, Irwandy Kapalawi

Bagian Manajemen Rumah Sakit Fakultas Kesehatan Masyarakat Unhas (andialwiasdawati@yahoo.com, idhsidin@yahoo.com, wandy_email@yahoo.co.id,

085343872717) ABSTRAK

Angka kepuasan pasien di RSUD Kota Makassar masih rendah dan terdapat banyak keluhan pasien terhadap komunikasi dokter. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran kepuasan pasien dalam pelaksanaan komunikasi efektif dokter di Instalasi Rawat Jalan RSUD Kota Makassar Tahun 2014. Jenis penelitian ini yaitu deskriptif observasi dengan pendekatan kuantitatif. Instrumen penelitian ini yaitu kuesioner yang dibagikan kepada responden sebanyak 200 orang yang telah memanfaatkan pelayananan rawat jalan. Data penelitian diolah secara kuantitatif dengan analisis univariat menggunakan program SPSS 16. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kepuasan pasien terhadap komunikasi efektif dokter berdasarkan dimensi keterbukaan, puas (73%) dan tidak puas (27%). Dimensi sikap positif, puas (79,5%) dan tidak puas (20,5%). Dimensi sikap mendukung, puas (76%) dan tidak puas (24%). Dimensi empati, puas (68,5%) dan tidak puas (31,5%). Dimensi kesetaraan, puas (71,5%) dan tidak puas 28,5%. Tingkat kepuasan pasien dalam pelaksanaan komunikasi efektif dokter di Instalasi Rawat Jalan RSUD Kota Makassar, puas (93,5%) dan tidak puas (6,5%) berdasarkan lima dimensi variabel tersebut. Disarankan kepada dokter agar tetap mempertahankan pola komunikasi efektif yang dijalankan dan terhadap pasien yang masih mempersepsikan komunikasi dokter kurang efektif juga tetap diperhatikan agar kepuasan pasien lebih optimal.

Kata kunci : komunikasi efektif dokter, kepuasan pasien ABSTRACT

The number of patient satisfaction in RSUD Kota Makassar was still less of standards and more of patient complaints to doctor communication. The purpose of this study was to get a description of patient satisfaction in implementation of effective doctor communication in Outpatient Installation of RSUD Kota Makassar 2014. The kind of this study was a descriptive observational study with quantitative approach. The instrument of this study was questionnare that devided to 200 respondents who have used outpatient service. Data were analyzed quantitively with univariate analysis by SPSS application. The results of this study were level of patient satisfaction based on doctor openness, satisfied (73%) and dissatisfied (27%). Based on positive attitude, satisfied (79,5%) and dissatisfied (20,5%). Based on supportive attitude , satisfied (76%) and dissatisfied (24%). Based on emphaty, satisfied (68,5%) and dissatisfied (31,5%). Based on equality, satisfied (71,5%) and dissatisfied (28,5%). Patient satisfaction in implementation of effective doctor communication in outpatient Installation of RSUD Kota Makassar, satisfied (93,5%) and dissatisfied (6,5%) base on five dimensions of variable. Suggestion for the doctor to keep on effective communication pattern and about respondents were perceived of doctor communication still not effective to give more attention so patient satisfaction will be more optimal.

(2)

2 PENDAHULUAN

Rumah sakit merupakan sebuah institusi sosial yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan profesional yang disediakan oleh dokter, perawat, tenaga ahli kesehatan lain dan tenaga non kesehatan. Rumah sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat1.

Pembangunan rumah sakit dewasa ini semakin marak baik oleh pihak swasta maupun pemerintah sehingga menuntut setiap rumah sakit untuk siap bersaing dengan menyediakan pelayanan yang paripurna dalam memenuhi kebutuhan dan harapan pengguna jasa sebagai strategi utama yang berorientasi pada kepuasan pasien2. Kepuasan pelanggan merupakan perasaan senang atau kecewa yang muncul setelah membandingkan antara kinerja atau hasil produk yang diharapkan dengan kinerja atau hasil produk yang diperoleh3. Adapun salah satu faktor yang menyebabkan pelanggan puas terhadap pelayanan yang diberikan yaitu terciptanya interaksi komunikasi yang baik antara dokter dan pasien seperti perhatian pribadi, memahami kebutuhan pasien, menampung keluhan dan menjawab semua pertanyaan yang diajukan pasien4 dan komunikasi yang baik antara dokter dan pasien dalam pelayanan jasa kesehatan sangat menentukan kepuasan pasien5.

Pelayanan kesehatan di rumah sakit amat dipengaruhi oleh para profesional yang ada di dalamnya khususnya dokter6, sehingga pelanggan akan memilih rumah sakit yang jika tenaga kesehatannya dalam hal ini dokter dan perawat dapat memberikan pelayanan yang terbaik sesuai harapan pasien7. Adapun dalam pelayanan rawat jalan, yang banyak berinteraksi adalah dokter dan pasien. Interaksi yang banyak dilakukan adalah dalam bentuk konsultasi oleh pasien kepada dokter atau dokter gigi yang tentu saja membutuhkan interaksi komunikasi6, sehingga pada pelayanan tersebut sangat dibutuhkan interaksi komunikasi yang efektif antara dokter dan pasien untuk memenuhi kebutuhan dan harapan pasien. Komunikasi efektif dokter dan pasien adalah pengembangan hubungan dokter-pasien secara efektif yang berlangsung secara efisien, dengan tujuan utama penyampaian informasi atau pemberian penjelasan yang diperlukan dalam rangka membangun kerja sama antara dokter dengan pasien9.

Hasil survei kepuasan pasien yang dilakukan pada tahun 2010 menunjukkan bahwa tingkat kepuasan pelanggan di Instalasi Rawat Jalan RSUD Kota Makassar hanya sebesar 73% atau belum memenuhi standar kepuasan pelanggan rawat jalan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 129 tahun 2008 sebesar 90%. Selanjutnya, pada tanggal 2 dan 3 Januari 2014 dilakukan wawancara dengan 20 orang pasien rawat jalan yang telah memanfaatkan jasa pelayanan. Adapun masalah yang paling sering dikeluhkan

(3)

3 pasien terhadap pelayanan jasa yang diterima yaitu mengenai interaksi komunikasi antara dokter dan pasien. Untuk itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui gambaran kepuasan pasien dalam pelaksanaan komunikasi efektif dokter di Instalasi Rawat Jalan RSUD Kota Makassar tahun 2014.

BAHAN DAN METODE

Jenis penelitian yang digunakan yaitu observasional deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kota Makassar pada bulan Februari – Maret 2014. Populasi penelitian ini adalah pasien rawat jalan di RSUD Kota Makassar yang termasuk dalam populasi infinitif dengan jumlah sampel sebanyak 200 orang dan pengambilan sampel menggunakan teknik accidental sampling. Komunikasi efektif dokter diukur menggunakan kuesioner yang telah diuji kredibiltas dan reliabilitasnya oleh peneliti terdahulu dengan dimensi variabel yang sama. Pengolahan data melalui tahap screening,

editing, coding, entry dan cleaning. Analisis data yang digunakan yaitu analisis univariat

dengan menggunakan program SPSS 16. Selanjutnya, data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan narasi yang membahas hasil penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Sebagian besar responden berumur 1 – 20 tahun (32%), berjenis kelamin perempuan (65,5%) dengan tingkat pendidikan tidak tamat SMA/sederajat (59,5%), tidak bekerja (71%), tidak berpenghasilan (71 %), menggunakan asuransi kesehatan (75,5%) dan lama waktu berkonsultasi yaitu 6 – 10 menit (67%) (Tabel 1).

Kepuasan pasien dalam pelaksanaan komunikasi efektif dokter di Instalasi Rawat Jalan RSUD Kota Makassar Tahun 2014 berdasarkan dimensi keterbukaan yaitu puas sebanyak 177 responden (88,5%) dan 23 responden (11,5%) yang tidak puas. Berdasarkan dimensi sikap positif yaitu puas sebanyak 196 responden (98%) dan 4 responden (2%) yang tidak puas. Berdasarkan dimensi sikap mendukung yaitu puas sebanyak 189 responden (94,5%) dan 11 responden (5,5%) yang tidak puas. Berdasarkan dimensi empati yaitu puas sebanyak 173 responden (86,5%) dan 27 responden (13,5%) yang tidak puas dan berdasarkan dimensi kesetaraan yaitu puas sebanyak 143 responden ( 71,5%) dan 57 responden (28,5%) yang tidak puas (Tabel 2). Tingkat kepuasan pasien dalam pelaksanaan komunikasi efektif dokter di Instalasi Rawat Jalan RSUD Kota Makassar Tahun 2014, puas (93,5%) dan tidak puas (6,5%) (Tabel 3).

(4)

4 Pembahasan

Sebagian besar responden berumur 1 – 20 tahun. Faktor umur sangat mempengaruhi permintaan konsumen terhadap pelayanan kesehatan baik preventif maupun kuratif10 dan terjadi peningkatan pemanfaatan pelayanan kesehatan seiring dengan bertambahnya usia seseorang karena peningkatan kesakitan sejalan dengan peningkatan usia11. Namun, hal ini tidak sesuai dengan hasil di atas karena pada salah satu poli penelitian yaitu poli anak, respondennya semua berada pada usia interval 1 – 20 tahun. Selain pasien anak, pada interval usia 1 – 20 tahun juga termasuk dalam usia remaja yaitu 10 – 19 tahun menurut WHO yang mana pada usia remaja tersebut, jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan usia lain, terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psokologis, dan sosial sehingga remaja akan mudah merasa stres sehingga membutuhkan layanan kesehatan untuk mengembalikan ke kondisi normal atau sehatnya.

Responden perempuan lebih besar dibandingkan laki-laki. Jenis kelamin mempengaruhi persepsi dan harapan pasien untuk memenuhi kebutuhan termasuk pelayanan kesehatan7. Selain itu, bahwa laki-laki memiliki kecenderungan pekerjaan yang lebih berat dibanding perempuan sehingga lebih mudah terserang penyakit12. Sehingga laki-laki akan lebih banyak memanfaatkan pelayanan kesehatan seperti di rumah sakit. Namun, teori ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang ada karena pada salah satu poli pelayanan yang peneliti ambil merupakan poli obgyn atau poli kandungan yang mana semua pasien yang memanfaatkan pelayanan tersebut adalah responden perempuan.

Responden dengan tingkat pendidikan tidak tamat SMA lebih besar dibandingkan tamat SMA. Perbedaan tingkat pendidikan akan mempengaruhi pola membentuk perilaku pembelian yang berbeda pula13. Selain itu, tingkat pendidikan turut menentukan orang untuk berpersepsi yang mana semakin tinggi tingkat pendididikan seseorang maka semakin tinggi pula pengetahuan dan akan semakin kritis terhadap pemenuhan kebutuhannya termasuk pada pemanfaatan pelayanan kesehatan13. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang ada bahwa responden dengan pendidikan tamat SMA lebih rendah karena mereka telah mampu memilih pelayanan kesehatan yang tersedia yang menurut mereka baik dan dapat memenuhi harapannya akan kualitas pelayanan yang akan diperolehnya nanti

Responden yang tidak bekerja lebih besar dibandingkan yang tidak bekerja. Pekerjaan mempengaruhi seseorang dalam mengonsumsi barang dan jasa3. Tingginya jumah responden yang tidak bekerja dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan karena mereka memiliki waktu yang lebih banyak untuk memeriksakan kesehatannya dibandingkan mereka yang bekerja.

(5)

5 Sebagian besar responden tidak berpenghasilan atau merupakan penghasilan keluarga. Situasi ekonomi seseorang mempengaruhi pemilihan produk yang akan dikonsumsi3. Hal ini terjadi karena daya beli seseorang bergantung pada jumlah penghasilan yang diperoleh sehingga faktor sosial ekonomi merupakan variabel yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang dalam menetukan pilihannya14. Banyaknya responden yang tidak berpenghasilan tapi tetap memanfaatkan pelayanan kesehatan karena menggunakan asuransi kesehatan yang bisa meringankan beban pembayaran atas jasa pelayanan kesehatan yang diperoleh.

Sebagian besar responden menggunakan asuransi dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada. Hal sesuai dengan hasil peneltian sebelumnya bahwa kepemilikan asuransi kesehatan memberikan dampak positif terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan15. Sebagian besar responden menghabiskan waktu selama 6 – 10 menit ketika berkonsultasi atau menjalani pengobatan. Namun, lama waktu yang ideal digunakan dalam layanan konsultasi dan pengobatan oleh dokter terhadap pasien berkisar 20 menit16. Hal ini terjadi karena jumlah pasien yang relatif banyak sedangkan dokter yang melayani di setiap poli hanya 1 orang. Selain itu, dokter yang melayani sering datang terlambat sehingga akan semakin mengurangi ketersediaan waktu melayani pasien.

Responden lebih banyak yang merasa puas terhadap keterbukaan dokter dibandingkan yang tidak puas. Hal ini terjadi karena sebagian besar responden setuju dengan semua item pertanyaan positif dan tidak setuju pada item pertanyaan negatif yang ada. Keterbukaan komunikasi dokter dilihat dari cara berkomunikasi dokter dengan mengungkapkan segala informasi yang penting bagi pasien saat melakukan konsultasi dan atau pengobatan serta mau menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima dari pasien. Keterbukaan komunikasi dokter kepada pasien dalam menjalani proses konsultasi atau pengobatan sangat penting karena akan menjadi pendukung atau dasar pagi pasien untuk mengerti lebih banyak mengenai informasi kesehatan dan pengobatan yang akan dijalani oleh pasien, berusaha mengetahui dan lebih tanggap mencari atau menanyakan berbagai hal yang ingin diketahui serta akan peka melihat perubahan-perubahan yang akan atau telah terjadi pada kondisi kesehatan pasien17.

Responden lebih banyak yang puas terhadap sikap positif dokter dibandingkan yang tidak puas. Hal ini terjadi karena sebagian besar responden setuju dengan semua item pertanyaan positif dan tidak setuju pada item pertanyaan negatif yang ada. Sikap positif dokter dalam berkomunikasi dengan pasien yaitu bagaimana cara dokter dalam menempatkan atau membawa diri yang menunjukkan perasaan dokter dengan objek atau masalah yang sedang didiskusikan atau dikomunikasikan sehingga akan mendorong pasien untuk lebih aktif

(6)

6 berpartisipasi dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang menyenangkan bagi pasien dan efektif dalam penyampaian informasi17.

Responden lebih banyak yang puas terhadap sikap mendukung dokter dibandingkan yang tidak puas. Hal ini terjadi karena sebagian besar responden setuju dengan semua item pertanyaan positif dan tidak setuju pada item pertanyaan negatif yang ada. Motivasi sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas perilaku pasien, terlebih pada pasien yang sangat membutuhkan dukungan agar sembuh dan tidak terkucilkan karena penyakitnya18. Selanjutnya, dukungan bagi paien merupakan suatu hal penting yang harus diperhatikan dokter ketika berkomunikasi dengan pasien9.

Responden lebih banyak yang puas terhadap empati dokter dibandingkan yang tidak puas. Hal ini terjadi karena sebagian besar responden setuju dengan semua item pertanyaan positif dan tidak setuju pada item pertanyaan negatif yang ada. Tingkat kepuasan pasien sangat tinggi apabila dokter mengerti dan menanggapi apa yang dirasakan pasien19. Selain itu, dalam pelayanan kesehatan sangat memerlukan empati20.

Responden lebih banyak yang puas terhadap kesetaraan dokter dibandingkan yang tidak puas. Hal ini terjadi karena sebagian besar responden setuju dengan semua item pertanyaan yang ada. Hubungan komunikasi aantara dokter dan pasien harus menciptakan hubungan “Aku-Engkau” yaitu hubungan yang nyata yang mana komunikator saling mengirimkan

attitude yang jujur, terbuka, spontan, tidak menghakimi dan berdasarkan pada ekualitas

daripada superioritas9,21. Sehingga dokter mengakui keberadaan pasien dan pasien mempunyai hak yang sama untuk diperlakukan secara adil serta memunyai pilihan.

Tingkat kepuasan pasien dalam pelaksanaan komunikasi efektif dokter di Instalasi Rawat Jalan RSUD Daya Kota Makassar, responden lebih banyak yang puas dan tidak puas. Faktor terpenting yang memberikan kepuasan terhadap pelayanan kesehatan adalah komunikasi efektif antara tenaga kesehatan dan pasien yang meliputi aspek-aspek kognitif yaitu kepuasan terhadap jumlah dan mutu informasi yang diberikan tenaga kesehatan, aspek afekif yaitu perasaan pasien bahwa tenaga kesehatan itu memahami, mendengarkan dan tertarik pada keluhan-keluhannya dan aspek perilaku yaitu bagaimana dokter bersikap dengan mereka sebagai pasien22. Komunikasi yang efektif antara dokter dan pasien harus memperhatikan keterbukaan, sikap positif, sikap mendukung, empati dan kesetaraan dokter sehingga pasien akan merasa senang dan puas dalam berinteraksi dengan dokter yang menanganinya17.

(7)

7 KESIMPULAN DAN SARAN

Lebih banyak responden yang puas dibandingkan yang tidak puas dalam pelaksanaan komunikasi efektif dokter di Instalasi Rawat Jalan RSUD Kota Makassar pada 5 dimensi variabel. Untuk itu, disarankan kepada dokter agar tetap mempertahankan pola komunikasi efektif yang dijalankan dan terhadap pasien yang masih mempersepsikan komunikasi dokter kurang efektif agar tetap diperhatikan sehingga kepuasan pasien lebih optimal.

DAFTAR PUSTAKA

1. UU RI No 44. Tentang Rumah Sakit. Jakarta : Kementerian Kesehatan; 2009.

2. Laksono, Ismawan Nur. Analisis Kepuasan dan Hubungannya dengan Loyalitas Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Dedi Jaya Kabupaten Brebes [Tesis]. Semarang. Universitas Dipenogoro; 2008.

3. Kotler, P., & Armstrong, G. Dasar-Dasar Pemasaran. (Jilid 1 Edisi 7). Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia; 2003.

4. Akbar, Patrisia. Gambaran Kepuasan Pasien Terhadap Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik Perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Labuang Baji Makassar [Skripsi]. Makassar: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin; 2013.

5. Clever SL, et al. Does Doctor-Patient Communication Affect Patient Satisfaction With Hospital Care? Results Of An Analysis with A Novel Instrumental Variable. US

National Library of Medicine National Institutes of Health [Online Journal] 2008; 1505-19 [diakses 25 Februari 2014]. Available at:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18459954

6. Aditama, Tjandra Yoga. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Jakarta: Universitas Indonesia; 2003.

7. Mashud. Analisis Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Jalan Poliklinik Interna Penerima Pelayanan Kesehatan Gratis di RSUD Daya Makassar [Tesis]. Makassar: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin; 2011.

8. Asmita, Putri. Analisis Pengaruh Persepsi Pasien tentang MutuPelayanan Dokter terhadap Loyalitas Pasien di Poliklinik Umum Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang [Tesis]. Semarang: Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro; 2008.

9. Wasisto, Broto et all. Komunikasi Efektif Dokter-Pasien. Jakarta : Konsil Kedokteran Indonesia; 2006.

10. Trisnantoro. Memahami Penggunaan Ilmu Ekonomi dalam Manajemen Rumah Sakit. Yogyakarta: Gajah Mada University Press; 2004.

(8)

8 11. Suryadi. Hubungan Pelayanan Keperawatan dengan Kepuasan Pasien di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Sukanto Kramat jati Jakarta Timur Tahun 2008 [Skripsi]. Jakarta: Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta; 2008.

12. Mufidah. Paradigma Gender. Malang: Bayu Mulia Publishing; 2003.

13. Engel, Blackwell, dan Miniard. Perilaku Konsumen. Jakarta: Binarupa Aksara; 1994. 14. Jacobalis. Kumpulan Tulisan Terpilih Tentang Rumah Sakit Indonesia dalam Dinamika

Sejarah, Transformasa, Globalisasi dan Krisis Nasional. Jakarta: Yayasan Penerbit IDI; 2000.

15. Serli. Hubungan Antara Kepemilikan Asuransi Kesehatan dan Akses Pelayanan Kesehatan di Provinsi Nusa Tenggara Timur. [Online Journal] Mkm Vol. 03 No. 01 Juni 2008. [diakses 25 Februari 2014]. Available At: Http://Mediakesehatanmasyarakat.Files.Wordpress.Com/2012/06/Jurnal-7.Pdf; 2008. 16. Oxtoby. Consultation Times. BMJ Careers [Internet]. 2010 [diakses 25 Februari 2014].

Available at: http://careers.bmj.com/careers/advice/view-article.html?id=20001044 17. DeVito, Joseph A. Komunikasi Antar Manusia, Edisi 5. Jakarta : Profesionial Book;

1997.

18. Fisher, J., & Fisher, W.A. Contributions of The Information-Motivation-Behavioral Skills Model to HIV Prevention. Gateway to the National Library of Medicine, 12, 910. 1998.

19. Ellis, R. B. Komunikasi Interpersonal dalam Keperawatan Teori dan Praktik. (Setiawan & Susi .P (Eds.), Trans.) Jakarta: EGC; 2000.

20. Friedman dan Robin. Interpersonal Issues in health care. University of Minnesota US : Academic Press; 1982.

21. Steven Beebe, Susan & Remond, Mark. Interpersonal Communication : Relating to Other 4th Edition. Boston: Pearson Education, inc; 1996.

22. Ayu, Dessya Putri. Gambaran Persepsi Pasien Rawat Inap Terhadap Hospitality di RS Universitas Makassar [Skripsi]. Makassar: Universitas Makassar; 2013.

(9)

9 LAMPIRAN

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Umum Responden di RSUD Kota Makassar

Sumber : Data Parimer 2014

Karakteristik Umum Responden n = 200 (%)

Umur (tahun) 1 – 20 21 – 40 41 – 60 61 – 80 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Tingkat Pendidikan

Tidak tamat SMA Tamat SMA Jenis Pekerjaan

Tidak Bekerja Bekerja

Jumlah penghasilan (juta) Tidak Berpenghasilan < Rp. 1.000.000 ≥ Rp. 1.000.000 Jenis Pembayaran Umum Asuransi

Lama Waktu Konsultasi (menit) 1 – 5 6 – 10 11 - 16 64 62 46 28 69 131 119 81 142 58 142 17 41 49 151 49 134 17 32 31 23 14 34,5 65,5 59,5 40,5 72 29 71 8,5 20,5 24,5 75,5 24,5 67 8,5 Jumlah 200 100

(10)

10 Tabel 2. Tingkat Kepuasan Pasien Berdasarkan Dimensi Komunikasi

Efektif Dokter di RSUD Kota Makassar

Tingkat Kepuasan n % Keterbukaan Puas Tidak Puas Sikap Positif Puas Tidak Puas Sikap Mendukung Puas Tidak Puas Empati Puas Tidak Puas Kesetaraan Puas Tidak Puas 177 23 196 4 189 11 173 27 143 57 88,5 11,5 98 2 94,5 5,5 86,5 13,5 71,5 28,5 Jumlah 200 100

Sumber : Data Primer, 2014

Tabel 3. Tingkat Kepuasan Pasien dalam Pelaksanaan Komunikasi Efektif Dokterdi Instalasi Rawat Jalan RSUD Kota Makassar

Tingkat Kepuasan n % Puas Tidak Puas 187 13 93,5 6,5 Jumlah 200 100

Referensi

Dokumen terkait

(1998) menyimpulkan bahwa formula pelapis edibel dari pektin bermetoksi rendah yang ditambah 0.25% asam stearat disertai dengan perlakuan penyimpanan 10°C dan

Berdasarkan latar belakang diatas yang telah diuraikan maka peneliti tertarik untuk membahas dan menganalisa sejauh mana ketimpangan antar wilayah (Region Disparity)

2.11 Metode Pengolahan Limbah Cair Dengan Beban Organik Tinggi Yang Menggunakan Bioreaktor Sekat Anaerob Dua Fasa

Bulan 7 tahun Lunar disebut sebagai (Bulan hantu), dalam istiadat masyarakat, mulai dari tanggal 1 bulan 7 tahun lunar dini hari pintu hantu wilayah terbuka sampai

Dalam penerbitan JURNAL ENERGI DAN MANUFAKTUR Volume 9 Nomor 2 ini, disajikan 15 artikel, dalam berbagai topik meliputi aplikasi destilasi air energi surya, bahan bakar dan

Dengan menggunakan data provinsi di pulau Jawa dan Sulawesi antara tahun 2010 hingga 2013 serta melihat ukuran desentralisasi dengan proxy yang digunakan adalah

mengekstraksi minyak dan air (jika dilakukan dengan manual). Hal- hal tersebut jarang terjadi dan tidak berpengaruh signifikan terhadap penurunan kualitas minyak

Because loyal customers refer the brand to people they think will also like it, companies can reach the right customers with a message that’s coming from a reliable source.