• Tidak ada hasil yang ditemukan

AHLI MUDA PELAKSANAAN STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "AHLI MUDA PELAKSANAAN STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

PELATIHAN

AHLI MUDA PELAKSANAAN STRUKTUR

BANGUNAN GEDUNG

2007

(2)

KATA PENGANTAR

Salah satu modul pelatihan yang akan diberikan kepada peserta pelatihan ahli muda pelaksana struktur gedung adalah mengenai Pengetahuan Teknik Konstruksi. Modul ini menjelaskan tentang pekerjaan tanah dan pondasi, pekerjaan struktur, pekerjaan bekisting dan perancah.

Penulisan dan penyusunan buku ini disesuaikan dengan posisi pelatihan, dimana para peserta pelatihan ahli muda pelaksana struktur gedung (Structure Engineer of Building) ini bukanlah mereka yang masih awam dalam hal pekerjaan pelaksanaan struktur gedung.

Kami menyadari bahwa modul ini masih jauh dari sempurna baik ditinjau dari segi materi sistematika penulisan maupun tata bahasanya. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari para peserta dan pembaca semua, dalam rangka perbaikan dan penyempurnaan modul ini.

(3)
(4)

LEMBAR TUJUAN

MODUL PELATIHAN : Pelatihan Ahli Muda Pelaksana Struktur Gedung (Structure Engineer of Building) MODEL PELATIHAN : Lokakarya Terstruktur

TUJUAN UMUM PELATIHAN :

Pada akhir pelatihan ini peserta diharapkan mampu melaksanakan pekerjaan struktur bangunan gedung sesuai spesifikasi teknis dan peraturan yang berlaku.

TUJUAN KHUSUS PELATIHAN : Pada akhir pelatihan peserta mampu :

1. Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. 2. Menerapkan manajemen dan administrasi. 3. Menerapkan pengetahuan teknik konstruksi.

4. Menerapkan pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan dokumen kontrak. 5. Menerapkan manajemen lingkungan.

6. Menerapkan pengetahuan beton struktur. 7. Menerapkan pengetahuan baja struktur. 8. Menjelaskan analisa geoteknik.

9. Melaksanakan hasil pengujian tanah dan material gedung. 10. Mengenal peralatan.

(5)

NO. MODUL :

SEB - 03

JUDUL MODUL :

PENGETAHUAN TEKNIK KONSTRUKSI

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)

Setelah mempelajari modul, peserta mampu menerapkan pengetahuan teknik konstruksi dalam pekerjaan struktur bangunan gedung sesuai ketentuan dokumen kontrak sebagai acuan dalam pelaksanaan pekerjaan struktur bangunan gedung sesuai peraturan yang berlaku sehingga layak difungsikan.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK) Pada akhir pelatihan peserta mampu :

1. Menjelaskan pekerjaan tanah dan sifat-sifat tanah 2. Menjelaskan pekerjaan struktur untuk pondasi 3. Melaksanakan pekerjaan struktur bangunan atas

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

LEMBAR TUJUAN ... iii

DAFTAR ISI ... iiiv

DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN AHLI MUDA

PELAKSANA STRUKTUR GEDUNG

(Structure Engineer of Building) ... ix

DAFTAR MODUL ... ix

PANDUAN INSTRUKTUR ... x

BAB I PEKERJAAN TANAH DAN SIFAT-SIFAT TANAH ... I-1

1.1. UMUM ... I-1 1.2. MENGETAHUI PENYEBARAN RELATIF LAPIS TANAH ... I-1 1.3 SIFAT LAPIS TANAH SEBAGAI TEMPAT PONDASI ... I-2 1.4 LOKASI KONSTRUKSI ... I-3 1.5 METODE PEKERJAAN TANAH ... I-4 1.5.1 Pekerjaan Galian ... I-4 1.5.1.1 Cakupan Pekerjaan ... I-4 1.5.1.2 Sasaran Pekerjaan Galian ... I-4 1.5.1.3 Jenis Galian ... I-5 1.5.1.4 Toleransi Dimensi... I-5 1.5.1.5 Pengamanan Pekerjaan Galian ... I-6 1.5.1.6 Perbaikan terhadap pekerjaan galian yang tidak

memenuhi ketentuan ... I-7 1.5.2 Pekerjaan Timbunan ... 1-7 1.5.2.1 Cakupan Pekerjaan ... I-7 1.5.2.2 Pekerjaan Yang tidak termasuk Bahan Timbunan ... I-8 1.5.2.3 Toleransi Dimensi... I-8 1.5.2.4 Standar Rujukan ... I-8 1.5.2.5 Bahan Timbunan ... I-9 1.5.2.6 Penghamparan dan Pemadatan Timbunan ... I-10 1.5.2.7 Jaminan Mutu ... I-13

(7)

1.5.3.1 Umum ... I-17 1.5.3.2 Metode ... I-18 1.5.3.3 Faktor yang mempengaruhi pemilihan metode

dewatering... I-21

BAB II PEKERJAAN STRUKTUR UNTUK PONDASI ... II-1

2.1 PEMILIHAN BENTUK PONDASI ... II-1 2.2 PONDASI TELAPAK... II-3 2.3 PONDASI TIANG ... II-4

2.3.1 Keuntungan Dan Kerugian Berdaarkan Teknik

Pemasangan Tiang ... II-5 2.3.2 Tiang yang dicor di tempat ... II-6 2.4 PONDASI KAISON (CAISSON FOUNDATION) ... II-6 2.4.1 Kaison Terbuka ... II-7 2.4.2 Kaison Tekanan ... II-8 2.5 TIANG TURAP ... II-9 2.5.1 Pondasi Tiang Turap ... II-9 2.5.1.1 Umum ... II-9 2.5.1.2 Struktur Pondasi Tiang Turap ... II-9 2.6 TURAP, BENDUNGAN ELAK SEMENTARA ... II-9 2.7 PEMILIHAN METODA KONSTRUKSI ... II-10 2.8 PERENCANAAN TURAP (BENDUNG SEMENTARA)

DENGAN TIANG TEGAK DAN PAPAN TURAP SERTA

TURAP BAJA TUNGGAL ... II-13 2.9 PEMERIKSAAN SETIAP BAGIAN ... II-14 2.9.1 Kekuatan dari Turap ... II-14 2.9.2 Perhitungan Panjang Pemancang ... II-14 2.9.3 Pemeriksaan Heaping ... II-15 2.9.4 Pemeriksaan Boiling ... II-18 2.9.5 Pemeriksaa Wale ... II-19 2.9.6 Pemeriksaan Balok Penopang ... II-19

BAB III PEKERJAAN STRUKTUR BANGUNAN ATAS ... III-1

3.1 STRUKTUR BANGUNAN ATAS ... III-1 3.1.1 Struktur dan Pembebanannya ... III-1

(8)

3.1.3.3 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengawasan

Pekerjaan Beton ... III-25 3.2. PEMBESIAN ... III-37 3.2.1 Penyimpanan dan Penanganan ... III-37 3.2.2 Kesiapan Kerja... III-37 3.2.3 Mutu Pekerjaan dan Perbaikan Atas Pekerjaan yang

tidak memenuhi ketentuan ... III-37 3.2.4 Penggantian Ukuran Batang ... III-38 3.2.5 Toleransi ... III-38 3.2.6 Pembuatan dan Penempatan ... III-39 3.2.6.1 Pembengkokan ... III-39 3.2.6.2 Penempatan dan Pengikatan ... III-39 3.3. PERANCAH ... III-40 3.5.1 Beban ... III-43 3.5.2 Beban Angin ... III-46 3.4. PENGUJIAN KEKUATAN ... III-47 3.4.1 Penggunaan Pipa pada Scaffolding ... III-47 3.4.2 Peralatan Tetap Pelengkap (Auxiliary Fixture) ... III-48 3.4.3 Binding Fixture ... III-48 3.5. PIPA BAJA YANG DIGUNAKAN SCAFFOLDING ... III-48 3.5.1 Jack-Type Base Fixtures ... III-50 3.5.2 Kekuatan dari Frame Scaffolding ... III-51 3.6. CONSOLE FRAME ... III-52 3.7. SCAFFOLDING DAN BEKISTING ... III-53 3.7.1 Perencanaan ... III-53 3.7.2 Pemilihan metoda konstruksi ... III-54 3.7.3 Reuse Planning ... III-54 3.7.4 Design ... III-55 3.7.4.1 Presisi ... III-55 3.7.4.2 Kekuatan ... III-55 3.7.4.3 Melentur (Sagging) ... III-56 3.7.4.4 Beban ... III-56 3.8. PENGUJIAN KEKUATAN ... III-57 3.8.1 Stress Level yang diizinkan untuk Material Kayu ... III-58

(9)

3.11.1 Umum ... III-63 3.11.2 Waktu Diadakan Pile Loading Test ... III-64 3.11.3 Static Loading Test ... III-64

RANGKUMAN DAFTAR PUSTAKA HAND OUT

(10)

DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL

PELATIHAN AHLI MUDA PELAKSANA STRUKTUR

GEDUNG

(Structure Engineer of Building)

1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Ahli Muda Pelaksana

Struktur Gedung (Structure Engineer of Building) dibakukan dalam Standar

Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang didalamnya telah ditetapkan unit-unit kerja sehingga dalam Pelatihan Ahli Muda Pelaksana

Struktur Gedung (Structure Engineer of Building) unit-unit tersebut menjadi

Tujuan Khusus Pelatihan.

2. Standar Latihan Kerja (SLK) disusun berdasarkan analisis dari masing-masing Unit Kompetensi, Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja yang menghasilkan kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku dari setiap Elemen Kompetensi yang dituangkan dalam bentuk suatu susunan kurikulum dan silabus pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan kompetensi tersebut.

3. Untuk mendukung tercapainya tujuan khusus pelatihan tersebut, maka berdasarkan Kurikulum dan Silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusun seperangkat modul pelatihan (seperti tercantum dalam Daftar Modul) yang harus menjadi bahan pengajaran dalam pelatihan Ahli Muda Pelaksana

(11)

DAFTAR MODUL

Jabatan Kerja : Ahli Muda Pelaksana Struktur Gedung

(Structure Engineer of Building)

Nomor

Modul Kode Judul Modul

1 SEB – 01 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) 2 SEB – 02 Manajemen dan Administrasi

3

SEB – 03 Pengetahuan Teknik Konstruksi

4 SEB – 04 Dokumen Kontrak

5 SEB – 05 Manajemen Lingkungan 6 SEB – 06 Beton Struktur

7 SEB – 07 Baja Struktur 8 SEB – 08 Analisa Geoteknik

9 SEB – 09 Pengujian Tanah dan Material Gedung 10 SEB – 10 Mengenal Peralatan

(12)

PANDUAN INSTRUKTUR

A. BATASAN

NAMA PELATIHAN : PELATIHAN PELAKSANA MADYA

PERAWATAN BANGUNAN GEDUNG

(Site Supervisor of Building Maintenance )

KODE MODUL : SEB - 03

JUDUL MODUL : PENGETAHUAN TEKNIK KONSTRUKSI

DESKRIPSI : Materi ini membahas pengetahuan pekerjaan

tanah dan sifat-sifat tanah, pekerjaan

struktur untuk pondasi, pekerjaan struktur bangunan atas untuk pelatihan Ahli Muda

Pelaksana Struktur Gedung (Structure Engineer

of Building).

TEMPAT KEGIATAN : Ruangan Kelas lengkap dengan fasilitasnya.

(13)

RENCANA PEMBELAJARAN

KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG

1. Ceramah : Pembukaan

1. Menjelaskan Tujuan

instruksional umum(TIU) dan Tujuan instruksional khusus (TIK)

2. Menjelaskan Maksud dan tujuan pembekalan

pengetahuan teknik konstruksi 3. Menjelaskan Pengertian

pengetahuan teknik konstruksi Waktu : 5 menit

 Mengikuti penjelasan TIU dan TIK dengan tekun dan aktif.

 Mengikuti penjelasan Maksud dan tujuan pembekalan pengetahuan teknik konstruksi  Mengikuti penjelasan Pengertian pengetahuan teknik konstruksi  Mengajukan pertanyaan apabila ada yang kurang jelas.

OHT

2. Ceramah : Bab I, Pekerjan Tanah dan Sifat-sifat tanah

Memberikan penjelasan, uraian ataupun bahasan mengenai : Pekerjaan Tanah dan Sifat-sifat tanah

Waktu : 80 menit

 Mengikuti penjelasan, uraian atau bahasan instruktur dengan tekun dan aktif.  Mengajukan pertanyaan

apabila ada yang kurang jelas.

OHT

3. Ceramah : Bab II, Pekerjaan Struktur untuk Pondasi

Memberikan penjelasan, uraian atau-pun bahasan mengenai : Pekerjaan Struktur

Waktu : 95 menit

 Mengikuti penjelasan, uraian atau bahasan instruktur dengan tekun dan aktif.  Mengajukan pertanyaan

apabila ada yang kurang jelas.

OHT

4. Ceramah : Bab III, Pekerjaan Struktur Bangunan Atas

Memberikan penjelasan, uraian atau-pun bahasan mengenai : Pekerjaan Struktur untuk bangunan gedung

Waktu : 90 menit

 Mengikuti penjelasan, uraian atau bahasan instruktur dengan tekun dan aktif.  Mengajukan pertanyaan

apabila ada yang kurang jelas.

(14)

BAB I

PEKERJAAN TANAH DAN SIFAT-SIFAT TANAH

1.1. UMUM

Untuk menentukan kondisi tanah, kondisi lokasi dan sifat lapisan serta letak lapisan, Untuk meneliti kebenaran hasil pengujian tanah, antara lain nilai-nilai yang abnormal yang diperoleh dari pengujian, seperti pemadatan tanah yang nilainya kecil bila kacil kadar air besar.

Bila menyimpang dari perkiraan tersebut maka dilakukan penelitian ulang. Pada umumnya makin dalam tanah makin besar kekuatan kemampatan kecuali tanah berpasir dapat dikatakan konstan atau tanah yang menjadi kering pada upaya drainase.

Koefisien kemampatan mempunyai korelasi linier dengan kadar air, tetapi korelasi koefisien konsolidasi berubah berkaitan dengan peningkatan beban konsolidasi.

Pada penentuan konstanta tanah, konstanta – konstanta yang digunakan untuk perhitungan stabilitas atau penurunan stabilitas tanah biasanya di ambil rata-rata dari hasil pengujian tanah, tetapi nilai – nilai yang tidak lazim dan tidak banyak dapat dihilangkan.akan tetapi bila sejumlah kecil itu adalan konstanta kekuatan geser sebagai kekuatan pemampatan maka cukup berbahaya untuk dihilangkan.

Untuk suatu perencanaan tidak boleh ditentukan oleh satu pemboran saja tetapi harus diusahakan untuk memperoleh suatu harga yang dapat diterapkan.

1.2. MENGETAHUI PENYEBARAN RELATIF LAPISAN TANAH

Pengujian tanah dilengkapi dengan cara memasukkan batang penetrasi apakah akan terdeteksi adanya lapisan kasar atau lunak (viscous).

Pada penerapannya memperkirakan kekuatan atau kepadatan tanah pondasi sering menggunakan pengujian berikut.

Pengujian penetrasi standar dimana harga N dari pasir diperoleh dari pengujian penetrasi standar dimana hubungan antara kepadatan relatif dengan sudut geser menurut percobaan Terzaghi-Peck, Meyerhoff, Durham dan Ohsaki yang tampak pada

(15)

Tabel 1.1: Hubungan antara kepadatan relatif, sudut geser dalam dan nilai N dari pasir (Peck, Meyerhoff)

Nilai N

Kepadatan relatif Sudut geser dalam

Menurut Peck Menurut

Meyerhoff

0 – 4 Sangat lepas 0,0 – 0,2 Kurang dari 28,5 Kurang dari 30

4 – 10 Lepas 0,2 – 0,4 28,5 – 30 30 – 35

10 – 30 Sedang 0,4 – 0,6 30 – 36 35 – 40

30 – 50 Padat 0,6 – 0,8 36 – 41 40 – 45

Lebih besar 50 Sangat padat 0,8 – 1,0 Lebih dari 41 Lebih dari 45

Hubungan antara konsistensi kekuatan pemampatan ”unconfined” qu dan harga N

telah dikemukakan oleh Terzaghi – Peck yaitu .qu = 0,12 ~ 0,13 N = (N/8) (kg/cm2)

Konsistensi Sangat

lunak Lunak Sedang Keras

Sangat keras Padat N Kurang dari 2 2 – 4 4 – 8 8 - 15 15 – 30 Lebih dari 30 .qu (kg/cm2) Kurang dari 0,25 0,25 – 0,5 0,5 – 1 ,0 1,0 – 2,0 2,0 – 4,0 Lebih dari 4,0

1.3. SIFAT LAPISAN TANAH SEBAGAI TEMPAT PONDASI

Dengan mengetahui sifat dari lapisan tanah maka pertimbangan untuk pondasi yang sesuai akan dapat ditentukan.

Tegangan-tegangan di dalam tanah karena beban di atasnya, dari perhitungan para ahli tegangan tersebut dihitung dengan asumsi :

 Tegangan di dalam tanah pondasi dengan beban terpusat vertikal di bermukaan  Tegangan di dalam tanah pondasi dengan beban terbagi rata berbentuk lingkaran  Tegangan di dalam tanah pondasi dengan beban berbentuk trapesium

 Tegangan di dalam tanah pondasi dengan beban terbagi rata berbentuk segiempat Dari percobaan tersebut dapat dimengerti bahwa penurunan di bawah sudut- sudut suatu lantai pondasi pada tanah yang elastis yang menerima beban dibagi rata,

(16)

Tujuan dari analisa penurunan adalah menentukan besarnya penurunan akhir dari struktur atau mencari selang waktu dari terjadinya penurunan struktur. Untuk maksud ini para ahli perlu mengetahui pebagian gaya yang bekerja serta besar dari gaya-gaya tersebut

Penurunan dari suatu struktur ada tiga macam yaitu : penurunan lansung, penurunan karena konsolidasi dan penurunan sangat perlahan karena panjang-nya waktu yang diperkukan untuk penurunan itu.

Penurunan langsung terjadi dari saat gaya-gaya luar bekerja (terjadi pembebanan), termasuk terjadinya perubahan elastis pondasi, pada penurunan tanah pada tanah berpasir adalah penurunan penurunan langsung. Pada tanah kohesif seperti lempung penurunan karena konsolidasi belangsung setelah terjadinya penurunan langsung. Karena tanah pondasi tersusun dari berbagai lapisan maka jumlah penurunan adalah jumlah penurunan keseluruhan penurunan yang terjadi pada lapisan-lapisan ini .

1.4. LOKASI KONSTRUKSI

Tanah pondasi pada lokasi konstruksi merupakan material yang sangat rumit dan beraneka ragam. Walaupun sifat mekaniknya dapat diketahui dengan penyelidikan tanah atau pengujian tanah tetapi tetapi hasinya mungkin kurang sesuai dengan keadaan sebenarnya. Tidak seperti beton atau baja yang hasil pengujiannya dapat dipercaya untuk perhitungan selanjutnya.

Sehingga sering kesimpulan yang diambil mengalami kekeliruan bila perencana-an pondasi hanya didasarkan pada hasil pengujian tanah yakni dengan menggunakan nilai-nilai dari hasil pengjian tanah dan rumus-rumus daya dukung Pada data pemboran lapisan geologis dan hasil pengujian tanah tersebut diambil titik semabarang dari lokasi proyek, sehingga untuk mengambil kesimpul an untuk tanah pondasi keseluruhan harus diteliti harus diteliti mengenai latar belakang geologi mengenai pembentukan tanah pondasi itu.

Dalam teknik pondasi survey tidak tidak terlalu diutamakan, dalam hal ini tidak hanya pondasi dari konstruksi tetapi keseluruhan dari perencanaan konstruksi.

Pada pemboran yang banyak juga tidak selalu memberikan hasil yang baik. Untuk mendapatkan gambaran yang baik mengenai tanah pondasi dilakukan survey yang sistematis tahap demi tahap, secara rinci. Tindakan survey yang dilakukan kemudian

(17)

Misalnya untuk melakukan survey pada tanah dasar lebih buruk, maka dianjurkan melakukan melakukan survey pendahuluan, untuk mengetahui penyebaran lapisan tanah yang buruk secara garis besar.

Survey yang kedua dilakukan lebih teliti untuk mendapatkan secara kasar gambaran daya dukung atau penurunan, untuk menjernihkan hal-hal yang meragukan dalam tahap perencanaan. Pada survey tersebut harus mendapat-kan gambaran gambaran mengenai lapisan bawah, dengan rinci tergantung dari sifat-sifat pondasi yang akan diterapkan. Selanjutnya perlu dipelajari hal-hal mengenai topografi dan kondisi tanah pondasi. Berdasarkan prinsip-prinsip geologi tanah pondasi ada variasi yang rumit, ada perubahan-perubahan sifat lapisan. Untuk ini perlu dicermati diperlukan peta topografi, peta geologi di Indonesia.

Pada tahap pendahuluan perlu mempelajari data tanah pondasi beserta data pembangunan dan data kerusakan dari bangunan yang lain.

1.5. METODE PEKERJAAN TANAH 1.5.1 Pekerjaan Galian

1.5.1.1 Cakupan Pekerjaan

Penggalian, penanganan, pembuangan atau penumpukan tanah atau batu atau bahan lain dari jalan atau sekitarnya yang diperlukan untuk penyelesaian dari pekerjaan dalam kontrak.

1.5.1.2 Sasaran Pekerjaan Galian

 Pembuatan saluran air dan selokan.

 Formasi galian atau pondasi pipa, gorong-gorong, pembuangan atau struktur lainnya.

 Pembuangan bahan yang tak terpakai dan tanah humus.  Pekerjaan stabilisasi lereng.

 Pembuangan bahan longsoran.  Galian bahan konstruksi.

 Pembuangan sisa bahan galian.

(18)

1.5.1.3 Jenis Galian

 Galian Biasa

 Mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasi sebagai galian batu, galian struktur, galian sumber bahan (borrow excavation) dan galian perkerasan beraspal.

 Galian Batu

 Mencakup galian bongkahan batu,  dengan volume 1 m3 atau lebih

 dan seluruh batu atau bahan lainnya yang penggaliannya memerlukan alat bertekanan udara atau pemboran, dan peledakan sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan.

 Galian Struktur

 Mencakup galian pada segala jenis tanah dalam batas pekerjaan yang disebut atau ditunjukkan dalam Gambar untuk Struktur.

 Galian struktur terbatas untuk galian lantai pondasi jembatan, tembok penahan tanah beton, dan struktur pemikul beban lainnya selain yang disebut dalam Spesifikasi ini.

 Pekerjaan galian struktur meliputi penimbunan kembali dengan bahan yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan, pembuangan bahan galian yang tidak terpakai, semua keperluan drainase, pemompaan, penimbaan, penurapan, penyokong, pembuatan tempat kerja atau cofferdam beserta pembongkarannya.

 Galian Perkerasan Beraspal

 Mencakup galian pada perkerasan lama dan pembuangan bahan perkerasan beraspal dengan maupun tanpa Cold Milling Machine seperti yang ditunjukkan dalam Gambar atau diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

 Pemanfaatan kembali bahan ini untuk daur ulang harus terlebih dahulu mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan.

1.5.1.4 Toleransi Dimensi

 Untuk galian biasa, galian batu dan galian struktur

 Kelandaian akhir, garis dan formasi sesudah galian tidak boleh lebih dari 2 Cm dari yang ditentukan dalam Gambar atau yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan pada setiap titik.

(19)

 Kelandaian akhir, garis dan formasi sesudah galian tidak boleh lebih dari 2 Cm dari yang dipersyaratkan

 Untuk galian biasa, galian batu

 Jika galian telah selesai dan terbuka terhadap aliran air, permukaan harus cukup rata dan harus memiliki cukup kemiringan untuk menjamin pengaliran air yang bebas dari permukaan itu tanpa terjadi genangan.

1.5.1.5 Pengamanan Pekerjaan Galian

 Kontraktor harus memikul semua tanggung jawab dalam :

 Menjamin keselamatan pekerja yang melaksanakan pekerjaan galian,  Menjamin keselamatan penduduk dan bangunan yang ada di sekitar

lokasi galian.

 Selama pelaksanaan pekerjaan galian, kontraktor harus :

 Mempertahankan lereng sementara galian yang stabil agar tetap mampu menahan pekerjaan, struktur atau mesin di sekitarnya,

 Memasang penyokong (shoring) dan pengaku (bracing) yang memadai untuk menopang permukaan lereng galian yang mungkin tidak stabil.  Bilamana diperlukan, Kontraktor harus menyokong atau mendukung

struktur di sekitarnya, yang jika tidak dilaksanakan dapat menjadi tidak stabil atau rusak oleh pekerjaan galian tersebut.

 Untuk menjaga stabilitas lereng galian dan keamanan pekerja maka galian tanah yang lebih dari 5 meter harus dibuat bertangga dengan teras selebar 1 meter atau sebagaimana yang diperintahkan Direksi Pekerjaan

 Peralatan berat untuk pemindahan tanah, pemadatan atau keperluan lainnya tidak diijinkan berada atau beroperasi lebih dekat 1,5 m dari tepi galian parit untuk gorong-gorong pipa atau galian pondasi untuk struktur, terkecuali bilamana pipa atau struktur lainnya yang telah terpasang dalam galian dan galian tersebut telah ditimbun kembali dengan bahan yang disetujui Direksi Pekerjaan dan telah dipadatkan.

 Cofferdam, dinding penahan rembesan (cut off wall) atau cara lainnya untuk mengalihkan air di daerah galian harus cukup kuat untuk menjamin bahwa keruntuhan mendadak yang dapat membanjiri tempat kerja dengan cepat, tidak akan terjadi.

(20)

keamanan dan kemajuan. Sepanjang waktu penggalian, peralatan galian cadangan (yang belum dipakai) serta perlengkapan P3K harus tersedia pada tempat kerja galian.

 Bahan peledak yang diperlukan untuk galian batu harus disimpan, ditangani, dan digunakan dengan hati-hati dan di bawah pengendalian yang extra ketat sesuai dengan Peraturan dan Perundang-undangan yang berlaku. Kontraktor harus bertanggungjawab dalam mencegah pengeluaran atau penggunaan yang tidak tepat atas setiap bahan peledak dan harus menjamin bahwa penanganan peledakan hanya dipercayakan kepada orang yang berpengalaman dan bertanggungjawab.

 Semua galian terbuka harus diberi rambu peringatan dan penghalang (barikade) yang cukup untuk mencegah pekerja atau orang lain terjatuh ke dalamnya, dan setiap galian terbuka pada lokasi jalur lalu lintas maupun lokasi bahu jalan harus diberi rambu tambahan pada malam hari berupa drum yang dicat putih (atau yang sejenis) beserta lampu merah atau kuning guna menjamin keselamatan para pengguna jalan, sesuai dengan yang diperintahkan Direksi Pekerjaan.

 Ketentuan yang disyaratkan dalam ketentuan tentang, Pemeliharaan Lalu Lintas harus diterapkan pada seluruh galian di Daerah Milik Jalan.

1.5.1.6 Perbaikan Terhadap Pekerjaan Galian Yang Tidak Memenuhi Ketentuan

Pekerjaan galian yang tidak memenuhi toleransi, sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor dan harus diperbaiki oleh Kontraktor sesuai dengan ketentuan yang dipersyaratkan dalam Spesifikasi.

1.5.2 Pekerjaan Timbunan

1.5.2.1 Cakupan Pekerjaan

Pengadaan, pengangkutan, penghamparan dan pemadatan tanah atau bahan berbutir yang disetujui untuk :

 pembuatan timbunan,

 penimbunan kembali galian pipa atau struktur, dan  timbunan umum,

yang diperlukan untuk membentuk dimensi timbunan sesuai dengan garis, kelandaian, dan elevasi penampang melintang yang disyaratkan atau disetujui.

(21)

Timbunan pilihan akan digunakan untuk :

 Lapis penopang (capping layer) guna meningkatkan daya dukung tanah dasar,

 Material timbunan di daerah saluran air dan lokasi serupa dimana bahan yang plastis sulit dipadatkan dengan baik.

 Stabilisasi lereng atau

 Pekerjaan pelebaran timbunan jika diperlukan lereng yang lebih curam karena keterbatasan ruangan, dan

 Pekerjaan timbunan lainnya dimana kekuatan timbunan adalah faktor yang kritis.

Timbunan pilihan di atas tanah rawa akan digunakan untuk :

 Melintasi daerah yang rendah dan selalu tergenang oleh air, yang menurut pendapat Direksi Pekerjaan tidak dapat dialirkan atau dikeringkan dengan cara yang diatur dalam Spesifikasi ini.

1.5.2.2 Pekerjaan Yang Tidak Termasuk Bahan Timbunan

 Bahan yang dipasang sebagai landasan untuk pipa atau saluran beton,  Bahan drainase porous yang dipakai untuk drainase bawah permukaan atau

untuk mencegah hanyutnya partikel halus tanah akibat proses penyaringan.

1.5.2.3 Toleransi Dimensi

 Elevasi dan kelandaian akhir setelah pemadatan harus tidak lebih tinggi atau lebih rendah 2 cm dari yang ditentukan atau disetujui.

 Seluruh permukaan akhir timbunan yang terekspos harus cukup rata dan harus cukup kelandaiannya, untuk menjamin aliran air permukaan yang bebas.

 Permukaan akhir lereng timbunan tidak boleh bervariasi lebih dari 10 cm dari garis profil yang ditentukan.

 Timbunan tidak boleh dihampar dalam lapisan dengan tebal padat lebih dari 20 cm atau dalam lapisan dengan tebal padat kurang dari 10 cm.

(22)

SNI 03-1966-1989 (AASHTO T 90 - 87)

: Metode Pengujian Batas Plastis. SNI 03-1742-1989

(AASHTO T 99 - 90)

: Metode Pengujian Kepadatan Ringan Untuk Tanah.

SNI 03-1743-1989 (AASHTO T180 - 90)

: Metode Pengujian Kepadatan Berat Untuk Tanah. SNI 03-2828-1992

(AASHTO T191- 86)

: Metode Pengujian Kepadatan Lapangan Dengan Alat Konus Pasir.

SNI 03-1744-1989 (AASHTO T193 - 81)

: Metode Pengujian CBR Laboratorium.

AASHTO :

AASHTO T145 - 73 : Classification of Soils and Soil Aggregate Mixtures for Highway Construction Purpose

AASHTO T258 - 78 : Determining Expansive Soils and Remedial Actions

1.5.2.5 Bahan Timbunan

Timbunan Biasa

 Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan biasa harus terdiri dari bahan galian tanah atau bahan galian batu yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebagai bahan yang memenuhi syarat untuk digunakan dalam pekerjaan ermanent seperti yang dipersyaratkan dalam Spesifikasi.

 Bahan yang dipilih sebaiknya tidak termasuk tanah yang berplastisitas tinggi, yang diklasifikasikan sebagai A-7-6 menurut AASHTO M145 atau sebagai CH menurut “Unified atau Casagrande Soil Classification System”. Bila penggunaan tanah yang berplastisitas tinggi tidak dapat dihindarkan, bahan tersebut harus digunakan hanya pada bagian dasar dari timbunan atau pada penimbunan kembali yang tidak memerlukan daya dukung atau kekuatan geser yang tinggi. Tanah plastis seperti itu sama sekali tidak boleh digunakan pada 30 cm lapisan langsung di bawah bagian dasar perkerasan atau bahu jalan atau tanah dasar bahu jalan. Sebagai tambahan, timbunan untuk lapisan ini bila diuji dengan SNI 03-1744-1989, harus memiliki CBR    6 % setelah perendaman 4 hari bila dipadatkan 100 % kepadatan kering maksimum (MDD) seperti yang ditentukan oleh SNI 03-1742-1989.

 Tanah sangat expansive yang memiliki nilai aktif lebih besar dari 1,25, atau derajat pengembangan yang diklasifikasikan oleh AASHTO T258 sebagai “very high” atau “extra high”, tidak boleh digunakan sebagai bahan timbunan. Nilai aktif adalah perbandingan antara Indeks Plastisitas / PI – (SNI

(23)

03-1966-Timbunan Pilihan

 Timbunan hanya boleh diklasifikasikan sebagai “Timbunan Pilihan” bila digunakan pada lokasi atau untuk maksud dimana timbunan pilihan telah ditentukan atau disetujui secara tertulis oleh Direksi Pekerjaan. Seluruh timbunan lain yang digunakan harus dipandang sebagai timbunan biasa (atau drainase porous bila ditentukan atau disetujui sesuai dengan ketentuan dari Spesifikasi).

 Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan pilihan harus terdiri dari bahan tanah atau batu yang memenuhi semua ketentuan di atas untuk timbunan biasa dan sebagai tambahan harus memiliki sifat-sifat tertentu yang tergantung dari maksud penggunaannya, seperti diperintahkan atau disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Dalam segala hal, seluruh timbunan pilihan harus, bila diuji sesuai dengan SNI 03-1744-1989, memiliki CBR paling sedikit 10.% setelah 4 hari perendaman bila dipadatkan sampai 100.% kepadatan kering maksimum sesuai dengan SNI 03-1742-1989.

 Bahan timbunan pilihan yang akan digunakan bilamana pemadatan dalam keadaan jenuh atau banjir yang tidak dapat dihindari, haruslah pasir atau kerikil atau bahan berbutir bersih lainnya dengan Indeks Plastisitas maksimum 6 %.

 Bahan timbunan pilihan yang digunakan pada lereng atau pekerjaan stabilisasi timbunan atau pada situasi lainnya yang memerlukan kuat geser yang cukup, bilamana dilaksanakan dengan pemadatan kering normal, maka timbunan pilihan dapat berupa timbunan batu atau kerikil lempungan bergradasi baik atau lempung pasiran atau lempung berplastisitas rendah. Jenis bahan yang dipilih, dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan akan tergantung pada kecuraman dari lereng yang akan dibangun atau ditimbun, atau pada tekanan yang akan dipikul.

Timbunan Pilihan di atas Tanah Rawa

 Bahan timbunan pilihan di atas tanah rawa haruslah pasir atau kerikil atau bahan berbutir bersih lainnya dengan Index Plastisitas maksimum 6 %.

(24)

 Bilamana tinggi timbunan satu meter atau kurang, dasar pondasi timbunan harus dipadatkan (termasuk penggemburan dan pengeringan atau pembasahan bila diperlukan), sampai 15 cm bagian permukaan atas dasar pondasi memenuhi kepadatan yang disyaratkan untuk timbunan yang ditempatkan diatasnya.

 Bilamana timbunan akan ditempatkan pada lereng bukit atau di atas timbunan lama atau yang baru dikerjakan, maka lereng lama harus dipotong bertangga dengan lebar yang cukup sehingga memungkinkan peralatan pemadat dapat beroperasi menyiapkan timbunan yang dihampar horizontal lapis demi lapis.

Penghamparan Timbunan

 Timbunan harus ditempatkan ke permukaan yang telah disiapkan dan disebar dalam lapisan yang merata yang bila dipadatkan akan memenuhi toleransi tebal lapisan yang disyaratkan dalam Spesifikasi. Bilamana timbunan dihampar lebih dari satu lapis, lapisan-lapisan tersebut sedapat mungkin dibagi rata sehingga sama tebalnya.

 Tanah timbunan umumnya diangkut langsung dari lokasi sumber bahan ke permukaan yang telah disiapkan pada saat cuaca cerah dan disebarkan. Penumpukan tanah timbunan untuk persediaan biasanya tidak diperkenankan, terutama selama musim hujan.

 Timbunan di atas atau pada selimut pasir atau bahan drainase porous, harus diperhatikan sedemikian rupa agar kedua bahan tersebut tidak tercampur. Dalam pembentukan drainase sumuran vertikal diperlukan suatu pemisah yang menyolok di antara kedua bahan tersebut dengan memakai acuan sementara dari pelat baja tipis yang sedikit demi sedikit ditarik saat pengisian timbunan dan drainase porous dilaksanakan.

 Penimbunan kembali di atas pipa dan di belakang struktur harus dilaksanakan dengan sistematis dan secepat mungkin segera setelah pemasangan pipa atau struktur. Akan tetapi, sebelum penimbunan kembali, diperlukan waktu perawatan tidak kurang dari 8 jam setelah pemberian adukan pada sambungan pipa atau pengecoran struktur beton gravity, pemasangan pasangan batu gravity atau pasangan batu dengan mortar gravity. Sebelum penimbunan kembali di sekitar struktur penahan tanah dari beton, pasangan batu atau pasangan batu dengan mortar, juga diperlukan waktu perawatan tidak kurang dari 14 hari.

(25)

terkunci pada timbunan lama sedemikian sampai diterima oleh Direksi Pekerjaan. Selanjutnya timbunan yang diperlebar harus dihampar horizontal lapis demi lapis sampai dengan elevasi tanah dasar, yang kemudian harus ditutup secepat mungkin dengan lapis pondasi bawah dan atas sampai elevasi permukaan jalan lama sehingga bagian yang diperlebar dapat dimanfaatkan oleh lalu lintas secepat mungkin, dengan demikian pembangunan dapat dilanjutkan ke sisi jalan lainnya bilamana diperlukan. Pemadatan Timbunan

 Setiap lapis timbunan harus dipadatkan dengan peralatan pemadat yang memadai dan disetujui Direksi Pekerjaan sampai mencapai kepadatan yang disyaratkan dalam Spesifikasi.

 Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana kadar air bahan berada dalam rentang 3 % di bawah kadar air optimum sampai 1% di atas kadar air optimum. Kadar air optimum harus didefinisikan sebagai kadar air pada kepadatan kering maksimum yang diperoleh bilamana tanah dipadatkan sesuai dengan SNI 03-1742-1989.

 Seluruh timbunan batu harus ditutup dengan satu lapisan atau lebih setebal 20 cm dari bahan bergradasi menerus dan tidak mengandung batu yang lebih besar dari 5 cm serta mampu mengisi rongga-rongga batu pada bagian atas timbunan batu tersebut. Lapis penutup ini harus dilaksanakan sampai mencapai kepadatan timbunan tanah yang disyaratkan dalam Spsifikasi.  Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus dipadatkan seperti yang disya-

ratkan, diuji kepadatannya dan harus diterima oleh Direksi Pekerjaan sebelum lapisan berikutnya dihampar.

 Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak menuju ke arah sumbu jalan sedemikian rupa sehingga setiap ruas akan menerima jumlah usaha pemadatan yang sama. Bilamana memungkinkan, lalu lintas alat-alat konstruksi dapat dilewatkan di atas pekerjaan timbunan dan lajur yang dilewati harus terus menerus divariasi agar dapat menyebarkan pengaruh usaha pemadatan dari lalu lintas tersebut.

 Bilamana bahan timbunan dihampar pada kedua sisi pipa atau drainase beton atau struktur, maka pelaksanaan harus dilakukan sedemikian rupa agar timbunan pada kedua sisi selalu mempunyai elevasi yang hampir sama.

(26)

dipadatkan secara berlebihan karena dapat menyebabkan bergesernya struktur atau tekanan yang berlebihan pada struktur.

 Terkecuali disetujui oleh Direksi Pekerjaan, timbunan yang bersebelahan dengan ujung jembatan tidak boleh ditempatkan lebih tinggi dari dasar dinding belakang abutment sampai struktur bangunan atas telah terpasang.

 Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan pemadat mesin gilas, harus dihampar dalam lapisan horizontal dengan tebal gembur tidak lebih dari 15 cm dan dipadatkan dengan penumbuk loncat mekanis atau timbris (tamper) manual dengan berat minimum 10 kg. Pemadatan di bawah maupun di tepi pipa harus mendapat perhatian khusus untuk mencegah timbulnya rongga-rongga dan untuk menjamin bahwa pipa terdukung sepenuhnya.

 Timbunan Pilihan di atas Tanah Rawa mulai dipadatkan pada batas permukaan air dimana timbunan terendam, dengan peralatan yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

 Penyiapan Tanah Dasar Pada Timbunan

Untuk penyiapan tanah dasar pada timbunan berlaku ketentuan terkait dengan Penyiapan Badan Jalan.

1.5.2.7 Jaminan Mutu

Pengendalian Mutu Bahan

 Jumlah data pendukung hasil pengujian yang diperlukan untuk persetujuan awal mutu bahan akan ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan, tetapi bagaimanapun juga harus mencakup seluruh pengujian yang disyaratkan dalam Spesifikasi dengan paling sedikit tiga contoh yang mewakili sumber bahan yang diusulkan, yang dipilih mewakili rentang mutu bahan yang mungkin terdapat pada sumber bahan.

 Setelah persetujuan mutu bahan timbunan yang diusulkan, menurut pendapat Direksi Pekerjaan, pengujian mutu bahan dapat diulangi lagi agar perubahan bahan atau sumber bahannya dapat diamati.

 Suatu program pengendalian pengujian mutu bahan rutin harus dilaksanakan untuk mengendalikan perubahan mutu bahan yang dibawa ke lapangan. Jumlah pengujian harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan tetapi untuk setiap 1000 meter kubik bahan timbunan yang diperoleh dari setiap sumber bahan paling sedikit harus dilakukan suatu pengujian Nilai Aktif,

(27)

Ketentuan Kepadatan Untuk Timbunan Tanah

 Lapisan tanah yang lebih dalam dari 30 cm di bawah elevasi tanah dasar harus dipadatkan sampai 95 % dari kepadatan kering maksimum yang ditentukan sesuai SNI 03-1742-1989. Untuk tanah yang mengandung lebih dari 10 % bahan yang tertahan pada ayakan ¾”, kepadatan kering maksimum yang diperoleh harus dikoreksi terhadap bahan yang berukuran lebih (oversize) tersebut sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.  Lapisan tanah pada kedalaman 30 cm atau kurang dari elevasi tanah dasar

harus dipadatkan sampai dengan 100 % dari kepadatan kering maksimum yang ditentukan sesuai dengan SNI 03-1742-1989.

 Pengujian kepadatan harus dilakukan pada setiap lapis timbunan yang dipadatkan sesuai dengan SNI 03-2828-1992 dan bila hasil setiap pengujian menunjukkan kepadatan kurang dari yang disyaratkan maka Kontraktor harus memperbaiki pekerjaan sesuai dengan Spesifikasi ini. Pengujian harus dilakukan sampai kedalaman penuh pada lokasi yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, tetapi harus tidak boleh berselang lebih dari 200 m. Untuk penimbunan kembali di sekitar struktur atau pada galian parit untuk gorong-gorong, paling sedikit harus dilaksanakan satu pengujian untuk satu lapis penimbunan kembali yang telah selesai dikerjakan. Untuk timbunan, paling sedikit satu rangkaian pengujian bahan yang lengkap harus dilakukan untuk setiap 1000 meter kubik bahan timbunan yang dihampar.

Kriteria Pemadatan Untuk Timbunan Batu

Penghamparan dan pemadatan timbunan batu harus dilaksanakan dengan menggunakan penggilas berkisi (grid) atau pemadat bervibrasi atau peralatan berat lainnya yang serupa. Pemadatan harus dilaksanakan dalam arah memanjang sepanjang timbunan, dimulai pada tepi luar dan bergerak ke arah sumbu jalan, dan harus dilanjutkan sampai tidak ada gerakan yang tampak di bawah peralatan berat. Setiap lapis harus terdiri dari batu bergradasi menerus dan seluruh rongga pada permukaan harus terisi dengan pecahan-pecahan batu sebelum lapis berikutnya dihampar. Batu tidak boleh digunakan pada 15 cm lapisan teratas timbunan dan batu berdimensi lebih besar dari 10 cm tidak diperkenankan untuk disertakan dalam lapisan teratas ini.

(28)

Percobaan lapangan harus dilaksanakan dengan variasi jumlah lintasan peralatan pemadat dan kadar air sampai kepadatan yang disyaratkan tercapai sehingga dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan. Hasil percobaan lapangan ini selanjutnya harus digunakan dalam menetapkan jumlah lintasan, jenis peralatan pemadat dan kadar air untuk seluruh pemadatan berikutnya.

1.5.2.8 Pengukuran Dan Pembayaran

Pengukuran Timbunan

 Timbunan harus diukur sebagai jumlah kubik meter bahan terpadatkan yang diperlukan, diselesaikan di tempat dan diterima. Volume yang diukur harus berdasarkan gambar penampang melintang profil tanah asli yang disetujui atau profil galian sebelum setiap timbunan ditempatkan dan gambar dengan garis, kelandaian dan elevasi pekerjaan timbunan akhir yang disyaratkan dan diterima. Metode perhitungan volume bahan haruslah metode luas bidang ujung, dengan menggunakan penampang melintang pekerjaan yang berselang jarak tidak lebih dari 25 m.

 Timbunan yang ditempatkan di luar garis dan penampang melintang yang disetujui, termasuk setiap timbunan tambahan yang diperlukan sebagai akibat penggalian bertangga pada atau penguncian ke dalam lereng lama, atau sebagai akibat dari penurunan pondasi, tidak akan dimasukkan ke dalam volume yang diukur untuk pembayaran kecuali bila :

 Timbunan yang diperlukan untuk mengganti bahan yang tidak memenuhi

ketentuan atau bahan yang lunak sesuai dengan Spesifikasi ini, atau untuk mengganti batu atau bahan keras lainnya yang digali menurut ktentuan dari Spesifikasi ini.

 Timbunan tambahan yang diperlukan untuk memperbaiki pekerjaan yang

tidak stabil atau gagal bilamana Kontraktor tidak dianggap bertanggung-jawab menurut Spesifikasi ini.

 Bila timbunan akan ditempatkan di atas tanah rawa yang dapat

diperkirakan terjadinya konsolidasi tanah asli. Dalam kondisi demikian maka timbunan akan diukur untuk pembayaran dengan salah satu cara yang ditentukan menurut pendapat Direksi Pekerjaan berikut ini :

 Dengan pemasangan pelat dan batang pengukur penurunan (settlement) yang harus ditempatkan dan diamati bersama oleh Direksi Pekerjaan dengan Kontraktor. Kuantitas timbunan dapat ditentukan

(29)

3.2.(2) dan hanya akan diperkenankan bilamana catatan settlement didokumentasi dengan baik.

 Dengan volume gembur yang diukur pada kendaraan pengangkut sebelum pembongkaran muatan di lokasi penimbunan. Kuantitas timbunan dapat ditentukan berdasarkan penjumlahan kuantitas bahan yang dipasok, yang diukur dan dicatat oleh Direksi Pekerjaan, setelah bahan di atas bak truk diratakan sesuai dengan bidang datar horisontal yang sejajar dengan tepi-tepi bak truk. Pengukuran dengan cara ini akan dibayar menurut Mata Pembayaran 3.2.(3) dan hanya akan diperkenankan bilamana kuantitas tersebut telah disahkan oleh Direksi Pekerjaan.

 Timbunan yang dihampar untuk mengganti tanah yang dibuang oleh Kontraktor untuk dapat memasang pipa, drainase beton, gorong-gorong, drainase bawah tanah atau struktur, tidak akan diukur untuk pembayaran dalam ketentuan ini, dan biaya untuk pekerjaan ini dipandang telah termasuk dalam harga satuan penawaran untuk bahan yang bersangkutan, sebagaimana disyaratkan menurut ketentuan lain dari Spesifikasi ini. Akan tetapi, timbunan tambahan yang diperlukan untuk mengisi bagian belakang struktur penahan akan diukur dan dibayar menurut ketentuan ini.

 Timbunan yang digunakan dimana saja di luar batas Kontrak pekerjaan, atau untuk mengubur bahan sisa atau yang tidak terpakai, atau untuk menutup sumber bahan, tidak boleh dimasukkan dalam pengukuran timbunan.

 Drainase porous akan diukur menurut ketentuan dari Spesifikasi ini dan tidak akan termasuk dalam pengukuran dari ketentuan ini.

Dasar Pembayaran

 Kuantitas timbunan, dalam jarak angkut berapapun yang diperlukan, harus dibayar untuk per satuan pengukuran dari masing-masing harga yang dimasukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk Mata Pembayaran terdaftar di bawah.

 Harga tersebut harus sudah merupakan kompensasi penuh untuk pengadaan, pemasokan, penghamparan, pemadatan, penyelesaian akhir dan pengujian bahan, seluruh biaya lain yang perlu atau biasa untuk penyelesaian yang sebagaimana mestinya dari pekerjaan yang diuraikan dalam ketentuan ini.

(30)

Tabel 1.2 : Nomor Mata Pembayaran, Uraian dan Satuan Pengukuran

Pekerjaan Timbunan Nomor Mata

Pembayaran Uraian

Satuan Pengukuran

3.2.(1) Timbunan Biasa Meter Kubik

3.2.(2) Timbunan Pilihan Meter Kubik

3.2.(3) Timbunan Pilihan di atas Tanah Rawa (diukur berdasarkan volume bak truk)

Meter Kubik

1.5.3 Dewatering

1.5.3.1 Umum

 Dewatering adalah kegiatan pemompaan air dengan tujuan menurunkan muka air tanah sehingga lokasi yang semula penuh genangan air bisa menjadi kering.

 Kondisi ini memungkinkan para pekerja dapat melaksanakan pekerjaan konstruksi di lokasi tersebut dengan mudah dan leluasa.

1.5.3.2 Metode

Kegiatan dewatering dapat dilakukan dengan berbagai cara : a) Metode sumps and ditches

 Dilaksanakan dengan mengumpulkan rembesan air yang masuk lewat parit-parit ke bak penampung. Selanjutnya air yang terkumpul di bak penampung yang terletak lebih rendah dari elevasi pengeringan, dipompa keluar.

 Umumnya cara ini hanya dapat menurunkan muka air tanah bebarapa kaki saja, digunakan untuk mengumpulkan air diantara cofferdam dan galian tanah serta banyak digunakan pada galian terbuka.

(31)

b) Metode wellpoint system

 Pengeringan dilaksanakan dengan menggunakan aliran gravitasi  Cara ini banyak digunakan karena dapat dipasang dengan cepat.

Penurunan muka air dapat mencapai 4 meter setiap tahap, untuk penurunan lebih rendah digunakan beberapa tahapan pemompaan.

c) Metode jet-eductor wellpoint

 Pengeringan dilaksanakan dengan menggunakan aliran gravitasi. Digunakan pada galian yang dalam dengan rembesan air yang kecil,  Dapat menurunkan muka air tanah sampai 30 meter, banyak digunakan untuk dewatering terowongan dan shaft. Untuk hal ini diperlukan 2 pipa header dan 2 pipa riser.

(32)

d) Metode deep-well system

 Pengeringan dilaksanakan dengan menggunakan aliran gravitasi. Digunakan pada galian yang dalam dengan rembesan air yang besar.

 Metode ini biasa diterapkan pada daerah galian yang luas dan dalam dengan rembesan air yang besar.

(33)

e) Metode electroosmosis

 Dilaksanakan untuk lokasi yang tidak dapat dikeringkan dengan aliran gravitasi (tanah mengandung clay dan pasir)

 Pemberian arus listrik langsung dapat menaikkan tekanan hidrolik yang menyebabkan air mengalir

f) Metode cut-off

 Dilaksanakan dengan menahan aliran air ke daerah galian dengan menggunakan bahan yang kedap air.

 Macam-macam bahan-bahan untuk cut-off antara lain a) Cement and chemical grout curtains

b) Slurry wall c) Dinding beton d) Steel Sheet pile

(34)

1.5.3.3 Faktor yang mempengaruhi pemilihan metode dewatering

 Type galian

 Kondisi geologi tanah  Kedalaman pengeringan  Ketahanan tanah

 Kapasitas pompa air  Jadwal pemompaan

(35)

BAB II

PEKERJAAN STRUKTUR PONDASI

2.1. PEMILIHAN BENTUK PONDASI

Pertimbangan untuk menetukan bentuk pondasi tergantung dari :  Kadaan tanah pondasi

 Batasan – batasan dari konstruksi di atasnya  Batasan – batasan dari sekelilingnya

 Waktu dan biaya pekerjaan

Berikut kemungkinan – kemungkinan yang dapat diterapkan pada pemilihan pondasi berkaitan dengan dengan tanah pondasi

1. Bila tanah pendukung pondasi terletak pada permukaan tanah atau 2-3 m di bawah permukaan tanah maka pondasi yang dipilih sebaiknya menggunakan pondasi telapak (spread foundation)

2. Bila tanah pendukung pondasi terletak di kedalaman sekitar 10 m dibawah permukaan tanah maka dipakai pondasi tiang apung (floating pile foundation ) untuk memperbiki tanah pondasi. Jika menggunakan tiang baja atau tiang beton yang dicor di tempat (cast in place) kurang ekonomis karena tiang-tiang tersebut kurang panjang.

(36)

3. Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman sekitar 20m di bawah permukaan tanah maka tergantung dari penurunan (settlement) yang diizinkan, dalam hal ini dapat dipakai pondasi dengan perbaikan tanah pondasi , bila tidak diperkenankan adanya penurunan maka digunakan tiang-tinga beton dengan panjang hingga tananh pendukung pondasi (20m)

4. Bila tanah pendukung pondasi terletak hingga kedalaman sekitar 30 m di bawah permukaan tanah maka biasanya digunakan pondasi kaison terbuka, tiang baja atau tiang yang dicor ditempat. Pada pondasi kaison terbuka bila mana tekanan atmosfer kurang dari 3kg/cm2 maka digunakan maka digunakan

kaison tekanan

5. Bila pendukung pondasi terletak pada kedalaman lebih dari 40m di bawah permukaan tanah, maka yang paling baik menggunakan tiang baja dan tiang beton yang di cor di tempat.

(37)

2.2. PONDASI TELAPAK

Pondasi telapak dipilih untuk tanah yang mempunyai kualitas cukup baik dan mampu untuk medukung beban bangunan di atasnya. Lapisan pendukung berupa batuan dasar atau kerikil, lapisan tanah berpasir biasanya mempunyai nilai N lebih dari 30 dan tanah kohesif yang mempunyai nilai N lebih dari 20. kedua tanah ini sebaiknya mempunyai ketebalan yang cukup (1,5 lebar pondasi), di bawahnya tidak terdapat lapisan tanah yang kurang baik kualitasnya.

Mekanisme pendukung pondasi langsung berdasarkan prinsip beban vertikal dan momen yang bekerja pada pondasi. Beban vertikal ditahan oleh daya dukung tanah dan beban horizontal oleh hambatan geser. Jika pondasi tertanam cukup dalam geseran atau tekanan pada permukaan pondasi ikut menahan beban. Tetapi karena gaya ini kecil sering diabaikan.

Kestabilan Pondasi

Daya dukung vertikal yang diizinkan, untuk gaya vertikal tidak boleh melebihi daya dukung tanah pondasi yang diizinkan.

(38)

Kriteria daya dukung yang diizinkan

Jenis tanah pondasi Biasa (t/m2) Bila ada gempa (t/m2) Harga rata-rata Keterangan Harga N Kekuatan geser unconfined (kg/cm2) Tanah keras Batu homogen yang keras 100 150 - Lebih besar dari 100 - Batu keras mudah

retak 60 90 -

Lebih besar dari 100 Batu lunak, batu

lumpur 30 45 - Lebih besar dari 10 Lapisan kerikil Tidak lepas 60 90 - - - Lepas 30 45 - - Tanah pondasi berpasir

Lepas 30 45 30 – 50 Akibat - Bila harga N Standard Penetration Test (SPT) lebih kecil dari 15, tanah pondasi tidak sesuai untuk suatu konstruksi bangunan Sedang 20 30 15 – 30 - Tanah pondasi kohesif Sangat keras 20 30 15 – 30 2,0 – 4,0 - Keras 10 15 8 – 15 1,0 – 2,0 Sedang 5 7,5 0,5 – 1,0 0,5 – 1,0 2.3. PONDASI TIANG

Pondasi tiang adalah suatu konstruksi pondasi yang mampu menahan gaya orthogonal ke sumbu tiang dengan jalan menyerap lenturan.

Jenis pondasi tiang :

Kualitas bahan Nama tiang Cara pembuatan Bentuk

Tiang baja

Tiang pipa baja Disambung secara elektris,

di arah datar, mengeliling Bulat Tiang dengan flens lebar (penampang H) Diasah dalam keadaan

panas, dilas H

Tiang beton

Tiang beton pracetak

Tiang beton bertulang pracetak

Diaduk dengan gaya sentrifugal

Diaduk dengan penggetar

Bulat segitiga dan lain-lain Tiang beton prategang

pracetak

Sistem penarikan awal

Sistem pemancangan akhir Bulat

Tiang yang dicor di tempat

Tiang alas

Tiang beton Raymond Sistem pemancangan

Bulat Dengan menggoyangkan

semua tabung pelindung Dengan membor tanah Dengan pemutaran berlawanan arah

Dengan pondasi dalam

(39)

Penggolongan tiang berdasarkan teknik pemancangan

2.3.1 Keuntungan Dan Kerugian Berdasarkan Teknik Pemasangan Tiang

Keuntungan tiang pancang:

1. Tiang dibuat di pabrik sehingga pemeriksaan kualitas sangat ketat, maka hasilnya lebih dapat diandalkan. Pemeriksaan dapat dilakukan setiap saat

2. Kecepatan pemancangan tinggi , terutama untuk pemancangan tiang baja. dapat menembus lapisan yang keras, sehingga dapat mencapai lapisan tanah yang keras 3. Persediaan di pabrik cukup banyak, sehingga dapat didapat dengan mudah.

Kecuali bila dikehendaki ukuran yang khusus

4. Daya dukung diperkirakan dengan perhitungan yang ada

5. Cara penumbukan sangat cocok untuk mempertahankan daya dukung vertikal

Kerugian tiang pancang :

1. Pada pelaksanaannya menimbulkan getaran dan kegaduhan maka pada daerah yang berpenduduk padat akan menimbulkan masalah

2. Untuk tiang pancang diperlukan penyambungan sehingga diperlukan persiapan penyambungan, sebab bila penyambungan tidak baik dapat membahayakan

3. Bila pemancangan tidak baik tiang dapat rusak

4. Bila pemancangan tidak dihentikan pada kedalaman yang telah ditentukan diperlukan perbaikan khusus

(40)

2.3.2 Tiang yang dicor di tempat

Keuntungan :

1. Getaran dan kebisingan saat pemasangan kecil

2. Karena tanpa sambungan dapat dibuat lurus dengan diameter besar

3. Diameter tiang lebih besar dari pada tiang pracetak sehingga daya dukung tiap tiang menjadi makin besar.

4. Pada pemboran tanah galian dapat diamati secara langsung dan sifat-sifat tanah pada lapisan antara dan tanah pendukung pondasi langsung dapat diketahui

5. Pengaruh jelek terhadap bangunan di dekatnya sangat kecil

Kerugian :

1. Dalam banyak hal beton dari tubuh tiang terletak di bawah air maka kualitasnya akan lebih rendah dari pada tiang pracetak. Disamping itu pemeriksaan kualitas hanya dapat dilakukan secara tidak langsung

2. Ketika beton di tuangkan dikhawatirkan adukan beton bercampur dengan bercampur denganruntuhan tanah. Oleh karena itu beton harus segera dituangkan dengan seksama setelah penggalian dilakukan.

3. Walaupun penetrasi hingga tanah pendukung pondasi telah terpenuhi, kadang-kadang terjdi dimana tiang pendukung kurang sempurna karena adanya lumpur yang tertimbun di dasar

4. Karena diameter cukup besar dan memerlukan banyak beton, maka untuk pekerjaan yang kecil biayanya sangat melonjak

2.4. PONDASI KAISON (CAISSON FOUNDATION)

Kaison adalah pondasi yang terletak pada lapisan pendukung, yang terbenam ke dalam tanah karena beratnya sendiri dengan mengeluarkan tanah galian dari dasar bangunan, yang terbuat dari beton bertulang. Jenis ini dibedakan kaison terbuka (open caisson) dan kaison tekanan (pneumatic caisson)

(41)

2.4.1 Kaison terbuka:

Pembuatan kaison terbuka dibuat seperti tampak pada gamabr, mula-mula bagian yang tajam diletakkan pada permukaan tanah, kemudian dilakukan penggalian. Selama penggalian kaison mulai terbenam, bila atas dari kaison mulai terbenam dan mendekati bagian dasar pondasi maka unit kaison yang lain mulai disambungkan. Kemudian penggalian bagian dalam kaison dilakukan lagi, dan penambahan tubuh kaison yang lain disambungka. Begitu seterus hingga kaison berpijak pada kedalaman yang direncanakan. Akhirnya lantai beton bagian alas dikerjakan, bahan-bahan seperti tanah, pasir atau air diisikan pada kaison. Akhirnya bagian penutup diselesaikan.

Penggalian dilakukan secara basah dan menggunakan keranjang clamshell, yang dipasang pada ujung kawat mesin derek (crane).

(42)
(43)

2.5. TIANG TURAP 2.5.1 Pondasi Tiang Turap 2.5.1.1. Umum

Pondasi tiang turap adalah suatu struktur dimana tiang turap baja atau turap dari balok dengan flens lebar digabungkan merapat satu dengan yang lain sehingga membentuk lingkaran atau empat persegipanjang, ditepatkan pada posisi yang tepat kemudian tiap kepala turap dihubungka satu dengan yang lain secara kaku.

2.5.1.2 Struktur pondasi tiang turap

Bahan yang diperlukan

Tiang turap yang digunakan untuk pondasi adalah semacam baja yang memiliki sifat kekuatan, kualitas dan penampang yang harus sesuai dengan sifat struktur.

Ketebalan tiang turap sebaiknya 8 mm atau lebih. Tiang turap ada dua macam, berbetuk pipa atau berbentuk flens lebar

2.6. TURAP, BENDUNGAN ELAK SEMENTARA

Sebagian besar pekerjaan pembuatan pondasi suatu bangunan meliputi pekerjaan penggalian. Bangunan sementara yang dibuat untuk mencegah kelongsoran tanah disekitar daerah penggalian, juga untuk mencegah perembesan air, bangunan tersebut adalah : turap atau bendungan elak sementara. Karena bangunan ini bersifat sementara maka biaya tidak boleh terlalu mahal, mudah dipasang mudah

(44)

Turap yang banyak dipakai adalah turap dengan tiang tegak, papan turap serta turap tang terdiri dari jajaran tiang, dan kadang-kadang dipakai turap beton yang dicor di tempat (cast in-place)

Macam Turap dan metoda Bendungan Elak Sementara

Berbagai metoda pemasangan turap atau bendungan elak sementara, karena adanya berbagai perbedaan tanah pondasi, tinggi permukaan air atau permukaan tanah yang dibendung, safety dan pertimbangan ekonomis.

Berdasarkan jenis dinding turapnya turap dapat digolongkan : 1. Turap dengan tiang tegak dan papan turap

2. Turap yang dibuat dari deretan tiang-tiang

3. Turap dari beton yang dicor di tempat, sehingga merupakan tembok di bawah tanah

2.7. PEMILIHAN METODA KONSTRUKSI Metoda konstruksi untuk Turap

(45)

Contoh :

a. Main pile horizontal pile contruction method

Ini adalah metoda dimana main pile disusun dengan set spacing (H-beam steel, etc), panjangnya mengikuti pekembangan penggalian.

(46)

Metoda konstruksi ini adalah sheet pile yang dihubungkan satu dengan yang lain disusun sebagai retaining wall, sering digunakan untuk pondasi lemah. Ada juga retaining wall yang yang menggunakan lightweight steel sheet piles untuk penggalian dangkal.

c. Column construction methods

Metoda Konstruksi untuk retaining wall dengan pemasangan pile secara kontinyu termasuk metoda konstruksi yang menggunakan cast-in-place RC piles, suatu metoda konstruksi yang menggunakan reinforced concrete piles dan pile yang saling dilekatkan yang disusun dengan pile yang sudah ada seperti steel pipe, dan metoda konstruksi untuk membentuk suatu retaining wall dengan mixing bentonite fluid atau cement milk.

(47)

Metoda konstruksi untuk membangun retaining wall ini untuk membuat channel-shape excavation dengan memasang cast-in-plaace reinforced concrete wall, atau metoda konstruksi untuk membuat retaining wall dengan melekatkan reinforced concrete wall yang dibuat di pabrik.

2.8. PERENCANAAN TURAP (BENDUNGAN ELAK SEMENTARA)

DENGAN TIANG TEGAK DAN PAPAN TURAP SERTA TURAP BAJA TUNGGAL

Prosedur perencanaan :

Pada waktu perencanaan turap atau bendungan elak sementara, mula-mula harus ditentukan syarat-syarat perencanaan berdasarkan survai di lokasi proyek.

Kemudian dihitung beban kerja (yang harus ditahan), diselidiki dalamnya pemancangan, diselidiki daya pemuaian dan tegangan-tegangan yang ada.

Beban yang dipakai untuk perencanaan :

Beban yang dipakai untuk perencanaan dinding turap secara umum adalah tekanan air, tekanan tanah dan pengaruh perbahan suhu.

Tekanan tanah : dipakai untuk menghitung penampang papan turap, wale dan penopang lainnya. Tekanan tanah yang dipakai bagian-bagian konstruksi dapat dilihat pada gambar berikut.

(48)

Pada gambar di atas menunjukkan distribusi dari earth pressure (side pressure) tercantum yang dikemukakan oleh the Architectural Institute of Japan dengan tambahan dari Japan Society of Civil Engineer, Japan Road Association dsb. dan konstanta koefisien side pressure dari type tanah pasir, lempung lembel dan lempung keras.

Urutan Planning

2.9. PEMERIKSAAN SETIAP BAGIAN 2.9.1 Kekuatan dari Turap

Pemeriksaan ini dilakukan bila waling dan penopang yang continous, gaya-gaya yang bekerja secara hipotetis dianggap merupakan gaya penopang.

2.9.2 Perhitungan panjang pemancangan

Bagian tiang yang dipancangkan ditekan pada tempat galian, bersamaan

Memahami project details

Study

Pemilihan construction method

Basic Plans

Implementasi planning

Rincian proyek yang dikonfirmasi dari design document, termasuk ukuran dan kedalaman dari areal penggalian Studi dilaksanakan di dalam dan disekeliling termasuk kondisi pondasi dan lokasi pondasi.

Setelah konfirmasi rincian proyek dan berbagai kondisi, disini dilakukan pemilihan metoda konstrusi

Basic plan menggunakan metoda konstruksi, dan menguji safety dan ekonomis dan mudah. Bila tidak ada kesulitan dari hasil pengujian safety, ekonomik dan kemudahan maka implementation plan dilaksanakan

(49)

Panjangnya pemancangan ditentukan oleh adanya pencapaian

 Safety berdasarkan tekanan tanah pada bidang samping samping turap  Safety berdasakan beban vertikal yang diterima turap

 Stabilitas pondasi karena penggalian pada permukaan dari alas

Mengingat tekanan tanah pada permukaan bidang turap, safety dikonfirmasi dengan apakah ada atau tidak momen yang ditimbulkan oleh tekanan tanah dan momen yang disebabkan momen pasif seimbang, menggunakan level paling rendah dari waling (wale) sebagai penopang.

Beban vertikal yang diterima turap “diabaikan” oleh penopang horizontal .

2.9.3 Pemeriksaan Heaping

Bila tanah lempung yang lembek (sebagai tanah pondasi) dilakukan penggalian, bila penggalian itu dalam (deep) dan daya dukung pondasi terletak di bawah penggalian permukaan tidak dapat menahan beban berat tanah pada sisi samping dari dinding turap. Sliding yang terjadi pada pondasi bagian bawah permukaan penggalian, dan pondasi pada sisi penggalian menggelembung (swells up) dan pada bagian turap yang ditanamkan mengalami tekanan keluar. Fenomena ini disebut heaping

(50)
(51)

Methods of Examining Heaping (2/2)

Pemeriksaan heaping adalah pemeriksaan safety dengan memisalkan slide surface dibawah bidang penggalian dan membandingkan gaya (momen gaya) yang timbul dari pergeseran dan gaya resisten (momen) yang terjadi pada bidang geser

Metoda untuk mencegah heaping adalah :

Pemancangan turap dilakukan lebih dalam lagi, hingga mencapai lapisan tanah yang keras untuk memastikan derajat keselamatan

(52)

The state of a foundation where boiling is likely to occur, and the phenomenon of boiling

2.9.4 Pemeriksaan “boiling”

Bila penggalian dibuat dengan memasang dinding penahan air pada pondasi tanah pasir dengan permukaan air tanah dangkal, arah penetrasi ke atas disebabkan karena pondasi di bawah permukaan penggalian karena perbedaan tinggi permukaan air di dalam dan diluar dari turap. Buih dari air tanah naik ke permukaan penggalian melalui celah-celah dari tanah pondasi, sementara itu butir-butir tanah ikut terdorong ke luar. Ini merupakan awal fenomena “boiling”. Secara bertahap jumlah partikel yang yang terdorong ke luar menjadi banyak. Bila hal ini dibiarkan dapat menyebabkan pondasi dari turap makin lemah dan akhirnya kekuatan pondasi hilang, sehingga akhirnya turap tersebut roboh. Fenomena ini disebut : “boiling”

Metoda untuk mencegah boiling

 Menurunkan level permukaan air pada tanah pondasi dekat dengan penggalian  Memperketat kedalaman penggalian (pemancangan ) dari turap

(53)

2.9.5 Pemeriksaan Wale

Wales diperiksa sebagai suatu kesatuan yang kontinyu, yang diberi penguatan balok penopang.

Calculation of Stress on Wale

(54)
(55)

BAB III

PEKERJAAN STRUKTUR

3.1 STRUKTUR BANGUNAN ATAS

3.1.1 Struktur Dan Pembebanannya

1. Pengertian Pekerjaan Struktur

Pekerjaan struktur pada bangunan adalah pekerjaan rangka bangunan yang mendapat atau memikul beban berada di atas pekerjaan pondasi dengan bentuk komponen berupa kolom, balok, joint balok dan kolom, lantai plat beton, kerangka atap serta tangga.

Struktur bangunan untuk bangunan bertingkat sederhana (bertingkat rendah) umumnya berupa Struktur Rangka Portal yang terdiri dari kolom dan balok yang merupakan rangkaian yang menjadi satu kesatuan yang kuat.

(56)

Gambar 3.1 : Struktur Rangka Beton

Kolom portal harus dibuat menerus dari lantai bawah sampai lantai atas, artinya letak kolom-kolom portal tidak boleh digeser pada tiap lantai, karena hal ini akan menghilangkan sifat kekakuan dari struktur rangka portalnya. Jadi harus dihindarkan denah kolom portal yang tidak sama untuk tiap-tiap lapis lantai. Ukuran kolom makin ke atas boleh makin kecil, sesuai dengan beban bangunan yang didukungnya makin ke atas juga makin kecil. Perubahan dimensi kolom harus dilakukan pada lapoi lantai, agar pada satu lajur kolom mempunyai kekakuan yang sama.

Gambar 3.2 : Perubahan Dimensi Kolom

Balok portal merangkai kolom-kolom menjadi satu kesatuan. Balok menerima seluruh beban dari palat-lantai dan meneruskan ke kolom-kolom pendukung. Hubungan balok dan kolom adalah jepit-jepit, yaitu suatu sistem dukungan yang dapat menahan Momen, Gaya Vertikal dan Gaya Horisontal. Untuk menambah kekakuan balok, dibagian pangkal pada pertemuan dengan kolom, boleh ditambah tebal .

(57)

Gambar 3.3 : Penebalan balok pada pertemuan dengan kolom

Rangka portal harus direncanakan dan diperhitungkan kekuatannya terhadap beban-beban sebagai berikut:

Beban-Mati, dinyatakan dengan lambang : M Beban-Hidup, dinyatakan dengan lambang : H Beban-Angin, dinyatakan dengan lambang : A Beban-Gempa, dinyatakan dengan lambang : G Beban-Khusus, dinyatakan dengan lambang : K

2. Kombinasi Pembebanan

Pembebanan Tetap : M + H

(58)

atau : (M + H) + G Pembebanan Khusus : (M + H) + K

atau : (M + H) + A + K atau : (M + H) + G + K

Untuk merencanakan dan menghitung kekuatan suatu konstruksi bangunan dipakai pembebanan tetap yang terberat. Setelah diperoleh ukuran dari

(59)

membahayakan konstruksi. Apabila pada hitungan kontrol ternyata konstruksi tidak aman terhadap beban sementara, maka ukuran konstruksi tersebut harus diperbesar lagi. Jadi suatu konstruksi bangunan harus aman dan mampu mendukung beban tetap, beban sementara dan beban khusus.

3. Pengertian Beban

a. Beban-mati adalah berat dari semua bagian bangunan yang bersifat tetap, termasuk segala unsur tambahan, pekerjaan pelengkap (finishing), serta alat atau mesin yang merupakan bagian tak terpisahkan dari rangka bangunannya.

b. Beban-hidup adalah berat beban dari penghuni dan atau barang-barang yang dapat berpindah, yang bukan merupakan bagian dari bangunan. Pada atap, beban-hidup termasuk air hujan yang tergenang.

c. Beban-angin adalah beban yang bekerja pada bangunan atau bagiannya, karena adanya selisih tekanan udara (hembusan angin kencang).

d. Beban-gempa adalah besarnya getaran yang terjadi di dalam struktur rangka bangunan akibat adanya gerakan tanah oleh gempa, dihitung berdasarkan suatu analisa dinamik.

e. Beban-khusus adalah beban kerja yang berasal dari: adanya selisih, suhu, penurunan pondasi, susut bahan, gaya rem dari kran, getaran mesin berat.

Rangka portal untuk bangunan bertingkat rendah, umumnya dibuat dari bahan konstruksi beton bertulang. Bahan beton merupakan konstruksi yang kuat menahan gaya desak, sedang tulang baja mampu menahan gaya tarik, jadi bahan beton bertulang juga merupakan konstruksi tahan gempa, tahan api, merupakan bahan yang kuat dan awet yang tidak perlu perawatan dan dapat berumur panjang.

3.1.2 Jenis Pekerjaan Struktur

Pekerjaan Struktur dibedakan menurut jenis bahan-bahan yang digunakan untuk membuat struktur portal bangunan bertingkat antara lain:

Gambar

Tabel 1.1: Hubungan antara kepadatan relatif, sudut geser dalam dan nilai  N   dari pasir   (Peck,  Meyerhoff)
Gambar 3.1 : Struktur Rangka Beton
Tabel 3.1:  Perbandingan campuran beton
Gambar 3.22 : Pembebanan pada Balok Lantai
+7

Referensi

Dokumen terkait

Observasi yang dimaksudkan di sini berbeda dari catatan anekdot (anecdotal record). Catatan anekdot tidak terencana dan merekam suatu peristiwa hanya apabila peristiwa

Tebu adalah salah satu bahan baku untuk pembuatan gula merah,.. walaupun tebu dapat tumbuh di seluruh Indonesia, tetapi dari segi iklim

If the atoms when brought together are to form a stable metallic structure, it is necessary that the mean energy of the free electrons shall be lower than the energy of the

Menentukan gambaran umum/pikiran utama paragraf atau informasi tertentu/informasi rinci/informasi tersirat atau rujukan kata atau makna kata/frasa atau tujuan komunikatif dalam

Community-Led Urban Environmental Sanitation Planning (CLUES) : Developed by Eawag and UN- Habitat, the CLUES approach involves participatory community mapping,

This Learning Brief considers the issues and challenges that are emerging around monitoring, veriication and certiication as CLTS is being used at scale.. Whilst there has

Par ailleurs, le renforcement des capacités du personnel nécessite un lien avec des incitations telles que l ’ évolution de carrière et les augmentations de salaires, par le biais

The rate of rundown of GABA responses was decreased by the intracellular inclusion of the phosphatase inhibitors microcystin and okadaic acid, suggesting that phosphorylation