• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS HASIL EKSPERIMEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV ANALISIS HASIL EKSPERIMEN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

ANALISIS HASIL EKSPERIMEN

Dari berbagai eksperimen yang telah dilakukan maka dapat diambil beberapa analisis terkait dari percobaan-percobaan tersebut.

4.1 Analisis Struktur dan Karakteristik Material

Berdasarkan dari hasil eksperimen maka sifat yang paling umum yang dimiliki oleh material kulit ikan tersamak adalah keuletan dan kelenturannya layaknya kulit ternak tersamak. Tidak berbau serta awet tahan lama. Namun setiap jenis kulit ikan tersamak, baik yang menggunakan bahan penyamak krom, nabati, maupun sintan memiliki tingkat keuletan, kelenturan, serta ketahanan terhadap panas yang berbeda-beda.

Diantara ketiga jenis kulit ikan tersamak tersebut, kulit ikan samak dengan bahan penyamak sintan adalah kulit ikan yang memiliki sifat dan karakter yang paling berbeda. Kulit samak sintan tersebut adalah satu-satunya kulit ikan tersamak yang dapat dieksplorasi sifat transparansinya dan kemasifannya. Sehingga dapat dibentuk menjadi benda-benda keras dan transparan.

4.1.1 Pembentukan

Pada eksperimen pembentukan teknik pemanasan yang paling efektif adalah dengan digoreng dibanding dengan menggunakan heatgun. Dengan digoreng kulit menjadi lebih keras sehingga bentuknya tetap seperti sewaktu dicetak meskipun cetakan telah dibuka. Ketika dipanaskan dengan heatgun kulit menjadi tambah lemas dan tidak terbentuk dengan baik (lihat Tabel 3.2). Namun kendala yang terjadi ketika digoreng adalah sulitnya menghilangkan minyak yang menempel pada kulit.

(2)

Sedang pada eksperimen pengeksposan kantung sisik, hampir semua percobaan berhasil membuka kantung sisik berbagai jenis kulit. Namun, hasil eksperimen tidak berlangsung lama. Hal ini disebabkan karena kulit yang terdapat pada kantung sisik sangat tipis sehingga tidak dapat mengeras meski diberi panas atau dicetak. Akibatnya kantung sisik yang telah berhasil dibuka dengan lebar, beberapa hari kemudian tertutup kembali karena efek cetakan telah habis dan kulit kantung sisik yang tipis pun kembali ke bentuk semula.

Diantara keseluruhan eksperimen pembentukan, eksperimen yang dapat dikatakan paling berhasil adalah aksperimen pembentukan pada kulit ikan samak sintan. Tepatnya ketika kulit tersebut dipanaskan hingga bisa menjadi elastis sehingga dapat dilanjutkan pada proses pembentangan (lihat Gambar 3.3 dan 3.4). Eksperimen ini menghasilkan bentuk yang lebih keras dan memiliki struktur lebih kuat sehingga memungkinkan kulit ikan untuk dibentuk menjadi bentuk-bentuk tertentu seperti lingkaran, persegi, dan lain-lain, dan bukan lagi berupa lembaran. Dari keseluruhan eksperimen pembentukan, eksperimen inilah yang paling berhasil.

4.1.2 Penyambungan

Pada eksperimen penyambungan, tepatnya pada proses penjahitan, kulit ikan yang disamak dengan bahan penyamak krom adalah kulit yang paling kuat dan cocok terhadap segala jenis jahitan. Hal itu dimungkinkan karena kulit ikan samak krom memiliki tingkat keuletan yang paling tinggi dibanding kulit denga samak lainnya. Namun karena keuletannya yang tinggi tersebut, kulit menjadi sulit ditembus jarum oleh karena itu sangat sulit saat dilakukannya proses menjahit.

Sedang pada kulit ikan samak nabati dan samak sintan, jahitan yang paling sesuai adalah jahitan jenis flanel renggang. Karena saat dicoba dengan jenis jahitan lain, kulit labgsung robek ketika ditarik.

(3)

Pada eksperimen penyambungan dengan lem, hasilnya dapat dilihat pada Tabel 3.6. Terlihat bahwa yang diberi lingkara merah adalah jenis lem yang paling efektif untuk dipakai pada kulit. Pada kulit ikan samak krom dan samak nabati, lem yang paling sesuai untuk digunakan adalah lem aibon. Saat digunakan lem jenis lain, kulit tidak terekat denga baik dan dengan mudah terlepas saat dilakukan tarikan atau pemisahan kulit yang telah terekat. Sedang pada kulit samak sintan, yang memang memiliki struktur dan tekstur paling berbeda dibanding kulit samak lainnya, juga berbeda hasil pada eksperimen penyambungan dengan lem ini. Jika kulit samak lainnya cocok dengan lem aibon, kulit samak sintan justru lebih cocok dengan lem PVC yang lem kayu yang lebih dikenal dengan merek dagang lem FOX.

4.1.3 Pewarnaan

Pada tabel hasil eksperimen pewarnaan (Tabel 3.7) terlihat dengan jelas bahwa efek bahan pewarna berbeda pada setiap jenis kulit ikan tersamak, baik menggunakan bahan pewarna kulit maupun bahan pewarna tekstil. Warna yang paling cerah didapatkan pada kulit dengan bahany penyamak krom. Pada kulit samaknabati, warna menjadi lebih gelap dan sedikit kumal. Sedang pada kulit samak sintan warna juga menjadi lebih gelap, namun tidak terlihat kumal melainkan cenderung pekat dan menyala.

4.1.4 Pencahayaan

Eksperimen pencahayaan merupakan salah satu eksperimen yang unik. Karena pada eksperimen ini dapat terekspos sifat kulit ikan kakap yang sangat berbeda dari material kulit lainnya. Namun pada eksperimen kali ini, eksperimen pencahayaan tidak terpilih sebagai eksperimen yang akan dieksplor lebih jauh. Hal tersebut dikarenakan penulis memfokuskan proses eksperimen pada kekuatan struktur dan menghindari produk yang berhubungan dengan lighting sebab telah banyak produk sejenis pada proyek-proyek Tugas Akhir sebelumnya.

(4)

4.2 Estetika

Dari segi estetika kulit ikan memiliki beberapa keunggulan, antara lain karena kulit ikan merupakan material baru yang belum banyak dikenal orang. Selain itu kulit ikan memiliki tekstur kantung sisik yang tidak dimiliki oleh jenis kulit lainnya.Kulit ikan yang telah tersamak maupun yang setengah tersamak dapat diwarnai sehingga dapat dijadikan aksen pada suatu produk.

Selain itu produk berbahan material kulit ikan ini nantinya memiliki kelebihan dibanding produk lain karena mengangkat isu lingkungan hidup. Seperti yang kita ketahui, isu ”safe mother earth” atau ”selamatkan lingkungan hidup” sedang marak-maraknya dibicarakan dan diangkat dalam berbagai forum baik di dalam maupun luar negeri. Berbagai usaha telah digalakkan untuk menjadikan bumi tempat yang lebih baik. Oleh karena itulah gerakan ”back to nature”, ”green

design”, dan gerakan-gerakan sejenis menjadi tren di kalangan masyarakat,

khususnya masyarakat berpendidikan dan masyarakat yang peduli terhadap lingkungan. Produk berbahan dasar kulit ikan ini dibuat untuk mengurangi dampak pencemaran yang dihasilkan oleh industri filet ikan dan memberi lahan perkerjaan baru bagi masyarakat kota Tegal. Dengan mengangkat isu ini, imej produk berbahan dasar kulit ikan ini pasti akan lebih naik dan memiliki tempat tersendiri di mata konsumen.

4.3 Perawatan

Kulit ikan adalah bahan organik yang berawal dari keadaan basah sehingga memiliki kadar air yang cukup tinggi. Oleh karena itu jika pada proses pengerjaan, penyamakan, finishing, hingga perawatan tidak dilakukan dengan benar maka kulit ikan akan dengan mudah terserang jamur maupun hama. Untuk itu diperlukan penyamakan yang tepat serta perlakuan yang tepat usai disamak. Sedangkan setelah menjadi suatu produk sebaiknya pada proses akhir dilakukan pelapisan pada kulit ikan dengan zat kimia seperti contohnya cat yang

(5)

mengandung epoxy, clear, atau pelapis yang biasanya digunakan pada jenis kulit lain. Pelapis ini mengandung bahan:

• Resin Acrilic (RA2) sebagai medium hardener • Resin Urethan (RV3989)

• Binder Protein (BI372) • Filler (FI1250)

• Air.

Apabila telah diberi suatu lapisan pelindung maka proses perawatan yang dilakukan lebih mudah dan tingkat kerusakan karena terserang hama lebih rendah sehingga usianya dapat bertahan lebih lama. Selain itu kulit ikan yang telah tersamak dan diolah sebaiknya tidak terkena sinar matahari maupun terguyur hujan secara langsung.

4.4 Daur Ulang

Produk dengan bahan dasar kulit ikan mudah untuk didaur ulang karena materialnya adalah material organik atau alami. Dan apabila kulit ikan dibiarkan terkena hujan dan panas dalam waktu yang lama maka dengan sendirinya akan lapuk, lama kelamaan akan dimakan serangga hingga akhirnya habis. Kemampuan untuk dapat terurai lagi seperti ini disebut sebagai kemampuan untuk mendaur ulang sendiri (biodegradable) sehingga dapat dikatakan bahwa material kulit ikan ini merupakan material yang ramah terhadap lingkungan.

4.5 Flow Chart Proses Produki

Flow chart proses produksi sangat dibutuhkan sebagai acuan bagi para pengrajin

ketika material ini sampai pada industri. Karena salah satu tujuan utama eksperimen ini adalah memberikan lahan pekerjaan baru, khususnya bagi masyarakat kota Tegal yang mengalami dampak dari pencemaran industri filet ikan.

(6)

Pemilihan kulit ikan berkualitas: - ikan >2kg

- kulit terseset dengan rapi pada industri filet

Kulit ikan disamak dengan bahan penyamak sintan

Kulit ikan samak sintan telah tidak berbau dan tahan lama

Kulit ikan samak sintan direbus dengan bahan pewarna hingga warna meyerap dan

kulit ikan menjadi kenyal dan elastis

Di lakukan proses pembentangan menggunakan cetakan

Dijemur bersama cetakan dibawah sinar matahari tak

langsung

Dilepaskan dari cetakan

Dilem/ digabungkan dengan komponen lain

Difinishing dengan zat pelapis

Produk akhir

Referensi

Dokumen terkait

Peneliti melanjutkan pertanyaan terkait divisi nonlitigasi, Ibrahim mengatakan bahwa divisi ini adalah divisi dengan tujuan menyelesaikan permasalhan hukum client

Penerapan Teknologi Augmented Reality ini diproyeksikan sebagai inovasi media pembelajaran proses pembelajaran dengan metode konvensional (slide) dan menggunakan buku

[r]

[r]

Hasil dari penelitian ini adalah masyarakat berpendapat taman Honda Tebet itu ruang yang baik untuk berinteraksi social, karena dilihat dari kelima kriterianya

• Sewaktu memesan part pengganti untuk selang bahan bakar, selang pemakaian umum dan selang vinyl yang standard, pakailah nomor part borongan yang dicantumkan pada parts

Data hasil penelitian yang disajikan berupa foto/ gambar hasil pengamatan dan uraian materi keanekaragaman tumbuhan bawah di Hutan Wanagama. Alternatif pemanfaatan

1. Jumlah serangga sasaran yang sempit dapat menyebabkan insektisida kimiawi menjadi pilihan untuk menanggulangi masalah serangga hama. thuringiensis harus dilakukan