• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek Tonik Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi (Pandanus Amaryllifolius Roxb.) Pada Mencit Jantan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Efek Tonik Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi (Pandanus Amaryllifolius Roxb.) Pada Mencit Jantan"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Efek Tonik Ekstrak Etanol Daun Pandan

Wangi (Pandanus Amaryllifolius Roxb.)

Pada Mencit Jantan

Khoerul Anwar, Nashrul Wathan, Liling Triyasmono

Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat

Jl A Yani KM 35,8 Banjarbaru Kalimantan Selatan E-mail: endrasance@yahoo.com

ABSTRAK

Daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) mempunyai khasit sebagai tonikum atau penambah tenaga. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek tonik ekstrak etanol daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) pada mencit putih.

Pengujian efek tonik dilakukan dengan metode natatory exhaustion. Hewan uji yang berjumlah 25 ekor dibagi menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor mencit. Kelompok I sebagai kontrol negatif diberi suspensi CMC Na 0,5% dengan dosis 125 mg/kgBB secara peroral, kelompok II sebagai kontrol positif diberi suspensi kafein dalam CMC-Na 0,5 % dengan dosis 100 mg/kgBB, kelompok III – V mendapat perlakuan ekstrak etanol daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) dengan dosis 250, 500, 750 mg/kg BB. Mencit dimasukkan ke dalam tangki air dan dibiarkan berenang. Durasi renang mencit sebelum dan sesudah perlakuan dicatat. Data efek tonik yang berupa selisih durasi renang sebelum dan sesudah perlakuan diuji dengan uji analisis varian (ANAVA) satu jalan dengan taraf kepercayaan 95% dan uji LSD (Least Significant Difference). Hasil penelitian menunjukkan bahwa mencit yang diberi ekstrak etanol daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) dengan dosis 250, 500, 750 mg/kg BB mempunyai selisih durasi renang sebelum dan sesudah perlakuan lebih besar dibanding kontrol negatif. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) mempunyai efek sebagai tonikum pada mencit jantan.

Kata kunci: efek tonik, Pandanus amaryllifolius Roxb., natatory exhaustion

ABSTRACT

Pandan wangi leaf (Pandanus amaryllifolius Roxb.) have tonic or stimulant effect. The aim of this research is to study tonic effect of ethanolic extract of pandan wangi leaf (Pandanus amaryllifolius Roxb.) on male mice.

The tonic effect of the extract was determined by natatory exhaustion method. Twenty five mice were divided into 5 treatment groups. Mice in group I as negative control was given CMC Na 0,5% suspension with dose of 125 mg/ kgBW per oral. Mice in group II as positif control was given caffeine suspension in CMC Na 0,5% with dose of 100 mg/ kgBW. Mice in group III, IV, and V were given ethanolic extract of Pandanus amaryllifolius Roxb.leaf with dose of 250, 500, 750 mg/ kgBW, respectively. Mice were put into reservoir and let to swim. Swimming duration before and after treatment were recorded. Differences of swimming duration before and after treatment was analyzed with one way ANAVA with 95% significance level and LSD test.

The result of this research showed that mice were given ethanolic extract of Pandanus amaryllifolius Roxb. leaf with dose of 250, 500, 750 mg/ kgBW have swimming duration difference larger than negative control. It mean that the extract have tonic effect on male mice.

Key words: tonic effect, Pandanus amaryllifolius Roxb., natatory exhaustion

1. PENDAHULUAN

Pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) merupakan perdu tahunan, tinggi 1 – 2 meter. Pandan wangi tumbuh di daerah tropis dan banyak ditanam di halaman atau kebun. Pandan kadang tumbuh liar di tepi sungai, tepi rawa, dan di tempat-tempat yang agak lembab, tumbuh subur dari daerah pantai sampai daerah dengan ketinggian 500 dpl. Bagian yang penting yaitu

(2)

daunnya. Daunnya harum kalau diremas atau diiris-iris, sering digunakan sebagai bahan penyedap dan pewangi. Selain itu juga digunakan sebagai pemberi warna hijau pada masakan atau penganan. Daun pandan wangi berkhasiat sebagai tonikum, penambah nafsu makan, dan penenang (Dalimarta, 2008). Selain itu juga berkhasiat untuk mengatasi lemah syaraf (neurasthenia), tidak nafsu makan, rematik, pegal linu, sakit disertai gelisah, rambut rontok, menghitamkan rambut, dan ketombe (Wijoyo, 2008). Daun pandan mengandung alkaloida, saponin, flavonoida, tannin, polifenol dan zat warna (Dalimarta, 2008).

Kesehatan atau kondisi prima adalah modal yang penting dalam menjalani berbagai aktifitas untuk memenuhi segala kebutuhan dalam persaingan hidup guna memperoleh kehidupan yang lebih baik. Aktifitas-aktifitas itu tentunya akan menguras tenaga, baik fisik ataupun pikiran. Kondisi tubuh yang sehat diharapkan dapat mengatasi rasa lelah yang timbul karena tenaga yang terkuras untuk beraktivitas. Kelelahan dapat menyebabkan menurunnya aktifitas, konsentrasi, berkurangnya kewaspadaan, menimbulkan kegelisahan dan kebingungan. Kelelelahan juga dapat memacu timbulnya penyakit dan infeksi karena daya tahan tubuh terhadap penyakit menjadi berkurang. Untuk itu lazim digunakan zat-zat penguat (tonik) yang dapat merangsang aktivitas tubuh sehingga rasa lelah, letih, lesu, bisa teratasi. Selain itu juga dapat memperkuat tubuh, mengembalikan tenaga yang hilang, memulihkan stamina, dan meningkatkan vitalitas tubuh (Gunawan, 1999).

Tonikum adalah obat yang menguatkan badan dan merangsang selera makan (Ramli dan Pamoentjak, 2000). Menurut Gunawan (1999), tonikum adalah suatu bahan atau campuran bahan yang dapat memperkuat tubuh atau memberi tambahan tenaga/ energy pada tubuh. Efek dari tonikum adalah tonik yaitu berupa efek yang memacu dan memperkuat semua sistem organ serta menstimulan perbaikan sel-sel tonus otot. Efek tonik ini terjadi karena efek stimulan yang dilakukan terhadap sistem saraf pusat. Efek tonus ini dapat digolongkan ke dalam golongan psikostimulansia. Senyawa ini dapat menghilangkan kelelahan dan penat, serta meningkatkan kemampuan berkonsentrasi dan kapasitas yang bersangkutan (Mutschler, 1986).

Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan efek tonik ekstrak etanol daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) pada mencit jantan.

2. METODOLOGI

2

.1. Bahan

Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah daun pandan wangi, etanol 70%, CMC Na, kafein, mencit jantan galur Swiss Webster, dan akuades.

2.2. Alat

Alat-alat yang digunakan adalah bejana ekstraksi, corong kaca, kertas saring, neraca analitik, penangas air, penjepit kayu, ayakan serbuk, pipet tetes, pipet ukur, pengaduk, sendok tanduk, tabung reaksi, vial, timbangan mencit, alat suntik 1 ml, tangki air, alat-alat gelas (Pyrek Iwaki Glass), neraca analitik, spuit injeksi per oral 1 mL (Terumo), dan stopwatch (Olympic).

2.3. Pembuatan Serbuk Daun Pandan Wangi

Daun pandan wangi disortasi basah untuk memisahkan daun yang bagus dan yang rusak atau tercemar bahan asing. Setelah dicuci daun kemudian dirajang dan dikeringkan dengan cara mengangin-anginkan di dalam ruangan, dan menghindari paparan sinar matahari langsung. Simplisia daun pandan wangi dihaluskan dengan menggunakan blender, kemudian diayak dengan pengayak no. 14. Serbuk daun pandan wangi siap untuk dimaserasi.

(3)

menguap lagi. Ekstrak kemudian diuapkan dengan waterbath untuk memastikan pelarut sudah habis dengan cara ditimbang sampai beratnya konstan.

2.5. Pembuatan Suspensi Oral Dari Ekstrak Kental Daun Pandan Wangi

Suspensi oral dari ekstrak kental daun pandan wangi dibuat dengan mencampur ekstrak kental daun pandan wangi menggunakan larutan CMC-Na 0,5% dengan konsentrasi yang telah ditentukan, kemudian digerus tuang menggunakan stamper hingga homogen.

2.6. Uji Efek Tonik

Mencit dipuasakan selama 18 jam sebelum percobaan dimulai (air minum tetap diberikan secukupnya). Dua puluh lima ekor mencit dikelompokkan menjadi lima kelompok. Mencit dimasukkan ke dalam tangki air yang bergelombang dan dibiarkan berenang. Setelah mencit lelah, yang ditandai dengan membiarkan kepalanya di bawah permukaan air selama 7 detik, mencit diangkat dan dicatat durasi renangnya. Mencit diistirahatkan selama 30 menit lalu diberi perlakuan per oral sesuai kelompoknya. Kelompok I sebagai kelompok kontrol negatif diberikan suspensi CMC-Na 0,5 % dengan dosis 125 mg/ kgBB secara oral. Kelompok II sebagai kontrol positif diberikan suspensi kafein dalam CMC-Na 0,5 % dengan dosis 100 mg/ kgBB, dan diberikan secara oral. Kelompok III, IV dan V diberikan bahan uji ekstrak etanol daun pandan wangi dengan dosis masing-masing 250, 500, 750 mg/ kgBB. Setelah 30 menit dimasukkan lagi dan dibiarkan berenang di dalam tangki sampai lelah. Durasi renang mencit setelah perlakukan dicatat. Data efek tonik diperoleh dari selisih durasi renang sebelum dan sesudah perlakuan. Data diuji dengan ANAVA dan LSD (Yuliani dkk., 2008).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini menggunakan ekstrak etanol daun pandan wangi untuk diuji efek tonikumnya pada mencit jantan. Etanol merupakan pelarut semi polar yang dapat melarutkan senyawa polar maupun senyawa nonpolar yang terkandung di dalam daun pandan wangi.

Uji farmakologi mengenai efek tonik ekstrak etanol daun pandan wangi didahului dengan uji pendahuluan untuk mengetahui gambaran dosis awal yang akan digunakan untuk uji yang sebenarnya. Sebagai kontrol negatif digunakan larutan CMC Na 0,5% dengan dosis 125 mg/ kgBB. Larutan CMC Na 0,5% juga digunakan sebagai larutan pembawa atau pelarut untuk kafein dan ekstrak etanol daun pandan wangi. Kontrol positif menggunakan kafein dengan dosis 100 mg/ kgBB. Berdasarkan hasil orientasi dosis ekstrak etanol daun pandan wangi yang digunakan adalah 250, 500, dan 750 mg/ kgBB. Hasil uji efek tonik ekstrak etanol daun pandan wangi disajikan pada gambar 1.

Mencit pada kelompok I yang diberi suspensi CMC Na 0,5% dengan dosis 125 mg/ kgBB memberikan selisih durasi renang yang negatif. Hal tersebut dikarenakan durasi renang mencit sesudah perlakuan lebih pendek dibandingkan sebelum perlakuan. Ini menunjukkan bahwa suspensi CMC Na 0,5% tidak bisa menunda rasa lelah pada mencit. Bisa dikatakan juga bahwa suspensi CMC Na 0,5% tidak memiliki efek tonik.

Pemberian kafein dengan dosis 100 mg/ kgBB pada mencit kelompok II dapat meningkatkan durasi renang mencit selama 2,73 menit dibandingkan sebelum perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa kafein dengan dosis 100 mg/ kgBB dapat menunda rasa lelah pada mencit atau dengan kata lain memiliki efek tonik.

Ekstrak etanol daun pandan wangi yang diberikan kepada mencit kelompok I, II, dan III mampu memperpanjang durasi renang mencit dibandingkan sebelum perlakuan. Selisih durasi renang mencit yang diberikan ekstrak etanol daun pandan wangi dengan dosis 250, 500, dan 750 mg/ kgBB berturut-turut adalah 0,81; 1,37; dan 2,11 menit. Semakin tinggi dosis ekstrak etanol daun pandan wangi yang diberikan, selisih durasi renang mencit sebelum dan sesudah perlakuan juga semakin besar.

(4)

Gambar 1. Selisih Durasi Renang Mencit Sebelum dan Sesudah Perlakuan (Kelompok I kontrol negatif diberi suspensi CMC Na 0,5% dengan dosis 125 mg/ kgBB, kelompok II kontrol positif

diberi kafein dosis 100 mg/ kgBB, kelompok III, IV, dan V diberi ekstrak etanol daun pandan wangi dengan dosis berturut-turut 250, 500, dan 750 mg/ kgBB)

Data selisih durasi renang mencit sebelum dan sesudah perlakuan dianalisis dengan uji ANAVA satu jalan dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil uji ANAVA (p < 0,05) menunjukkan adanya perbedaan bermakna antara kelompok yang diuji untuk selisih durasi renang sebelum dan sesudah perlakuan. Selanjutnya dilakukan uji LSD untuk melihat perbedaan antara dua kelompok perlakuan. Hasil analisis uji LSD ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Analisis Uji LSD Selisih Durasi Renang Mencit Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Yang Dibandingkan Hasil Uji LSD

Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV Kelompok V Berbeda bermakna Berbeda bermakna Berbeda bermakna Berbeda bermakna

Kelompok II Kelompok III

Kelompok IV Kelompok V

Berbeda bermakna Berbeda bermakna Berbeda tidak bermakna

Kelompok III Kelompok IV

Kelompok V Berbeda tidak bermakna Berbeda bermakna

Kelompok IV Kelompok V Berbeda bermakna

Hasil uji LSD menunjukkan bahwa kelompok I (kontrol negatif) yang diberi suspensi CMC Na 0,5% mempunyai selisih durasi renang sebelum dan sesudah perlakuan yang berbeda bermakna dengan kelompok lain yang diberi kafein dan ekstrak etanol daun pandan wangi. Bisa dikatakan bahwa kafein dan ekstrak etanol daun pandan wangi mempunyai efek tonik karena CMC Na tidak mempunyai efek tonik.

Kelompok II yang merupakan kontrol positif (kafein dosis 100 mg/ kgBB) memiliki selisih durasi renang yang berbeda bermakna dibandingkan dengan kelompok I, kelompok III, dan IV

(5)

dibandingkan kafein 100 mg/ kgBB, sedangkan ekstrak etanol daun pandan wangi dengan dosis 750 mg/ kgBB memiliki efek tonik yang sebanding dengan kafein dosis 100 mg/ kgBB. Pada kelompok III (ekstrak dosis 250 mg/ kgBB) selisih durasi renangnya tidak memiliki perbedaan yang bermakna dengan kelompok IV (ekstrak dosis 500 mg/ kgBB). Kelompok III dan IV memiliki perbedaan yang bermakna dengan kelompok V. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan dosis yang diberikan, tidak memberikan peningkatan efek secara linear.

Kafein berkhasiat menstimulasi SSP dengan efek menghilangkan rasa letih, lapar, dan mengantuk, juga daya konsentrasi dan kecepatan reaksi dipertinggi (Tjay & Rahardja, 2008). Dalam dosis kecil kafein sering digunakan sebagai tonikum untuk meningkatkan kesegaran dan mengurangi kelelahan (Siswandono, 1995). Dalam penelitian ini tidak diketahui mekanisme dan juga senyawa yang bertanggung jawab atas efek tonik dari ekstrak etanol daun pandan wangi.

4. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun pandan wangi (Pandanus

amaryllifolius Roxb.) dengan dosis 250, 500, dan 750 mg/ kgBB mempunyai efek tonik pada

mencit jantan.

DAFTAR PUSTAKA

[1]. Dalimarta, S., (2008), Altas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid I, Trubus Agriwidya, Jakarta. [2]. Gunawan, D., (1999), Ramuan Tradisional Untuk Keharmonisan Suami Istri, Penerbit Swadaya,

Jakarta.

[3]. Mutschler, E., (1986), Dinamika Obat, diterjemahkan oleh Widianto, M.B. dan Ranti, A.S., Penerbit ITB, Bandung

[4]. Ramli, A., dan Pamoentjak, K. St., (2003), Kamus Kedokteran, Arti dan Keterangan Istilah, Djambatan, Jakarta.

[5]. Siswandono, S.B., (1995), Kimia medisinal, edisi I, Universitas Airlangga, Surabaya.

[6]. Tjay, T.H., dan Rahardja, K., (2007), Obat-Obat Penting, Edisi VI, PT Elex Media Komputindo, Jakarta.

[7]. Wijoyo, P. M., (2008), Sehat Dengan Tanaman Obat, Bee Media Indonesia, Jakarta.

[8]. Yuliani, R., Hakim, A.R., dan Rahadian, S., 2008, Uji Efek Tonik Ekstrak Etanol Rimpang Lengkuas (Alpinia galanga L.) Pada Mencit Jantan Galur Swiss Webster, Makalah disajikan dalam Kongres Ilmiah XVI ISFI, Yogyakarta, 11 – 12 Agustus.

Gambar

Tabel 2. Hasil Analisis Uji LSD Selisih Durasi Renang Mencit Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang dilakukan saat ini adalah untuk mengetahui adanya efek hipnotik dari ekstrak etanol 70% dengan metode penyarian maserasi daun pandan wangi (Pandanus

Kata kunci : ekstrak etanol daun pandan wangi, natrium tiopental, perpanjangan waktu tidur

Pada uji utama,kelompok perlakuan ekstrak etanol daun berenuk dosis 2000 mg/kg BB tidak menunjukkan perbedaan secara signifikan dibandingkan kelompok kontrol negatif Na-CMC 1%

efek ekstrak daun pandan wangi juga terhadap larva nyamuk Aedes aegypti sebagai larvasida, didapatkan bahwa pandan wangi memiliki efek larvasida dengan konsentrasi 5%, 2,5%,

Uji afrodisiaka dilakukan dengan memberikan suspensi sildenafil sitrat sebagai kontrol positif, larutan CMC 1% sebagai kontrol negatif, ekstrak etanol 70% daun tapak liman

etil asetat dan pandan 'angi memili!i a!tivitas antidiabetes dengan a!tivitas peng#ambatan .@&lt; 50  sebesar 4+3 ppm%.

Pada uji utama,kelompok perlakuan ekstrak etanol daun berenuk dosis 2000 mg/kg BB tidak menunjukkan perbedaan secara signifikan dibandingkan kelompok kontrol negatif Na-CMC 1%

Hewan ujiyang digunakan dalam penelitian adalah mencit 25 ekordibagi menjadi 5 kelompok perlakuan yaitu kontrol positif paracetamol, kontrol negatif Na-CMC, kelompok estrak daun sungkai