• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor Praktik Pengelolaan Limbah Medis Padat di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon. Fauzul Hayat *

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Faktor Praktik Pengelolaan Limbah Medis Padat di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon. Fauzul Hayat *"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Faktor Praktik Pengelolaan Limbah Medis Padat

di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon

Fauzul Hayat

*

ABSTRAK

Perawat sangat rentan terhadap penularan infeksi, karena perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien akan kontak langsung dengan darah dan cairan tubuh. Penelitian menggunakan studi deskriptif analitik dengan menggunakan metode cross sectional. Tujuan penelitian untuk mengetahui factor pelatihan, pengetahaun dan sikap perawat dalam pratik pengelolaan limbah medis padat. Dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2012 di ruang perawat RSUD Kota Cilegon. Hasil penelitian menunjukan bahwa praktik pengelolaan limbah medis padat, tertinggi terdapat pada perawat dengan praktik yang baik sebanyak 54 responden atau (54%), perawat yang tidak pernah mendapatkan pelatihan sebanyak 66 responden atau (66%), perawat dengan pengetahuan yang kurang baik sebanyak 59 responden atau (59%), perawat dengan sikap yang baik sebanyak 63 responden atau (63%). Hasil analisis menunjukkan bahwa ada hubungan antara pelatihan (Pv=0,000), pengetahuan (Pv=0,002) dan sikap (Pv=0,004) pada perawat dengan praktik pengelolaan limbah medis padat di RSUD Kota Cilegon tahun 2012. Saran dalam penelitian ini diantaranya perencanaan Diklat Berkelanjutan, promosi esehatan tentang pengelolaan limbah medis padat dan motivasi kerja melalui sikap yang baik dan disiplin dalam bekerja.

Kata Kunci: Limbah Medis Padat, Perawat, RSUD Kota Cilegon

ABSTRACT

Nurses are particularly vulnerable to transmission of infection, because the nurses in providing nursing care to a patient shall direct contact with blood and body fluids. The study used a descriptive analytic study using cross-sectional. The purpose of research to determine the factors of training, pengetahaun and attitudes of nurses in the medical waste management pratik solid. Conducted in July-August 2012 in the nurse's Hospital Cilegon. The results showed that solid medical waste management practices, with the highest found in nursing good practice or a total of 54 respondents (54%), nurses who had never received training or as many as 66 respondents (66%), nurses with poor knowledge as much as 59 respondents (59%), nurses with a good attitude as much as 63 respondents (63%). The analysis shows that there is a correlation between the training, knowledge and attitudes in nurses with solid medical waste management practices in hospitals Cilegon in 2012. Suggestions in this study include Continuing Education and Training planning, promotion esehatan on solid medical waste management and motivation through good attitude and discipline in work

Keywords: Medical Waste Solid, Nurse, Hospital Cilegon

(2)

LATAR BELAKANG

Pengelolaan limbah rumah sakit merupakan bagian dari upaya penyehatan lingkungan, bertujuan melindungi masyarakat akan bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari sampah atau limbah rumah sakit. Peraturan Pemerintah RI No 19/1994 menetapkan bahwa

limbah hasil kegiatan rumah sakit dan

laboratoriumnya termasuk dalam daftar limbah B3, yaitu limbah yang mengandung racun dan berbahaya bagi lingkungan dan masyarakat, dengan karakteristik diantaranya mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, korosif, beracun, dan bersifat infeksius.1

Hasil kajian Departemen Kesehatan tahun 2003 menunjukan bahwa timbulan limbah yang dihasilkan kegiatan rumah sakit sekitar 0,14 kg per tempat tidur per hari, dengan komposisi 80% limbah non medis, 15% limbah patologi dan infeksius, 1% limbah benda tajam, 3% limbah kimia dan kurang dari 1% berupa tabung dan thermometer pecah.2 Timbulan limbah medis yang dihasilkan dari kegiatan 52 Rumah Sakit di Provinsi Banten tahun 2010 rata-rata sekitar 2,5 kg per tempat tidur per hari. Adapun timbulan limbah medis di RSUD Kota Cilegon berdasarkan laporan tahun 2010 menunjukan hal yang sama yaitu rata-rata sekitar 2,1 kg per tempat tidur per hari.3

Laporan volume limbah medis padat pada bulan Januari-Desember di RSUD Kota Cilegon tahun 2011 sebanyak 13.240 Kg. Adapun laporan tentang volume limbah padat non medis berdasarkan ruangan penghasil limbah pada bulan Desember di RSUD Kota Cilegon tahun 2011, tertinggi terdapat di Ruang Anggrek sebanyak 1.448 Kg dan ruang melati sebanyak 1.368 Kg, dua ruangan tersebut merupakan ruang perawatan pasien dimana aktivitas perawat sangat rentan terhadap penularan penyakit dan cidera akibat limbah medis padat yang dihasilkan.3

Pengelolaan limbah medis padat rumah sakit erat kaitannya dengan upaya kesehatan dan keselamatan kerja. Pengelolaan limbah medis yang tidak baik akan meningkatkan risiko terjadinya kecelakaan kerja dan penularan penyakit terutama pasien, pengunjung, petugas kesehatan maupun masyarakat lingkungan sekitar. Penelitian di rumah sakit Cipto Mangunkusumo tahun 2000 menunjukan bahwa terjadi 9 kasus kecelakaan kerja yang beresiko terpajan HIV pada

orang mendapat obat profilaksis, obat antiretroviral dan 3 orang menjalani tes HIV pada 3 dan 6 bulan pascapajanan menunjukan hasil yang negatif.4

Hasil studi pendahuluan di RSUD Kota Cilegon, menunjukan bahwa masih terdapat masalah praktik pengelolaan limbah medis padat, diantaranya adalah: 1) praktik pemisahan antara limbah medis dan non medis belum dilaksanakan dengan baik, ini dilihat dengan masih adanya limbah medis yang bercampur dengan limbah non medis; 2) kurangnya disiplin perawat dalam mengelola limbah medis padat untuk menggunakan alat pelindung diri (APD), seperti masker dan sarung tangan.

Perawat sangat rentan terhadap penularan infeksi, karena perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien akan kontak langsung dengan darah dan cairan tubuh. Upaya yang dilakukan untuk mengurangi resiko tertular infeksi, dengan menggunakan tindakan pengelolaan limbah medis yang baik. Oleh karena pentingnya tindakan ini dilakukan maka perawat dituntut untuk memiliki pengetahuan yang memadai. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, yang dapat menimbulkan perubahan persepsi dan terbentuknya kepercayaan, sehingga membentuk sikap yang konsisten. Dengan pengetahuan, sikap dan pelaksanaan tindakan pengelolaan limbah medis padat yang baik mengurangi resiko tertular infeksi. 5

Melihat limbah yang dihasilkan dan dampak pengelolaan limbah akan terlihat secara langsung oleh semua pihak yang berkepentingan dan mempengaruhi citra pelayanan umum itu sendiri. Oleh karena itu diperlukan perhatian dalam menyelenggaraan pengelolaan limbah medis di Rumah Sakit, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kinerja institusi pelayanan kesehatan secara prima kepada masyarakat dan lingkungan sekitar.

METODE PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan adalah potong lintang (cross sectional), dimana variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen) diamati dalam waktu yang bersamaan (one time approach) artinya tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran

(3)

dilakukan terhadap variabel subjek pada saat penelitian.6

Subjek penelitian adalah tenaga perawat sebanyak 100 orang di 12 ruang perawatan RSUD Kota Cilegon.

HASIL PENELITIAN 1. Karakteristik Perawat

Karakteristik perawat menunjukkan bahwa pelatihan pengelolaan limbah medis padat pada perawat Di RSUD Kota Cilegon yang tidak pernah mendapatkan pelatihan sebanyak 66 responden atau (66%) dan mendapatkan pelatihan sebanyak 34 (34%). Pengetahuan perawat yang kurang baik sebanyak 59 responden atau (59%) dan pengetahun baik sebanyak 41 responden (41%). Sikap perawat dalamyang baik sebanyak 63 responden atau (63%), sedangkan terendah terdapat pada sikap yang kurang baik sebanyak 37 responden atau (37%). Dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1: Distribusi Karakteristik Perawat

Karakteristik F % Pelatihan Tidak pernah Pernah 66 34 66 34 Pengetahuan Tidak Baik Baik 59 41 59 41 Sikap Tidak Baik Baik 37 63 37 63

2. Praktik pengelolaan limbah medis padat Praktik pengelolaan lombah medis padat di RSUD Kota Cilegon pada tahun 2012 menunjukkan bahwa dari 100 responden terdapat 46 perawat atau (46%) dengan praktik yang tidak baik dan praktik yang baik sebanyak 56 perawat atau (56%). Dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2: Distribusi Praktik Pengelolaan Limbah Medis Praktik Pengelolaan Limbah Medis F % Tidak Baik Baik 46 56 46 56

3. Faktor Penyebab Praktik Pengelolaan Limbah Medis Padat

Tabel.3 menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap praktik perawat dalam pengelolaan limbah medis padat diantaranya adalah pelatihan (p=0.000), pengetahuan (p=0.002) dan sikap (0.004). Adapun Rasio Prevalensi (PR) pada variabel tidak pernah mendapatkan pelatihan mempunyai peluang 12 kali praktik tidak baik dalam pengelolaan limbahmmedis padat, pengetahuan tidak baik berpeluang 6 kali dan sikap yang tidak baik berpeluang 4.6 kali praktik tidak baik dalam pengelolaan limbah medis padat.

Tabel 3: Distribusi Faktor Penyebab Praktik Pengelolaan Limbah Medis

Faktor

Praktik

Pengelolaan Limbah Medis Padat

RP 95% CI p

Tidak Baik Baik

n % n % Pelatihan Tidak Pernah Pernah 35 1 68.2 2.9 21 33 31.8 97.1 12.234 0.324-8.627 0.000 Pengetahuan Tidak Baik Baik 40 6 67.8 14.6 19 35 32.3 85.4 6.32 4.41-34.18 0.002 Sikap Tidak Baik Baik 35 11 94.6 17,5 2 52 5.4 82.5 4.61 4.41-32.19 0.004

(4)

PEMBAHASAN

Praktik Pengelolaan Limbah Medis Padat Praktik pengelolaan limbah medis padat yang tidak baik pada perawat di RSUD Kota Cilegon diantaranya, terdapat perawat yang menyatakan kadang jarang memakai sarung tangan sewaktu menangani limbah medis padat, termasuk sarung tangan kadang tidak dibuang di tempat penampungan limbah yang telah ditentukan jenis limbahnnya. Jarangnya perawat memakai masker sewaktu menangani limbah medis padat, sama halnya juga perawat dalam mencuci tangan terkadang jarang menggunakan sabun sebelum dan sesudah menangani limbah medis padat walaupun mperawat mencucitangan di dalam air yang mengalir. Adapun selama penanganan limbah medis padat berupa limbah benda tajam misalnya (jarum suntik), ada yang menyatakan kadang tidak dibuang kedalam tempat penampungan khusus seperti (safety box). Dengan demikian perawat kemunginan besar akan meningkatkan risiko terjadinya kecelakaan kerja dan penularan penyakit terutama kepada petugas kesehatan sebagai infeksi okupasional dari praktik pengelolaan limbah medis padat yang kurang baik tersebut.

Hal ini menurut hasil penelitian tentang tingkat risiko pemakaian APD dan higiene personal petugas laboratorium klinik Rumah Sakit Ciptomangunkusumo (RSCM) tahun 2006, ditemukan bahwa berdasarkan penggunaan APD, ternyata lebih dari 40 % petugas di tiga laboratorium (IGD, Hematologi, dan anak) berisiko tinggi terinfeksi penyakit berbahaya seperti HIV/AIDS. Adapun alasan petugas tidak menggunakanAPD dan tindakan personal hygiene ketika bekerja, pada umumnya (52%) karena di tempat kerjanya tidak tersedia APD. Alasan lain petugas tidak menggunakan APD adalah malas, lupa, tidak terbiasa, dan repot.4

Hal yang sama hasil penelitian yang dilakukan oleh Bachroen dkk tahun 2000 menunjukan masih didapatinya beberapa tindakan petugas yang potensial meningkatkan penularan penyakit kepada diri mereka, pasien yang dilayani dan masyarakat luas, diantaranya (1) cuci tangan yang kurang benar; (2) penggunaan sarung tangan yang kurang tepat; (3) penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman; (4) pembuangan peralatan tajam secara tidak aman; (5) teknik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang

tepat; (6) praktik kebersihan ruangan yang belum memadai.7

Pengaruh Pelatihan, Pengetahuan dan Sikap Hasil analisis menunjukkan bawa ada hubungan antara pelatihan, pengetahuan dan sikap pada perawat dengan praktik pengelolaan limbah medis padat di RSUD Kota Cilegon tahun 2012. Penelitian Liza S. Pengaruh karakteritik individu, pengetahuan, sikap dan peran petugas terhadap kepatuhan penggunaan alat pelindung diri di laboratorium patologi klinik Rumah Sakit Abdul Moeluk Banda Aceh, menunjukkan hasil diantaranya bahwa ada pengaruh yang signifikan terhadap tindakan perawat dalam membuang limbah medis padat, yaitu: pelatihan, pengetahuan, sikap, ketersediaan sarana, kebijakan rumah sakit berkaitan dengan limbah medis padat,diperoleh taraf singnifikasi masing-masing variabel p value <0,05.8

Pelatihan merupakan komponen penting dalam perlindungan pada tenaga kesehatan. Pelatihan atau training dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan berbagai keterampilan dan teknis pekerjaan tertentu. Jenis pelatihan atau training yang pernah diikuti seseorang berhubungan dengan bidang kerjanya akan dapat mempengaruhi keterampilan dan mental serta akan meningkatkan kepercayaannya pada kemampuan diri. Hal ini tentu akan berpengaruh positif pada perawat terhadap praktik pengelolaan limbah medis padat di Rumah Sakit.

penelitian yang dilakukan oleh Tarigan tentang Determinan Tindakan Perawat Dalam Membuang Limbah Medis Padat Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2008, menunjukkan hasil diantaranya bahwa ada 7 (tujuh) variabel yang berpengaruh terhadap tindakan perawat dalam membuang limbah medis padat, salah satunya yaitu: tingkat pengetahuan berkaitan dengan limbah medis padat,diperoleh taraf singnifikasi masing-masing variabel p value <0,05.9

Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukkan pula bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Dari pengalaman penelitian tertulis bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

(5)

Azwar tahun 2000, menyatakan bahwa sikap merupakan kecenderungan seseorang untuk berespon (baik secara positif maupun negatif) terhadap orang, objek atau situasi tertentu. Akan tetapi biasanya sikap seseorang dapat berubah-ubah yang diakibatkan karena adanya tambahan informasi tentang objek melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya.10

Penelitian yang dilakukan oleh Yusran M tahun 2008, tentang Kepatuhan penerapan prinsip-prinsip pencegahan infeksi pada perawat di Rumah Sakit Daerah Abdoel Muluk Bandar Lampung menunjukkan bahwa sikap yang positif dinilai sebagai penentu tingkat kepatuhan terhadap prinsip-prinsip pencegahan infeksi, dengan nilai p value (0.000).11

KESIMPULAN

Variabel penelitian yang berpengaruh signifikan terhadap praktik pengelolaan limbah medis padat antara lain pelatihan, pengetahuan dan sikap perawat di RSUD Kota Cilegon. SARAN

1. RSUD Kota Cilegon

Perencanaan Diklat jenjang berkelanjutan khusus pengelolaan limbah medis padat bagi tenaga kesehatan khususnya perawat di RSUD Kota Cilegon.

Kegiatan promosi kesehatan melalui pertemuan-pertemuan rutin yang dilakukan dalam kegiatan lokakarya mini, rapat kerja rutin, maupun kegiatan lainnya dalam rangka memberian informasi tentang bagaimana praktik pengelolaan limbah medis padat yang baik dan benar pada tenaga kesehatan khsusunya perawat.

2. Perawat RSUD Kota Cilegon

Motivasi kerja yang baik didukung oleh adanya komitmen bersama akan mendorong sikap penuh tanggungjawab dan peran aktif mengikuti aturan keselamatan kerja, mengingatkan dan menegur teman sejawat jika melakukan praktik yang kurang baik.

3. Penelitian Selanjutnya

Kajian komprehensif dengan menganalisa faktor-faktor baik secara langsung maupun tidak langsung yang mempengaruhi praktik pengelolaan limbah medis padat seperti,

penerapan kebijakan, dukungan fasilitas sarana dan dana, serta lingkungan kerja.

DAFTAR PUSTAKA

1. Peraturan Pemerintah RI No 19/1994 tentang Pelaksanaan Pengawasan Pengelolaan limbah B3 di Rumah Sakit.

2. Direktorat Jenderal PPM&PL. Modul Pengelolaan Limbah Medis Pada Sarana Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004.

3. Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon. Profil RSUD Kota Cilegon,2010.

4. Perwitasari D. Anwar A. Tingkat Risiko Pemakaian Alat Pelindung Diri dan Hygiene Petugas di Laboratorium Klinik RSUPN Ciptomangunkusumo, Jakarta.2000 (diunduh 12 juli 2012). Tersedia dari: www.ekologi.litbang.depkes.go.id/data/vol%2 05/Dian_1.pdf

5. Notoatmodjo, S. Pengantar pendidikan kesehatan Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta; 2003.

6. Arikunto, S. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: penerbit PT. Rineka Cipta;1997

7. Bachroen A. Nasution B. Faktor yang mempengaruhi praktik pencegahan infeksi (universal precaution). Jakarta. 2006 (diunduh 14 juni 2011). Tersedia dari: www.ekologi.litbang.depkes.go.id/data/vol%2 05/Dian_1.pdf

8. Liza S. Pengaruh karakteritik individu, pe;atihan, pengetahuan, sikap dan peran petugas terhadap kepatuhan penggunaan alat pelindung diri di laboratorium patologi klinik Rumah Sakit Abdul Moeluk Banda Aceh. Tesis; Universitas Sumatera Utara; 2009.(diunduh 16 Desember 2011). Tersedia dari: www. repository.usu.ac.id

9. Tarigan Yi (2008) Determinan Tindakan Perawat Dalam Membuang Limbah Medis Padat Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2008. (diunduh 14 juni

2011). Tersedia dari:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345678 9/26100/7/Cover.pdf.

10. Azwar S. (2000). Sikap manusia teori dan pengukurannya. Yogyakarta: Penerbit Pustaka pelajar.

(6)

11. Yusran M. Kepatuhan penerapan prinsip-prinsip pencegahan infeksi (universal precaution) pada perawat di Rumah Sakit Daerah Abdoel Muluk Bandar Lampung:

Prosiding seminar nasional sains dan teknologi II; 2008 November 17-18; Universitas lampung; hlm 83-90

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil pengamatan tentang pengelolaan limbah medis padat di RSUD Sleman Yogyakarta terdapat beberapa kekurangan atau ketidaksesuaian dari pengelolaan limbah medis padat di

Hasil penelitian, yaitu limbah medis padat di RSUD Nunukan berasal dari 9 ruangan, yaitu ruang melati, mawar, bougenville dan anggrek, cempaka, IGD, ICU, OK, laboratorium

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pengelolaaan limbah padat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Rantauprapat meliputi proses pewadahan, pemilahan,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan pengelolaan limbah medis padat di Rumah Sakit Umum Daerah Gunungtua Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun

Berdasarkan survei awal yang penulis lakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Tais dan setelah dilakukan wawancara dengan petugas rekam medis bahwa pada sistem

Kegiatan yang dilakukan oleh Rumah Sakit Pertamina dapat memproduksi limbah yang sebagian besar merupakan limbah padat medis. Limbah yang dihasilkan oleh rumah sakit dapat

Khairunnisa mengenai Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Ketersediaan Fasilitas dengan Praktik Petugas Pengumpul Limbah Medis di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten

Perencanaan pengelolaan limbah padat non medis ini bertujuan untuk merencanakan pengelolaan limbah padat non medis di Rumah Sakit Unniversitas Airlangga (RSUA) yang