• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADAT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH NUNUKAN KABUPATEN NUNUKAN. Oleh: NOWIN DUMA TO BIRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADAT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH NUNUKAN KABUPATEN NUNUKAN. Oleh: NOWIN DUMA TO BIRI"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

KABUPATEN NUNUKAN

Oleh:

NOWIN DUMA TO’BIRI

120 500 131

PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

S A M A R I N DA

2015

(2)

KABUPATEN NUNUKAN

Oleh:

NOWIN DUMA TO’BIRI

120 500 131

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III

Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

S A M A R I N DA

2015

(3)

KABUPATEN NUNUKAN

Oleh:

NOWIN DUMA TO’BIRI

120 500 131

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III

Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

S A M A R I N DA

2015

(4)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Karya Ilmiah : Pengelolaan Limbah Medis Padat Di Rumah Sakit Umum Daerah Nunukan Kabupaten Nunukan.

Nama : Nowin Duma To’Biri

NIM : 120 500 131

Program Studi : Manajemen Lingkungan Jurusan : Manajemen Pertanian

Dosen Pembimbing,

Ir. Emi Malaysia, MP NIP.19650101 199203 2 002 Penguji I, Dr. Ir. H. Suwarto, MP NIP.19641010 199203 1 003 Penguji II, Haryatie Sarie, SP., MP NIP. 19781013 200912 2 001

Lulus ujian pada tanggal: Menyetujui,

Ketua Program Studi Manajemen Lingkungan,

Ir. Dadang Suprapto, MP NIP.19620101 198803 1 003

Mengesahkan,

Ketua Jurusan Manajemen Pertanian,

Ir. M. Masrudy, MP NIP.19600805 198803 1 003

(5)

ABSTRAK

NOWIN DUMA TO’BIRI. Pengelolaan Limbah Medis Padat di Rumah Sakit

Umum Daerah Nunukan Kabupaten Nunukan (di bawah bimbingan Emi Malaysia).

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh keingintahuan penulis tentang pengelolaan limbah medis padat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Nunukan Kabupaten Nunukan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui asal, jenis dan pengelolaan limbah medis padat di RSUD Nunukan Kabupaten Nunukan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang asal, jenis, dan pengelolaan limbah medis padat di RSUD Nunukan Kabupaten Nunukan.

Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Nunukan, jalan Sei Fatimah, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara dan waktu penelitian selama 2 bulan mulai tanggal 07 Februari sampai 10 April 2015 meliputi kegiatan orientasi lapangan, persiapan alat dan bahan, pengambilan data, pengolahan data, dan penyusunan hasil penelitian.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Data primer diambil berdasarkan pengamatan di lapangan, memberikan kuisioner dan wawancara dengan nara sumber, data sekunder diambil dari Blog RSUD Nunukan dan buku laporan.

Hasil penelitian, yaitu limbah medis padat di RSUD Nunukan berasal dari 9 ruangan, yaitu ruang melati, mawar, bougenville dan anggrek, cempaka, IGD, ICU, OK, laboratorium sedangkan kamar mayat tidak terdata, Jenis limbah padat yang dihasilkan pada RSUD Nunukan, yaitu Jarum suntik, spuit, botol infus, botol obat, selang infus, kapas, masker, pampers, ampul, handscoon dan kain kasa, sedangkan limbah padat berupa jaringan tubuh manusia tidak terdata untuk tahapan pengelolaan limbah medis padat di RSUD Nunukan sudah sesuai dengan teori tahapan pengelolaan limbah medis padat menurut Kepmenkes No. 1204 tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

(6)

NOWIN DUMA TO’BIRI, lahir pada tanggal 07 September 1994

di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, merupakan anak ketiga dari enam bersaudara pasangan Bapak Daniel Duma To’Biri dan Ibu Yustina Losong.

Pendidikan dasar dimulai di Sekolah Dasar Negeri 002 Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, pada tahun 2000 dan lulus tahun 2006, pada tahun 2006 melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 02 Kabupaten Nunukan dan lulus pada tahun 2009. Selanjutnya pada tahun yang sama meneruskan ke SMA Pancasila Kabupaten Nunukan dengan mengambil jurusan IPS dan memperoleh ijazah pada tahun 2012. Pendidikan tinggi dimulai di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Jurusan Manajemen Pertanian, Program Studi Manajemen Lingkungan pada tahun 2012.

Selama 2 bulan pada tanggal 4 Maret sampai dengan tanggal 30 April 2015, penulis mengikuti kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) di Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja kota Samarinda.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh sebutan ahli madya pada program Diploma III (D3) Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, penulis membuat karya ilmiah dengan judul Pengelolaan Limbah Medis Padat Di Rumah Sakit Umum Daerah Nunukan Kabupaten Nunukan.

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Penulis dapat menjalankan penelitian tentang Pengelolaan Limbah Medis Padat di RSUD Nunukan Kabupaten Nunukan dan dapat menyelesaikan penulisan laporan Karya Ilmiah ini sesuai dengan yang diharapkan.

Karya Ilmiah ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, dan merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas akhir agar mendapat gelar Ahli Madya serta lulus di Perguruan Tinggi Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan laporan, penulis banyak menerima bantuan, bimbingan, dukungan, dan saran dari banyak pihak, oleh karena itu pada kesempatan yang baik ini penulis menyampaikan banyak ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan kepada:

1. Ibu Ir. Emi Malaysia, MP selaku Dosen pembimbing yang telah banyak mencurahkan perhatian untuk membimbing dan memberikan motivasi dan petunjuk dalam menyelesaikan laporan Karya Ilmiah ini.

2. Orang tua tercinta dan keluarga yang telah banyak memberi dukungan, baik dari segi moril dan material kepada penulis.

3. Bapak dr. H. Dulman L, M. Kes, Sp. OG selaku Direktur RSUD Nunukan yang telah menirima penulis untuk melaksanakan penelitian di RSUD Nunukan.

4. Seluruh staf di bagian Kesehatan Lingkungan RSUD Nunukan yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah banyak membantu dan mengajar penulis sampai selesainya penelitian.

5. Bapak Dr. Ir. H. Suwarto, MP selaku Dosen Penguji I. 6. Ibu Haryatie Sarie, SP., MP selaku Dosen Penguji II.

7. Bapak Ir. Dadang Suprapto, MP selaku Ketua Program Studi Manajemen Lingkungan.

8. Bapak Ir. M. Masrudy, MP selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian. 9. Bapak Ir. Hasanudin, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri

Samarinda.

10. Para staf pengajar, administrasi dan Pranata Laboratorium Pendidikan di Program Studi Manajemen Lingkungan yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu.

11. Rekan-rekan mahasiswa/i angkatan 2011 dan 2012 Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, khususnya Program Studi Manajemen Lingkungan, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan dalam penulisan Karya Ilmiah ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk kesempurnaan tulisan ini. Demikian Karya Ilmiah ini penulis buat untuk dapat dijadikan acuan pada penelitian yang akan datang maupun untuk panduan para pembaca Karya Ilmiah ini. Semoga Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Am in.

Nowin Duma To’Biri Kampus Sei Keledang, Agustus 2015

(8)

Halaman

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR TABEL iii

DAFTAR GAMBAR iv

DAFTAR LAMPIRAN v

BAB I. PENDAHULUAN 1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 3

A. Tinjauan Umum Rumah Sakit 3

B. Tinjauan Umum Limbah Medis Padat Rumah Sakit 8 C. Pengelolahan Limbah Medis Padat Rumah Sakit 13 D. Dampak Limbah Medis Padat Rumah Sakit 21

E. Metode Kualitatif 24

BAB III. METODE PENELITIAN 25

A. Waktu Dan Tempat penelitian 25

B. Alat Dan Bahan Penelitian 25

C. Prosedur Penelitian 26

D. Analisa Dan Pengolaan Data 28

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 29

A. Hasil 29

B. Pembahasan 35

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 39

A. Kesimpulan 39

B. Saran 39

DAFTAR PUSTAKA 41

(9)

Nomor

Halaman 1. Hasil Jawaban Kuisioner... 50 2. Surat Keterangan Penelitian di RSUD Nunukan ... 55

(10)

Nomor Tubuh Utama Halaman 1. Skema Pengelolaan Limbah Medis Padat di RSUD Nunukan 31

Nomor Lampiran Halaman

2. Wawancara Dengan Kepala Kesling RSUD Nunukan... 44

3. Pengambilan Data Penelitian ... 44

4. Jarum Suntik ... 45

5. Spuit ... 45

6. Botol Infus ... 45

7. Sarung Tangan (Handscoon) ... 45

8. Botol Obat ... 46 9. Masker ... 46 10. Selang Infus ... 46 11. Pampers... 46 12. Kapas ... 47 13. Kain Kasa... 47 14. Drum ... 48 15. Jerigen 5 Liter ... 48

16. Tempat Limbah Medis Padat Plastik Kecil Volume 20 Liter .... 48

17. Temapt Limbah Medis Padat Plastik Besar Volume 80 Liter .. 48

18. Mesin Pembakaran (Incenerator) Limbah Medis Padat ... 49

(11)

Nomor

Tubuh Utama Halaman 1. Daftar Kuisioner Penelitian ... 27 2. Asal dan Jenis Limbah Medis Padat di RSUD...

Nunukan ... 29 3. Pengelolaan Limbah Medis Padat Pada RSUD Nunukan .... 32 4. Berat Pembakaran Limbah Medis Padat pada RSUD

(12)

Dalam upaya menigkatkan derajat kesehatan masyarakat, khususnya di kota-kota besar semakin meningkat pendirian Rumah Sakit (RS). Sebagai akibat kualitas efluen limbah rumah sakit tidak memenuhi syarat. Limbah rumah sakit dapat mencemari lingkungan penduduk di sekitar rumah sakit dan dapat menimbulkan masalah kesehatan. Hal ini dikarenakan dalam limbah rumah sakit dapat mengandung berbagai jasad renik penyebab penyakit pada manusia termasuk demam typoid, kholera, disentri dan hepatitis sehingga limbah harus diolah sebelum dibuang ke lingkungan (Anonim, 1999).

Menurut Anonim (2004), setiap rumah sakit menghasilkan limbah berupa limbah padat, cair, gas ,infeksius, sangat infeksius dan sitotoksik. Limbah padat yang dihasilkan di rumah sakit perlu dilakukan pengelolaan limbah dengan baik, mulai fase penimbunan, pengumpulan, penyimpanan setempat, pengangkutan sampai pemusnahan di incenerator.

Limbah medis padat menyebabkan kasus nosokomial, Infeksi Nosokomial adalah infeksi silang yang terjadi pada perawat atau pasien saat dilakukan perawatan di rumah sakit (Alvarado, 2000). Sejalan dengan hasil penelitian

Burhanudin (2000), di Jawa Timur menunjukkan bahwa rumah sakit yang

sanitasi lingkungannya tidak memenuhi standar Kepmenkes RI No. 1204 tahun 2004 akan meningkatkan kasus nosokomial. Menurut Notoatmodjo (2007), pola perilaku petugas yang kurang memperhatikan aspek sanitasi lingkungan seperti tidak melakukan pemisahan limbah sesuai jenisnya, tidak melewati jalur khusus limbah dan lainnya serta kurangnya kesadaran petugas dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) seperti tidak menggunakan masker atau

(13)

sarung tangan ketika bekerja dapat meningkatkan jumlah kasus nosokmial karena dapat terjadi infeksi melalui udara atau tertusuk jarum bekas dan lainnya. Pada dasarnya prilaku didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap dari individu.

Menurut Anonim (2010), pembentukan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Nunukan Kabupaten Nunukan diawali dengan pengalihan fungsi puskesmas perawatan Kecamatan Nunukan yang didirikan pada tahun 1970 statusnya ditingkatkan menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Kab Nunukan pada 23 Januari 2003. SK Menteri Kesehatan No. 446/Menkes/SK/IV/2010 penetapan tipe C, pada 21 Oktober 2010, RSUD beralih status menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Perda No.10 Tahun 2011 tanggal 04 April 2011 penetapan tarif pelayanan RSUD kabupaten Nunukan.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis meneliti Pengelolaan Limbah Medis Padat di RSUD Nunukan Kabupaten Nunukan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui asal, jenis dan pengelolaan limbah medis padat di RSUD Nunukan Kabupaten Nunukan.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang asal, jenis dan pengelolaan limbah medis padat di RSUD Nunukan Kabupaten Nunukan.

(14)

A. Tinjauan Umum Tentang Rumah Sakit 1. Pengertian Rumah Sakit

Beberapa pengertian Rumah Sakit yang dikemukakan oleh para ahli sebagaimana dikutip (Azwar, 2010) adalah sebagai berikut:

a. Rumah Sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis profesional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan yang berkesinambung, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien (American Hospital Association, 1974 dalam Azwar,

2010).

b. Menurut Wolper dan Pena (1987) dalam Azwar (2010), mendefinisikan rumah sakit sebagai tempat dimana orang sakit mencari dan menerima pelayanan kedokteran serta tempat dimana pendidikan klinik untuk mahasiswa kedokteran, perawat serta berbagai tenaga profesi Kesehatan lainnya diselenggarakan.

c. Menurut Anonim (2009), Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

2. Tujuan Rumah Sakit

Menurut Bastian (2008), Rumah Sakit yang ideal adalah tempat di mana orang-orang yang sakit bisa mencari dan menerima perawatan, di samping itu juga memberikan pendidikan klinis kepada para mahasiswa-mahasiswa kedokteran, perawat, serta seluruh ahli kesehatan. Rumah sakit

(15)

yang dimaksud dapat juga memberikan pendidikan berkelanjutan bagi para dokter praktek dan secara bertahap menjalankan fungsi lembaga pembelajaran yang lebih tinggi bagi seluruh lingkungan, komunitas serta daerah. Selain peran pendidikannya, rumah sakit modern juga memimpin studi penyelidikan dan penelitian dalam ilmu pengetahuan kedokteran, baik tentang catatan klinis maupun para pasien, serta penelitian dasar dalam ilmu fisika dan ilmu kimia. Berubahnya penekanan dari pelayanan pasien inap ke pasien rawat jalan dan kemajuan teknologi kedokteran yang pesat, telah memfokuskan fasilitas yang ada sekarang untuk merencanakan kegiatan pengembangan penunjang medis dan pusat-pusat pelayanan pasien rawat jalan mandiri.Bangunan swadaya memungkinkan rumah sakit meminimalkan pengaruh keuangan yang kuat dari peraturan dan perundang-undangan yang menekan terhadap rumah sakit.

Kebutuhan akan sistem yang dapat mengintegrasikan dan membedakan terminologi, definisi serta karakter penting lembaga pelayanan kesehatan telah lama diakui. Kesulitan yang dihadapi dalam upaya menghubungkan dan membandingkan data yang diperoleh oleh agen-agen yang menggunakan terminologi dan definisi yang berbeda telah jelas terlihat selama bertahun-tahun.

Secara umum, organisasi kesehatan atau rumah sakit mempunyai tujuan mendorong peningkatan status kesehatan masyarakat secara mandiri, terpadu dan mampu berdaya saing antar individu, keluarga, masyarakat serta bangsa dalam kondisi lingkungan yang kondusif dan sehat. Sementara itu, tujuan khusus yang ingin dicapai yaitu :

(16)

a. Terwujudnya penyelenggaraan sistem kesehatan dalam organisasi kesehatan atau rumah sakit yang mencakup sistem pembangunan kesehatan, sistem pelayanan kesehatan dan sistem informasi kesehatan secara tepat, cepat serta akurat.

b. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat dengan penggunaan obat secara rasional.

c. Meningkatkan kemampuan dan kemandirian individu, keluarga serta masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan, status gizi, pencegahan dan pemutusan rantai penularan penyakit.

d. Meningkatkan pemakaian sarana sanitasi kesehatan dan pembangunan yang berwawasan lingkungan.

e. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan petugas dalam membentuk tenaga kesehatan yang profesional.

f. Dan menjalin kemitraan lintas sektor, LSM/Lembaga Masyarakat maupun Pemda dan lain sebagainya.

3. Fungsi Rumah Sakit

Menurut Anonim (2009), fungsi rumah sakit adalah :

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.

c. Penyelenggaaan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.

(17)

d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

4. Tipe -tipe Rumah Sakit

Menurut Azwar (1996), berdasarkan Permenkes RI Nomor 986/Menkes/Per/11/1992 pelayanan rumah sakit umum pemerintah Departemen Kesehatan dan Pemerintah Daerah diklasifikasikan menjadi kelas/tipe A,B,C,D dan E.

a. Rumah Sakit Kelas A

Rumah Sakit kelas A adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis luas oleh pemerintah, rumah sakit ini telah ditetapkan sebagai tempat pelayanan rujukan tertinggi (top referral hospital) atau disebut juga rumah sakit pusat.

b. Rumah Sakit Kelas B

Rumah Sakit kelas B adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran medik spesialis luas dan subspesialis terbatas. Direncanakan rumah sakit tipe B didirikan di setiap ibukota propinsi (provincial hospital) yang menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit kabupaten. Rumah sakit pendidikan yang tidak termasuk tipe A juga diklasifikasikan sebagai rumah sakit tipe B.

c. Rumah Sakit Kelas C

Rumah Sakit kelas C adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran subspesialis terbatas. Terdapat empat macam pelayanan spesialis disediakan yakni pelayanan penyakit dalam,

(18)

pelayanan bedah, pelayanan kesehatan anak, serta pelayanan kebidanan dan kandungan. Direncanakan rumah sakit tipe C ini akan didirikan di setiap kabupaten/kota (regency hospital) yang menampung pelayanan rujukan dari puskesmas.

d. Rumah Sakit Kelas D

Rumah Sakit ini bersifat transisi karena pada suatu saat akan ditingkatkan menjadi rumah sakit kelas C. Pada saat ini kemampuan rumah sakit tipe D hanyalah memberikan pelayanan kedokteran umum dan kedokteran gigi. Sama halnya dengan rumah sakit tipe C, rumah sakit tipe D juga menampung pelayanan yang berasal dari puskesmas.

e. Rumah Sakit Kelas E

Rumah sakit ini merupakan rumah sakit khusus (special hospital) yang menyelenggarakan hanya satu macam pelayanan kedokteran saja. Pada saat ini banyak tipe E yang didirikan pemerintah, misalnya rumah sakit jiwa, rumah sakit kusta, rumah sakit paru, rumah sakit jantung, dan rumah sakit ibu dan anak. Rumah sakit merupakan suatu kegiatan yang mempunyai potensi besar menurunkan kualitas lingkungan dan kesehatan masyarakat, terutama yang berasal dari aktivitas medis. Limbah rumah sakit dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu limbah medis dan limbah non medis. Untuk menghindari dampak negatif terhadap lingkungan perlu adanya langkah-langkah penanganan dan pemantauan lingkungan.

(19)

B. Tinjauan Umum Tentang Limbah Medis Padat Rumah Sakit 1. Pengertian Limbah Medis Padat Rumah Sakit

Menurut Anonim (2004), limbah rumah sakit adalah semua sampah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit baik dalam bentuk padat, cair maupun gas. Selanjutnya dijelaskan, bahwa limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis dan non medis. Adapun pengertian limbah medis rumah sakit adalah limbah yang terdiri dari limbah infeksius, sitotoksik, radioaktif, farmasi, kimiawi, patologi, benda tajam, container bertekanan, dan sampah dengan kandungan logam berat yang tinggi. sedangkan minimalisasi limbah adalah upaya yang dilakukan rumah sakit untuk mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan dengan cara mengurangi bahan (reduce), menggunakan kembali limbah (reuse) dan daur ulang limbah ( recycle).

2. Macam-macam Limbah Medis Padat

Menurut Chandra (2007) dalam Widiartha (2012), limbah yang dihasilkan dari rumah sakit serta Puskesmas dapat dibagi menjadi dua, seperti berikut: limbah medis (padat dan cair) dan limbah non medis (padat dan cair).

a. Limbah Medis

1) Limbah Padat Medis

Menurut Adisasmito (2007) dalam Widiartha (2012), Rumah Sakit serta Puskesmas merupakan penghasil limbah klinis/medis terbesar. Limbah klinis/medis ini bisa membahayakan dan menimbulkan gangguan kesehatan bagi pengunjung dan terutama

(20)

kepada petugas yang menangani limbah tersebut serta masyarakat sekitar. Limbah klinis/medis adalah limbah yang berasal dari pelayanan medis, perawatan gigi, farmasi atau yang sejenis, penelitian, pengobatan, perawatan atau pendidikan yang menggunakan bahan-bahan yang beracun, infeksius, berbahaya atau bisa membahayakan, kecuali jika dilakukan pengamanan tertentu. Berdasarkan potensi bahaya yang terkandung dalam limbah klinis/medis, maka jenis limbah dapat digolongkan sebagai berikut:

a) Limbah Benda Tajam

Limbah benda tajam merupakan objek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit, seperti jarum hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas dan pisau bedah. Semua benda tajam ini memiliki potensi berbahaya dan dapat menyebabkan cedera melalui sobekan atau tusukan. Benda-benda tajam yang terbuang mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi dan beracun, bahan sitotoksik atau radioaktif. Limbah benda tajam mempunyai potensi bahaya tambahan yang dapat menyebabkan infeksi atau cedera karena mengandung bahan kimia beracun atau radioaktif. Potensi untuk menularkan penyakit akan sangat besar bila benda tajam tersebut digunakan untuk pengobatan pasien infeksi atau penyakit infeksi.

b) Limbah Infeksius

Limbah infeksius mencakup pengertian limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular

(21)

(perawatan intensif) dan limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi penyakit menular. Namun beberapa institusi memasukkan juga bangkai hewan percobaan yang terkontaminasi atau yang diduga terkontaminasi oleh organisme patogen ke dalam kelompok limbah infeksius.

c) Limbah Jaringan Tubuh

Jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan, darah dan cairan tubuh biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau autopsi. Limbah ini dapat dikategorikan berbahaya dan mengakibatkan risiko tinggi infeksi kuman terhadap pasien lain, staf dan populasi umum (pengunjung serta penduduk sekitar) sehingga dalam penanganannya membutuhkan labelisasi yang jelas.

d) Limbah Sitotoksik

Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi dengan obat sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik. Penanganan limbah ini memerlukan absorben yang tepat dan bahan pembersihnya harus selalu tersedia dalam ruangan peracikan. Bahan-bahan tersebut antara lain swadust, granula absorpsi, atau perlengkapan pembersih lainnya. Semua pembersih tersebut harus diperlakukan sebagai limbah sitotoksik yang pemusnahannya harus menggunakan incenerator karena sifat racunnya yang tinggi. Limbah dengan kandungan obat sitotoksik rendah, seperti urin, tinja dan muntahan dapat dibuang ke dalam saluran air kotor.

(22)

Limbah sitotoksik harus dimasukkan ke dalam kantong plastik yang berwarna ungu yang akan dibuang setiap hari atau boleh juga dibuang setelah kantong plastik penuh. Metode umum yang dilakukan dalam penanganan minimalisasi limbah sitotoksik adalah mengurangi jumlah penggunaanya, mengoptimalkan ukuran kontainer obat ketika membeli, mengembalikan obat yang kadaluarsa ke pemasok, memusatkan tempat pembuangan bahan kemotherapi, meminimalkan limbah yang dihasilkan dan membersihkan tempat pengumpulan, menyediakan alat pembersih tumpahan obat dan melakukan pemisahan limbah.

e) Limbah Farmasi

Limbah farmasi dapat berasal dari obat-obat yang kadaluarsa, obat-obatan yang terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang terkontaminasi, obat-obatan yang dikembalikan oleh pasien atau dibuang oleh masyarakat, obat-obatan yang tidak lagi diperlukan oleh institusi yang yang bersangkutan, dan limbah yang dihasilkan selama produksi obat-obatan.

f) Limbah Kimia

Limbah kimia dihasilkan dari penggunaan kimia dalam tindakan medis, veterinari, laboratorium, proses sterilisasi dan riset.

g) Limbah Radioaktif

Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radionucleida. Limbah ini dapat berasal antara lain dari tindakan

(23)

kedokteran nuklir, radioimmunoassay , dan bakteri ologis, dapat berbentuk padat, cair atau gas. Beberapa bahan umumnya digunakan oleh rumah sakit.

h) Limbah Klinis

Dalam kaitan dengan pengelolaan limbah klinis, golongan limbah klinis dapat dikategorikan menjadi lima jenis berikut.

(1) Golongan A, terdiri dari dressing bedah, swab dan semua bahan yang bercampur dengan bahan tersebut, bahan-bahan linen dari kasus penyakit infeksi, serta seluruh jaringan tubuh manusia (terinfeksi maupun tidak), bangkai/jaringan hewan dari laboratorium dan hal-hal lain yang berkaitan dengan swab dan dressing.

(2) Golongan B, syringe bekas, jarum, catridge, pecahan gelas, dan benda-benda tajam lainnya.

(3) Golongan C, limbah dari ruang laboratorium dan post-partum, kecuali yang termasuk dalam golongan A.

(4) Golongan D, limbah bahan kimia dan bahan-bahan farmasi tertentu.

(5) Golongan E, bed-pan disposable, urinoir, incotinence-pad, dan stamage bags.

2) Limbah Cair Medis

Limbah cair medis adalah limbah cair yang mengandung zat beracun, seperti bahan-bahan kimia anorganik. Zat-zat organik yang berasal dari air bilasan ruang pelayanan medis apabila tidak dikelola dengan baik atau lanngsung dibuang kesaluran pembuangan umum

(24)

akan sangat berbahaya dan dapat menimbulkan bau yang tidak sedap serta

mencemari lingkungan.

b. Limbah Non Medis

1) Limbah Padat Non Medis

Menurut Chandra (2007) dalam Widiartha (2012), limbah padat non medis adalah semua sampah padat di luar sampah padat medis yang dihasilkan dari berbagai kegiatan, seperti berikut: Kantor atau administrasi, unit perlengkapan, ruang tunggu, ruang inap, unit gizi atau dapur, halaman parkir dan taman, unit pelayanan. Sampah/limbah yang dihasilkan dapat berupa kertas, karton, kaleng, botol, sisa makanan, kayu, logam, daun, serta ranting, dan sebagainya.

2) Limbah Cair Non Medis

Menurut Chandra (2007) dalam Widiartha (2012), limbah cair non medis merupakan limbah yang berupa:

a) Kotoran manusia seperti tinja dan air kemih yang berasal dari kloset dan putaran di dalam toilet atau kamar mandi.

b) Air bekas cucian yang berasal dari laundry.

C. Pengelolaan Limbah Medis Padat Rumah Sakit 1. Pengertian Pengelolaan Limbah Medis Padat Rumah Sakit

Pengelolaan yang tepat untuk limbah medis selain bergantung pada administrasi dan organisasi yang baik juga memerlukan kebijakan dan pendanaan yang memadai sekaligus partisipasi aktif dari staf yang terlatih dan terdidik. Kebijakan yang berlaku dalam pengelolaan limbah medis tidak dapat

(25)

efektif jika tidak diterapkan dengan seksama, konsisten dan menyeluruh

(WHO, 2005 dalam Widiartha, 2012).

2. Tahap-tahap Pengelolaan Limbah Medis Padat Rumah Sakit

Menurut Anonim (1998) dalam Widiartha (2012), pengelolaan limbah medis terdiri dari beberapa tahapan, antara lain sebagai berikut:

a. Pemilahan Limbah

Pemilahan jenis limbah medis padat mulai dari sumber yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksik, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat.

b. Pengumpulan Limbah

Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya. Sedangkan limbah jarum suntik tidak dianjurkan untuk dimanfaatkan kembali. Apabila rumah sakit maupun puskesmas tidak memiliki jarum sekali pakai (disposable), limbah jarum suntik dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui proses salah satu metode sterilisasi.

Tempat pengumpul limbah harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut: 1) Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air

dan mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya. 2) Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa mengotori

tangan

3) Terdapat minimal 1 buah untuk setiap kamar atau setiap radius 10 meter dan setiap radius 20 meter pada ruang tunggu terbuka.

(26)

4) Setiap tempat pengumpul sampah dilapisi dengan kantong plastik sebagai pembungkus sampah dengan lambang dan warna yang telah ditentukan.

5) Kantong plastik diangkat setiap hari atau kurang dari sehari bila 2/3 bagian telah terisi sampah.

6) Khusus untuk tempat pengumpul sampah kategori infeksius (plastik kuning) dan sampah sitotoksik (plastik ungu) segera dibersihkan dan didesinfeksi setelah dikosongkan, apabila akan dipergunakan kembali. Untuk memudahkan pengosongan dan pengangkutan, penggunaan kantong plastik pelapis dalam bak sampah sangat disarankan.

Berikut beberapa rekomendasi khusus yang harus dipatuhi oleh tenaga pendukung yang bertugas mengumpulkan limbah:

1) Limbah harus dikumpulkan setiap hari (atau sesuai frekuensi yang ditetapkan) dan diangkut ke pusat lokasi penampungan yang ditentukan.

2) Jangan memindahkan satu kantong limbah pun kecuali labelnya memuat keterangan lokasi produksi (rumah sakit dan bangsal atau bagian-bagiannya) dan isinya.

3) Kantong dan kontainer harus diganti segera dengan kantong dan kontainer baru dari jenis yang sama.

Pengumpulan dan penyimpanan limbah medis padat di lingkungan puskesmas, yaitu :

1) Pengumpulan limbah medis padat dari setiap ruangan penghasil limbah menggunakan troli khusus yang tertutup.

(27)

2) Penyimpanan limbah medis padat harus sesuai iklim tropis yaitu pada musim hujan paling lama 48 jam dan musim kemarau paling lama 24 jam.

c. Pengangkutan On Site

Pengangkutan limbah medis dari setiap ruangan penghasil limbah medis ke tempat penampungan sementara menggunakan troli khusus yang tertutup. Penyimpanan limbah medis harus sesuai iklim tropis yaitu pada musim hujan paling lama 48 jam dan musim kemarau paling lama 24 jam. Kereta, gerobak atau troli pengangkut hendaknya tidak digunakan untuk tujuan lain dan memenuhi persyaratan sebagai berikut: permukaan bagian dalam harus rata dan kedap air, mudah dibersihkan dan dikeringkan, limbah mudah diisikan dan dikosongkan, troli/alat angkut dicuci setelah digunakan, tidak ada tepi tajam yang dapat merusak kantong atau kontainer selama pemuatan maupun pembongkar muatan. Peralatan-peralatan tersebut harus jelas dan diberi label, dibersihkan secara regular dan hanya digunakan untuk mengangkut sampah. Setiap petugas hendaknya dilengkapi dengan alat proteksi dan pakaian kerja khusus. Kontainer harus mudah ditangani dan harus dibersihkan/dicuci dengan detergent.

d. Penampungan Sementara

Sebelum sampai tempat pemusnahan, perlu adanya tempat penampungan sementara, dimana sampah dipindahkan dari tempat pengumpulan harus dikemas sesuai dengan ketentuan yang ada, yaitu dalam kantong yang terikat atau kontainer yang tertutup rapat agar tidak terjadi tumpahan selama penanganan dan pengangkutan. Label yang

(28)

terpasang pada semua kantong atau kontainer harus memuat informasi dasar mengenai isi dan produsen sampah tersebut informasi yang harus tercantum pada label, yaitu: kategori limbah, tanggal pengumpulan, tempat atau sumber penghasil limbah medis dan tujuan akhir limbah medis. Lokasi penampungan harus dirancang agar berada di dalam wilayah instansi pelayanan kesehatan. Adapun syarat lokasi atau tempat penampungan sementara adalah sebagai berikut:

1) Area penampungan harus memililki lantai yang kokoh, impermiabel dan drainasenya baik

2) Harus terdapat persediaan air untuk tujuan pembersihan

3) Mudah dijangkau oleh staf yang bertugas menangani sampah serta kendaraan pengangkut sampah.

4) Persediaan perlengkapan kebersihan, pakaian pelindung dan kantong plastik harus diletakkan dilokasi yang cukup dekat dengan lokasi penampungan sampah

5) Lokasi penampungan tidak boleh berada di dekat lokasi penyimpanan makanan

6) Harus ada perlindungan dari sinar matahari dan pencahayaan yang baik.

e.

Pengangkutan Off Site

Petugas yang menangani limbah medis bertanggungjawab terhadap proses pengemasan yang aman dan pelabelan yang kuat dari limbah medis yang akan diangkut keluar lokasi penghasil limbah medis. Kendaraan yang digunakan untuk pengangkutan limbah medis tidak boleh digunakan untuk mengangkut materi lainnya. Apabila tidak ada

(29)

sarana untuk mengangkut limbah medis, harus disediakan bak terpisah dari sampah biasa di dalam alat truk pengangkut. Sarana tersebut harus selalu dalam keadaan terkunci kecuali saat pemuatan dan pembongkar muatan.

f. Pemusnahan Limbah

Limbah medis tidak diperbolehkan dibuang langsung ke tempat pembuangan akhir limbah domestik sebelum aman bagi kesehatan. Cara dan teknologi pengolahan ataupun pemusnahan limbah medis disesuaikan dengan kemampuan rumah sakit maupun puskesmas dan jenis limbah medis yang ada, dengan pemanasan menggunakan outoclave atau dengan pembakaran menggunakan incenerator. Metode yang digunakan tergantung pada faktor khusus yang sesuai dengan institusi, peraturan yang berlaku, aspek lingkungan yang berpengaruh terhadap masyarakat. Metode yang dapat digunakan antara lain:

1) Sanitary Landfill

Metode sanitary landfill dapat mencegah kontaminasi tanah dan air permukaan serta air tanah dan mengurangi pencemaran udara, bau serta kontak langsung dengan masyarakat umum. Beberapa unsur penting dalam desain dan penerapan sanitary landfill, antara lain: a) Akses ke lokasi dan area kerja dapat dijangkau oleh kendaraan

pengantar dampen gangkut limbah medis.

b) Keberadaan petugas di tempat yang mampu mengontrol secara efektif kegiatan operasional setiap hari. Pembagian lokasi mejadi fase-fase yang dapat ditangani dan dipersiapkan dengan tepat sebelum landfill mulai dioperasikan.

(30)

c) Penutupan yang kuat bagian dasar dan sisi lubang di lokasi untuk meminimalkan pergerakan cairan dari limbah (leachate) keluar lokasi.

d) Mekanisme yang kuat untuk penampungan leachate dan sistem pengolahan yang memadai jika perlu.

e) Pembuangan limbah yang terkelola disebuah lokasi yang kecil, memungkinkan limbah untuk disebar merata. Dipadatkan dan ditimbun (ditutup dengan tanah)setiap hari.

f) Selokan kecil untuk menampung air permukaan di sekitar perbatasan lokasi pembuangan.

g) Konstruksi lapisan penutup paling atas untuk meminimalkan masuknya air hujan jika setiap fase landfill sudah selesai.

2) Incenerator

Incenerator merupakan proses oksidasi kering bersuhu tinggi. Proses ini biasanya dipilih untuk mengolah limbah yang tidak dapat didaur ulang, dimanfaatkan kembali, atau dibuang di lokasi landfill. incenerator hanya digunakan untuk memusnahkan limbah klinis. Perlengkapan incenerator harus dipilih dengan cermat berdasarkan sarana dan prasarana yang tersedia dan situasi setempat. Adapun incenerator yang memenuhi persyaratan minimum.

a) Incenerator Bilik Tunggal

Incenerator jenis ini mengolah limbah berdasarkan sekumpulan demi sekumpulan, pemasukan limbah dan pemusnahan abu dilakukan secara manual. Pembakaran dipicu dengan penambahan bahan bakar dan harus dapat bertahan tanpa

(31)

penambahan bahan bakar lagi. Aliran udara masuk biasanya berasal dari ventilasi alami mulai dari mulut oven sampai ke cerobong.

b) Incenerator Drum

Incenerator drum atau lahan terbuka merupakan bentuk yang paling sederhana dari incenerator bilik tunggal. Metode ini harus dilakukan hanya sebagai upaya terakhir karena memang sulit untuk dapat membakar habis limbah tanpa menghasilkan asap yang berbahaya. Pilihan ini hanya tepat dilakukan dalam kondisi darurat selama kejadian luar biasa penyakit menular akut dan hanya boleh dilakukan pada sampah yang infeksius. Incenerator bata yang digunakan dalam kondisi yang serupa dapat dibangun dengan membentuk suatu ruang tertutup yang dikelilingi dinding bata atau dinding beton. Bila incenerator akan digunakan di rumah sakit serta puskesmas, maka beberapa faktor perlu diperhatikan adalah ukuran, desain yang disesuaikan dengan peraturan pengendalian pencemaran udara, penempatan lokasi yang berkaitan dengan jalur pengangkutan sampah/limbah dalam kompleks rumah sakit serta puskesmas dan jalur pembuangan abu dan sarana gedung untuk melindungi incenerator dari bahaya kebakaran. Incenerator hanya digunakan untuk memusnahkan sampah/limbah medis. Pembuangan dan pemusnahan limbah dapat ditempuh melalui dua alternatif:

(1) Pembuangan dan pemusnahan limbah medis dan non medis secara terpisah. pemisahan ini dimungkinkan bila Dinas

(32)

Kebersihan dapat diandalkan sehingga beban puskesmas tinggal memusnahkan limbah medis.

(2) Pembuangan dan pemusnahan limbah medis dan non medis dijadikan satu. Dengan demikian puskesmas harus menyediakan sarana yang memadai. Tapi penganjuran untuk pemusnahan limbah medis yaitu: tidak membuang langsung ketempat pembuangan akhir limbah domestik sebelum aman bagi kesehatan, menggunakan incenerator, menggunakan autoclave.

D. Dampak Limbah Medis Padat Rumah Sakit

Kegiatan rumah sakit serta puskesmas yang sangat kompleks tidak saja memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitarnya, tetapi juga kemungkinan dampak negatif. Dampak negatif berupa cemaran akibat proses kegiatan maupun limbah yang dibuang tanpa pengelolaan yang benar. Pengelolaan limbah rumah sakit maupun puskesmas yang tidak baik akan memicu risiko terjadinya kecelakaan kerja dan penularan penyakit dari pasien ke pekerja, dari pasien ke pasien, dari pekerja kepasien, maupun dari dan kepada masyarakat pengunjung (Ariyanto, 2007 dalam Widiartha, 2012). Menurut WHO (2005)

dalam Widiartha (2012), limbah medis yang berbahaya dapat mengakibatkan

infeksi atau cidera. Limbah medis yang tidak dikelola dengan baik akan memberikan dampak terhadap kesehatan, antara lain:

1. Dampak Limbah Infeksius dan Benda Tajam

Dampak yang ditimbulkan dari limbah infeksius dan benda tajam adalah infeksi virus seperti Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immunodeficiency Syndrome (HIV/AIDS) dan hepatitis, infeksi ini terjadi

(33)

melalui cidera akibat benda yang terkontaminasi umumnya jarum suntik. Cidera terjadi karena kurangnya upaya memasang tutup jarum suntik sebelum dibuang ke dalam kontainer, upaya yang tidak perlu seperti membuka kontainer tersebut dan karena pemakaian materi yang tidak anti robek dalam membuat kontainer. Risiko tersebut terjadi pada perawat, tenaga kesehatan lain, pelaksana pengelola sampah dan pemulung di lokasi pembuangan akhir sampah. Dikalangan pasien dan masyarakat, risiko tersebut jauh lebih rendah. Namun beberapa infeksi yang menyebabkan media lain atau disebabkan oleh agen yang lebih resisten dapat menyebabkan risiko yang bermakna pada masyarakat dan pasien. Contoh: pembuangan air kotor dari rumah sakit yang tidak terkendali yang merawat pasien kolera memberikan dampak yang cukup besar terhadap terjadinya wabah kolera di Negara Amerika Latin.

2. Dampak Limbah Kimia dan Farmasi

Penanganan zat kimia atau farmasi secara tidak tepat di instansi pelayanan kesehatan juga dapat menyebabkan cidera. Kelompok risiko yang terkena penyakit pernapasan atau kulit akibat terpajan zat kimia yang berwujud uap aerosol atau cairan adalah apoteker, ahli anestesi, tenaga perawat, pendukung serta pemeliharaan.

3. Dampak Limbah Sitotoksik

Potensi bahaya tersebut muncul dalam bentuk peningkatan kadar senyawa mutagenik di dalam urine pekerja yang terpajan dan meningginya risiko abortus. Tingkat keterpajanan pekerja yang membersihkan urinal (semacam pispot) melebihi tingkat keterpajanan perawat dan apoteker, pekerja tersebut kurang menyadari bahaya yang ada sehingga hanya melakukan sedikit pencegahan.

(34)

4. Dampak Limbah Radioaktif

Ada beberapa kecelakaan yang terjadi akibat pembuangan zat radioaktif secara tidak tepat. Kecelakaan terjadi adalah kasus yang mencakup radiasi di lingkungan rumah sakit akibat pemakaian instrumen radiologi yang tidak benar, penanganan bahan radioaktif secara tidak tepat atau pengendalian radioterapi yang tidak baik. limbah radio aktif dapat mengakibatkan kemandulan, wanita hamil melahirkan bayi cacat, kulit keriput. Pengaruh limbah rumah sakit atau puskesmas terhadap kualitas lingkungan dan kesehatan dapat menimbulkan berbagai masalah seperti:

a. Gangguan kenyamanan dan estetika ini berupa warna yang berasal dari sedimen, larutan, bau phenol, eutrofikasi dan rasa dari bahan kimia organik.

b. Kerusakan harta benda dapat disebabkan oleh garam yang terlarut (korosif, karat), air yang berlumpur dan sebagainya yang dapat menurunkan kualitas bangunan di sekitar lingkungan rumah sakit atau puskesmas. c. Gangguan/kerusakan tanaman dan binatang Ini dapat dapat disebabkan

oleh berbagai jenis bakteri, virus, senyawa– senyawa kimia, pestisida, serta logam seperti Hg, Pb, dan Cd yang berasal dari bagian kedokteran gigi. d. Gangguan genetik dan reproduksi meskipun mekanisme gangguan belum

sepenuhnya diketahui secara pasti, namun beberapa senyawa dapat menyebabkan gangguan atau kerusakan genetik dan sistem reproduksi manusia misalnya pestisida, bahan radioaktif.

E. Metode Kualitatif

Menurut Sugiyono (2010), metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah,

(35)

(sebagai lawannya eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci. Pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan trianggulas (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Nunukan, jalan Sei Fatimah, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara.

Waktu penelitian selama 2 bulan mulai tanggal 07 Februari sampai 10 April 2015 meliputi kegiatan orientasi lapangan, persiapan alat dan bahan, pengambilan data, pengolahan data, dan penyusunan hasil penelitian.

B. Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

a. Kamera, digunakan untuk mendokumentasikan selama proses penelitian berlangsung.

b. Alat tulis menulis, digunakan untuk mencatat segala informasi berkaitan dengan pengelolaan limbah medis padat.

c. Laptop, digunakan untuk mengolah data dan menyusun hasil penelitian. d. Kuisioner, digunakan untuk menggali informasi terkait asal, jenis, volume,

dan pengelolaan limbah medis padat di RSUD Nunukan.

2. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah limbah medis padat di RSUD Nunukan.

C. Prosedur Penelitian

Selama melaksanakan kegiatan penelitian, mengikuti tahapan-tahapan sebagai berikut :

1. Studi Literatur

Mencari referensi yang terkait dengan penelitian ini seperti referensi tentang rumah sakit, limbah medis padat dan bahayanya, pengelolaan limbah

(37)

medis padat, peraturan-peraturan dari pemerintah terkait ketentuan pengelolaan limbah dan lain-lain.

2. Perijinan dan Administrasi

Mengurus surat rekomendasi yang diperlukan untuk pelaksanaan penelitian.

3. Orientasi Lapangan

Melakukan orientasi lapangan untuk mengetahui keadaan tempat penelitian yaitu RSUD Kabupaten Nunukan.

4. Persiapan Alat dan Bahan

Menyiapkan peralatan dan bahan yang digunakan untuk penelitian agar memudahkan dan melancarkan dalam pengambilan data dan penyusunan hasil penelitian.

5. Pembuatan Kuisioner

Membuat kuisioner sebagai pedoman dalam pengambilan data (wawancara dengan petugas), daftar kuisioner dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Daftar Kuisioner Penelitian

Nama : NIP : Jabatan : Unit kerja : Lama bekerja : No Kuisioner

1 Berasal dari bagian/ruangan apa saja limbah medis padat di RSUD Nunukan ini?

2 Apa saja jenis-jenis limbah medis padat yang ada pada bagian/ruangan di RSUD Nunukan?

3 Berapa banyak petugas yang menangani limbah medis padat pada masing-masing bagian/ruangan di RSUD Nunukan?

4 Apa saja peralatan yang digunakan petugas untuk menangani limbah medis padat pada masing-masing bagian/ruangan di RSUD Nunukan? 5 Berapa jumlah alat yang digunakan petugas untuk menangani limbah

medis padat pada masing-masing bagian/ruangan di RSUD Nunukan? 6 Bagaimana cara pengelolaan limbah medis padat di RSUD Nunukan?

(38)

6. Pengumpulan data a. Primer

Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer dapat berupa opini subjek (orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiaatan, dan hasil pengujian. Pada penelitian ini data primer diambil berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara dengan petugas RSUD Nunukan.

b. Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data yang sudah tersedia sehingga kita tinggal mencari dan mengumpulkan data tersebut. Pada penelitian ini data sekunder diambil berdasarkan dari Blog RSUD Nunukan dan buku laporan.

7. Pengambilan Dokumentasi

Mendokumentasikan setiap kegiatan penelitian sebagai bukti penelitian.

8. Penyusunan Laporan Dan Hasil Penelitian

Menyusun laporan dan hasil penelitian dilakukan setelah semua data yang diperlukan sudah terkumpul.

D. Analisa Dan Pengolahan Data

Analisa dan pengolahan data pada penelitian ini menggunakan metode

kualitatif yaitu bertujuan mendapatkan informasi yang lebih mendalam tentang bagaimana Pengelolaan Limbah Medis Padat di RSUD Nunukan. Data penelitian ini yang dianalisa dan diolah adalah data primer dan data sekunder yang telah dikumpulkan selama penelitian.

(39)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.

Hasil

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap pengelolaan limbah medis padat di RSUD Kabupaten Nunukan diperoleh hasil sebagai berikut:

1. Asal dan Jenis Limbah Medis Padat

Berdasarkan hasil wawancara dengan 9 orang petugas dimasing-masing ruangan asal limbah medis padat yang dihasilkan oleh pasien yang ada dimasing-masing ruangan pada RSUD Nunukan yaitu 9 ruangan, lebih jelasnya tentang asal dan jenis limbah medis padat dapat dilihat pada Tabel 2 berikut:

Tabel 2. Asal dan Jenis Limbah Medis Padat di RSUD Nunukan.

No Asal Limbah Jenis Limbah

1. Melati (Ruang bersalin dan bayi) adalah bentuk pelayanan kesehatan dasar yang

menyelenggarakan pelayanan bagi wanita hamil, persalinan fisiologik, masa nifas, bayi baru lahir dan keluarga berencana

(Anonim 2012)

Jarum suntik, spuit, botol infus, selang infus, pampers dan handscoon

2. Mawar (Ruang rawat inap VIP) adalah bentuk pelayanan pasien yang perlu menginap untuk keperluan observasi, diagnose, dan terapi bagi individu dengan keadaan medis, bedah, penyakit kronis atau rehabilitasi dan memerlukan perawatan dokter setiap hari (Snook 2009)

Botol infus, jarum suntik, spuit, botol obat, handscoon, masker, kapas dan selang infus

3. Bougenville dan Anggrek (Ruang rawat inap kelas 2 dan kelas 1) adalah bentuk pelayanan pasien yang perlu menginap untuk keperluan observasi, diagnose, dan terapi bagi individu dengan keadaan medis, bedah, penyakit kronis atau rehabilitasi dan memerlukan perawatan dokter setiap hari (Snook 2009)

Jarum suntik, spuit, botol infus dan selang infus

(40)

Tabel 2. lanjutan

4. Cempaka (Ruang rawat inap ekonomi) adalah bentuk pelayanan pasien yang perlu menginap untuk keperluan observasi, diagnose, dan terapi bagi individu dengan keadaan medis, bedah, penyakit kronis atau rehabilitasi dan memerlukan perawatan dokter setiap hari

(Snook 2009)

Jarum suntik, spuit, kapas, botol obat, selang infus, handscoon, botol infus, kain kasa dan masker

5. IGD (Ruang yang menyediakan penanganan awal bagi pasien yang menderita sakit dan cidera) adalah unit pelayanan kesehatan dalam satu rumah sakit yang berfungsi menyelenggarakan pelayanan gawat darurat kepada masyarakat yang menderita penyakit akut dan mengalami kecelakaan (Anonim 2011)

Jarum suntik, spuit, botol infus,

handscoon, selang infus dan ampul.

6. ICU (Ruang rawat yang khusus pasien dengan penyakit, trauma dan komplikasi yang mengancam jiwa) adalah ruang rawat rumah sakit dengan staf dan

perlengkapan khusus ditujukan untuk mengelola pasien dengan penyakit trauma atau komplikasi yang mengancam jiwa

(Anonim 2015)

Jarum suntik, spuit, botol infus,

handscoon, selang infus dan masker.

7. OK (Ruang Operasi) adalah merupakan tindakan pembedahan pada suatu bagian tubuh

(Hancook 1999)

Jarum suntik, spuit, botol obat, kapas, botol infus, ampul, selang infus masker dan handscoon.

8. Laboratorium (Ruang Tempat melakukan riset dan penelitian) adalah suatu tempat untuk mengadakan percobaan, penyelidikan, dan sebagainya yang berhubungan dengan ilmu fisika, kimia, dan biologi atau bidang ilmu lain (Emha 2002)

Jarum suntik, spuit dan handscoon.

(41)

2. Pengelolaan Limbah Medis Padat

Skema pengelolaan limbah medis padat di RSUD Nunukan dapat dilihat pada Gambar 1 berikut:

Gambar 1. Skema Pengelolaan Limbah Medis Padat di RSUD Nunukan

PEMUSNAHAN ( INCENERATOR )

PEMILAHAN DAN PENGUMPULAN

PENGANGKUTAN ON SITE

PENGANGKUTAN OFF SITE PENAMPUNGAN

(42)

Pengelolaan limbah medis padat di RSUD Nunukan dapat juga dilihat pada Tabel 3 berikut:

Tabel 3. Pengelolaan Limbah Medis Padat Pada RSUD Nunukan

No Tahapan

Pengelolaan

Ruangan Keterangan

1. Pemilahan dan Pegumpulan

a. Melati - Limbah benda tajam (Jarum suntik dan spuit) dikumpulkan ke dalam jirigen volume 5 liter yang berjumlah 2 buah

- Limbah Klinis (Botol infus, selang infus, pampers dan handscoon) dikumpulkan ke dalam tempat sampah plastik kecil volume 20 liter yang berjumlah 5 buah dan telah dilapisi kresek berwarna kuning. b. Mawar - Limbah benda tajam (Jarum suntik

dan spuit) dikumpulkan ke dalam jirigen volume 5 liter yang berjumlah 1 buah

- Limbah Klinis (Botol infus, jarum suntik, spuit, botol obat, handscoon, masker, kapas dan selang infus) dikumpulkan ke dalam tempat sampah plastik kecil volume 20 liter yang berjumlah 18 buah dan telah dilapisi kresek berwarna kuning. c. Bogenville dan

Anggrek

- Limbah benda tajam (Jarum suntik dan spuit) dikumpulkan ke dalam jirigen volume 5 liter yang berjumlah 1 buah

- Limbah Klinis (Jarum suntik, spuit, botol infus dan selang infus) dikumpulkan ke dalam tempat sampah plastik kecil volume 20 liter yang berjumlah 28 buah dan telah dilapisi kresek berwarna kuning. d. Cempaka - Limbah benda tajam (Jarum suntik

dan spuit) dikumpulkan ke dalam jirigen volume 5 liter yang berjumlah 1 buah

- Limbah Klinis (Kapas, botol obat, selang infus, handscoon, botol infus, kain kasa dan masker) dikumpulkan ke dalam tempat sampah plastik kecil volume 20 liter liter yang berjumlah 24 buah dan telah dilapisi kresek berwarna kuning.

e. IGD - Limbah benda tajam (Jarum suntik dan spuit) dikumpulkan ke dalam jirigen volume 5 liter yang berjumlah 1 buah

- Limbah Klinis (Botol infus,

handscoon, selang infus dan ampul)

(43)

sampah plastik kecil volume 20 liter yang berjumlah 5 buah dan telah dilapisi kresek berwarna kuning. f. ICU - Limbah benda tajam (Jarum suntik

dan spuit) dikumpulkan ke dalam jirigen volume 5 liter yang berjumlah 1 buah

- Limbah Klinis (Botol infus,

handscoon, selang infus dan

masker) dikumpulkan ke dalam tempat sampah plastik kecil volume 20 liter yang berjumlah 2 buah dan telah dilapisi kresek berwarna kuning.

g. OK - Limbah benda tajam (Jarum suntik dan spuit) dikumpulkan ke dalam jirigen volume 5 liter yang berjumlah 1 buah

- Limbah Klinis (Botol obat, kapas, botol infus, ampul, selang infus masker dan handscoon) dikumpulkan ke dalam tempat sampah plastik kecil volume 20 liter yang berjumlah 2 buah dan telah dilapisi kresek berwarna kuning. - Limbah medis padat berupa jaringan

tubuh manusia tidak terdata. h. Laboratorium - Limbah benda tajam (Jarum suntik

dan spuit) dikumpulkan ke dalam jirigen volume 5 liter yang berjumlah 1 buah

- Limbah Klinis (handscoon) dikumpulkan ke dalam tempat sampah plastik kecil volume 20 liter yang berjumlah 4 buah dan telah dilapisi kresek berwarna kuning 2. Pengangkutan On Site Mawar, Melati, Bougenville dan Anggrek, Cempaka, IGD, ICU, OK dan Laboratorium

Pengangkutan limbah medis padat ke tempat penampungan sementara dilakukan oleh perawat yang bertugas di masing-masing ruangan apabila tempat sampah plastik kecil volume 20 liter telah penuh.

3. Penampungan Sementara Mawar, Melati, Bougenville dan Anggrek, Cempaka, IGD, ICU, OK dan Laboratorium

Penampungan sementara limbah medis padat berupa tempat sampah plastik berbentuk tabung dengan volume 80 liter yang berada dimasing-masing ruangan.

Jumlah tempat sampah plastik untuk masing-masing ruangan adalah sebagai berikut: Mawar 3 buah, Melati 3 buah, Bougenville dan Anggrek 7 buah, Cempaka 4 buah, IGD 9 buah, ICU 3 buah, OK 3 buah dan

(44)

4. Pengangkutan Off Site Mawar, Melati, Bougenville dan Anggrek, Cempaka, IGD, ICU, OK dan Laboratorium

Pengangkutan limbah medis padat ke tempat pemusnahan limbah dilakukan oleh petugas kebersihan pada pukul 07.00-09.00 pagi setiap hari

mengguna-kan troli. Petugas pengangkutan off site limbah medis padat berjumlah 1 orang setiap ruangan. APD yang digunakan petugas adalah masker, handscoon dan sepatu boot

5. Pemusnahan Tempat Pemusnahan

Limbah medis padat yang sudah siap dimusnahkan harus ditimbang terlebih dahulu menggunakan timbangan dan hasilnya dicatat. Limbah spuit dan jarum suntik dipisahkan, untuk limbah jarum suntik dihancurkan menggunakan alat penghancur yang berjumlah 1 buah dan limbah medis lain dibakar menggunakan alat pembakar

(incenerator) yang berjumlah 1 buah dan abunya dimasuk -kan ke dalam drum seng dan di simpan ke TPS LB3. Petugas pemusnahan limbah medis padat berjumlah 2 orang. APD yang digunakan petugas adalah masker,

handscoon dan sepatu boot.

Pembakaran dilakukan setiap hari setelah semua limbah medis padat dari masing-masing ruangan terkumpul di tempat pemusnahan.

(45)

3. Data Pembakaran Limbah Medis Padat RSUD NunukanTahun 2014

Dari data sekunder dapat diketahui bahwa berat pembakaran limbah medis padat di RSUD Nunukan tahun 2014 yang dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Berat Pembakaran Limbah Medis Padat pada RSUD Nunukan Tahun

2014

Sumber: Buku Laporan Pembakaran Limbah Medis Padat Tahun 2014

B.

Pembahasan

1. Asal dan Jenis Limbah Medis Padat

Di RSUD Nunukan, asal atau ruangan yang menghasilkan limbah medis padat terdiri dari 9 ruangan yaitu Mawar, Melati, Bougenville dan Anggrek, Cempaka, ICU, IGD, OK, dan Laboratorium sedangkan Kamar Mayat tidak terdata, dimana ke 9 ruangan ini merupakan pusat penghasil limbah medis padat. Menurut pendapat Adisasmito (2007) dalam Widiartha (2012), bahwa limbah klinis/medis adalah limbah yang berasal dari pelayanan medis, perawatan gigi, farmasi atau yang sejenis, penelitian, pengobatan, perawatan, atau pendidikan yang menggunakan bahan-bahan beracun, infeksius, berbahaya atau bisa membahayakan, kecuali jika dilakukan pengamanan tertentu.

Bulan

Sumber Limbah (Kg)

Jumlah

Mawar Melati Anggrek Bougenvile Cempaka IGD ICCU OK LAB

1 158,2 22,5 113,6 164,6 296,7 83,6 58 197,5 45 1134,7 2 132,2 15 45,6 75,2 199 51,1 27 99 32,2 676,3 3 133,2 7,1 67 95,3 142,1 66,1 15,2 60 31 617 4 107 5,1 52 79,2 178,2 74 30,1 8 27,1 560,7 5 127,5 10 66 96,5 144 85 87 7 21 644 6 177 27 60,5 73 151 88 52 152,5 23 804 7 124 15 75,5 107 189 71,5 114,5 143,5 24,5 864,5 8 164 2 93 170,6 248 127 77 232 24 1137,6 9 187,5 11 144,5 177,5 195 99 104 184 21 1121,5 10 217,1 11 113,5 169,5 269 125 67 176,5 31 1179,6 11 202,6 10,5 57,5 134 252,5 133 85 182 23 1080,1 12 170,1 11 81 159,1 228 143 89 167 28 1076,2 Jumlah 1900,4 147,2 969,7 1501,5 2492,5 1146,3 805,8 1612 330,8 10906,2

(46)

Adapun jenis-jenis limbah medis padat pada ruangan Melati terdiri dari 6 macam yaitu jarum suntik, spuit, botol infus, selang infus, pampers dan handscoon. Pada ruangan Mawar terdiri dari 8 macam yaitu botol infus, jarum suntik, spuit, botol obat, handscoon, masker, kapas dan selang infus. Ruangan bougenville dan Anggrek terdiri dari 4 macam yaitu Jarum suntik, spuit, botol infus dan selang infus. Pada ruangan Cempaka terdiri dari 9 macam yaitu jarum suntik, spuit, kapas, botol obat, selang infus, handscoon, botol infus, kain kasa dan masker. Pada ruangan IGD terdiri dari 6 macam yaitu jarum suntik, spuit, botol infus, handscoon, selang infus dan ampul. Pada ruangan ICU terdiri dari 6 macam yaitu jarum suntik, spuit, botol infus, handscoon, selang infus dan masker. Pada ruangan OK terdiri dari 9 macam yaitu jarum suntik, spuit, botol obat, kapas, botol infus, ampul, selang infus masker dan handscoon. Pada ruangan Laboratorium terdiri dari 3 macam yaitu Jarum suntik, spuit dan handscoon. Pada ruangan Kamar Mayat jenis limbah medis padat tidak terdata. Menurut Adisasmito (2007) dalam

Widiartha (2012), bahwa jenis limbah medis padat dapat digolongkan yaitu

limbah benda tajam, limbah infeksius, limbah jaringan tubuh, limbah sitotoksik, limbah farmasi, limbah kimia, limbah radioaktif, limbah klinis.

2. Pengelolaan Limbah Medis Padat

Pengelolaan limbah medis padat di mulai pada pemilahan dan pengumpulan pada 8 ruangan yaitu Mawar, Melati, Bougenville dan Anggrek, Cempaka, ICU, IGD, OK dan Laboratorium sedangkan 1 ruangan yaitu kamar mayat tidak terdata.

Pengangkutan on site limbah medis padat dari ke 8 ruangan tersebut yaitu limbah medis padat diangkut ke tempat penampungan sementara yang

(47)

dilakukan oleh perawat yang bertugas di masing-masing ruangan apabila tempat sampah plastik berukuran 20 liter telah penuh.

Penampungan sementara limbah medis padat yaitu tempat penampungan berupa tempat sampah plastik berbentuk tabung dengan volume 80 liter yang berada dimasing-masing ruangan.

Pengangkutan off site yaitu pengangkutan limbah medis padat ke tempat pemusnahan dilakukan oleh petugas kebersihan pada pukul 07.00-09.00 pagi setiap hari dengan menggunakan troli.

Pemusnahan limbah medis padat di RSUD Nunukan melalui pembakaran dengan menggunakan mesin pembakaran (incenerator), limbah medis padat sebelum dibakar ditimbang terlebih dahulu, kemudian limbah spuit dan jarum suntik dipisahkan, untuk limbah jarum suntik dihancurkan menggunakan alat penghancur dan untuk limbah medis lain dibakar menggunakan incenerator dan abunya dimasukkan ke dalam drum dan disimpan ke TPS LB3. Pembakaran dilakukan setiap hari setelah semua limbah medis padat dari masing-masing ruangan terkumpul di tempat pemusnahan.

Berdasarkan tahapan-tahapan pengelolaan limbah medis padat yang telah dilakukan oleh RSUD Nunukan tersebut di atas, bahwa pengelolaan limbah medis padat telah sesuai dengan teori pengelolaan limbah medis padat, hal ini sesuai dengan pendapat Anonim (2004) dan Anonim (1998)

dalam Widiartha (2012), yang menyatakan bahwa tahapan-tahapan

penglolaan limbah medis padat terdiri dari pemilahan limbah, pengumpulan limbah, pengangkutan on site, penampungan sementara, pengangkutan off site dan pemusnahan limbah.

(48)

3. Data Pembakaran Limbah Medis Padat RSUD Nunukan Tahun 2014

Dari hasil penelitian adapun berat pembakaran limbah medis padat pada tahun 2014 yaitu meliputi ruang Melati 147.2 kg, Mawar 1900.4 kg, Anggrek 969.7 kg, Bougenville 1501.5 kg, Cempaka 2492.5 kg, IGD 1146.3 kg, ICU 805.8 kg, OK 1612 kg dan Laboratorium 330.8 kg. Sehingga total jumlah berat limbah medis padat RSUD Nunukan pada ahun 2014 adalah 10906.2 kg.

Pada setiap ruangan juga sering ditemukan sampah umum yang bercampur dengan limbah medis padat, padahal sudah terdapat tanda yang jelas tentang pemisahan sampah menurut jenisnya untuk dibuang, hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan ataupun kesengajaan yang dilakukan baik pihak rumah sakit maupun pengunjung, sehingga menyulitkan proses pembakaran karena harus dipisahkan terlebih dahulu antara limbah medis padat dengan sampah umum . Pada proses pengelolaan limbah medis padat didapati juga petugas yang tidak menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) dengan lengkap sehingga dapat membahayakan keselamatan petugas itu sendiri.

(49)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan di atas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Asal limbah medis padat di RSUD Nunukan dihasilkan dari 9 ruangan, yaitu ruang melati, mawar, bougenville dan anggrek, cempaka, IGD, ICU, OK, laboratorium sedangkan Kamar mayat tidak terdata.

2. Jenis limbah padat yang dihasilkan pada RSUD Nunukan, yaitu Jarum suntik, spuit, botol infus, botol obat, selang infus, kapas, masker, pampers, ampul, handscoon dan kain kasa, sedangkan limbah padat berupa jaringan tubuh manusia tidak terdata.

3. Tahapan pengelolaan limbah medis padat di RSUD Nunukan sudah sesuai dengan teori tahapan pengelolaan limbah medis padat menurut Kepmenkes No. 1204 tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diperoleh, maka beberapa saran yang dikemukakan adalah sebagai berikut:

1. Implementasi Kepmenkes No. 1204 tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit yang telah dilaksanakan oleh RSUD Nunukan agar dipertahankan dan ditingkatkan.

2. Peningkatan kesadaran diri dari masyarakat dan juga pihak rumah sakit untuk membuang sampah pada tempatnya dan sesuai dengan jenisnya.

(50)

3. Dalam proses pengelolaan limbah medis padat sebaiknya petugas menggunakan APD yang lengkap dan memadai, agar dapat terhindar dari bahaya.

(51)

Alvarado, 2000. Tentang Pengertian Kasus Nosokomial.

Anonim, 1999. Peraturan tentang Pengendalian Dampak Lingkungan.

Anonim, 2004 . Kepmenkes RI NO 1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang

Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Jakarta.IV.Depkes RI 2004

Anonim, 2009 . Undang-Undang No. 44 tahun 2009 Tentang Rumah Sakit,

Fungsi Rumah Sakit.

Anonim, 2010 . Profil Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Nunukan

http://rsud.nunukankab.go.id/statis-1-profil.html. Di akses pada tanggal 22 Januari 2015.

Anonim, 2011. www.scribd.com/2011/Pedoman-Rawat-Jalan-IGD-pdf#scribd. Di

akses pada tanggal 18 Agustus 2015.

Anonim, 2012. http;//princeskalem.blogspot.com/2012/perencanaan-ruang-bersalin.html. Di akses pada tanggal 18 Agustus 2015.

Anonim, 2015.

http;//rsa.ugm.ac.id/2015/peran-perawat-dalam-meningkatkan-mutu-pelayanan-keperawatan-intensif/html. Di akses pada tanggal 18 Agustus 2015.

Azwar, 1996 . Menuju Pelayanan Kesehatan Yang Lebih Bermutu. Jakarta:

Yayasan Penerbitan Ikatan Dokter

Azwar, 2010 . Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Bina Rupa Aksara. Bastian, 2008 . Akuntansi Kesehatan. Jakarta: Erlangga

Burhanudin, 2000 . Hasil Penelitian Di Jawa Tentang Sanitasi Lingkungan. Emha, H. 2002. Pedoman Penggunaan Laboratorium Sekolah, PT. Remaja

Roesda Karya, Bandung.

Hancook, 1999. Strawberries, Crop Production Science in Horticulture. CABI

Publishing. USA.

Notoatmodjo, 2007 . Perilaku Didasari Oleh Pengetahuan, Kesadaran Dan

Sikap Dari Individu.

Sugiyono, 2010 . Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

(52)

Snook, 2009. Pelayanan perawatan rumah sakit. Diakses melalui http;//google.scribd.com [pada tanggal 2 April 2012].

Widiartha, KY. 2012 . Analisis Sistem Pengelolaan Limbah Medis Puskesmas

Di Kabupaten Jember Bagian Kesehatan Lingkungan Dan Kesehatan Keselamatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember (Skripsi S1). (diakses pada1 januari 2015)

(53)

Lampiran 1. Kegiatan Penelitian

Gambar 2. Wawancara Dengan Kepala Kesling RSUD Nunukan

(54)

Lampiran 1. Lanjutan

Gambar 4. Jarum Suntik

Gambar 6. Botol Infus

Gambar 5. Spuit

Gambar 7. Sarung Tangan (handscoon)

(55)

Lampiran 1. Lanjutan

Gambar 8. Botol Obat Gambar 9. Masker

(56)

Lampiran 1. Lanjutan

(57)

Lampiran 1. Lanjutan

Gambar 14. Drum Gambar 15. Jerigen 5 Liter

Gambar 17. Tempat Limbah Medis Padat Plastik Besar Volume 80 Liter Gambar 16. Tempat Limbah Medis

Padat Plastik Kecil Volume 20 Liter

(58)

Lampiran 1. Lanjutan

Gambar 18. Mesin Pembakaran (Incenerator) Limbah Medis Padat

Gambar 19. Alat Penghancur Limbah Medis Padat Jarum Suntik

Gambar

Tabel 1.  Daftar Kuisioner  Penelitian  Nama            :    NIP                :   Jabatan         :   Unit kerja       :   Lama bekerja :    No  Kuisioner
Tabel 2. Asal dan Jenis Limbah Medis Padat di RSUD Nunukan.
Tabel 2. lanjutan
Gambar 1. Skema Pengelolaan Limbah Medis Padat di RSUD Nunukan  PEMUSNAHAN
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ruang Kepala dan Pelaksana Seksi Verifikasi dan Akuntansi berada pada lantai 1 gedung KPPN, dilengkapi dengan meja/kursi kerja kepala seksi dan pelaksana, 2 unit PC

Penelitian mengenai pengelolaan limbah medis padat di instansi kesehatan (rumah sakit, puskesmas, klinik gigi, laboratorium, dll) dan dampak yang ditimbulkan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pengelolaaan limbah padat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Rantauprapat meliputi proses pewadahan, pemilahan,

Dari hasil pengklasifikasi menggunakan algoritma MOA, didapatkan bahwa terdapat 2 tipe aerosol utama dan 1 tipe aerosol campuran untuk wilayah kajian, yakni

Tugas akhir ini bertujuan memilih perangkat lunak HRM yang tepat untuk perusahaan Radar Jember dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP), dimana

Dalam penelitian ini dibatasi pada peningkatan kompetensi belajar dengan menggunakan metode pembelajaran SQ4R pada mata pelajaran menggambar busana dengan materi bagian-bagian

Sebelum mengakses setiap informasi yang berkaitan dengan penelitian, petugas harus menandatangani formulir pernyataan persetujuan untuk melindungi keamanan