• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Film bermula pada akhir abad ke-19 sebagai teknologi baru, yang kemudian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Film bermula pada akhir abad ke-19 sebagai teknologi baru, yang kemudian"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang Penelitian

Film bermula pada akhir abad ke-19 sebagai teknologi baru, yang kemudian berubah menjadi alat presentasi dan distribusi dari tradisi hiburan yang lebih tua, menawarkan cerita, panggung, musik, drama, humor, dan trik teknis bagi konsumsi populer. Film juga hampir menjadi media massa yang sesungguhnya dalam artian bahwa film mampu menjangkau populasi dalam jumlah besar dengan cepat, bahkan di wilayah pedesaan. Sebagai media massa, film merupakan bagian dari respons terhadap penemuan waktu luang, waktu libur dari kerja, dan sebuah jawaban atas tuntutan untuk cara menghabiskan waktu luang keluarga yang sifatnya terjangkau dan (biasanya) terhormat. Film memberikan keuntungan budaya bagi pekerja yang telah dinikmati oleh kehidupan sosial mereka yang cukup baik. Dinilai dari pertumbuhannya yang fenomenal, permintaan yang dipenuhi oleh film sangatlah tinggi. Dari elemen penting yang disebutkan di atas, bukanlah teknologi ataupun iklim politik, tetapi kebutuhan individu yang dipenuhi oleh filmlah yang paling penting1.

1

(2)

Pencirian film sebagai “bisnis pertunjukan” dalam bentuk baru bagi pasar yang meluas bukanlah keseluruhan ceritanya. Terdapat tiga elemen penting lainnya dalam sejarah film. Pertama, penggunaan film untuk propaganda sangatlah signifikan, terutama jika diterapkan untuk tujuan nasional atau kebangsaan, berdasarkan jangkauannya yang luas, sifatnya yang riil, dampak emosional, dan popularitas. Film berperan sebagai sarana baru yang digunakan untuk menyebarkan hiburan yang sudah menjadi kebiasaan terdahulu, serta menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, lawak, dan sajian teknis lainnya kepada masyarakat umum2. Kehadiran film sebagian merupakan respons terhadap “penemuan” waktu luang di luar jam kerja dan jawaban terhadap kebutuhan menikmati waktu senggang secara hemat dan sehat bagi seluruh anggota keluarga. Jadi, film membuka kemungkinan bagi kelas pekerja untuk menikmati unsur budaya yang sebelumnya telah dinikmati oleh orang-orang yang berbeda di”atas” mereka.

Gambar bergerak (film) adalah bentuk dominan dari komunikasi massa visual di belahan dunia sekarang ini. Lebih dari ratusan juta orang menonton film di bioskop, film di televisi dan film video laser setiap minggunya. Di Amerika Serikat dan Kanada lebih dari satu juta tiket film terjual setiap tahunnya3. Film atau motion pictures itu sendiri ditemukan dari hasi pengembangan prinsip-prinsip fotografi dan proyektor.

2

Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, Erlangga, Jakarta, 1987, hal. 13-15

3

Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2007, hal. 134 - 135

(3)

Penulis sendiri memilih film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita sebagai media penelitiannya. Yang mana film tersebut menceritakan fenomena-fenomena atau masalah-masalah yang dialami oleh wanita dan menyoroti sudut pandang wanita ketika dihadapkan pada permasalahan yang tak jarang terjadi di lingkungan sosial itu. Alasan penulis dalam memilih film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita sebagai media dalam mendukung penelitian, selain karena ketertarikan pribadi dengan alur cerita yang disuguhkan, juga karena film ini banyak mengandung nilai-nilai empati yang menjadi objek penelitian.

Keunggulan film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita sendiri adalah dirilisnya film ini di ajang Indonesia Film Festival yang diadakan di Melbourne dan Sydney, Australia pada bulan Agustus 2010, dilanjutkan dengan pemutaran film di ajang Balinale International Film Festival pada bulan Oktober 2010, dan terakhir diputar di ajang The Indonesia Film Festival pada bulan Desember 2010. Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita dinominasikan atas enam kategori di ajang Festival Film Indonesia yang diadakan di Jakarta tahun 2010 dengan memenangkan dua penghargaan diantaranya Happy Salma sebagai Pemeran Pendukung Terbaik, dan Rangga Djoned sebagai Artis Pendatang Baru Terbaik, serta dinominasikan atas delapan penghargaan dalam Indonesian Movie Award pada bulan Mei 2011. Film ini juga mendapat ulasan bagus dari The Jakarta Post yang mengatakan bahwa para pemain dalam film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita mengagumkan serta film ini menyuguhkan cerita yang berdasar realitas yang dialami wanita Indonesia, sedangkan KapanLagi.com memberi ulasan

(4)

bagus dari segi visualisasi, musik, skenario, dan pembentukan karakter masing-masing pemain dalam film ini.

Fenomena yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah rasa empati. Disorotnya empati sebagai objek dalam penelitian dilatar belakangi oleh perilaku-perilaku manusia di dalam masyarakat saat ini, yang mana seiring berkembangnya zaman serta bertambahnya tuntutan akan kebutuhan hidup membuat manusia menjadi pribadi yang individualis, bersikap acuh tak acuh terhadap lingkungan sekitarnya, bahkan tak jarang yang tega melakukan perbuatan tidak pantas hingga mengarah ke perilaku kriminalitas demi memenuhi kebutuhan diri sendiri tanpa memandang kebutuhan orang lain. Berdasar perilaku masyarakat yang sudah jauh dari rasa aman, nyaman, dan damai itu yang kemudian menginspirasi penulis untuk membahas mengenai rasa empati yang sudah mulai pudar dalam kehidupan bermasyarakat.

Empati ialah suatu kecenderungan untuk merasakan sesuatu yang dilakukan orang lain andai kata ia berada dalam situasi orang lain tersebut4. Karena empati, orang menggunakan perasaannya dengan efektif di dalam situasi orang lain, didorong oleh emosinya seolah-olah ia ikut mengambil bagian dari gerakan-gerakan yang dilakukan orang lain. Disini terdapat situasi “feeling into a person or thing”. Para teoritikus awal memandang empati sebagai trait atau karakter yang stabil dan dapat diukur, namun tidak dapat diajarkan. Dengan kata lain, mereka mengatakan bahwa empati

4

(5)

bersifat “being”, dimiliki oleh manusia secara kodrati sebagai pemberian dari Tuhan, atau secara genetis diturunkan oleh para orangtua kepada anak-anaknya5.

Allport (1965) mendefiniskan empati sebagai perubahan imajinasi seseorang ke dalam pikiran, perasaan, dan perilaku orang lain. Ia percaya bahwa empati berada diantara kesimpulan (inference) pada satu sisi, dan intuisi pada sisi lain. Allport juga menitikberatkan pada peranan imitasi dalam empati. Ia menyatakan bahwa empati adalah “the imaginative transposing of oneself into the thinking, feeling, and acting of another”. Kohut (1997) melihat empati sebagai suatu proses dimana seseorang berpikir mengenai kondisi orang lain yang seakan akan ia berada pada posisi orang lain itu. Selanjutnya Kohut melakukan penguatan atas definisnya itu dengan mengatakan bahwa empati adalah kemampuan berpikir objektif tentang kehidupan terdalam dari orang lain. Sementara itu, Carl Rogers (1951) yang sangat aktif menggeluti dunia terapi menawarkan dua konsepsi. Pertama, ia menulis empati adalah melihat kerangka berpikir internal orang lain secara akurat. Kedua, dalam memahami orang lain tersebut individu seolah-olah masuk dalam diri orang lain sehingga bisa merasakan dan mengalami sebagaimana yang dirasakan dan dialami oleh orang lain itu, tetapi tanpa kehilangan identitas dirinya sendiri.

Menurut Smith (2000) empati bicara mengenai kemampuan untuk melihat dan merasakan dunia dari sudut padang dan penghayatan orang lain6. Dapat dipilah dalam

5

Taufik, Empati: Pendekatan Psikologi Sosial, PT. RajaGrafindo Sosial, Jakarta, 2012, hal. 39-42

6

(6)

empati kognitif yang mengacu pada kemampuan manusia untuk mengambil perspektif mental dari orang lain, dan empati emosional yang menunjuk pada kemampuan untuk dapat menghayati perasaan yang dirasakan oleh orang lain. Empati atau pemahaman kognitif diperlukan agar kita dapat bertahan dalam dunia sosial yang sangat kompleks. Kita belajar dari dan menganalisis situasi yang dihadapi orang lain atau ada di hadapan kita untuk dapat mengatasi persoalan. Sedangkan empati yang sering dibahas termasuk dalam empati emosional, dimana kita dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, seperti ikut gembira saat orang lain mencapai keberhasilan, dan mampu mengahayati rasa sedih maupun sakit yang dialami orang lain. Kedua pemahaman akan empati ini perlu dimiliki dalam diri seseorang, karena apabila seseorang hanya menonjol pada empati kognitif tanpa empati emosional dirinya dapat merasa kebingungan dalam menghadapi dunia sosial, begitupun sebaliknya, seseorang yang menonjol empati emosionalnya dapat terganggu dalam mengatasi persoalan-persoalan yang ada dihadapannya.

Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa empati merupakan suatu aktivitas untuk memahami apa yang sedang dipikirkan dan dirasakan orang lain, serta apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh orang yang bersangkutan (observer, perceiver) terhadap kondisi yang sedang dialami orang lain, tanpa yang bersangkutan kehilangan kontrol dirinya.

(7)

1.2 Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka fokus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Bagaimana penggambaran rasa empati dalam film “7 Hati 7 Cinta 7 Wanita”?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian yang telah disebutkan di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui penggambaran rasa empati dalam film ”7 Hati 7 Cinta 7 Wanita”.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam bidang akademis yakni berupa sumbangan literatur bagi perkembangan Ilmu Komunikasi mengenai analisis semiotik dari film Indonesia karya anak bangsa.

(8)

1.4.1 Manfaat Akademis

Penelitian ini untuk membuktikkan teori-teori yang dikemukakan para ahli dapat benar-benar dilakukan dalam praktiknya serta penulis berharap bahwa penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan Ilmu Penyiaran (Broadcasting) dan Komunikasi, khususnya di bidang produksi atau pembuatan film. Serta dapat bermanfaat pula bagi penelitian selanjutnya yang menggunakan metode semiotika.

1.4.2 Manfaat Praktis

Dapat menjadi bahan pertimbangan bagi para pembuat film untuk tidak hanya menonjolkan unsur-unsur hiburan semata tapi juga menyertakan nilai-nilai serta pesan moral kepada penonton. Serta menjadi masukan bagi produser, sutradara, dan rumah produksi untuk memproduksi film-film yang berkualitas secara informatif, edukatif, juga menghibur.

Gambar

Gambar bergerak (film) adalah bentuk dominan dari komunikasi massa visual di  belahan dunia sekarang ini

Referensi

Dokumen terkait

Untuk memperoleh informasi tentang kemampuan-kemampuan yang dapat dikembangkan pada keterampilan proses sains melalui MPP D–E–H ini maka digunakan subyek penelitian dari

Untuk menghindarkan panas yang berlebihan pada ruang pendingin atau ruang freezer sesudah pencairan bunga es pada evaporator dengan menggunakan pemanas listrik,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden terbanyak terdapat pada kelompok usia 18 – 24 tahun sebanyak 33 orang (62,3%) di dukung oleh penelitian herlina

Bahkan di depan kantor redaksi Harian Kedaulatan Rakyat yang terdapat di Jalan Pangeran Mangkubumi 40- 42 Yogyakarta, setiap pagi hari juga menjadi pusat lapak koran di mana terjadi

“Aksi ini sangat luar biasa dan harapannya masyarakat Solo juga isa melestarikan budaya bersepeda guna menjaga Solo bebas polusi ,”ujar Walikota Solo F.X Rudyatmoko dihadapan

Pada zaman ini alat-alat terbuat dari batu yang masih kasar dan belum dihaluskan. Contoh alat-alat tsb adalah

Pada dasarnya semua lagu jam janeng yang berada di Sidoharjo memiliki pola tabuhan yang sama, hanya saja pola tabuhan ini dimainkan dengan tempo yang

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan pada BAB IV dan telah dilaksanakan di SLB Amal Bhakti Sicincin yang bertujuan untuk mengetahui efektif