• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang no 10 tahun 1998 tentang Perubahan Atas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang no 10 tahun 1998 tentang Perubahan Atas"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

14 2.1 Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian

2.1.1 Pengertian Bank

Menurut Undang-Undang no 10 tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan, bank didefinisikan sebagai :

“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.” (pasal 1:2)

Undang-Undang di atas menyatakan bahwa bank merupakan badan usaha yang berarti memiliki tujuan untuk memperoleh keuntungan melalui tiga kegiatan, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana sebagai kegiatan utama bank serta jasa bank lainnya sebagai kegiatan pendukung untuk kelancaran kegiatan utama, dimana kegiatan tersebut harus pula ada tujuan yang lebih luas dan diarahkan pada peningkatan taraf hidup masyarakat.

(2)

2.1.2 Bank Syariah

Dalam Undang-Undang No.21 tahun 2008 mengenai Perbankan Syariah mengemukakan pengertian perbankan syariah dan pengertian bank syariah.

“Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.”

“Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.”

Undang-Undang Perbankan NO. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan pada Pasal 1 Ayat 13 menyebutkan bahwa :

“Prinsip Syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).”

Prinsip utama operasional bank yang berdasarkan pada pinsip syariah adalah hukum islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadist. Kegiatan operasional bank harus memperhatikan perintah dan larangan dalam Al-Quran dan Sunnah Rasul Muhammad SAW (Budisantoso dan Nuritomo, 2015:207).

(3)

2.1.3 Pembiayaan Bank Syariah

Pada dasarnya fungsi utama bank syariah yaitu menghimpun dana dari masyarakat kemudian menyalurkannya kembali atau lebih dikenal sebagai fungsi intermediasi. Bank sebagai lembaga intermediasi menjadi penghubung antara pemilik dana dengan yang membutuhkan dana baik untuk keperluan konsumtif maupun produktif. Dalam menyalurkan dana, Bank syariah memberikannya dalam bentuk pembiayaan.

Pengertian pembiayaan menurut Rivai (2010:681), pengertian pembiayaan adalah:

“Pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang sudah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga.”

Sedangkan menurut Kasmir (2014:85) pembiayaan adalah :

“Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.”

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembiayaan adalah pendanaan atau penyediaan uang dimana didasari oleh kesepakatan atau persetujuan antara bank dan pihak lain untuk mendukung investasi yang telah

(4)

direncanakan oleh pihak lain dan memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang memerlukan dana dengan jangka waktu yang telah disepakati.

2.1.4 Jenis-jenis Pembiayaan Bank Syariah

Pembiayaan atau kredit merupakan salah satu produk yang ditawarkan oleh Bank Syariah kepada nasabahnya. Sesuai dengan akad pengembangan produk, maka bank syariah memiliki banyak jenis pembiayaan.

Menurut Muhammad (2002) secara garis besar produk pembiayaan syariah terbagi dalam empat kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, antara lain:

1. Pembiayaan dengan prinsip Jual Beli (Ba’i)

Prinsip jual beli dilaksankan sehubungan dengan adanya perpindahan kepemilikan barang atau benda (Transfer Of Property) tingkat keuntungan ditentukan didepan dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual. Transaksi jual beli dapat dibedakan berdasarkan bentuk pembayaran dan waktu penyerahan yakni, pembiayaan murabahah, pembiayaan salam, dan pembiayaan istishna’.

2. Pembiayaan dengan Prinsip Sewa (Ijarah)

Transaksi ijarah dilandasi oleh adanya perpindahan manfaat. Jadi pada dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli, tapi perbedaannya terletak pada objek transaksinya. Bila pada jual beli objek transaksinya adalah barang, pada ijarah objek transaksinya

(5)

adalah jasa. Pada akhir masa sewa, bank dapat saja menjual barang yang disewakan kepada nasabah.

3. Pembiayaan dengan Prinsip Bagi Hasil

Produk pembiayaan syariah yang didasarkan atas prinsip bagi hasil adalah pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah.

4. Pembiayaan dengan Akad pelengkap

Untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan, biasanya diperlukan akad pelengkap. Akad pelengkap ini tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, tetapi ditujukan untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan, meskipun tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, dalam akad pelengkap ini dibolehkan untuk meminta penggantian biaya-biaya yang dikeluarkan untuk melaksankan akad ini. Adapun jenis-jenis akad pelengkap ini adalah Hiwalah (Alih hutang piutang), Rahn (gadai), Qardh, Wakalah (Perwakilan), Kafalah (Garansi Bank).

Berdasarkan UU No. 21 Tahun 2008 Pasal 1 Ayat 25, pembiayaan bank syariah terbagi dalam transaksi, antara lain:

a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah;

b. Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik;

c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna’; d. Transaksi pinjam-meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan

e. Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa.

(6)

Jenis-jenis pembiayaan menurut Rivai (2010: 686) pada dasarnya dapat dikelompokkan menurut beberapa aspek, diantaranya:

1. Pembiayaan Menurut Tujuannya

Pembiayaan menurut tujuannya dibedakan menjadi:

a. Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan yang dimaksudkan untuk mendapatkan modal dalam rangka pengembangan usaha.

b. Pembiayaan investasi, yaitu pembiayaan yang dimaksudkan untuk melakukan investasi atau pengadaan barang konsumtif.

2. Pembiayaan Menurut Jangka Waktu

Pembiayaan menurut jangka waktunya dibedakan menjadi:

a. Pembiayaan jangka waktu pendek, pembiayaan yang dilakukan dengan waktu satu bulan sampai dengan satu tahun.

b. Pembiayaan jangka waktu menengah, pembiayaan yang dilakukan dengan waktu satu tahun sampai dengan lima tahun.

c. Pembiayaan jangka waktu panjang, pembiayaan yang dilakukan dengan waktu lebih dari lima tahun.

2.2 Jual Beli

Pembiayaan jual beli merupakan produk lain dari perbankan syariah sama halnya dengan pembiayaan bagi hasil. Tinggi rendahnya nilai pembiayaan jual beli akan berpengaruh terhadap return yang dihasilkan. Sebab dengan adanya pembiayaan jual beli yang disalurkan kepada nasabah, bank mengharapkan akan mendapatkan return dan margin keuntungan atas pembiayaan jual beli yang

(7)

diberikan kepada nasabah yang kemudian margin keuntungan tersebut menjadi laba bank syariah.

Pembiayaan dengan prinsip Jual Beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan kepemilikan barang atau benda (Transfer Of Property). Tingkat keuntungan ditentukan didepan dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual. Transaksi jual beli dapat dibedakan berdasarkan bentuk pembayaran dan waktu penyerahannya yakni, pembiayaan Murabahah, pembiayaan Salam, dan pembiayaan Istisnah.

2.2.1 Pembiayaan Murabahah

Kata murabahah diambil dari bahasa Arab dari kata ar-ribhu yang berarti kelebihan dan tambahan (keuntungan), sedangkan dalam definisi para ulama terdahulu adalah jual-beli dengan modal ditambah keuntungan yang diketahui. Haikatnya adalah penjual barang dengan harga (modal) yang diketahui kedua belah pihak (penjual dan pembeli) dengan keuntungan yang diketahui keduanya.

Murabahah adalah akad jual beli antara dua belah pihak, dimana pembeli dan penjual menyepakati harga jual, yang terdiri atas harga beli ditambah ongkos pembelian dan keuntungan bagi penjual (Sutedi, 2009:95).

Menurut Nurhayati (2013: 174) dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (No. 102, par 11), pembiayaan Murabahah adalah:

“Transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.”

(8)

Berdasarlan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembiayaan murabahah merupakan pembiayaan prinsip jual-beli antara bank dengan nasabah di mana harga perolehan ditambah dengan keuntungan tertentu yang disepakati bersama dan diketahui kedua belah pihak.

2.2.2 Pembiayaan Salam

Salam berasal dari kata As salaf yang artinya pendahuluan karena pemesanan barang menyerahkan uangnya dimuka. Para ahli fikih menamainya al mahawi’ij (barang-barang mendesak) karena ia sejenis jual beli yang dilakukan mendesak walaupun barang yang diperjualbelikan tidak ada di tempat. Kata “mendesak”, dilihat dari sisi pembeli karena ia sangat membutuhkan barang tersebut di kemudian hari sementara dari sisi penjual ia sangat membutuhkan uang tersebut.

Salam adalah transaksi jual beli, di mana barangnya belum ada, sehingga barang yang menjadi objek transaksi tersebut diserahkan secara tangguh. Dalam transaksi ini, bank menjadi pembeli dan nasabah menjadi penjual (Sutedi, 2009:100).

Sedangkan menurut Nurhayati dan Wasilah (2013: 202) dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (No. 103), pembiayaan Salam adalah:

Salam sebagai akad jual beli barang pesanan (muslam fiih) dengan pengiriman di kemudian hari oleh penjual (muslam illaihi) dan pelunasannya dilakukan oleh pembeli (al muslam) pada saat akad disepakati sesuai dengan

(9)

syarat-syarat tertentu. Untuk menghindari risiko yang merugikan, pembeli boleh meminta jaminan dari penjual.

2.2.3 Pembiayaan Istishna’

Istishna adalah pembelian barang melalui pesanan dan dapat dilakukan proses untuk pembuatannya sesuai dengan pesanan pembeli dan pembayaran dilakukan di muka sekaligus atau secara bertahap (Sutedi, 2009:102).

Istishna’ menurut Nurhayati dan Wasilah (2013: 228) adalah:

“Akad istishna’ adalah akad jual beli dalam bentuk pesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan yang disepakati anatar pemesan (pembeli/mustashni’) dan penjual (pembuat/shani’). Istishna’ dapat dilakukan langsung antara dua belah pihak antara pemesan atau penjual seperti, atau melalui perantara. Jika dilakukan melalui perantara maka akad tersebut disebut dengan akad istishna’ parallel.”

2.2.4 Pembiayaan Jual Beli

Pembiayaan jual beli yang dimaksud di sini adalah pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah dengan prinsip murabahah, salam dan istishna’. Total pembiayaan jual beli diukur dengan logaritma natural dari nilai pembiyaan jual beli pada akhir tiap triwulan. Penggunaan logaritma natural bertujuan agar hasilnya tidak menimbulkan bias, mengingat besarnya nilai pembiayaan jual beli antar bank syariah yang berbeda-beda. Selain itu, dimaksudkan agar data total pembiayaan jual beli dapat terdistribusi normal dan memiliki standar eror koefisien regresi minimal (Theresia dan Tendelilin, 2007) dalam (Mulianti, 2010: 60).

(10)

Total Pembiayaan Jual Belii,t = Ln (Pembiayaan Prinsip Murabahahi,t + Pembiayaan Prinsip Salami,t + Pembiayaan Prinsip Istishna’i,t)

2.3 Bagi Hasil

Pembiayaan bagi hasil merupakan salah satu produk yang diberikan bank syariah kepada nasabah, pembiayaan bagi hasil berpengaruh terhadap profitabilitas. Tinggi rendahnya nilai pembiayaan bagi hasil akan berpengaruh terhadap return yang dihasilkan dan akan mempengaruhi profitabilitas (laba) yang didapat. Sebab dengan adanya pembiayaan bagi hasil yang disalurkan kepada nasabah, bank mengharapkan akan mendapatkan return dan nisbah bagi hasil atas pembiayaan yang diberikan kepada nasabah yang kemudian bagi hasil tersebut menjadi laba bank syariah. Produk pembiayaan syariah yang didasarkan atas prinsip bagi hasil adalah pembiyaaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah.

2.3.1 Pembiayaan Mudharabah

Mudharabah berasal dari kata adhdharby fl ardhi yaitu berpergian untuk urusan dagang. Disebut juga qiradh yang berasal dari kata alqardhu yang berarti potongan, karena pemilik memotong sebagian hartanya untuk diperdagangkan dan memperoleh sebagian keuntungan.

Pengertian Mudharabah menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 105 adalah sebagai berikut :

“Mudharabah adalah akad kerja sama antara dua pihak di mana pihak pertama (pemilik dana/shahibul maal) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua (pengelola dana/mudharib) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan dibagi di antara mereka sesuai kesepakatan

(11)

sedangkan kerugian finansial hanya ditanggung oleh pemilik dana. Kerugian akan ditanggung pemilik dana sepanjang kerugian itu tidak diakibatkan oleh kelalaian pengelola dana, apabila kerugian yang terjadi diakibatkan oleh kelalaian pengelola dana maka kerugian ini akan ditanggung oleh pengelola dana.”

Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak di mana pemilik modal (shabibul maal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian keuntungan (Sutedi, 2009: 70).

Menurut Antonio (2011: 95) pengertian al-mudharabah adalah:

“Akad kerja sama usaha anatara dua pihak di mana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola.” Mudharib merupakan pihak yang diberi amanah untuk melaksanakan usaha, ia diharapkan dapat mengelola modal yang ada untuk menghasilkan laba tanpa menyimpang dari syariat islam”.

Pengertian pembiayaan mudharabah terdapat dalam PBI No. 13/13/PBI/2011 Pasal 1 butir 5 yang menyatakan bahwa :

Pembiayaan berdasarkan akad mudharabah, yang selanjutnya disebut pembiayaan mudharabah, adalah pembiayaan dalam bentuk kerja sama suatu usaha antara bank yang menyediakan seluruh modal dan nasabah yang bertindak selaku pengelola dana dengan membagi keuntungan usaha sesuai dengan kesepakatan yang dituangkan dalam akad, sedangkan kerugian ditanggung sepenuhnya oleh bank kecuali jika nasabah melakukan kesalahan yang disengaja, lalai atau menyalahi perjanjian.

Kepercayaan merupakan unsur terpenting dalam mudharabah, yaitu kepercayaan dari pemilik dana kepada pengelola dana. Oleh karena kepercayaan

(12)

merupakan unsur terpenting dalam mudharabah, maka mudharabah dalam istilah bahasa inggris disebut trust financing (Nurhayati dan Wasilah, 2013: 128).

2.3.2 Pembiayaan Musyarakah

Pengertian musyarakah menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 106 yaitu:

Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian berdasarkan kontribusi dana. Dana tersebut meliputi kasa atau aset non kas yang diperkenankan oleh syariah.

Musyarakah merupakan suatu bentuk organisasi usaha di mana dua orang atau lebih menyumbangkan pembiayaan dan manajemen usaha, dengan proporsi sama atau tidak sama (Sutedi, 2009: 81).

Pengertian musyarakah menurut Antonio (2011: 90) adalah:

Akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (atau amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.

Pengertian pembiayaan musyarakah terdapat dalam PBI No. 13/13/PBI/2011 Pasal 1 butir 6 yang menyatakan bahwa:

(13)

Pembiayaan berdasarkan akad musyarakah, yang selanjutnya disebut pembiayaan musyarakah, adalah pembiayaan dalam bentuk kerja sama antara bank dengan nasabah untuk suatu usaha tertentu yang masing-masing pihak memberikan porsi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan akan dibagi sesuai dengan kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung sesuai dengan porsi dana masing-masing.

Dalam musyarakah, mitra dan bank sama-sama menyediakan modal untuk membiayai suatu usaha tertentu, baik yang sudah berjalan maupun yang baru.. Selanjutnya, mitra dapat mengembalikan modal tersebut berikut bagi hasil yang telah disepakati secara bertahap atau sekaligus kepada bank. Secara spesifik, bentuk kontribusi dari pihak yang bekerja sama dapat berupa dana, barang perdagangan (trading asset), kewiraswastaan (entrepeneurship), kepandaian (skill), kepemilikan (property), peralatan (equipment) atau intangible asset (seperti hak paten atau goodwill), kepercayaan/reputasi (credit worthness), dan barang-barang lainnya yang dapat dinilai dengan uang, dengan merangkum seluruh kombinasi dari bentuk kontribusi masing-masing pihak dengan atau tanpa batasan waktu menjadikan produk ini sangat fleksibel (Sutedi, 2009: 82).

2.3.3 Pembiayaan Bagi Hasil

Pembiayaan bagi hasil yang dimaksud di sini adalah total pembiayaan bagi hasil yang disalurkan bank syariah, baik dengan prinsip mudharabah dan musyarakah. Total pembiayaan bagi hasil diukur dengan logaritma natural dari nilai pembiayaan bagi hasil pada akhir tiap triwulan. Penggunaan logaritma

(14)

natural bertujuan agar hasilnya tidak menimbulkan bias, mengingat besarnya nilai pembiayaan bagi hasil antar bank syariah berbeda-beda. Selain itu, dimaksudkan agar data total pembiayaan bagi hasil dapat terdistribusi normal dan memiliki standar eror koefisien regresi minimal (Theresia dan Tendelili, 2007) dalam (Mulianti, 2010: 60).

Total Pembiayaan Bagi Hasili,t = Ln (Pembiayaan Prinsip Mudharabahi,t + Pembiayaan Prinsip Musyarakahi,t)

2.4 Profitabilitas Bank Syariah

Sebagaimana bank umum lainnya (bank konvensional), tugas utama bank syariah adalah mengoptimalkan laba, meminimalkan risiko, dan menjamin tersedianya likuiditas yang cukup. Dalam analisis laporan keuangan ada yang disebut dengan rasio, Rasio adalah suatu angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan. Rasio keuangan dapat dikelompokkan menjadi lima kategori yaitu rasio likuiditas, aktivitas, solvabilitas/leverage/utang, profitablitas, dan rasio pasar (Hanafi, 2010: 36).

Tingkat keuntungan yang dihasilkan oleh bank atau yang lebih dikenal dengan istilah profitabilitas merupakan pengukuran mengenai kemampuan bank dalam menghasilkan laba dan aset yang digunakan, dengan demikian profitabilitas dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk mengukur dan mengevaluasi kinerja bank.

(15)

Menurut Prihadi (2010) profitabilitas adalah:

“Kemampuan menghasilkan laba”

Mahmoedin (2010) menjelaskan bahwaa:

“Analisa Profitabilitas akan dicari hubungan timbal balik antara pos-pos yang ada dalam income statement itu sendiri maupun hubungan timbal balik dengan pos-pos yang ada dalam neraca bank untuk mendapatkan berbagai indikasi yang berguna dalam mengukur efisiensi dan profitabilitas bank yang bersangkutan.”

Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan tingkat ukuran efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditujukan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi, intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukan efisiensi perusahaan (Kasmir, 2012: 196). Menurut Pandia (2012), penilaian profitabilitas bank dapat dilihat dari komponen berikut:

a. Return On Assets b. Return On Equity c. Net Interest Margin

d. Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)

Return On Asset (ROA) adalah rasio keuangan perusahaan yang berhubungan dengan aspek earning atau profitabilitas. ROA berfungsi mengukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktiva

(16)

yang dimiliki. Semakin besar Return On Asset (ROA) yang dimiliki oleh sebuah perusahaan, semakin efisien penggunaan aktiva sehingga akan memperbesar laba. Laba yang besar akan menarik investor karena perusahaan memiliki tingkat kembalian yang semakin tinggi. Profitabilitas yang diukur adalah profitabilitas perbankan yang mencerminkan tingkat efisiensi usaha perbankan. Profitabiliatas tinggi mencerminkan laba yang tinggi dan ini akan memengaruhi pertumbuhan laba bank tersebut (Wardiah, 2013: 299).

Return On Asset (ROA) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efetifivitas perusahaan dan menghasilkan laba dengan memanfaatkan efektivitas perusahaan melalui pengoperasian aktiva yang dimiliki. Perhitungan ROA berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/11/DPNP tanggal 31 Maret 2010, diperoleh dengan rumus :

2.5 Peneliti Terdahulu

Penelitian mengenai faktor yang mempengaruhi profitabilitas bank di Indonesia telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Adapun penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini antara lain:

1. Penelitian Wicaksana (2011) tentang pengaruh Pembiayaan Mudharabah, Musyarakah dan Murabahah terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia, dimana pembiayaan mudharabah dan musyarakah merupakan jenis pembiayaan bagi hasil sedangkan murabahah merupakan

(17)

salah satu jenis pembiayaan jual beli, menjelaskan bahwa secara parsial maupun simultan variabel pembiayaan mudharabah, musyarakah dan murabahah berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas.

2. Penelitian Rahman et al (2012) yang berjudul Pengaruh Pembiayaan Jual Beli, Pembiayaan Bagi Hasil, dan Rasio Non Performing Financing terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia menjelaskan bahwa pembiayaan jual beli dan NPF secara parsial berpengaruh signifikan positif terhadap profitabilitas yang diproksikan dengan ROA (Return On Asset) dan Pembiayaan Bagi Hasil berpengaruh signifikan negatif terhadap profitabilitas yang diproksikan dengan ROA (Return On Asset). Sedangkan secara simultan pembiayaan jual beli, pembiayaan bagi hasil dan rasio NPF berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas yang diproksikan dengan ROA (Return On Asset).

3. Penelitian Oktriani (2012) yang berjudul Pengaruh Pembiayaan Musyarakah, Mudharabah dan Murabahah terhadap Profitabilitas (studi kasus pada PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk) menjelaskan bahwa pembiayaan Musyarakah terhadap Profitabilitas secara parsial tidak berpengaruh signifikan, pembiayaan Mudharabah terhadap profitabilitas secara parsial tidak berpengaruh signifikan, dan pembiayaan Murabahah terhadap profitabilitas secara parsial berpengaruh signifikan, sedangkan pembiayaan Musyarakah, Mudharabah dam Murabahah terhadap profitabilitas secara simultan berpengaruh signifikan.

(18)

4. Penelitian Sari (2013) yang berjudul Pengaruh Pembiayaan Jual Beli, Pembiayaan Bagi Hasil, Financing To Deposit Ratio, dan Non Performing Financing terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia menjelaskan Pembiayaan Jual Beli dan NPF berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA, pembiayaan bagi hasil berpengaruh negatif dan signifian terhadap ROA, FDR berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA.

5. Penelitian Riyadi (2014) yang berjudul Pengaruh Pembiayaan Mudharabah, Musyarakah, dan Murabahah terhadap Profitabilitas Bank Syariah Mandiri, Tbk menjelaskan bahwa Pembiayaan Bagi Hasil berpengaruh negatif terhadap profitabilitas, Pembiayaan Jual Beli dan NPF tidak berpengaruh terhadap profitabilitas dan FDR berpengaruh Positif terhadap Profitabilitas.

6. Penelitian Reinissa (2015) yang berjudul Pengaruh Pembiayaan Mudharabah, Musyarakah, dan Murabahah terhadap Profitabilitas Bank Syariah Mandiri, Tbk menjelaskan bahwa Pembiayaan mudharabah tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA, Pembiayaan Musyarakah berpengaruh signifikan terhadap ROA, dan Pembiayaan Murabahah berpengaruh signifikan terhadap ROA.

Tabel 2.1

Hasil Penelitian Terdahulu

NO PENELITI JUDUL VARIABEL HASIL

1 Wicaksana (2011) Pengaruh Pembiayaan Mudharabah, Dependen: ROA Independen: Secara parsial Pembiayaan Mudharabah,

(19)

Musyarakah dan Murabahah terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia Pembiayaan Mudharabah, Musyarakah, dan Murabahah Musyarakah dan Murabahah berpengaruh secara signifikan terhadap Profitabilitas. Secara simultan variabel Pembiayaan Mudharabah, Musyarakah dan Murabahah berpengaruh secara signifikan terhadap Profitabilitas. 2 Rahman (2012) Pengaruh Pembiayaan Jual Beli, Pembiayaan Bagi Hasil, dan Rasio Non Performing Financing terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia Dependen: ROA Independen: Pembiayaan Jual Beli, Pembiayaan Bagi Hasil, dan Rasio Non Performing Financing

Pembiayaan jual beli dan NPF secara parsial berpengaruh signifikan positif terhadap

profitabilitas yang diproksikan dengan ROA (Return On Asset) dan Pembiayaan Bagi Hasil berpengaruh signifikan negatif terhadap profitabilitas yang diproksikan dengan ROA (Return On Asset). Sedangkan secara simultan pembiayaan jual beli, pembiayaan bagi hasil dan rasio NPF

berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas yang diproksikan dengan ROA (Return On Asset). 3 Oktriani (2012) Pengaruh Pembiayaan Musyarakah, Mudharabah dan Murabahah terhadap Profitabilitas (studi kasus pada PT Bank Muamalat Dependen: ROA Independen: Pembiayaan Musyarakah, Mudharabah, dan Murabahah Pembiayaan Musyarakah terhadap Profitabilitas secara parsial tidak berpengaruh signifikan, pembiayaan Mudharabah terhadap profitabilitas secara parsial tidak berpengaruh signifikan,

(20)

Indonesia, Tbk) dan pembiayaan Murabahah terhadap profitabilitas secara parsial berpengaruh signifikan, sedangkan pembiayaan Musyarakah, Mudharabah dan Murabahah terhadap profitabilitas secara simultan berpengaruh signifikan. 4 Sari (2013) Pengaruh Pembiayaan Jual Beli, Pembiayaan Bagi Hasil, Financing To Deposit Ratio, dan Non Performing Financing terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia Dependen: Pembiayaan Jual Beli, Pembiayaan Bagi Hasil, Financing To Deposit Ratio, dan Non Performing Financing.

Pembiayaan Jual Beli dan NPF berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA,

pembiayaan bagi hasil berpengaruh negatif dan signifian terhadap ROA, FDR

berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA. 5 Riyadi (2014) Pengaruh Pembiayaan Bagi Hasil, Pembiayaan Jual Beli, FDR, dan NPF terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia Dependen: Pembiayaan Bagi Hasil, Pembiayaan Jual Beli, FDR, dan NPF

Pembiayaan Bagi Hasil berpengaruh negatif terhadap profitabilitas, Pembiayaan Jual Beli dan NPF tidak berpengaruh terhadap profitabilitas dan FDR berpengaruh Positif terhadap Profitabilitas. 6 Reinissa (2015) Pengaruh Pembiayaan Mudharabah, Musyarakah, dan Murabahah terhadap Profitabilitas Bank Syariah Dependen: ROA Independen: Pembiayaan Mudharabah, Musyarakah, dan Murabahah Pembiayaan Mudharabah tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA, Pembiayaan Musyarakah berpengaruh signifikan terhadap ROA, dan

(21)

Mandiri, Tbk Pembiayaan Murabahah

berpengaruh signifikan terhadap ROA.

2.6 Kerangka Pemikiran

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan4 dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan). Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (UU No. 21 Tahun 2008 mengenai Perbankan Syariah).

Dalam bank syariah untuk penyaluran dananya kita kenal dengan istilah pembiayaan (Kasmir, 2014: 247). Menurut Muhammad (2002) secara garis besar produk pembiayaan syariah terbagi dalam empat kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, antara lain Pembiayaan dengan prinsip Jual Beli (Ba’i), Pembiayaan dengan Prinsip Sewa (Ijarah), Pembiayaan dengan Prinsip Bagi Hasil, dan Pembiayaan dengan Akad pelengkap. Diantara beberapa penyaluran pembiayaan yang ada pada bank syariah, berdasarkan statistik perbankan syariah, terdapat dua pola utama yang mendominasi pada bank syariah adalah pembiayaan dengan prinsip jual beli dan pembiayaan dengan prinsip bagi hasil.

(22)

Transaksi jual beli dilakukan dengan pembiayaan Murabahah, pembiayaan Salam, dan pembiayaan Istishna’. Murabahah adalah akad jual beli antara dua belah pihak, dimana pembeli dan penjual menyepakati harga jual, yang terdiri atas harga beli ditambah ongkos pembelian dan keuntungan bagi penjual (Sutedi, 2009:95). Salam adalah transaksi jual beli, di mana barangnya belum ada, sehingga barang yang menjadi objek transaksi tersebut diserahkan secara tangguh. Dalam transaksi ini, bank menjadi pembeli dan nasabah menjadi penjual (Sutedi, 2009:100). Istishna’ adalah pembelian barang melalui pesanan dan dapat dilakukan proses untuk pembuatannya sesuai dengan pesanan pembeli dan pembayaran dilakukan di muka sekaligus atau secara bertahap (Sutedi, 2009:102).

Transaksi bagi hasil dilakukan dengan pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah. Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak di mana pemilik modal (shabibul maal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian keuntungan (Sutedi, 2009: 70). Musyarakah merupakan suatu bentuk organisasi usaha di mana dua orang atau lebih menyumbangkan pembiayaan dan manajemen usaha, dengan proporsi sama atau tidak sama (Sutedi, 2009: 81).

Dari kegiatan usaha tersebut bank syariah mendapatkan penghasilan (income) berupa margin keuntungan, bagi hasil, dan fee (ujrah). Imbalan tersebut diperoleh bank syariah dari kegiatan usaha berupa pembiayaan (Wangsawidjaja, 2012: 78). Dengan diperolehnya pendapatan dari pembiayaan yang disalurkan,

(23)

diharapkan profitabilitas bank akan membaik, yang tercermin dari perolehan laba yang meningkat (Firdaus dan Ariyanti, 2009: 7).

Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan kepemilikan barang atau benda. Tingkat keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi bagian atas harga barang yang dijual. Transaksi jual beli dapat dibedakan berdasarkan bentuk pembayarannya dan waktu penyerahanannya. Karim (2008) menyatakan bahwa murabahah merupakan transaksi jual beli di mana bank menyebut jumlah keuntungannya. Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan (margin). Sedangkan salam adalah transaksi jual beli di mana barang yang diperjualbelikan belum ada. Barang diserahkan secara tangguh sementara pembayaran dilakukan secara tunai. Dalam transaksi ini, kuantitas, kualitas, harga, dan waktu penyerahan barang harus ditentukan secara pasti. Untuk akad istishna’’ menyerupai produk salam, tetapi dalam istishna’pembayaran dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa kali (termin) pembayaran. Melalui pembiayaan jual beli yang disalurkan, bank syariah akan mendapatkan pendapatan berupa mark up atau margin keuntungan.

Muhammad (2005) menyatakan bahwa salah satu akad dari pembiayaan jual beli yaitu akad murabahah merupakan produk yang paling populer dalam industri perbankan syariah. Hal tersebut dikarenakan beberapa alasan antara lain murabahah adalah suatu mekanisme investasi jangka pendek dan cukup memudahkan dibandingkan dengan sistem profit and loss sharing (PLS); mark up dalam murabahah dapat ditetapkan sedemikian rupa sehingga memastikan bahwa bank dapat memperoleh keuntungan yang sebanding dengan keuntungan

(24)

bank-bank berbasis bunga yang menjadi saingan bank-bank-bank-bank Islam; murabahah menjauhkan ketidakpastian yang ada pada pendapatan dari bisnis-bisnis dengan sistem PLS; dan murabahah tidak memungkinkan bank-bank Islam untuk mencampuri manajemen bisnis karena bank bukanlah mitra nasabah, sebab hubungan mereka dalam murabahah adalah hubungan antara kreditur dan debitur.

Secara umum, prinsip bagi hasil dalam perbankan syariah dapat dilakukan dalam empat akad utama, yaitu: musyarakah, mudharabah, muzara’ah,dan musaqah. Meskipun demikian, prinsip yang paling banyak digunakan adalah musyarakah dan mudharabah (Antonio, 2001). Nurhayati dan Wasilah (2011) menyatakan bahwa secara teknis mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara pemilik dana dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha, laba dibagi atas dasar nisbah bagi hasil menurut kesepakatan kedua belah pihak, sedangkan bila terjadi kerugian akan ditanggung oleh pemilik dana. Karim (2008) menyatakan bahwa musyarakah merupakan semua bentuk usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih di mana mereka secara bersama-sama memadukan seluruh bentuk sumber daya baik yang berwujud maupun tidak berwujud. Keuntungan dan kerugian ditanggung bersama sesuai dengan proporsi yang telah ditetapkan sebelumnya. Melalui pembiayaan bagi hasil yang disalurkan, bank syariah akan memperoleh pendapatan berupa bagi hasil yang menjadi bagian bank.

Pembiayaan bagi hasil pada perbankan syariah dilakukan melalui akad mudharabah dan musyarakah. Pembiayaan bagi hasil merupakan salah satu komponen penyusun aset pada perbankan syariah. Dari pengelolaan pembiayaan bagi hasil, bank syariah memperoleh pendapatan bagi hasil sesuai dengan nisbah

(25)

yang telah disepakati dengan nasabah (Muhammad, 2005). Pendapatan yang diperoleh akan mempengaruhi besarnya laba yang diperoleh bank (Firdaus, 2009). Besarnya laba yang diperoleh bank syariah akan mampu mempengaruhi profitabilitas yang dicapai.

Profitablitas adalah kemampuan menghasilkan laba (Prihadi, 2010: 138). Rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas dalam penelitian ini adalah Return On Asset. Return On Asset digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dengan memanfaatkan asset yang dimiliknya. Semakin besar ROA, berarti semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai dari semakin baiknya posisi bank dari segi penggunaan aset (Rivai et al, 2013: 481).

Sesuai dengan pernyataan Ismail (2011) yang mengatakan manfaat pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah antara lain adalah mempengaruhi tingkat profitabilitas bank, hal tersebut tercermin dalam perolehan laba, peningkatan dan penurunan laba akan berpengaruh pada peningkatan dan penurunan profitabilitas bank.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Wicaksana (2011) menunjukkan dimana pembiayaan mudharabah dan musyarakah merupakan jenis pembiayaan bagi hasil sedangkan murabahah merupakan salah satu jenis pembiayaan jual beli, menjelaskan bahwa secara parsial maupun simultan variabel pembiayaan mudharabah, musyarakah dan murabahah berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas.

(26)

Penelitian yang telah dilakukan oleh Rahman (2012) menjelaskan bahwa pembiayaan jual beli dan NPF secara parsial berpengaruh signifikan positif terhadap profitabilitas yang diproksikan dengan ROA (Return On Asset) dan Pembiayaan Bagi Hasil berpengaruh signifikan negatif terhadap profitabilitas yang diproksikan dengan ROA (Return On Asset). Sedangkan secara simultan pembiayaan jual beli, pembiayaan bagi hasil dan rasio NPF berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas yang diproksikan dengan ROA (Return On Asset).

Penelitian yang telah dilakukan oleh Oktriani (2012) menjelaskan bahwa pembiayaan Musyarakah terhadap Profitabilitas secara parsial tidak berpengaruh signifikan, pembiayaan mudharabah terhadap profitabilitas secara parsial tidak berpengaruh signifikan, dan pembiayaan murabahah terhadap profitabilitas secara parsial berpengaruh signifikan, sedangkan pembiayaan musyarakah, mudharabah dam murabahah terhadap profitabilitas secara simultan berpengaruh signifikan.

Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2013) menjelaskan bahwa Pembiayaan Jual Beli dan NPF berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA, pembiayaan bagi hasil berpengaruh negatif dan signifian terhadap ROA, FDR berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA.

Penelitian yang dilakukan oleh Riyadi (2014) menjelaskan bahwa Pembiayaan Bagi Hasil berpengaruh negatif terhadap profitabilitas, Pembiayaan Jual Beli dan NPF tidak berpengaruh terhadap profitabilitas dan FDR berpengaruh Positif terhadap Profitabilitas.

(27)

Penelitian yang dilakukan oleh Reinissa (2015) menunjukkan bahwa Pembiayaan Mudharabah tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA, Pembiayaan Musyarakah berpengaruh signifikan terhadap ROA, dan Pembiayaan Murabahah berpengaruh signifikan terhadap ROA.

Dalam penelitian ini, Pembiayaan Jual Beli adalah sebagai variabel tidak terikat 1 (X1), Pembiayaan Bagi Hasil adalah sebagai variabel tidak terikat 2 (X2) dan Profitabilitas (Return On Asset) adalah sebagai variabel terikat (Y). Skema hubungan antara Pembiayaan Jual Beli dan Pembiayaan Bagi Hasil terhadap Profitabilitas adalah sebagai berikut.

(28)

Hipotesis Hipotesis Hipotesis Keterangan : : Diteliti : Tidak Diteliti Gambar 2.1

Skema Kerangka Pemikiran Menghimpun Dana Pembiayaan Pembiayaan Jual Beli Pembiayaan Sewa Pembiayaan Bagi Hasil Pembiayaan Akad Pelengkap Pembiayaan Musyarakah Pembiayaan Mudharabah Pembiayaan Istishna Pembiayaan Salam Pembiayaan Murabahah Pendapatan Bagi Hasil Mudharabah Pendapatan Bagi Hasil Musyarakah Pendapatan Margin Murabahah Laba Aset Profitabilitas (ROA) Pendapatan Margin Salam Pendapatan Margin Istishna

Melayani Jasa Lainnya Menyalurkan Dana

(29)

Gambar 2.2 Paradigma Penelitian

2.7 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah yang diteliti sampai terbukti melalui data yang terkumpul dan pengujian secara empiris. Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka penulis merumuskan hipotesis sementara sebagai berikut:

H1 : Pembiayaan Jual Beli berpengaruh terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah.

H2 : Pembiayaan Bagi Hasil berpengaruh terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah.

H3 : Pembiayaan Jual Beli dan Pembiayaan Bagi Hasil berpengaruh terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah.

Pembiayaan Jual Beli (X1) Pembiayaan Bagi Hasil (X2) Profitabilitas (Y)

Gambar

Gambar 2.2  Paradigma Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Selain harga bibit yang mampu terbentuk masuk pada harga pasar, secara teknis bibit dari sistem Koffco memiliki keunggulan dibandingkan dengan bibit hasil

He was standing on the tracks, listening to death’s locomotive whistle, and he was very clear about the important things in life” (Albom, 1997: 65-66). Morrie knows death very

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan anugerah- Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan Laporan Skripsi yang berjudul

Sehingga modul pelatihan berbasis andragogi pada hakikatnya merupakan modul pelatihan orang dewasa yang disusun secara sistematis dengan mengacu pada tujuan

Ketentuan Lampiran Keputusan Bupati Manggarai Nomor : HK/315/2020 tentang Pembentukan Satuan Tugas Penanganan Corona Virus Disease 2019 di Kabupaten Manggarai,

Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2009-2011 (2) Untuk menganalisis pengaruh likuid Current Ratio (CR), Debt to Equity

Seperti halnya pada variasi Tegangan tabung dan Arus waktu, berdasarkan grafik profil dosis pada gambar 6 variasi Pitch juga berpengaruh pada kenaikan dosis

Melihat hal tersebut penulis akan merancang media pembelajaran informatif dan unik yang dapat membuat generasi muda untuk dapat meningkatkan minat terhadap pelajaran sejarah.