• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Produksi dan Ekspor Minyak Kelapa Sawit Indonesia:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Produksi dan Ekspor Minyak Kelapa Sawit Indonesia:"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Kelapa sawit (elaeis Guinensis) memiliki habitat asli di daerah tropis (15° LU - 15° LS). Tanaman ini tumbuh sempurna di ketinggian 0-500 m dari permukaan laut dengan kelembaban 80-90%. Sawit membutuhkan iklim dengan curah hujan stabil, 2000-2500 mm setahun, Indonesia memiliki kondisi Iklim dan cuaca yang sangat mendukung sekali untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit. (wikipedia, 2016).

Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak yang paling banyak diproduksi dan dikonsumsi di seluruh dunia. Selain harganya murah, produk minyak sangat efisien dan sangat stabil digunakan dalam berbagai produk makanan, kosmetik, dan juga digunakan sebagai sumber untuk bahan bakar atau biodiesel.

Indonesia adalah salah satu negara penghasil minyak sawit terbesar di dunia. Pada tahun 2014 produksi minyak kelapa sawit di Indonesia mencapai 33 Juta ton. Mayoritas produksi kelapa sawit Indonesia di ekspor ke beberapa negara seperti RRC, India, Malaysia, Singapura, dan Beberapa Negara Eropa (Indonesia Investment, 2016)

Tabel 1.1 Produksi dan Ekspor Minyak Kelapa Sawit Indonesia:

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Produksi (juta ton) 19.2 19.4 21.8 23.5 26.5 30.0 31.5 32.5 32.0* Export (juta ton) 15.1 17.1 17.1 17.6 18.2 22.4 21.7 26.4 27.0* Export (dollar AS) 15.6 10.0 16.4 20.2 21.6 20.6 21.1 18.6 18.6* * menunjukkan prognosis

(2)

Perkembangan industri kelapa sawit di Indonesia di dorong oleh kebutuhan pasar global minyak nabati yang semakin meningkat serta potensi sumberdaya lahan Indonesia yang luas. Hal ini menyebabkan banyak pengusaha baik perusahaan skala besar maupun kecil melakukan investasi dan pengembangan usaha perkebunan kelapa sawit, setidaknya hingga Desember 2015 terdapat 16 perusahaan perkebunan kelapa sawit yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Salah satu tantangan industri perkebunan kelapa sawit saat ini adalah adanya Isu – isu yang berkaitang dengan lingkungan, hal ini disebabkan semakin luasnya areal yang dimanfaatkan untuk kegiatan perkebunan dan kekhawatiran adanya penurunan kualitas lingkungan atau adanya dampak gangguan terhadap lingkungan dari kegiatan perkebunan tersebut. Kontrol yang ketat mutlak dilakukan Multi-Stakeholder termasuk Pemerintah.

Industri kelapa sawit berkelanjutan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan minyak nabati dunia dan dapat meminimalisir dampak lingkungan yang negatif, beberapa Negara pengimpor minyak kelapa sawit sudah mempersyaratkan adanya jaminan sumber komoditi tersebut dari kegiatan yang ramah lingkungan.

Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) yang didirikan tahun 2004 memiliki tujuan mempromosikan produksi dan penggunaan minyak sawit secara berkelanjutan. Produksi minyak sawit berkelanjutan yang diterapkan RSPO meliputi 4 elemen utama yaitu :

1. minyak sawit yang dihasilkan harus memenuhi peraturan dan hukum, 2. memperhatikan aspek lingkungan,

3. memperhatikan tatanan sosial,

4. serta dapat memberikan manfaat ekonomis.

Kesepakatan tersebut dihasilkan melalui beberapa kali pertemuan Meja Bundar Multistakeholders Menuju Kebun Sawit Berkelanjutan (Roundtable on Sustainable Palm Oil atau RSPO) Pertemuan RSPO di Singapura bulan November 2005 telah disepakati bahwa perusahaan perkebunan kelapa sawit berkelanjutan harus menerapkan prinsip dan kriteria RSPO yang mengandung 8 prinsip dan 39 kriteria. Pada prinsip 5 dan 7 terdapat kriteria perlindungan terhadap NKT (Nilai Konservasi Tinggi). (RSPO, 2016)

(3)

Disamping prinsip dan kriteria RSPO, Undang-Undang Republik Indonesia No. 18, 2004, Pasal 2 mengharuskan pembangunan perkebunan diselenggarakan berdasarkan atas asas manfaat dan berkelanjutan, keterpaduan, kebersamaan, keterbukaan, serta berkeadilan.

Sifat dari kegiatan Sertifikasi RSPO bersifat Participatory sehingga tidak mewajibkan Industri perkebunan kelapa sawit untuk mengikuti/menjadi anggota. Berbagai perusahaan perkebunan kelapa sawit berbeda dalam merespon/menanggapi adanya sertifikasi ini. Sebagian perusahaaan melihat hal tersebut adalah peluang untuk meningkatkan nilai penjualannya dan dapat menembus pasar yang lebih besar yaitu pasar ekspor dengan kebutuhan produk sudah bersertifikasi RSPO, namun ada juga juga indusri yang belum merespon sertifikasi ini, Sebagai contoh perusahaan perkebunan besar yang tidak tergabung dengan anggota RSPO adalah Astra Agro Lestari, tbk.

Berikut daftar perusahan – perusahaan perkebunan kelapa sawit yang terdaftar di Bursa Efek Indoneisa dengan status keanggotaan RSPO

Tabel 1.2 Daftar Emiten/Perusahaan Perkebunan anggota RSPO

No Perusahaan Tanggal IPO Tanggal menjadi Anggota RSPO

1 Austindo Nusantara Jaya (ANJT) 10 Mei 2013 26 Februari 2007 2 Eagle High Plantation (BWPT) 17 Oktober 2009 21 Maret 2008 3 Darma Satya Nusantara (DSNG) 14 Juni 2013 1 Desember 2005 4 PP London Sumatera (LSIP) 5 Juli 1996 5 November 2004 5 Sampoerna Agro (SGRO) 18 Juni 2007 10 Januari 2007 6 Salim Ivomas Pratama (SIMP) 9 Juni 2011 24 September 2007 7 Sinarmas Agro Resources (SMAR) 20 November 1992 30 Januari 2005 8 Sawit Sumbermas Sarana (SSMS) 12 Desember 13 18 April 2007 9 Tunas Baru Lampung (TBLA) 14 Februari 2000 24 Juli 2006 10 Bakri Sumatera Plantation (UNSP) 3 Juni 1990 22 Mei 2007 Sumber data : RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil) & Bursas Efek Indonesia

(4)

Tabel 1.3 Daftar Emiten/Perusahaan Perkebunan belum menjadi anggota RSPO

No Perusahaan Tanggal IPO

1 Astra Agro Lestari (AALI) 9 Desember 1997 2 Golden Plantation (GOLL) 23 Desember 2014 3 Gozco Plantation (GZCO) 15 Mei 2008 4 Jaya Agra Wattie (JAWA) 30 Mei 2011 5 Multi Agro Gemilang Plantation (MAGP) 16 Januari 2013 6 Providen Agro (PALM) 18 Oktober 2012 Sumber data : Bursas Efek Indonesia

Industri perkebunan kelapa sawit yang masuk menjadi anggota RSPO diwajibkan untuk melakukan sertifiksi RSPO, kegiatan sertifikasi ini dilakukan secara bertahap sesuai dengan kesiapan dari anggota RSPO.

Manfaat langsung yang dapat diperoleh Perusahaan yang sudah menerapkan sertifikasi RSPO diantanya berupa nilai premi dari penjualan CPO (Crude Palm

Oil) dan PKO (Palm Kernel oil). Dari penjualan CPO perusahaan akan mendapatkan nilai premi sebesar 10 US$ per ton dan dari penjualan PKO akan mendapatkan nilai premi sebesar 5 US$ per ton. (Febriani,. et al. 2015)

Kegiatan ekspor minyak yang terus meningkat bersamaan dengan peningkatan produksi kelapa sawit dan semakin tinggi menjadikan komoditas kelapa sawit yang dapat diandalkan baik bagi perusahaan dan industrinya maupun bagi devisa negara. Kebijakan sertifikasi untuk memenuhi kebutuhan pasar ekspor dan industri industri yang memiliki kriteria bahan baku minyak yang bersertifikasi menjadikan komoditi ini memiliki nilai tambah ekonomis dan berkelanjutan.

Peningkatan nilai produk dan perluasan pasar tersebut yang diharapkan oleh perusahaan – perusahaan yang bergerak dalam industri ini, sehingga menjalankan prinsip sertifikasi RSPO menjadi harapan Perusahaan untuk dapat meningkatkan nilai dari produknya dan berdampak positif bagi pendapatan perusahaan serta kinerja keuangannya.

Dari perspektif ekonomi yang lain, Sertifikasi RSPO yang dilakukan dapat meningkatkan nilai perusahaan, khususnya perusahaan Publik dan yang memiliki orientasi pasar ekspor. Perusahaan akan memperoleh Legitimacy dari Multi

(5)

stakeholder serta dapat meningkatkan kekuatan keuangan dengan tambahan nilai

produknya dalam jangka panjang dan berkelanjutan.

Salah satu cara berinvestasi yang dapat digunakan oleh investor yaitu dengan membeli saham. Saham merupakan bentuk kepemilikan seseorang dalam suatu perusahaan yang di investasikan. Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006:5) yang dimaksud dengan saham adalah: “Sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseorangan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut.”

Investasi di pasar modal khususnya sektor Perkebunan (Plantation) memberi daya tarik tersendiri, kebutuhan minyak dunia sebagai potensi pasar yang besar, banyaknya perusahaan yang masuk dalam Industri tersebut dan sudah menjadi perusahaan publik, sehingga dapat memberikan banyaknya pilihan dan peluang berinvestasi.

Kegiatan sertifikasi RSPO menunjukan performa perusahaan yang berkaitan dengan lingkungan dan kegiatan perkebunan kelapa sawit berkelanjutan di publikasikan secara umum sehingga menjadi informasi baik bagi Stakeholders maupun bagi investor. Informasi tersebut merupakan sinyal positif dan diharapkan memperoleh respons serta meningkatkan nilai perusahaan, memberi keyakinan akan keberlanjutan perusahaan, dan nilai tambah bagi perusahaan.

Dalam Pelaksanaannya, industri perkebunan melalukan reaksi yang berbeda terhadap kegiatan Sertifikasi RSPO, hal ini ditunjukan dari perbedaan partisipasi perusahaan di dalam industri baik berupa keanggotaan maupun performa sertifikasinya.

Menurut Hartono (2011), Informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan signal bagi investor (Signal Theory) dalam pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan volume

(6)

perdagangan saham. Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai signal baik (good news) atau signal buruk (bad news). Jika pengumuman informasi tersebut sebagai signal baik bagi investor, maka terjadi perubahan dalam volume perdagangan saham.

1.2. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Adanya respon yang berbeda dari perusahaan terhadap RSPO, dari 16 (enam belas) Perusahaan yang masuk dalam Industri Perkebunan di Bursa Efek Indonesia, hanya 10 (sepuluh) perusahaan yang sudah tergabung dalam RSPO dan 6 (enam) perusahaan lainnya belum menjadi anggota RSPO. Di dalam 10 anggota RSPO tersebut baru 9 perusahaan yang sudah melakukan sertifikasi. 2. Adanya perbedaan kinerja keuangan dan kinerja saham perusahaan perkebunan

yang menjadi anggota RSPO dan yang belum menjadi anggota, serta memungkinkan adanya pengaruh sertifikasi terhadap kinerja keuangan dan pertumbuhan nilai saham perusahaan.

1.3. Perumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, permasalahan yang didapat antara lain :

1. Apakah ada perbedaan signifikan dari kinerja keuangan dan kinerja saham perusahaan yang Menjadi anggota RSPO dan melakukan sertifikasi, dengan kinerja keuangan dan kinerja saham perusahaan yang tidak menjadi anggota RSPO?

2. Apakah ada pengaruh dari penerapan sertifikasi RSPO dengan kinerja keuangan Perusahaan Perkebunan?

(7)

3. Apakah sertifikasi RSPO mempengaruhi return saham perusahaan perkebunan di Bursa Efek Indonesia?

1.4. Tujuan Penelitian

Dengan adanya beberapa pemasalahan tersebut tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk menganalisa perbedaan dari kinerja keuangan dan kinerja saham perusahaan yang menjadi anggota RSPO dan melakukan sertifikasi, dengan saham dan kinerja keuangan perusahaan yang tidak menjadi anggota RSPO dengan melihat rasio Net Profit margin (NPM), Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE) , dan Return Saham.

2. Untuk menganalisa pengaruh kinerja sertifikasi RSPO perusahaan terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan berupa Profitabilitas yang di tunjukan dari nilai Net Profit margin. Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE).

3. Untuk menganalisa pengaruh kinerja sertifikasi terhadap return saham perusahaan perusahaan perkebunan yang melakukan sertifikasi RSPO di Bursa Efek Indonesia

1.5. Batasan Masalah

Sertifikasi RSPO diterapkan pada industri-industri yang menghasilkan/mengolah produk dari bahan baku Minyak nabati Kelapa sawit atau berupa Industri perkebunan, Batasan Masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Penelitian dilakukan untuk perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), saat ini jumlah emiten Sub Sektor Perkebunan terdiri dari 16 Perusahaan.

2) Dari perusahaan yang terdaftar tersebut terdapat 10 perusahaan yang menjadi anggota RSPO. Dengan kondisi 4 Perusahaan yang lebih dahulu menjadi anggota RSPO sebelum IPO dan 10 perusahaan lain yang lebih dahulu terdaftar di BEI, kegiatan sertifikasi yang dilakukan umumnya dimulai tahun 2012.

(8)

Sehingga Untuk melihat pengaruh kinerja keuangan dan return saham perusahaan setelah dilakukan kegiatan sertifikasi hanya dapat dilakukan untuk 6 perusahaan.

3) Secara umum dapat melihat dan membandingkan kinerja keuangan perusahaan dan pertumbuhan nilai saham antara anggota RSPO dan yang tidak menjadi anggota di dalam Sub Sektor Industri perkebunan

4) Periode penelitian dilakukan dari tahun 2008 hingga tahun 2015, agar memungkinkan terdapat periode analisa kinerja keuangan dan saham perusahaan sebelum dan sesudah adanya kegiatan sertifikasi.

1.6. Manfaat dan Kegunaan Penelitian

1.6.1. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan di atas maka diharapkan penelitian ini dapat bermafaat bagi Perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan untuk melakukan identifikasi kebijakan yang diambil terkait keanggotaan RSPO dan kegiatan sertifikasinya dinilai dari kinerja keuangan perusahaan berupa rasio Profitabilitas perusahaan Net Profit margin, Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), serta keputusan Investor yang melakukan investasi di pasar modal khususnya di bidang perkebunan

1.6.2. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan selain dapat berguna untuk bidang keilmuan berupa penelitan Tesis serta pembuktian beberapa teori terkait, juga dalam kegiatan aplikasi di manajemen/pengelolaan perusahaan perkebunan, maupun kegiatan investasi di pasar modal.

a. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat melihat seberapa besar pengaruh adanya Environment Improvement atau Environmental Performance melulu Sertifikasi

(9)

RSPO yang dipublikasikan sebagai wujud dari Legitimacy perusahaan, serta bagaimana informasi tersebut berpengaruh terhadap kinerja keuangan (Financial Performance) serta menjadi sinyal (Signal Theory) sehingga berdampak pada Nilai dan pertumbuhan saham (Stock Price) perusahaan.

b. Kegunaan Praktis

Kegunaan hasil penelitian yang dapat diterapkan diantaranya :

1. Sebagai pertimbangan perusahaan (perkebunan) dalam menerapkan sertifikasi lingkungan khusunya sertifikasi RSPO.

2. Sebagai pertimbangan Para investor saham di pasar modal industri perkebunan dalam mengelola saham – saham perkebunan yang berdampak dari kegiatan sertifikasi RSPO.

Gambar

Tabel 1.1 Produksi dan Ekspor Minyak Kelapa Sawit Indonesia:
Tabel 1.2 Daftar Emiten/Perusahaan Perkebunan anggota RSPO
Tabel  1.3  Daftar  Emiten/Perusahaan  Perkebunan  belum  menjadi  anggota  RSPO

Referensi

Dokumen terkait

total emiten yang terdaftar dalam Daftar Efek Syariah periode I adalah 328. emiten yang terdiri dari 313 perusahaan yang terdaftar di BEI,

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah penelitian menggunakan objek penelitian perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2017-

Untuk mengetahui pengaruh likuiditas terhadap financial distress (Studi pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Intellectual Capital Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Sub Sektor Telekomunikasi yang Terdaftar di Bursa efek Indonesia

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis kondisi financial distress pada perusahaan sub sektor telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Dalam peraturan ini disebutkan bahwa emiten atau perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) harus menyampaikan laporan keuangan kepada Bapepam

Daftar Sampel Perusahaan Sub Sektor Properti dan Real Estate Yang Terdaftar di BEI. No Kode Saham

Dengan melakukan penelitian menggunakan metode seven tools dan juga dengan metode FMEA ini, diharapkan dapat mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh dan cara