• Tidak ada hasil yang ditemukan

Anansi S. Ebu. : Dra. Hj. Maryam Rahim, M.Pd : Dra. Hj. Mardia Bin Smit, S.Pd, M.Si

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Anansi S. Ebu. : Dra. Hj. Maryam Rahim, M.Pd : Dra. Hj. Mardia Bin Smit, S.Pd, M.Si"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

2

MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI MELALUI BIMBINGA KELOMPOK DENGAN TEKNIK CINEMA THERAPY PADA SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI I BULANGO TIMUR KABUPATEN BONE

BOLANGO PROVINSI GORONTALO.

Anansi S. Ebu

Pembimbing I : Dra. Hj. Maryam Rahim, M.Pd Pembimbing II : Dra. Hj. Mardia Bin Smit, S.Pd, M.Si Abstrak

Kenyataan di lapangan menunjukan bahwa, masih terdapat siswa yang belum percaya diri. Para siswa sudah mampu menguasai materi pelajaran yang diberikan akan tetapi masih ada siswa yang belum memiliki rasa percaya diri, yakni sekitar 8 orang siswa atau 34%. Dapat diidentifikasi masalah, misalnya; malu bertanya, cenderung diam, dan selalu menolak untuk tampil di depan kelas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui percaya diri pada siswa kelas VIII SMP Negeri I Bulango Timur yang berjumlah 23 orang.

Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus, masing-masing siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel input, variabel proses dan variabel output. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis persentase. Untuk memudahkan proses penilaian maka, ditentukanlah kategori penilaian. Kategori yang dimaksud sebagai berikut; Mampu, Kurang mampu dan Tidak mampu, dan kategori Berani, Kurang Berani, dan Tidak berani. Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan percaya diri siswa pada masing masing siklus. Jika dilihat hasil kegiatan observasi awal bahwa terdapat 8 orang siswa yang belum percaya diri. Pada kegiatan siklus I terdapat 3 orang siswa yang telah percaya diri. Selanjutnya pada siklus II terdapat 5 orang siswa yang telah menunjukan perilaku percaya diri. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan sebanyak 5 orang siswa. Dengan demikian indikator kinerja dalam penelitian ini dapat tercapai. Hasil penelitian ini hendaknya menjad reverensi bagi praktisi pendidikan, dalam hal ini; kepala sekolah, guru BK dan siswa.

(3)

3

Percaya diri adalah keyakinan terhadap diri sendiri, dengan keyakinan ini tentunya siswa dapat mengekspresikan diri pada hal-hal yang positif. Menurut Lina dan Klara (2010:14-15), “percaya diri adalah rasa yakin dan percaya bahwa kita dapat melakukan atau meraih suatu hal. Dijelaskan pula bahwa kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap penilaian diri sendiri maupun terhadap lingkungan/situasi yang dihadapinya.

Akan tetapi kenyataan di lapangan menunjukan bahwa, masih banyak siswa yang belum memiliki pribadi yang optimal. Hal ini dapat dilihat pada hasil observasi awal peneliti pada saat pelaksanaan bimbingan kelompok diperoleh data bahwa dari 23 orang siswa kelas VIII SMP Negeri I Bulango Timur terdapat 15 orang siswa atau 65% siswa yang memiliki percaya diri. Para siswa sudah mampu menguasai materi pelajaran yang diberikan akan tetapi masih ada siswa yang belum memiliki rasa percaya diri yakni sekitar 8 orang siswa atau 34%. Gejala yang dapat dilihat misalnya; malu bertanya, cenderung diam, dan selalu menolak untuk tampil di depan kelas. Hal ini juga dapat dilihat ketika pelaksanaan bimbingan kelompok. Ketika guru pembimbing meminta siswa untuk memperkenalkan diri maka hanya sebahagian kecil siswa yang mampu, sedangkan yang lainya menolak, cenderung malu, banyak alasan, bahkan ada yang diam saja dan terkesan takut atau tidak berani berbicara. Begitu juga ketika diminta untuk menyampaikan pendapat, saran maupun tanggapan pada saat pelaksanaan bimbingan sebahagian besar anggota kelompok saling tolak menolak, tidak berani/takut dan malu untuk mengungkapkan pendapatnya. Selain itu, siswa belum dapat melakukan kegiatan tertentu, seperti berdoa, dan mempersiapkan fasilitas bimbingan.

Munculnya masalah tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya; kurangnya pembiasaan dari guru, serta kurangnya pemberian layanan bimbingan dan konseling untuk meningkatkan rasa percaya diri siswa. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, juga diperoleh informasi bahwa penggunaan teknik dalam proses layanan bimbingan dan konseling masih kurang variatif. Khususnya,

(4)

4

teknik cinema therapy dalam pelaksanaan layanan bimbingan kelompok belum maksimal dilakukan. Selama ini para guru Bimbingan dan Konseling cenderung melakukan teknik diskusi dan tanya jawab. Padahal masih banyak lagi teknik yang dapat digunakan seperti teknik cinema therapy. Oleh karena itu, dipandang perlu menggunakan teknik cinema therapy dalam pelaksanakan layanan bimbingan dan konseling khususnya pada bimbingan kelompok.

Dengan teknik cinema therapy siswa dapat dengan mudah memahami sesuatu yang disampaikan. Selain siswa paham, siswa juga dapat merasakan, karena siswa melihat langsung, seakan-akan berada pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. “Utami (2011:3), menjelaskan bahwa penggunaan film sebagai media terapi dengan pertimbangan bahwa melalui film proses kognitif-afektif dan behavioral dapat secara langsung dilatihkan kepada siswa. Siswa dapat dibantu untuk melakukan identifikasi karakter. Identifikasi karakter dapat membantu siswa mengembangkan kekuatan ego yang bersumber dari dalam yang terlupakan. Dengan melakukan identifikasi karakter film yang dilihat dapat membuka situasi yang dialami siswa yang tidak terungkap”.

Dari penjelasan tersebut disimpulkan bahwa, bimbingan kelompok dengan menggunakan teknik cinema therapy dapat memungkinkan para siswa memperoleh berbagai informasi, terkait dengan pengembangan diri, sosial, belajar dan karir. Dengan demikian rasa percaya diri sangat penting ditanamkan pada diri siswa. Kerena dengan percaya diri, seseorang dapat mengaktualisasikan dirinya. Percaya diri adalah yakin dengan kemampuan dirinya.

Dengan percaya diri siswa mampu mengaktualisasikan dirinya, mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan mampu menentukan pilihan-pilihan yang tepat bagi dirinya. Oleh karena itu, diadakan penelitian dengan judul “Meningkatkan Rasa Percaya Diri Melalui Bimbinga Kelompok Dengan Teknik Cinema Therapy Pada Siswa Kelas VIII di SMP Negeri I Bulango Timur Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo”.

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat diidentifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: (a) Siswa belum mampu mengemukakan pendapat

(5)

5

dalam hal ini bertanya, menjawab pertanyaan guru maupun teman (b) Siswa menolak bila diminta untuk tampil didepan kelas (c) Siswa takut mencoba, pesimis dan selalu mengasingkan diri (d) Apabila guru meminta siswa untuk memimpin doa atau melakukan atau kegiatan lain, para siswa cenderung menolak untuk melakukan kegiatan tersebut.

Berdasarkan analisis masalah tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : Apakah layanan bimbingan kelompok dengan menggunakan teknik

cinema therapy dapat meningkatkan percaya diri siswa kelas VIII di SMP Negeri I

Bolango Timur Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo.

Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka pemecahan masalah yang diterapkan oleh peneliti adalah dengan menerapkan bimbingan kelompok teknik Cinema Therapy. Adapun tahap-tahap bimbingan kelompok menurut Menurut Prayitno (dalam Nidya 2012:46-49) sebagai berikut: Tahap Pembentukan, Tahap Peralihan, Tahap Kegiatan, dan Tahap Pengakhiran.

Dalam bimbingan kelompok ini peneliti menggunakan teknik cinema therapy. Dalam pelaksanaan layanan ini peneliti menggunakan film, khusunya pada tahap kegiatan nanti. Siswa akan diputarkan film terkait dengan percaya diri, sehingga siswa memiliki pemahaman tentang pentingnya rasa percaya diri.

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan rasa percaya diri siswa kelas VIII di SMP Negeri I Bulango Timur Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo melalui bimbingan kelompok teknik cinema therapy.

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini sebagai berikut: (a) Bagi sekolah; Penelitian ini dapat sebagai bahan evaluasi bagi sekolah terkait dengan pelaksanaan BK di sekolah tersebut. Sehingga BK dapat diprogramkan dengan lebih baik lagi. (b) Bagi guru; Dari penelitian ini, guru-guru khususnya guru BK dapat memahami tentang pentingnya penggunaan teknik yang bervariasi dalam pelaksanaan layanan BK, salah satunya teknik cinema therapy. (c) Bagi siswa; Penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa dalam meningkatkan rasa percaya diri. (d) Bagi peneliti; Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi oleh peneliti selanjutnya dalam rangkan melakukan penelitian-penelitian berikutnya.

(6)

6

Selain itu peneliti juga dapat mengembangkan teknik cinema terapi pada layanan-layanan yang lain sesuai denga kondisi yang ada.

Kajian Teori

Percaya diri merupakan faktor penting yang perlu ditumbuhkan dalam diri siswa. Dengan percaya diri siswa mampu mengungkapkan pikiran/pendapat dan dapat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Menurut Lina dan Klara (2010:14-15), “percaya diri adalah rasa yakin dan percaya bahwa kita dapat melakukan atau meraih suatu hal. Dijelaskan pula bahwa kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap penilaian diri sendiri maupun terhadap lingkungan/situasi yang dihadapinya”.

Menurut Subini (2011:79), “bahwa rasa percaya diri merupakan modal belajar yang sangat penting. Seseorang yang marasa dirinya mampu mempelajari sesuatu maka keyakinannya itu akan menuntunya menuju keberhasilan. Kepercayaan pada diri sendiri sama dengan keyakinan untuk mampu melakukan sesuatu dan berhasil”. “Aminudin (2010:88) menjelaskan bahwa, percaya diri adalah kondisi mental/psikolagis diri seseorang yang member keyakinan kuat pada dirinya untuk melakukan suatu tindakan”.

Aminudin (2010:) “bahwa ada beberapa ciri atau karakteristik individu yang mempunyai rasa percaya diri yang proporsional, diantaranya adalah sebagai berikut: (1) Percaya akan kompetensi/kemampuan diri, hingga tidak membutuhkan pujian atau rasa hormat orang lain, (2) Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain dan berani menjadi diri sendiri, (3) Mempunyai pengendalian diri yang baik, (4) Memiliki cara pandang yang positif”.

Menurut Lina dan Klara (2010:22-25), “bahwa ciri orang yang tidak memiliki rasa percaya diri diantaranya (1) Berusaha menunjukan sikap konformis, semata-mata mendapatkan pengakuan dan penerimaan kelompok, (2) Menyimpan rasa takut/kehawatiran terhadap penolakan, (3) Sulit menerima realita diri (kekurangan diri), (4) Pesimis, (5) Takut gagal (6) Cenderung menolak pujian (7) Selalu menempatkan/memposisikan diri sebagai yang terakhir”.

(7)

7

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, orang yang memiliki rasa percaya diri memiliki ciri-ciri, diantaranya; selalu merasa yakin akan kemampuannya, mampu mengemukakan pemdapat, berani tampil didepan kelas dan mampu mengerjakan sesuatu dengan baik.

Selain itu Lina dan Klara (2010: 80-89), “menambahkan kiat-kiat membangun rasa percaya diri sebagai berikut: (1) Motivasi dirimu (2) perbaiki atau ubah penampilanmu (3) terus berlatih/tingkatkan kemampuan (4) Perluas pengetahuan dan minatmu (5) terima tantangan/tawaran baru (6) Ciptakan peluang-peluang baru (7) Jangan ragu meminta bantuan (8) belajar dari keberhasilan orang lain.

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa, untuk meningkatkan rasa percaya diri maka dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut: (1) bangun pikiran positif, (2) miliki keberanian, (3) banyak belajar kisah orang-orang sukses, (4) terus berusaha, (5) dan tetap semangat”.

Bimbingan Kelompok

Dalam bimbingan dan konseling terdapat berbagai jenis layanan yang dapat dilaksanakan untuk membantu siswa dalam menghadapi “masalahnya” baik dalam bidang pribadi, sosial belajar maupun karir. Mengingat jenis layanan dalam bimbingan dan konseling cukup banyak, maka peniliti memfokuskan pada satu jenis layanan yang akan digunakan dalam penelitian ini. Jenis layanan yang dimaksud adalah layanan bimbingan kelompok.

Menurut Gibson & Mitchell (2011:52), “bahwa bimbingan kelompok mengacu pada aktifitas-aktifitas kelompok yang berfokus kepada penyediaan informasi atau pengalaman melalui sebuah aktifitas kelompok yang terencana dan terorganisasi”. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat. Wardati dan Jauhar (2011:105), yang menjelaskan “bahwa bimbingan kelompok yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam pengembangan pribadi, kemampuan hubungan social, kegiatan belajar, karir/jabatan dan pengambilan keputusan serta melakukan kegiatan tertentu melalui dinamika kelompok”.

(8)

8

Rusmana (2009:13) “menjelaskan bahwa layanan bimbingan kelompok dapat didefinisikan sebagai proses pemberian bantuan kepada individu melalui suasana kelompok yang memungkinkan setiap anggota untuk belajar berpartisipasi aktif dan berbagi pengalaman dalam upaya pengambangan wawasan, sikap dan ketrampilan yang diperlukan dalam upaya mencegah timbulnya masalah atau dalam upaya pengembangan pribadi”. Yusuf (2006:50) “menjelaskan bahwa bimbingan kelompok adalah pemberian bantuan kepada siswa melalui situasi kelompok. Masalah yang dibahas dalam bimbingan kelompok bersifat Coomon Problem, masalah yang dialami bersama dan tidak rahasia, baik menyangkut masalah peribadi, sisail, belajar maupun karir”.

Setiap jenis layanan dalam bimbingan kelompok memiliki tujuan masing-masing. Bimbingan kelompok memiliki tujuan yang tentunya berorientasi pada siswa. Menurut Gibson & Mitchell (2011:52), “bimbingan kelompok bertujuan menyediakan kepada siswa informasi akurat yang akan membantu mereka membuat perencanaan hidup dan pengambilan keputusan yang lebih tepat”. Gazda dalam Prayitno & Amti (2008:309-310), “bahwa bimbingan kelompok diselnggarakan untuk memberikan informasi yang bersifat personal, vokasional, dan social”. Selanjutnya menurut Prayitno & Amti (2008:310) “dalam kaitannya dengan unsur kelompok, maka dapat diketahui bahwa tujuan yang hendak dicapai oleh kelompok tersebut adalah menerima informasi. Lebih jauh, informasi itu akan dipergunakan untuk menyusun rencana dan membuat keputusan, atau untuk keperluan lain yang relevan dengan informasi yang diberikan”.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan bimbingan kelompok adalah untuk memberikan informasi kepada siswa sehingga siswa mampu mengambil keputusan dan merencanakan kegiatan selanjtnya yang dilaksakan dalam proses dan dinamika kelompok. Selain itu, siswa mampu mengungkapkan pendapatnya, saling menghargai dan dapat terjalin keakraban dalam kelompok.

Salah satu yang menjadi syarat utama dalam bimbingan kelompok adalah tahapan pelaksanaan bimbingan kelompok itu sebdiri. Menurut Prayitno (dalam

(9)

9

Nidya 2012:46-49), “bahwa ada empat tahapan dalam bimbingan kelompok, sebagai berikut”; (a) Tahap Pembentukan, (b) Tahap Peralihan, (c) Tahap Kagiatan, (Tahap Pengakhiran).

Seperti halnya dengan layanan-layanan yang lain tentunya bimbingan kelompok memiliki kegunaan. Menurut Hartinah (2009:8-9), “terdapat beberapa kegunaan bimbingan kelompok sebagai berikut”: (a) Tenaga pembimbing sangat terbatas dan jumlah murid yang perlu dibimbing begitu banyak sehingga pelayanan bimbingan secara perorangan tidak akan merata.

a. Melalui bimbingan kelompok, siswa dilatih menghadapi suatu tugas bersama atau memecahkan suatu masalah bersam. Dengan demikian, sedikit banyak siswa untuk hidup secara bersama. Hal tersebut akan diperlukan atau dibutuhkan selama hidupnya.

b. Dalam mendidkusikan sessuatu bersama, didorong untuk berani mengemukakan pendapatnya dan menghargai pendapat orang lain. Selain itu beberapa siswa akan lebih berani membicarakan kesukarannya dengan pembimbing setealh mereka mengerti bahwa teman-temanya juga mengalami kesukaran tersebut.

c. Banyak informasi yang dibutuhkan siswa dapat diberikan secara kelompok dan cara tersebut lebih ekonomis.

d. Melalui bimbingan kelompok, beberapa siswa menjadi lebih sadar bahwa sebaiknya menghadapi konselor untuk mendapat bimbingan secara lebih mendalam.

e. Melalui bimbingan kelompok, seorang ahli bimbingan yang baru saja diangkat dapat memperkenalkan diri dan berusaha mendapatkan kepercayaan dari siswa.

Dari penjelasan tersebut disimpulkan bahwa bimbingan kelompok sangat berguna untuk membantu siswa dalam mengungkapkan pendapat, saran dan kritik dengan baik, serta melatih siswa unutk menghargai pendapat orang lain. Kegiatan bimbingan kelompok juga dapat memberikan berbagai informasi terkait dengan bidang pribadi, social, belajar maupun karir. Selain itu, bimbingan kelompok juga

(10)

10

melatih siswa untuk memecahkan masalah bersama sehingga dapat menghasilkan sesuatu yang lebih baik. Hal ini senada dengan pendapat Meier (1999:62), yang menyatakan bahwa “kebanyakan orang belajar lebih baik secara bersama sama dari pada sendiri-sendiri”.

Cinema Teharapy

Cinema therapy merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan dalam layanan bimbingan dan konseling, termasuk pada layanan bimbingan kelompok. Jadi dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan teknik cinema therapy Menurut Utami (2011:2), “Cinema Therapy adalah penggunaan film untuk membantu individu belajar mengenai dirinya sendiri dengan memeriksa bagaimana respon mereka terhadap penggambaran peran dan situasi yang berbeda”. Menurut Demir (dalam Utami. 2011:2), “Cinema Therapy adalah teknik terapi kreatif yang digunakan oleh pelatih psikoterapis dengan menggunakan film sebagai alat terapi. Terapi ini diggunakan untuk memberikan efek positif pada semua orang kecuali mereka yang mengalami gangguan psikotik. Terapi film adalah teknik terapeutik khusus yang di dalamnya menggunakan film komersial yang dipilih untuk mendapatkan arti terapeutik pada klien tentang pandangan secara individu atau dengan orang lain”. Utami (2011:3), menjelaskan “bahwa penggunaan film sebagai media terapi dengan pertimbangan bahwa melalui film proses kognitif-afektif dan behavioral dapat secara langsung dilatihkan kepada siswa.

Terkait dengan cinema therapy, tentunya ada beberap jenis cinema yang dapat dipilih dalam pelaksanaan layanan. Wolz (dalam Utami, 2011:3) “memperkenalkan beberapa macam terapi cinema yaitu popcorn cinema therapy, evocative cinema therapy dan cathartic cinema therapy”. Salah satu metode yang digunakan dalam pelatihan ini adalah evocative cinema therapy. Evocative cinema therapy adalah terapi yang menggunakan film sebagai sarana terapi untuk membantu orang lain memperlajari diri mereka sendiri dengan cara yang amat dalam. Cara ini didasari pada respon orang-orang tersebut membedakan karakter

(11)

11

dan adegan dalam film. Dari pendapat tersebut, maka penulis mengambil cinema therapy jenis Evocative cinema therapy.

Dari pendapat tersebut dapat disimpulakan bahwa, ada beberap jenis cinema yang dapat diberikan kepada siswa dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Cinema yang dipilih hendaknya disesuikan dengan kemampuan siswa.

Utami (2011:3), “menjelaskan bahwa film dapat memenuhi peran dari psikis mereka (siswa). Efek kognisi dari film adalah meningkatkan pembelajaran dan kreativitas, film dapat mengembangkan tujuh kecerdasan yang dimiliki tiap siswa. Kecerdasan logika diperoleh melalui alur cerita yang membantu siswa untuk membayangkan jalan cerita dilm dan melihat hubungan dari setiap peristiwa. Kecerdasan linguistic melalui bahasa cerita yang membantu siswa untuk melatih kemampuan bahasanya yang tepat seperti dalam cerita. Kecerdasan visual-spasial yang dikembangkan melalui gambar, warna, simbol yang ditampilkan dalam film. Kecerdasan musical dikembangkan melalui suara dan musik yang mendukung cerita. Kecerdasan interpersonal dikembangkan melalui latihan bercerita dan mengungkapkan cerita kepada orang lain. Kecerdasan kinestetik diperoleh melalui perpindahan yang dilakukan siswa dalam cinema therapy. Kecerdasan intrapersonal dikembangkan melalui bimbingan yang dilakukan dari dalam”.

Film mendukung terjadinya pelatihan perubahan tingkah laku yang menunjukkan keberanian menghadapi tantangan. Klien dapat termotivasi untuk meniru tingkah laku dan lebih terbuka untuk keberhasilan mengalami pelatihan dengan memulai dengan respon pencegahan. Demikian halnya dengan siswa yang mengikuti cinema therapy diharapkan juga memiliki kesadaran untuk memiliki kekuatan dalam menghadapi masalah dan memiliki keterarampilan dalam menyelesaikan masalah seperti dalam tokoh yang ada.

Alasan menggunakan cinema therapy di seting sekolah adalah: banyak anak-anak yang suka untuk melihat film dan televise, film memungkinkan konselor sekolah dengan cepat menangkap perhatian siswa dan berhubungan dengan siswa secara kognisi dan level pengembangan dengan menggunakan film yang sesuai dengan usia, film menyediakan pembelajaran dari budaya terkenal, film dapat

(12)

12

mendidik siswa untuk mengubah tingkah laku yang cepat, film memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi secara menarik. Menurut Sinetar dan Rosenstein (dalam Silvianingsih, 2011:4) “bahwa penggunaan media video/film telah terbukti membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan, pemahaman dan melakukam refleksi diri terhadap berbagai keadaan yang berbeda dengan dirinya”. Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan di SMP Negeri I Bolango Timur, pada siswa kelas VIII diketahui bahwa terdapat 15 orang siswa yang memiliki percaya diri atau 65% dan terdapat 8 orang siswa atau 34% siswa yang belum memiliki rasa percaya diri. Dari 15 orang siswa atau 65% akan ditingkatkan menjadi 20 orang siswa atau 87% siswa yang menunjukan percaya diri dari jumlah keseluruhan sebanyak 23 orang.

Metode Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri I Bulango Timur, Kabupaten Bone Bolango. Subjek dalam penelitian tidakan kelas ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri I Bulango Timur Kabupaten Bone Bolango sebanyak 23 orang. Dari 23 orang siswa, terdapat 15 orang siswa atau 65% siswa yang telah percaya diri dan terdapat 8 orang siswa atau 34% siswa yang belum memiliki rasa percaya diri. Dari 8 orang siswa ini, terdiri dari 3 orang laki-laki dan 5 orang perempuan dengan tingkat percaya diri yang berbeda-beda. Pelaksanaan tindakan kelas berlangsung selama 3 bulan yaitu dari bulan Oktober sampai Desember tahun 2013. Variabel dalam penelitian terdiri dari; (a) Variabel Input (masukan), (b) Variable Proses (c) Variabel Output. Untuk memudahkan proses penilaian maka, ditentukanlah kriteria/kategori penilaian. Kriteria/kategori ini disesuaikan dengan indikator percaya diri yang menjadi variabel output dalam penelitian ini.

Adapun tahap-tahap yang dilaksanakan pada kegiatan penelitian ini terdiri dari; Tahap Pelaksanaan Tindakan, Tahap Pemantauan dan Evaluasi, dan Tahap Analisis dan Refleksi. Teknik analisis data.Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis persentase. Analisis ini dilakukan dengan

(13)

13

mempresentasekan tingkat capaian yang diperoleh pada setiap indikator yang telah ditetapkan.

Hasil Penelitian

Hasil Analisis data pada kegiatan observasi awal diketahui bahwa, terdapat 4 orang siswa atau 17.3% siswa yang berada pada kategori kurang mampu/kurang berani. Selain itu, terdapat 4 orang siswa atau 17.3% yang berada pada kategori tidak mampu/tidak berani. Dapat disimpulkan bahwa dari 23 orang siswa terdapat 8 orang siswa yang belum percaya diri.

Hasil analisis data pada kegiatan siklus I peremuan I diketahui bahwa, terdapat 1 orang siswa atau 4.3% siswa yang berada pada kategori mampu/ berani. Selain itu, terdapat 4 orang siswa atau 17.3% yang berada pada kategori kurang mampu/kurang berani, dan terdapat 3 orang siswa atau 13% siswa yang berada pada kategori tidak mampu/tidak berani. Dapat disimpulkan bahwa, terjadi peningkatan antara kegiatan observasi awal dengan kegiatan siklus I pertemuan I.

Hasil analisis data pada kegiatan siklus I pertemuan II diketahui bahwa, terdapat 1 orang siswa atau 4.3% siswa yang berada pada kategori mampu/ berani. Selain itu, terdapat 5 orang siswa atau 21.7% yang berada pada kategori kurang mampu/kurang berani, dan terdapat 1 orang siswa atau 4.3% siswa yang berada pada kategori tidak mampu/tidak berani. Artinya pada siklus I terjadi peningkatan sebesar 8.6% atau terdapat 2 orang siswa yang telah percaya diri. Dapat disimpulkan bahwa, terjadi peningkatan antara kegiatan siklus I pertemuan I dan pertemuan II.

Hasil analisis data pada kegiatan siklus II pertemuan I diketahui bahwa, terdapat 1 orang siswa atau 4.3% siswa yang berada pada kategori mampu/ berani. Selain itu, terdapat 5 orang siswa atau 21.7% yang berada pada kategori kurang mampu/kurang berani, dan tidak terdapat siswa yang berada pada kategori tidak mampu/tidak berani. Artinya pada siklus I terjadi peningkatan sebesar 13% atau terdapat 3 orang siswa yang telah percaya diri. Dapat disimpulkan bahwa, terjadi peningkatan antara kegiatan siklus I pertemuan I dan pertemuan II.

(14)

14

Hasil analisis data pada kegiatan siklus II pertemuan II diketahui bahwa, Data ini menunjukan bahwa, terdapat 2 orang siswa atau 8.6% siswa yang berada pada kategori mampu/ berani. Selain itu, terdapat 3 orang siswa atau 13% yang berada pada kategori kurang mampu/kurang berani, dan tidak terdapat siswa yang berada pada kategori tidak mampu/tidak berani. Artinya pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 21.7% atau terdapat 5 orang siswa yang telah percaya diri. Dapat disimpulkan bahwa, terjadi peningkatan antara kegiatan siklus II pertemuan I dan pertemuan II.

Pembahasan

Selanjutnya penenlitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Masing-masing siklus dilaksanakan 2 kali pertemuan. Sebelum melakukan tindakan pada siklus I terlebih dahulu penenliti melakukan kegiatan observasi awal sebagai dasar pelaksanaan penelitian. Dalam setiap siklus terjadi peningkatan jumlah atau persentase siswa. Setiap selesai tindakan dilakukan diskusi antara peneliti (pengamat I) dengan pengamat II. Hasil diskusi merupakan perbaikan untuk pelaksanaan tindakan selanjutnya.

Dari hasil analisis data yang dilakukan pada kegiatan observasi awal, dapat diketahui bahwa terdapat 8 orang siswa atau sebesar 34% siswa yang masih menunjukan perilaku belum percaya diri. Dari hasil analisis data yang telah dilakukan oleh peneliti pada siklus I pertemuan I terjadi peningkatan 1 orang siswa atau 4.3% siswa yang telah percaya diri, serta masih terdapat 7 orang siswa atau 26% siswa yang belum percaya diri. Pada siklus I pertemuan II terjadi peningkatan 1 orang siswa atau 4.3% siswa yang percaya diri, dan terdapat 6 orang siswa atau 21.7% siswa yang belum memiliki rasa percaya diri.

Pada siklus II pertemuan I terjadi peningkatan 1 orang siswa atau 4.3% siswa yang telah memiliki rasa percaya diri, dan terdapat 5 orang siswa atau 21.7% yang belum memiliki rasa percaya diri. Selanjutnya pada siklus II pertemuan II terjadi peningkatan 2 orang siswa atau 8.6% siswa yang telah percaya diri dan terdapat 3 orang siswa atau 13% siswa yang belum memiliki rasa

(15)

15

percaya diri. Dari data ini dapat disimpulkan bahwa, setiap pertemuan pada masing-masing siklus mengalami peningkatan.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan percaya diri siswa pada masing masing siklus. Jika dilihat hasil kegiatan observasi awal bahwa terdapat 8 orang siswa yang belum percaya diri. Pada kegiatan siklus I terdapat 3 orang siswa yang telah percaya diri. Selanjutnya pada siklus II terdapat 5 orang siswa yang telah menunjukan perilaku percaya diri. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan sebanyak 5 orang siswa. Dengan demikian indikator kinerja dalam penelitian ini dapat tercapai. Hasil penelitian ini hendaknya menjad reverensi bagi praktisi pendidikan, dalam hal ini; kepala sekolah, guru BK dan siswa.

Saran

Adapun saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini yakni; (a) Bagi sekolah; dengan hasil penelitian ini, diharapkan sekolah dapat memberikan ruang bagi guru BK untuk dapat melaksanakan berbagai layanan bimbingan dan konseling. Karena dengan penelitian ini terbukti bahwa layanan bimbingan dan konseling dapat membantu perkembangan siswa, (b) Bagi guru Bimbingan dan Konseling; hendaknya terus melakukan berbagai layanan dengan menggunakan teknik yang berfariasi, termasuk bimbingan kelompok teknik cinema therapy, (c) Bagi siswa; siswa diharapkan tetap mengikuti berbagai layanan bimbigan dan konseling, tidak hanya bimbingan kelompok, akan tetapi dapat juga mengikuti layanan bimbingan klasikal, layanan responsif dan lain sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

Aminudin, 2007. Siapa Bilang Aku Lemah. Bandung: PT. Karya Kita Hartina, Sitti. 2009. Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. Bandung: Refika

Aditama

Lina dan Klara. 2010. Panduan Menjadi Remaja Percaya Diri. Jakarta: Percetakan PT. Perca

(16)

16

Meier, Dave. 2000. The Accelerated Learning Hand Book (Panduan Kreatif & Efektif Merancang Program Pendidikan dan Pelatihan). Kaifa

Nidya. 2012. Buku Pintar Panduan Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: Araska

Rusmana, Nandang. 2009. Bimbingan dan Konseling Kelompok di Sekolah (metode, teknik dan aplikasi). Bandung: Rizki Pres

Silvianingsih. 2011. Evektifitas Vidio Therapy Untuk Meningkatkan Kesadaran Akan Keragaman Budaya Siswa. Dalam Seminar dan Lokakarya Teknik dan Strategi Bimbingan dan Konseling Untuk Pendidikan Karakter. Malang, 15-18 Juni 2011. Tidak diterbitkan

Subini, Nini. 2011. Rahasia Gaya Belajar Orang Besar. Jakarta PT. Buku Kita Utami, Nugrahaeni Warih. 2011. Penerapan Teknik Cinemaeducation dalam

Meningkatkan Ketrampilan Pemecahan Masalah (problem solving skil) Siswa. Dalam Seminar dan Lokakarya Teknik dan Strategi Bimbingan dan Konseling Untuk Pendidikan Karakter. Malang, 15-18 Juni 2011. Tidak diterbitkan

Prayitno dan Amti, Erman. 2008. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta Rineka Cipta

Referensi

Dokumen terkait

a) Menurut sistem KUHP , dibedakan antara kejahatan yang dimuat Alasan pembedaan antara kejahatan dan pelanggaran adalah diketahui dari ancaman pidana pada

Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui interpretasi khalayak tentang pemberitaan kasus kekerasan seksual yang menimpa murid-murid di TK JIS yang

Kadar air pada kerupuk merupakan salah satu parameter yang berpengaruh terhadap penilaian konsumen karena berhubungan dengan tekstur maupun kerenyahan kerupuk

Banyak penelitian yang menghasilkan parameter dinamis dari tanah dasar di TPA, namun belum banyak yang menganalisis potensi kerusakan maupun crack yang terjadi

Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa akad/kontrak mudharabah memiliki risiko masalah keagenan yang relatif tinggi, yaitu nasabah menggunakan

Maka berdasarkan uraian tersebut, judul penelitian ini adalah “Pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Net Profit Margin dan Return On Asset Terhadap

Kontrak yang dilakukan secara elektronik ini telah mendapatkan pengesahan oleh pemerintah sebagai suatu kontrak yang sah dengan disahkannya Undang- Undang Nomor

SMA Negeri Botumoito XI 25.. Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi. dokumentasi adalah untuk mendapatkan data tentang skor siswa dalam