• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

iv

Nama : MOHAMMAD LUTFI MUZAKI NIM : 331310024

SKRIPSI : PERBANDINGAN TINGKAT KEBISINGAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP IZIN LINGKUNGAN HIDUP DI PT DETPAK INDONESIA DAN PT D&D PACKAGING INDONESIA

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Skripsi yang saya susun sebagai syarat untuk memperoleh gelas Sarjana Program Studi Teknik Lingkungan merupakan hasil pemikiran dan pemaparan asli dari saya sendiri.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penelitian Skripsi ini yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penelitian ilmiah.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik dan sanksi lain sesuai dengan peraturan yang berlaku di Sekolah Tinggi Teknologi Pelita Bangsa.

Bekasi, 6 Oktober 2018 Yang membuat pernyataan,

MOHAMMAD LUTFI MUZAKI NIM. 331310024

(4)

v Saya yang bertanda ftangan dibawah ini: nama : Mohammad Lutfi Muzaki nim : 331310024

program studi : Teknik Lingkungan

Demi pengembangan ilmu pengetahuan menyetujui untuk memberikan kepada Sekolah Tinggi Teknologi Pelita Bangsa atas karya ilmiah saya yang berjudul:

PERBANDINGAN TINGKAT KEBISINGAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP IZIN LINGKUNGAN HIDUP DI PT DETPAK INDONESIA DAN PT D&D PACKAGING INDONESIA

Dengan ini Sekolah Tinggi Teknologi Pelita Bangsa berhak menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat dan mendistribusikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bekasi, 6 Oktober Yang Menyatakan

(5)

vi

cukup pesat, dimana tercatat dari tahun diterbitkannya izin lingkungan hidup PT Detpak Indonesia telah melakukan pemindahan lokasi pemantauan lingkungan hidup ke jalan yang berbeda, sementara PT D&D Packaging Indonesia melakukan penambahan pemantauan lingkungan hidup dengan menempati wilayah pemantauan PT Detpak Indonesia yang sebelumnya.

Pemantauan lingkungan hidup PT Detpak Indonesia dan PT D&D Packaging Indonesia khusunya pemantauan intensitas kebisingan lingkungan kerja telah mengalami perubahan kualitas lingkungan hidup yang signifikan, tercatat dari 8 titik penelitian PT Detpak Indonesia 6 diantaranya sudah melebihi Nilai Ambang Batas kebisingan dan 10 titik penelitian yang dilakukan di PT D&D Packaging Indonesia 8 diantaranya sudah melebihi Nilai Ambang Batas yang telah ditentukan yaitu 85 dB untuk 8 jam kerja per hari.

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 Tentang Ijin Lingkungan perubahan yang telah dilakukan oleh PT Detpak Indonesia dan PT D&D Packaging Indonesia termasuk dalam kegiatan yang diwajibkan untuk mengajukan permohonan perubahan izin lingkungan.

Kata Kunci : pemantauan lingkungan hidup, intensitas kebisingan, izin lingkungan

(6)

vii

year it was published environmental permit of PT Detpak Indonesia have moved the environment monitoring location to different road, while PT D&D Packaging Indonesia make additional environmental monitoring occupying the monitoring the previous area of PT Detpak Indonesia.

Environment monitoring PT Detpak and PT D7D Packaging Indonesia especially monitoring noise intensity of the work environment has undergone change in significant environmental quality. Recorded from 8 research points PT Detpak Indonesia 6 of them have exceeded the noise threshold value and 10 research points on PT D&D Packaging Indonesia 8 of them have exceeded the noise threshod value that’s 85 dB to 8 working hours per day.

In accordance with the Government Regulation Number 27 Year 2012 about environmental permit. change have been made by PT Detpak Indonesia and PT D&D Packaging Indonesia include in mandatory activities to apply for a change in environmental permite.

(7)

viii

PERBANDINGAN TINGKAT KEBISINGAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP IZIN LINGKUNGAN HIDUP DI PT DETPAK INDONESIA DAN PT D&D PACKAGING INDONESIA

Dengan selesainya penelitian ini, Peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu peneliti sampai tersusunya skripsi ini.

Terima kasih peneliti ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Supriyanto, M.P. selaku Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Pelita Bangsa, Ibu Putri Anggun Sari., S.Pt. M.Si dan Dodit Ardiatma., S.T. M.Sc. yang telah membantu peneliti membimbing dan menyelesaikan penelitian ini. Ucapan terimakasih juga peneliti sampaikan kepada Istri tercinta yang telah memberikan waktunya untuk membantu peneliti menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa juga terimakasih kepada teman-teman satu angkatan 2013 Program Studi Teknik Lingkungan Sekolah Tinggi Teknologi Pelita Bangsa yang telah membantu dan bekerjasama dengan peneliti. Tidak lupa juga peneliti sampaikan terimakasih kepada keluarga dan para sahabat yang telah mensuport peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu peneliti mengharapkan masukan dan saran yang membangun dari semua pihak untuk pernyempurnaan laporan ini.

Akhir kata Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bekasi, 6 Oktober 2018 Peneliti

(8)

ix

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ... iv

LEMBAR PERSETUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... v

ABSTRAKSI ... vi

ABSTRAC ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah dan Pembatasan Masalah ... 4

1.2.1 Identifikasi Masalah... 4

1.2.2 Pembatasan Masalah ... 5

(9)

x

2.1 Lingkungan Hidup ... 8

2.2 Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup ... 9

2.3 Izin Lingkungan ... 11

2.4 Kualitas Lingkungan Hidup ... 14

2.4.1 Kualitas Udara ... 14

2.4.2 Nilai Ambang Batas ... 16

2.4.3 Kebisingan ... 17

2.4.4 Metode Pengukuran Intensitas Kebisingan ... 18

BAB III METODE PENELITIAN ... 22

3.1 Lokasi dan Objek Penelitian ... 22

3.3.1 Lokasi Penelitian ... 22

3.3.2 Objek Penelitian... 23

3.2 Bahan dan Alat Penelitian ... 23

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 23

3.4 Analisa Data... 24

3.5 Tahapan Pelaksanaan Penelitian ... 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

4.1 Hasil Pengukuran Kebisingan PT Detpak Indonesia ... 28

(10)

xi

4.2 Hasil Pengukuran Kebisingan PT D&D Packaging Indonesia ... 51

4.2.1 Area Pemantauan Lingkungan Hidup PT D&D Packaging Indonesia ... 51

4.2.2 Area Pemantauan dan Hasil Pengukuran Kebisingan Penelitian .. 52

4.2.3 Perbandingan Intensitas Kebisingan dengan Peraturan yang Berlaku ... 75

4.3 Kesesuaian Hasil Penelitian Dengan Peraturan Yang Berlaku... 77

BAB V KESIMPULAN ... 80

5.1 Kesimpulan ... 80

5.2 Saran ... 81

DAFAR PUSTAKA ... 83

(11)

xii

Tabel 2.2 Contoh Pengolahan Data Hasil Penelitian ... 19 Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Kebisingan PT Detpak Indonesia ... 28 Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan Titik 1 PT Detpak Indonesia... 31 Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan Titik 2 PT Detpak Indonesia... 32 Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan Titik 3 PT Detpak Indonesia... 33 Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan Titik 4 PT Detpak Indonesia... 35 Tabel 4.6 Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan Titik 5 PT Detpak Indonesia... 36 Tabel 4.7 Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan Titik 6 PT Detpak Indonesia... 37 Tabel 4.8 Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan Titik 7 PT Detpak Indonesia... 38 Tabel 4.9 Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan Titik 8 PT Detpak Indonesia... 39 Tabel 4.10 Pengolahan Data Hasil Penelitian ... 39 Tabel 4.11 Hasil Intensitas Kebisingan Ekuivalen ... 46 Tabel 4.12 Hasil Pengukurn Intensitas Kebisingan PT D&D Packaging Indonesia... 51 Tabel 4.13 Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan Titik 1 PT D&D Packaging Indonesia ... 54 Tabel 4.14 Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan Titik 2 PT D&D Packaging Indonesia ... 55 Tabel 4.15 Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan Titik 3 PT D&D Packaging Indonesia ... 56

(12)

xiii

Packaging Indonesia ... 58 Tabel 4.18 Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan Titik 6 PT D&D Packaging Indonesia ... 60 Tabel 4.19 Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan Titik 7 PT D&D Packaging Indonesia ... 61 Tabel 4.20 Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan Titik 8 PT D&D Packaging Indonesia ... 62 Tabel 4.21 Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan Titik 9 PT D&D Packaging Indonesia ... 63 Tabel 4.22 Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan Titik 3 PT D&D Packaging Indonesia ... 64 Tabel 4.23 Pengolahan Data Hasil Penelitian Titik 1 Hyunjin 2 ... 65 Tabel 4.24 Hasil Intensitas Kebisingan Ekuivalen Penelitian PT D&D Packaging Indonesia ... 74 Tabel 4.25 Jenis Perubahan Sesuai Peraturan Yang Berlaku ... 78

(13)

xiv

Gambar 2.2 Grafik Persamaan Perhitungan ... 21

Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian ... 22

Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian ... 25

Gambar 4.1 Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup PT Detpak Indonesia.. 27

Gambar 4.2 Lokasi Pemantauan Kebisingan PT Detpak Indonesia ... 28

Gambar 4.3 Area Pemantauan Lingkungan Hidup PT Detpak Indonesia Tahun 2018 ... 29

Gambar 4.4 Lokasi Pengukuran Intensitas Kebisingan PT Detpak Indonesia30 Gambar 4.5 Lokasi Pengukuran Intensitas Kebisingan Titik 1 PT Detpak Indonesia... 31

Gambar 4.6 Lokasi Pengukuran Intensitas Kebisingan Titik 2 PT Detpak Indonesia... 32

Gambar 4.7 Lokasi Pengukuran Intensitas Kebisingan Titik 3 PT Detpak Indonesia... 33

Gambar 4.8 Lokasi Pengukuran Intensitas Kebisingan Titik 4 PT Detpak Indonesia... 34

Gambar 4.9 Lokasi Pengukuran Intensitas Kebisingan Titik 5 PT Detpak Indonesia... 35

Gambar 4.10 Lokasi Pengukuran Intensitas Kebisingan Titik 6 PT Detpak Indonesia... 36

Gambar 4.11 Lokasi Pengukuran Intensitas Kebisingan Titik 7 PT Detpak Indonesia... 37

Gambar 4.12 Lokasi Pengukuran Intensitas Kebisingan Titik 8 PT Detpak Indonesia... 39

Gambar 4.13 Pengolahan Data Penelitian Titik 1 ... 41

Gambar 4.14 Pengolahan Data Penelitian Titik 2 ... 42

Gambar 4.15 Pengolahan Data Penelitian Titik 3 ... 43

(14)

xv

Gambar 4.20 Pengolahan Data Penelitian Titik 8 ... 46 Gambar 4.21 Intensitas Kebisingan Ekuivalen PT Detpak Indonesia ... 48 Gambar 4.22 Perbandingan Intensitas Kebisingan PT Detpak Indonesia ... 49 Gambar 4.23 Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup PT D&D Packaging Indonesia... 50 Gambar 4.24 Lokasi Pemantauan Kebisingan PT D&D Packaging Indonesia51 Gambar 4.25 Area Pemantauan Lingkungan Hidup PT D&D Packaging

Indonesia Tahun 2018 ... 52 Gambar 4.26 Lokasi Pengukuran Intensitas Kebisingan PT D&D Packaging Indonesia... 53 Gambar 4.27 Lokasi Pengukuran Intensitas Kebisingan Titik 1 PT D&D Packaging Indonesia ... 53 Gambar 4.28 Lokasi Pengukuran Intensitas Kebisingan Titik 2 PT D&D Packaging Indonesia ... 55 Gambar 4.29 Lokasi Pengukuran Intensitas Kebisingan Titik 3 PT D&D Packaging Indonesia ... 56 Gambar 4.30 Lokasi Pengukuran Intensitas Kebisingan Titik 4 PT D&D

Packaging Indonesia ... 57 Gambar 4.31 Lokasi Pengukuran Intensitas Kebisingan Titik 5 PT D&D

Packaging Indonesia ... 58 Gambar 4.32 Lokasi Pengukuran Intensitas Kebisingan Titik 6 PT D&D

Packaging Indonesia ... 59 Gambar 4.33 Lokasi Pengukuran Intensitas Kebisingan Titik 7 PT D&D

Packaging Indonesia ... 61 Gambar 4.34 Lokasi Pengukuran Intensitas Kebisingan Titik 8 PT D&D

Packaging Indonesia ... 62 Gambar 4.35 Lokasi Pengukuran Intensitas Kebisingan Titik 9 PT D&D

(15)

xvi

Gambar 4.39 Pengolahan Data Kebisingan Titik 3 Punching ... 68

Gambar 4.40 Pengolahan Data Kebisingan Titik 4 Nell Peter ... 69

Gambar 4.41 Pengolahan Data Kebisingan Titik 5 PMC ... 70

Gambar 4.42 Pengolahan Data Kebisingan Titik 6 Carton Former ... 70

Gambar 4.43 Pengolahan Data Kebisingan Titik 7 Folder Gluer ... 71

Gambar 4.44 Pengolahan Data Kebisingan Titik 8 KBA ... 72

Gambar 4.45 Pengolahan Data Kebisingan Titik 9 Paper Plate ... 72

Gambar 4.46 Pengolahan Data Kebisingan Titik 10 Warehouse ... 73

Gambar 4.47 Intensitas Kebisingan Ekuivalen PT D&D Packaging Indonesia75 Gambar 4.48 Perbandingan Intensitas Kebisingan PT D&D Packaging Indonesia... 76

(16)

xvii

Indonesia... 85 Lampiran.2 Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan Titik 2 PT Detpak Indonesia... 86 Lampiran.3 Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan Titik 3 PT Detpak Indonesia... 87 Lampiran.4 Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan Titik 4 PT Detpak Indonesia... 88 Lampiran.5 Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan Titik 5 PT Detpak Indonesia... 89 Lampiran.6 Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan Titik 6 PT Detpak Indonesia... 90 Lampiran.7 Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan Titik 7 PT Detpak Indonesia... 91 Lampiran.8 Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan Titik 8 PT Detpak Indonesia... 92 Lampiran.9 Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan Titik 1 PT D&D Packaging Indonesia ... 93 Lampiran.10 Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan Titik 2 PT D&D Packaging Indonesia ... 94 Lampiran.11 Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan Titik 3 PT D&D Packaging Indonesia ... 95 Lampiran.12 Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan Titik 4 PT D&D Packaging Indonesia ... 96 Lampiran.13 Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan Titik 5 PT D&D Packaging Indonesia ... 97 Lampiran.14 Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan Titik 6 PT D&D Packaging Indonesia ... 98

(17)

xviii

Lampiran.17 Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan Titik 9 PT D&D Packaging Indonesia ... 101 Lampiran.18 Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan Titik 10 PT D&D Packaging Indonesia ... 102

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perkembangan dunia industri di Wilayah Propinsi Jawa Barat khususnya di Kabupaten Bekasi dari tahun ke tahun semakin mengalami peningkatan, dimana sesuai dengan data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 tercatat jumlah industri besar dan sedang di Kabupaten Bekasi pada tahun 2010 sebanyak 802 industri dan pada tahun 2014 tecatat sebanyak 1143 industri.

Industri di Kabupaten Bekasi saat ini terbagi di beberapa Kawasan industri, diantaranya adalah Kawasan Industri MM210, Kawasan Industri Delta Silicon, Kawasan Industri Jakarta Timur (EJIP), Kawasan Industri Hyundai, Kawasan Industri Delta Mas (GIIC). Dimana dari seluruh Kawasan tersebut telah berdiri berbagai jenis usaha industri yang mampu memberikan kontribusi kepada lingkungan dan masyarakat sekitar. Dan salah satu Kawasan Industri yang sudah banyak ditempati oleh berbagai macam perusahaan yatu Kawasan Industri Delta Silicon yang dikelola oleh PT Lippo Cikarang Tbk.

PT Detpak Indonesia dan PT D&D Packaging Indonesia merupakan salah satu Perusahaan yang berada di Kawasan Industri Delta Silicon yang merupakan perusahaan dengan konsentrasi industri di bidang industri kemasan dari kertas, karton dan plastik. Dimana perusahaan ini telah berkembang dengan pesat dari tahun ke tahun dan telah memperluas pengelolaannya di berbagai tempat dan Kawasan indutstri di wilayah Kabupaten Bekasi.

(19)

Dalam perkembanganya PT Detpak Indonesia dan PT D&D Packaging Indonesia telah memiliki berbagai macam mesin produksi untuk memenuhi kapasitas produksi yang semakin banyak. Dari tahun ke tahun PT Detpak Indonesia dan PT D&D Packaging Indonesia melakukan penambahan mesin produksi yang pada akhirnya berdampak pula pada kualitas lingkungan dalam lingkungan perusahaan.

Banyaknya mesin produksi yang berada dalam lingkungan Perusahaan PT Detpak Indonesia dan PT D&D Pacakging Indoenesia telah membuat perubahan yang signifikan di dalam lingkungan perusahaan khususnya kualitas udara lingkungan hidup yang berpengaruh terhadap kondisi lingkungan biotik terutama paparan terhadap karyawan perusahaan yang setiap hari melakukan aktifitas pekerjaan

Kualitas udara lingkungan hidup yang terpapar terhadap karyawan secara langsung telah diatur dan di undangan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1045 Tahun 2002 Tentang Persayaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigerasi Nomor 13 Tahun 2011 Tengtang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja dimana masing-masing parameter memiliki Nilai Ambang Batas (NAB) maksimal.

Melihat perkembangan produksi PT Detpak Indonesia dan PT D&D Packaging Indonesia khususnya terkait masalah kualitas udara di dalam ruang produksi terdapat kemungkinan perubahan yang signifikan dari tahun berdirinya

(20)

perusahaan sesuai dengan Izin Lingkungan Hidup berupa Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL) sampai pada saat ini.

Izin Lingkungan Hidup merupakan salah satu perizinan yang wajib dimiliki oleh setiap perusahaan termasuk perusahaan PT Detpak Indonesia dan PT D&D Packaging Indonesia sesuai dengan pasal 1 ayat 1 dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2012 Tentan Izin Lingkungan menjelaskan bahwa Izin Lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap orang yang melakukan Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib Amdal atau UKL-UPL dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat memperoleh izin Usaha dan/atau Kegiatan.

Menindaklanjuti hal-hal diatas terkait dengan Izin Lingkungan PT Detpak Indonesia dan PT D&D Packaging Indonesia yang saat ini sudah memiliki Dokumen Lingkungan Hidup berupa Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) yang masing-masing perusahaan dibuat dan diperbaruhi terkahir kali pada tahun 2010 untuk PT Detpak Indonesia dan 2011 untuk PT D&D Packaging Indonesia.

Akan tetapi bila dilihat dari perkembangan yang telah dilakukan oleh kedua perusahaan baik PT Detpak Indonesia dan PT D&D Packaging Indonesia saat ini terdapat ketidak sesuaian antara Izin Lingkungan yang sudah diberikan pada tahun 2010 dan 2011 dengan kondisi yang saat ini sedang berjalan khususnya berkaitan

(21)

dengan kualitas udara lingkungan kerja yang berdampak langsung pada karyawan perusahaan.

Oleh karena itu untuk memenuhi perizinan lingkungan hidup sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup maka penulis kali ini akan melakukan penelitian mengenai perizinan lingkungan hidup yang berjudul “Perbandingan Tingkat Kebisingan Lingkungan Kerja Terhadap Izin Lingkungan Hidup PT Detpak Indonesia dan PT D&D Packaging Indonesia”.

1.2. Identifikasi Masalah dan Pembatasan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah

Banyaknya perkembangan produksi yang dilakukan oleh PT Detpak Indonesia dan PT D&D Packaging Indonesia mengharuskan adanya kesesuaian antara perizinan lingkungan hidup dengan kondisi yang saat ini berjalan. Hal ini apabila tidak dilakukan penelitian lebih lanjut dapat merugikan perusahaan dengan dikeluarkannya sangsi-sangsi dari Dinas Lingkungan Hidup mulai dari sangsi administratif sampai dengan sangsi penutupan perusahaan.

Oleh karena untuk memastikan dan menaati segala perizinan lingkungan hidup yang dimiliki oleh PT Detpak Indonesia dan PT D&D Packaging Indonesia diperlukan adanya analisa lebih lanjut terkait dokumen UKL-UPL yang telah diterbitkan pada tahun 2010 dan 2011 khususnya yang berkaitan dengan perubahan intensitas kebisingan lingkungan kerja sehingga dapat di lakukan proses yang sesuai dengan ketentukan perundangan yang berlaku.

(22)

1.2.2 Pembatasan Masalah

Penelitian ini dilakukan di PT Detpak Indonesia dan PT D&D Packaging Indonesia dengan Batasan masalah yang diambil yaitu perubahan pemantauan intensitas kebisingan lingkungan kerja sesuai dokumen perizinan lingkungan hidup yang telah dimiliki oleh PT Detpak Indonesia dan PT D&D Packaging Indonesia.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan yang telah penulis sampaikan diatas maka penulis dapat merumuskan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu :

1. Bagaimana perkembangan wilayah pemantauan lingkungan hidup PT Detpak Indonesia dan PT D&D Packaging Indonesia?

2. Bagaimana perubahan intensitas kebisingan PT Detpak Indonesia dan PT D&D Packaging Indonesia kaitannya dengan Nilai Ambang Batas yang telah ditentukan?

3. Bagaimana kesesuaian izin lingkungan hidup yang diberikan pada PT Detpak Indonesia dan PT D&D Packaging Indonesia ditinjau dari perubahan pemantauan intensitas kebisingan lingkungan kerja?

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang penulis lakukan adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui perkembangan pemantauan lingkungan hidup yang dilakukan oleh PT Detpak Indonesia dan PT D&D Packaging Indonesia dari tahun terakhir dikeluarkannya perizinan lingkungan hidup

(23)

2. Mengetahui perubahan intensitas kebisingan lingkungan kerja yang terjadi akibat perkembangan industri PT Detpak Indonesia dan PT D&D Packaging Indonesia

3. Menganalisis kesesuaian Izin Lingkungan Hidup PT Detpak Indonesia dan PT D&D Packaging Indonesia di tinjau dari pemantauan intensitas kebisingan lingkungan kerja sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2012 Tentang Izin Lingkungan 1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penilitian ini antara lain: 1. Bagi Perusahaan

a. Sebaga langkah awal PT Detpak Indonesia dan PT D&D Packaging Indonesia untuk mamatuhi dan menjalankan peraturan perundang-undangan tentang lingkungan hidup yang berlaku

b. Sebagai laporan awal bahwa perkembangan yang sudah dilakukan oleh PT Detpak Indonesia dan PT D&D Packaging Indonesia untuk di lakukan perizinan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

c. Mendapatkan saran dan masukan untuk mengurus perizinan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

(24)

2. Bagi Program Studi Teknik Lingkungan STT Pelita Bangsa

a. Sebagai bahan referensi Program Study Teknik Lingkungan STT Pelita Bangsa mengenai perizinan lingkungan hidup bagi perusahaan yang melakukan perkembangan

b. Sebagai referensi karya ilmiah terkait perubahan kualitas udara lingkungan kerja pada prusahaan-perusahaan yang ada disekitar kita.

c. Sebagai sarana pengembangan untuk mengembangkan penelitian terkait dengan kualitas udara lingkungan kerja di perusahaan 3. Bagi Peneliti

a. Mendapatkan pemahaman mengenai proses perizinan lingkungan hidup dari perusahaan yang melakukan perkembangan

b. Sebagai langkah awal penulis untuk masuk langsung ke pekerjaan mengenai perizinan lingkungan hidup yang dikelola oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lingkungan Hidup

Lingkungan hidup sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Dengan demikian lingkungan hidup yang kita tempati sekarang ini dipengaruhi oleh perilaku-perilaku manusia yang menyebabkan lingkungan hidup itu mengalami banyak perubahan.

Lingkungan hidup merupakan hal pokok yang harus diperhitungkan dalam setiap kegiatan manusia, karena untuk memenuhi kebutuhan hidupnya akan selalu terkait dengan lingkungan. Fungsi lingkungan bagi manusia, pertama adalah sebagai ruang bagi keberadaannya juga sebagai sumberdaya untuk memenuhi kebutuhannya. Selain fungsi lingkungan yang sifatnya tereksploitasi untuk memenuhi kebutuhan hidup, manusia juga mempunyai ketergantungan terhadap lingkungan. Karenanya perlu dilakukan pengelolaan lingkungan untuk mengatur sehingga kegiatan manusia berupa pembangunan dapat berlangsung secara berkelanjutan (Shoba, 2006).

Menurut Soerjani dkk, 2007 menjelaskan bahwa lingkungan hidup merupakan penelaahan terhadap sikap dan perilaku manusia, dengan segenap tanggung jawab dan kewajiban maupun haknya untuk mencermati tananan lingkungan dengan

(26)

sebaik-baiknya, sikap dan perilaku ini sangat diperlukan untuk memungkinkan kelangsungan peri kehidupan secara keseluruhan, termasuk kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Maka dari itu perlu dilakukan upaya untuk melaksanakan dan mewujudkan lingkungan hidup sesuai dengan asas peri kehidupan dan kesejahteraan secara menyeluruh.

Dalam upaya melaksanakan lingkungan hidup yang sesuai dengan perundang-undangan perlu adanya kebijakan lingkungan hidup yang dapat menerapkan bagaimana mewujudkan, mengelola serta memanfaatkan lingkungan hidup beserta sumber daya alam yang berkelanjutan sebagai upaya untuk tetap melesatarikan lingkungan hidup sesuai dengan amanat undang-undang.

Kebijakan lingkungan hidup merupakan perwujudan dari pengelolaan dan pemanfaatan sunber daya alam dan lingkungan hidup yang berkelanjutan (Suistainability) dan berkeadailan seiring dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam lingkungan yang lebih baik dan sehat (Siregar, dkk, 2007). Artinya dalam pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan h idup harus menyadari pentingnya pelestarian lingkungan hidup.

2.2 Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pengelolaan lingkungan dapat diartikan sebagai usaha secara sadar untuk memelihara atau dan memperbaiki mutu lingkungan agar kebutuhan dasar kita dapat terpenuhi dengan sebaik-beaiknya (Soemarwoto, 2004). Oleh karena itu sebagai bagian dari lingkungan hidup manusia harus berperilaku secara baik dan benar dalam pengelolaan lingkungan hidup sebagai langkah awal untuk perlindungan lingkungan hidup di masa mendatang, hal ini telah diamatkan dalam

(27)

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaa , pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum (Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup). Hal ini juga yang menjadikan dasar kita untuk ikut melindungi dan mengelola lingkungan hidup untuk mencegah pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup yang dapat memberikan dampak jangka panjang bagi seluruh makhluk hidup.

Manusia dan perilakunya merupakan faktor penting dari terbentuknya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang dapat dilihat di berbagai Wilayah, hak ini menunjukkak bahwa perikula manuasia merupakan faktr utama dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup menuntut dikembangkannya suatu sistem yang terpadu berupa suatu kebijakan nasional perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang harus dilaksanakan secara taat asas dan konsekuen dari pusat sampai ke daerah (Hamzah, 2016). Artinya dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup ini harus di mulai dan di laksanakan oleh tokoh utama dalam hal ini kementerian lingkungan hidup sebagai

(28)

pusat perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang kemudian akan di turunkan kepada pemerintah daerah dan masyarakat pada umumnya.

Dalam pengelolaan lingkungan hidup terdapat hubungan antara lingkungan hidup dengan beberapa bidang lainnya seperti perindustrian, kehutanan, pertambangan dan lain-lain. Persyaratan yang harus diterima darihubungan bidang-bidang tersebut terletak pada izin usaha dari tiap-tiap bidang-bidang yang diwajibkan memperoleh izin lingkungan (Saija, 2014). Oleh karena itu seluruh aktifitas dari setiap bidang usaha dan/atau kegiatan harus tercatat dan terlaporkan setiap semester sesuai dengan peraturan yang berlaku.

2.3 Izin Lingkungan

Izin lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan yang wajib AMDAL dan UKL-UPL dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan (Peratuan Pemerintah Republika Indone sia Nomor 27 Tahun 2012 Tentang Izin Lingkungan). Dengan demikian suatu usaha dan/atau kegiatan yang belum mimiliki izin usaha dan/atau kegiatan seyogyaya tidak dapat memperoleh izin lingkungan dari Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia.

Izin lingkungan sesuai PP Nomor 27 Tahun 2012 Pasal 1 diberikan bagi usahan dan/atau kegiatan yang sudah memiliki AMDAL maupun UKL-UPL, akan tetapi bagi usaha dan/atau kegiatan yang sudah berjalan terhadap lingkungan hidup dan tidak mempunyai izin lingkungan baik itu AMDAL maupun UKL-UPL sesuai

(29)

dengan PP Nomor 12 Tahun 2007 Pasal 1 wajib menyusun Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH) sebagai penganti dokumen AMDAL atau UKL-UPL.

Pemberian izin lingkungan diberikan atas dasar usaha dan/atau kegiatan yang sudah memenuhi seluruh persyaratan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup dengan wajib melaporkannya setiap 6 bulan sekali sesuai dengan pernyataan pelaksana dari penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan tersebut yang tercantum dalam dokumen pengelolaan lingkungan hidup baik AMDAL, UKL-UPL maupun DPLH.

Keterkaitannya dengan perkembangan usaha dan/atau kegiatan, izin lingkungan yang sudah diterbitkan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib mengajukan permohonan perubahan izin lingkungan, apabila usaha dan/atau kegiatan yang telah memperoleh izin lingkungan direncanakan untuk dilakukan perubahan. Sesuai dengan Pasal 50 ayat 2 PP Nomor 12 Tahun 2007 perubahan yang dimaksud adalah :

1. Perubahan kepemilikan usaha dan/atau kegiatan

2. Perubahan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup

3. Perubahan yang berpengaruh terhadap lingkungan hidup yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Perubahan dalam penggunaan alat-alat produksi yang berpengaruh terhadap lingkungan hidup

b. Penambahan kapasitas produksi

(30)

d. Perubahan sarana usaha dan/atau kegiatan

e. Perluasan lahan dan bangunan usaha dan/atau kegiatan f. Perubahan waktu atau durasi operasi usaha dan/atau kegiatan g. Usaha dan/atau kegiatan di dalam Kawasan yang belum tercakup

di dalam izin lingkungan

h. Terjadinya perubahan kebijakan pemerintah yang ditujukan dalam rangka peningkatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup; dan/atau

i. Terjadi perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar akibat peristiwa alam atau karena akibat lain, sebelum dan pada waktu usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan dilaksanakan;

4. Terhadap perubahan dampak dan/atau risiko terhadap lingkungan hidup berdasarkan hasil kajian analisi risiko lingkungan hidup dan/atau audit lingkungan hidup diwajibkan: dan/atau

5. Tidak dilaksanakannya rencana usaha/atau kegiatan dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak diterbitkannya Izin Lingkungan.

Penerbitan perubahan izin lingkungan itu sendiri dapat dilakukan dengan penerbitan perubahan keputusan kelayakan lingkungan hidup yang dilakukan melalui penyusunan dan penilaian dokumen AMDAL baru atau penyampaian dan penilaian terhadap addendum ANDAL dan RKL-RPL, adapun penerbitan yang ditujukan untuk UKL-UPL dilakukan dengan penerbitan perubahan rekomendasi UKL-UPL yang dilakukan melalui penyusunan dan pemeriksaan UKL-UPL yang baru.

(31)

2.4 Kualitas Lingkungan Hidup 2.4.1 Kualitas Udara

Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak memenuhi fungsinya (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara). Deskripsi diatas menunjukkan bahwa kualitas udara yang saat ini ada di atmosfer hanya dipengaruhi oleh kegiatan manusia itu sendiri mulai dari kegiatan industri, transportasi, penggundulan hutan dan lain sebagainya.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara menjelaskan udara ambien merupakan udara bebas dipermukaan bumi pada lapisan troposfir yang berada di dalam wilayah yurisdiksi Republik Indonesia yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur Lingkungan hidup lainnya.

Menurut Muzakkir (2017) menjelaskan bahwa kualitas udara saat ini dipengaruhi oleh Dua faktor yang merupakan sumber pencemaran udara baik dari alam maupun dari perbuatan manusia dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Dari Alam

Kualitas udara dipengaruhi oleh pencemaran dari alam yang berupa letusan gunung berapi menyemburkan debu dan gas sulfur, kebakaran hutan menghasilkan CO2, CO dan sulfur, penguapan samudera berupa

(32)

partikel garam, tepung sari, jamur, spora yang dibawa oleh hembusan angina.

2. Perbuatan Manusia

Sedangkan kualitas udara yang dipengaruhi oleh pencemar akibat perbuatan manusia antara lain adalah berkembangnya proses industri, pabrik-pabrik yang menghasilkan gas partikulat, pembakaran bahan bakar, hasil kotoran rumah tangga berupa asap, gas yang dihasilkan kendaraan bermotor, pesawat terbang, roket, alat pendingin, alat penyemprot dan lain-lain.

Pencemaran udara umumnya diartikan sebagai udara yang mengandung suatu atau lebih bahan kimia dalam konsentrasi yang cukup tinggi untuk dapat menyebabkan gangguan atau bahaya terhadap manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan dan harta benda (Sugianto dalam Zakaria dan Azizah 2013).

Pencemaran udara yang dilepaskan ke lingkungan merupakan pencemar yang berasal dari sumber-sumber emisi atau berasal dari setiap usaha dan/atau kegiatan yang mengeluarkan emisi dari sumber bergerak, sumber bergerak spesifik, sumber tidak bergerak, maupun sumber tidak bergerak spesifik. Salah satu sumber emisi sesuai dengan penjelasan tersebut adalah mesin-mesin produksi yang dimiliki oleh perusahaan.

Emisi merupakan zat, energi dan/atau komponen lain yang dihasilkan dalamsuatu kegiatan yang masuk dan/atau dimasukkannya ke dalam udara ambien

(33)

yang mempunyai dan/atau tidak mempunyai potensi sebagai unsur pencemar. Dengan sumber emisi terdiri dari 4 (Empat) sumber yaitu.

1. Sumber bergerak adalah sumber emisi yang bergerak atau tidak tetap pada suatu tempat yang berasal dari kendaraan bermotor

2. Sumber bergerak spesifik adalah sumber emisi yang bergerak atau tidak tetap pada suatu tempat yang berasal dari kereta api, pesawat terbang, kapal laut dan kendaraan berat lainnya

3. Sumber tidak bergerak adalah sumber emisi yang tetap pada suatu tempat

4. Sumber tidak bergerak spesifik adalah sumber emisi yang tetap pada suatu tempat yang berasal dari hutan dan pembakaran sampah

2.4.2 Nilai Ambang Batas

Nilai ambang batas (NAB) adalah standar faktor bahaya di tempat kerja sebagai kadar/intensitas rata-rata tertimbang waktu yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit dan gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam semingu.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara Baku mutu udara ambien adalah ukuran batas atau kadar zat, energi,dan/atau komponen yang ada atau yang seharusnya ada dan/atauunsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam udaraambien.

Nilai ambang batas akan sejalan dengan baku mutu lingkungan, dimana baku mutu lingkungan hidup merupakan ukuran batas bahan, zat atau energi yang

(34)

berada pada tempat dan kondisi tertentu dengan kadar maksimum suatu zat atau bahan yang diperbolehkan berada di lingkungan agar tidak menimbulkan dampat negative.

2.4.3 Kebisingan

Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran, hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja.

Kebisingan dalam lingkungan kerja sangat dipengaruhi oleh keberadaan mesin-mesin produksi dan mesin pendukungnya seperti compressor, disel, blower dan lain sebagainya. Faktor lain yang dapat memperngaruhi tingkat kebisingan biasanya bersumber dari lalu lintas kendaraan baik di dalam pabrik yang berupa forklift dan diluar pabrik berupa kendaraan bermotor.

Menurut Rimantho dan Cahyadi (2014) Sumber bising ialah sumber bunyi yang kehadirannya dianggap mengganggu pendengaran baik dari sumber bergerak maupun tidak bergerak. Umumnya sumber kebisingan dapat berasal dari kegiatan industri, perdagangan, pembangunan, alat pembangkit tenaga, alat pengangkut dan kegiatan rumah tangga. Di industri, sumber kebisingan dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu mesin, vibrasi, pergerakan udara, gas dan cairan.

Pada lingkungan kerja industri tingkat kebisingan yang dihasilkan biasanya cukup tinggi sehingga harus ada batas waktu pajanan kebisingan yang dalam hal ini sudah diatur dan ditentukan oleh paraturan perundang-undangan. Adapun nilai

(35)

ambang batas (NAB) tingkat kebisingan sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja adalah sebagai berikut.

Tabel 2.1 Nilai Ambang Batas (NAB) Kebisingan

No Waktu Pemaparan per Hari Intensitas Kebisingan (dBA) 1 8 Jam 85 2 4 Jam 88 3 2 Jam 91 4 1 Jam 94 5 30 Menit 97 6 15 Menit 100

Sumber : Permenakertrans Nomor 13 Tahun 2011

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1045 Tahun 2002 Tentang Persayaratn Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri menjelaskan pengertian kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga menggaunggu atau membahayakan kesehatan. Tingkat pajanan kebisingan yang diizinkan maksimal 1 (satu) hari pada ruang proses adalah sama dengan tabel 2.2 di atas.

2.4.4 Metode Pengukuran Intensitas Kebisingan

Pengukuran dengan system angka penunjuk yang paling banyak digunakan adalah angka penunjuk ekuivalen (equivalent index (Leq)). Angka penunjuk ekuivalen adalah tingkat kebisingan yang berubah-ubah (fluktuatif) yang diukur selama waktu tertentu, yang besarnya setara dengan tingkat kebisingan tetap yang

(36)

diukur pada selang waktu yang sama (Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 48 Tahun 1996 Tentang Baku Tingkat Kebisingan).

Sistem angka penunjuk yang banyak dipakai adalah angka penunjuk persentase. Persentase yang mewakili tingkat kebisingan minoritas adalah kebisingan yang muncul 10% dari keseluruhan data (L10) dan tingkat kebisingan

mayoritas yang muncul adalah 90% dari data pengukuran (L90). Persentase tengah

(L50) uumunya identik dengan kebisingan rata-rata selama periode pengukuran. L90

disebut kebisingan buangan atau sisa dan L10 adalah tingkat kebisingan yang

umumnya menimbulkan gangguan. (Mediastika, 2005)

Menurut ramli dkk, 2014 untuk mengolah data pengukuran kebisingan terlebih dahulu mengurutkan data penelitian mulai dari nilai minimum sampai nilai maksimum dan interval, selain itu harus ditentukan jarak kelas, jumlah kelas dan interval kelasnya sehingga akan diperoleh data perhitungan seperti contoh dibawah ini.

Tabel 2.2 Contoh Pengolahan Data Hasil Penelitian

No Interval Kebisingan

(dB) Nilai Tengah Frekuensi

Frekuensi (%) 1 64.01 – 66.00 65.01 5 0.8 2 66.01 – 68.00 76.01 23 3.8 3 68.01 – 70.00 69.01 88 14.7 4 70.01 - 72.00 71.01 167 27.8 5 72.01 - 74.00 73.01 149 24.8 6 74.01 - 76.00 75.01 84 14.0 7 76.01 - 78.00 77.01 54 9.0 8 78.01 - 80.00 79.01 21 3.5 9 80.01 - 82.00 81.01 8 1.3

(37)

10 82.01 - 84.00 83.01 1 0.2

Sumber : Ramli, 2014

Kemudian dari tabel yang sudah dibuat akan diperoleh grafik histogram yang dapat digunakan untuk menghitung intensitas kebisingan.

Gambar 2.1 Hubungan Tingkat Kebisingan dan Frekuensi (%) Sumber : Ramli, 2014

Rumus untuk menghitung intensitas kebisingan menurut Mediastika, 2005 adalah.

Leq = L50 + 0.43 (L1 – L50)

Dimana :

Leq = Tingkat kebisingan ekuivalen L50 = Angka penunjuk kebisingan 50% L1 = Angka penunjuk kebisingan 1%

Sementara untuk dapat menghitung L50 dapat menggunakan persamaan luas area sebesar 50% dengan menggunakan grafik histogram dari seluruh data

(38)

penelitian dan dikalikan dengan lebar kelas dari data penelitian seperti gambar dibawah ini.

Gambar 2.2 Grafik Persamaan Perhitungan L50 Sumber : Mediastika, 2005

Rumus L50 menurut Mediastika, 2005 adalah sebagai berikut. L50 = Lebar Kelas (Persamaan Grafik) + Y

Sementara itu untuk mencari L1 mengunakan persamaan yang sama sehingga dapat jabarkan rumus sebagai berikut.

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Objek Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian

Dalam rangka pengumpulan data, informasi dan dokumen-dokumen lingkungan hidup yang terkait dengan penelitian ini, maka peneliti melakukan penelitian ini di 2 (Dua) perusahaan yang berbeda yaitu PT Detpak Indonesia dan PT D&D Packaging Indonesia yang masing-masing perusahaan beralamat di Jl. Angsana Raya Blok A2 No2 Kawasan Industri Delta Silicon, Lippo Cikarang, Kabupaten Bekasi.

Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian

(40)

3.1.2 Objek Penelitian

Objek penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu perubahan lokasi pemantauan lingkungan hidup dan perubahan intensitas kebisingan lingkungan kerja PT Detpak Indonesia dan PT D&D Packaging Indonesia.

3.2 Bahan dan Alat Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini bahan-bahan yang peneliti butuhkan adalah dokumen-dokumen lingkungan hidup dari PT Detpak Indonesia dan PT D&D Packaging Indonesia dan seluruh dokumen pendukung lainnya yaitu Undang-undang mengenai izin lingkungan hidup, layout perusahaan sesuai dengan perkembangan saat ini dan dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup terakhir PT Detpak Indonesia dan PT D&D Packaging Indonesia.

Peralatan yang peneliti gunakan untuk melaksanakan penelitian ini yaitu 1 (Satu) set Sound Level Meter yang berfungsi untuk mengukur intensitas kebisingan setiap mesin-mesin produksi PT Detpak Indonesia dan PT D&D Packaging Indonesia.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah :

(41)

Merupakan proses pengumpulan data dengan mengumpulkan intisari dari Undang-undang mengenai izin lingkungan, jurnal, buku dan sumber lain yang berhubungan dengan penlitian yang dilakukan.

2. Pengamatan lapangan

Pengamatan lapangan yang dilakukan oleh peneliti yaitu mengamati seluruh kegiatan proses produksi, melakukan pengukuran intensitas kebisingan pada area sampling

3. Pengumpulan dokumen lingkungan terdahulu

Pengumpulan dokumen lingkungan terdahulu dilakukan dengan menelaah dokumen UKL-UPL yang dimiliki oleh PT Detpak Indonesia dan PT D&D Packaging Indonesia pada tahun terakhir pembuatan dokumen tersebut yang selanjutnya akan di lakukan pengabungan dengan kondisi lingkungan hidup sekarang yang telah di lakukan pengamatan.

3.4 Analisis Data

Teknik analisa data yang peneliti gunakan adalah metode kuantitatif . Hasil analisa pemantauan kualitas tingkat kebisingan lingkungan kerja dibandingkan dengan baku mutu yang berlaku sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja dan dipadukan dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2012 Tentang Izin Lingkungan untuk mendapatkan hasil yang di inginkan.

(42)

Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian

Sumber : Analisa Peneliti, 2018

Mulai Analisa data dokumen lingkungan hidup (UKL-UPL) Analisa lokasi pemantauan Pengolahan data Perbandingan dengan peraturan yang berlaku Pengukuran intensitas kebisingan Selesai

(43)

3.5 Tahapan Pelaksanaan Penelitian

Tahapan pelaksanaan penelitian yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut :

1. Persiapan Penelitian

Tahap persiapan penelitian ini meliputi persiapan mengenali lokasi penelitian dengan pedoman pada dokumen UKL-UPL PT Detpak Indonesia dan PT D&D Packaging Indonesia dan menentukan poin mana yang akan dijadikana objek penelitian

2. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian merupakan proses pengumpulan data berupa data primer dan data sekunder dengan kegiatan dalam pelaksanaan penelitian meliputi:

a. Melakukan pengumpulan data primer dengan menganalisa dan mengamati secara langsung perubahan-perubahan yang terjadi di PT Detpak Indonesia dan PT D&D Packaging Indonesia dengan berpedoman pada dokumen UKL-UPL

b. Mengumpulkan data sekunder berupa dokumen lingkungan hidup serta dokumen pendukung lainnya

c. Melakukan sampling intensitas kebisingan pada setiap mesin produksi pada seluruh area produksi PT Detpak Indonesia dan PT D&D Packaging Indonesia dengan menggunakan Sound Lever Meter

(44)

d. Mengumpulkan data hasil sampling tingkat kebisingan pada masing-masing area pemantauan sesuai dengan laporan hasil sampling implementasi UKL-UPL per semester

e. Mengolah data-data penelitian menggunakan analisis perbandingan dengan membandingkan kondisi sekarang sesuai dengan PP Nomor 27 Tahun 2012 Tentang Ijin Lingkungan f. Membuat laporan penelitian

(45)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengukuran Kebisingan PT Detpak Indonesia

4.1.1 Area Pemantauan Lingkungan Hidup PT Detpak Indonesia

Area pemantauan lingkungan hidup PT Detpak Indonesia sesuai dengan Dokumen UKL-UPL tahun 2010 dapat Peneliti sajikan pada gambar 4.1 dibawah ini.

Gambar 4.1 Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup PT Detpak Indonesia Sumber : UKL-UPL PT Detpak Indonesia, 2010

Area pemantauan lingkungan hidup PT Detpak Indonesia khususnya pemantauan intensitas kebisingan lingkungan kerja dilakukan di 2 (Dua) titik

(46)

pemantauan yaitu paper plant dan sack plant yang masing-masing area mempunyai intensitas kebisingan lingkungan kerja sebagai berikut:

Gambar 4.2 Lokasi Pemantauan Kebisingan PT Detpak Indonesia Sumber : UKL-UPL PT Detpak Indonesia, 2010

Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Kebisingan PT Detpak Indonesia

No Lokasi Pengukuran Hasil Pengukuran Satuan

1 Paper Plant 76-80 dB

2 Sack Plant 65-73 dB

Sumber : UKL-UPL PT Detpak Indonesia, 2010

Hasil sampling pengukuran intensitas kebisingan sesuai tabel diatas masih dibawah Nilai Ambang Batas (NAB) untuk waktu 8 jam kerja sesuai dengan persayarat Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Kimia di Tempat Kerja sebesar 85 dB untuk jam kerja normal 8 (Delapan) jam sehari..

(47)

4.1.2 Area Pemantauan dan Hasil Pengukuran Kebisingan Penelitian

Area pemantauan lingkungan hidup PT Detpak Indonesia pada tahun 2018 telah mengalami perubahan yang cukup besar sesuai dengan gambar 4.3 dibawah ini.

Gambar 4.3 Area Pemantauan Lingkungan Hidup PT Detpak Indonesia Tahun 2018 Sumber : Hasil Penelitian, 2018

Hasil pengukuran intensitas kebisingan yang dilakukan oleh Peneliti di area pemantauan yang baru PT Detpak Indonesia terdiri dari 8 titik pemantauan dengan 5 titik dilakukan di Paper Plant dan 3 titik dilakukan Sack Plant yang dapat disajikan pada tabel-tabel dibawah ini berikut ini :

(48)

Gambar 4.4 Lokasi Pengukuran Intensitas Kebisingan PT Detpak Indonesia Sumber : Hasil Penelitian, 2018

Lokasi Pengukuran : Titik 1 Triumph 3F

Waktu Pengukuran : 9 Juli 2018 Pukul 13:30 WIB Koordinat Pengukuran : 6O19’11.2” LS 107 O07’18.9” BT

(49)

Gambar 4.5 Lokasi Pengukuran Intensitas Kebisingan Titik 1 PT Detpak Indonesia Sumber : Dokumentasi Penelitian, 2018

Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan Titik 1 PT Detpak Indonesia

No Periode Satuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 87 87.7 87.8 87.9 87.3 87.1 90 86.5 89 87 dB 2 86.7 87.2 90 88.1 87.3 86.8 86.8 87.6 88 87.3 dB 3 88.2 88.3 87.6 87.7 86.8 91.6 89.5 90.4 90.2 86.5 dB 4 87.2 87.6 88.2 89.5 89 90 86.9 89 87.8 88.7 dB 5 89.5 89.3 88 88.2 86.9 90.1 86.9 86.5 88.5 90.1 dB 6 88.5 91.1 90 87.5 86.9 91.6 87.1 90 87.9 87.4 dB 7 89 88.5 87.5 87.8 87.3 87.5 87 88.7 87.8 89.7 dB 8 87.1 91 87.7 87.8 97.3 87.5 86.5 88 86.5 88.9 dB 9 87.2 88.7 87.8 87.6 88 90 86.9 87.8 91.2 91.1 dB 10 86.6 87.4 87.1 87.8 89.6 90.3 86.9 88.7 90.5 90 dB

(50)

Lokasi Pengukuran : Titik 2 Befanco 11 Waktu Pengukuran : 9 Juli 2018 Pukul 13:45

Koordinat Pengukuran : 6O19’13.0” LS 107 O07’17.3” BT

Gambar 4.6 Lokasi Pengukuran Intensitas Kebisingan Titik 2 PT Detpak Indonesia Sumber : Dokumentasi Penelitian, 2018

Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan Titik 2 PT Detpak Indonesia

No Periode Satuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 92.2 90 91.7 91.9 91 91.9 92.1 91.2 92 91 dB 2 91.2 91.2 91.1 92 92 92.3 92.3 91.3 92 92.1 dB 3 91.7 91 90.8 90.8 91.5 91.8 92 92.2 90.5 91.5 dB 4 91.1 91.2 91.5 91.5 91.3 91.4 91.8 90.8 91.2 91.2 dB 5 91.4 91 90.5 92.3 91.3 92 91.5 92.8 91 91.8 dB 6 90.7 91.3 91.8 91.3 91.7 91.9 90.9 92 92 92 dB 7 92 91.4 90.8 91.8 91.7 91.6 90.8 91 92.1 90.8 dB 8 91.2 90.6 90.8 92 91.4 90.7 91 91.5 91.2 91.9 dB 9 90.9 91 91 91.8 91.9 90 91.7 90.8 91.9 91.1 dB

(51)

No Periode Satuan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

10 91.3 90.8 90.9 91.2 91.9 90.3 91.8 91 90.5 90 dB

Sumber : Pengukuan Penelitian, 2018

Lokasi Pengukuran : Titik 3 Waxer

Waktu Pengukuran : 9 Juli 2018 Pukul 14:30

Koordinat Pengukuran : 6O19’12.3” LS 107 O07’17.6” BT

Gambar 4.7 Lokasi Pengukuran Intensitas Kebisingan Titik 3 PT Detpak Indonesia Sumber : Dokumentasi Penelitian, 2018

Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan Titik 3 PT Detpak Indonesia

No Periode Satuan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 85.3 87.2 86.7 87 88 86 87 88.4 85.9 88 dB 2 87.1 87 87.7 87.1 88 87.3 86.9 87.9 86.1 88.2 dB 3 86.2 88.1 87.1 87 87.4 86.7 86.5 88.1 86 87.9 dB

(52)

No Periode Satuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 4 85.1 85.5 87.2 86.8 87.9 88 87.4 86.7 86.8 88 dB 5 85.2 86.5 86.9 85.5 87.9 86.2 88.1 87 88 86.1 dB 6 87.5 87.6 97.3 86.4 87.1 87.3 87.4 87.5 87.3 86.1 dB 7 87.3 87.1 86.1 88.3 86.7 86.4 87.2 87.6 86.7 87 dB 8 86.5 87.6 86.7 87.2 86.1 88.1 86.5 87.8 85.2 86.5 dB 9 87.2 88.3 88.3 88.7 86.8 86.8 87 85.7 85.9 86.7 dB 10 88 88 86.5 88.7 87.8 86.9 87.8 85 86.9 87 dB

Sumber : Pengukuan Penelitian, 2018

Lokasi Pengukuran : Titik 4 Weber 8

Waktu Pengukuran : 9 Juli 2018 Pukul 14:45

Koordinat Pengukuran : 6O19’12.5” LS 107 O07’18.1” BT

Gambar 4.8 Lokasi Pengukuran Intensitas Kebisingan Titik 4 PT Detpak Indonesia Sumber : Dokumentasi Penelitian, 2018

(53)

Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan Titik 4 PT Detpak Indonesia No Periode Satuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 89.5 87.9 86.7 87.2 88.1 87 86.9 87.6 87.8 88 dB 2 88.6 88.8 87.3 86.9 88 86.7 86.9 87.9 87.9 88.3 dB 3 87 88 88.7 88.5 87.8 86.8 87 86.9 86.8 88 dB 4 87.5 87.9 89 88 87.9 88.1 85.9 86.8 88.2 87.9 dB 5 90.5 86.7 87.5 86.9 86.9 86.3 87.4 88.7 89.1 86.9 dB 6 90.1 86.8 87.9 86.6 87.2 87.2 87.5 89 90.3 87.1 dB 7 88.9 87.1 86.7 87.8 87.6 88 89 89.1 89.3 87 dB 8 89 87.5 87.6 86.9 86.3 88.1 86 87.8 87.4 87.5 dB 9 89.2 88.5 88.2 85.8 86.7 87.1 86.5 89 88.1 86.7 dB 10 89.2 88 87.9 85.6 88.7 86.5 87.8 88.6 87.4 87 dB

Sumber : Pengukuan Penelitian, 2018

Lokasi Pengukuran : Titik 5 Warehouse

Waktu Pengukuran : 9 Juli 2018 Pukul 15:00 WIB Koordinat Pengukuran : 6O19’13.7” LS 107 O07’17.3” BT

Gambar 4.9 Lokasi Pengukuran Intensitas Kebisingan Titik 5 PT Detpak Indonesia Sumber : Dokumentasi Penelitian, 2018

(54)

Tabel 4.6 Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan Titik 5 PT Detpak Indonesia No Periode Satuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 83 83.8 84.2 84.1 83 82.1 84.3 83.4 85 84.5 dB 2 82.3 84.2 83.5 84 83.6 82.5 82.1 84.2 83.9 84.1 dB 3 79.7 84.1 84.2 83.6 82 83.5 83 84.7 81 81.4 dB 4 79.9 79.9 83.7 82.7 84.2 83 81.2 83.2 80.5 81 dB 5 80.2 80.4 80.4 84.2 83.9 80 79.9 81.5 82.1 83.2 dB 6 82 82.3 81.6 84.6 84.2 81.3 80.6 83 81.6 81 dB 7 81.6 81.1 81.7 83.5 84.5 82.5 81.5 81.2 84.8 82.9 dB 8 83.5 81.5 82.1 81 82.9 83.6 84.6 82.4 85 83.2 dB 9 83.6 83.2 80.3 80.6 83.4 84 80.7 81.5 83.2 84 dB 10 84.2 83 82.3 83.5 83.5 84.4 81.5 84.8 83.3 83.4 dB

Sumber : Pengukuan Penelitian, 2018

Lokasi Pengukuran : Titik 6 CMF

Waktu Pengukuran : 11 Juli 2018 Pukul 11:00 WIB Koordinat Pengukuran : 6O19’08.0” LS 107 O07’17.9” BT

Gambar 4.10 Lokasi Pengukuran Intensitas Kebisingan Titik 6 PT Detpak Indonesia Sumber : Dokumentasi Penelitian, 2018

(55)

Tabel 4.7 Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan Titik 6 PT Detpak Indonesia No Periode Satuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 87.1 86.5 86.3 85.9 86.3 87.8 88.2 86.8 88.2 87 dB 2 85.7 86.4 87.5 86.4 87.5 89.2 87.3 88.2 89.1 87.3 dB 3 85.9 88.1 87.4 86.3 87.2 86.4 86.1 87.5 87.6 86.6 dB 4 86.6 85.9 86.9 87.1 87.8 85.6 87.6 87.9 85.7 87.5 dB 5 86.8 85.7 86.1 87 86.9 87.3 85.8 86.5 85.3 88.9 dB 6 87.2 87.6 85.9 86.3 85.3 86.9 85.9 87.9 86.8 89.1 dB 7 85.8 84.9 87.2 87.9 86.2 87.4 86.4 88 87.9 88.9 dB 8 85.9 85.1 87.3 87.2 87.3 88.2 87.8 88 87 87.4 dB 9 86.8 86.5 86.5 85.9 87.3 86.3 88.8 87.9 87.2 87.5 dB 10 86.5 86.3 87 86.5 88.4 85.9 89 87.9 86.9 89 dB

Sumber : Pengukuran Penelitian, 2018

Lokasi Pengukuran : Titik 7 Matador

Waktu Pengukuran : 11 Juli 2018 Pukul 11:30 WIB Koordinat Pengukuran : 6O19’07.6” LS 107 O07’18.0” BT

Gambar 4.11 Lokasi Pengukuran Intensitas Kebisingan Titik 7 PT Detpak Indonesia Sumber : Dokumentasi Penelitian, 2018

(56)

Tabel 4.8 Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan Titik 7 PT Detpak Indonesia No Periode Satuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 85.6 86.3 85.4 84.3 86.2 85.4 87.8 84.5 87.2 86 dB 2 86.7 84.2 84.8 85.6 86.9 86.2 86.5 85.6 85.9 86.1 dB 3 85.6 85.1 86.1 86.4 87.2 86.5 85.6 86.2 86 86.5 dB 4 85.6 84.9 86.3 86.4 86.5 87.4 86.7 87 86.2 87.2 dB 5 86.3 85.1 85.1 87.1 85.2 87.6 86.8 86.8 85.3 86.7 dB 6 87.2 86.2 83.9 85.9 84.9 85.9 87.2 86.9 86.7 87.4 dB 7 84.9 84.4 83.9 86.2 85.6 86.2 86.4 85.7 84.9 85.2 dB 8 85.9 85.6 84.6 85.9 86.3 86.6 84.9 85.3 86.3 85.1 dB 9 85.6 87.3 85.8 85.6 84.8 86.4 85.2 85.9 87.1 86.5 dB 10 85.2 85.5 87.1 86.3 86 87 85.8 87 85.6 85.7 dB

Sumber : Pengukuran Penelitian, 2018

Lokasi Pengukuran : Titik 8 Manual

Waktu Pengukuran : 11 Juli 2018 Pukul 13:30 WIB Koordinat Pengukuran : 6O19’06.8” LS 107 O07’18.7” BT

Gambar 4.12 Lokasi Pengukuran Intensitas Kebisingan Titik 8 PT Detpak Indonesia Sumber : Dokumentasi Penelitian, 2018

(57)

Tabel 4.9 Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan Titik 8 PT Detpak Indonesia No Periode Satuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 78 78.4 77.7 75.6 77.2 75.8 80.7 75.6 77.8 78 dB 2 76.5 80.1 77.3 76.5 75.8 75.9 78 78 78.9 78.1 dB 3 75.8 78.9 76.8 77.4 79 77.5 76.9 79.6 78.3 77.3 dB 4 80.5 79 75.9 76.4 80.4 78.9 78.4 80.3 76.1 78 dB 5 79.5 78.5 77.1 76.9 75.8 76.5 77.6 76.9 76.5 76.4 dB 6 78.6 78.4 78.3 77.2 78.4 78.5 77.8 78.8 75.8 76.6 dB 7 76.8 76.8 78 78.9 79.6 76.5 79 77.8 77.3 75.9 dB 8 78 76.7 76.8 79 79.2 78.1 75.9 78.6 76.1 77.8 dB 9 79.4 78 75.4 79.2 77.8 79 76.9 75.9 79.8 79.2 dB 10 76.9 78.6 78.4 76.8 76.8 80.5 75.9 74.9 77.9 79 dB

Sumber : Pengukuran Penelitian, 2018

Setelah dilakukan pengukuran intensitas kebisingan di Delapan (8) titik sampling selanjutnya data dihitung untuk mendapatkan Intesnsitas kebisingan Ekuivalen dengan mengolah data menggunakan Microsoft Excel sebagai berikut.

1. Perhitungan intensitas kebisingan Ekuivalen pada titik 1 Triumph 3F Nilai maksimum = 91.6

Nilai miminum = 86.5 Jarak kelas = 5.1

Jumlah kelas = 7.6 dibulatkan = 8 Lebar kelas = 0.671

Tabel 4.10 Pengolahan Data Hasil Penelitian Titik 1 Triumph 3F

No Interval Kebisingan Nilai Tengah Frekuensi Frekuensi (%) 1 86.5 - 87.2 86.8 23 23%

(58)

No Interval Kebisingan Nilai Tengah Frekuensi Frekuensi (%) 2 87.2 - 87.8 87.5 29 29% 3 87.8 - 88.5 88.2 14 14% 4 88.5 - 89.2 88.8 9 9% 5 89.2 - 89.9 89.5 6 6% 6 89.9 - 90.5 90.2 13 13% 7 90.5 - 91.2 90.9 3 3% 8 91.2 - 91.9 91.5 3 3%

Sumber : Perhitungan Peneliti, 2018

Gambar 4.13 Pengolahan Data Penelitian Titik 1 Triumph 3F Sumber : Perhitungan Peneliti, 2018

rumus Leq = L50 + 0.43 (L1 – L50)

Untuk memperoleh L50 dapat dihitung sebagai berikut: L50 = 0.67(23+29)14y = 0.5 (100) = 0.67 x 52 + 14Y = 0.5 (100) 0 5 10 15 20 25 30 35 86.8 87.5 88.2 88.8 89.5 90.2 90.9 91.5 F re kue nsi Tingkat Kebisingan Pengolahan Data Penelitian Titik 1

(59)

= 34.89 + 14Y = 50

= 48.89 Y = 50

y = 48.89 : 50

y = 0.97 L50 = 87.5 + 0.97 = 88.5 dB

L1 dapat dihitung sebagai berikut.

L1 = 0.67(23+29+14+9+6+13+3)+3z = 0.99 (100) = 0.67 x 97 + 3z = 0.99 (100) = 65.09 + 3z = 99 = 68.09 z = 99 z = 68.09 : 99 z = 0.68 L1 = 90.9 + 0.68 = 91.5 dB

Jadi Leq adalah

Leq = L50 + 0.43 (L1 – L50)

Leq = 88.5 + 0.43 (91.5 – 88.5) = 88.5 + 0.43 * 3.1 = 88.5 + 1.31 Leq = 89.80 dB

Jadi intensitas kebisingan Ekuivalen sesuai pengukuran di titik 1 Triumph 3F sebesar 89.90 dB

(60)

Secara keseluruhan dari semua titik penelitian dapat Peneliti paparkan intensitas kebisingannya seperti grafik dibawah yang di hitung dengan rumus yang sama.

Gambar 4.14 Pengolahan Data Penelitian Titik 2 Befanco 11 Sumber : Perhitungan Peneliti, 2018

Hasil perhitungan intensitas kebisingan titik 2 sebagai berikut. L50 = 92.07 dB L1 = 92.77 dB Leq = 92.37 dB 0 5 10 15 20 25 30 90.2 90.6 90.9 91.3 91.7 92.0 92.4 92.8 F re kue nsi Tingkat Kebisingan Pengolahan Data Penelitian Titik 2

(61)

Gambar 4.15 Pengolahan Data Penelitian Titik 3 Sumber : Perhitungan Peneliti, 2018

Hasil perhitungan intensitas kebisingan titik 3 (Weber 8) sebagai berikut. L50 = 89.03 dB

L1 = 91.09 dB

Leq = 89.92 dB

Gambar 4.16 Pengolahan Data Penelitian Titik 4 Sumber : Perhitungan Peneliti, 2018

0 5 10 15 20 25 30 85.9 86.6 87.2 87.9 88.5 89.1 89.8 90.4 F re ku ensi Tingkat Kebisingan Pengolahan Data Penelitian Titik 3

0 5 10 15 20 25 30 85.2 85.7 86.2 86.7 87.2 87.7 88.2 88.7 F re kue nsi Tingkat Kebisingan Pengolahan Data Penelitian Titik 4

(62)

Hasil perhitungan intensitas kebisingan titik 4 (Waxer) sebagai berikut. L50 = 87.89 dB

L1 = 88.67 dB

Leq = 88.22 dB

Gambar 4.17 Pengolahan Data Penelitian Titik 5 Sumber : Perhitungan Peneliti, 2018

Hasil perhitungan intensitas kebisingan titik 5 (Warehouse) sebagai berikut. L50 = 83.98 dB L1 = 85.66 dB Leq = 84.70 dB 0 5 10 15 20 25 80.0 80.7 81.4 82.1 82.8 83.5 84.2 84.9 F re kue nsi Tingkat Kebisingan Pengolahan Data Penelitian Titik 5

(63)

Gambar 4.18 Pengolahan Data Penelitian Titik 6 Sumber : Perhitungan Peneliti, 2018

Hasil perhitungan intensitas kebisingan titik 6 (CMF) sebagai berikut. L50 = 87.92 dB

L1 = 89.75 dB

Leq = 88.71 dB

Gambar 4.19 Pengolahan Data Penelitian Titik 7 Sumber : Perhitungan Peneliti, 2018

0 5 10 15 20 25 85.2 85.7 86.3 86.9 87.4 88.0 88.6 89.1 F re ku ensi Tingkat Kebisingan Pengolahan Data Penelitian Titik 6

0 5 10 15 20 25 84.2 84.7 85.2 85.7 86.2 86.7 87.2 87.7 F re kue nsi Tingkat Kebisingan Pengolahan Data Penelitian Titik 7

(64)

Hasil perhitungan intensitas kebisingan titik 7 (Matador) sebagai berikut. L50 = 87.21 dB

L1 = 87.76 dB

Leq = 87.45 dB

Gambar 4.20 Pengolahan Data Penelitian Titik 8 Sumber : Perhitungan Peneliti, 2018

Hasil perhitungan intensitas kebisingan titik 8 (Manual) sebagai berikut. L50 = 78.82 dB

L1 = 80.64 dB

Leq = 79.60 dB

Secara keseluruhan hasil pengukuran intensitas kebisingan dapat Penelitia sajikan dalam tabel 4.11 dibawah ini

Tabel 4.11 Hasil Intensitas Kebisingan Ekuivalen Penelitian

No Titik Titik Koordinat L50 L1 Leq (dB)

1 Triumph 3F 6O19’11.2” LS 107 O07’18.9” BT 88.5 91.5 89.80 2 Befanco 11 6O19’13.0” LS 92.07 92.77 92.37 0 5 10 15 20 25 75.3 76.0 76.8 77.6 78.3 79.1 79.9 80.6 F re kue nsi Tingkat Kebisingan Pengolahan Data Penelitian Titik 8

(65)

No Titik Titik Koordinat L50 L1 Leq (dB) 107 O07’17.3” BT 3 Weber 8 6O19’12.5” LS 107 O07’18.1” BT 89.03 91.09 89.92 4 Waxer 6O19’12.3” LS 107 O07’17.6” BT 88.12 88.67 88.22 5 Warehouse 6O19’13.7” LS 107 O07’17.3” BT 83.98 85.66 84.70 6 CMF 6O19’0.8.0” LS 107 O07’17.9” BT 87.92 89.75 88.71 7 Matador 6O19’07.6” LS 107 O07’18.0” BT 87.21 87.76 87.45 8 Manual 6O19’06.8” LS 107 O07’18.7” BT 78.82 80.64 79.60

Sumber : Perhitungan Peneliti, 2018

4.1.3 Perbandingan Intensitas Kebisingan dengan Peraturan yang Berlaku

Intensitas kebisingan yang telah dihitung oleh Peneliti secara keseluruhan dapat Peneliti sajikan dalam grafik dibawah ini.

(66)

Gambar 4.21 Intensitas Kebisingan Ekuivalen PT Detpak Indonesia Sumber : Perhitungan Peneliti, 2018

Setelah Peneliti mendapatkan hasil pengukuran intensitas kebisingan PT Detpak Indonesia sesuai dengan peta pemantauan tahun 2018 Peneliti dapat membandingkan hasil pengukuran dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja dengan maksimal paparan kebisingan sebesar 85 dB untuk pekerjaan normal shift atau 8 (Delapan) jam kerja sehari.

89.80 92.37 89.92 88.22 84.70 88.71 87.45 79.60 70 75 80 85 90 95 Tr iu mp h 3F Befan co 11 W eb e r 8 W ax er W are h o u se CMF Matad o r Man u al 1 2 3 4 5 6 7 8 dB Titik Pengukuran

(67)

Gambar 4.22 Perbandingan Intensitas Kebisingan PT Detpak Indonesia Sumber : Perhitungan Peneliti, 2018

Grafik diatas merupakan perbandingan intensitas kebisingan hasil pengukuran penelitian dengan peraturan Undang-undangn yang berlaku, dimana dari total 8 pengukuran intensitas kebisingan 6 diantaranya melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) yang telah ditentukan.

85 85 85 85 85 85 85 85 89.80 92.37 89.92 88.22 84.70 88.71 87.45 79.60 70 75 80 85 90 95 Tr ium ph 3F B efa nc o 11 W ebe r 8 W axe r W are house CMF Ma tador Ma nua l 1 2 3 4 5 6 7 8 dB Titik Pengukuran Perbandingan Intensitas Kebisingan

(68)

4.2 Hasil Pengukuran Kebisingan PT D&D Packaging Indonesia

4.2.1 Area Pemantauan Lingkungan Hidup PT D&D Packaging Indonesia

Area pemantauan lingkungan hidup PT D&D Packaging Indonesia sesuai dengan Dokumen Lingkungan Hidup dapat Peneliti sajikan pada gambar 4.1 dibawah ini.

Gambar 4.23 Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup PT D&D Packaging Indonesia Sumber : UKL-UPL PT D&D Packaging Indonesia, 2011

Area pemantauan lingkungan hidup PT D&D Packaging Indonesia khususnya pemantauan intensitas kebisingan lingkungan kerja dilakukan di 5 (Lima) titik pemantauan yang masing-masing area mempunyai intensitas kebisingan lingkungan kerja sebagai berikut:

Gambar

Gambar 4.3 Area Pemantauan Lingkungan Hidup PT Detpak Indonesia Tahun 2018  Sumber : Hasil Penelitian, 2018
Gambar 4.4 Lokasi Pengukuran Intensitas Kebisingan PT Detpak Indonesia  Sumber : Hasil Penelitian, 2018
Gambar 4.5 Lokasi Pengukuran Intensitas Kebisingan Titik 1 PT Detpak Indonesia  Sumber : Dokumentasi Penelitian, 2018
Gambar 4.6 Lokasi Pengukuran Intensitas Kebisingan Titik 2 PT Detpak Indonesia  Sumber : Dokumentasi Penelitian, 2018
+7

Referensi

Dokumen terkait

(2) Dalam hal Usaha dan/atau Kegiatan yang direncanakan Pemrakarsa wajib memiliki izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, Izin Lingkungan sebagaimana

Izin Usaha Perubahan adalah izin yang wajib dimiliki oleh perusahaan untuk melakukan perubahan ketentuan yang telah ditetapkan dalam Izin Usaha/ Izin Usaha

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) merupakan salah satu persyara- tan yang wajib dipenuhi dalam pelaksanaan penerbitan izin

Izin usaha perubahan adalah izin yang wajib dimiliki oleh perusahaan untuk melakukan perubahan ketentuan yang telah ditetapkan dala izin usaha/izin usaha perluasan

BIDANG DATA, INFORMASI PELAYANAN UMUM, & PENGADUAN DAN BIDANG PENGOLAHAN & PENERBITAN PERIZINAN & NON PERIZINAN NAMA SOP : Pelayanan Surat Izin Penggilingan

(2) Dalam hal usaha dan atau kegiatan yang direncanakan pemrakarsa wajib memiliki izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, izin lingkungan sebagaimana

Izin Lingkungan adalah izin yang wajib dimiliki setiap orang yang melakukan usaha dan/ atau kegiatan yang wajib AMDAL atau UKL-UPL dalam rangka

Orang, proses atau sistem lain yang berinteraksi dengan sistem informasi yang akan dibuat di luar sistem informasi yang akan dibuat itu sendiri, jadi walaupun simbol