• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS REGANGAN GUNUNG AGUNG BERDASARKAN DATA PENGAMATAN GPS TAHUN 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS REGANGAN GUNUNG AGUNG BERDASARKAN DATA PENGAMATAN GPS TAHUN 2017"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS REGANGAN GUNUNG AGUNG BERDASARKAN

DATA PENGAMATAN GPS TAHUN 2017

AGUNG VOLCANO STRAIN ANALYSIS BASED ON 2017 GPS OBSERVATION

DATA

Firman Ichsan1*, Henri Kuncoro1, Estu Kriswati2

1 Program Studi Teknik Geodesi, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Institut teknologi Nasional

2 Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi.

*Penulis Korespondensi. Alamat email: firmanichsan23@gmail.com

Sari

Gunung Agung terletak di Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali, memiliki ketinggian 3.014 mdpl yang masuk kedalam klasifikasi Gunung stratovolcano tipe A. Setelah 54 tahun istirahat, pada bulan September tahun 2017 kegiatan vulkanik Gunung Agung kembali mengalami peningkatan. Setelah mengalami swarm (rentetan) gempa vulkanik pada periode September – Oktober 2017, akhirnya pada tanggal 21 November 2017 pukul 17.05 WITA fase erupsi Gunung Agung dimulai ditandai dengan semburan abu vulkanik setinggi 700 m di atas puncak. Untuk menentukan karakteristik deformasi yang dilihat dari nilai regangan di setiap titik pengamatan yang terjadi di Gunung Agung perlu dilakukan pengamatan pergerakan pada tubuh gunung tersebut melalui pemantauan deformasi. Hasil dari penelitian ini berupa nilai vektor pergeseran dan regangan pada sumbu horizontal. Pada nilai regangan periode 1 – 13 September 2017 dan 27 Oktober – 20 November 2017 pola regangan dominan bernilai positif, mengindikasikan gejala deformasi pada tubuh gunung bersifat inflasi yang disebabkan oleh pergerakan magma. Pada periode 14 September – 26 Oktober 2017 dan 21 November – 31 Desember 2017 pola regangan dominan bernilai negatif, mengindikasikan gejala deformasi pada tubuh gunung bersifat deflasi yang disebabkan oleh efusi lava ke dalam kawah puncak.

Kata kunci: Deformasi, Gunung Agung, GPS, Pergeseran, Regangan

Abstract

Agung volcano (3,014 m) is a stratovolcano, located in Karangasem Regency, Bali Province. After 54 years of dormancy, in September 2017 the volcanic activity has increased. A swarm of volcanic earthquakes in the period September - October 2017 led to eruption phase of Agung volcano on November 21, 2017 at 17.05 WITA, marked by a burst of volcanic ash about 700 m high above the peak. To determine the deformation characteristics seen from the strain value at each observation point that occurs on Agung volcano, it is necessary to observe the movement of magma through deformation monitoring. The results of this study are the vector values of displacement and strain on the horizontal axis. In the period 1 - 13 September 2017 and 27 October - 20 November 2017 the dominant strain pattern is positive, indicating that deformation in the volcano was inflationary caused by magma movement. The dominant strain pattern in the period 14 September - 26 October 2017 and 21 November - 31 December 2017 was negative, indicating that deformation was deflationary caused by lava effusion into the summit crater

(2)

Pendahuluan

Gunung Agung berada di wilayah Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali tepatnya posisi puncak pada koordinat 8° 20' 30ʺ Lintang Selatan dan 115° 30' 30ʺ Bujur Timur dan memiliki ketinggian 3.014 meter di atas permukaan laut yang masuk ke dalam klasifikasi Gunung stratovolcano tipe A (Kusumadinata, 1979). Letusan Gunung Agung tercatat dimulai dari tahun 1808, kemudian disusul pada tahun 1821, 1843, dan 1963 (Pratomo, 2018). Setelah 54 tahun istirahat, pada bulan September tahun 2017 kegiatan vulkanik Gunung Agung kembali mengalami peningkatan. Sepanjang bulan September sampai dengan Oktober 2017 aktivitas seismik di sekitar Gunung Agung mencapai ratusan peristiwa yang beberapa diantaranya dirasakan oleh masyarakat sekitar dengan lokasi awal gempa tersebut berada pada kedalaman kurang dari 40 km (Gunawan dkk., 2020). Setelah mengalami swarm (rentetan) gempa vulkanik pada periode September – Oktober 2017, akhirnya pada tanggal 21 November 2017 fase erupsi Gunung Agung dimulai ditandai dengan semburan abu vulkanik setinggi 700 m di atas puncak. Selanjutnya, erupsi terjadi kembali pada tanggal 25, 26, 27, dan 28 November 2017. Pada tanggal 28 November 2017 erupsi terjadi dengan ketinggian kolom abu mencapai 4 km di atas puncak (Kasbani, 2017).

Dari data aktivitas kegempaan dan erupsinya dapat diketahui bahwa Gunung Agung menunjukkan peningkatan aktivitas vulkanik (Syahbana, 2019). Salah satu cara dalam melakukan pemantauan aktivitas tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan metoda deformasi (Hartono, 2019). Untuk mengetahui deformasi pada tubuh Gunung Agung yang berupa inflasi atau deflasi perlu dilakukannya analisis berdasarkan besarnya kompresi dan ekstensi pada pola regangan yang dihasilkan dari nilai regangan Gunung Agung.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian dan

Sebaran Stasiun GPS

Metodologi Penelitian Data

Pada penelitian ini data pengamatan GPS untuk melakukan analisis regangan Gunung Agung merupakan hasil pengukuran di sekitar Gunung Agung pada tahun 2017 (YHKR, CEGI, DKUH, RNDG, PGBN) yang dilakukan oleh Badan Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) dan stasiun InaCors milik Badan Informasi Geospasial (BIG) (CDNP, CPBI, CSRJ) seperti yang dapat dilihat pada Gambar 1. Selain itu data Precise Ephemeris, dan data GPS dari stasiun referensi IGS yang digunakan meliputi PIMO, DARW, COCO, BAKO, XMIS, CUSV, JOG2, NTUS diperoleh dari laman https://cddis.nasa.gov/Data_and_Derived_Pro duct/GNSS/. Penggunaan tujuh ikat titik IGS memberikan ketelitian posisi dalam fraksi 1/10mm (Ulinnuha, 2015). Untuk memperkuat analisis dari hasil penelitian ini maka ditambahkan data kegempaan (PVMBG, 2017), dan volume magma (Albino dkk., 2019) Gunung Agung pada tahun 2017.

(3)

Pengolahan Pergeseran dan Kepresisiannya

Untuk mendapatkan vektor pergeseran digunakan fungsi kurva fitting dengan menggunakan data hasil pengolahan GPS. Fungsi kurva yang digunakan merupakan fungsi linier yang berfungsi untuk mendapatkan pola pergeseran yang berupa gambaran deret waktu (time series) dalam pengamatan. Secara matematis, model linier diperoleh dari persamaan berikut (Wolf dan Ghilani, 2006 pada Kuncoro, 2013):

𝑦𝑚 = 𝑎𝑥𝑚+ 𝑏 (1)

Dari hasil tersebut akan dihasilkan nilai yn akhir

dan yi awal pada setiap stasiun. Dimana y

adalah matriks yang berisi nilai perubahan posisi pada stasiun (north, dan east), 𝑥 adalah matriks epok pengamatan di stasiun, 𝑎 adalah gradient garis, dan b adalah suatu konstanta. Setelah perhitungan diatas didapat maka selanjutnya dapat dijabarkan sebagai berikut pada setiap komponen (north, east).

𝐸

⃗⃗⃗ = ydE n - ydEi (2)

𝑁

⃗⃗⃗⃗ = ydNn - ydNi (3)

𝐸

⃗⃗⃗ adalah nilai pergeseran pada komponen East dan 𝑁 ⃗⃗⃗⃗ adalah nilai vektor pada komponen

North.

𝜎𝑁= √(𝜎𝑦𝑑𝑁𝑛)2+ (𝜎𝑦𝑑𝑁

𝑖)2 (4)

𝜎𝐸 = √(𝜎𝑦𝑑𝐸𝑛)2+ (𝜎𝑦𝑑𝐸𝑖)2 (5)

𝜎𝑁, 𝜎𝐸 ketelitian pada setiap komponen (north,

east)

Uji Statistik Mengunakan Uji Distribusi

T-Student

Pada penelitian ini uji statistik yang digunakan adalah uji distribusi t-student dimana uji statistik ini dilakukan terhadap nilai pergeseran dari setiap titik pengamatan untuk mengetahui

adanya deformasi pada Gunung Agung. Uji

t-student digunakan untuk menurunkan interval

kepercayaan dari rata-rata populasi yang mempunyai set sampel yang relatif kecil (Wolf dan Ghilani, 1997). Hipotesa nol (awal) yang digunakan adalah titik tidak bergeser signifikan, sedangkan hipotesa alternatif adalah titik mengalami pergeseran signifikan. Karena jumlah data pada setiap masing – masing titik pengamatan berbeda, maka derajat kebebasan (v) yang digunakan tidak sama. Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 90%.

Menghitung Regangan

Dalam penelitian ini nilai regangan dihitung menggunakan Grid_Strain (Teza dkk., 2008). Pada prinsipnya perangkat ini menghitung nilai regangan dari tensor gradien kecepatan pada titik pusat setiap segitiga. Perhitungan regangan menggunakan Grid_Strain dilakukan menggunakan pendekatan Modified Least

Square (MLS). MLS pada prinsipnya sama

dengan hitung perataan pada umumnya, perbedaannya ada pada penerapan faktor pembobotan yang diadopsi dari (Shen dkk., 1996 pada Riyadi dan Prasidya, 2016) pada hitungan. Faktor pembobotan berguna untuk mereduksi kontribusi stasiun yang jauh dari titik grid. Fungsi pembobotan yang digunakan adalah exp(-d/do) dimana d adalah jarak antara

titik grid dengan titik grid stasiun dan do adalah

nilai faktor skala. Hasil dari perhitungan menggunakan Grid_Strain ini berupa nilai regangan ekstensi, kompresi, dan arah regangan (principal directions). Nilai ini diperoleh dari persamaan berikut:

𝐿 = 𝜀 + Ω (6) Adapun matriks L, 𝜀 + 𝜔 disajikan pada persamaan berikut:

(4)

𝐿 = 𝜕 𝜕𝑥𝑢𝑥 𝜕 𝜕𝑦𝑢𝑥 𝜕 𝜕𝑦𝑢𝑦 𝜕 𝜕𝑦𝑢𝑦 = E + Ω (7) 𝐸 = [ 𝜕 𝜕𝑥𝑢𝑥 1 2( 𝜕 𝜕𝑦𝑢𝑥+ 𝜕 𝜕𝑥𝑢𝑦) 1 2( 𝜕 𝜕𝑦𝑢𝑥+ 𝜕 𝜕𝑥𝑢𝑦) 𝜕 𝜕𝑦𝑢𝑦 ] = [𝑒𝑒11 𝑒12 21 𝑒22] (8) Ω = [ 0 1 2( 𝜕 𝜕𝑦𝑢𝑥+ 𝜕 𝜕𝑥𝑢𝑦) −1 2( 𝜕 𝜕𝑦𝑢𝑥+ 𝜕 𝜕𝑥𝑢𝑦) 0 ] = [ 0 𝜔 −𝜔 0] (9) Keterangan: E = Regangan tensor

Ω = Elemen rotasi tensor pergeseran L 𝑢𝑖 = Pergeseran 𝑢𝑥 (𝑢𝑦) untuk i = l (i=2)

𝑢𝑖 = Operator derivative parsial

Hasil dan Analisis

Deret Waktu Pada Setiap Titik Pengamatan

Hasil dari plotting deret waktu pergeseran titik dibagi menjadi beberapa periode pada setiap stasiun pengamatan dengan ketelitian yang beragam di setiap sumbunya. Pembagian periode ini dimaksudkan untuk melihat aktivitas Gunung Agung pada saat peristiwa sebelum erupsi, dan saat erupsi berdasarkan pola perubahan trend dari deret waktu dari tanggal 1 September 2017 sampai dengan 31 Desember 2017 yang didukung oleh data peningkatan kegempaan (Tabel 1 dan Gambar 2). Pada penelitian ini data pergeseran yang digunakan hanya pada sumbu horizontal saja.

Tabel 1. Pembagian Periode

Periode Tanggal Keterangan

1 1 September – 13 September 2017

Peningkatan Aktivitas Gempa Vulkanik

2 14 September – 26 Oktober 2017

Peningkatan Aktivitas Gempa Vulkanik

3 27 Oktober – 20 November 2017

Penurunan Aktivitas Gempa Vulkanik

4 21 November – 31 Desember

2017 Fase Erupsi

(5)

Vektor Pergeseran Periode 1 - 13 September 2017

Berdasarkan pada data periode 1 sampai dengan 13 September stasiun DKUH, PGBN, dan CEGI tidak memiliki nilai pergeseran karena tidak terekamnya data dari alat GPS. Vektor pergeseran stasiun RNDG bergerak ke arah barat daya (Gambar 3(a)), sedangkan pada stasiun YHKR bergerak ke arah tenggara yang mana vektor pada kedua stasiun ini cenderung menjauhi gunung. Pola pergeseran titik pengamatan GPS yang dominan menjauhi

gunung ini menunjukkan adanya inflasi. Sedangkan pada stasiun pengamatan CDNP, CSRJ, dan CPBI masing - masing vektor pergeserannya bergerak ke arah tenggara, barat daya, dan selatan. Pada hasil dari uji statistik seluruh stasiun pengamatan dinyatakan lolos uji, dimana titik yang lolos mengindikasikan mengalami pergeseran yang signifikan (hipotesa nol ditolak seperti yang dapat dilihat pada Tabel 2 (Yusron dkk., 2017).

Tabel 2. Nilai Koordinat, Pergeseran, Standar Deviasi, dan T Student.

Stasiun Pergeseran (mm) Standar Deviasi (mm) t t syarat Uji Statistik E N E N DKUH - - - - PGBN - - - - RNDG -5.89 -9.22 1.84 2.87 3.21 2.23 Lolos YHKR 2.60 -7.28 0.81 2.27 3.21 2.23 Lolos CEGI - - - - CDNP 1.44 -2.39 0.46 0.76 3.13 2.31 Lolos CSRJ -1.97 -1.31 0.66 0.44 3.00 2.57 Lolos CPBI -0.05 -6.27 0.01 1.95 3.21 2.23 Lolos

Vektor Pergeseran Periode 14 September – 26 Oktober 2017

Vektor pergeseran stasiun pengamatan DKUH periode 14 September – 26 Oktober 2017 bergerak ke arah barat laut menjauhi gunung (Gambar 3(b)), pada stasiun pengamatan YHKR bergerak ke arah barat laut sedangkan pada stasiun pengamatan RNDG, dan CPBI masing – masing vektor pergeseran bergerak mendekati gunung menuju timur laut. Pada stasiun pengamatan CEGI vektor pergeseran ke arah barat daya mendekati gunung, pada

stasiun pengamatan PGBN vektor pergeseran mengarah ke utara mendekati gunung. Pada stasiun pengamatan CSRJ, dan CDNP vektor pergeseran menunjukkan ke arah timur laut, dan timur. Pada hasil dari uji statistik yang dapat dilihat pada Tabel 3 titik stasiun pengamatan PGBN, RNDG, YHKR, CDNP, CSRJ, CPBI dinyatakan lolos uji statistik. Sedangkan pada stasiun DKUH tidak dapat dilakukan uji statistik karena tidak memiliki ukuran lebih.

(6)

Tabel 3 Nilai Koordinat, Pergeseran, Standar Deviasi, dan T Student. Stasiun Pergeseran (mm) Standar Deviasi (mm) t t syarat Uji Statistik E N E N DKUH -0.55 2.26 0.28 1.13 2 - - PGBN 0.48 12.71 0.19 5.07 2.51 2.08 Lolos RNDG 7.15 12.40 2.86 4.95 2.50 2.05 Lolos YHKR -8.33 14.45 5.63 3.24 2.57 2.06 Lolos CEGI -1.56 -2.72 0.64 1.11 2.45 12.71 Tidak Lolos CDNP 2.26 -0.002 0.001 0.91 2.48 2.02 Lolos CSRJ 5.36 1.44 2.18 0.59 2.46 2.03 Lolos CPBI 2.82 5.65 1.14 2.28 2.48 2.02 Lolos

Vektor Pergeseran Periode 27 Oktober – 20 November 2017

Berdasarkan data pergeseran periode 27 Oktober – 20 November 2017 (Tabel 4), stasiun PGBN bergerak ke arah barat daya, pada stasiun pengamatan RNDG bergerak ke arah utara, stasiun DKUH bergerak ke arah barat laut, stasiun YHKR bergerak ke arah timur laut, pada stasiun CEGI vektor pergeseran mengarah ke barat laut. Vektor

pergeseran pada setiap stasiun pengamatan Gunung Agung menunjukkan titik pengamatan pada setiap stasiun menjauhi puncak, kecuali pada stasiun YHKR mendekati gunung. Pada stasiun pengamatan CSRJ, CPBI, dan CDNP pola vektor pergeseran bergerak ke arah barat laut (Gambar 3(c)). Seluruh titik stasiun pengamatan dinyatakan lolos uji statistik.

Tabel 4. Nilai Koordinat, Pergeseran, Standar Deviasi, dan T Student.

Stasiun Pergeseran (mm) Standar Deviasi (mm) t t syarat Uji Statistik E N E N DKUH -0.21 2.69 0.08 0.98 2.75 2.08 Lolos PGBN -13.36 -8.41 5.01 3.15 2.67 2.09 Lolos RNDG -0.09 2.74 0.03 0.97 2.82 2.07 Lolos YHKR 1.18 2.73 0.42 0.97 2.82 2.07 Lolos CEGI -1.53 2.18 0.54 0.78 2.82 2.07 Lolos CDNP -3.07 0.86 1.09 0.30 2.82 2.07 Lolos CSRJ -2.64 2.93 0.92 1.02 2.88 2.09 Lolos CPBI -3.56 3.18 1.26 1.13 2.82 2.07 Lolos

(7)

Vektor Pergeseran Periode 21 November – 31 Desember 2017

Pada vektor pergeseran periode 21 November – 31 Desember 2017 (Tabel 5), stasiun RNDG mengalami pergeseran yang cukup besar bergerak ke arah timur laut menuju tubuh Gunung Agung. Stasiun pengamatan CEGI bergerak ke arah tenggara, stasiun DKUH bergerak ke arah barat daya, stasiun PGBN bergerak ke timur laut, dan stasiun YHKR bergerak ke arah timur laut. Pada periode ini pola vektor pergeseran dari seluruh stasiun pengamatan di Gunung Agung bergerak

mendekati tubuh Gunung Agung, hal tersebut diperkuat pada penelitian (Hartono, 2019) dimana pada periode ini vektor dari seluruh stasiun pengamatan Gunung Agung dominan bergerak mendekati tubuh Gunung Agung. Pada stasiun pengamatan CSRJ pola vektor pergeseran bergerak ke arah barat laut, pada stasiun CPBI bergerak ke arah timur laut, sedangkan pada stasiun CDNP pola vektor pergeseran bergerak ke arah tenggara (Gambar 3(d)). Seluruh titik stasiun pengamatan dinyatakan lolos uji statistik.

Tabel 5. Nilai Koordinat, Pergeseran, Standar Deviasi, dan T Student.

Stasiun Pergeseran (mm) Standar Deviasi (mm) t t syarat Uji Statistik E N E N DKUH -6.58 -10.91 2.42 4.01 2.72 2.03 Lolos PGBN 6.49 0.98 2.35 0.36 2.76 2.02 Lolos RNDG 10.20 7.64 3.68 2.75 2.77 2.02 Lolos YHKR 2.67 9.69 0.97 3.53 2.75 2.02 Lolos CEGI 6.63 -8 2.39 2.89 2.77 2.02 Lolos CDNP 1.46 -0.42 0.65 0.19 2.27 2.11 Lolos CSRJ -1.59 2.44 0.60 0.92 2.64 2.06 Lolos CPBI 4.75 7.81 1.71 2.82 2.77 2.02 Lolos

(8)

Gambar 3. Plotting Vektor Pergeseran (a) Periode 1, (b) Periode 2, (c) Periode 3, dan (d) Periode

4. Tanda panah berwarna merah merupakan arah dari vektor pergeseran di setiap titik pengamatan

Hasil Perhitungan Regangan

Regangan merupakan salah satu bentuk dari adanya deformasi. Pada tulisan ini regangan ekstensi disimbolkan dengan panah biru mengarah keluar, kompresi disimbolkan dengan panah merah mengarah ke dalam, dan arah pada setiap grid. Hasil dari plotting nilai regangan ini dapat dilihat pada Gambar 7 sampai dengan Gambar 10, dimana strain yang diberi tanda “ ” menunjukkan tingkat

signifikan sedang, sedangkan pada strain yang diberi tanda “ ” menunjukkan tingkat signifikan yang tinggi.

Regangan Periode 1 – 13 September 2017

Pada periode ini terlihat bahwa daerah di sekitar stasiun pengamatan Gunung Agung memiliki pola regangan yang berbeda dengan stasiun pengamatan CORS (Gambar 4(a)). Pada pola regangan di daerah sekitar stasiun

(9)

pengamatan Gunung Agung terdapat regangan kompresi berorientasi timur laut – barat daya dan ekstensi orientasi barat laut - tenggara. Sedangkan pada daerah sekitar stasiun pengamatan CORS terdapat regangan kompresi berorientasi timur laut – barat daya dan ekstensi barat laut – tenggara. Berdasarkan hasil dari nilai regangan dapat diketahui bahwa terjadi inflasi atau penggembungan pada tubuh Gunung Agung.

Regangan Periode 14 September – 26 Oktober 2017

Pada periode ini terlihat bahwa daerah di sekitar stasiun pengamatan Gunung Agung memiliki pola regangan yang hampir sama dengan stasiun pengamatan CORS bagian timur (Gambar 4(b)). Pada pola regangan di daerah sekitar stasiun pengamatan Gunung Agung dan stasiun pengamatan CORS terdapat regangan kompresi berorientasi barat laut – tenggara dan timur laut – barat daya, sedangkan pada daerah selatan sekitar stasiun pengamatan CDNP terdapat regangan ekstensi berorientasi timur laut – barat daya dan regangan kompresi berorientasi barat laut - tenggara. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa tubuh Gunung Agung mengalami pengempisan (deflasi).

Regangan Periode 27 Oktober – 20 November 2017

Pada periode ini terlihat bahwa daerah di sekitar stasiun pengamatan Gunung Agung memiliki pola regangan yang berbeda dengan stasiun pengamatan CORS (Gambar 4(c)). Pada pola regangan di daerah sekitar stasiun pengamatan Gunung Agung terdapat regangan kompresi berorientasi timur laut – barat daya dan ekstensi berorientasi barat laut – tenggara. Pada stasiun CORS dan daerah selatan Pulau Bali memiliki pola regangan kompresi orientasi barat laut – tenggara dan ekstensi timur laut – barat daya. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa tubuh Gunung Agung mengalami penggembungan (inflasi).

Regangan Periode 21 November – 31 Desember 2017

Pada Gambar 4(d) terlihat bahwa daerah di sekitar stasiun pengamatan Gunung Agung memiliki pola regangan kompresi, sedangkan pada stasiun CORS terdeteksi pola regangan kompresi dan ekstensi. Pada pola regangan di daerah utara gunung terdapat kompresi berorientasi barat laut – tenggara dan timur laut – barat daya sedangkan pada daerah selatan gunung memiliki orientasi barat laut – tenggara dan timur laut – barat daya. Pada stasiun pengamatan CDNP, dan CPBI memiliki pola regangan kompresi berorientasi barat laut – tenggara dan ekstensi berorientasi timur laut – barat daya. Berdasarkan hasil tersebut terjadi pengempisan (deflasi) di tubuh Gunung Agung.

(10)

Gambar 4. Plotting Regangan pada (a) Periode 1, (b) Periode 2, (c) Periode 3, dan (d) Periode 4.

Titik hijau merupakan stasiun pengamatan GPS

Hubungan Data Kegempaan, Regangan, dan Volume Magma

Hubungan antara data kegempaan, strain, dan volume magma Gunung Agung pada periode September sampai dengan Desember 2017 dapat dilihat pada Gambar 5. Berdasarkan hasil dari nilai strain dapat diketahui bahwa terjadi inflasi atau penggembungan pada tubuh Gunung Agung dari tanggal satu September sampai dengan 13 September 2017, hal ini

disebabkan oleh meningkatnya intensitas kegempaan yang mengindikasikan aktivitas vulkanik Gunung Agung pada periode ini sedang dalam keadaan tidak stabil sehingga probabilitas untuk terjadi letusan menjadi meningkat meskipun kejadiannya tidak dapat dipastikan. Pada periode ini tingkat aktivitas Gunung Agung dinaikkan dari Level I (Normal) ke Level II (Waspada) (Prambada, 2017).

(11)

Pada tanggal 14 September sampai dengan 26 Oktober diketahui bahwa strain pada Gunung Agung bernilai negatif menunjukkan pengempisan atau deflasi pada tubuh gunung, meskipun data kegempaan menunjukkan bahwa tingkat kegempaan Gunung Agung sangat tinggi. Gempa-gempa ini mengindikasikan adanya peretakan batuan di dalam tubuh Gunung Agung yang disebabkan oleh pergerakan magma (Kasbani, 2017) yang menerobos ke dalam batuan dari tanggal 21 September sampai dengan tiga Oktober 2017 sebesar ±49.500.000 m3 (Albino dkk., 2019). Crafford dkk. (2018) menambahkan bahwa jumlah dan intensitas titik panas (hotspot) mengalami peningkatan di dalam kaldera puncak Gunung Agung diikuti penurunan diawal Oktober 2017 yang mengindikasikan bahwa aktivitas magma berada di kedalaman dangkal.

Pada tanggal 27 Oktober sampai dengan 20 November 2017 diketahui bahwa strain pada Gunung Agung bernilai positif mengindikasikan penggembungan atau inflasi pada tubuh Gunung Agung, hal ini disebabkan oleh adanya pergerakan magma pada tanggal 27 Oktober sampai dengan 20 November sebesar ±37.000.000 m3 (Albino dkk., 2019) meskipun data kegempaan menunjukkan bahwa tingkat kegempaan Gunung Agung

menurun dan diturunkan status aktivitasnya ke level III (siaga) namun aktivitas vulkanik Gunung Agung belum mereda sepenuhnya dan masih memiliki potensi untuk meletus (Kasbani, 2017).

Pada tanggal 21 November sampai dengan 31 Desember 2017 strain pada Gunung Agung bernilai negatif mengindikasikan pengempisan atau deflasi di tubuh Gunung Agung yang diakibatkan oleh efusi lava ke dalam kawah puncak pada tanggal 21 November 2017 (Crafford dkk., 2018), pola ini merupakan akibat dari pasca erupsi Gunung Agung (Zahrudin dkk., 2018). Kegempaan masih didominasi dengan kemunculan gempa – gempa dengan konten frekuensi tinggi termasuk gempa vulkanik dalam maupun dangkal. Hal ini mengindikasikan masih adanya pergerakan magma di kedalaman, namun pada periode ini jumlah gempa vulkanik tidak lagi sebanyak periode September – Oktober 2017 karena jalur magma menuju ke permukaan sudah lebih terbuka. Gempa vulkanik dalam maupun dangkal yang terekam mengindikasikan bahwa akumulasi tekanan magma di Gunung Agung masih terjadi dan mampu untuk menghasilkan erupsi kembali (Kasbani, 2017).

(12)

Gambar 5. Hubungan Data Kegempaan, Strain, dan Volume Magma.

Kesimpulan dan Saran Kesimpulan

Dari hasil penelitian analisis regangan Gunung Agung berdasarkan data pengamatan GPS tahun 2017, dapat di ambil kesimpulan bahwa: 1. Pola vektor pergeseran stasiun

Ina-CORS dari tanggal 1 September sampai dengan 31 Desember 2017 dominan bergerak ke arah barat laut, dan timur laut, hal ini menunjukkan adanya efek subduksi dengan lempeng Indo-Australia.

2. Pada periode 1 nilai regangan memiliki kesesuaian dengan aktivitas Gunung Agung, dimana terjadi inflasi atau penggembungan yang disebabkan oleh meningkatnya intensitas kegempaan karena pergerakan magma.

3. Pada periode 2, dan 3 terdapat anomali nilai regangan yang tidak bersesuaian dengan intensitas kegempaan. Hal ini bisa terjadi karena intrusi lava pada kawah puncak seperti yang disebutkan oleh (Albino dkk., 2019). Jumlah titik

panas (hotspot) pada periode ini juga terpantau meningkat dan mengalami penurunan diawal Oktober 2017 (Crafford dkk., 2018).

4. Pada periode 4 nilai regangan memiliki kesesuaian dengan aktivtitas Gunung Agung, dimana terjadi deflasi atau pengempisan. Hal ini disebabkan oleh erupsi yang diawali pada tanggal 21 November 2017.

Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana yang telah membantu dalam menyediakan data untuk penelitian ini.

Daftar Pustaka

Albino, F., Biggs, J., Syahbana, K. 2019. Dyke intrusion between neighbouring arc volcanoes responsible for 2017 pre-eruptive seismic swarm at Agung Crafford. A. E., Venzke, E., eds. 2018. Report

(13)

Volcanism Program. Bulletin of the Global Volcanism Network, 43:1. Smithsonian Institution. https://doi.org/10.5479/si.GVP.BGV N201801-264020.

Gunawan, M.T., Kusnandar, R., Supendi, P., Nugraha, A. D., Puspito, N. T., Daryono., Sahara, D. P., Zulfakriza. 2020. Analysis of swarm earthquakes around Mt. Agung Bali, Indonesia prior to November 2017 eruption

using regional BMKG

network. Geosci. Lett. 7, 14 (2020). https://doi.org/10.1186/s40562-020-00163-7

Hartono, A. R. 2019. Analisis Deformasi Gunung Agung Berdasarkan Data Pengamatan GPS Periode 2016-2018. Tugas Akhir Program Studi Teknik Geodesi Itenas.

Kasbani. 2017. Penurunan Status Gunung Agung, Bali dari Level IV (AWAS) ke Level III (SIAGA) Tanggal 29 Oktober 2017 pukul 16.00 WITA. Dipetik Februari 04 2020 dari https://magma.vsi.esdm.go.id

Kasbani. 2017. Perkembangan Terkini Aktivitas Gunung Agung (1 Desember 2017 21:00 WITA) Dipetik Februari, 04 2020 dari https://magma.vsi.esdm.go.id

Kasbani. 2017. Perkembangan Terkini Aktivitas Gunung Agung (5 Oktober 2017 17:00 WITA) Dipetik Februari,

04 2020 dari

https://magma.vsi.esdm.go.id

Kuncoro, H. 2013. Estimasi Parameter Rotasi Euler Blok Sunda Berdasarkan Data Pengamatan GPS Kontinyu dan Episodik Di Regional Asia Tenggara. Tesis. Institut Teknologi Bandung. Kusumadinata, K. 1979. Data dasar gunungapi

Indonesia. Direktorat Vulkanologi. Bandung

Prambada, O. 2017. Peningkatan Status Aktivitas Gunung Agung, Bali dari Level I (NORMAL) ke Level II (WASPADA). Dipetik Februari, 04

2020 dari

https://magma.vsi.esdm.go.id

Pratomo, S. A., Prasetyo, A., Subiyanto, S. 2018. Analisis Deformasi Dan Pemetaan Potensi Dampak Aliran Lava Pada Kawasan Gunung Agung. Jurnal Geodesi Undip Vol. 7, No. 4. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana

Geologi. 2017. Data Kegempaan Gunung Agung Indonesia. Bandung: Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. Badan Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.

Riyadi, G., Prasidya, A, S. 2016. Pemanfaatan Data Pengamatan GNSS Stasiun

SUGAR (SUMATRAN GPS ARRAY)

dan Ina-CORS Untuk Estimasi Nilai dan Pola Regangan Tektonik Dalam Bentuk Grid Di Patahan Sumatra Tahun 2012-2013. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Terapan SV UGM 2016

Shen, Z. K., D. D. Jackson., dan B.X. Ge. 1996.

Crustal Deformation across and Beyond the Los Angeles Basin from Geodetic Measurements, Journal of

Geophysical Research, Vol.101, No. B12, December 10, 1996.

Syahbana, D.K., K. Kasbani, G. Suantika, O. Prambada, A. S.Andreas, U. B. Saing, S. L. Kunrat, S.Andreastuti, M. Martanto, E. Kriswati, Y. Suparman, H. Humaida, S. Ogburn, P. J. Kelly, J.Wellik, H. M. N.Wright, J. D. Pesicek, R.Wessels, C. Kern, M. Lisowski, A. Diefenbach, M. Poland, F. Beauducel, J. Pallister, R.G.Vaughan & J. B. Lowenstern, 2019. The 2017–19 activity at Mount

(14)

Agung in Bali (Indonesia): Intense unrest, monitoring, crisis response, evacuation, and eruption, Nature Scientific Reports volume 9, Article number: 8848 (2019), https://doi.org/10.1038/s41598-019-45295-9

Teza, G., Pesci, A., Galgaro, A. 2008. Grid_strain and Grid_strain3: Software Packages for Strain Field Computation in 2D and 3D Environments. Computer & Geosciences, 34(9), pp.1142-1153. Ulinnuha, H., Sunantyo, T. A., Widjajanti, N.

2015. Analisis Deformasi Aspek Geometrik Segmen Mentawai Akibat Gempa Tektonik 10 Juli 2013. Tesis. Universitas Gadjah Mada

Wolf, P. R., dan C. D. Ghilani. 1997. Adjustment Computations: statistics and Least Squares in Surveying and GIS. Toronto: John Wiley & Sons, Inc Wolf, P. R., dan C. D. Ghilani. 2006. Adjustment Computations: Spatial Data Analysis. John Wiley & Sons (ISBN: 13 978-0-471-69728-2). Yusron, H., Yuwono, B. D., Awaluddin, M.

2017. Perhitungan Velocity RATE CORS GNSS di Pulau Sulawesi. Jurnal Geodesi Undip Volume 6, No 1 (ISSN: 2337-845X)

Zahrudin, M., Sunaryo. D. K., Mabrur. Y. A. 2018. Pengolahan Data Gps Geodetik Untuk Analisis Deformasi Erupsi Gunung Agung-Bali. Jurnal e-LitabmasITN

Gambar

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian dan  Sebaran Stasiun GPS
Tabel 1. Pembagian Periode
Tabel 2. Nilai Koordinat, Pergeseran, Standar Deviasi, dan T Student.
Tabel 3 Nilai Koordinat, Pergeseran, Standar Deviasi, dan T Student.
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dengan definisi ini maka kata perceived menjadi kata yang penting karena pada mungkin suatu ide, praktek atau benda akan dianggap sebagai inovasi bagi sebagian orang

Pada saat berlakunya Peraturan ini, Peraturan Bupati Nomor 22 Tahun 2005 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Pertanian

Waktu retensi masing-masing jenis asam lemak ini selanjutnya akan digunakan sebagai patokan untuk menentukan jenis dan komposisi asam lemak yang terdapat dalam

Consultants’ attitudes to clinical governance: Barriers and incentives to engagement (Hogan et al. 2007) UK Menganalis is keterlekata n dokter spesialis dengan clinical

Berdasarkan hasil analisis deskriptif data DM seluruh sampel penelitian dapat Dapat dijelaskan bahwa sebelum pembelajaran pada kelas eksperimen yang akan diajar dengan PKP

Assalamu’alaikumWr. Alhamdulillahi Robbil’alamin, seiring ucapan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, yang telah terlimpah kepada penulis

D Kandou Manado belum melakukan penanganan pasien gawat darurat sesuai dengan standar prosedur yang ada, di mana terkadang pasien sudah berada dalam ruangan IGD lebih

Hasil penelitian didapatkan 4 tema dan 15 subtema yaitu: (1) Pemahaman perawat tentang perawatan pasien menjelang ajal yaitu: membantu pasien meninggal dengan