• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEKOMPOSISI BAHAN ORGANIK PENGOMPOSAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DEKOMPOSISI BAHAN ORGANIK PENGOMPOSAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

DEKOMPOSISI

BAHAN ORGANIK

PENGOMPOSAN

Pengomposan

Proses dekomposisi bahan organik oleh

organisme termasuk bakteri, fungi, aktinomisetes, cacing, dan serangga.

Proses pengomposan

– Aerobik

(ada oksigen bebas, lebih cepat)

– anaerobik

(tanpa oksigen, lambat dan bau).

Bahan yang tidak disarankan

untuk dikomposkan:

Sisa hewan (daging, ikan, tulang,

lemak, telur, susu),

Potongan kayu besar,

Apakah kompos?

– Produk yang dihasilkan dari dekomposisi

terkendali bahan organik secara biologis dalam keadaan aerobik

– Stabil dalam bentuk yang menguntungkan

bagi pertumbuhan tanaman

(2)

Nutrien penting dalam pengomposan

 Karbon (C) dalam bahan organik adalah sumber

energi dan dasar building block sel mikroba.

 Nitrogen (N) bersama C merupakan unsur paling

penting, sering merupakan faktor pembatas.

 Mikroba membutuhkan 25-30 bagian karbon untuk

setiap bagian nitrogen untuk membentuk protein (C:N 25-30:1).

 Bahan dengan nisbah C:N optimum menghasilkan

kecepatan dekomposisi yang tinggi.

Nisbah C:N=25-30 sesuai untuk pengomposan.

Setelah proses pengomposan nisbah C:N secara bertahap turun menjadi 10-20:1.

Bahan dengan nisbah C:N rendah (<15:1) cepat

terdekomposisi, tetapi mudah menghasilkan bau busuk karena cepatnya konsumsi oksigen yang mengakibatkan suasana anaerob.

Mikroba juga memerlukan fosfor, sulfur, dan

unsur mikro tetapi pengaruhnya langsung belum banyak diteliti.

Nutrien penting dalam pengomposan

Nisbah C/N – target 20-40:1

> 40:1 – tidak cukup makanan bagi populasi mikroba

< 20:1 – kehilangan nitrogen dalam bentuk amonia (bau menyengat)

Nutrien penting dalam pengomposan

Pengaruh C:N pada kecepatan

(3)

Nutrien yang sering ditambahkan adalah

nitrogen, fosfat, dan kapur.

Nisbah C:P optimum 75-150:1

Pupuk kandang merupakan sumber

nitrogen.

Abu kayu (bukan arang) merupakan

sumber fosfor dan kalium.

Kapur merupakan sumber kalsium untuk

mengendalikan keasaman

Nutrien penting dalam pengomposan

Kondisi lingkungan

Kondisi lingkungan yang mendukung proses pengomposan:

Kecukupan air

Kecukupan oksigen

Kecukupan nutrien untuk mikroba

Kesesuaian suhu (hangat)

Proses Pengomposan

Output

PanasUap air

Karbon Dioksida

Nutrien dan mineral (kompos)

Mikroba pengompos mula-mula

mengkonsumsi senyawa yang mudah didegradasi.

Dekomposisi bahan organik dalam

(4)

Pelaksanaan Pengomposan

Di bagian dasar pengomposan

ditebarkan (15-25 cm) seresah tanaman (bahan yang akan dikomposkan)

Ditambahkan pupuk kandang dan bahan

lain apabila diperlukan, seperti pupuk P dan kapur.

Ditebarkan lagi (15-25 cm) bahan yang

akan dikomposkan.

Dibuat lapisan berikutnya sampai tinggi

mencapai 1m

Diperciki air sesuai kebutuhan

Diberi sungkup

Pelaksanaan Pengomposan

Beri sungkup bila pengomposan skala kecil.

Balikkan kompos 1-2 kali seminggu.

– Untuk menjamin kecukupan udara.

– Mencegah kekeringan di bagian luar dan atas kompos.

Monitor kelembaban dan tambahkan air bila

diperlukan.

Aerated covered windrow

Aerated covered windrow  Medium capital costs

 Medium operating costs

 Cover for windrows reusable

 Forced aeration; computer control of composting possible

 Reduced flexibility - careful preparation of feedstock essential

 Space efficient

 Improved control of temperature and aeration resulting in faster composting (3-6 weeks); further curing usually required

Perubahan suhu selama pengomposan

20 30 40 50 60 70 80 T e m p e ra tu re ( ºC )

therm ophilic stage m esophilic stage

intensive decom position curing

stable pasteurised or

(5)

Perubahan Suhu

 Mengapa suhu selama pengomposan meningkat ?

– Panas dihasilkan dari metabolisme senyawa organik, misalnya glukosa:

C6H12O6+ 6O2 ---> 6CO2+ 6H2O + KALOR

 Akumulasi kalor mengakibatkan peningkatan suhu.

 Pengomposan skala kecil (<1m3) mungkin tidak menghasilkan panas karena hilang melalui konveksi.

Perubahan suhu selama pengomposan

Suhu membatasi aktifitas mikroba sehinga

juga membatasi kecepatan degradasi bahan organik.

Kecepatan dekomposisi bahan organik

tertinggi terjadi pada suhu 35-55 ºC.

Kondisi termofilik terjadi sejak suhu

mencapai 45ºC.

Suhu Pengomposan

Suhu merupakan pengendali proses yang

penting – perlu dimonitor dengan seksama

Suhu optimum: 55oC. – 65oC.

Suhu di atas 55o C akan membunuh patogen,

fecal coliform & parasit

– Suhu di pengomposan terbuka mencapai 55oC

Suhu dalam sistem pengomposan tidak

seragam.

Perbedaan antara bagian permukaan dan

bagian tengah sistem pengomposan windrow dapat mencapai 20-45 C.

Pada sistem pengomposan in-vessel

perbedaan hanya 2-5 C.

Diperlukan pemaparan sekurangnya 3 hari

pada suhu 55 C guna membunuh benih

(6)

Saat pembentukan kompos yang

stabil dan matang juga tercermin dari suhu .

Suhu di atas 55ºC dibutuhkanuntuk

mendeaktifasi benih gulma, patogen tanaman, hewan, dan manusia.

Suhu Pengomposan

Perubahan Suhu dan Suksesi Mikroba

Suhu mempengaruhi komposisi dalam

populasi mikroba.

Periode awal proses pengomposan dicirikan

oleh aktifitas mikroba (terutama bakteri) mesofilik yang meningkat pesat dan ditunjukkan oleh peningkatan suhu.

Setelah suhu meningkat, mikroba mesofilik

akan mati dan mikroba termofilik mulai mendominasi.

Perubahan Suhu dan Suksesi Mikroba

Apabila suhu mencapai 65-70ºC, aktifitas

mikroba termofilik juga menjadi terhambat, kecuali bakteri pembentuk spora.

Kecepatan dekomposisi menjadi lambat.

Selama masa penurunan suhu, jamur dan

aktinomisetes mulai mengkolonisasi dan mendekomposisi bahan yang lebih sulit terombak seperti selulosa dan lignin.

Pematangan

Pematangan terjadi pada suhu mesofilik

dalam waktu bisa sampai 6 bulan, tergantung bahan yang dikomposkan.

Pada fase ini tingkat konsumsi oksigen,

penghasilan panas, dan evaporasi berlangsung melambat. 40 50 60 70 80 e m p e ra tu re ( ºC )

therm ophilic stage m esophilic stage intensive decom position curing

(7)

Pematangan

Pematangan merupakan

proses aerobik sehingga perlu kecukupan udara.

Ukuran tumpukan harus

kecil (tinggi ~1 m) dan kelembaban tidak boleh berlebih (>70%).

Tumpukan besar

memerlukan pemompaan untuk menjaga suasana aerobik.

Mikroba Pengompos

Bacillus sp. termofil

merupakan contoh satu bakteri berbentuk batang yang sering ditemukan dalam kompos.

Bacillus sp. Sering

ditemukan pula dalam bentuk rangkaian. Bakteri ini menghasilkan spora yang menyebabkannya mampu bertahan pada suhu tinggi (di atas 65 C).

Waktu

Waktu yang dibutuhkan untuk mengubah

bahan baku kompos menjadi kompos matang tergantung pada:

–Bahan baku yang digunakan

–Campuran bahan baku

–Suhu

–Kelembaban, dan

Masalah yg sering muncul dlam pengomposan

Masalah Penyebab/Pemecahan Bau busuk Terlalu basah/ tambahkan

bahan pengembang Bau tidak busuk, tidak

ada dekomposisi N terlalu sedikit/ tambahkan sumber N Ukuran terlalu besar/ perkecil ukuran

(8)

Kelembaban

Air dibutuhkan pada semua reaksi enzimatik,

oleh karenanya kecukupan air harus terjaga agar pengomposan berlangsung cepat.

Terjadi kehilangan air melalui penguapan

selama proses pengomposan.

Penguapan berfungsi mengendalikan over

hetaed pada proses pengomposan.

Kelembaban

Kandungan air optimum – 50% sampai 60%

(basah)

–< 30% - proses pengomposan berhenti

–< 50% - proses pengomposan lambat karena mikroba kekeringan

–>60% - pemadatan, terbentuk kondisi anaerobik, pembusukan/fermentasi (bau)

Penyiraman selama proses pengomposan

–Satu meter kubik sampah kebun membutuhkan – 200 sampai 300 liter air

Kelembaban

Pengomposan dalam skala kecil pada musim

kering perlu diberi sungkup plastik untuk mempertahankan kelembaban.

Hindari penambahan air yang terlalu banyak.

–Terlalu banyak air melindi nutrien terlarut (misalnya, nitrogen)

–Terlalu banyak air mengurangi ketersediaan oksigen, membentuk zona anaerob,

memperlambat proses pengomposan, dan terbentuk bau busuk.

Aerasi

Konsumsi karbon untuk mendapatkan energi

memerlukan oksigen sebagai elektron akseptor.

Konsentrasi oksigen di udara 21%, tetapi

aktifitas mikroba aerob memerlukan konsentrasi oksigen di atas 5%.

Konsentrasi oksigen optimum untuk

pengomposan adalah 10-14%.

Mikroba anaerobik (tumbuh tanpa oksigen

(9)

Porositas dan Aerasi

Porositas optimum 35% - 50%

> 50% - kehilangan energi lebih besar daripada panas yang dihasilkan suhu pengomposan lebih rendah

< 35% - suasana anaerobik (bau)

Penghawaan – mengendalikan suhu,

mengurangi kelembaban dan CO2, dan

mencukupkan oksigen

Aliran udara yang dibutuhkan sebanding dengan aktivitas biologisl

Konsentrasi O2< 5% - suasana anaerobik

Aerasi

Dengan naiknya suhu konsentrasi oksigen

menjadi tidak merata.

Pembalikan atau pemompaan udara

diperlukan untuk menjamin ketersediaan udara.

Aerasi diperlukan agar kecepatan

dekomposisi tetap tinggi dan tidak terbentuk bau busuk.

Mekanisme aerasi – aerated

static piles

Pada sistem

pengomposan aerated

static pile atau in-vessel digunakan

pemompaan.

Bau Busuk selama Pengomposan

Terbentuknya bau busuk terkait dengan

munculnya suasana anaerobik.

Bau busuk pada pengomposan dihasilkan oleh

(10)

Bau Busuk selama Pengomposan

Compound Formula Characteristic odour Threshold

(nL/L) Ethanal CH3CHO Pungent 2 Butanoic acid CH3CH2CH2COOH Rancid 0.28

Ammonia NH3 Pungent 37

Trimethyl amine (CH3)3N Pungent 4 3-methylindole (skatole) C6H5C(CH3)CHNH Faecal 7.5x10-5

Hydrogen sulfide H2S Rotten egg 1.1 Carbon oxysulfide COS Pungent -Dimethyl sulfide CH3SCH3 Foul 20

Dimethyl disulfide CH3SSCH3 Foul -Diethyl sulfide CH3CH2SCH2CH3 Foul 0.25 Methanethiol CH3SH Decaying cabbage 1.1 Ethanethiol CH3CH2SH Decaying cabbage 0.016

1-Propanethiol CH3CH2CH2SH Unpleasant 0.075

1-Butanethiol CH3CH2CH2CH2SH Skunk like 1.4

NH3adalah gas paling bermasalah

Penanganan Bau Busuk

Bau busuk dapat mudah diatasi pada sistem

pengomposan in-vessel atau aerated static

pile.

Gas berbau dialirkan ke biofilter (dapat

menggunakan kompos jadi).

Bakteri dalam biofilter dapat memanfaatkan

Referensi

Dokumen terkait

menunjukkan dalam persepsi auditor BPKP Sulawesi Selatan, Fraud Control Plan- nya BPKP sebagai bagian dari SPIP yang ditujukan untuk mencegah terjadinya fraud

Galeri yang dibuat berupa gambar maupun skema berisi poin-poin penting yang sesuai dengan sub materi yang telah diberikan oleh guru, seperti yang dinyatakan oleh Zainal Arifin

?ntuk menganalisis energi is energi ferm fermi i pada pada binta bintang ng neutr neutron on diguna digunakan kan stati statistik  stik  fermi dirac. Dimana pada

Teknologi Otomatisasi Alat Mesin Pengolahan Hasil Pertanian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan mulsa plastik dan POC kotoran sapi berpengaruh nyata pada tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah buah, bobot buah, dan

Fahmi (2012 : 23) menyatakan laporan keuangan sangat diperlukan untuk mengukur hasil usaha dan perkembangan perusahaan dari waktu ke waktu dan untuk mengetahui

SKOR NILAI CATATAN. BENAR

Penata Pemeriksa Bea dan Cukai Muda Pelaksana Pemeriksa pada 197010101992011001 III/c Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai Tipe A Tanjung Priok Direktorat Teknis Kepabeanan.. NO