• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE SAMPLING DALAM PENGUKURAN VALIDITAS DATA NUMERIK JARINGAN LOKAL AKSES TEMBAGA (JARLOKAT)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "METODE SAMPLING DALAM PENGUKURAN VALIDITAS DATA NUMERIK JARINGAN LOKAL AKSES TEMBAGA (JARLOKAT)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah Seminar Kerja Praktek Di PT. TELKOM Kandatel Semarang

METODE SAMPLING DALAM PENGUKURAN VALIDITAS DATA NUMERIK

JARINGAN LOKAL AKSES TEMBAGA (JARLOKAT)

Wahyu Edy Seputra ( L2F005585 )

Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto S.H., Tembalang, Semarang, Indonesia

Abstrak

Telepon merupakan sarana telekomunikasi yang paling populer. Piranti ini terhubung dengan menggunakan kabel tembaga sebagai media transmisi dari sentral ke pelanggan. Pada jaringan PSTN (Public Switch Telephone

Network), diperkenalkanlah jarlokat (jaringan lokal akses tembaga) dengan besaran Rumah Kabel (RK) di dalamnya.

RK merupakan media dalam pengukuran validitas data Jarlokat yang kemudian diangkat sebagai topik utama dari laporan ini.

Rumah Kabel banyak dijumpai di sepanjang jalan berupa box dengan logo PT. Telkom di bagian depannya. Ditinjau dari konfigurasinya, Rumah kabel merupakan tempat terminasi kabel primer dari sentral dan kabel sekunder ke pelanggan. Masing-masing kabel tersebut membawa data nomor telepon pelanggan. Proses pengambilan data tersebut mengacu pada metode sampling, yang digunakan untuk mengetahui error pada RK sehingga perlu divalidasi atau tidak..

Proses validasi bertujuan untuk memvalidkan data dengan membenarkan error yang terdeteksi pada RK. Oleh karena itu tingkat error/kesalahan yang terjadi dapat ditekan serendah-rendahnya guna memperoleh validitas data yang tinggi.

Kata kunci: Jarlokat, RK, kabel primer, kabel sekunder, sampling, error dan validasi I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini kemudahan dalam memperoleh layanan jasa telekomunikasi semakin dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Contoh yang paling signifikan adalah telepon rumah. Dari sejak pertama muncul hingga sekarang, produk PT. Telkom yang satu ini mengalami banyak perkembangan. Hal ini terlihat dari fungsinya sejak awal digunakan untuk berkomu-nikasi jarak jauh hingga sebagai gerbang teknologi terpopuler di abad 21 yaitu internet. Oleh karena itu dibutuhkan kapasitas yang besar untuk menampung permintaan akan kebutuhan layanan tersebut.

PT. Telkom khususnya Kandatel Sema-rang menjawab tantangan tersebut dengan mengoptimalkan Rumah Kabel serta menambah kuantitas Rumah Kabel yang berbasis pada teknologi jaringan lokal akses tembaga. Salah satu cara pengoptimalan Rumah Kabel yaitu dengan sampling dan validasi secara berkala yang dilakukan setahun tiga kali setiap awal kuartal pertama.

1.2 Tujuan

Tujuan penulis melaksanakan kerja prak-tek di PT. TELKOM Kandatel Semarang yaitu:

1. Untuk melaksanakan mata kuliah kerja Praktek.

2. Memperoleh pengalaman kerja secara langsung serta dapat menemukan masalah dan me-nyelesaikan permasalahan tersebut.

3. Untuk meningkatkan ketram-pilan dan wawasan baik secara teknis maupun human

relationship.

4. Untuk menerapkan ilmu yang telah diperoleh dari bangku perkuliahan pada lingkungan kerja dan mengetahui secara langsung tentang teknologi jaringan lokal akses tembaga pada PT.TELKOM Kandatel Semarang.

(2)

1.3 Batasan Masalah

Mengingat banyaknya pokok permasalah-an dalam jarlokat, maka dalam laporan kerja praktek ini penulis membatasi masalah pada:

1. Gambaran umum Rumah Kabel dan bagian-bagiannya.

2. Sampling dan validasi pada Rumah Kabel.

II. TEKNOLOGI JARINGAN LOKAL AKSES TEMBAGA (JARLOKAT)

2.1 Pengertian Jarlokat

Jaringan lokal akses tembaga adalah jaringan yang menghubungkan antara pelanggan (UNI /User

Network Interface) dan sentral (SNI / Sercice Network Interface) yang konfigurasinya dimulai dari terminal

blok vertikal pada rangka pembagi utama (MDF /Main

Distribution Frame), baik yang hanya menggunakan

tembaga sebagai media akses maupun adanya tambahan perangkat lain yang bertujuan untuk menigkatkan unjuk kerjanya.

Beberapa hal yang menjadi dasar pemikiran perlunya optimalisasi jaringan lokal akses tembaga antara lain :

1. Kebutuhan jasa telekomunikasi melebihi kapasitas jaringan kabel lokal tembaga yang ada.

2. Kebutuhan layanan data kecepatan tinggi yang tidak dapat dilayani menggu-nakan jaringan kabel lokal tembaga yang ada.

3. Penggunaan teknologi serat optik sebagai solusi jaringan yang fleksibel dan modern memerlukan analisis yang tajam, karena harganya yang relatif mahal disamping waktu penggelarannya yang lama.

4. Sulitnya perijinan penggalian kabel dan proses pekerjaan galian yang mem-butuhkan waktu yang lama.

2.2 Konfigurasi Dasar Jaringan Kabel Telepon Jaringan kabel yang menghubungkan sentral telepon ke pelanggan menggunakan kabel tembaga dengan jumlah 1 pasang (pair) untuk satu pelanggan.Kabel ditarik dari MDF yang berada di sentral melalui konstruksi kabel primer dan diterminsai ke titik distribusi sekunder yaitu rumah kabel (RK), kemudian didistribusikan ke rumah pelanggan melalui tiang dan distribution point (DP). Dari DP ditarik ke rumah pelanggan menggunakan drop wire dan proses

terminasi terjadi dilokasi tertentu di rumah pelang-gan. Selanjutnya dengan menggunakan IKR/G (Instalasi Kabel Rumah/Gedung), jaringan dihubungkan dengan pesawat telepon. Berikut konfigurasi jaringan lokal akses tembaga secara umum.

Gambar 2.1 Konfigurasi jaringan kabel tembaga Berikut adalah keterangan dari gambar 3.1 di atas,yaitu :

1. MDF (Main Distribution Frame) adalah rangka pembagi utama di mana tempat terminasi antara kabel telepon ke sentral dan kabel telepon ke pelanggan.

2. Kabel Primer adalah kabel yang ditempatkan dan didistribusikan dari MDF di dalam gedung sentral kearah rumah kabel.Penempatan kabel melalui tanam langsung atau duct ( pipa saluran ) dan menggunakan titik penarikan man-hole atau

handhole, serta terdapat daerah yang dicatu

langsung (DCL) dari sentral ke pelanggan. 3. Rumah Kabel (Cross Connect Cabinet)

adalah tempat yang menghubungkan antara distribusi kabel primer dari sentral dengan jaringan kabel sekunder ke pelanggan.

4. DCL (Daerah Catuan Langsung) adalah daerah layanan dimana kabel dari MDF langsung dicatukan ke DP tanpa melalui rumah kabel.

5. Kabel Sekunder adalah kabel yang ditempatkan dan didistribusikan dari rumah kabel ke arah distribution point (DP). Pendistribusiannya melalui sistem kabel udara dan sistem kabel bawah tanah. Proses pendistribusian kabel sekunder dengan menggunakan tiang.

(3)

6. Distribution Point (DP) adalah suatu piranti yang digunakan untuk meng-hubungkan kabel sekunder dengan saluran drop wire ke rumah pelanggan, yang kemudian diteruskan ke pesawat telepon. Peletakan DP ditempatkan di atas tiang maupun dinding.

7. IKR/G (Instalasi Kabel Rumah / Gedung) adalah tatacara pemasangan jaringan telepon di dalam rumah atau gedung. Titik penghubung dimulai dari kotak terminal pembatas ( KTB ) sampai ke pesawat telepon. 2.3 Metode Peningkatan Kemampuan Akses

Jarlokat

Peningkatan kemampuan akses pada jaringan lokal akses kabel tembaga dapat di-lakukan dengan dua cara,yaitu :

1. Jarlokat Murni

Merupakan jaringan lokal akses tembaga yang operasionalnya tidak menggunakan tambahan perangkat aktif.

2. Jarlokat Tidak Murni

Merupakan jaringan lokal akses tembaga yang dalam operasionalnya menggunakan tambahan teknologi atau perangkat lain untuk mening-katkan performansinya.

2.3.1 Jaringan Lokal Akses Tembaga Murni Jarlokat murni digunakan untuk meng-hubungkan pelanggan telepon individual ke sentral telepon dan pelanggan data individual ke sentral data dengan kecepatan sampai dengan 19,6 kbps.

Performansi jarlokat murni hanya dipengaruhi oleh performansi saluran / jaringan kabel lokal. Jaringan kabel lokal yang direkomendasikan untuk perencanaan mendatang menggunakan homogenitas diameter sebesar 0,6 mm. Berikut adalah gambar konfigurasi dasar dari jarlokat murni.

Gambar 2.2 Konfigurasi jarlokat murni Keterangan:

1. Sentral / MDF (Main Distribution Frame)

2. Kabel Primer 3. Rumah Kabel (RK) 4. Kabel Sekunder

5. DP/Distribution Point

6. Saluran Penanggal

7. Kotak Terminal Batas (KTB) 8. Kabel Rumah

9. Daerah Catuan Langsung (DCL) 10. Pesawat Telepon

2.3.2 Jaringan Lokal Akses Tembaga Tidak Murni

Kinerja jaringan lokal akses tembaga tidak murni tergantung pada dua faktor utama, yaitu faktor saluran dan faktor perangkat aktif yang digunakan. Kinerja perangkat aktif dan kelengkapannya mengacu pada spesifikasi PT. TELKOM, sedangkan kinerja saluran mengacu pada ketentuan yang berlaku dengan teknologi yang digunakan.Gambar di bawah ini menun-jukkan susunan jaringan lokal akses tembaga tidak murni.

Gambar 2.3 Konfigurasi jarlokat tidak murni

Keterangan:

1. Sentral / MDF (Main Distribution Frame)

2. Kabel Primer 3. Rumah Kabel (RK) 4. Kabel Sekunder

5. DP/Distribution Point

6. Saluran Penanggal

7. Kotak Terminal Batas (KTB) 8. Kabel Rumah

9. Daerah Catuan Langsung (DCL) 10. Perangkat Tambahan pada jarlokat 11. Pesawat Telepon

Dari gambar di atas terlihat bahwa per-bedaan jaringan lokal akses tembaga murni dan tidak murni terletak pada perangkat tambahan yang diintregasikan dengan jaringan tersebut. Tujuan penambahan perangkat tersebut adalah untuk meningkatkan performansi pada jaringan kabel tembaga. Performansi yang dimaksud adalah peningkatan kapasitas atau

(4)

kemampuan pada jaringan kabel tembaga.Di samping itu jenis layanan dan kecepatannya bervariasi tergantung dari perangkat tambahan yang digunakan.

Mekanisme akses dari pelanggan menuju sentral lokal pada jarlokat tidak murni harus bersifat transparan terhadap layanan yang dicakup.Selain itu kemampuan akses ( misalnya kecepatan akses dan jenis layanan ) ditentukan oleh jenis teknologi/perangkat yang ditambahkan.

Adapun perangkat tambahan yang digunakan dalam jaringan lokal akses tembaga tidak murni adalah sebagai berikut :

1. Pengganda saluran atau Pair Gain 2. X – DSL yang meliputi :

a. High bit rate Digital Subscriber Line (HDSL)

b. ISDN Digital Subscriber Line (IDSL) c. Asymetrical Digital Subscriber Line

(ADSL)

d. Very High bit rate Digital Subscriber Line (VDSL)

2.4 Besaran Rumah Kabel ( RK )

Rumah kabel (RK) merupakan salah satu bagian yang penting dalam suatu jaringan kabel telepon antara sentral dengan pesawat pelanggan yang biasanya dipasang di tepi jalan, trotoar dan pada tempat yang tidak mengganggu lalu lintas dan aman. Rumah kabel (RK) terbuat dari beton dengan tinggi beton 50 cm di atas tanah ( tipe lama ), serta ada juga yang terbuat dari besi / fiber glass. RK memiliki fungsi sebagai tempat penyambungan antara kabel primer dengan kabel sekunder, tempat melaksanakan pengetesan untuk melokalisir gangguan dan sebagai tempat melaksanakan penghubungan kawat (pen-jumper-an) antara terminal blok di sisi primer dengan terminal blok di sisi sekunder.

Cakupan rumah kabel (RK) ditentukan oleh batas-batas geografi seperti sungai, jalan besar dan lain-lain. Jika tempat tidak spesifik, maka disesuaikan dengan batas kapasitas RK tersebut. Umumnya dalam satu RK digunakan untuk maksimum 900 pelanggan. Kapasitas RK tediri dari ukuran 800, 1200, 1600 dan 2400. Kapasitas RK paling kecil adalah 800 pasang, dengan arti jumlah pasang primer dengan pasangan sekunder yang dapat diterminasikan adalah 800 pasang, sedangkan kapasitas terbesar 2400 pasang.Pada umumnya, perbandingan antara kapasitas kabel primer dan kabel sekunder adalah 2 : 3.

RK disusun atas blok-blok terminal dengan kapasitas 100 dan 200 SST. Masing-masing blok dalam RK tersebut berfungsi sebagai tempat penghubung antara kabel primer dengan sentral dan antara kabel sekunder ke pelanggan. Berikut tabel kapasitas maksimum kabel primer dan sekunder dalam RK.

Tabel 2.1 Kapasitas RK Ukuran RK Kapasitas Maksimal Primer Kapasitas Maksimal Sekunder 2400 900 1200 1600 600 800 1200 400 600 800 300 400

Gambar 2.4 Fisik Rumah Kabel

(5)

Tata Cara Penamaan Rumah Kabel (RK) Dalam suatu STO (Sentral Telepon Otomat) terdapat bermacam – macam rumah kabel. Masing – masing dari rumah kabel tersebut terletak pada daerah yang berlainan, sehingga diperlukan sebuah tata cara penamaan tiap – tiap rumah kabel. Tujuannya adalah untuk me-mudahkan identifikasi alamat tiap – tiap rumah kabel. Berikut urutan penamaan RK secara lengkap sesuai abjad.

 RA, RB, RC … RZ  RAA, RAB, RAC … RAZ  RBA, RBB, RBC … RBZ  RCA, RCB, RCC … RCZ

 RZA, RZB, RZC … RZZ

III. SAMPLING DAN VALIDASI RUMAH KABEL

3.1 Sampling RK

Sampling merupakan pekerjaan yang bertujuan untuk pengecekan nomor telepon pelanggan. Pada jaringan akses tembaga, kegiatan sampling biasa dilakukan di Rumah Kabel ( RK ). Pada waktu proses

sampling berlangsung, petugas/teknisi dari pihak

Kandatel mendatangi RK untuk mengambil sampel data dan membandingkan dengan data yang dimiliki oleh Kandatel ( Kantor Daerah Telekomunikasi ). Dari hasil perbandingan tersebut dapat diketahui tingkat kesalahan (error) yang ada.

Data yang diambil dalam sampling ini bersifat

random, artinya proses pengambilan sample dilakukan

secara acak menurut metode sampling. Adapun metode

sampling yang digunakan dalam pengukuran tingkat

validitas, yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.1 Metode Sampling (Military Standard

105-D) level inspeksi normal

Jumlah Data Ukuran Sample Kode Jumlah 2 s/d 8 A 2 9 s/d 15 B 3 16 s/d 25 C 5 26 s/d 50 D 8 51 s/d 90 E 13 91 s/d 150 F 20 151 s/d 280 G 32 281 s/d 500 H 50 501 s/d 1.200 J 80 1.201 s/d 3.200 K 125 3.201 s/d 10.000 L 200 10.001 s/d 35.000 M 315 35.001 s/d 150.000 N 500 150.001 s/d 500.000 P 800 500.000 s/d ke atas Q 1.250

Pada tabel di atas, yang dimaksud dengan jumlah data yaitu jumlah seluruh urat sekunder pada RK. Selanjutnya keterangan kode menun-jukkan level inspeksi yang digunakan berdasarkan jumlah keseluruhan urat sekunder. Setelah megetahui kodenya, maka kita dapat menentukan jumlah pengambilan

sample pada RK.

Gambar 3.1 Bentuk fisik rumah kabel (RK)

Berikut kondisi dalam RK yang terdiri dari panel-panel blok primer dan sekunder beserta label dari blok tersebut. Blok primer selalu terhubung dengan blok primer. Hal ini berguna untuk pen-jumper-an ketika validasi berlangsung.

(6)

Gambar 3.2 Panel LSA

Gambar 3.3 Label Kabel

Setelah melakukan sampling, maka hasilnya akan dicocokkan dengan data teknis yang dimiliki oleh kantor Kandatel atau disebut dengan data kantor. Apabila dari hasil pencocokkan ditemukan perbedaan antara lapangan dengan data kantor, maka perlu dilakukan proses validasi.

3.2 Validasi Rumah Kabel

Validasi adalah proses pengecekan seluruh nomor pelanggan, dengan cara men-cocokan kabel primer dan sekunder yang memiliki nomor sama. Proses validasi biasa dilakukan di rumah kabel, karena perangkat merupakan tempat penyambungan antara kabel primer dari sentral dengan kabel sekunder ke pelanggan. Kegiatan ini rutin dilakukan tiga kali setahun setiap awal kuartal pertama pada RK yang berbeda.

Dengan melakukan validasi kita bisa menentukan valid tidaknya data yang dimiliki oleh kandatel dengan data yang ada di lapangan. Bila pada proses validasi ditemukan adanya error (kesalahan) dimana data di RK tidak sesuai dengan data dari Kandatel, maka petugas yang bersangkutan harus segera mengkonfirmasi ke pihak Kandatel untuk meminta persetujuan pengambilan keputusan tentang masalah yang ada.

Di sampnig itu, hasil sampling yang diperoleh dapat digunakan untuk menentu-kan pengukuran tingkat validitas RK. Pengukuran tingkat validitas RK dipengaruhi oleh faktor kualitas awal dan tingkat prosentase terjadinya error selama sampling. Berikut tolak ukur yang digunakan untuk menentukan prosentase tingkat validitas RK.

3.3 Langkah Kerja 3.3.1 Sampling

1. Menyiapkan alat – alat untuk sampling, antara lain:

a. Print out data teknis dari kantor b. Pesawat telepon / Test Phone

c. Handphone

d. Form sampling dan validasi

Gambar 3.4 form validasi sampling 2. Melihat layout yang ada pada RK. Kemudian

menentukan jumlah data yang akan diambil sesuai metode sampling pada tabel.

3. Menancapkan pesawat telepon ke panel LSA 4. Menekan speaker phone pada pesawat untuk mendapatkan sinyal, lalu mema-sukkan nomor handphone yang di-gunakan ke pesawat telepon dan tekan dial. Hal ini berfungsi untuk mendeteksi sample nomor pelanggan yang ada pada panel LSA RK. 5. Mencatat nomor sampel yang muncul pada

handphone pada kertas validasi sampling

yang telah disediakan.

6. Menggambar layout yang terdapat di dalam RK dan mencatat kelengkapan yang yang ditambahkan ke RK.

(7)

7. Membandingkan data hasil sampling lapangan dengan data teknis kantor untuk mengetahui letak perubahan yang terjadi /error.

Gambar 3.5 Blok sekunder RK

3.3.2 Validasi Rumah Kabel

1. Menyiapkan alat – alat validasi sebagai berikut:

Print out data teknis dari kantor

Pesawat telepon / Test Phone Handphone

Krone

Tone checker

Form sampling dan validasi

2. Menancapkan pesawat telepon ke panel LSA ( urat kabel sekunder ) sesuai nomor urat yang tertera pada data tersebut.

3. Menekan pengeras (speaker phone) pesawat telepon untuk mencari sinyal, kemudian memasukkan nomor handphone yang digunakan.

4. Mencocokkan nomor sample yang mun-cul pada handphone dengan data dari kantor. 5. Memutuskan hubungan telepon dengan cara

menghubung singkat urat kabel primer dengan menggunakan krone.

6. Mengecek sample yang error serta membenarkannya/memvalidkkan dengan peralatan yang tersedia.

Gambar 3.6 Contoh seseorang sedang memvalidasi RK Berikut gambar peralatan yang digunakan pada proses validasi di lapangan.

Gambar 3.7 Test Phone

Gambar 3.8 Krone

Gambar 3.9 Tone Checker 3.4 Pengambilan Data

Pengambilan data sampling dilakukan dengan melihat total klem sekunder dalam suatu RK. Dimisalkan terdapat delapan klem yaitu S1, S2, S3, S4, S6, S9, S10, S11 dengan jumlah klem S1 berjumlah 200, S2 berjumlah 40, S3 berjumlah 80, S4 ber-jumlah 20, S6 berjumlah 100, S9 berjumlah 60, S10 berjumlah 20, S11 berjumlah 80. Jadi jumlah total klem urat sekunder dalam satu RK yaitu 600 urat.

Sesuai dengan metode sampling yang diterapkan, maka jumlah tersebut ter-masuk dalam kode J artinya, jumlah pengambilan sampel dilakukan Bagian yang

di-sampling

(8)

secara acak se-banyak 80 sampel dengan spesifikasi masing-masing klem sebagai berikut:

 S1 sebanyak 26 sampel  S2 sebanyak 5 sampel  S3 sebanyak 10 sampel  S4 sebanyak 3 sampel  S6 sebanyak 15 sampel  S9 sebanyak 8 sampel  S10 sebanyak 3 sampel  S11 sebanyak 10 sampel

Setelah proses pengambilan sampel selesai, maka kita akan membandingkan sampel tersebut dengan data kantor (database) PT. Telkom Kandatel. Apabila dite-mukan adanya error, maka RK tersebut harus divalidasi. Berikut data hasil validasi sebelum dan sesudah.

3.4.1 Data Teknis Kantor

Tabel 3.2 Data teknis kantor sebelum validasi

N o

Nomor Telepon

Data Teknis Kantor

Status Prim er (P) Ura t P Skn dr (S) Ura t S 1 02483138 52 P45 664 S3 61 Isi 2 02484574 49 P52 990 S2 34 Isi 3 02484534 38 P51 557 S1 7 Isi 4 02476130 79 - - S1 173 Isi 5 02476003 31 P12 451 S10 12 WSUC C 6 02476003 26 P12 479 S11 77 Isi 7 - - - S2 11 KSB 8 02484108 07 P53 999 S9 41 Isi 9 02476100 12 P20 315 S4 14 MUX 10 02476098 71 P24 834 S6 35 Isi 02476116 46 P24 932 S6 43 Isi 02476094 88 P12 779 S6 48 Isi 02476091 75 P24 929 S6 59 Isi

3.4.2 Data Teknis Lapangan

Tabel 3.3 Data teknis lapangan setelah vali-dasi

N o

Nomor Telepon

Data Teknis Lapangan

Status Prim er (P) Ura t P Skn dr (S) Ur at S 1 0248313 852 P45 168 4 S3 61 Isi 2 0248457 449 P52 990 S1 69 Isi 3 0248453 438 P51 557 S1 20 Isi 4 0247613 079 P20 300 S1 17 3 Isi 5 0247600 331 P12 451 S10 12 NR 6 0247600 326 P12 479 S11 77 Tulali t 7 0247604 708 P20 165 S2 11 Isi 8 0248410 807 P53 999 S9 41 / 54 OA 9 0247610 012 P20 315 S4 14 Ngos os 1 0 0247603 33 P24 834 S6 35 Hunti ng 0247603 33 P24 932 S6 43 0247603 33 P12 779 S6 48 0247603 33 P24 929 S6 59 Keterangan status :

 Isi : terdapat urat kabel pada klem primer maupun sekunder.

 NR : nunggak rekening telepon.  Tulalit : nada sambung “tu la lit”.  Ngosos : bunyi mendesis.

 Hunting : perburuan (bhs. Indonesia), ada lebih dari satu nomor telepon.

 WSUCC : kondisi urat kabel siap cabut.  KSB : kosong baik.

(9)

3.5 Perhitungan Prosentase Tingkat Vali-ditas RK

Dari hasil di atas, maka tingkat validitas RK dapat dihitung dengan metode sampling sebagai berikut: Tingkat Validitas RK (%) = 100% − × 100 % = 100 % − × 100 % = 100 % − 12,5 % = 87,5 %

Dari perhitungan di atas, terlihat Rumah Kabel tersebut memiliki prosentase tingkat validitas sebesar 87,5 % yang berarti masih layak beroperasi.

IV. PENUTUP 4.1 Kesimpulan

1. Proses sampling yang dilakukan pada RK (Rumah Kabel) merupakan proses pe-ngambilan sampel nomor telepon pe-langgan secara acak pada urat sekunder.

2. Metode yang digunakan untuk pe-ngambilan sampel yaitu metode sampling tunggal

(Military Standard 105-D) de-ngan level

inspeksi normal.

3. Proses validasi pada RK ( Rumah Kabel ) merupakan proses mencocokkan seluruh sampel nomor telepon pelanggan yang terdapat dalam satu RK agar diperoleh data yang benar-benar valid sesuai kondisi lapangan dan database kantor.

4. Dalam RK ( Rumah Kabel ), kabel yang digunakan untuk pen- jumper –an klem antara sekunder dengan primer berjumlah sebanyak 1 ( satu ) pasang untuk tiap – tiap klem.

5. Jika pada proses validasi ditemukan error berupa hilangnya salah satu pasangan klem baik sekunder maupun primer, maka untuk

menemukan pasangan klem tersebut adalah dengan menggunakan tone cheker.

6. Pada proses validasi, krone digunakan untuk menghubung singkat urat sekunder dibagian primer yang membawa nomor telepon sama. 7. Tingkat validitas Rumah Kabel yang

sempurna bernilai seratus persen 100 %, dengan kata lain seluruh data yang diambil benar-benar valid dan tidak ada error yang menyertainya.

4.2 Saran

1. Sebaiknya proses validasi dikerjakan oleh dua orang atau lebih. Mengingat rumah kabel tersebut memiliki dua sisi serta berisi ribuan nomor pelanggan, yaitu depan dan belakang. Tujuannya adalah untuk mempercepat proses validasi.

2. Apabila pengetesan nomor telepon klem sekunder dengan pesawat telepon rumah tidak terdengar nada sambung / sangat kecil, maka dapat digunakan tes phone yang berbentuk seperti pegangan telepon. Tes phone tersebut dapat digunakan untuk mendeteksi sinyal dengan amplitudo rendah.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Freeman, Roger L. Telecommunication Transmission Handbook Fourth Edition. John

Wiley and sons Inc. 1998.

[2] Sukiswo, ST. Buku Ajar Jaringan Telekomunikasi. Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Semarang. 2002. [3] ---, Konstruksi dan Instalasi Jaringan Kabel

Tembaga. Divlat PT. TELKOM INDONESIA.

Bandung. 1997.

[4] ---, Teknologi Jaringan Akses. Divlat PT. TELKOM INDONESIA DIVRE IV. Semarang.

(10)

BIOGRAFI PENULIS

Wahyu Edy Seputra (L2F005585)

Lahir di Surabaya. Menyelesai-kan pendidikan dasar dan me-nengah di Cepu. Sekarang ter-catat sebagai mahasiswa Tek-nik Elektro UNDIP angkatan 2005 dengan konsentrasi elektronika dan tele-komunikasi. Telah melaksanakan kerja praktek di PT. Telkom Kandatel Jl. Singo-toro No. 20 Semarang, di bagian Maintenance Acces

Network. Hadapilah hidup ini dengan penuh

perjuang-an adalah moto hidupnya.

Mengetahui/Mengesahkan, Dosen Pembimbing

Ajub Ajulian Zahra, S.T, M.T NIP.132 205 684

(11)

Gambar

Gambar 2.1 Konfigurasi jaringan kabel tembaga  Berikut  adalah  keterangan  dari  gambar  3.1  di  atas,yaitu :
Tabel 2.1 Kapasitas RK  Ukuran  RK  Kapasitas Maksimal  Primer  Kapasitas Maksimal Sekunder  2400  900  1200  1600  600  800  1200  400  600  800  300  400
Tabel  3.1  Metode  Sampling  (Military  Standard  105-D) level inspeksi normal
Gambar 3.5 Blok sekunder RK
+2

Referensi

Dokumen terkait

Di dalam proses produksi pada Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Kebun Adolina, bahan baku yang digunakan adalah tandan buah segar (TBS) kelapa sawit yang diperoleh dari

Dalam implementasi kebijakan penyetaraan jabatan administrasi khususnya jabatan pengawas ke jabatan Fungsional di LIPI tentu saja terdapat banyak tantangan ke depan yang harus

Skripsi dengan judul “Analisis Hukum Islam terhadap Pajak Penghasilan UMKM (studi atas PP No. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh: Pada awalnya Indonesia

Tumbuhan lumut tidak memiliki akar yang sebenarnya dan melekat pada perantaraan rhi3oid (akar semu", oleh karena itu tumbuhan lumut merupakan bentuk peralihan

Dette skjedde til tross for at den kinesiske valutaen gjennom dette året styrket seg mot de fleste andre lands valutaer, i det den amerikanske dollaren, som yuan var bundet til, ble

Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa hordeolum internum merupakan infeksi pada kelenjar Meibom sehingga ia bertumbuh ke arah konjungtiva tarsal dan

Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010.. 1 Laju pertumbuhan industri adalah : Pertumbuhan nilai tambah dihitung dengan melihat tingkat

siswa untuk mengi untuk mengikuti kuti proses proses pembelajaran. Sis.a menerima inormasi kom,etensi- materi- tujuan- Sis.a menerima inormasi kom,etensi- materi- tujuan-