• Tidak ada hasil yang ditemukan

SOP PASCAPANEN TANAMAN OBAT (RIMPANG)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SOP PASCAPANEN TANAMAN OBAT (RIMPANG)"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

SOP PASCAPANEN

TANAMAN OBAT (RIMPANG)

KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA DIREKTORAT BUDIDAYA DAN PASCAPANEN

SAYURAN DAN TANAMAN OBAT 2011

(2)

PENGARAH : Direktur Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat

TIM PENYUSUN : Ir. Ndarie Indartiyah Ir. Irma Siregar

Ir. Yogawati Dwi Agustina Ir. Muhammad Yusron Ir. Dedy Suharyadi

Drs. Edy Djauhari, PK, M.Si Ir. Jajat Sudrajat

Budi Hartono, SP, M.Si Weni Fika, S.TP Darsini

Euis Kusmiati Suryana

ISBN : 978-602-8591-14-0

Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang

Dilarang mencetak dan menerbitkan sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara dan dalam bentuk apapun tanpa seizin penerbit.

(3)

KATA PENGANTAR

Penanganan pascapanen tanaman obat merupakan suatu hal yang sangat penting dalam upaya meningkatkan mutu dan penampilan produk, sehingga untuk mencapai tujuan tersebut, perlu upaya penanganan yang terencana secara baik terutama rimpang (simplisia) yang banyak digunakan sebagai bahan baku industri jamu. Namun, saat ini pedoman atau acuan tentang penanganan pascapanen rimpang (simplisia) ini dirasakan masih sangat terbatas. Oleh karena itu, diperlukan Standar Operational Prosedur (SOP) Rimpang (Simplisia) yang mengacu kepada panduan atau Pedoman Penanganan Pascapanen Rimpang (Simplisia) yang Baik. Diharapkan buku SOP Pascapanen Rimpang (Simplisia) ini dapat bermanfaat sebagai pedoman bagi para petugas/penyuluh serta pelaku usaha/petani untuk memperbaiki dan meningkatkan penguasaan teknologi pasca-panen tanaman obat terutama rimpang (simplisia) serta menekan kehilangan hasil dan mempertahankan umur simpan.

Buku pedoman pascapanen ini dibuat secara komperhensif, yang berisikan teknis

(4)

penanganan pasca panen rimpang (simplisia), mulai dari pemanenan, pencucian, penyortiran, perajangan, pengeringan, pengemasan dan pelabelan serta penyimpanan. Diharapkan buku pedoman ini dapat bermanfaat bagi petani dan petugas teknis terutama di daerah-daerah sentra produksi tanaman obat, sehingga penanganan pascapanen tanaman obat ini dapat dilaksanakan secara optimal.

Buku SOP ini selalu terbuka untuk perbaikan dan penyempurnaan dari waktu ke waktu sesuai dengan perkembangan situasi serta kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek). Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Pedoman SOP Pascapanen Rimpang (Simplisia) ini, kami menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya. Semoga buku ini bermanfaat.

Jakarta, Mei 2011 Direktur,

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

I. PENYIAPAN BAHAN BAKU SEGAR ... 1

II. PENYORTIRAN AWAL ... 4

III. PENCUCIAN ... 7

IV. PENIRISAN ... 11

V. PERAJANGAN ... 14

VI. PENGERINGAN ... 19

VII. PENYORTIRAN AKHIR ... 26

VIII. PENGEMASAN DAN PELABELAN ... 29

IX. PENYIMPANAN ... 34

(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Proses Perajangan Simplisia

Rimpang ... 18 Gambar 2. Proses Pengeringan Simplisia

(7)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PASCAPANEN RIMPANG

Standar Operasional

Prosedur SOP PRS. I Nomor : Halaman

Tanggal Dibuat

………..

"Penyiapan Bahan

Baku Segar" Revisi ……... Tanggal …... ……..………. Disahkan

I. PENYIAPAN BAHAN BAKU SEGAR A. Definisi

Penyiapan bahan baku segar (rimpang) adalah kegiatan menyiap-kan rimpang yang masih segar.

B. Tujuan

Tujuan penyiapan bahan baku adalah untuk memisahkan produk yang busuk, produk yang muda dan tua serta untuk mengurangi jumlah kotoran atau bahan-bahan asing yang ikut terbawa rimpang.

C. Validasi

1. Pengalaman kelompoktani Kota Semarang, Kab. Semarang, Karanganyar dan Boyolali; 2. Hasil penelitian Balai Penelitian

(8)

3. Hasil penelitian Pusat Studi Biofarmaka, Institut Pertanian Bogor;

4. Hasil Penelitian Balai Besar Penelitian Pengembangan

Tanaman Obat & Obat Tradisional Tawamangu, Jawa Tengah

5. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Tengah;

6. Dinas Pertanian Kota Semarang, Kabupaten Semarang,

Karanganyar dan Boyolali;

D. Alat dan Bahan

1. Pisau;

2. Rimpang segar; 3. Bakul;

4. Keranjang plastik/bambu 5. Karung plastik bersih.

E. Informasi Pokok

1. Bahan baku pembuatan simplisia rimpang adalah rimpang segar dari jenis temu-temuan atau empon-empon;

2. Rimpang segar yang dipilih adalah rimpang yang sudah memenuhi

(9)

persyaratan umur panen, cukup tua (umur tanam 8-12 bulan), dalam keadaan segar, tidak busuk, tidak cacat atau rusak;

F. Prosedur Kerja

1. Pilih rimpang yang berukuran besar dan tua (umur 8-12 bulan), segar, tidak busuk dan tidak cacat/ rusak;

2. Bersihkan rimpang dari tanah atau kotoran lain yang masih menem-pel pada rimpang.

G. Sasaran

Mendapatkan rimpang segar, ber-ukuran besar dan tua, tidak busuk dan tidak cacat/rusak.

(10)

Standar Operasional

Prosedur SOP PRS.II Nomor : Halaman

Tanggal Dibuat

………..

"Penyortiran Awal" Revisi ……...

Tanggal …... ……..………. Disahkan

II. PENYORTIRAN AWAL A. Definisi

Penyortiran awal adalah kegiatan memisahkan rimpang yang busuk, rimpang muda dan tua serta rimpang yang berukuran besar atau kecil, memisahkan rimpang untuk benih dan konsumsi serta mengurangi kotoran atau bahan-bahan asing yang ikut terbawa dalam rimpang.

B. Tujuan

Tujuan penyortiran awal adalah untuk memisahkan produk dari kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing, bahan yang tua dengan muda atau bahan yang ukurannya lebih besar atau lebih kecil.

C. Validasi

1. Pengalaman kelompoktani Kota Semarang, Kab. Semarang, Karanganyar dan Boyolali;

(11)

2. Hasil penelitian Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatika; 3. Hasil penelitian Pusat Studi

Biofarmaka, Insitut Pertanian Bogor;

4. Hasil Penelitian Balai Besar Penelitian Pengembangan

Tanaman Obat & Obat Tradisional Tawamangu, Jawa Tengah;

5. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Tengah;

6. Dinas Pertanian Kota Semarang, Kabupaten Semarang,

Karanganyar dan Boyolali.

D. Alat dan Bahan

1. Pisau; 2. Gunting; 3. Bakul;

4. Keranjang plastik/bambu 5. Karung plastik yang bersih.

E. Informasi Pokok

1. Penyortiran dilakukan setelah rimpang dipanen;

2. Tanah dan kotoran yang masih menempel pada rimpang

(12)

dibersih-kan dengan memukul rimpang secara perlahan-lahan;

3. Daun, batang dan akar yang bersatu dengan rimpang dipotong menggunakan pisau/gunting.

F. Prosedur Kerja

1. Pisahkan rimpang yang sehat dengan yang sakit, yang baik dengan yang rusak atau busuk; 2. Rimpang dibersihkan dari tanah

atau kotoran lain yang masih menempel pada rimpang;

3. Potong daun, batang dan akar menggunakan pisau yang tajam;

G. Sasaran

Memisahkan rimpang yang busuk, rimpang yang tua dan muda, serta untuk benih dan konsumsi serta rimpang yang berukuran besar dan kecil.

(13)

Standar Operasional

Prosedur SOP PRS.IIINomor : Halaman Tanggal Dibuat ……….. "Pencucian" Revisi ……... Tanggal …... ……..………. Disahkan III. PENCUCIAN A. Definisi

Pencucian adalah proses pembersihan rimpang dari tanah, kotoran lainnya dan mikroba yang masih melekat pada rimpang dengan menggunakan air bersih dan mengalir.

B. Tujuan

Tujuan pencucian adalah menghilang-kan kotoran-kotoran dan mengurangi mikroba yang melekat pada rimpang.

C. Validasi

1. Pengalaman kelompoktani Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Karanganyar, Boyolali;

2. Hasil penelitian Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatika; 3. Hasil penelitian Pusat Studi

Biofarmaka, Insitut Pertanian Bogor;

(14)

4. Hasil Penelitian Balai Besar Penelitian Pengembangan

Tanaman Obat & Obat Tradisional Tawamangu, Jawa Tengah;

5. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Tengah;

6. Dinas Pertanian Kota Semarang, Kabupaten Semarang,

Karanganyar dan Boyolali.

D. Alat dan Bahan

1. Rimpang segar;

2. Bak pencucian/ember besar; 4. Air;

5. Sikat;

6. Keranjang bambu; 7. Keranjang plastik.

E. Informasi Pokok

1. Air yang digunakan harus memenuhi persyaratan air bersih sesuai standar baku air bersih; 2. Pencucian rimpang dilakukan

dengan air bersih yang mengalir atau 3 - 4 kali atau menggunakan alat penyemprot air bertekanan tinggi;

(15)

3. Sumber air yang digunakan untuk pencucian dapat berasal dari mata air, sumur, sumur bor atau PAM. Pencucian tidak dianjurkan menggunakan air sungai yang mengalir karena sumber air yang masuk kesungai umumnya berasal dari berbagai sumber dan kemungkinan air tersebut sudah terkontaminasi oleh bakteri E.coli atau patogen lainnya;

4. Pencucian harus dilakukan dalam waktu sesingkat mungkin (tidak boleh direndam terlalu lama) agar zat aktif yang terkandung dalam rimpang tidak larut atau terbuang;

F. Prosedur Kerja

Pencucian rimpang dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain 1. Perendaman bertingkat

a. Rendam rimpang beberapa kali pada wadah dan air yang berbeda hingga kotoran yang menempel pada rimpang hilang;

b. Jika kotoran masih ada yang menempel pada rimpang,

(16)

gosok rimpang dengan tangan hingga bersih;

2. Penyemprotan

a. Penyemprotan dilakukan pada rimpang yang kotorannya banyak melekat pada rimpang dengan menggunakan air yang bertekanan tinggi;

b. Untuk menghilangkan tanah dan kotoran yang masih menem- pel pada rimpang dapat dihilangkan dengan menyikat rimpang secara hati-hati; 3. Penyikatan

a. Pencucian dengan menyikat dilakukan pada rimpang yang kotorannya sangat kuat menempel pada rimpang; b. Penyikatan dilakukan secara

perlahan-lahan dan teratur agar rimpang tidak rusak; c. Bilas rimpang yang sudah

disikat hingga bersih;

G. Sasaran

Membersihkan rimpang dari tanah, mikroba dan kotoran lainnya yang menempel pada rimpang.

(17)

Standar Operasional

Prosedur SOP PRS.IVNomor : Halaman Tanggal Dibuat ……….. "Penirisan" Revisi ……... Tanggal …... ……..………. Disahkan IV. PENIRISAN A. Definisi

Penirisan adalah proses meniriskan rimpang sampai benar-benar bebas dari air bekas pencucian.

B. Tujuan

Tujuan penirisan adalah untuk mengering anginkan rimpang setelah proses pencucian agar rimpang benar-benar bebas dari bekas pencucian.

C. Validasi

1. Pengalaman kelompoktani Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Karanganyar, Boyolali;

2. Hasil penelitian Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatika; 3. Hasil penelitian Pusat Studi

Biofarmaka, Insitut Pertanian Bogor;

4. Hasil Penelitian Balai Besar Penelitian Pengembangan

(18)

Tanaman Obat & Obat Tradisional Tawamangu, Jawa Tengah;

5. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Tengah;

6. Dinas Pertanian Kota Semarang, Kabupaten Semarang,

Karanganyar, Boyolali.

D. Alat dan Bahan

1. Rak penirisan; 2. Keranjang bambu; 3. Keranjang plastik; 4. Rimpang E. Informasi Pokok

1. Rimpang yang telah bersih ditiriskan dalam keranjang plastik atau rak penirisan sampai airnya tidak menetes lagi;

2. Penirisan dapat dilakukan dengan menggunakan rak-rak penirisan; 3. Waktu yang dibutuhkan untuk

penirisan adalah 2- 4 jam, 1-2 hari; 4. Proses penirisan sebaiknya di

dalam ruangan atau tempat yang tidak langsung terkena sinar matahari.

(19)

F. Prosedur Kerja

1. Setelah pencucian, rimpang lang-sung ditiriskan dalam keranjang plastik atau di rak-rak penirisan sampai airnya tidak menetes lagi; 2. Lakukan penirisan selama 2-4 jam,

1-2 hari dan didalam ruangan atau tempat yang terlindung atau tidak terkena sinar matahari langsung;

G. Sasaran

Mengeringkan rimpang yang telah dicuci bersih.

(20)

Standar Operasional

Prosedur SOP PRS.VNomor : Halaman Tanggal Dibuat ……….. "Perajangan" Revisi ……... Tanggal …... ……..………. Disahkan V. PERAJANGAN A. Definisi

Perajangan adalah proses pengirisan rimpang segar menjadi rimpang kering atau simplisia.

B. Tujuan

Tujuan perajangan adalah untuk mempercepat proses pengeringan, pengemasan, penepungan dan penyimpanan rimpang.

C. Validasi

1. Pengalaman kelompoktani Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Karanganyar, Boyolali;

2. Hasil penelitian Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatika; 3. Hasil penelitian Pusat Studi

Biofarmaka, Insitut Pertanian Bogor;

4. Hasil Penelitian Balai Besar Penelitian Pengembangan

(21)

Tanaman Obat & Obat Tradisional Tawamangu, Jawa Tengah;

5. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Tengah;

6. Dinas Pertanian Kab. Semarang, Kota Semarang Karanganyar, Boyolali.

D. Alat dan Bahan

1. Pisau 2. Alat/mesin perajang 3. Meja Perajangan; 4. Talenan plastik/kayu; 5. Keranjang plastik. E. Informasi Pokok

1. Rimpang yang baru dipanen tidak boleh langsung dirajang tetapi dijemur dalam keadaan utuh selama 2- 4 jam, 1 hari;

2. Perajangan dilakukan untuk mempercepat pengeringan rimpang;

3. Alat perajang yang digunakan dapat berupa mesin atau perajang manual yang terbuat dari bahan stainless;

(22)

4. Arah irisan dianjurkan searah dengan teknik irisan melintang atau membujur, agar sel-sel minyak atsirinya tidak pecah. Dari hasil penelitian, ketebalan irisan rimpang yang memberikan kadar minyak atsiri maksimal adalah 3 mm;

5. Sebaiknya hindari perajangan yang terlalu tipis untuk mencegah berkurangnya kadar minyak atsiri dan jika rajangan terlalu tebal, memerlukan waktu penjemuran lebih lama dan kemungkinan besar produk mudah ditumbuhi jamur.

F. Prosedur Kerja

1. Sebelum perajangan dilakukan, rimpang terlebih dahulu dijemur untuk mengurangi perwarnaan akibat reaksi antara bahan dan logam pisau;

2. Rimpang dirajang dengan menggunakan pisau tajam yang terbuat dari stainless steel atau dengan mesin perajang;

3. Hindari perajangan yang terlalu tipis untuk mencegah

(23)

berkurang-nya kadar miberkurang-nyak atsiri dan agar simplisia tidak mudah hancur; 4. Arah irisan dianjurkan searah

dengan teknik irisan melintang atau membujur, agar sel-sel minyak atsirinya tidak pecah. Dari hasil penelitian, ketebalan irisan rimpang yang memberikan kadar minyak atsiri maksimal adalah 3 mm.

G. Sasaran

Mendapatkan simplisia temulawak sesuai kebutuhan atau keinginan konsumen.

(24)
(25)

Standar Operasional

Prosedur SOP PRS.VINomor : Halaman Tanggal Dibuat ……….. "Pengeringan" Revisi ……... Tanggal …... ……..………. Disahkan VI. PENGERINGAN A. Definisi

Pengeringan adalah perlakuan pada produk dengan cara mengurangi kadar air, agar proses pembusukan dapat dihambat sehingga dapat dihasilkan simplisia bermutu, tidak mudah rusak dan tahan disimpan dalam waktu lama.

B. Tujuan

Tujuan pengeringan adalah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama.

C. Validasi

1. Pengalaman kelompoktani Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Karanganyar, Boyolali;

2. Hasil penelitian Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatika;

(26)

3. Hasil penelitian Pusat Studi Biofarmaka, Insitut Pertanian Bogor;

4. Hasil Penelitian Balai Besar Penelitian Pengembangan

Tanaman Obat & Obat Tradisional Tawamangu, Jawa Tengah;

5. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortiktultura Provinsi Jawa Tengah;

6. Dinas Pertanian Kota Semarang, Kabupaten Semarang

Karanganyar, Boyolali.

D. Alat dan Bahan

1. Alat pengering (oven, blower); 2. Kain hitam;

3. Sinar matahari;

4. Alas pengering dari anyaman bambu;

5. Tampah;

6. Rak pengering dari bambu.

E. Informasi Pokok

1. Pengeringan dapat dilakukan dengan menggunakan sinar matahari, oven, blower dan fresh dryer pada suhu 40-60°C. Pengeringan pada suhu terlalu

(27)

tinggi dapat merusak komponen aktif, sehingga mutunya dapat menurun;

2. Untuk irisan rimpang jahe dapat dikeringkan menggunakan alat pengering energi surya dengan suhu antara 36-45°C dengan tingkat kelembaban 32,8-53,3% menghasilkan kadar minyak atsiri lebih tinggi dibanding dengan pengeringan menggunakan sinar matahari langsung maupun oven; 3. Untuk irisan temulawak yang

dikeringkan dengan sinar matahari langsung, sebelum dikeringkan terlebih dahulu irisan rimpang direndam dalam larutan asam sitrat 3% selama 3 jam yang bertujuan untuk mencegah terjadinya degradasi kurkuminoid pada simplisia dan mencegah penguapan minyak atsiri yang berlebihan pada saat penjemuran; 4. Selesai perendaman irisan dicuci

kembali sampai bersih dan ditiriskan, kemudian dijemur dipanas matahari;

5. Penjemuran dapat juga dilakukan dengan menggunakan blower

(28)

pada suhu 40-50°C. Kelebihan alat ini adaalah waktu penjemuran lebih singkat yaitu 8 jam, jika dibanding pengeringan dengan sinar matahari membutuhkan yang membutuhkan waktu + 1 minggu;

6. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses pengeringan adalah kebersihan (khususnya pengering-an menggunakpengering-an sinar matahari), kelembaban udara, aliran udara dan ketebalan susunan irisan produk (tidak saling menumpuk).

F. Prosedur Kerja

Pengeringan simplisia rimpang dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain :

1. Pengeringan dengan sinar matahari langsung

a. Simplisia di susun di atas lantai beralas tikar atau rak penjemuran yang terbuat dari besi, bambu atau kayu;

b. Simplisia dilapisi dan ditutupi kain hitam agar terhindar dari serangga dan debu;

(29)

memper-cepat pengeringan dan warna lebih merata; kandungan minyak atsiri tidak mudah hilang;

c. Selama proses pengeringan, simplisia harus sering dibolak-balik untuk mendapatkan hasil yang merata. Lama pengering-an +5 hari tergpengering-antung kondisi cuaca.

2. Pengeringan dengan alat berenergi cahaya matahari

Simplisia disusun pada nampan-nampan yang ada pada rak pengering, kemudian dikeringkan sesuai kebutuhan.

3. Pengeringan dengan mesin (oven)

Pengeringan dengan mesin selain lebih cepat juga hasilnya lebih berkualitas. Untuk rimpang temulawak sebaiknya digunakan suhu pengeringan antara 40-60°C.

(30)

G. Sasaran

Tersedianya simplisia yang memenuhi persyaratan industri.

(31)

Gambar 2. Proses Pengeringan Simplisia Rimpang di Bawah Sinar Matahari

(32)

Standar Operasional

Prosedur SOP PRS.VIINomor : Halaman

Tanggal Dibuat

………..

"Peryortiran Akhir" Revisi ……...

Tanggal …... ……..………. Disahkan

VII. PENYORTIRAN AKHIR A. Definisi

Penyortiran akhir adalah kegiatan yang dilakukan untuk memisahkan benda-benda asing dan kotoran lainnya yang masih menempel pada simplisia setelah proses pengeringan.

B. Tujuan

Tujuan penyortiran akhir adalah untuk memisahkan benda-benda asing dan kotoran lainnya yang masih ada dan tertinggal pada simplisia.

C. Validasi

1. Pengalaman kelompoktani Kota Semarang, Kabupaten

Semarang, Karanganyar, Boyolali;

2. Hasil penelitian Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatika;

(33)

3. Hasil penelitian Pusat Studi Biofarmaka, Insitut Pertanian Bogor;

4. Hasil Penelitian Balai Besar Penelitian Pengembangan Tanaman Obat & Obat Tradisional Tawamangu, Jawa Tengah;

5. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Tengah;

6. Dinas Pertanian Kota Semarang, Kabupaten Semarang,

Karanganyar, Boyolali.

D. Alat dan Bahan

1. Wadah penyortiran;

2. Ayakan dari bambu/kawat; 3. Terpal.

E. Informasi Pokok

1. Proses penyortiran merupakan tahap akhir dari pembuatan simplisia kering sebelum dilaku-kan pengemasan;

2. Partikel-partikel pasir dan benda-benda tanah lain yang tertinggal harus dibuang sebelum simplisia dibungkus;

(34)

3. Simplisia rimpang yang baik memiliki kandungan benda asing tidak lebih dari 2%. Warna dan aroma tidak menyimpang jauh dari aslinya, tidak mengandung bahan yang beracun dan berbahaya serta tidak tercemar oleh jamur.

F. Prosedur Kerja

1. Pisahkan simplisia rimpang dari benda-benda asing seperti partikel pasir, kotoran unggas atau benda asing lainnya;

2. Setelah penyortiran simplisia ditimbang untuk mengetahui rendemen hasil dari proses pasca panen yang dilakukan.

G. Sasaran

Simplisia rimpang yang bersih, bebas dari bahan-bahan asing dan kotoran lainnya.

(35)

Standar Operasional

Prosedur SOP PRS.VIIINomor : Halaman

Tanggal Dibuat

………..

"Pengemasan dan

Pelabelan" Revisi ……... Tanggal …... ……..………. Disahkan

VIII. PENGEMASAN DAN PELABELAN A. Definisi

Pengemasan adalah proses perlin-dungan produk dari gangguan faktor luar yang dapat mempenga-ruhi masa simpan produk dengan menggunakan media atau bahan tertentu. Pelabelan adalah pembe-rian label pada kemasan produk yang berisi nama komoditas dan kelas mutu, nama produsen, alamat produsen, tanggal panen, tanggal kadaluarsa serta berat bersih.

B. Tujuan

Tujuannya utama pengemasan antara lain : menyimpan produk secara aman agar terhindar dari pencemaran atau kotoran; melindungi produk selama dalam perjalanan, saat pemasaran mepermudah pengangkutan atau pemindahan produk dari satu

(36)

tempat ke tempat lain. Tujuan pelabelan adalah untuk memberi identitas pada produk yang telah dikemas.

C. Validasi

1. Pengalaman kelompoktani Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Karanganyar, Boyolali;

2. Hasil penelitian Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatika; 3. Hasil penelitian Pusat Studi

Biofarmaka, Insitut Pertanian Bogor;

4. Hasil Penelitian Balai Besar Penelitian Pengembangan Tanaman Obat & Obat Tradisional Tawamangu, Jawa Tengah;

5. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Tengah; 6. Dinas Pertanian Kota

Semarang, Kab. Semarang, Karanganyar, Boyolali.

(37)

D. Alat dan Bahan

1. Kayu/karton;

2. Karung/kantong plastik; 3. Peti;

4. Kertas/stiker/label; 5. Kaleng atau aluminium; 6. Spidol.

E. Informasi Pokok

1. Simplisia yang sudah di grading berdasarkan kualitasnya, segera dikemas agar tidak terjadi penyerapan air kembali;

2. Cara pengemasan simplisia tergantung pada jenis simplisia dan tujuan pengemasan;

3. Bahan kemasan yang diguna-kan harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

a. Mampu melindungi produk dari kerusakan mekanis; b. Tidak mengandung bahan

kimia yang menyebabkan perubahan bahan isi, rasa, baud an kadar air produk; c. Tidak terlalu berat, praktis,

ukuran maupun bentuk kemasan menarik;

(38)

d. Mampu mencegah penye-rapan air atau menghin-dari kelembaban karena dapat menyebabkan peni-ngkatan kadar air produk;

e. Mampu menahan penga-ruh cahaya;

f. Memiliki daya lindung yang dapat diandalkan; g. Harga terjangkau/

ekonomis.

4. Pengemasan dilakukan dengan hati-hati agar simplisia tidak hancur;

5. Selanjutnya kemasan diberi label yang ditempelkan pada bagian tengah kemasan dengan mencantumkan : nama produk, bagian tanaman produk yang digunakan, tanggal pengemasan, nomor/ kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih, metode penyimpanan.

6. Simplisia diangkut ke pembeli atau segera disimpan untu proses pengolahan selanjutnya.

(39)

F. Prosedur Kerja

1. Produk dikemas dalam kema-san secara hati-hati;

2. Tiap kemasan diberi label yang jelas bertuliskan : nama produk, bagian tanaman produk yang digunakan, tanggal penge-masan, nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih, metode penyimpanan.

G. Sasaran

Simplisia yang sudah dikemas rapi untuk diolah lebih lanjut.

(40)

Standar Operasional

Prosedur SOP PRS.IXNomor : Halaman Tanggal Dibuat ……….. "Penyimpanan" Revisi ……... Tanggal …... ……..………. Disahkan IX. PEYIMPANAN A. Definisi

Penyimpanan adalah mengendalikan proses transpirasi, respirasi serta mempertahankan produk sebagai bahan yang akan diolah lebih lanjut.

B. Tujuan

Tujuan penyimpanan adalah untuk memperpanjang masa penggunaan suatu produk.

C. Validasi

1. Pengalaman kelompoktani Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Karanganyar, Boyolali;

2. Hasil penelitian Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatika; 3. Hasil penelitian Pusat Studi

Biofarmaka, Insitut Pertanian Bogor;

4. Hasil Penelitian Balai Besar Penelitian Pengembangan

(41)

Tanaman Obat & Obat Tradisional Tawamangu, Jawa Tengah;

5. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Tengah;

7. Dinas Pertanian Kota Semarang, Kabupaten Semarang,

Karanganyar, Boyolali.

D. Alat dan Bahan

1. Gudang;

2. Ruang ber AC (ventilasi cukup);

E. Informasi Pokok

1. Penyimpanan dapat dilakukan di ruang biasa/gudang (suhu kamar) atau ruangan ber AC; 2. Gudang harus terpisah dari

tempat penyimpanan bahan lainnya atau penyimpanan alat dan dipelihara dengan baik; 3. Ventilasi udara baik dan bebas

dari kebocoran atau kemung-kinan masuknya air hujan. Suhu gudang tidak lebih dari 30°C dengan kelembaban udara seminimal mungkin (65°C) untuk mencegah terjadinya penyerapan air;

(42)

4. Kelembaban udara yang tinggi dapat memacu pertumbuhan mikroorganisme sehingga menu-runkan mutu produk baik dalam bentuk segar maupun kering dan sinar matahari tidak boleh langsung menyinari simplisia; 5. Penyimpanan simplisia dalam

gudang harus diatur sedemikian rupa agar tidak menyulitkan pemasukan dan pengeluaran produk yang disimpan;

6. Simplisia rimpang yang dikemas disimpan dengan cara ditumpuk, tidak terlalu tinggi dan tidak langsung mengenai lantai atau diberi alas. Untuk jenis simplisia yang sama harus diberlakukan prinsip "pertama masuk pertama keluar", perlu dilakukan penca-tatan tanggal penyimpanan simplisia;

7. Penyimpanan simplisia di gudang maksimal 1 tahun agar simplisia tidak rusak.

(43)

F. Prosedur Kerja

1. Simplisia disimpan di ruang biasa (suhu kamar) ataupun di ruang ber AC;

2. Ruang tempat penyimpanan harus dalam keadaan bersih, udara cukup kering dan berventilasi baik, karena hama menyukai udara yang lembab dan panas;

3. Penyimpanan harus diatur sedemi-kian rupa agar tidak menyulitkan pemasukan dan pengeluaran produk yang disimpan serta memperhatikan prinsip “pertama masuk petama keluar” atau first in first out;

4. Lakukan pencatatan tanggal berapa penyimpanan simplisia dilakukan;

5. Usahakan simplisia yang disimpan di gudang tidak terlampau lama; 6. Dalam jangka waktu tertentu,

perlu dilakukan pemeriksaan gudang secara rutin, meliputi pengecekan dan pengujian mutu simplisia yang ada di gudang;

(44)

G. Sasaran

Melindungi produk dari kerusakan dan gangguan serangga selama dalam penyimpanan.

(45)
(46)
(47)

Lampiran 1.

Form : Catatan Penyiapan

Bahan Baku Segar Nama Pemilik : ………... Alamat Lahan : ………...

No. Luas (Ha) Bahan Baku Segar Cara Penyiapan Keterangan

(48)

Lampiran 2.

Form : Catatan Penyortiran Awal

Nama Pemilik : ………... Alamat Lahan : ………...

(49)

Lampiran 3.

Form : Catatan Pencucian

Nama Pemilik : ………... Alamat Lahan : ………...

(50)

Lampiran 4.

Form : Catatan Penirisan

Nama Pemilik : ………... Alamat Lahan : ………...

(51)

Lampiran 5.

Form : Catatan Perajangan

Nama Pemilik : …………... Alamat Lahan : …………...

(52)

Lampiran 6.

Form : Catatan Pengeringan

Nama Pemilik : ………... Alamat Lahan : ………...

(53)

Lampiran 7.

Form : Catatan Penyortiran Akhir

Nama Pemilik : ………... Alamat Lahan : ………...

(54)

Lampiran 8.

Form : Catatan Pengemasan dan Pelabelan

Nama Pemilik : ... Alamat Lahan : ...

(55)

Lampiran 9.

Form : Catatan Penyimpanan

Nama Pemilik : ………... Alamat Lahan : ………...

(56)

Gambar

Gambar 1. Proses Perajangan Simplisia Rimpang
Gambar 2.  Proses Pengeringan Simplisia Rimpang   di Bawah Sinar Matahari

Referensi

Dokumen terkait

keputusan merupakan sebuah refleksi dari perawat ataupun klien, pengambilan keputusan klinis keperawatan harus ada interaksi antara perawat-klien, pengambilan keputusan

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Tinjauan

Model pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah di Kota Surakarta pada tingkat Rumah Tangga dan Pasar Legi adalah dengan memanfaatkan sampah sebagai alat

Dibandingkan dengan kajian yang terdahulu, peratus penyingkiran Mn meningkat dengan kepekatan Mn yang meningkat yang mana biojisim bagi cengkeram ketam menyingkirkan Mn sebanyak

Vaikka sosiaalityöntekijät pitävät asiakaspalautetta merkittävänä ta- pana saada tietoa omasta ja organisaation työskentelystä, he myös kokevat, että antamalla palautetta

Penghitungan total harga makanan pada restoran sushi tersebut dilakukan oleh pelayan dengan melihat warna piring dan menghitung jumlah piring ya ng diambil oleh

Dari analisa data yang telah dipaparkan pada tabel 3.1 dan gambar 3.1 bahwa penambahan zeolit ukuran yang berbeda dengan kadar penambahan yang semakin

dijalankan untuk; i mengenal pasti ciri-ciri harta wakaf semasa, ii memetakan kedudukan positioning harta wakaf menggunakan perisian Sistem Maklumat Geografi GIS, iii