• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hotel Room Alhamdulillah akhirnya sampai kamar hotel juga. Iya, peserta belum banyak yang datang. Dan setelah konfirmasi, ternyata acara pembukaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hotel Room Alhamdulillah akhirnya sampai kamar hotel juga. Iya, peserta belum banyak yang datang. Dan setelah konfirmasi, ternyata acara pembukaan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Hotel Room

Alhamdulillah… akhirnya sampai kamar hotel juga. Iya, peserta belum banyak yang datang. Dan setelah konfirmasi, ternyata acara pembukaan dimulai jam 19.00. Itu artinya saya masih punya banyak waktu untuk bersantai ria, ngadem di kamar hotel. Langsung norak-norak bergembira.

Tanpa membuang waktu dan tidak mau menyia-nyiakan fasilitas hotel, saya ambil remot AC, saya hidupin tuh AC karena memang suhu saat itu panas. Saya arahkan remotnya ke AC, pencet tombol ON, tiba-tiba keluar suara seperti penyiar berita. “Wah AC nya modern nih, ada suaranya”, pikir saya. Layar TV berubah warna. “Ini TV nya otomatis apa ya?”, tanya saya yang tidak memerlukan jawaban. Saya curiga. Dan benar, remot yang saya ambil adalah remot TV, bukan remot AC. Remot yang satunya langsung saya ambil dan saya pencet tombol ‘On’- nya. Sebenarnya saya tidak tau cara mengatur temperature AC, saya pencet-pencet saja itu remot secara acak. Dengan ilmu ngawur itu toh akhirnya kamar jadi adem juga hehe….

Baru sempat menyenderkan kepala ke bantal, bel berbunyi. “Sial, baru saja mau rebahin badan, ada orang datang. Siapa sih?”, sempat ngumpat juga, tapi saya tetap positive thinking, “Oh iya, ini pasti pengantar makanan yang datang. Benar-benar hotel istimewa”, pertanyaan yang sekaligus saya jawab sendiri.

Bel berbunyi lagi.

“Ya, sebentar”, teriak saya sambil langsung menuju pintu kamar, karena tidak sabar ingin makan makanan hotel, plus

(2)

karena lapar juga tepatnya. Pintu saya buka, “Teerrimm… mmau nyari siapa mas?”, ucapan terima kasih yang mau saya ucapkan buat pengantar makanan tidak jadi, karena memang yang datang bukan pengantar makanan, tapi seseorang yang tidak saya kenal.

“Ini benar kamar 136 kan?”, tanya orang itu.

“Iya benar mas”, jawab saya. Saya panggil mas karena memang orangnya belum tua. Ya masih di atas saya sedikit lah, “Ada apa ya?”,

“Saya peserta pelatihan, dan katanya kamar saya nomor 136”,

“Oh… mari masuk”, kata saya mempersilahkan masuk sambil mengenalkan diri. Berarti saya tidak sendirian. Ya, kalau dipikir jika sekamar sendiri-sendiri, panitia bisa tekor juga.

Iya, ternyata orang itu adalah peserta pelatihan juga yang akan sekamar dengan saya. Dan juga BUKAN PETUGAS PENGANTAR MAKANAN. -___-‘

Ngobrol pun berlanjut, dan tidak ada hal yang istimewa yang perlu diceritakan di sini. Karena hari semakin sore dan kebetulan badan juga sudah pada lengket, saya memutuskan untuk mandi. Saya pergi ke kamar mandi, karena mandi itu ya di kamar mandi, bukan di loby1. Setelah di kamar mandi, saya sempat bingung, dan

bertanya dalam hati, “Masa hotel gede, bak mandi saja tidak ada?”. Akhirnya saya nanya ke teman sekamar.

(3)

“Pak, ini bak mandinya kok tidak ada ya?”. Oh ya panggilan saya ganti pak, karena memang kalau di sekolah guru semuda apa pun kalau cowok memanggilnya Bapak dan kalau cewek Ibu, bukan panggilan sayang.

“Lho, emang di hotel kan tidak ada, bagaimana sih pak?”, katanya malah memfonis.

“Oh, trus?”,

“Apanya yang terus?”,

“Ya terus mandinya bagaimana?”,

“Mandi ya mandi to pak, masa harus saya mandikan?”, *hening sejenak*

“-__- Bukan itu maksudnya, airnya bagaimana?”, “Oh… itu, pakai shower pak”,

Oh shower. Saya cari deh itu shower. Setelah saya pastikan ketemu itu shower, baru saya buka semua pakaian saya yang menempel di badan (sensor). Dan langsung mandi. Shower langsung saya arahkan ke kepala. Dan airnya panasnya kebangetan. Ternyata saya salah membuka kran showernya. Yang saya buka adalah yang bagian air panas. Sial. Sudah badan kepanasan ditambah sama siraman air panas. 

Singkatnya, acara mandi selesai. Badan segar sudah shampoan segala. Saya ambil handuk yang ada. Di situ saya lihat ada dua handuk berwarna putih, satu besar, satu kecil. Saya ambil handuk yang kecil, pikir saya biar simpel, tidak ribet. Setelah semua selesai, saya keluar kamar mandi dan berniat untuk sholat ashar.

(4)

Teman saya ternyata juga mau mandi. Setelah saya keluar, dia gantian mandi. Tapi baru buka pintu kamar mandi, mungkin karena lantainya masih basah dia nanya ke saya sesuatu,

“Pak handuk kecil di sini di mana?”,

Karena saya kurang mendengar, saya nanya balik, “Apa pak?”,

“Itu handuk kecil yang di sini di mana?”,

“Oh handuk kecil? Itu saya hanger di lemari”, jawab saya sekenanya.

“Ngapain dihanger pak?”, “Iya tadi baru saya pakai”,

“HAH??? BAPAK PAKAI HANDUK ITU?”, “Iya pak, kenapa emang?”, tanya saya lagi.

“ITU KAN HANDUK BUAT KESET KAMAR MANDI”

“…”. *klik.

Kacaunya Acara Pembukaan

Acara pembukaan ternyata tidak diadakan di hotel tempat saya menginap. Karena memang acaranya tidak hanya di satu hotel saja. Ada guru mapel lain yang pelatihan juga. Dan pembukaannya diadakan di hotel satunya, artinya semua peserta di hotel yang saya tinggali

(5)

menyiapkan bus untuk itu. Tapi ternyata pesertanya lumayan banyak juga, sehingga busnya harus bolak-balik dua kali jemput peserta. Meski begitu, tetap saja penumpangnya membludak melebihi kapasitas.

“Ah, saya harus naik duluan nih biar dapat tempat duduk”, pikir saya saat itu, melihat jumlah orangnya yang jelas overload. Dan begitu bus datang, tidak menyia-nyiakan waktu, saya langsung naik dan mencari posisi yang enak. “Alhamdulillah dapat tempat duduk juga”. Dan dalam hitungan detik, bus sudah dipenuhi peserta pelatihan bahkan sampai berjubel. Lagi asik mengobrol dengan teman sebangku (maksudnya bangkunya sebelahan, bukan pangku-pangkuan juga), saya berniat mengajak ngobrol juga ke orang yang berdiri di samping saya itu. Saya tengok, dan #dhes, ternyata orang yang berdiri itu seorang ibu-ibu. Kalau sudah seperti ini, naluri kelelakian saya muncul. Jangan ngeres dulu ye, maksudnya perasaan sebagai laki-laki tidak tega membiarkan seorang perempuan berdiri sementara saya duduk. Sebenarnya seperti ada yang membisikkan saya dan bilang: “Sudah tidak usah, perjalanan masih jauh lho”. Tapi hati yang lembut ini tidak bakalan tega membiarkan itu #ehm. Meski bukan #naikekonomi, tapi akhirnya dengan jiwa ksatria, saya menawarkan duduk ke ibu itu.

“Monggo bu, silahkan”, tawarku sambil berdiri.

“Oh, tidak usah mas, masih jauh lho, nanti capek lagi, saya tidak apa-apa kok sudah biasa, tapi kalau mas maksa ya mau bagaimana lagi, rejeki kok ditolak hehe, sebelumnya terima kasih ya mas”, cerocosnya tanpa memberi kesempatan saya menjawab, dan dengan pertanyaannya

(6)

sendiri, dijawab sendiri, sambil langsung duduk tanpa permisi.

“IBU ITU MAKAN APAAA? KOK BISA NGOMONG TIDAK BERHENTI-BERHENTI BEGITU?”, tanya saya, hanya dalam hati.

Ternyata jarak hotel tempat saya menginap dengan hotel tempat pembukaan lumayan jauhnya. Saya tau dari semakin sadarnya saya kalau lutut sudah mulai kencang karena berdiri. Kelihatannya Ibu itu tersenyum puas. #nasib.

Setelah sampai, dan mencari tempat yang nyaman, ternyata acara belum juga dimulai. Acara diundur dari jam yang sudah ditentukan. Peserta mulai ribut. Mulai pada pidato sendiri-sendiri. Ruangan jadi semakin gaduh, suhu menjadi semakin panas, dan nafas menjadi semakin sesak, karena orang-orang lebih banyak membuang CO2 lewat

mulutnya.

Suasana tambah kacau. Panitia kelihatannya juga tambah panik. Hingga akhirnya keluar suara dari pengeras suara yang ada di ruangan itu:

“Ibu Bapak yang kami hormati, mohon maaf yang sebesar-besarnya karena acara pembukaan terpaksa kami undur beberapa menit lagi, mudah-mudahan secepatnya bisa segera dimulai. Untuk itu sambil menungu acara dimulai silahkan Ibu Bapak menikmati hidangan yang ada, silahkan ngopi-ngopi atau ngeteh dulu di belakang. Sekali lagi mohon maaf”.

(7)

Tapi tidak untuk saya. Jangan mikir kalau saya suka karena acaranya diundur. Tapi saya lebih memperhatikan kalimat terakhirnya. Yup, “Silahkan menikmati hidangan yang ada”, sebuah kalimat yang menggairahkan buat saya. Bagaimana tidak? Dari tadi siang saya menunggu kali-kali ada yang mengantarkan makanan datang, dan sampai saya ke tempat acara pembukaan, petang, tidak ada makanan yang masuk ke perut. Sebagai anak kost yang berpengalaman, kalimat tadi adalah sebuah vitamin. Dan tanpa menunggu lama, saya langsung ke tempat yang di maksud.

Akal bulus pun keluar dengan sendirinya karena perut sudah disco-an dari tadi. Ya, selama itu tidak melanggar aturan agama, hukum, serta tidak merugikan orang lain. Saya ambil saja makanan yang ada di situ untuk porsi 3 orang, karena memang hanya makanan ringan. Kalau cuma seporsi sih jatah cacing di perut juga masih kurang hehe… Orang-orang pada ngelihatin, saya sih cuek, karena memang belum pada kenal. Setelah ambil minuman juga, saya mencari tempat yang sepi. Ya, pikir sendiri lah ya apa maksud saya. Dan Alhamdulillah, makanan saya habis sebelum panitia memanggil, karena acara akan segera dimulai.

Acara pembukaanpun dimulai. Seperti pada umumnya, isi dari acara pembukaan ini juga tidak jauh beda dengan acara-acara lain. Sambutan-sambutan, laporan panitia, serta prosesi pembukaan. Dan di sini saya mendapat berbagai informasi dan petuah dari pembicara.

Karena ini acara pesertanya adalah para guru, maka isinya juga tidak jauh-jauh dari dunia pendidikan dan tidak

(8)

ada tentang dunia pertanian (saya tau, ini informasi tidak penting). Di situ pembicara menampilkan informasi dan fakta-fakta tentang pendidikan di Indonesia. Ada suatu hal yang ditampilkan di layar sbb:

No. Prosentase Soal Menurut Kerumitan (dalam %) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Jepang Swedia Crech Australia Belanda USA Indonesia 39 12 11 8 6 6 3

Di tabel itu jelas tertulis bahwa Indonesia tipe soal menurut kerumitannya hanya 3 %. Tapi bukan itu yang ingin saya bahas. Bukannya apa-apa, biar para orang-orang ahli saja yang memikirkan itu, di samping saya juga tidak tau hehe…. Tapi yang saya tanyakan di sini adalah, bahwa Jepang, Swedia, Australi, Belanda, Amerika adalah nama-nama negara yang saya yakin kalian juga tidak asing, walaupun belum pernah ke sana. Tapi di urutan ke-tiga, ada tulisan ‘Crech”, itu negara bagian mana ya, kok saya asing mendengarnya? Atau nama julukan seperti USA begitu? Atau mungkin guru Geografi saya waktu sekolah dulu yang tidak menerangkan negara itu? (Kalau ada yang

(9)

tau silahkan mention ke twitter saya @afrulburhani. Terima kasih sebelumnya).

Setelah acara pembukaan selesai, kembali lagi ke Hotel dengan kondisi sama seperti waktu berangkat. Sampai di hotel sudah ada jamuan makan malam. Kalau sudah urusan perut, tidak pakai nunggu lama-lama. Saya sama teman sekamar, langsung makan tanpa masuk dulu ke kamar. Setelah urusan perut beres, baru cabut ke kamar.

Setelah sampai di depan kamar, saya memutar gagang pintunya. Ternyata tidak kebuka. Saya coba putar lagi. Ternyata tidak bisa kebuka pintunya. Melihat saya, kontan teman saya berkomentar,

“Kenapa pak?”,

“Ini lho pak, kok pintunya tidak bisa kebuka ya?”, tanya saya balik.

“Lha kuncinya mana?”, “Kunci?”,

“Iya kunci, tadi kan bapak yang keluar terakhir?”, tanya dia menanyakan kembali.

“Emang ada kuncinya ya pak?”, tanya saya balik.

“Iya, kuncinya kan di belakang pintu, emang bapak tidak ngambil tadi?”,

“Emang ada ya pak?”, kembali saya mengulang dengan pertanyaan yang sama.

“Hadoooh, berarti beneran tidak diambil tadi?”,

“Hehe…”, saya hanya balas dengan senyuman, karena kata pak ustadz, senyum itu cara beramal yang paling mudah.

(10)

“Kuncinya itu ada di gagang pintu bagian dalam pak”, kata temen saya mencoba menjelaskan.

“Saya kira tidak ada pak, kalau di hotel bintang 5 kan kunci pintunya biasanya pakai kartu pak”, saya mencoba memberi alasan sebagai cara pembelaan terhadap diri sendiri.

“Oh…”, tampaknya dia menerima alasan saya itu. “Bapak pernah menginap di sana?”, lanjutnya.

“Hehe… tidak pak, cuma lihat di tipi”, “…”

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur ke Hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Profil Protein Ekstrak Biji

Penelitian kualitatif menghasilkan sebuah data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan yang berfokus pada saat proses terapi dalam membantu mengendalikan emosi marah

Dalam UU No 1 Tahun 2014 pada pasal 1 ayat 1 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah suatu pengoordinasian perencanaan, pemanfaatan, pengawasan,

Penelitian yang sama dilakukan oleh Alaki dkk di India, memperlihatkan bahwa dari 518 anak-anak yang diteliti tingkat kecemasannya terhadap pencabutan gigi sebanyak 43,5% anak

Padahal, jika kita jujur, banyak hal yang mempengaruhi kebebasan berekspresi: konvensi bahasa, konvensi sastra, nilai-nilai, pemilik modal, selera pasar,

1) Memindahkan log dari TPK Input untuk diproses ke atas logdeck, dan selanjutnya melakukan pembelahan log mengikuti arah pola sesuai order yang sudah ditentukan dengan sistem

Meskipun pemupukan NPK nyata mempengaruhi bobot kering polong dibanding kontrol, namun penambahan pupuk hayati pada dosis N yang lebih rendah (1/4–1/2 N), meningkatkan hasil

Namun ketika ia melihat realitas sosial dengan banyaknya penyimpangan ‘ ibādah yang dilakukan oleh umat Islam, maka konsep yang telah diperolehnya secara normatif dari