• Tidak ada hasil yang ditemukan

Morfologi dan Preferensi Pakan Sampiri (Eos histrio) di Penangkaran 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Morfologi dan Preferensi Pakan Sampiri (Eos histrio) di Penangkaran 1"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

107

Morfologi dan Preferensi Pakan Sampiri (Eos histrio) di Penangkaran

1 Anita Mayasari dan Ady Suryawan2

Balai Penelitian Kehutanan Manado Jl. Raya Adipura, Kima Atas, Mapanget, Manado

suryawanbioconserv@gmail.com

Abstrak

Sampiri (Eos histrio), merupakan salah satu avifauna endemik Pulau Talaud Sulawesi Utara yang statusnya dilindungi dan terancam punah. Perlu dipelajari hubungan morfologi individu satwa terhadap preferensi pakan untuk mengetahui teknik-teknik melakukan penangkaran, maka. Hal ini perlu dilakukan agar didapatkan proporsi pemberian pakan yang tepat yang mampu mendukung upaya penangkaran. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan paramater tersebut. Penelitian dilakukan dengan memberikan enam jenis pakan yaitu pepaya, pisang mas, pisang kepok, kangkung, bayam dan jagung. Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu bahwa factor morfologi tidak mempengaruhi kebutuhan pakan kelima burung sampiri. Beberapa pendapat mengatakan kebutuhan pakan lebih dipengaruhi oleh selera dan jenis pakan itu sendiri (feasibility, bau dan kondisi). Kebutuhan pakan burung sampiri rata-rata 82.139 gram per hari dengan jenis pakan paling disukai adalah pepaya.

Kata Kunci : Sampiri, Eos histrio, Morfologi, Preferensi dan Talaud I. Pendahuluan

Sampiri atau Nuri Talaud memiliki nama latin Eos histrio, merupakan salah satu avifauna endemik Pulau Talaud Sulawesi Utara yang statusnya dilindungi dan terancam punah. Menurut Coates dan Bishop (2000), Nuri Talaud (E. histrio) memiliki tiga anak sub species yaitu E.h. histrio (Kepulauan Sangihe), E.h. talautensis (Kepulauan Talaud), E.h. callengeri (Pulau Miangas dan Kepulauan Nanusa). Habitat berada di Kepulauan Talaud yaitu meliputi pulau-pulau karang antara lain : Karakelong, Salebabu dan Kaburuang dan sejumlah kepulauan kecil lainnya. Lebih ke selatan memanjang kepulauan vulkanis dari Sangihe, sampai ke arah selatan yaitu Biaro yang berada di ujung timur laut Sulawesi. Menurut Lambert (1997) hanya ada satu jenis yang populasinya mampu bertahan hidup yaitu E.h. talautensis.

---

¹Disampaikan pada Seminar dan Pameran Hasil-Hasil Penelitian Balai Penelitian Kehutanan Manado, 23-24 Oktober 2012.

(2)

108

Menurut Mayasari dan Suryawan (2012), perlu adanya upaya pelestarian yang lebih intensif dan perlu dikembangkan teknik konserbasi ex situ. Menurut Mardiastuti (2007) melakukan konservasi ex situ dapat dilakukan melalui penangkaran. Penangkaran merupakan salah satu solusi yang dapat dilakukan menekan laju penurunan populasi burung di alam.

Untuk mengetahui teknik-teknik melakukan penangkaran, maka perlu dipelajari hubungan morfologi individu satwa terhadap preferensi pakan. Hal ini perlu dilakukan agar didapatkan proporsi pemberian pakan yang tepat yang mampu mendukung upaya penangkaran. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan paramater tersebut, sehingga diharapkan dapat diberikan perlakuan yang lebih tepat dalam upaya penangkaran.

II. Bahan dan Metode A. Bahan Penelitian

Burung Sampiri yang ada di lokasi penangkaran Balai Penelitian Kehutanan Manado. Peralatan yang digunakan antara lain : timbangan analitik dengan kepercayaan 1 centigram (0.00 gram), kandang khusus, tempat penyajian pakan, pisau, pita meter, penggaris, kaliper dan alat penjepit leher untuk memudahkan pengukuran karena gigitan sampiri sangat tajam hingga sarung tangan sobek.

B. Metode Penelitian

Pengambilan data morfologi dilakukan dengan mengukur dan menimbang individu. Untuk mengetahui preferensi pakan dilakukan pemberian beberapa macam pakan yang dilakukan penimbangan awal pukul 07.00 dan sisa pakan pukul 17.00 WITA , sehingga diperoleh kebutuhan dan jenis pakan yang disukai. Pengukuran dan pengamatan dilkukan pada lima sampel burung Sampiri yang diberi kode dengan nama Peter, Nona, Rossi, Stoner dan Erick. Kegiatan dilakukan selama 1 bulan mulai 22 Maret hingga 25 April 2012, dengan kondisi cuaca tidak menentu dan ada aktivitas manusia.

C. Analisa data

Analisa data dilakukan dengan menghubungkan antara morfologi dengan preferensi pakan serta dilakukan pengayaan melalui studi referensi.

III. Hasil dan Pembahasan A. Morfologi

Pengukuran morfologi dilakukan pada bagian 21 bagian tubuh burung, hasil pengukuran disajikan pada Tabel 1 di bawah ini.

(3)

109

Tabel 1. Hasil pengukuran morfologi lima burung sampiri.

No

1 2 3 4 5 6 7 8

Paramter

pengamatan Nama individu Peter Nona Rosi Stoner Erick

Rata-rata

1 Berat badan (gram) 139.65 150 115 115 135 130.93

2 Panjang badan (cm) 28 29.5 22 23 29 26.30

3 Sayap (cm) panjang 18 19.5 19 18 19.5 18.80

4 lebar 6 6 8 7 9.6 7.32

5 Paruh atas (cm) panjang 1.7 1.5 1.2 1.5 2 1.58

6 lebar 1.1 1 0.9 1 1.1 1.02 7 Paruh bawah (cm) panjang 1.2 1.3 0.8 1.2 1.5 1.20 8 lebar 1 1 0.7 0.7 0.9 0.86 9 Punggung (cm) panjang 10.5 10.5 8.5 9 10 9.70 10 lebar 4 1 6 5 5.5 4.30 11 Ekor (cm) panjang 11 12 4 11 11.5 9.90 12 lebar 3.8 4.5 4.5 2 4 3.76

13 Jarak antar kaki (cm) 4.3 5 4 3.7 4 4.00

14 Paha (cm) panjang 4.3 3.5 4 3.5 3.9 3.64 15 diameter 0.45 0.54 0.6 0.78 0.81 0.64 16 Betis/tungkai (cm) panjang 2 2 1.5 1.5 1.6 1.72 17 diameter 0.59 0.44 0.47 0.42 0.41 0.47

18 Panjang jari/ cakar (cm) 2.5 5 4 5 3.5 4.00

19 Jarak kloaka ke ekor (cm) 1 1 1 0.7 1.1 0.96

20 Jarak antar supit udang (cm) 0.5 0.5 0.7 0.6 0.6 0.58 21 Jarak mata ke mahkota (cm) 0.5 0.5 0.2 0.3 0.2 0.34

Berdasarkan data diatas, diketahui bahwa berat badan rata-rata burung Sampiri di penangkaran 130,39 gram dan berkisar antara 139 sampai 150 gram, panjang rata-rata 26,30 cm berkisar 22 – 29.5 cm. Sampiri (Rossi) memiliki panjang 22 cm (terpendek), sedangkan yang terpanjang adalah Nona yaitu 29.5 cm. Dibandingkan dengan catatangan Bishop dan Coates (2000), ukuran panjang Sampiri yang dideskripsikan mencapai 31 cm. Sebelum dilakukan pengukuran morfologi, dalam melakukan penelitian ini mengalami kesulitan menentukan umur dan jenis kelamin, namun berdasar perbandingan ini dapat diketahui bahwa burung – burung yang ada di penangkaran merupakan burung muda.

Referensi mengenai jenis kelamin burung Sampiri masih belum kami dapatkan, dan di berbagai referensi yang ada hanya menggambarkan satu burung saja yang tidak diketahui jantan betinanya. Berdasar pengukuran ini dapat kita prediksikan jenis kelamin berdasarkan ukuran jarak antara supit udang. Beberapa jenis burung betina memiliki jarak antara supit udang lebih lebar daripada jantan. Rossi dan Stoner merupakan sampiri dengan jarak antara supit udang lebih lebar daripada yang lainnya. Berdasakan pengukuran dan perbandinngan ini kemungkinan keduanya adalah betina. Bila dilihat dari ukuran dan berat badannya lebih kecil daripada individu

(4)

110

lainnya, sehingga komposisi jantan 3 ekor yaitu Peter, Nona dan Erick, 2 ekor betina yaitu Rossi dan Stoner.

B. Preferensi Pakan

Preferensi pakan merupakan parameter yang penting dalam melakukan kegiatan penangkaran karena akan sangat berpengaruh pada produktivitas satwa, kesehatan dan repdroduksi. Preferensi juga berhubungan dengan kondisi cuaca dan gangguan yang dihadapi satwa. Saat penelitian ini dilakukan cuaca tidak menentu dan adanya aktivitas manusia di sekitar kandang pengamatan. Hasil pengamatan kelima jenis pakan ditunjukan pada Tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3. Hasil pengukuran rata-rata konsumsi masing-masing jenis pakan perhari setiap burung. No Jenis Pakan PEPAYA

(gr) PISANG MAS (gr) PISANG KEPOK (gr) KANG KUNG (gr) BA YAM (gr) JA GUNG (gr) Rata - rata Nama individu 1 PETER 50.2 32.9 30.2 0.0 0 22.7 22.7 2 NONA 51.2 41.6 38.1 0.2 0 30.1 26.9 3 ROSSI 46.5 27.2 34.4 0.7 0 11.3 20.0 4 STONER 42.0 38.1 41.5 0.5 0 12.9 22.5 5 ERICK 37.4 24.6 25.6 0.2 0 36.4 20.7 Rata-rata 45.5 32.9 34.0 0.5 0.0 22.7 Prosentase kelima pakan 33.6% 24.3% 25.1% 0.3% 0.0% 16.7%

Pengamatan dilakukan pada lima jenis makanan utama sebagai makanan harian. Namun disamping jenis pakan tersebut diberikan tambahan makanan dalam jumlah minimal antara lian madu, vitamin, kacang merah dan touge. Kelima Sampiri menunjukan porsi makan yang besar melebihi . Dalam satu hari pengambilan data ada 3 jenis pakan yang diberikan dan ketiga jenis pakan tersebut berkurang, sehingga bila dijumlah kebutuhan pakan sehari mencapai rata-rata 82,139 gram berkisar antara 53 – 120 gram belum ditambah dengan jenis makan tambahan.

Berdasarkan data Tabel 3 diketahui bahwa Pisang merupakan pakan paling banyak dikonsumsi atau paling disukai, kemudian pesang kapok, pisang mas, jagung, dan kangkung, sedangkan bayam merupakan jenis yang tidak dimakan. Dari kelima jenis pakan yang disukai, diketahui bahwa Pepaya merupakan jenis pakan yang banyak mengandung air dan manis. Hal ini sesuai dengan beberapa laporan Lambert (1997) yang mengatakan bahwa jenis pakan Nuri berupa buah-buahan, madu dan nectar (tepung sari bunga). Namun menurut penelitian Gunawan et all mengatakan bahwa preferensi pakan di penangkaran dapat disebabkan oleh jenis pakan di habitatnya. Dalam hal ini papaya merupakan jenis buah yang melimpah di habitatnya baik di hutan maupun di ladang – ladang masyarakat, selain itu pepaya lebih lunak.

Jenis sayuran yang menjadi makanannya adalah kangkung, sedangkan bayam tidak disentuh sama sekali. Kemungkinan disebabkan oleh bentuk pakannya, bayam memiliki

feasibility yang lebih tidak menarik dibanding kangkung karena terlihat lebih layu dan lebih

(5)

111

mengatakan bahwa ketidaksukaan maupun kesukaan dipengaruhi oleh dua factor yaitu selera dan pakan itu sendiri (rusak, bau apek atau busuk). Berdasar penjelasan ini, pepaya memiliki warna dan feasibility paling cantik diantara pakan yang lain.

C. Hubungan Morfologi dan Kebutuhan Pakan

Kebutuhan pakan dapat menunjukan jenis kelamin suatu satwa, kebiasan yang ada adalah satwa jantan akan memiliki kebutuhan pakan lebih tinggi daripada betina. Hasil pengukuran kebutuhan pakan dan analisa univariate menggunakan SPSS ditunjukan Tabel 4 dan 5 di bawah ini.

(6)

112

Tabel 4. Kebutuhan Pakan Sampiri pada beberapa pengamatan

Nama Kebutuhan Pakan (gram) pada hari ke Rerata

1 2 3 4 5 6 7 PETER 75 80 100 48.96 115.08 83.58 96.7 85.62 NONA 70 80 105 86.49 145.38 104.78 82.08 96.25 ROSSI 75 55 73 71.61 115.33 77.38 78.05 77.91 STONER 70 80 95.5 40.77 106.09 99.33 91.45 83.31 ERICK 45 70 45 21.94 120.69 92.26 78.44 67.62 Rerata 82.14

Tabel 5. Hasil analisa univariate menggunakan SPSS antara factor berat badan (BB) dan panjang badan (L) terhadap kebutuhan pakan

Dependent Variable:kebpakan

Source

Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 3088.580a 4 772.145 1.277 .301 Intercept 232810.992 1 232810.992 384.932 .000 BB .000 0 . . . L 101.898 1 101.898 .168 .684 BB * L .000 0 . . . Error 18144.342 30 604.811 Total 257375.565 35 Corrected Total 21232.922 34

a. R Squared = .145 (Adjusted R Squared = .032)

Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa diantara kelima Sampiri, Rossi dan Erick memiliki kebutuhan rata-rata pakan paling kecil atau dibawah 80 gram. Hasil analisa varian antara kebutuhan pakan dengan panjang dan berat badan sebagaimana pada Tabel 5 tidak tampak adanya hubungan signifikan dari kedua factor terhadap kebutuhan pakan, sedangkan pada factor jarak antar supit udang tidak dapat dilakukan pembacaan oleh software.

IV. Kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu bahwa factor morfologi tidak mempengaruhi kebutuhan pakan kelima burung sampiri. Beberapa pendapat mengatakan kebutuhan pakan lebih dipengaruhi oleh selera dan jenis pakan itu sendiri (feasibility, bau dan kondisi). Kebutuhan pakan burung sampiri rata-rata 82.139 gram per hari dengan jenis pakan paling disukai adalah pepaya.

(7)

113

Daftar Pustaka

Coates, B.J dan Bishop, K.D. 2000. Panduan Lapangan Burung-Burung di Kawasan Wallacea. Birdlife Internasional-Indonesia Programme & Dove Publikation Pty. Ltd. Bogor. Gunawan, H., Ardie, I.S dan Rakhman, M, A. Komposisi dan Preferensi Pakan Burung Perkici Dora

(Trichoglossus orantus LINNE. 1758) Dalam Penangkaran. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. Bogor

Lambert, Dr.F.R. 1997. Pengkajian Lapangan tentang Status Konservasi Nuri Talaud di Indonesia. IUCN Species Survival Commission. IUCN. Bangkok.

Mayasari, A dan Suryawan, A. 2012. Peluang Konservasi Ex Situ Burung Sampiri (Eos Histrio)

(8)

Gambar

Tabel 1. Hasil pengukuran morfologi lima burung sampiri.
Tabel 3. Hasil pengukuran rata-rata konsumsi masing-masing jenis pakan perhari setiap burung
Tabel 5. Hasil analisa univariate menggunakan SPSS antara factor berat badan (BB) dan panjang  badan (L) terhadap kebutuhan pakan

Referensi

Dokumen terkait

Pseudomonas fluorescens P19 to control bacterial wilt disease in potato plants was capable of delaying incubation with 78.95%, 51.57% suppressing disease

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang lama penggunaan KB implant lebih dari 1 tahun sebanyak 32 responden (53,3%), sebagian besar responden

Pemberian ekstrak the putih (Camellia sinensis) oral mencegah dislipidemia pada tikus (Rattus novergikus) jantan galur wistar yang diberi diet tinggi lemak.. Tesis

Perancangan mesin dilakukan mendapatkan rancangan yang sesuai dengan kebutuhan sehingaa dapat optimal dalam proses merubah biji kakao menjadi pasta coklat dan

Maksud dan tujuan dari penyusunan Rencana Kerja (Renja) Kantor Camat Tiumang ini adalah merupakan suatu proses perencanaan dan analisis dalam rangka membuat/mengambil

Setelah dilakukan penelitian terhadap penerapan lingkungan kerja pada PT.Indah Kiat Pulp & Paper, Perawang dapat diketahui skor dari penerapan lingkungan kerja

Kondisi ini karena bertambahnya dosis inokulum dan lama inkubasi sampai batas tertentu akan meningkatkan cepatnya miselium menutupi substrat, sehingga enzim yang

Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa populasi ternak sapi Propinsi Sulawesi Selatan menunjukkan peningkatan dari tahun 2006 yaitu 637.128 ekor menjadi 703.965 pada tahun 2009,