• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. oleh larutan hidrotermal yang berkaitan dengan aktivitas magmatik. Sehingga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. oleh larutan hidrotermal yang berkaitan dengan aktivitas magmatik. Sehingga"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Emas merupakan logam mulia terbentuk oleh proses yang dikontrol terutama oleh fluida hidrotermal. Cebakan endapan emas yang dijumpai tersebar di sebagian besar kepulauan Indonesia khususnya emas primer merupakan bentukan hasil ubahan oleh larutan hidrotermal yang berkaitan dengan aktivitas magmatik. Sehingga keberadaan sebaran cebakan emas mengikuti busur magmatik yang menyusun sebagian besar kepulauan Indonesia. Emas di Papua tidak hanya menarik dari sisi potensi, akan tetapi juga kondisi geologinya yang sangat menarik (Sabtanto, 2010).

Kegiatan eksplorasi emas di Indonesia saat ini tidak hanya terfokus disepanjang sabuk volkanik, tetapi juga mulai bergeser ke sabuk metamorf. Emas sebagian besar yang telah ditambang di Indonesia dari batuan asal volkanik dari deposit hidrotermal termasuk jenis epitermal, contohnya Pongkor di Jawa Barat (Basuki et al, 1994; Warmada, 2003), Gosowong di Pulau Halmahera (Carlile et al, 1998; Gemmell, 2007), jenis skarn contohnya Etsberg, Big Gossan, Kucing Liar, Deep Ore Zone (DOZ) di Papua (Mertig et al, 1994), dan jenis porfiri misalnya Batu Hijau di Pulau Sumbawa (Meldrum et al, 1994; Idrus et al, 2007; Imai dan Ohno, 2005). Banyak penemuan emas primer maupun sekunder (placer) saat ini terbentuk yang berhubungan dengan batuan metamorf, misalnya endapan mesotermal Awak Mas (Querubin and Walters, 2011), dan endapan emas orogenik di Bombana Sulawesi Tenggara (Idrus dan Prihatmoko, 2011). Urat kuarsa yang mengandung emas juga dijumpai di sabuk metamorf Derewo di bagian utara dan barat laut dari Pegunungan Tengah Papua. Beberapa laporan eksplorasi terkait jenis endapan emas

(2)

metamorf-2 Derewo dikategorikan sebagai endapan emas urat kuarsa mesotermal (Sulistyana dan Wibowo, 2011).

Secara geologi, Daerah Harapan terletak dalam kompleks Cycloops yang tersusun oleh batuan Kelompok Malihan Cycloops, Satuan Batuan Ultramafik, Formasi Auwewa, Formasi Nubai, Formasi Formasi Makats, Formasi Aurimi, Formasi Unk, Formasi Jayapura, Endapan Kipas Aluvial dan Endapan Aluvial. Struktur geologi, antiklin, sinklin, sesar normal, sesar naik dan sesar mendatar. Struktur timurlaut-baratdaya terdapat pada batuan malihan dan ultrabasa (Suwarna dan Noya, 1995).

Kegiatan pertambangan bahan galian emas di daerah Jayapura sudah mulai dilakukan sejak tahun 1990, yaitu di sekitar Desa Amgotro, Semigrafi, Emby, Telaga Ria, Kampung Harapan dan Puai yang secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Jayapura (Sabtanto, 2010). Di sekitar Sentani ditemukan pertambangan emas tanpa izin di Bumi Perkemahan dan Koya Koso. Pertambangan emas tanpa izin di Bumi Perkemahan terdapat dalam endapan koluvial berukuran pasir – kerakal, bagian atas didominasi lempung – pasir halus, ketebalan 3 m hingga lebih dari 10 m, mengandung fragmen kuarsa yang melimpah (20%) serta fragmen batuan ultramafik (5%) metamorfik (5%) dan urat kuarsa (10%) dengan kadar emas sekunder sebesar 45 mgr/m3. Di jalan raya menuju lokasi penambangan emas tanpa izin dijumpai singkapan endapan talk yang berbentuk lensa kecil atau urat (?) dalam batuan sekis, dan terlihat jelas berada disekitar kontak dengan batuan ultramafik (Islah, 2012). Kegiatan penambangan umumnya dilakukan oleh masyarakat dengan cara sederhana, yakni dengan cara mendulang endapan aluvial sungai. Endapan emas placer ini merupakan endapan sekunder hasil rombakan, transportasi dan deposisi di sungai-sungai yang mestinya berasal dari mana asal emas placer (sekunder) tersebut

(3)

3 serta bagaimana geologi daerah penelitian dan karakteristik mineralogi, urat kuarsa dan geokimia endapannya yang berasosiasi dengan batuan metamorf ataupun batuan lainnya. Penelitian ini penting untuk mengungkap permasalahan-permasalahan tersebut sehingga dapat menjadi acuan dalam kegiatan eksplorasi emas di daerah tersebut.

I.2. Rumusan Masalah

Daerah penelitian di mana endapan primer berada termasuk ke dalam sabuk ofiolit dan kompleks malihan Cycloops Jayapura, Papua dan merupakan daerah dengan tingkat kompleksitas struktur geologi serta pola hubungan antara batuan penyusun yang cukup rumit, sehingga dalam penelitian ini akan muncul beberapa permasalahan seperti di bawah ini :

1. Bagaimana karakteristik (mineralogi, geokimia bijih, pola urat, alterasi endapan hidrotermal) endapan emas primer di daerah penelitian.

2. Bagaimana hubungan antara fasies batuan metamorf dengan mineralisasi emas primer yang terdapat di daerah penelitian.

3. Bagaimana genesa pembentukan endapan emas primer sebagai sumber endapan emas sekunder/placer di daerah penelitian.

I.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah ;

1. Untuk mengetahui dan menganalisis karakteristik (mineralogi, geokimia bijih, pola urat, alterasi endapan hidrotermal) endapan emas primer di daerah penelitian.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis hubungan antara fasies batuan metamorf dengan mineralisasi endapan emas primer yang terdapat di daerah penelitian.

(4)

4 3. Untuk mengetahui dan menganalisis genesa pembentukan endapan emas

primer yang merupakan sumber emas sekunder/placer di daerah penelitian.

I.4. Lokasi Penelitian dan Kesampaian Daerah

Lokasi daerah penelitian terletak di desa Nolokla Kampung Harapan dan sekitarnya yang secara administrasi termasuk dalam wilayah Distrik/Kecamatan Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua dengan luas daerah penelitian kurang lebih 30 km2.

Secara geografis daerah penelitian terletak pada koordinat 02° 32’ 45’’ LS sampai 02° 36’ 07’’ LS dan 140° 32’ 22’’ BT sampai 140° 37’ 10’’ BT (Gambar 1.1).

INDEKS LOKASI NAMA NOMOR LEMBAR MENURUT BADAN KOORDINASI SURVEY DAN PEMETAAN NASIONAL

(BAKOSURTANAL, 1975) ROTANBURG (S. IDENBURG BARAT) 3312 S. TARITATU (KEROM) 3412 SARMI 3313 138 00’0 142 30’0 1 000 0 2 000 0 3 000 0 4 000 0 139 30’0 141 00’0 INDEKS LOKASI Lokasi Penelitian Jayapura BUFAREH 3314 P A P U A N U G IN I JAYAPURA PEG.CYCLOOPS 3413 Pulau Papua

Gambar 1.1. Peta lokasi penelitian secara administratif terletak di Kabupaten

Jayapura Provinsi Papua.

Untuk mencapai lokasi penelitian dari Yogyakarta ke Jayapura dapat dilalui dengan rute Yogyakarta – Denpasar – Timika – Jayapura atau Yogyakarta – Makasar – Biak - Jayapura dengan menggunakan pesawat udara maskapai penerbangan Garuda Indonesia dan Ekspress Air dengan waktu tempuh ± 6 jam. Perjalanan dari Jayapura ke lokasi penelitian kampung Harapan dan sekitarnya dapat ditempuh

(5)

5 melalui jalur darat dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat dengan waktu tempuh ±25 menit, kemudian ke lokasi-lokasi pengamatan ditempuh dengan berjalan kaki.

I.5. Batasan Penelitian

Penelitian ini dibatasi pada geologi dan karakteristik mineralogi, geokimia batuan endapan emas primer yang berasosiasi dengan batuan metamorf di daerah penelitian.

 Metode yang dipakai adalah pemetaan geologi permukaan (surface mapping) yaitu pengambilan data singkapan batuan dan conto batuan baik yang masih segar, maupun yang sudah terubah (altered) pada setiap lokasi yang representatif.

 Metode analisis laboratorium terhadap sampel dibatasi pada Mineralogi (petrografi dan mineragrafi, XRD), Geokimia Batuan (AAS, Fire Assay dan XRF) serta fisiko-kimia fluida (inklusi fluida).

 Selain itu, penelitian ini dibatasi pada Distrik/Kecamatan Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, yaitu kampung Harapan, Netar, Telaga Ria dan Jembatan Dua.

I.6. Manfaat Penelitian

1. Mengetahui geologi dan karakteristik (fluida, temperatur, tekanan dan salinitas) karakteristik mineralogi, geokimia batuan endapan emas primer yang ada di daerah penelitian serta bagaimana hubungannya dengan fasies metamorfik yang ada di daerah penelitian.

(6)

6 2. Sebagai rekomendasi (acuan) bagi perusahaan/investor dalam melakukan kegiatan eksplorasi pada metamorphic terrain dan bagi pemerintah atau dinas teknis terkait dalam pengembangan potensi sumberdaya mineral.

I.7. Peneliti Terdahulu dan Keaslian Penelitian

Kompleks Cycloops dan sekitarnya Kabupaten Jayapura Propinsi Papua telah diteliti oleh beberapa peneliti terdahulu, diantaranya yang membahas :

 Budiyanto dan Junaidi., 1995. Laporan Pemetaan Geologi Daerah Sentani dan Sekitarnya Kabupaten Jayapura Propinsi Irian Jaya, Proyek Pengembangan Pertambangan dan Energi Irian Jaya, Departemen Pertambangan dan Energi Kantor Wilayah Propinsi Irian Jaya. Nomor: 1181. Mengungkapkan keadaan geologi daerah Sentani dan sekitarnya Kabupaten Jayapura meliputi kondisi geomorfologi, kondisi stratigrafi, kondisi struktur geologi dan kondisi bahan galian.

 Sonbait (2005)., Geologi dan Analisis Pola Pergerakan Struktur Sesar Daerah Harapan dan Sekitarnya, Distrik Sentani Timur Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua.

 Dow et al, 2005; Geology of Irian Jaya, yang diterbitkan dalam special publication No. 32 ISSN 0852 - 873X oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Badan Geologi, Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral. Batuan ultramafik dan batuan basa di Pegunungan Cycloops p 92-95.

Di ujung timur laut Irian Jaya, batuan lempeng Pasifik telah melengkung dimana membentuk antiklin luas yang telah terkikis ke : inti yang menimbulkan terangkatnya batuan ultrabasa dan batuan beku dasar dikelilingi oleh batuan gunungapi busur-kepulauan dan diatasnya terbentuk batugamping.

(7)

7 Batuan mantel yang bisa dibedakan dari Sabuk Ofiolit Irian Jaya itu terdiri dari ultramafik (serpentinit, piroksin terserpentin, peridotit dan dunit ), gabro dan dolerit, dan batuan dasar metamorf.

Batuan metamorf terbentuk ditengah inti/pusat dapat dijelaskan secara rinci oleh Baker (op.cit) sebagai batuan sekis, gneiss, dan amfibolit. Kumpulan mineral yang paling umum adalah albit-epidot-klorit-muskovit dengan atau tanpa kuarsa dan/atau aktinolit dan banyak batuan menunjukkan bukti metamorf retrograde (Pieters, 1979) dalam Dow, et al (2005). Amfibol hijau biru (aktinolit-glaukofan) adalah kelompok amfibol tidak jarang di Pegunungan Cycloops Dow, et al (2005).

Dua penentuan umur isotop R/Ar pada muskovit dari sekis menunjukan usia 20,6 + 0,4 juta tahun dan 21,4 + 4 juta tahun., atau Miosen Awal, tetapi tampaknya mungkin bahwa ini merupakan umur metamorf retrograde. Petunjuk yang mungkin lebih handal untuk usia batuan metamorf tersebut, diberikan oleh lima penentuan isotop R/Ar dilakukan pada amfibolit dari kompleks yang sama yang terletak pada sumbu Anticlinal 200 km ke arah timur di Papua Nugini ; jarak umur dari 105 + 1,5 juta tahun sampai 114 + 4 juta tahun, atau Kapur Awal. Pembentukan batuan metamorf derajat tinggi - termasuk juga dari batuan Ofiolit Irian Jaya tidak pasti, tetapi mengingat pertemuan besar yang telah terjadi antara lempeng Australia dan lempeng Pasifik selama Tersier, umur Kapur kemungkinan telah menunjukkan bahwa batuan tersebut mungkin terbentuk dalam lempeng Pasifik di wilayah yang jauh dari Irian Jaya.

 Laporan Kemajuan Triwulan Keempat dan Tinjauan Tahunan Eksplorasi Nikel Laterit dan Tembaga-Emas Porfiri/Skarn di Pegunungan Cycloops oleh Kontrak Karya PT. Sentani Maju Minerals, 1987.

(8)

8 Kegiatan mineralisasi pada nikel laterit di kaki bukit Cycloops menunjukkan bahwa konfirmasi eksplorasi dan penilaian ekonomi rinci dibenarkan. Namun deposit terlalu kecil untuk mendukung pembangunan fasilitas ekstraksi nikel baru yang akan dibangun.

Potensi mineralisasi logam dasar porfiri-skarn (emas) di pegunungan Cycloops ditunjukkan dengan tembaga, seng dan emas tinggi di beberapa lokasi conto sedimen sungai.

Daerah yang dipertahankan di selatan Danau Sentani telah dinilai memiliki mineralisasi logam yang miskin dan tidak ekonomis, kecuali untuk daerah kecil. Dengan demikian bagian yang terpilih dari daerah ini dapat dengan aman dilepaskan.

Studi dekat daerah Tablasupa laterit nickeliferous telah menunjukkan bahwa mereka memperpanjang sedikit ke utara dari wilayah yang dipertahankan saat ini. Agar perluasan dimasukkan dalam program yang direncanakan perusahaan, tambahan area kecil diminta untuk dimasukkan dalam KK.

Sebuah daerah sempit di dekat Sungai Dejau juga diperlukan untuk dimasukkan dalam wilayah Kontrak Karya karena indikasi nikel dan mineralisasi tipe skarn.  Monnier et al., 1999. Petrology and geochemistry of the Cycloops ophiolites

(Irian Jaya, East Indonesia): consequences for the Cenozoic evolution of the north Australian margin. Sedikit mengulas tentang karakteristik batuan metamorf di Pegunungan Cycloops yaitu :

Plagioklas dari batuan metamorf Mac Arthur terutama albite (An5-10). Amfibol menunjukan berbagai komposisi dari tremolit/aktinolit ke suhu tinggi tschermakitic-hornblende. Garnet memiliki komposisi almandin dengan penurunan kandungan almandine-spessartite dari inti ke tepi, ciri yang konsisten

(9)

9 dengan kristalisasi selama fase prograde metamorfisme (Hodges dan Royden, 1984) dalam Monnier et al, (1999).

Biotit mika dan muskovit-phengit. Epidot pistactiv atau zoisite/clinozoisite tergantung kondisi metamorf. Dalam Monnier et al (1999), batuan metamorf di wilayah ini telah melalui suhu metamorf tinggi dalam kondisi fasies amfibolit ditandai oleh kristalisasi syntectonic dari tschermakitic-hornblende, albit, epidot, mika dan garnet, diikuti episode retrograde ditandai dengan kristalisasi dari dari tremolit/aktinolit, klorit dan kumpulan albit (facies greenschist). Himpunan mineral batuan metamorf itu menunjukkan bahwa sebagian besar berasal dari protolith batuan beku mafik (Monnier et al, 1999).

 Suwarna dan Noya, (1995), membuat Peta Geologi Regional Lembar Jayapura (Pegunungan Cycloops), Irian Jaya, skala 1 : 250.000, diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

 Rumbiak (2014), Orogenic Gold Deposit in the Cycloops Ophiolite, Jayapura, West Papua. Acta Geologica Sinica, Volume 88, issue s2, page 794, December 2014. Journal of the Geological Society of China.

Tetapi secara khusus penelitian tentang Geologi dan Karakteristik Endapan Emas Primer dan Sekunder di Daerah Harapan dan sekitarnya Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua baru pertama kali dilakukan oleh penulis.

Referensi

Dokumen terkait

“Saya memiliki sudut pandang bahwa seorang wanita itu alangkah baiknya, walaupun tidak mengecilkan pekerjaan ibu rumah tangga, menurut saya wanita itu punya

Bagi semua yang memohon untuk belajar Teologi boleh memohon biasiswa bantuan daripada Lembaga Kepaderian, dan perlu menyatakan dengan jelas di bahagian sumber kewangan;

pada perkara ini, Terdakwa didakwa melakukan suatu bentuk perbuatan membantu melakukan tindak pidana (medeplichtigheid) sebagaimana diatur dalam Pasal 56 Ayat (1) Ke-1

Simpulan dari penelitian pengembangan ini sebagai berikut : (1) media pembelajaran berbasis e-learning menggunakan program Moodle yang dikembangkan memenuhi kriteria

Apabila jasa yang dilaksanakan dapat diselesaikan dengan satu kegiatan tunggal atau dalam suatu jangka waktu yang relatif pendek, tidak akan timbul

Pengendalian dengan cara menurunkan atau menekan populasi lalat sering dilakukan pada areal yang luas dan membutuhkan biaya tinggi, cara ini bertujuan menurunkan populasi lalat

Angka ini meningkat mencapai 1.967.400orang pada tahun 2014 ( Tabanan Dalam Angka, 2015) Kabupaten Tabanan juga memiliki objek wisata yang cukup banyak dikunjungi

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pertumbuhan Semai Gmelina (Gmelina arboreaRoxb.) pada Media Bekas Tambang Pasir dengan Pemberian Sub soil dan