• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTUMBUHAN SEMAI GMELINA (Gmelina arborearoxb.) PADA MEDIA BEKAS TAMBANG PASIR DENGAN PEMBERIANSUB SOIL DAN ARANG TEMPURUNG KELAPA FITRI MAHARANI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERTUMBUHAN SEMAI GMELINA (Gmelina arborearoxb.) PADA MEDIA BEKAS TAMBANG PASIR DENGAN PEMBERIANSUB SOIL DAN ARANG TEMPURUNG KELAPA FITRI MAHARANI"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

PERTUMBUHAN SEMAI GMELINA (Gmelina arboreaRoxb.) PADA

MEDIA BEKAS TAMBANG PASIR DENGAN PEMBERIANSUB

SOIL DAN ARANG TEMPURUNG KELAPA

FITRI MAHARANI

DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pertumbuhan Semai Gmelina (Gmelina arboreaRoxb.) pada Media Bekas Tambang Pasir dengan Pemberian Sub soil dan Arang Tempurung Kelapa adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2011

Fitri Maharani

(4)

ABSTRAK

FITRI MAHARANI. Pertumbuhan Semai Gmelina (Gmelina arboreaRoxb.) pada Media Bekas Tambang Pasir dengan Pemberian Sub soil dan Arang Tempurung Kelapa. Dibimbing oleh BASUKI WASIS.

Pengelolaan limbah yang tidak dilakukan pasca penambangan pasir dapat mengakibatkan terjadinya sedimentasi dan penurunan kualitas air. Limbah bekas penambangan pasir di sungai dapat dimanfaatkan sebagai media tanam untuk pertumbuhan tanaman. Penelitian ini dilakukan untuk menguji komposisi media tanam yang sesuai untuk pertumbuhan semai gmelina (Gmelina arborea) dengan mengkombinasikan pasir dan sub soil serta arang tempurung kelapa. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) faktorial. Komposisi sub soil yang digunakan, yaitu tanpa sub soil+ 1000 g pasir, 250 g sub

soil+750 g pasir, 500 g sub soil+500 g pasir, dan 750 g sub soil+250 g pasir.

Komposisi arang, yaitu tanpa arang, 20 g, 40 g, dan 60 g. Parameter yang diamati dalam penelitian ini yaitu tinggi, diameter, biomassa, dan nisbah pucuk akar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan interaksi a2b1 (komposisi 500 g pasir, 500 g,sub soil dan 20 g arang temprung kelapa) merupakan komposisi terbaik karena berpengaruh nyata dalam meningkatkan pertumbuhan diameter semai G.

arborea sebesar 13.79%.

Kata kunci: arang tempurung kelapa, G. arborea, pasir, subsoil, tambang pasir.

ABSTRACT

FITRI MAHARANI. Growth for Gmelina (Gmelina arborea Roxb.) on a former sand with the granting of sub soil and coconut shell charcoal.Supervised by BASUKI WASIS.

Waste management is not done after sand mining may result in sedimentation and water quality degradation. Waste mined sand in the river can be used as a growing medium for plant growth.This study performed a test plantingmedium composition suitable for seedling growth Gmelina (Gmelina

arborea) by combining sand and sub soiland coconut shell charcoal. The

experimental design used was complete random design (RAL) factorial. The composition of the sub soil is used without the sub soil 1000 g of sand, 250 g of sub soil 750 g of sand, sub soil 500 g 500 g of sand, and the 750 g of sub soil 250 g of sand. Charcoal composition is without charcoal, 20 g, 40 g, and 60 g. Parameters observed in this study is high, diameter, biomass, and ratio of roots and shoots. The results showed that treatment with a2b1 interaction of 500 gof sand, 500 g of sub soil and 20 g of coconut shell charcoal is the best composition for a significant effect in improving the growth of G. arborea seedling diameter by 13.79%.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Silvikultur

PERTUMBUHAN SEMAI GMELINA (Gmelina arboreaRoxb.) PADA

MEDIA BEKAS TAMBANG PASIR DENGAN PEMBERIANSUB

SOIL DAN ARANG TEMPURUNG KELAPA

FITRI MAHARANI

DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014

(6)
(7)

Judul Skripsi :Pertumbuhan Semai Gmelina (Gmelina arboreaRoxb.)pada Media Bekas Tambang Pasir dengan Pemberian Sub soil dan Arang Tempurung Kelapa

Nama : Fitri Maharani NIM : E44100034

Disetujui oleh

Dr Ir Basuki Wasis, MS Pembimbing

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, MS Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini berjudul Pertumbuhan Semai Gmelina (Gmelina arborea Roxb.) pada Media Bekas Tambang Pasir dengan Pemberian Sub soil dan Arang Tempurung Kelapa.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Basuki Wasis, MS selaku pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis. Penulis juga ucapkan terima kasih kepada orangtua atas kasih sayang, dukungan dan doa selama ini.

Penghargaan turut penulis sampaikan kepada Ibu Atikah dan Bapak Wardana selaku laboran Laboratorium Pengaruh Hutan dan Kebakaran Hutan atas bantuan selama ini. Ungkapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Dewi Ayu Wulandari, Hamdani Rachman, rekan-rekan Silvikultur 47 khususnya rekan peneliti di Laboratorium Pengaruh Hutan (Bayu Winata, Nur Syarif dan Lastiti Sanubari) serta anggota Rimpala khususnya R-XV (Mentari Purwakasiwi, Galuh Ajeng Septaria, Fajar Alif Sampangestu, Anxious Yoga Perdana, Puspa Diva Nur Aqmarina, Nurani Hardikananda, Nursinta Arifiani Rosdiana, Mentari Medinawati, Iqbal Nizar Arafat, dan Anggi Gustiani) atas motivasi dan kebersamaan selama ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 1 Manfaat Penelitian 2 METODE 2 Bahan 2 Alat 2 Prosedur Penelitian 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Laju Pertumbuhan Tinggi dan Diameter 5

Pertumbuhan Tinggi dan Nisbah Pucuk Akar 8

Pertumbuhan Diameter 8

Biomassa Tanaman 11

Analisis Unsur Hara 12

SIMPULAN DAN SARAN 12

Simpulan 13

Saran 14

DAFTAR PUSTAKA 14

(10)

DAFTAR TABEL

1 Komposisi sub soil dan arang tempurung kelapa 4 2 Rekapitulasi hasil sidik ragam berbagai parameter terhadap

pertumbuhan semai Gmelina (Gmelina arborea) 8

3 Hasil uji Duncan pengaruh arang terhadap pertumbuhan diameter semai

Gmelina (Gmelina arborea) 9

4 Hasil uji Duncan pengaruh interaksi sub soil dan arang terhadap pertumbuhan diameter semai Gmelina (Gmelina arborea) 10 5 Hasil uji Duncan pengaruh arang terhadap berat basah pucuk semai

Gmelina (Gmelina arborea) 12

6 Hasil uji laboratorium tanah pada media tanam semai Gmelina

(Gmelina arborea) 13

DAFTAR GAMBAR

1 Laju pertumbuhan tinggi semai Gmelina (Gmelina arborea) dimulai pengamatan minggu pertama hingga minggu terakhir 6 2 Laju pertumbuhan diameter semai Gmelina (Gmelina arborea) dimulai

pengamatan minggu pertama hingga minggu terakhir 7 3 Lajupenambahan peningkatan pertumbuhan diameter dari awal hingga

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kegiatan penambangan merupakan kegiatan untuk menghasilkan bahan galian yang dapat dilakukan dengan teknik manual ataupun mekanis yang meliputi beberapa tahapan yaitu pemberian, pemuatan, pengangkutan, penimbunan (stock filling), dan reklamasi (Utami 2009). Salah satu bahan galian yang menjadi fokus utama dalam kegiatan penambangan yaitu pasir. Pemanfaatan pasir saat ini semakin meningkat seiring meningkatnya kegiatan pembangunan. Penambangan pasir dapat dilakukan dengan pengambilan bahan galian pasir di sungai dan daratan.

Penambangan pasir yang dilakukan secara terus menerus dan tidak memerhatikan aspek pengelolaan lingkungan pasca penambangan akan mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan, seperti di penambangan pasir Cikabayan Bogor. Limbah bekas penambangan pasir yang secara langsung dialirkan ke sungai dapat mengakibatkan terjadinya sedimentasi dan penurunan kualitas air. Abadi (2009) menyatakan bahwa dampak kerusakan yang ditimbulkan dari kegiatan penambangan ditunjukkan pada penurunan kualitas lahan yang biasanya ditunjukkan dengan adanya penurunan kualitas fisik, kimia dan biologi tanah. Oleh karena itu, pemanfaatan limbah penambangan pasir perlu dilakukan untuk mengurangi dampak pencemaran lingkungan.

Salah satu cara pemanfaatan limbah pasir adalah menggunakannya sebagai media tanam. Menurut penelitian Ratnasari (2013) limbah pasir dapat dimanfaatkan sebagai media tanam pada pertumbuhan jabon (Anthocephalus

cadamba). Pasir dengan teksturnya yang kasar dan porositasnya yang tinggi perlu

dikomposisikan dengan bahan lain agar komponen media tanam dapat seimbang dalam penyediaan hara bagi tanaman. Sub soil memiliki kandungan liat yang lebih banyak dibandingkan pasir sehingga mampu mengikat air yang tidak dapat dijerap dan ditahan lebih lama oleh pasir. Menurut Sumardi et al. (2006) kemampuan mengikat air paling tinggi adalah fraksi liat, setelah itu debu dan pasir. Hal ini disebabkan karena luas permukaan fraksi liat yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan debu dan pasir. Arang tempurung kelapa dapat berfungsi sebagai penambah unsur hara bagi tanaman karena di dalam kandungannya terdapat senyawa kimia yang bermanfaat bagi tanaman. Wulandari & Julian (2013) menyatakan bahwa keuntungan utama menggunakan pupuk organik adalah dapat memperbaiki kesuburan kimia, fisik, dan biologis tanah, selain sumber hara tanaman. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menguji kombinasi media tanam pasir dengan pemberian sub soil dan arang tempurung kelapa pada pertumbuhan semai G. arborea. Jenis ini merupakan salah satu jenis cepat tumbuh dan mampu beradaptasi dengan kondisi yang miskin hara.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pemberian sub soil dan arang tempurung kelapa terhadap pertumbuhan semai G. arboreapada media bekas tambang pasir serta mendapatkan informasi mengenai komposisi subsoildan

(12)

2

arang tempurung kelapa yang optimal bagi pertumbuhan semai G. arborea pada media bekas tambang pasir.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat dalam memberikan informasi mengenai teknik budidaya G. arboreadalam kegiatan silvikultur khususnya untuk kompoisisi media tanam yang sesuai.

METODE

Waktu dan Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Ekologi Hutan Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB) pada BulanApril sampai dengan Juli 2013. Analisi tanah dilakukan di Laboratorium Kesuburan Tanah Departemen Manajemen Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian IPB dengan pegambilan sampel pasir di lahan bekas tambang pasir Cikabayan Bogor.

Parameter yang Diamati

Parameter yang diamati dalam penelitian ini, yaitu tinggi, diameter, biomassa, dan nisbah pucuk akar.

a) Tinggi

Pengukuran tinggi dilakukan dengan menggunakan penggaris mulai dari pangkal batang hingga titik tumbuh pucuk semai.

b) Diamter

Pengukuran diameter dilakukan dengan menggunakan kaliper pada batang.

c) Biomassa

Pengukuran biomassa dilakukan diakhir pengamatan dengan mengukur berat kering setelah dioven dan berat basah akar serta tajuk semai. Suhu oven yang digunakan adalah 70⁰C selama 24 jam. d) Nisbah pucuk akar (NPA)

Diperoleh melalui perhitungan yang membandingkan antara berat kering pucuk dengan berat kering akar tanaman, yakni:

NPA = (Berat kering pucukBerat kering akar )

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah penggaris, alat penyiram,

caliper, timbangan, alat tulis, kamera, label, oven, tallysheet, kalkulator, sofwareMicrosoft excel, dan sofwareStatistical Package for the Social Science

(13)

3 ukuran 20 cm x 20 cm, semai G. arborea berumur 3 bulan, subsoil, arang tempurung kelapa dan tanah bekas tambang pasir.

ProsedurPenelitian

Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan, yaitu tahap persiapan media tanam, penyapihan semai, pemeliharaan dan pengambilan data, rancangan percobaan serta analisis data.

Persiapan Media Tanam

Media tanam yang digunakan adalah limbah pasir yang berasal dari penambangan pasir Cikabayan Bogor. Persiapan media tanam serta anakan G.

arborea yang akan ditanam di lahan bekas penambangan pasir dimulai dengan

menyiapkan limbah pasir bekas penambangan, sub soil dan arang. Komposisi sub

soil yang digunakan adalah tanpa sub soil+ 1000 g pasir, 250 gsub soil+750 g

pasir, 500 gsub soil+500 g pasir, dan 750 gsub soil+250 g pasir. Komposisi arang, yaitu tanpa arang, 20 g, 40 g, dan 60 g. Limbah bekas penambangan pasir, sub soil dan arang tempurung kelapatersebut selanjutnya dikombinasikan sesuai dengan perlakuan yang telah disesuaikan dengan komposisi masing-masing. Setelah itu, media tanam tersebut disimpan di rumah kaca selama satu bulan dengan membuat media tersebut tetap dalam kondisi lembab. Penyimpanan media selama satu minggu sebenarnya sudah cukup efektif, akan tetapi dikarenakan waktu yang lebih lama dalam pencarian bbiit G. arborea sehingga media pada penelitian ini disimpan hingga waktu yang relatif lebih lama.

Penyapihan Semai

Setelah satu bulan media tanam disimpan, langkah berikutnya adalah semai

G. arborea disapih ke dalam media tanam yang telah disiapkan. Penyapihan semai

dilakukan pada sore hari. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penyapihan semai ini adalah semai G. arborea dipindahkan dari media tanam sebelumnya ke dalam media tanam yang telah disiapkan. Setelah itu, lubang tanam kecil dibuat dengan menggunakan kayu kecil untuk mempermudahsemai ditanam ke dalam

polybag. Pemeliharaan

Pemeliharaan semai G. arborea dilakukan dengan menyiram media tanam setiap hari pada pagi dan sore hari. Pengamatan dilakukan setiap 1 minggu sekali selama 8 minggu dengan mengukur 4 parameter yang diamati, yaitu tinggi, diameter, biomassa, dan nisbah pucuk akar. Khusus untuk pengambilan data biomassa, diambil setelah semai G. arborea dipanen. Seluruh data yang diperoleh kemudian direkapitulasi ke dalam tally sheet.

Analisis Unsur Hara

Analisis unsur hara dilakukan di Laboratorium Kesuburan Tanah Departemen Manajemen Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian IPB. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui hasil laboratorium mengenai unsur-unsur kimia tanah terkait kandungan hara pada media tanam.

(14)

4

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) faktorial yang terdiri atas dua faktor percobaan, masing-masing terdiri dari 4 taraf. Faktor pertama, yaitu penambahan sub soil dan Faktor kedua, yaitu penambahan arang. Jumlah ulangan adalah sebanyak 3 kali, pada setiap perlakuan terdapat 3 individu jenis G. arborea sehingga dalam percobaan dibutuhkan 48 semai G. arborea. Faktor percobaan tersebut sebagai berikut:

Faktor A: pasir+ subsoil, yaitu: ao: pasir 1000 g+tanpa sub soil a1: pasir 750 g+subsoil 250 g a2: pasir 500 g+subsoil 500 g a3: pasir 250 g+subsoil 750 g

Faktor B: arang tempurung kelapa, yaitu: b0: tanpa arang

b1: arang 20 g b2: arang 40 g b3: arang 60 g

Tabel 1 menunjukkanrancangan komposisi perlakuan sub soil dan arang tempurung kelapa.

Tabel 1 Komposisi sub soil dan arang tempurung kelapa

Arang tempurung kelapa

Sub soil Ulangan b0 b1 b2 b3

a0

1 a0b0 (1) a0b1 (1) a0b2 (1) a0b3 (1) 2 a0b0 (2) a0b1 (2) a0b2 (2) a0b3 (2) 3 a0b0 (3) a0b1 (3) a0b2 (3) a0b3 (3)

a1

1 a1b0 (1) a1b1 (1) a1b2 (1) a1b3 (1) 2 a1b0 (2) a1b1 (2) a1b2 (2) a1b3 (2) 3 a1b0 (3) a1b1 (3) a1b2 (3) a1b3 (3) a2

1 a2b0 (1) a2b1 (1) a2b2 (1) a2b3 (1) 2 a2b0 (2) a2b1 (2) a2b2 (2) a2b3 (2) 3 a2b0 (3) a2b1 (3) a2b2 (3) a2b3 (3)

a3

1 a3b0 (1) a3b1 (1) a2b1 (1) a3b3 (1) 2 a3b0 (2) a3b1 (2) a2b1 (2) a3b3 (2) 3 a3b0 (3) a3b1 (3) a2b1 (3) a3b3 (3) Analisis Data

Data yang diperoleh berdasarkan pengamatan dan pengukuran dianalisis dengan menggunakan model linier:

Y ijk = μ + αi + βj + (αβ)ij + Eijk

Dimana:

Y ijk = nilai atau respon dari pengamatan pada faktor sub soil taraf ke-i, faktor arang tempurung kelapa taraf ke-j dan ulangan ke-k

μ = nilai rataan umum

αi = pengaruh perlakuan sub soil ke-i

(15)

5

(αβ)ij = pengaruh interaksi faktor sub soil pada taraf ke-i dengan faktor arang

tempurung kelapa

Eijk = pengaruh acak faktor sub soil pada taraf ke-i dengan faktor arang tempurung kelapa pada taraf ke-j dan ulangan ke-k

Untuk mengetahui pengaruh perlakuan, dilakukan sidik ragam dengan uji F. Data diolah dengan menggunakan SPSS jika:

a. Nilai P-value <0.05(α)maka perlakuan berpengaruh nyata. Lalu dilanjutkan dengan Duncan’Mulitiple Range Test.

b. Nilai P-value >0.05(α)maka perlakuan tidak berpengaruh nyata.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Laju Pertumbuhan Tinggi dan Diameter

Pertumbuhan merupakan proses pertambahan ukuran. Organisme multisel seperti tanaman tumbuh dan berasal dari zigot, sehingga pertambahan ukuran tersebut bukan hanya pertambahan dalam volume, akan tetapi juga pertambahan dalam bobot, jumlah sel, dan banyaknya protoplasma. Pertambahan volume (ukuran) sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran ke satu atau dua arah, sepeti: panjang (misalnya, tinggi batang), diameter (misalnya, diameter batang) atau luas (misalnya, luas daun). Pertambahan massa sering ditentukan dengan cara memanen seluruh atau sebagian dari bagian tanaman yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut, sehingga nilai bobot ini termasuk dalam massa segar tanaman. Nilai massa segar dapat beragam tergantung pada status air, sehingga untuk produktivitas tanamandilakukan pula pengukuran terhadap massa kering tanaman dan biasanya diperoleh dengan cara mengeringkan bahan tanaman yang baru saja dipanen selama 24 hingga 48 jam, pada suhu 70⁰ sampai 80⁰C (Salisbury&Ross 1995).Nisbah pucuk akar merupakan faktor penting dalam pertumbuhan tanaman karena mampu menggambarkan perbandingan antara kemampuan tanaman dalam menyerap air dan mineral melalui proses transpirasi dan luasan fotosintesis dari tanaman (Julian 2013).

Kurva pertumbuhan yang ideal biasanya berbentuk S (sigmoid). Terdapat tiga fase yang biasanya ditunjukkan dalam kurva sigmoid, yaitu fase logaritmik, fase linier, dan fase penuaan. Fase logaritmik terjadi ketika ukuran (V) bertambah secara eksponensial sejalan dengan waktu (t). Hal ini berarti bahwa laju pertumbuhan (DVdt) lambat pada awalnya tetapi kemudian semakin meningkat. Fase linier ditunjukkan pada pertambahan ukuran yang berlangsung secara konstan. Fase penuaan dicirikan pada laju pertumbuhan yang menurun saat tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai menua (Salisbury&Ross 1995). Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada laju pertumbuhan semai G.

arborea, fase pertumbuhan semai ini sedang mengalami laju pertumbuhan pada

fase logaritmik. Hal ini dapat terlihat pada Gambar 1 dan 2 yang menunjukkan nilai pertumbuhan yang semakin meningkat.

(16)

6

Gambar 1 menunjukkan laju pertumbuhan tinggi semai G. arboreadari awal pengamatan hingga akhir pengamatan. Pertumbuhan tinggi semai G.arborea dari minggu ke minggu pada semua perlakuan menunjukkan pertumbuhan tinggi yang semakin meningkat. Hampir semua perlakuan memiliki nilai pertumbuhan yang seragam, sehingga antar perlakuan yang satu dengan yang lain memiliki nilai yang saling berhimpitan. Nilai tinggi semai G. arboreayang tertinggi adalah nilai yang ditunjukkan dari perlakuan interaksi 500 g pasir, 500 g sub soil, dan 20 g arang dengan nilai awal tinggi sebesar 34.33 cm dan nilai akhir tinggi sebesar 59.20 cm, atau rata-rata pertambahannya sebesar 24.87 cm selama percobaan.

Gambar 1 Laju pertumbuhan tinggi semai G. arborea dimulai pengamatan minggu pertama hingga minggu terakhir

Gambar 2 menunjukkan bahwa laju pertumbuhan diameter dari minggu ke minggu mengalami kenaikan dan hampir memiliki nilai diameter yang hampir sama antar perlakuan. Nilai diameter G. arboreayang tertinggi adalah nilai yang ditunjukkan dari perlakuan interaksi 500 g pasir, 500 g sub soil, dan 20 g arang dengan nilai awal diameter sebesar 0.30 cm dan nilai akhir diameter sebesar 0.63 cm, atau rata-rata pertambahannya sebesar 0.33 cm selama percobaan.

0 50 100 0 2 4 6 8 10 Ti n gg i (c m ) Pengamatan (Minggu-ke) a0b0 aob1 a0b2 a0b3 0 20 40 60 0 2 4 6 8 10 T ing g i (cm ) Pengamatan (Minggu-ke) a1b0 a1b1 a1b2 a1b3 0 50 100 0 2 4 6 8 10 T ing g i (cm ) Pengamatan (Minggu-ke) a2b0 a2b1 a2b2 a2b3 0 20 40 60 0 2 4 6 8 10 T ing g i (cm ) Pengamatan (Minggu-ke) a3b0 a3b1 a3b2 a3b4

(17)

7

Gambar 2 Laju pertumbuhan diameter semai G. arborea dimulai pengamatan minggu pertama hingga minggu terakhir

Meristem primer merupakan sel-sel yang berasal dari sel-sel embrionik yang terus-menerus berperan dalam pembentukan bagian-bagian pokok tanaman. Di dalam pohon, jaringan ini bertugas memperpanjang batang, pucuk dan akar serta selanjutnya disebut sebagai meristem pucuk (apical growing points). Meristem sekunder atau biasa disebut sebagai meristem lateral yaitu meristem yang terjadi di dalam jaringan permanen, ini dibentuk oleh sel-sel yang semula sudah berfungsi sebagai bagian dari jaringan yang sudah dewasa tetapi kemudian kembali menjadi meristem yang aktif. Meristem ini berfungsi menambah diameter batang sehingga diameter batang pohon bertambah besar (Pandit &Kurniawan 2008).

Uji statistika berupa analisis sidik ragam dan uji lanjut duncandilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan sub soil dan arang tempurung kelapa terhadap parameter-parameter yang diukur. Tabel 2 menunjukkan nilai P-value yang didapatkan berdasarkan perhitungan tabel sidik ragam. Hasil sidik ragam tinggi dan nisbah pucuk akar tidak memiliki pengaruh yang nyata, sedangkan

0 0.2 0.4 0.6 0.8 0 2 4 6 8 10 Dia m et er ( cm )

Pengamatan (Minggu ke-)

a0b0 aob1 a0b2 a0b3 0 0.2 0.4 0.6 0 2 4 6 8 10 D ia m et er ( cm ) Pengamatan (Minggu-ke) a1b0 a1b1 a1b2 a1b3 0 0.5 1 0 2 4 6 8 10 Dia m et er ( cm ) Pengamatan (Minggu-ke) a2b0 a2b1 a2b2 a2b3 0 0.2 0.4 0.6 0 2 4 6 8 10 Dia m et er ( cm ) Pengamatan (Minggu-ke) a3b0 a3b1 a3b2 a3b3

(18)

8

pertumbuhan diameter dan berat basah pucuk memiliki pengaruh nyata pada taraf 95% terhadap pemberian sub soil dan arang. Oleh karena itu, untuk kedua parameter tersebut dilakukan uji lanjut duncan untuk mengetahui apakah antar komposisi pada perlakuan-perlakuan yang ada memiliki perbedaan yang nyata. Tabel 2Rekapitulasi hasil sidik ragam berbagai parameter terhadap pertumbuhan

semai G. arborea

Parameter Perlakuan

Sub soil (A) Arang (B) Sub soil*Arang (AB)

Tinggi 0.141 tn 0.054 tn 0.222 tn

Diameter 0.240 tn 0.000 * 0.016*

Berat Basah Pucuk 0.345 tn 0.011 * 0.143 tn Berat Basah Akar 0.122 tn 0.186 tn 0. 470 tn Berat Basah Total 0. 171 tn 0. 054 tn 0. 217 tn Berat Kering Pucuk 0. 224 tn 0.119 tn 0. 239 tn Berat Kering Akar 0.768 tn 0.204 tn 0. 703 tn Berat Kering Total 0.332 tn 0.281 tn 0.378 tn Nisbah Pucuk Akar 0.247 tn 0.065 tn 0.293 tn

Keterangan:

Angka-angka dalam tabel adalah nilai signifikan.

* = perlakuan berpengaruh nyata dengan nilai signifikan (P-value) <0.05 (α) tn = perlakuan tidak berpengaruh nyata dengan nilai signifikan (P-value) >0.05 (α)

Pertumbuhan Tinggi dan Nisbah Pucuk Akar

Pemberian subsoil dan arang tempurung kelapa tidak memiliki pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi dan nisbah pucuk akar semai G. arborea. Perbedaan jumlah komposisi yang digunakan untuk semai G. arboreatidak akan memengaruhi tinggi dan nisbah pucuk akar, sehingga untuk kedua parameter tersebut tidak dilakukan uji lanjut duncan.

Pertumbuhan Diameter

Berdasarkan hasil sidik ragam, perlakuan arang dan interaksi antara subsoil serta arang tempurung kelapa memiliki pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan diameter semai G.arborea. Tabel 3 menunjukkan hasil uji duncan dari perlakuan arang terhadap pertumbuhan diameter. Hasil uji duncan menyatakan bahwa perlakuan tanpa arang memiliki nilai yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan arang 20 g. Akan tetapi, jika dibandingkan dengan perlakuan arang 40 g dan 60 g maka hasil pertumbuhan yang didapatkan berbeda nyata. Perlakuan arang 20 g memberikan persentase peningkatan diameter terhadap kontrol paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan arang lainnya, yaitu sebesar 7.143%.

Arang pada media tanam bekas tambang dapat memiliki fungsi ganda, yaitu sebagai penambah unsur hara dan penyerap sisa-sisa toksik yang terkandung dalam pasir bekas penambangan pasir. Chahyani et al. (2011) dalam makalah SNS menyatakan bahwa arang aktif tempurung kelapa memiliki kadar karbon terikat yang tinggi 79.47%, kadar zat terbang 17.30% dan kadar abu rendah 3,23% serta daya serap terhadap kloroform 34.26% dan iodin 973.52 mg/g.Dalam penelitian lain dikatakan bahwa arang tempurung kelapa mempunyai kemampuan untuk

(19)

9 menyerap logam berat Pb, Fe dan Cu (Hardoko 2006). Arang aktif dapat digunakan sebagai penjernih air, penjernih minyak, penyerap gas (berbau kurang sedap), memperbaiki sifat tanah, pembuatan kompos arang aktif dan lain-lain. Tabel 3 Hasil uji duncan pengaruh arang terhadap pertumbuhan diameter semai G.

arborea Perlakuan Rata-rata pertumbuhan diamter*) % peningkatan terhadap control Arang 0 g (b0) 28𝑎 0 Arang 20 g (b1) 30𝑎 7.143 Arang 40 g (b2) 23𝑏 -17.857 Arang 60 g (b3) 23𝑏 -17.857 Keterangan: b0: tanpa arang b2: 40 g b1: 20 g b3: 60 g *)

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95 %

Perlakuan arang memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan diameter. Kandungan hara seperti unsur hara makro N, P dan K yang terdapat dalam arang dapat membantu penambahan kandungan hara dalam tanah, sehingga adanya unsur hara makro yang tersedia ini diduga dapat merangsanng proses pertumbuhan. Arang tempurung kelapa mengandung unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman seperti N, P, dan K sehingga berpengaruh terhadap ketersediaan hara dalam larutan tanah latosol yang tidak subur. Arang merupakan salah satu pembenah tanah yang dapat membantu tanaman dalam penyediaan unsur hara secara terus-menerus di dalam tanah sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan semai(Saputri 2013). Menurut Darmawan (2005) arang aktif tempurung dapat dimanfaatkan sebagai soil conditioning dengan kandungan unsur hara N, P, K, Ca, dan Mg berturut-turut sebesar 100, 700, 5400, 2000, dan 300 ppm. Adanya translokasi makanan dan unsur hara terlarut ke titik tumbuh tanaman ini, kemudian dilarutkan ke daerah meristematik untuk menghasilkan energi bagi kegiatan pembentukan komponen dan pertumbuhan sel-sel baru.

Perlakuan interaksi sub soil dan arang berpengaruh nyata pula terhadap pertumbuhan diameter. Komposisi dari perlakuan interaksi 500 g pasir, 500 g sub

soil dan 20 g arang memiliki proporsi media tanam yang seimbang. Pemberian

arang tempurung kelapa sebesar 20 g merupakan komposisi efektif bagi semai G.

arborea karena pada fase semai (muda) ini tanaman cenderung membutuhkan

unsur hara yang relatif kecil. Media tanam termasuk ke dalam salah satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi pertumbuhan semai, terutama pada kualitas komposisi yang terkandung di dalamnya. Apabila media tanam tersebut sesuai, maka semai pun akan tumbuh dengan optimal. Tabel 4 menunjukkan hasil uji duncan dari perlakuan interaksi sub soil dan arang terhadap pertumbuhan diameter.

Hasil uji beda menyatakan bahwa perlakuan interaksi sub soil dan arang memiliki perbedaan yang nyata antar perlakuan yang beragam. Perlakuan interaksi pasir 500 g, sub soil 500 g, dan arang 20 g memberikan persentase peningkatan diameter terhadap kontrol tertinggi dibandingkan dengan perlakuan interaksi lainnya, yaitu sebesar 13.79%. Oleh karena itu, perlakuan ini dapat

(20)

10

menjadi rekomendasi untuk media tanam pertumbuhan G. arborea terutama dalam peningkatan diameter batang.

Tabel 4 Hasil uji duncan pengaruh interaksi subsoisl dan arang terhadappertumbuhan diameter semai G. arborea

Perlakuan

interaksi(sub soill

dan arang)

Rata – rata pertumbuhan tinggi*) % peningkatan terhadap control a0b0 29𝑎𝑏𝑐 0 a0b1 30 𝑎𝑏 3,45 a0b2 21𝑐 -27,59 a0b3 21 𝑏𝑐 -27,59 a1b0 27𝑎𝑏𝑐 -6,90 a1b1 30 𝑎𝑏 3,45 a1b2 28𝑎𝑏𝑐 -3,45 a1b3 25𝑎𝑏𝑐 -13,79 a2b0 32𝑎 10,34 a2b1 33𝑎 13,79 a2b2 22𝑏𝑐 -24,14 a2b3 23𝑏𝑐 -20,69 a3b0 24𝑎𝑏𝑐 -17,24 a3b1 27𝑎𝑏𝑐 -6,90 a3b2 22𝑏𝑐 -24,14 a3b3 22𝑏𝑐 -24,14 Keterangan:

a0= pasir 1000 g a2= pasir 500 g+subsoil 500 g b0= tanpa arang b2= 40g a1= pasir 750 g+subsoil 250 g a3= pasir 250 g+subsoil 750 g b1= 20 g b3= 60 g

*)

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95 %

Gambar 3 menunjukkan gambaran laju penambahan diameter dari awal hingga akhir semai G. arborea yang dapat menunjukkan pula perlakuan interaksi 500 g pasir, 500 g sub soil,dan 20 g arang merupakan komposisi dengan nilai penambahan diameter tertinggi. Pertumbuhandiameter pada semai G. arborea ini memiliki nilai yang hampir seragam jika dibandingkan antar perlakuan yang satu dengan yang lainnya.Pertumbuhan diameter dengan perlakuan kontrol selama pengamatan hanya mampu mengalami penambahan diameter sebesar 0.29 cm. Namun, jika dibandingkan dengan perlakuan 500 g pasir, 500 g sub soil,dan 20 g arang yang merupakan perlakukan dengan nilai rerataan tertinggi mampu menambah diameter semai G. arborea sebesar 0.33 cm.

(21)

11

Gambar 3Laju penambahan peningkatan pertumbuhan diameter dari awal hingga akhirpengamatansemai G. arborea

Pasir sebagai komposisi kontrol dari media tanam ini memiliki tekstur yang kasar, sehingga tanpa adanya tambahan unsur liat akan menyulitkan pasir dalam menangkap air yang dibutuhkan bagi tanaman untuk pertumbuhan. Tanah bertekstur pasir mempunyai luas permukaan (specific surface) yang kecil, sehingga sulit menyerap atau menahan air dan unsur hara. Bila jumlah pasir tidak terlalu banyak, pengaruhnya terhadap tanah akan baik karena cukup longgar, air akan mudah meresap dan jumlahnya cukup dikandung tanah, udara tanah mudah masuk dan tanah mudah diolah (Utami 2009). Air yang secara langsung terus menyerap hingga ke bawah media tanam akan bergabung dengan toksik-toksik yang terkandung dalam pasir bekas penambangan ini, sehingga adanya tambahan

sub soil yang bertekstur liat beserta arang yang bersifat absorben akan membantu

mengatasi hal tersebut.

Pada umumnya tanaman dapat tumbuh baik pada struktur yang gembur atau remah. Pada kondisi ini tanah memiliki ruang-ruang pori yag cukup untuk menyimpan air dan udara yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan akar tanaman. Struktur tanah yang gembur juga dapat menciptakan temperatur dan kelembaban yang ideal bagi kehidupan mikroorganisme tanah yang sangat membantu proses dekomposisi mineral dan bahan organik untuk bahan makanan tanaman di atasnya. Unsur-unsur hara tanah juga akan menjadi mudah dimobilisasi dan diserap akar tanaman (Marsono2001).

Biomassa Tanaman

Biomassa tanaman merupakan hasil proses pertumbuhan tanaman selama periode tertentu pada satuan luas tertentu. Pengukuran biomassa suatu jenis tanaman dipengaruhi oleh pertumbuhan jenis tersebut. Pengukuran biomassa tanaman dapat dilakukan melalui penimbangan bahan tanaman berupa berat basah tanaman dan berat tanaman yang sudah dikeringkan (berat kering tanaman). Berat basah merupakan gambaran ketersediaan air yang ada pada tanaman. Ketersediaan air ini sangat berpengaruh terhadap proses fotosintesis, dimana air merupakan komponen dasar dalam fotosintesis. Deselina (2012) menyatakan bahwa tanaman melakukan translokasi ke daun untuk meningkatkan kegiatan fotosintesis karena kegiatan fotosintesis akan berlangsung jika ketersediaan air di dalam daun mencukupi. Berdasarkan hasil sidik ragam, parameter pada berat basah pucuk memiliki pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan semai G.arborea.

0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 a0 b 0 a0 b 1 a0 b 2 a0 b 3 a1 b 0 a1 b 1 a1 b 2 a1 b 3 a2 b 0 a2 b 1 a2 b 2 a2 b 3 a3 b 0 a3 b 1 a3 b 2 a3 b 3 Dia m et er ( cm ) Interaksi perlakuan DIAMETER

(22)

12

Tabel 5 menunjukkan bahwa semua perlakuan (b0, b1, b2, b3) memiliki perbedaan yang nyata antar perlakuan yang satu dengan yang lainnya. Perlakuan arang 20 g memberikan persentase peningkatan berat basah pucuk terhadap kontrol tertinggi jika dibandingkan dengan perlakuan arang lainnya, yaitu sebesar 8.74%.Pengaruh pemberian arang terhadap berat basah pucuk ini berpengaruh nyata karena pada kandungan arang terdapat tambahan unsur hara makro tersedia yang dapat membantu proses fotosintesis dalam daun dan proses pembentukan sel.

Tabel 5 Hasil Uji Duncan pengaruh arang terhadap berat basah pucuk semai G.

arborea

Perlakuan Rata-rata pertumbuhan tinggi*) % peningkatan terhadap kaontrol b0 (tanpa arang) 29.75 𝑎𝑏 0 b1 (20 g) 32,35𝑎 8.74 b2 (40 g) 19.37𝑐 -34.89 b3 (60 g) 22.57𝑏𝑐 -24.13 Keterangan: b0: tanpa arang b2: 40 g b1: 20 g b3: 60 g *)

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95 %

Analisis Unsur Hara

Nutrisi tanaman meliputi proses tanaman mendapatkan, menyebarkan dan menggunakan unsur-unsur hara bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.Berdasarkan jumlah unsur yang dibutuhkn tanaman, unsur hara esensial dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu unsur hara makro dan unur hara mikro. Unsur hara makro adalah unsur-unsur yang dibutuhkan dalam jumlah besar, seperti C, H, O, N, P, S, K, Ca, dan Mg. Unsur hara mikro adalah unsur-unsur yang diperlukan tanaman dalam jumlah lebih kecil, seperti Fe, Mn, Cu, Zn, Mo, B, dan Cl.

Menurut Hardjowigeno (2003) fosfor (P) berperan dalam pembelahan sel, pembentukan bunga, buah, dan biji serta mempercepat pematangan. Nitrogen (N) berfungsi dalam memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman dan pembentukan protein. Kalium (K) berfungsi dalam mengaktifkan enzim, pembukaan stomata, berperan dalam metabolik dalam sel, mempengaruhi penyerapan unsur-unsur lain, dan perkembangan akar. Kalsium (Ca) berfungsi dalam penyusunan dinding-dinding sel tanaman dan pembelahan sel. Magnesium (Mg) berfungsi dalam pembentukan klorofil.

Hasil uji laboratorium tanah menunjukkan bahwa perbandingan antara hara perlakuan terbaik interaksi a2b1 dengan perlakuan kontrola0b0 memiliki persentase unsur hara yang berbeda. Tabel 6 menunjukkan hasil uji laboratorium tanah pada media tanam semai G. arborea.

(23)

13 Tabel 6 Hasil uji laboratorium unsur hara pada media tanam semai G. arborea

Sifat tanah Kontrol Kriteria*

Interaksi

terbaik Kriteria*

pH 6.20 Agak asam 5.90 Agak asam

C-org (%) 0.78 Sangat rendah 1.49 Rendah

N-Total (%) 0.08 Sangat rendah 0.13 Rendah

P (ppm) 23.3 Sedang 18.3 Sedang

Ca (me/100 g) 8.19 Sedang 7.69 Sedang

Mg (me/100 g) 2.80 Tinggi 2.65 Tinggi

K (me/100 g) 1.06 Tinggi 0.63 Tinggi

Na (me/100 g) 2.07 Sangat tinggi 1.20 Sangat tinggi

Pasir (%) 78.03 - 64.37 -

Debu (%) 11.22 23.53 -

Liat (%) 10.75 - 12.10 -

*)Kriteria penilaian sifat kimia tanah menurut Hardjowigeno (2003)

Hasil uji unsur hara pada media tanam semai G. arborea menunjukkan bahwa hampir semua jumlah kandungan yang ditunjukkan baik antara kandungan unsur hara kontrol maupun interaksi terbaik menunjukkan kriteria kandungan hara dalam kisaran yang hampir sama (Tabel 6). Meskipun kriteria dalam penilaian sifat kimia tanah berada pada kisaran yang sama, namun penyerapan hara oleh semai G. arborea pada kedua interaksi tersebut berbeda, sehingga nilai kandungannya pun berbeda

Komposisi interaksi terbaik memiliki nilai C-org dan N-total yang lebih besar dibandingkan hasil yang terkandung pada komposisi kontrol. Hal ini terjadi dikarenakan adanya unsur C-org dan N total yang tinggi terkandung di dalam tanah, sehingga walaupun kedua unsur hara ini dimanfaatkan oleh tanaman namun keberadaanya masih tetap ada di dalam tanah. Berbeda dengan unsur hara P, K, Ca, Mg, dan Na yang memiliki persentase unsur yang lebih rendah dibandingkan dengan unsur kontrol, unsur-unsur tersebut penyerapannya oleh tanaman lebih tinggi sehingga kandungan pada interaksi tersebut benar-benar dimanfaatkan oleh semai G. arborea pada pertumbuhan, terutama pertumbuhan diameter batang.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan parameter-parameter yang diukur dalam penelitian ini, parameter diameter batang dan berat basah pucuk memiliki pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan semai G. arborea. Perlakuan arang tunggal dan interaksi antara sub soil serta arang tempurung kelapa berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan diameter batang, sedangkan perlakuan arang tunggal berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan berat basah pucuk. Pengaruh interaksi perlakuansub

(24)

14

tempurung kelapa)merupakan komposisi terbaik dari media tanam G. arborea karena dapat meningkatkan pertumbuhan semai G. arborea

khususnyapertumbuhan diameter batang.Perlakuan ini memberikan persentase peningkatan terhadap kontrol sebesar 13.79%, sehingga perlakuan a2b1 dapat menjadi rekomendasi untuk pertumbuhan semai G. arborea.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menambahkan parameter perakaran. Selain itu, diperlukan pula penelitian yang serupa dengan komposisi

sub soil dan arang tempurung kelapa yang lebih beragam agar peningkatan

pertumbuhan pada semai G. arborea dapat lebih tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Abadi, KM. 2009. Kondisi fisik, sifat kimia dan sifat biologi tanah pasca reklamasi lahan agroforestri di area pertambangan bahan galian c Kecamatan Astanajapura Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan IPB..

Chahyani et al. 2011. Pembuatan dan analisis kualitas arang aktif dari tempurung kelapa dengan aktivasi uap dan kaliumhidroksida [skripsi] [internet]. Bogor (ID): Fakultas Matematika dan Ilmsu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor. [diunduh pada Juni 5 2014]. Tersedia pada: http//fmipa.ipb.ac.id. Darmawan 2005. Pemanfaatan tempurung kimia. Di dalam: Anwar, Hidayat S,

Suhaendi H, Anwar C, Wahyono D, Turjaman M, Haryono, Mardiah, editor.

Prosiding Gelar Teknologi dan Diskusi Hasil Penelitian 2005 Nov 30; Bali

dan Nusa Tenggara, Indonesia. Bali dan Nusa Tenggara (ID): Departemen Kehutanan Badan Litbang Kehutanan Piusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam.

Deselina. 2012. Efek aplikasi dosis arang kompos dan taraf kerapatan naungan terhadap kualitas semai kayu bambang lanang (Madhuca apera H.J. Lam).

Jurnal Rafflesia.(19):1 [internet]. [diunduh pada Juni 13 2014]. Tersedia

pada: http//repository.unib.ac.id.

Julian A. 2013. Pengaruh pupuk daun organik terhadap peningkatan pertumbuhan bibit jabon (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.) [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan IPB.

Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo.

Hardoko, IQ. (2006). Diktat Kuliah Kimia Lingkungan. Lampung (ID): Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung.

Marsono, Sigit P. 2001. Pupuk Akar Jenis dan Aplikasi. Jakarta: PT. Penebar Swadaya.

Pandit K, Kurniawan D. 2008. Struktur Kayu Sifat Kayu Sebagai Bahan Baku

(25)

15 Ratnasari, D. 2013. Respon pertumbuhan Semai Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.) terhadap pemberiang kompos dan arang tempurung kelapa pada media limbah tambang pasir [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan IPB. Salisbury dan Ross 1995. Fisiologi Tumbuhan Jiliid 3. Bandung: Penerbit

Institut Teknologi Bandung.

Saputri ET. 2013. Pemanfaatan fungi mikoriza arbuskula dan arang tempurung kelapa untuk meningkatkan pertumbuhan semai gmelina dan balsa [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan IPB.

Sumardi et al. 2006. Studi kualitas tapak beberapa lokasi di hutan produksi terbatas Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur. Di dalam: Anwar, Hidayat S, Suhaendi H, Anwar C, Wahyono D, Turjaman M, Haryono, Mardiah, editor. Prosiding Sosialisasi Hasil Litbang Kepada Pengguna

“Melalui Riset dan Iptek Hutan Lestari Masyarakat Sejahtera”; 2006; Kupang,

Indonesia. Kupang (ID): Departemen Kehutanan Badan Litbang Kehutanan Piusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam.

Utami, NH 2009. Kajian sifat fisik, sifat kima dan sifat biologi tanah paska tambang galian c pada tiga penutupan lahan (Studi Kasus Pertambangan Pasir (Galian C) di Desa Gumulung Tonggoh, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan IPB. Wulandari AS, Julian A. 2013. Pengaruh pupuk organik terhadap pertumbuhan

bibit jabon (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.). Jurnal Sivikultur Tropika. (04): 47-50.

(26)

16

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Karawang, pada tanggal 23 Juli 1992 dari pasangan Jamaris dan Nurlela. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Muhammadiyah Islamic Centre Muhammadiyah Cipanas-Cianjur pada tahun 2010. Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB.

Selama masa perkuliahan penulis aktif dalam berbagai organisasi mahasiswa, diantaranya sebagai anggota Divisi Olahraga Alam Bebas Rimbawan Pecinta Alam (Rimpala) 2011, Ketua Departemen Bidang Khusus Rimpala 2013 dan anggota Himpunan Profesi Tree Grower Community 2013 serta aktif pula menjadi pantia di beberapa kegiatan di Fakultas Kehutanan.

Penulis melakukan Praktik Kerja Profesi (PKP) pada tahun 2014 di PT. Restorasi Ekosistem Indonesia. Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul “Pertumbuhan Semai Gmelina (Gmelina arborea Roxb.) pada Media Bekas Tambang Pasir dengan Pemberian

Gambar

Tabel  1  menunjukkanrancangan  komposisi  perlakuan  sub  soil  dan  arang  tempurung kelapa
Gambar 1 menunjukkan laju pertumbuhan tinggi semai G. arboreadari awal  pengamatan hingga akhir pengamatan
Gambar  2    Laju  pertumbuhan  diameter  semai  G.  arborea  dimulai  pengamatan  minggu pertama hingga minggu terakhir
Tabel  2Rekapitulasi  hasil  sidik  ragam  berbagai  parameter  terhadap  pertumbuhan  semai G
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini adalah : (1) Rerata Ketelitian Citra IKONOS yang digunakan untuk mengidentifikasi penggunaan lahan adalah sebesar 94%.. Dengan jumlah penduduk sebanyak

Untuk mengetahui bahan yang digunakan dalam pembuatan bodi mobil listrik dengan menggunakan media fiberglass.. Untuk mengetahui proses finishing dalam pembuatan bodi

Ayat di atas memerintahkan agar kita bekerja, kerja itulah yang akan dilihat Allah SWT sebagaimana disebutkan dalam ayat tersebut tidak selalu bahwa yang satu

Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa kulit pisang dapat mengantarkan arus listrik, sehingga dapat digunakan untuk menggantikan elektrolit pada baterai komersil yang

Dari hasil simulasi menggunakan Evolutionary Programming didapatkan hasil penempatan Node B HSDPA dengan nilai fitness sebesar 55329, ini berarti sistem dapat meng-cover 85.66%

Alasan utama disampaikannya pelajaran matematika adalah adanya kepercayaan bahwa matematika berguna dalam kehidupan sehari-hari dan dapat membantu pencapaian

Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Shetty et al pada tahun 2012 bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara jumlah trombosit pada

Kompetensi Bahasa Inggris seorang sarjana Komunikasi Penyiaran Islam yang akan berinteraksi dengan media massa, apalagi harus tampil sebagai seorang presenter atau