• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang ada di luar nusantara. Keragaman suku bangsa tersebut membuat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang ada di luar nusantara. Keragaman suku bangsa tersebut membuat"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota Medan merupakan salah satu kota yang sangat heterogen dari segi penduduknya, tidak hanya dari suku bangsa yang ada di nusantara tetapi juga suku bangsa yang ada di luar nusantara. Keragaman suku bangsa tersebut membuat kota Medan kaya akan bentuk-bentuk kebudayaan yang mewakili masing-masing suku bangsa. Di kota Medan selain kita dapat menemukan kebudayaan suku-suku pribumi juga dapat menemukan kebudayaan India, Tionghoa, Arab, dan suku-suku lainnya. Kebudayaan masing-masing suku-suku bangsa ini dapat berdampingan, tumbuh dan berkembang secara bersama-sama tanpa ada persaingan budaya.

Dari sekian banyak kebudayaan yang terdapat di kota Medan, satu yang menjadi perhatian saya adalah kebudayaan Tionghoa. Walaupun banyak budaya Tionghoa yang mempunyai kaitan yang sangat erat antara kepercayaan dengan kesenian, salah satu diantaranya yang menjadi fokus penelitian adalah Bing Yi Guan. Dalam bahasa Mandarin, Bing Yi Guan artinya “persemayaman”. Oleh kerena dalam pelaksanaan Bing Yi Guan terdapat rangkaian aktivitas secara bertahap, maka Bing Yi Guan merupakan suatu upacara persemayaman.

Upacara persemayaman Bing Yi Guan berasal dari ajaran “Tao” atau “Dao” yang dipelopori oleh Lao Tzu-Zhuangzi. Ajaran “Tao” atau “Dao” berkembang menjadi suatu aliran kepercayaan yang dikenal dengan nama Taoisme. Kepercayaan ini banyak orang hingga saat ini, terutama dari etnis Tionghoa.

(2)

Sebenarnya ajaran Tao menurut suku bangsa Tionghoa merupakan aliran kepercayaan yang tertua dan diyakini telah ada sejak 7000 tahun yang silam. Namun ajaran ini lebih berkembang sejak masa Lao Tzu-Zhuangzi.

Catatan tentang riwayat hidup Lao Tzu-Zhuangzi yang paling awal ditemukan pada tulisan sejarawan China Ssu-ma Chi'en (145 - 86 S.M), itupun tidak banyak. Disebutkan bahwa Lao Tzu-Zhuangzi dilahirkan sekitar tahun 571 S.M di desa Chu Jen di kecamatan Lai, kabupaten Hu di negara bagian Ch'u pada awal dinasti Zhou Timur. Marganya Li bernama Erh alias Tan.

Lao Tzu-Zhuangzi menulis tiga buah kitab, yaitu, 1) Tao Te Ching, 2) Daode Jing, dan 3) Zhuangzi. Ketiga kitab ini berisi ajaran Tao dan menjadi kitab suci tambahan dalam kepercayaan Taoisme yang sudah ada sebelumnya. Oleh kerena Lao Tzu-Zhuangzi telah menghasilkan tiga kitab yang menjadi kitab suci dalam kepercayaan Taoisme maka penganut kepercayaan tersebut mendewakan Lao Tzu-Zhuangzi sebagai Tai Shang Lao Jun yaitu dewa yang paling tinggi.

Di dalam kepercayaan Taoisme terdapat misteri bagaimana Lao Tzu-Zhuangzi menjadi dewa disamping dia mempunyai sifat kemanusiaan dan berpotensi memenuhi keperluan rohaniah manusia.

Kepercayaan Taoisme ini menyebar ke negara-negara lain seiring dengan penyebaran etnis Tionghoa yang mengamalkan kepercayaan tersebut, yang sebagian sampai ke Indonesia khususnya di Sumatera Utara.

Pelaksanaan upacara persemayaman Bing Yi Guan dipimpin oleh seorang Chaikong (pendeta dalam kepercayaan Taoisme).

Waktu pelaksanaan upacara persemayaman Bing Yi Guan pada malam hari yang dimulai kira-kira sekitar jam delapan malam. Rangkaian pelaksanaan

(3)

upacara ini terdiri dari empat bagian. Bagian pertama yaitu doa yang disampaikan kepada para dewa-dewa agar kiranya dewa-dewa tersebut turun ke bumi untuk merestui pelaksanaan upacara tersebut. Bagian kedua adalah doa untuk mengundang arwah yang disemayamkan dan menyebutkan nama-nama anak, cucu, dan istri yang hadir pada saat itu. Bagian ketiga doa yang dibacakan kepada dewa terhadap orang yang disemayam agar dosa dan kesalahan berat dapat kiranya diperingan, dan dosa serta kesalahan kecil dapat kiranya dihapuskan. Bagian terakhir merupakan doa penutup sekaligus mengantarkan arwah yang disemayamkan agar kembali ke dunianya. Upacara ini biasanya berlangsung setiap malam, sampai kepada hari baik yang telah ditentukan untuk pemakaman atau di kremasi1

1 Kremasi adalah pembakaran mayat, pada sebahagian kepercayaan agama yang ada khususnya

agama-agama yang berkembang pada masyarakat Tionghoa.

. Masa persemayaman ini dapat berlangsung selama satu minggu atau lebih, hal ini tergantung pada hari baik untuk pemakaman atau kremasi.

Dalam pelaksanaan upacara Bing Yi Guan memakai satu ensambel musik tradisi pada masyarakat Tionghoa yang dikenal dengan istilah Chui Ko. Chui Ko disajikan untuk mengiringi Chaikong dalam pembacaan doa. Ensambel Chui Ko terdiri dari tujuh buah alat musik, yaitu : 1). Loko sejenis gendang berbentuk barel (membranofon), 2). Tita alat musik tiup (aerofon), 3). Hie sejenis rebab (kordofon), 4). Tang Ling sejenis lonceng (idiofon), 5). Lak Buak dua buah simbal kecil (idiofon), 6). Hun Lo gong tanpa pencu (idiofon), dan 7). Boak dua buah kayu persegi empat yang saling dibenturkan (idiofon). Ensambel Chui Ko dimainkan oleh tiga orang pemusik, dimana salah seorang pemusiknya adalah Chaikong.

(4)

Setelah beberapa kali menyaksikan upacara ini penulis merasa tertarik untuk mengkaji dari aspek penggunaan dan fungsi ensambel tersebut.

Kajian penggunaan akan menjelaskan tentang konteks penyajian Chui Ko dalam upacara Bing Yi Guan. Hal ini memerlukan pembahasan yang meliputi deskripsi pelaksanaan upacara Bing Yi Guan secara menyeluruh.

Sementara kajian mengenai fungsi ensambel Chui Ko dalam upacara Bing Yi Guan akan menjelaskan tujuan penyajian musik dalam upacara tersebut.

Dengan demikian penulis membuat judul penelitian ini : Penggunaan Dan Fungsi Chui Ko Dalam Upacara Bing Yi Guan Pada Masyarakat Tionghoa Di Yayasan Balai Persemayaman Angsapura Medan.

1.2 Pokok Permasalahan

Pokok permasalahan yang ingin dibahas dalam tulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Deskripsi penyajian Chui Ko dalam upacara Bing Yi Guan pada masyarakat Tionghoa.

2. Tujuan penggunaan ensambel Chui Ko dalam upacara Bing Yi Guan pada masyarakat Tionghoa.

3.

1.3 Tujuan dan Manfaat 1.3.1 Tujuan

Tujuan penulis dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui unsur-unsur yang terkait langsung dalam upacara Bing Yi Guan pada masyarakat Tionghoa.

(5)

2. Untuk mengetahui, tujuan ensambel Chui Ko pada upacara Bing Yi Guan.

1.3.2 Manfaat

Adapun manfaat yang dapat dilihat dari penelitian ini adalah:

1. Menambah wawasan mengenai budaya musikal dari berbagai etnis di luar pribumi yang terdapat di Indonesia.

2. Sebagai salah satu sumber informasi dan dokumentasi tentang Chui Ko sebagai suatu ensambel yang khusus digunakan dalam upacara Bing Yi Guan.

3. Sebagai salah satu bahan perbandingan dalam kajian budaya musikal yang berkaitan dengan upacara ritual dalam arti luas.

1.4 Konsep dan Teori 1.4.1 Konsep

Konsep merupakan definisi dari apa yang kita amati, konsep menentukan variabel-variabel mana yang kita inginkan, untuk menentukan hubungan empiris2

Untuk memahami penggunaan dan fungsi yang penulis maksud dalam penelitian ini, mengacu kepada pandangan oleh Alan P. Merriam (1964:210) mengenai penggunaan dan fungsi alat musik. Dimana diartikan bahwa use (penggunaan) menitik beratkan pada masalah situasi atau cara bagaimana musik itu digunakan, sedangkan function menitik beratkan pada alasan penggunaan atau .

(6)

tujuan pemakaian musik, terutama maksud yang lebih luas, sampai sejauh mana musik itu mampu memenuhi kebutuhan yang memerlukannya.

Ensambel adalah kumpulan dua atau lebih alat musik yang dimainkan secara bersama-sama sehingga menjadi suatu komposisi. Masing-masing alat musik yang tergabung dalam satu ensambel memiliki kapasitas dan porsi masing masing yang biasanya diatur menurut pola tertentu.

Chui Ko adalah istilah untuk seperangkat alat musik/ensambel tradisional Tionghoa yang terdiri dari Loko sejenis gendang berbentuk barel luar dan dalam (membranofon), Tita alat musik tiup (aerofon), Hie sejenis rebab (kordofon), Tang Ling sejenis lonceng (idiofon), Lak Buak dua buah simbal kecil (idiofon) Hun Lo gong tanpa pencu (idiofon), Boak dua buah kayu persegi empat yang saling dibenturkan (idiofon). Menurut hasil wawancara penulis dengan informan bapak A Pheng, ensambel ini dipakai khusus dalam upacara persemayaman bagi masyarakat Tionghoa yang mengamalkan kepercayaan Taoisme.

Pengertian upacara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:994) adalah 1. tanda-tanda kebesaran, 2. peralatan menurut adat-istiadat, 3. rangkaian tindakan atau perbuatan yang terikat kepada aturan-aturan tertentu menurut adat atau agama, 4. perbuatan atau perayaan yang dilakukan atau diadakan sehubungan dengan peristiwa penting.

Istilah upacara pada penelitian ini merupakan sebuah kegiatan yang bersifat ritual. Hal ini penulis sesuaikan dengan pendapat Aryono Suyono dalam Hutahaen (1955:17) yang menguraikan tentang pengertian upacara ritual (ceremony) adalah:

(7)

1. Sistem aktifitas atau rangkuman tindakan yang ditata oleh adat atau hukum yang berlaku dalam masyarakat pada berbagai macam peristiwa wujud dari adat istiadat yang berhubungan dengan segala peristiwa tetap yang biasanya terjadi dalam masyarakat yang bersangkutan.

2. Suatu kegiatan pesta tradisional yang diatur menurut tata adat atau hukum yang berlaku dalam masyrakat dalam rangka memperingati peristiwa-peristiwa penting atau lain-lainnya dengan ketentuan adat yang berlaku.

Bing Yi Guan berasal dari bahasa Mandarin yang artinya “persemayaman”. Bing Yi Guan ini merupakan tradisi yang dilaksanakan apabila salah satu anggota keluarga masyarakat Tionghoa ada yang meninggal dunia. Upacara ini bisa dilangsungkan di rumah duka atau balai persemayaman. Biasanya karena pertimbangan praktis dan demi ketentraman lingkungan biasanya upacara ini dilangsungkan di balai persemayaman.

Masyarakat adalah suatu kesatuan manusia yang berinteraksi dan bertingkah laku sesuai dengan adat istiadat tertentu yang bersifat kontiniu, di mana setiap anggota masyarakat terikat suatu rasa identitas bersama (Koentjaraningrat, 1985:60).

Tionghoa adalah istilah yang dibuat sendiri oleh orang di Indonesia berasal dari kata zhonghua dalam bahasa mandarin. Zhonghua dalam dialek Hokkian dilafalkan sebagai Tionghoa.

Suku bangsa Tionghoa di Indonesia merupakan keturunan dari leluhur mereka yang berimigrasi secara periodik dan bergelombang sejak ribuan tahun

(8)

lalu. Catatan-catatan literatur Tiongkok menyatakan bahwa kerajaan-kerajaan kuno di Nusantara telah berhubungan erat dengan dinasti-dinasti yang berkuasa di Tiongkok. Faktor inilah yang kemudian menyuburkan perdagangan dan lalu lintas barang maupun manusia dari Tiongkok ke Nusantara dan sebaliknya.

Suku bangsa Tionghoa di Indonesia terbiasa menyebut diri mereka sebagai Tenglang (Hokkien), Tengnang (Tiochiu), atau Thongnyin (Hakka). Sedangkan dalam dialek Mandarin disebut Tangren (bahasa Indonesia : Orang Tang). Ini sesuai dengan kenyataan bahwa orang Tionghoa Indonesia mayoritas berasal dari Tiongkok Selatan yang menyebut diri mereka sebagai orang Tang, sedangkan Tiongkok Utara menyebut diri mereka sebagai orang Han (Hanzi, hanyu pinyin : hanren, bahasa Indonesia: Orang Han3).

Balai persemayaman Angsapura merupakan sebuah Yayasan Sosial masyarakat Tionghoa Medan yang terletak di jalan Waja No 2-4. Balai ini dibangun untuk wadah masyarakat Tionghoa terutama untuk persemayaman. Balai persemayaman Angsapura merupakan salah satu balai persemayaman yang terbesar dan tertua yang ada di kota Medan.

1.4.2 Teori

Teori dapat digunakan sebagai landasan kerangka berfikir dalam membahas permasalahan. Pembahasan yang utama dalam penelitian ini adalah berbicara tentang penggunaan dan fungsi musik ensambel Chui Ko dalam upacara Bing Yi Guan.

(9)

Dalam mendeskripsikan upacara Bing Yi Guan penulis memperhatikan yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (1980:241) pengertian upacara adalah suatu kelakuan keagamaan yang dilaksanakan menurut tata kelakuan yang baku sesuai dengan komponen keagamaan. Ada empat komponen upacara yaitu : tempat upacara, waktu upacara, benda-benda dan alat-alat upacara, orang-orang yang melaksanakan dan memimpin upacara.

Untuk memahami penggunaan dan fungsi musik yang disajikan dengan ensambel Chui Ko penulis berpedoman pada pendapat Alan P Merriam (1964:209-226) yang mengatakan bahwa penggunaan musik meliputi pemakaian musik dalam konteksnya atau bagaimana musik tersebut digunakan. Sedangkan fungsi menyangkut tujuan pemakaian musik dalam pandangan luas : mengapa musik tersebut digunakan demikian.

Menurut pendapat Alan P. Merriam (1964:217-218) ada beberapa yang berkenaan dengan penggunaan yaitu :

1. Penggunaan musik dengan kebudayaan material 2. Penggunaan musik dengan kelembagaan sosial 3. Penggunaan musik dengan manusia dan alam 4. Penggunaan musik dengan nilai-nilai estetika 5. Penggunaan musik dengan bahasa.

Sedangkan menurut pendapat beliau sedikitnya ada sepuluh fungsi musik yaitu :

1. Fungsi pengungkapan emosional 2. Fungsi pengungkapan estetis 3. Fungsi hiburan

(10)

4. Fungsi komunikasi 5. Fungsi perlambangan 6. Fungsi reaksi jasmani

7. Fungsi yang berkaitan dengan norma sosial 8. Fungsi pengesahan lembaga sosial

9. Fungsi kesinambungan kebudayaan 10. Fungsi pengintegrasian masyarakat.

1.5 Metode Penelitian.

Metode penelitian yang penulis gunakan dalam meneliti ensambel Chui Ko dalam upacara Bing Yi Guan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian yang bersifat deskriptif, bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan gejala atau kelompok tertentu atau untuk menentukan frekuensi atau penyebaran suatu gejala atau frekwensi adanya hubungan tertentu antara suatu gejala lain dalam masyarakat. Dalam hal ini mungkin sudah ada hipotesa-hipotesa, mungkin juga belum, tergantung dari sedikit banyaknya pengetahuan tentang masalah yang bersangkutan (Koentjaraningrat, 1991:29) Sedangkan menurut Hadari dan Mimi Martini (1994:176) penelitian yang bersifat kualitatif yaitu rangkaian kegiatan atau proses menjaring data atau informasi yang bersifat sewajarnya mengenai suatu masalah dalam kondisi aspek/bidang kehidupan tertentu pada objeknya. Penelitian ini tidak mempersoalkan sampel dan populasi sebagaimana dalam penelitian kuantitatif.

Dalam mengumpulkan data-data yang nantinya dapat digunakan untuk menjawab segala permasalahan yang ada, Nettl (1963:62-64) menawarkan dua

(11)

cara kerja yaitu kerja lapangan (field work) dan kerja laboratorium (desk work). Namun untuk dapat menerapkan kerja tersebut penulis menambahkan untuk melaksanakan studi kepustakaan.

1.5.1 Kerja Lapangan.

Kerja lapangan penulis lakukan dengan turun secara langsung ke lapangan untuk melakukan penelitian. Dalam kerja lapangan penulis melakukan pengamatan, wawancara, dan perekaman/pencatatan data. Selain itu penulis juga melaksanakan interaksi dengan para informan dan masyarakat setempat untuk mendukung mudahnya pelaksanaan penelitian. Sehingga dalam pengamatan, penulis dapat dikategorikan melakukan pengamatan terlibat, dimana seorang peneliti, dimana tetap bertindak sebagai out sider terhadap objek penelitian.

Kerja lapangan penulis laksanakan di balai persemayaman Angsapura Medan. Pemilihan lokasi penelitian ini berdasarkan pemikiran bahwa salah satu balai persemayaman masyarakat Tionghoa terbesar dan yang tertua adalah balai persemayaman Angsapura.

Untuk memudahkan pelaksanaan di dalam kerja lapangan penulis membagi dua bagian yaitu wawancara dan observasi.

1.5.1.1 Wawancara.

Salah satu tehnik pengumpulan data dalam penelitian adalah dengan tehnik wawancara, yaitu mendapatkan informasi dengan bertanya secara langsung kepada subjek penelitian. Sebagai modal awal penulis berpedoman pada pendapat Koentjaraningrat (1981:136) yang mengatakan :

(12)

"Kegiatan wawancara secara umum dapat dibagi tiga kelompok yaitu : persiapan wawancara, tehnik bertanya dan pencatatan data hasil wawancara."

Berdasarkan pendapat Koentjaraningrat tersebut, maka penulis juga mengacu pada pendapat Soehartono, (1995:67) "wawancara adalah tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara, jawaban responden akan dicatat atau direkam dengan alat perekam (tape recorder)".

Koentjaraningrat (1981:139) juga mengemukakan bahwa wawancara itu sendiri terdiri dari beberapa bagian yaitu:

Wawancara terfokus, bebas dan sambil lalu, Dalam wawancara terfokus diskusi berpusat pada pokok permasalahan. Dalam wawancara bebas diskusi langsung dari satu masalah ke masalah lain tetapi tetap menyangkut pokok permasalahan. Wawancara sambil lalu adalah diskusi langsung yang dilakukan untuk menambah/melengkapi data yang sudah terkumpul.

Sesuai dengan pendapat dari Koentjaraningrat dan Soehartono mengenai kegiatan wawancara maka penulis sebelum wawancara telah mempersiapkan hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan wawancara demi kelancaran seperti alat tulis, daftar pertanyaan dan tape recorder untuk merekam. Tehnik bertanya penulis kemukakan berdasarkan dari daftar pertanyaan dan pencatatan hasil wawancara penulis lakukan begitu mendapat jawaban dan yang tidak sempat dicatat masih bisa didengarkan dari hasil rekaman.

Wawancara penulis lakukan dengan beberapa orang yang menjadi populasi penelitian yaitu :

(13)

1. Wawancara dengan beberapa pengurus harian yayasan balai persemayaman Angsapura yaitu bapak yang bertujuan untuk mendapatkan data-data mengenai lokasi penelitian, larangan-larangan dan tata krama dan lain sebagainya yang sifatnya sikap yang harus diperhatikan oleh penulis dalam penelitian di lokasi tersebut.

2. Wawancara dengan salah satu Chai Kong yaitu Bapak A Heng, untuk mendapatkan informasi mengenai jalannya upacara

3. Wawancara dengan sebagai salah satu seorang seniman tradisional Tionghoa, Bapak A Pheng, untuk mendapatkan informasi mengenai penggunaan musik tradisional Tionghoa dalam upacara Bing Yi Guan.

4. Wawancara dengan petugas persemayaman, dimana petugas ini mempersiapkan kebutuhan selama upacara berlangsung. Mulai dari membersihkan mayat, melayani tamu yang melayat sampai kepada pemakaman atau pun kremasi.

Pada saat proses wawancara berlangsung penulis menerapkan metode wawancara bebas. Dimana pertanyaan-pertanyaan yang penulis ajukan kepada informan berlangsung dari satu masalah ke masalah lain tetapi tidak keluar dari topik permasalahan. Data-data dari hasil wawancara tersebut penulis rekam dalam tape recorder Sony PCN 150, dan menggunakan kaset Maxell durasi 60 menit.

1.5.1.2 Observasi

Observasi atau pengamatan, dapat berarti setiap kegiatan untuk melakukan pengukuran dengan menggunakan indera penglihatan yang juga

(14)

berarti tidak melakukan pertanyaan-pertanyaan (Soehartono, 1995:69). Dalam mengumpulkan data salah satu tehnik yang cukup baik untuk diterapkan adalah pengamatan secara langsung/observasi terhadap subyek yang akan diteliti Muhammad Ali (1987:25) mengatakan bahwa :

"Observasi adalah penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan terhadap subyek, baik secara langsung maupun tidak menggunakan tehnik yang disebut dengan pengamatan atau observasi".

Dalam hal ini penulis mengadakan beberapa kali observasi/pengamatan secara langsung penyajian Chui Ko pada upacara Bing Yi Guan.

1.5.2 Kerja Laboratorium.

Semua data yang telah diperoleh dari penelitian lapangan dan studi kepustakaan akan dianalisis untuk selanjutnya diadakan penyeleksian agar selesai dengan pembahasan sehingga menghasilkan suatu tulisan yang baik dalam melakukan penelitian, ketika terbenturnya pada masalah kekurangan data-data. Maka untuk mengatasi hal tersebut penulis mengadakan evaluasi ulang dan terkadang penulis juga melakukan wawancara dengan pengamatan ulang untuk memperoleh data yang akurat.

Pada saat kerja laboratorium, hasil rekaman juga penulis dengarkan secara berulang-ulang, kemudian dicatat untuk selanjutnya diklasifikasikan. Data rekaman yang mempergunakan bahasa asing, dicatat untuk kemudian penulis minta untuk diterjemahkan oleh informan.

(15)

1.5.3 Studi Kepustakaan.

Untuk mencari tulisan-tulisan pendukung, sebagai kerangka landasan berfikir dalam tulisan ini, adapun yang dilakukan adalah studi kepustakaan. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan literatur atau sumber bacaan, guna melengkapi dari apa yang dibutuhkan dalam penulisan dan penyesuaian data dari hasil penelitian lapangan. Sumber bacaan atau literatur itu dapat berasal dari penelitian yang sudah pernah dilakukan sebelumnya dalam bentuk skripsi. Selain itu sumber bacaan yang menjadi tulisan pendukung dalam penelitian penulis yaitu berupa buku, jurnal, dan berita dari situs-situs internet. Namun penulis mengalami kesulitan akan minimnya referensi dalam bentuk tulisan yang berhubungan dengan upacara Bing Yi Guan ataupun mengenai ensambel Chui Ko.

1.6 Pemilihan Lokasi Penelitian.

Lokasi penelitian berada di Balai Persemayaman Angsapura Medan Jl. Waja No. 2-4. Pemilihan lokasi penelitian ini karena sepanjang pengetahuan penulis tempat ini merupakan salah satu balai persemayaman yang terbesar dan tertua yang ada di kota Medan.

Tim kesenian yang penulis teliti juga berpusat di balai persemayaman ini. Sehingga sangat mempermudah penulis dalam membuat janji untuk wawancara. Bagi para informan mereka bisa diwawancarai pada sela-sela waktu istirahat.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mendapatkan nilai pasar wajar yang mewakili nilai dari kedua metode penilaian yang digunakan, dilakukan rekonsiliasi dengan terlebih dahulu melakukan

Pada diagram sankey dapat dilihat besarnya daya loss, hanya 10,78% saja yang diubah menjadi energi listrik, loss daya photovoltaic adalah 89,22% yang tidak dapat

Pada acara "pisah sambut" 2014, sekalipun SBY sudah tidak lagi berstatus sebagai Presiden, tetapi ia tetap meminta protokol Istana agar dialah yang

SMPN 24 Padang telah mengembangkan kegiatan lingkungan yang berbasis partisipatif diantaranya: a) Memelihara dan merawat gedung dan lingkungan sekolah oleh warga sekolah

Dengan potensi batubara Kalimantan seperti yang telah diuraikan di atas, maka dapat dipastikan realisasi pembangunan PLTU Madura tidak a kan mengala mi kesulitan

Pola pemanfaatan lahan hutan oleh masyarakat Pusungi dianalisis secara deskriptif dengan mengacu pada pengetahuan lokal responden dalam memanfaatkan sumber daya

Kemampuan pemecahan masalah siswa dengan karakteristik cara berpikir tipe SK: (1) menuliskan apa yang diketahui secara lengkap dan terurut, menuliskan apa yang ditanyakan dari

Seluruh kutu putih yang ditemukan tersebar pada 23 tanaman inang, yaitu: alpukat, belimbing, buah naga, duku, jambu air, jambu biji, jambu bol, jeruk manis, jeruk nipis, jeruk