• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

46 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SLB Negeri Karanganyar yang terletak di Jalan Kapten Mulyadi Komplek Perkantoran Kecamatan Cangakan kabupaten Karanganyar.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester dua (genap) tahun ajaran 2015/2016, lebih tepatnya sekitar bulan November sampai dengan Mei 2016. Pelaksanaan penelitian ini dibagi dalam 3 tahapan, yaitu:

a. Tahap Persiapan

Tahap ini meliputi observasi, pengajuan judul, penyusunan laporan penelitian, perizinan, persiapan validasi instrumen dan peralatan penelitian yang dilaksanakan pada bulan November 2015 sampai dengan Februari 2016.

b. Tahap Pelaksanaan

Tahap dilaksanakannya penelitian ini meliputi pelaksanaan baseline 1, pelaksanaan intervensi, pelaksanaan baseline 2 serta pengolahan dan analisis data yang dilaksanakan pada bulan Maret 2016.

c. Tahap Penyusunan Laporan

Tahap penyusunan laporan penelitian ini meliputi dilaksanakan pada bulan April 2016 sampai awal bulan Mei 2016.

B. Desain Penelitian

Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2007: 3). Pada penelitian ini, peneliti bermaksud memperoleh data mengenai data hasil belajar matematika operasi penjumlahan dan pengurangan pada siswa tunagrahita ringan kelas III C tahun ajaran 2015/2016.

(2)

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode penelitian eksperimen. Menurut Sugiyono (2007: 107), “Metode penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan”. Peneliti memilih menggunakan metode eksperimen ini karena peneliti ingin memperoleh data yang diperlukan dengan melihat hasil atau akibat dari suatu perlakuan dalam penggunaan media timbangan bilangan untuk meningkatkan hasil belajar matematika operasi penjumlahan dan pengurangan pada anak tunagrahita ringan kelas IIIC SLB Negeri Karanganyar.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan pendekatan Single Subject Research (SSR). Single Subject Research (SSR) merupakan metode subjek tunggal terhadap perilaku tertentu. Pendekatan ini bagian yang integral dari analisis tingkah laku. Tawney dan Gats (1984: 10) mengemukakan bahwa:

Single Subject Research design is an integral part of behavior analytic tradition. The term refers to a research strategy developed to document changes in the behavior of individual subject. Through the accurate selection an utilization of the family design, it is possible to deminstrate a functional between intervention and a changebehavior.

Dari pernyataan di atas dapat diartikan bahwa Single Subject Research (SSR) merupakan strategi penelitian yang dikembangkan untuk mendokumentasikan perubahan tentang tingkah laku subjek secara perseorangan. Melalui seleksi yang akurat dan pemanfaatan pola desain kelompok yang sama. Hal ini memungkinkan untuk memperlihatkan hubungan fungsional antara perlakuan dari perubahan tingkah laku.

Perlakuan tersebut dilakukan secara berulang dalam kurun waktu tertentu dengan menggunakan Desain A-B-A. Sunanto, J et al. (2006: 44), mengemukakan bahwa “Desain A-B-A ini menunjukkan adanya hubungan sebab akibat antara variabel terikat dan variabel bebas yang lebih kuat dibandingkan dengan desain A-B”. Desain A-B-A memiliki tiga tahap yaitu baseline-1 (A-1), intervensi (B), dan juga baseline-2 (A-2). Desain A-B-A ini bertujuan untuk mempelajari seberapa besar pengaruh dari suatu perlakuan terhadap variabel tertentu yang diberikan

(3)

kepada individu, dengan membandingkan kondisi baseline sebelum dan sesudah intervensi.

Gambar 3.1 Desain A – B – A

A-1 : Keadaan baseline -1 yaitu keadaan subjek sebelum mendapat treatment. Dalam hal ini menyangkut hasil belajar matematika operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan sebelum diberikan perlakuan menggunakan media timbangan bilangan. Sunanto et al (2005: 58) menyatakan bahwa baseline adalah kondisis di mana pengukuran target behavior dilakukan pada keadaan natural sebelum intervensi apapun.

B : Intervensi (treatment), yaitu suatu keadaan subjek diberi perlakuan yang diberikan secara berulang-ulang, dengan tujuan untuk melihat kondisi hasil belajar matematika operasi penjumlahan dan pengurangan setelah diberikan perlakuan dengan menggunakan media timbangan bilangan. Pada fase treatmen subjek diberi perlakuan dengan cara diberikan media timbangan bilangan untuk mengerjakan soal matematika penjumlahan dan pengurangan secara mandiri sesuai contoh.

A-2 : Merupakan pengulangan kondisi baseline 1 (A-1) yang dilakukan untuk mengetahui hasil intervensi yang diberikan kepada anak. Melalui fase ini

Baseline A1 Intervensi B Baseline A2

(4)

dapat diketahui peningkatan hasil belajar matematika operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan setelah diberi intervensi dengan media timbangan bilangan.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Arikunto (2007: 152) Subjek penelitian merupakan sesuatu yang sangat penting kedudukannya di dalam penelitian, subjek penelitian harus ditata sebelum peneliti siap mengumpulkan data. Subyek yang diambil adalah mereka yang secara aktif dalam kegiatan yang ada di tempat tersebut. Disini peneliti mengambil subyek dengan teknik sampling dari suatu populasi.

Menurut Sugiyono (2008: 115), “Populasi adalah wilayah generalisasi terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu. ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”. Sebagai suatu populasi, kelompok sebyek harus memiliki ciri atau karakteristik-karakteristik bersama yang membedakan dari kelompok subjek lain (Azwar, 1998: 77). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa tunagrahita kelas IIIC SLB Negeri Karanganyar tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah empat orang.

Sugiyono (2008: 116) berpendapat bahwa “sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Dalam penelitian ini peneliti mengambil satu dari empat anak sebagai sampel penelitian.

D. Teknik Pengambilan Sampel

Menurut Sugiyono (2003: 74-78). “Sampling adalah teknik pengambilan sample”. Teknik sampling sangatlah diperlukan dalam sebuah penelitian karena hal ini digunakan untuk menentukan siapa saja anggota dari populasi yang hendak dijadikan sampel. Untuk itu teknik sampling haruslah secara jelas tergambarkan dalam rencana penelitian sehingga jelas dan tidak membingungkan ketika terjun dilapangan.

Ada dua macam teknik pengambilan sampel menurut Sugiyono (2011: 62) yaitu: 1) Probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang memberikan

(5)

peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. 2) Nonprobability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Dilihat dari kemampuan dan hambatan pada masing masing anak tunagrahita di kelas yang akan peneliti gunakan berbeda beda, maka dari itu disini peneliti menggunakan teknik purposive sampling yang merupakan salah satu jenis dari nonprobability sampling.

Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2011: 68). Arikunto mengemukakan pendapatnya secara lebih rinci, (2010: 183) “Sampel bertujuan adalah sampel yang dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasar atas strata, random, atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Sependapat dengan pendapat Arikunto, menurut Margono (2010: 128), pemilihan sekelompok subjek dalam purposive sampling, didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Dengan kata lain unit sampel yang dihubungi disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan penelitian.

Disini, data yang diperoleh ada dua jenis yaitu data primer yang diperoleh dari subyek penelitian dan data dalam proses tindakan. Peneliti mengamati aktivitas semua siswa (subjek) dalam proses pembelajaran sebelum diberikan perlakuan, sedangkan data dalam proses tindakan diambil pada saat diberikan perlakuan.

Peneliti mencatat aktivitas semua siswa menggunakan instrumen lembar pengamatan dan peneliti melaksanakan penilaian dari hasil tes yang dikerjakan siswa. Data atau informasi yang dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian ini, sebagian besar berupa data kualitatif

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes sebagai tehnik pengumpulan data yang utama, sedangkan observasi dan dokumentasi

(6)

sebagai tehnik pengumpulan data pendamping. 1. Tes

Menurut Arikunto (2010: 193) tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Sedang menurut Bukhori seperti yang dikutip Arikunto (1992: 29) “tes yaitu suatu percobaan yang diadakan untuk mengetahui ada tidaknya hasil-hasil pelajaran tertentu pada seseorang murid atau kelompok murid”.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tes adalah suatu percobaan yang berupa pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.

Menurut Slameto (2001: 31), bahwa penggolongan tes menurut isi dan tujuannya dibedakan menjadi tiga yaitu :

a) Tes hasil belajar, yaitu tes yang menilai sampai dimana hasi belajar yang dicapai siswa, setelah mereka menjalani perbuatan belajar dalam waktu tertentu.

b) Tes diagnosa, ialah tes untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan siswa dalam pelajaran tertentu yang hasilnya digunakan untuk membentu siswa tersebut dalam mengatasi kesulitannya dalam pelajaran tersebut.

c) Tes psikologis, yaitu tes yang digunakan untuk mengetahui kemampuan psikologis siswa, terutama ciri-ciri kepribadiannya yangdapat digunakan untuk membantu apabila dia mengetahui kesulitan yang berhubungan dengan ciri-ciri tersebut. Tes psikologis meliputi : tes kecerdasan, tes minat, tes sikap, tes bakat khusus, dan tes kepribadian.

Peneliti mengambil kesimpulan bahwa peneliti menggunakan tes hasil belajar dengan jenis tes tertulis, dan bentuk tes uraian seperti yang sehari-hari diberikan oleh guru agar hasilnya seperti pada keadaan sesungguhnya, sedangkan penilaiannya tiap satu nomor dengan jawaban benar akan mendapat skor 1, dan jawaban yang salah mendapat skor 0, tes ini digunakan untuk memperoleh data hasil belajar matematika operasi penjumlahan dan

(7)

pengurangan. Tes diberikan kepada siswa SLB Negeri karanganyar kelas IIIC, adapun jumlah tes yang diberikan sebanyak 15 soal.

Sedang pelaksanaan tes terbagi dalam dua tahapan yatu : 1) Tes yang dilaksanakan sebelum siswa diberikan perlakuan dengan media timbangan bilangan, tes ini diberikan untuk mengetahui kemampuan awal siswa (baseline-1). 2) Tes yang dilaksanakan setelah siswa diberikan perlakuan dengan media timbangan bilangan, tes ini digunakan sebagai dasar pengukuran sejauh mana pengaruh pengajaran individual yang menggunakan media timbangan bilangan (baseline-2). Berikut adalah kisi kisi tes yang akan diberikan ke siswa:

Tabel 3.1 Kisi-kisi Tes Penjumlahan dan Pengurangan

KD Indikator Nomor Soal Banyak soal (%) Melakukan penjumlahan dan pengurangan sampai 50 1. Menghitung penjumlahan satuan dengan satuan

1,2 2 13,33

2. Menghitung penjumlahan satuan dengan puluhan

3,4 2 13,33

3. Menghitung penjumlahan puluhan dengan puluhan

5,6,7 3 20

4. Menghitung pengurangan satuan dengan satuan

8,9 2 13,33

5. Menghitung pengurangan satuan dengan puluhan

10,11,12 3 20 6. Menghitung pengurangan

puluhan dengan puluhan

13,14,15 3 20

Jumlah soal 15 Soal 100 %

2. Observasi

Observasi ini dilakukan untuk mengamati secara langsung proses dan dampak pembelajaran yang diperlukan untuk menata langkah-langkah perbaikan agar lebih efektif dan efisien. Observasi dipusatkan pada proses dan hasil tindakan pembelajaran beserta peristiwa-peristiwa yang melingkupinya. Langkah-langkah obsevasi meliputi : (1) perencanaan, (2) pelaksanaan observasi kelas, dan (3) pembahasan balikan.

Pada tahap perencanaan, diperhatikan mengenai urutan kegiatan observasi dan penyamaan persepsi antara pengamat dan yang diamati

(8)

mengenai fokus, kriteria, atau kerangka pikiran interpretasi, di samping teknik observasi yang akan dilakukan. Pada tahap pelaksanaan observasi kelas, peneliti mengamati proses pembelajaran dan mengumpulkan data mengenai segala sesuatu yang terjadi pada proses pembelajaran, baik yang terjadi pada guru, siswa maupun situasi kelas. Pada tahap dikusi balikan, membahas hasil pengamatan selama observasi dalam situasi yang saling mendukung (mutally supportive).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik observasi partisipatif secara lengkap dan tertutup, dimana peneliti terlibat langsung dalam kegiatan narasumber atau subjek tetapi narasumber tidak mengetahui jika mereka sedang diamati. Teknik ini juga dapat disebut dengan teknik observasi langsung (direct observation). Observasi langsung (direct observation) adalah observasi yang dilakukan tanpa perantara (secara langsung) terhadap objek yang diteliti. Slamet dan Suwarto (2007: 44) mengemukakan pengamatan tertutup adalah pengamatan yang pengamatnya beroperasi dan mengadakan pengamatan tanpa diketahui oleh subyeknya.

Sebelum kegiatan observasi dilaksanakan, peneliti perlu membuat pedoman observasi untuk memudahkan peneliti saat berada di lapangan. Pedoman observasi disusun berdasarkan kajian teori, digunakan untuk mengamati siswa tunagrahita, guru kelas, serta suasana di sekitar kelas. Observasi tersebut dilakukan oleh peneliti untuk mengamati guru serta aktivitas siswa tanpa mengganggu kegiatan siswa secara individu.

Lembar observasi berisi daftar jenis kegiatan yang diamati, dalam proses observasi pengamat tinggal memberikan tanda ( √ ) pada kolom nilai yang tersedia. Dalam penelitian ini menggunakan tiga lembar observasi yaitu lembar observasi siswa, lembar observasi kegiatan di kelas, dan lembar observasi suasana sekelas dan sekitarnya. Untuk memudahkan proses penelitian, peneliti membuat instrumen penelitian sebagai berikut:

(9)

Tabel 3.2 Panduan Observasi

No Aspek yang Diamati Sub Aspek yang Diamati 1. Komponen

pelaksanaan pembelajaran bagi tunagrahita

a. Kejelasan materi yang diberikan kepada siswa tunagrahita.

b. Metode yang digunakan pada saat pembelajaran bagi tunagrahita.

c. Penggunaan media selama proses pembelajaran bagi siswa tunagrahita. 2. Respon positif

terhadap bahan ajar

a. Hasil pekerjaan siswa terhadap latihan – latihan soal yang ada pada bahan ajar. b. Perhatian siswa terhadap bahan ajar yang

digunakan.

c. Interaksi dan motivasi siswa dalam belajar.

F. Validasi dan Reabilitas Instrumen

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukam fungsi ukurannya Validitas di sini berkenaan dengan ketepatan alat atau instrumen yang digunakan dalam penelitian terhadap konsep yang akan dinilai. Adapun pendapat Arikunto (2010: 211) yang merumuskan validitas sebagai suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Anderson, (Arikunto, 2008 :65) menyatakan bahwa “Instrumen yang valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur”.

Menurut Sudijono (2009) terdapat berbagai jenis validitas, antara lain: 1. Validitas Isi (Content Validity)

Validitas isi dari suatu tes hasil belajar adalah validitas yang diperoleh setelah dilakukan penganalisisan, penelususran atau pengujian terhadap isi yang terkandung dalam tes hasil belajar tersebut. Validitas isi adalah yang ditilik dari segi isi tes itu sendiri sebagai alat pengukur hasil belajar

2. Validitas konstruksi (Construct Validity)

Validitas konstruksi dapat diartikan sebagai validitas yang dilihat dari segi susunan, kerangka atau rekaannya. Tes yang telah memiliki validitas konstruksi, apabila tes hasil belajar tersebut telah dapat dengan secara tepat mencerminkan suatu konstruksi dalam teori psikologis.

(10)

3. Pengujian Validitas Tes Secara Empirik

Validitas empirik adalah ketepatan mengukur yang didasarkan pada hasil analisis yang bersifat empirik. Dengan kata lain, validitas empirik adalah validitas yang bersumber pada atau diperoleh atas dasar pengamatan di lapangan.

4. Validitas ramalan (Predictive validity)

Validitas ramalan adalah suatu kondisi yang menunjukkan seberapa jauhkah sebuah tes telah dapat dengan secara tepat menunjukkan kemampuannya untuk meramalkan apa yang bakal terjadi pada masa mendatang.

5. Validitas bandingan (Concurrent Validity)

Tes sebagai alat pengukur dapat dikatakan telah memiliki validitas bandingan apabila tes tersebut dalam kurun waktu yang sama dengan secara tepat mampu menunjukkan adanya hubungan yang searah, antara tes pertama dengan tes berikutnya.

Guna mengetahui ketepatan instrumen mengenai hasil belajar matematika operasi penjumlahan dan pengurangan, maka peneliti menggunakan validitas isi dan konstruksi dengan teknik penilaian ahli (judgement experts). Validitas dengan teknik penilaian dari para ahli ini dilakukan untuk menentukan apakah instrumen yang dibuat sesuai dengan tujuan pengajaran dan sasaran yang akan dinilai. Berikut para ahli yang terlibat dalam melakukan penilaian judgement:

Tabel 3.3 Validator Ahli

No Nama Ahli Jabatan

1. Drs Gunarhadi, M.A, Ph.D Dosen PKh UNS

2. Priyono, S.Pd, M.Si Dosen PKh UNS

3. Dra Siti Kamsiyanti, M.Pd Dosen PGSD UNS

4. Jahning Agustina, S.Pd Guru Kelas IIIC SLB Negeri Karanganyar

Reliabilitas berasal dari kata reliability. Arti dari kata reliability (reliabilitas) adalah keajegan pengukuran. Reabilitas sebenarnya mengacu kepada

(11)

konsistensi atau keterpercayaan hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukuran (Azwar, 2005: 83). Arikunto mempenjrlaskan pendapatnya lebih rinci (2010: 221), reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Hal ini didukung oleh pendapat Azwar (2005: 83) “Pengukuran instrumrn yang tidak reliabel akan menghasilkan skor yang tidak dapat dipercaya karena perbedaan skor yang terjadi di antara individu lebih ditentukan oleh faktor eror (kesalahan) daripada faktor perbedaan yang sesungguhnya”.

Menurut Popham dalam Ary Donald (2010: 242-246), reliabilitas dibagi menjadi empat, yaitu: reliabilitas test-retest, reliabilitas alternatif, reliabilitas konsistensi internal, reliabilitas antar penilai (inter-rater-reliability). Apabila pengukuran tes berpijak pada penilaian subjektif, maka penting untuk dilakukan pengukuran kesesuaian antar pengamat atau penilai ketika terjadi perbedaan skor dalam tes. Reliabilitas Antar Penilai (Inter-rater atau Inter-observer Reliability) adalah ukuran reliabilitas berdasarkan konsistensi penilaian dua responden berbeda terhadap suatu konstruk, karena belum tentu pengamat manusia menafsirkan jawaban dengan cara yang sama. Dua responden yang berbeda diminta memberikan tanggapan untuk kasus yang sama. Jika kedua responden memberi tanggapan yang seragam maka instrumen dinyatakan reliabel. Dalam penelitian ini peneliti memilih menggunakan reabilitas inter-rater realibility yang dirasa cocok untuk diterapkan.

G. Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul, (Sugiyono,2011: 207). Sementara itu Sunanto (2006: 65) mengemukakan bahwa “Analisis data merupakan tahap terakhir sebelum penarikan kesimpulan”. Penelitian ini menggunakan teknik analisis statistik deskriptif. Menurut Sugiyono (2011: 207) mengemukakan bahwa statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebegaimana

(12)

adanya, tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan grafik, seperti yang dikemukakan oleh Sunanto (2006: 38) bahwa “Grafik memiliki peranan penting pada saat menganalisis data dalam penelitian modifikasi perilaku dengan disain subjek tunggal”. Menurut Sunanto (2006: 30), mengemukakan beberapa komponen dalam membuat grafik diantaranya adalah:\

a. Absis adalah sumbu X yang merupakan sumbu mendatar yang menunjukkan satuan untuk waktu (misalnya sesi, hari, dan tanggal)

b. Ordinat adalah sumbu Y merupakan sumbu vertikal yang menunjukkan satuan untuk variabel terikat atau perilaku sasaran (misalnya persen, frekuensi, dan durasi)

c. Titik awal merupakan pertemuan antara sumbu X dengan sumbu Y sebagai titik awal skala.

d. Skala garis-garis pendek pada sumbu X dan sumbu Y yang menunjukkan ukuran (misalnya, 0%, 25%, 50%, dan 75%).

e. Label kondisi, yaitu keterangan yang menggambarkan kondisi eksperimen, misalnya baseline atau intervensi.

f. Garis perubahan kondisi, yaitu garis vertikal yang menunjukkan adanya perubahan dari kondisi ke kondisi lainnya, biasanya dalam bentuk garis putus-putus.

g. Judul grafik judul yang mengarahkan perhatian pembaca agar segera diketahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.

Setelah data terkumpul, selanjutnya data dianalisis dengan perhitungan tetentu, perhitungan ini di dalamnya dilakukan dengan cara menganalisis data dalam kondisi dan antarkondisi.

Analisis dalam kondisi adalah analisis perubahan data dalam suatu kondisi, misalnya kondisi baseline atau kondisi intervensi. Diadaptasi dari pendapat Sunanto (2006: 68-70), mengemukakan beberapa komponen yang akan dianalisis dalam kondisi meliputi:

(13)

a. Panjang kondisi

Panjang kondisi adalah banyaknya data dalam suatu kondisi juga menggambarkan banyaknya sesi yang dilakukan pada kondisi tersebut.

b. Kecenderungan arah

Kecenderungan arah digambarkan oleh garis lurus yang melintasi semua data dalam suatu kondisi dimana banyaknya data yang berada di atas dan di bawah garis tersebut sama banyak.

c. Tingkat stabilitas (level Stability)

Tingkat stabilitas menunjukkan tingkat homogenitas data dalam suatu kondisi. d. Tingkat perubahan (level change)

Tingkat perubahan menunjukkan besarnya perubahan antara duadata. e. Jejak data (datapath)

Jejak data merupakan perubahan dari data atau ke data lain dalam suatu kondisi.

f. Rentang

Rentang dalam sekelompok data pada suatu kondisi merupakan jarak antara data pertama dengan data terakhir.

Analisis antar kondisi menurut Sunanto (2006: 72-76) terkait dengan beberapa komponen utama diantaranya meliputi:

a. Variabel yang diubah

Dalam analisis data antar kondisi sebaiknya variabel terikat atau perilaku sasaran difokuskan pada satu perilaku.

b. Perubahan kecenderungan arah dan efeknya

Perubahan kecenderungan arah grafik antar kondisi memungkinkan: (a) mendatar ke mendatar, (b) mendatar ke menaik, (c) mendatar ke menurun,(d) menaik ke menaik, (e) menaik ke mendatar, (f) menaik ke menurun, (g) menurun ke menaik, (h) menurun ke mendatar, (i) menurun ke menurun. c. Perubahan stabilitas dan efeknya

Stabilitas data menunjukkan tingkat kestabilan perubahan dari sederetan data. d. Perubahan level data

(14)

e. Data yang tumpang tindih (overlap)

Data yang tumpang tindih antara dua kondisi adalah terjadinya data yang sama pada kedua kondisi tersebut.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data tersebut adalah sebagai berikut:

a. Menskor hasil pengukuran kondisi baseline-1 (A-1) pada setiap sesi

b. Menskor hasil pengukuran kondisi treatment/intervensi (B) pada setiap sesi. c. Menskor hasil pengukuran kondisi baseline-2 (A-2) pada setiap sesi

d. Membuat tabel penilaian untuk skor yang telah diperoleh pada baseline-1(A-1), intervensi (B) dan baseline-2 (A-2) dari setiap sesi.

e. Menjumlahkan skor pada kondisi baseline-1 (A-1), intervensi (B) dan baseline-2 (A-2) dari setiap sesi.

f. Membandingkan hasil skor pada kondisi baseline-1 (A-1), intervensi (B), dan baseline-2 (A-2).

H. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini terdiri dari 3 tahap. Tahap tersebut ialah baseline-1, intervensi, dan baseline-2. Tiap tahap dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai yaitu untuk melihat hasil belajar matematika operasi penjumlahan dan pengurangan dilakukan tes. Berikut prosedur pelaksanaanya:

1. Baseline-1 (A-1)

Pada fase baseline-1 ini, pengukuran dilakukan sebanyak empat sesi, dimana setiap sesi dilakukan pada hari yang berbeda, adalah sebagai berikut: a. Pertama, mengkondisikan siswa dalam kondisi dan situasi yang

memungkinkan untuk dilakukan tes agar siswa lebih berkonsentrasi dalam keadaan yang nyaman.

b. Kedua, melakukan tes kinerja dengan memberikan instrument berupa soal yang berhubungan dengan penjumlahan dan pengurangan bilangan.

c. Ketiga, mengamati siswa saat melakukan tes menggunakan instrument yang tersedia.

(15)

d. Setelah dilakukan tes terhadap siswa, selanjutnya peneliti memasukan data yang diperoleh ke dalam format pencatantan data.

2. Intervensi (B)

Pada tahap ini, dilakukan melalui teknik pembelajaran matematika menggunakan media timbangan bilangan yang sudah dipersiapkan.Dalam melakukan intervensi, fase yang dilakukan adalah sebanyak delapan sesi. Adapun langkah yang dilakukan sebagai berikut:

a. Peneliti mengkondisikan siswa, agar siswa siap menerima materi intervensi dari peneliti. Setelah siswa dirasa siap, peneliti memberikan langkah-langkah dalam teknik menggunakan timbangan bilangan.

b. Peneliti memberikan arahan dalam teknik melakukan perhitungan menggunakan timbangan bilangan yang harus dilakukan oleh siswa. Kemudian peneliti mempersiapkan alat yang harus digunakan.

c. Siswa melakukan kegiatan berhitung menggunakan media timbangan bilangan.

3. Baseline-2 (A-2)

Peneliti memberikan tes kinerja kembali kepada subjek peneliti seperti pada baseline-1 (A-1) adalah sebanyak empat sesi. Dengan menggunakan format tes melalui prosedur pelaksanaan yang sama, diharapkan dapat ditarik kesimpulan dari hasil keseluruhan peneliti yang telah dilakukan.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Implementasi kebijakan program PDPM dari hasil olahan wawancara dan

Dengan membaca masalah pada teks, siswa dapat mengidentifikasi saran yang mungkin diberikan untuk penyelesaian masalah (sederhana) dengan tepat?. Setelah mengidentifikasi saran

Laporan akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Diploma tiga pada jurusan teknik mesin Politeknik Negeri Sriwijya

Telah banyak penelitian menyatakan bahwa tingkat adopsi teknologi konservasi tanah dan air akan meningkat saat suatu bentuk yang tepat dari modal sosial seperti kerjasama,

Abstrak: Penerapan Model Pembelajaran Creative Problem Solving and IDEAL Problem Solving Berbasis Pengalaman Nyata (Experiencing) Ditinjau dari Motivasi

46 Tahun 2014 Pasal 18 ayat (2) yang ditentukan menurut peristiwa nikah dan rujuk perbulan, dan kondisi geografis, maka KUA Kecamatan Selopuro berada di tipologi

mengetahui produktivitas ideal dan keseluruhan tukang pasang batu bata dengan menggunakan Method Productivity Delay Model (MPDM) dan, mencoba menghitung seberapa

Pada waktu dan tempat tersebut diatas, berawal saat terdakwa MULYADI mengemudikan 1 (satu) unit mobil penumpang CV Sabrina Sejahtera warna putih dengan Nomor