• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. lebih diarahkan untuk memberikan pelayanan publik. Perkembangan terus terjadi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. lebih diarahkan untuk memberikan pelayanan publik. Perkembangan terus terjadi"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Pos Indonesia telah beberapa kali mengalami perubahan status mulai dari Jawatan PTT (Post, Telegraph dan Telephone). Badan usaha yang dipimpin oleh seorang Kepala Jawatan ini operasinya tidak bersifat komersial dan fungsinya lebih diarahkan untuk memberikan pelayanan publik. Perkembangan terus terjadi

hingga statusnya menjadi Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi (PN Postel). Terjadinya perkembangan zaman dimana sektor pos dan

telekomunikasi berkembang sangat pesat, maka pada tahun 1965 berganti menjadi Perusahaan Negara Pos dan Giro (PN Pos dan Giro), dan pada tahun 1978 berubah menjadi Perum Pos dan Giro yang sejak itu ditegaskan sebagai badan usaha tunggal dalam menyelenggarakan dinas pos dan giro pos baik untuk hubungan dalam maupun luar negeri. Selama 17 tahun berstatus Perum, maka pada Juni 1995 berubah menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT Pos Indonesia (Persero).

Dengan berjalannya waktu, Pos Indonesia kini telah mampu menunjukkan kreativitasnya dalam pengembangan bidang perposan Indonesia dengan

memanfaatkan insfrastruktur jejaring yang dimilikinya yang mencapai sekitar 24 ribu titik layanan yang menjangkau seluruh kota/kabupaten, hampir seluruh kecamatan dan 42 persen kelurahan/desa, dan 940 lokasi transmigrasi

(2)

teknologi, jejaring Pos Indonesia sudah memiliki 3.700 Kantorpos online, serta dilengkapi elektronic mobile pos di beberapa kota besar dimana salah satu pos cabang nya adalah pos Indonesia cabang denpasar. Semua titik merupakan rantai yang terhubung satu sama lain secara solid & terintegrasi. Sistem Kode Pos diciptakan untuk mempermudah processing kiriman pos dimana tiap jengkal daerah di Indonesia mampu diidentifikasi dengan akurat.

Kemajuan PT pos sangat di pengaruhi oleh kinerja baik dari karyawannya. Kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai oleh seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi dalam kurun waktu tertentu, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika. Berdasarkan pengertian ini sebenarnya terdapat hubungan yang erat antara kinerja perorangan (individual performance) dengan kinerja lembaga (institusional performance). Selain itu, kinerja karyawan adalah tingkat pencapaian persyaratan kerja. Prawirosentono (1985). Kemajuan kinerja yang semakin menanjak ini terlihat melalui perubahan perum pos dan giro menjadi PT pos Indonesia (persero). Dimana perubahan ini menimbulkan perubahan gaya kepemimpinan yang pada awalnya karyawan hanya menunggu dan melaksanakan perintah atasan yang sudah di sesuaikan dari awal kini di tuntut untuk berkreasi dan berinovasi untuk memajukan prusahaannya. Perubahan system kepemimpinan menjadi system kepemimpinan transformasional ini menimbulkan kinerja yang lebih baik dari sebelumnya, hal ini bisa di lihat dengan adanya perubahan manajemen dan pergerakan PT Pos yang bukan saja bergerak

(3)

di bidang pengiriman, Pos Indonesia saat ini telah berhasil melakukan perubahan yang luar biasa sehingga Pos Indonesia memasuki Era Baru yang sejak lama dinanti-nantikan. Dari sekian banyak perubahan yang telah dilakukan oleh Manajemen Pos Indonesia yang pada saat itu dipimpin oleh Dr. I Ketut Mardjana, Postshop ialah salah satu karya nyata yang sangat membanggakan.. Postshop adalah gerai pos Indonesia yang bergerak di bidang perdagangan jual beli yang menggunakan sistem kemitraan.

Dari peningkatan kinerja yang terjadi di pos Indonesia sangat jelas peran dari seorang pemimpin hal ini juga di buktikan dengan Hasil penelitian yang di lakukan oleh Supriyanto dan Troena (2012), menunjukkan bahwa kepemimpinan transformasional memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja. Sejalan dengan penelitian tersebut, Gibson et al (2009) meyakini pentingnya pemimpin untuk meningkatkan kesejahteraan dan kefektifan organisasi. Pemimpin dalam sebuah organisasi memegang peranan yang sangat penting terutama kaitannya dengan pencapaian tujuan organisasi. Berhasil tidaknya organisasi mencapai tujuannya ditentukan oleh kemampuan pemimpin dalam menggerakkan dan mengarahkan bawahannya dalam rangka mencapai tujuan organisasi.

Pimpinan PT. Post Indonesia Divisi III Denpasar, sebagai pengelola dengan fungsi eksekutif dan kepemimpinan, perlu meluruskan kemampuan internalnya dalam merespon berbagai kebutuhan yang mendesak dari lingkungannya. Masa depan masyarakat Indonesia menuju masyarakat industri meminta penanganan dari tenaga profesional, demikian pula dalam

(4)

penyelenggaraan sistem post. Pimpinan pos harus memahami perspektif-perspektif dalam merumuskan program-program post, memahami tujuan dan maksud yang sedang dikejar oleh usaha pembangunan serta masalah dan isu yang terlibat didalamnya.

Dalam era pembangunan, perhatian hendaknya terpusat pada peranan pos sebagai pelaku perubahan dengan fokus pada pengubahan manusia. Oleh sebab itu para administrator harus menyambut hal tersebut dengan senang hati, menghargai, menggalakkan, bahkan memulai sendiri perubahan-perubahan tersebut. Perubahan akan lebih mudah terjadi di dalam lingkungan di mana keaslian, kreativitas, inovasi dan perubahan dihargai, bukan tradisi konservatisme atau konformitas. Kepemimpinan yang efektif bagi perubahan datang dengan sendirinya dari orang-orang yang ingin tumbuh dan berfungsi sepenuhnya (Rohiat, 2008: 2).

Untuk menggerakkan sebuah institusi efektif ke arah yang lebih maju kepemimpinan transformasional perlu dikaji lebih dalam untuk diterapkan dalam mengelola institusi. Kepemimpinan transformasional sebagai pendekatan kepemimpinan abad 21 ditandai oleh perubahan paradigma dan restrukturisasi lembaga. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Winanti (2005:119) pada kepala sekolah dasar perempuan di sekolah dasar Denpasar Timur yang berjudul : Studi Kepemimpinan Transformasional Para Kepala Sekolah Perempuan dan Implementasi Dimensi Sosiokultural dalam Hubungannya dengan Moral Kerja Guru Sekolah Dasar di Denpasar Timur menyatakan bahwa kepemimpinan transformasional para kepala sekolah perempuan mempunyai hubungan yang positip dan signifikan dengan moral kerja guru. Jadi dapat dikatakan

(5)

kepemimpinan transformasional adalah kepemimpinan masa depan yang lebih cerah dan efektif dalam menghadapi era globalisasi dan modernisasi. Kepemimpinan transformasional dapat diperlihatkan oleh siapa saja dalam organisasi pada jenis posisi apa saja, dapat menyangkut orang-orang yang mempengaruhi teman-teman sejawatnya, bisa terjadi antara atasan dan bawahan.

Kepemimpinan transformasional terdiri atas tiga komponen yakni: karisma, stimulasi intelektual (intelectual stimulation),dan perhatian yang individualisasi (individuvidualized consideration). Bass & Silin dalam Rumtini, (2002: 32) mengatakan unsur-unsur karisma antara lain seorang pemimpin harus mampu menjadi panutan atau pigur memberi penghargaan kepada staf yang berprestasi, unsur-unsur konsiderasi individual antara lain: seorang pemimpin memandang perbedaan tiap invividu, karena masing-masing staf memiliki perbedaan kepentingan dan pengembangan diri yang berbeda satu sama lain, dan memberi kebebasan berpendapat. Unsur-unsur stimulasi intelektual antara lain: seorang pemimpin mampu menyelesaiakan masalah dengan cara-cara baru dan suka memaafkan.

Kehidupan berkembang makin kompetitif dan mengglobal dengan perubahan di berbagai aspek. Aturan kerja pun ikut berubah berdasarkan cara baru, tidak hanya berdasarkan tingkat kepandaian atau pelatihan dan pengalaman, tetapi juga berdasarkan seberapa baik pekerja itu mengendalikan emosinya untuk mengelola diri sendiri dan berhubungan dengan orang lain. Aturan kerja tersebut diperkirakan dapat menjadikan seorang untuk keberhasilan yang memuaskan dirinya, orang lain, dan organisasinya terutama dalam kepemimpinan. Sanusi

(6)

dalam (Rohiat, 2008:29) mengemukakan, segala sesuatu makin heterogen dan komplek banyak peluang untuk kerja sama, tetapi tidak jarang justru mengarah pada tumpang tindih, pembrontakan, pertentangan dan kesemerawutan. Ada yang bertahan hidup, terkulai bahkan mati. Menghadapi lingkungan seperti itu, orang makin membutuhkan kecerdasan rasional dan emosional dalam memilih, mempertahankan dan mengembangkan nilai-nilai kategorikal dan instrumental. Proses tersebut berkaitan erat kemampuan menggunakan metode-metode berpikir dan bertindak yang paling relevan.

Cara kerja baru tersebut mencakup kemampuan intelektual dan seluk beluk teknik yang memadai untuk mengerjakan tugas-tugas dan memusatkan perhatian pada kualitas pribadi seperti inisiatif dan empati, adaptabilitas, kemampuan persuasif, integritas dan autentisitas. Cara kerja baru tersebut mengikutsertakan kecerdasan emosional.

Kecerdasan emosional merupakan suatu bagian dari daya manusia yang mulai diyakini keampuhannya seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Suistana (2006) pada guru sekolah dasar di kota Tabanan yang berjudul: Hubungan Antara Intelegensi, Kecerdasan Emosi, dan Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Kreativitas Guru Sekolah Dasar Di Kota Tabanan menyatakan bahwa variabel prediktor yang diteliti, yakni intelegensi, kecerdasan emosi, dan gaya kepemimpinan kepala sekolah baik secara terpisah maupun secara simultan berhubungan secara signifikan dengan kreativitas guru pada sekolah dasar di Kota Tabanan.

(7)

Emosi dan pikiran adalah dua bagian dari suatu keseluruhan. Itulah sebabnya, istilah yang baru-baru ini diciptakan untuk menggambarkan kecerdasan hati adalah hati. Emosi, dengan istilah negatifnya emosional pada kebiasaan kehidupan seseorang dan masyarakat kini telah mendapat rekayasa dari para ahli ilmu pengetahuan yang menghasilkan nuansa baru. Hal tersebut sudah sekian lama menekankan pentingnya nilai dan makna rasional murni yang menjadi tolok ukur Kecerdasan Intelektual dalam kehidupan manusia.

Seorang pemimpin sangat perlu untuk mengembangkan kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional adalah kemampuan mengendalikan, memahami dan dengan efektif menerapkan kekuatan dan ketajaman emosi sebagai sumber energi, informasi dan pengaruh. Seorang pimpinan dalam menjalankan tugasnya harus memiliki kemampuan mengendalikan, memahami dan menerapkan kekuatan dan ketajaman emosinya sebagai sumber energi, informasi, koneksi, dan pengaruh dalam mengelola sekolahnya sehingga akan memberikan kontribusi terhadap pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

Dalam memajukan kinerja karyawan, dibutuhkan seorang pemimpin yang cerdas dalam segala hal, bukan hanya cerdas intelektual saja tetapi kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual yang tinggi pula. Dengan kecerdasannya, manusia dapat terus menerus mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidupnya yang semakin kompleks, melalui proses berfikir dan belajar secara terus menerus. Pada jaman dahulu cerdas atau tidaknya seseorang sangat berorientasi pada Kecerdasan Intelektual seseorang tanpa melihat dari segi Kecerdasan Emosional dan

(8)

Kecerdasan Spiritual. Goleman (2006), menyatakan pengaruh Kecerdasan Intelektual hanyalah sebesar 20% saja, sedangkan 80% dipengaruhi oleh faktor lain termasuk di dalamnya adalah kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ). Pada kenyataannya di jaman era globalisasi saat ini, untuk memajukan perusahaan diperlukan pengukuran dari tiga aspek kecerdasan karena tiga aspek kecerdasan ini (kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual) merupakan aspek yang sangat berkaitan.hal ini di buktikan dari Hasil penelitian yang di lakukan oleh Sariakin (2005), menunjukkan bahwa kecerdasan intelektual memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap gaya kepemimpinan transformasional, dari hasil penelitian yang di lakukan oleh Suprianto dan Troena (2012) yang menunjukkan bahwa Kecerdasan emosional memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kepemimpinan transformasional, dan hasil penelitian Suryanto (2007) yang menyatakan bahwa kecerdasan spiritual berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepemimpinan transformasional.

Intellegence Quotient (IQ) merupakan kecerdasan yang umumnya kita kenal yaitu kecerdasan setiap manusia untuk menganalisis, berfikir secara logika, menggunakan bahasa, mengartikan visual kita dan mengartikan apa yang indra kita tangkap. Emotional Quotient (EQ) merupakan kecerdasan dalam mengendalikan emosi, bagaimana seseorang menyadari dikala emosinya bereaksi dengan kondisi dan situasi teretentu. Sedangkan Spiritual Quotient (SQ) merupakan kecerdasan dalam memahami hubungan dengan kekuatan yang lebih

(9)

tinggi dari manusia, yaitu Tuhan. Saat ini, kecerdasan spiritual dianggap menjadi salah satu yang terpenting dan mendasari seluruh kecerdasan lainnya karena kecerdasan ini menjadi sumber panduan dari dua kecerdasan lainnya. Kecerdasan spiritual mewakili dorongan dari diri manusia untuk mencari dan hubungan dengan Yang Maha Kuasa. Pernyataan tersebut didukung oleh pendapat Suryanto (2007), yang menyatakan pemimpin hendaknya memiliki spiritualitas yang meliputi transformasi spiritual dan mencari nilai-nilai luhur di tempat kerja. Menurut peneliti kecerdasan spiritual juga membantu manusia untuk memberikan arah atau seringkali kita sebut kompas hidup kita. Dengan adanya kecerdasan spiritual maka manusia memiliki kerinduan untuk mencari arti, visi dan nilai dari kehidupan sehingga manusia memiliki kemampuan untuk bermimpi dan berjuang untuk kehidupan yang dicita-citakan.

Dari ketiga aspek tersebut yaitu Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual dan dengan di dukung dengan beberapa penelitian terdahulu, menurut peneliti sangat berpengaruh terhadap kepemimpinan transformasional dan kinerja perusahaan khususnya PT Pos Indonesia Cabang Denpasar.

Pada penelitian ini, peneliti ingin menganalisis pengaruh Kecerdasan Spiritual, Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Intelektual terhadap kepemimpinan transformasional dan pengaruhnya pada kinerja karyawan pada PT Pos Indonesia Cabang Denpasar. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif

(10)

yang dimana peneliti akan membagikan kuesioner kepada karyawan dan karyawati PT Pos Indonesia Cabang Denpasar.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Apakah Kecerdasan Spiritual berpengaruh terhadap kepemimpinan transformasional?

2) Apakah Kecerdasan Emosional berpengaruh terhadap kepemimpinan transformasional?

3) Apakah Kecerdasan Intelektual berpengaruh terhadap kepemimpinan transformasional?

4) Apakah kepemimpinan transformational berpengaruh terhadap kinerja karyawan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

1) Menganalisis pengaruh Kecerdasan Spiritual terhadap kepemimpinan transformasional.

2) Menganalisis pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap kepemimpinan transformasional.

3) Menganalisis pengaruh Kecerdasan Intelektual terhadap kepemimpinan transformasional.

(11)

4) Menganalisis pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap kinerja karyawan.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini dapat dibagi menjadi dua yaitu :

1) Manfaat Praktis yaitu hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dalam mengaplikasikan tipe kepemimpinan terutama berkaitan dengan kepemimpinan sehingga nantinya mendapatkan kinerja organisasi secara optimal.

2) Manfaat Teoritis yaitu hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah perbendaharaan informasi bagi ilmu pengetahuan manajemen, khususnya manajemen sumber daya manusia, yang berkaitan dengan kepemimpinan dan kinerja. Penelitian ini juga bermanfaat untuk membuktikan teori yang ada selama ini khususnya mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepemimpinan dan kinerja.

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Pada bagian ini akan dilakukan pengumpulan data terkait dengan visi, misi, struktur organisasi, SWOT, kuisioner analisis jabatan.. Visi, misi, dan struktur

Berdasarkan hasil dariPenelitian Tindakan Kelas yang telah dilaksanakan selama dua siklus pada pembelajaran keterampilan me- nulis paragraf sebab-akibat dengan

Penelitian dengan judul “Motivasi Menjadi Jurnalis Dalam Rubrik Swara Kampus di Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat (Studi Kualitatif Terhadap Motivasi Mahasiswa

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan dari sender ke receiver baik oleh individu ke individu lainnya atau organisasi dan dari organisasi ke organisasi

Hubungi segera sales marketing rumah cluster Alloggio Summarecon Serpong untuk membeli rumah baru 3 lantai di Gading Serpong. Cocok untuk dibuat kos2xan

Lalu kaum mereka memperadilkannya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memutuskan kewajiban membayar diyat

Program Bantuan Studi S3 Luar negeri merupakan program bantuan yang diberikan oleh Kementerian Agama RI kepada tenaga pendidik (dosen) dan kependidikan yang berada pada

Data primer diperoleh dari arsip data tentang SK tentang kuliah online di program studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia dan hasil wawancara mengenai definisi