• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Kerja Praktek BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Kerja Praktek BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teknik kimia merupakan cabang ilmu yang berkaitan dengan proses dan perancangan pada pabrik industri, baik industri proses pembuatan barang setengah jadi maupun barang jadi. Cabang ilmu ini memiliki cakupan yang sangat luas meliputi bahan baku, proses, dan produk beserta alat-alat proses, maintenance, utilitasnya, tata letak pabrik, hingga pemasaran produk. Teknik Kimia sangat dekat dengan pabrik, dengan segala dinamisasi penerapan teknologinya.

Seiring dengan berkembangnya dunia industri maka semakin kompleks permasalahan yang timbul dan semakin besar perubahan-perubahan yang terjadi didalamnya. Oleh karena itu tidak cukup mempelajari ilmu tanpa terjun langsung ke lapangan untuk melihat kondisi yang sebenarnya di industri. Dengan alasan inilah, Program Studi Teknik Kimia UNLAM memberikan kesempatan kepada para mahasiswa untuk melaksanakannya dengan menyelesaikan Kerja Praktek (KP) di industri, dengan maksud untuk melatih keterampilan mahasiswa menyelesaikan masalah yang dihadapi di lapangan sesuai dengan ilmu pengetahuannya. Semuanya ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa untuk persiapan masuk ke dunia kerja yang sesungguhnya.

Kerja praktek merupakan salah satu sarana latihan untuk mengembangkan dan menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah. Selain itu dengan adanya kerja praktek dapat memberikan gambaran yang jelas tentang berbagai hal yang berkaitan dengan berbagai masalah, khususnya masalah pengaturan sistem di tempat kerja praktek tersebut. Untuk mencapai hasil yang optimal dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dibutuhkan kerjasama dan jalur komunikasi yang baik antara perguruan tinggi, industri, instansi pemerintah dan swasta. Kerjasama ini dapat dilaksanakan dengan saling bertukar informasi antara

(2)

2 masing-masing pihak tentang korelasi antara ilmu di perguruan tinggi dan penggunaan di dunia industri.

Kegiatan kerja praktek dapat dilaksanakan pada pabrik-pabrik yang berlatar belakang pada proses produksinya yang menggunakan bahan-bahan kimia tertentu untuk menunjang proses produksinya, salah satu pabrik yang dapat dijadikan tempat pelaksanaan kerja praktek (KP) adalah pabrik pengolahan minyak goreng dengan bahan baku CPO dari buah kelapa sawit. Pada pabrik pengolahan minyak goreng dan turunannya ini dilakukan beberapa tahapan proses, dimaksudkan untuk diperoleh berbagai macam hasil produksi seperti Olein (minyak jadi/minyak goreng), Stearin (bahan baku margarin), PFAD (palm fatty acid distilat) sebagai campuran bahan baku sabun, kosmetik dan lain-lain, serta PKE (palm kernel expeller) sebagai bahan baku pakan ternak.

Adapun yang melatar belakangi dalam penyusunan laporan akhir Kerja Praktek ini adalah:

1. Perkembangan ilmu teknologi yang sangat pesat dewasa ini membuat bertambah luas dan kompleks pula persaingan dalam dunia kerja yang akan membutuhkan calon-calon tenaga kerja yang terampil, berpendidikan dan siap pakai.

2. Kegiatan pembangunan yang semakin kompleks dan meningkat, khususnya pembangunan dibidang SDM berkualitas yang di ikuti dengan majunya teknologi yang semakin canggih.

3. Pertumbuhan kesempatan kerja yang tidak sebanding dengan persediaan tenaga kerja saat ini.

1.2 Tujuan Kerja Praktek

1.2.1 Tujuan Umum

1. Mendapatkan pengetahuan dan keterampilan praktis serta pengalaman di bidang proses produksi dalam suatu industri kimia.

(3)

3 2. Memperluas wawasan tentang aplikasi keteknik-kimiaan dalam bidang industri, sehingga memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengembangkan interpersonal skill.

3. Turut berperan serta dalam memberikan konstribusi pada sistem pendidikan nasional.

4. Mengenalkan budaya kerja pada masyarakat dan menumbuhkan pola pikir konstrukstif yang berwawasan bagi mahasiswa dan dunia kerja di industri.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui sejarah dan perkembangan perusahaan serta uraian proses produksi pada plant refinery PT. SMART Tbk Refinery Tarjun.

2 Mengetahui bahan baku, bahan penunjang yang digunakan dalam proses produksi pada PT. SMART Tbk Refinery Tarjun.

3 Mengetahui flow diagram proses plant refinery pada PT. SMART Tbk Refinery Tarjun.

4 Mengetahui spesifikasi peralatan dan unit utilitas yang digunakan di plant refinery pada PT. SMART Tbk Refinery Tarjun.

5 Mengetahui struktur organisasi perusahaan dan tugas-tugasnya pada PT. SMART Tbk Refinery Tarjun.

6 Menghitung neraca panas pada proses kritalisasi PT. SMART Tbk Refinery Tarjun.

(4)

4 BAB II

TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Ringkasan Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

Perusahaan memulai usahanya dibidang kelapa sawit pada tahun 1962 dengan nama PT. Maskapai Perkebunan Sumcama Padang Halaban. Pada tahun 1970, seluruh saham perusahaan dikembalikan kepada pihak asing dan status perusahaan berubah menjadi PMA (Penanaman Modal Asing) sesuai dengan surat keputusan Menteri Negara Ekonomi Keuangan Dan Industri No. KEP/MEKUIN/7/1970 tanggal 15 juli 1970. Pada tahun 1985, status perusahaan berubah menjadi PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) sesuai dengan surat dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) No. 06/V/1985 tanggal 28 maret 1985. Kemudian pada tanggal 1991 perusahaan berubah namanya menjadi PT. Sinar Mas Agro Resources and TechnologyCorporation atau bisa disingkat PT. SMART Corporation.

Pada tahun 1989, perusahaan mengakuisisi 100% saham dari 2 perkebunan kelapa sawit PT. Maskapai Perkebunan Leidong West Indonesia dan PT. Perusahaan Perkebunan Panigoran yang masing-masing memiliki areal 1,879 Ha dan 1,666 Ha. Perusahaan juga mengakuisisi 100% saham PT. Maskapai Perkebunan Indorub Sumber Wadung, dengan luas areal perkebunan 1,052 Ha yang berlokasi di Jawa Barat.

Di tahun 1991, perusahaan mengambil alih 100% saham PT. Nirmala Agung, perkebunan dengan luas areal 450 Ha, PT. Global Agronusa Indonesia, perkebunan pisang, PT. Mulyorejo Industrial Company, pabrik penyulingan minyak goreng, margarin dan lemak nabati, serta mengakuisisi 25% saham PT. Grahamas Indojaya, perusahaan pengangkutan.

Sebelum perusahaan melakukan penawaran umum pada tahun 1992, perusahaan mengambil alih 100% saham PT. Kunci Mas Wijayam, 49% saham PT. Inti Gerak Maju, perkebunan kelapa hibrida dan kelapa sawit serta 49% saham PT.Tapian Nadenggan, perkebunan kelapa sawit. Kemudian perusahaan mengakuisisi

(5)

5 50% saham PT. Sinar Meadow International Indonesia, pabrik penyulingan minyak goreng, margarin dan lemak nabati, dan PT. Sinar PureFoods International, pabrik penggalengan ikan tuna. Di tahun1993, perusahaan mengambil alih 2 perkebunan kelapa sawit PT. Kresna Duta Agroindo yang berlokasi di Jambi serta PT. Pilinti Perkasa Alam yang berlokasi di Riau. PT. Pilinti Perkasa Alam kemudian mengubah namanya menjadi PT. Ivo Mas Exim.

Di tahun 1994, perusahaan meningkatkan kapasitas penyulingan Surabaya dari 600 ton per hari menjadi 1000 ton per hari. Selain itu pembangunan 4 buah tangki timbun yang berlokasi di Cirebon dan Banyuwangi untuk minyak tidak bermerek telah pula dirampungkan dan yang berlokasi di Dumai dan Palembang sebagai tempat penyimpanan minyak kelapa sawit (CPO).

Pada awal tahun 1995, perusahaan membentuk 60%-40% perusahaan patungan dengan PT. Risjadson dengan nama PT. Smartindo Utama, yang kemudian membentuk 50%-50% perusahaan patungan dengan Goodmen Fielder Overseas Holding Pte, Ltd dari Australia dengan nama Smartindo Bluedird Snacks (SBS). Sangat disayangkan, kinerja SBS tidak seperti yang diharapkan manajemen. Sehingga, pada bulan Desember 1995, perusahaan menjual 60% saham kepemilikannya di PT. Smartindo Utama kepada pihak ketiga untuk memperbaiki kinerja perusahaan.

Pada bulan Juli 1995, PT. SMART dan PT. Intermas Tata Trading membentuk 70%-30% perusahaan co-holding dengan nama PT. Inter Smart Corporation, yang memiliki 51% saham pada PT. Nala Vini Eka Beverage (NAVIKA), perusahaan yang membuat kemasan RC Cola, Canada Dry, A&W dan Crush. Selain itu perusahaan juga memiliki lisensi untuk memproduksi Cuzz dan Zoda. Pada bulan Desember 1995, PT.SMART meningkatkan kepemilikan pada PT. Inter Smart Corporation dari 70% menjadi 100%, sehingga kepemilikan SMART pada NAVIKA meningkat dari 35,7% menjadi 51%. Pada saat yang bersamaan PT.SMART juga mendivestasikan 50% saham PT. Sinar Meadow International Indonesia.

(6)

6 Pada tahun 1997, perusahaan mendivestasikan PT. Inter Smart Corporation, perusahaan induk dari NAVIKA dan ASIANINDO. Pada bulan Juni 1997, SMART mengakuisisi 100% saham dari 2 buah perusahaan di Kalimantan Timur yaitu, PT. Sangatta Andalan Utama dan PT. Matra Sawit Sarana Sejahtera dengan luas areal masing-masing sebesar 5.700 Ha dan 16.650 Ha. Perusahaan juga melakukan joint venture di bidang pemupukan dengan sumber air dari Selandia Baru.

Pada tahun 1999, PT. SMART Corporation diubah namanya menjadi PT.SMART Tbk. dalam rangka penyesuaian dengan peraturan pemerintah No.26 tahun 1998 perihal pemakaian nama perseroan terbatas, menyusul listing saham PT. SMART Tbk. dalam bursa efek Jakarta.

Pada bulan Mei 2002, perusahaan telah mendivestasikan seluruh kepemilikannya pada perkebunan teh, PT. Maskapai perkebunan Indorub Sumber Wadung dan anak perusahaannya serta PT. perkebunan dan Perindustrian Nirmala Agung. Investasi perseroan sebesar 6,9% pada PT. Global Agronusa Indonesia, perkebunan pisang, juga telah didivestasikan seluruhnya pada bulan November 2002. Sedangkan perkebunan pisang yang seluruh sahamnya dimiliki oleh perseroan sudah tidak beroperasi lagi sejak awal tahun 2000, yang disebabkan karena adanya kerusuhan yang terjadi di daerah tersebut.

Saat ini PT.SMART Tbk. Merupakan perusahaan pengolahan kelapa sawit yang terintegrasi, mulai dari pembibitan, perkebunan dan pengolahan kelapa sawit menjadi produk-produk yang dipasarkan, dibawah bendera SINAR MAS GROUP, salah satu konglomerasi besar di Indonesia. PT. SMART Tbk. Menjadi bagian dari Golden Agri-Resources Ltd. Yang listing di Singapore Exchange Securities Trading Limited (SGX-ST) sejak tahun 1999. Golden Agri-Resources Ltd. merupakan bagian dari Asia Food & Properties Ltd. (AFP), sebuah perusahaan induk investasi (investment holding company) dengan area bisnis di bidang Agrobisnis, makanan dan property. AFP mempunyai daerah operasi di Indonesia, Cina, Singapura, dan Malaysia. PT. SMART Tbk. Mempunyai dan mengolah perkebunan kelapa sawit,

(7)

7 pabrik dan refinery yang membuat minyak goreng branded dan unbranded, branded margarin dan shortening.

PT. SMART Tbk terbagi menjadi 2 operasional, yaitu:

1. Upstream (pengolahan buah kelapa sawit menjadi minyak sawit (CPO)). 2. Downstream (pengolahan lebih lanjut dari CPO menjadi hasil produk akhir).

Untuk produk-produk Downstream PT. SMART terbagi menjadi 3 (tiga) kategori besar yaitu: Retail, Industry dan Bulk. Produk-produk Retail dikhususkan untuk konsumen rumah tangga. Sedangkan produk-produk industri ditujukan untuk memenuhi kebutuhan industri mie instan, industri kembang gula, bakeri, jaringan fast food, hotel, rumah sakit, restoran dan sebagainya. Kategori yang terakhir, bulk adalah tanpa merek dan ditargetkan untuk konsumsi dalam jumlah besar.

Sementara untuk operasional upstream, PT.SMART mengimplementasikan program pengembangan perkebunan secara berkesinambungan dan saat ini sedang melakukan penanaman kembali pohon-pohon tua dan kurang produksi. Struktur terintegrasi dari masing-masing bagian telah dapat memastikan kualitas unggulan dan penyediaan bahan baku, CPO (crude palm oil) yang stabil untuk pemenuhan produksi dengan biaya yang kompetitif.

Perusahaan telah menjalankan program riset dan pengembangan secara intensif, baik di perkebunan dan refinery untuk mengoptimalkan hasil perkebunan untuk memenuhi kebutuhan dan permintaan konsumen terhadap produk-produk kita. Perkembangan perekonomian Indonesia dan permintaan konsumen yang terus meningkat akan menciptakan peluang bisnis bagi perusahaan. Hal ini didukung dengan tim manajemen yang sangat berpengalaman selama ini, yang telah menciptakan merek produksi yang kuat dan memiliki perkebunan kelapa sawit di Sumatra dan Kalimantan. PT. SMART Tbk. Akan terus mengambil kesempatan dalam perekonomian Indonesia. Dengan pengintegrasian dan usaha terus menerus mencapai kesempurnaan dalam produk-produk dan pelayanannya, PT. SMART Tbk. Akan menjadi pemain minyak goreng kelapa sawit sehat yang unggul di pasaran global.

(8)

8 PT. SMART Tbk Refinery Tarjun adalah sebuah pabrik terbesar dan satu-satunya yang mengolah buah kelapa sawit menjadi minyak goreng dan turunan lainnya yang ada di Kalimantan selatan. Perusahaan ini terletak di desa Tarjun Kec. Kelumpang Hilir kab. Kotabaru Kalimantan Selatan yang menempati tanah seluas 7 Ha. Pabrik ini mulai berproduksi sejak bulan april tahun 2008 dan akan terus berkembang kedepannya. Adapun bahan baku utama yang digunakan dalam proses produksi adalah CPO (crude palm oil) dari hasil olahan tahap pertama buah kelapa sawit sebelum masuk ke dalam proses pengolahan minyak goreng dan turunan lainnya. CPO ini berasal dari pabrik-pabrik kelapa sawit (PKS) baik dari GROUP SINAR MAS sendiri maupun perusahaan lainnya yang ada di Kalimantan dan di sekitar wilayah PT. SMART Tbk. Perusahaan pengolahan CPO ini dibangun dengan kapasitas pabrik sebesar 1000 ton/hari dan kapasitas tersebut akan terus ditingkatkan dengan didirikannya plant-plant baru yang sekarang sedang dalam tahap proyek pembuatan.

Di perusahaan PT. SMART Tbk. Refinery Tarjun memiliki 5 nilai-nilai perusahaan, yakni :

1. Integrity (Integritas)

2. Positive Attitude (Bersikap positif) 3. Commitment (Komitmen)

4. Continuous Improvement (Perbaikan berkelanjutan) 5. Innovative (Inovasi)

6. Loyalty (Loyalitas)

PT.SMART, Tbk berkomitmen untuk memuaskan pelanggan dengan mengeluarkan kebijakan mutu dan keamanan pangan, yaitu:

1. Menjadi produsen produk yang bermutu dan aman untuk dikonsumsi.

2. Meningkatkan kesadaran dan keahlian karyawan untuk menerapkan sistem mutu dan keamanan pangan secara efektif dan melakukan perbaikan secara berkelanjutan.

(9)

9 3. Bekerja sama dengan pemasok untuk mendapatkan bahan baku dan bahan

penunjang yang terbaik.

4. Senantiasa berinteraksi dengan pelanggan untuk memahami kebutuhan mereka. 5. Memenuhi persyaratan undang-undang dan regulasi pangan serta persyaratan

pelanggan yang berkaitan dengan mutu dan keamanan pangan yang di setujui bersama.

2.2 Uraian Proses Produksi

Proses produksi PT. SMART Tbk Refinery Tarjun merupakan operasi downstream yaitu pengolahan lebih lanjut CPO menjadi hasil produk akhir olein, stearin dan produk samping berupa PFAD. Proses tersebut terbagi menjadi Refinery dan Fraksination.

2.2.1 Proses Refinery

Proses Refinery adalah proses memurnikan CPO dengan tahapan proses preheating, degumming, bleaching dan dedorized sehingga menghasilkan kualitas produk RBDPO yang sesuai spesifikasi.

1. Preheating

Bahan utama proses refinery adalah crude palm oil (CPO) yang disimpan pada tangki penyimpanan CPO (storage tank). Temperatur CPO dijaga sekitar 40-55oC. Umpan CPO dipompakan melewati strainer yang berfungsi sebagai penyaring impurities yang terikut dalam CPO. Strainer terbuat dari bahan stainless steel dengan ukuran 100 mesh. CPO kemudian dialirkan melalui sistem pengembalian panas (heat recovery system) yang berupa plate heat exchanger dengan heat transfer dari RBDPO dan target temperatur 95-120oC. Jika dalam keadaan start up umpan dilewatkan melalui plate heat exchanger dengan pemanasan menggunakan steam yang didapat dari power plant. Dari plate heat exchanger CPO dialirkan menuju dryer, bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam CPO.

(10)

10 Proses degumming bertujuan untuk mengikat gum (getah) berupa fosfatida dan komponen logam dengan penambahan PA (Phosphoric Acid). Umpan yang telah dipanaskan dialirkan ke Instensive Mixer dan ditambahkan phosphoric acid 85% dengan dosis 0.04-0.06% kemudian dialirkan ke dinamic mixer dengan pengadukan secara intensif untuk mempresipitasi gum (getah) pada CPO. Jika dalam keadaan start up proses pencampuran PA menggunakan static mixer. Presipitasi gum akan meringankan proses filtrasi dan mencegah pembentukan scale dalam proses deodorizing. Pada kondisi tertentu proses degumming dapat ditambahkan citric acid 25% dengan kadar 0.005-0.02% yang berfungsi sebagai anti oksidan.

3. Bleaching

Proses bleaching atau pemucatan bertujuan untuk menghilangkan beberapa impurities yang tidak diinginkan (logam, pigmen warna, fosfatida) dari CPO dengan penambahan asorben BE (Bleaching Earth). BE yang digunakan dengan dosis 0,6-2%. Umpan dari mixer dinamic dipompakan ke tangki bleacher dengan temperatur dalam tangki 95-120oC untuk mendapatkan proses bleaching optimum. Dalam tangki bleacher CPO dicampur dengan bleaching earth, dengan injeksi steam tekanan 1-1,5 bar agar proses optimal. Slurry dialirkan ke tangki bleached (buffer tank) dalam keadaan vacuum untuk menarik air dari minyak dengan menggunakan vacuum bleaching. Gum yang dihasilkan dari proses degumming akan diadsorpsi oleh absorben BE dengan sempurna. Slurry yang mengandung minyak dan BE dipisahkan dengan Niagara filter untuk memisahkan minyak dari partikel-partikel BE. Slurry melewati lembaran Niagara filter dan partikel BE terjebak pada lembaran filter. Setalah itu dialirkan ke bag filter untuk dilakukan filtrasi ulang, kemudian DBPO ditampung ke dalam filtrate receiver vessel. BE dari proses filtrasi ini dinamakan spent earth dan di buang pada tempat pengumpulan spent earth yard.

Tahap proses filtrasi pada Niagara filter adalah sebagai berikut:

a. Filling, slurry dipompakan kedalam tangki Niagara filter, waktu yang diperlukan 10 menit

(11)

11 b. Recirculation, pelapisan pada lembaran Niagara filter dengan sirkulasi sampai minyak yang dihasilkan jernih dari partikel bleaching earth, waktu yang diperlukan 15 menit

c. Filtration, proses penyaringan minyak dari partikel-partikel bleaching earth, waktu yang diperlukan 130 meni

d. Emptying, pengosongan Niagara filter, waktu yang diperlukan 9 menit

e. Steam blowing, pengeringan spent earth dan menekan minyak yang masih terdapat di spent earth, waktu yang diperlakukan 13 menit

f. Decompression, penurunan tekanan di dalam Niagara filter, waktu yang diperlukan 1 menit

g. Cake discharge, pelepasa spent earth melalui butterfly valve, waktu yang diperlukan 20 menit

DBPO dari filtrate receiver vessel dialirkan ke catride filter ini ilakukan agar minyak semakin murni ari BE. Adanya BEpada minyak dapat mencemari deodorize. 4. Deodorizing

Bleached Oil (BPO) yang telah difiltrasi ditampung di Receiver Tank yang selanjutnya akan difeeding ke Falling Film HE dengan terlebih dulu difiltrasi menggunakan Catridge filter ukuran 10 micron untuk memastikan minyak dalam keadaan bersih. Tekanan Catridge Filter dijaga 1,5-4,0 bar. Jika tekanan Catridge Filter dibawah atau lebih dari tekanan operasional atau jika pemakaian sudah mencapai 2 bulan maka dilakukan penggantian Catridge Filter. Suhu Bleached Oil berkisar 95-120oC. Aktualnya 103oC. Kemudian BPO dialirkan ke falling film heat exchanger. Pada tahap ini dilakukan proses perpindahan panas atau dapat disebut juga sebagai economizer. Minyak BPO yang bersuhu 95-120oC akan dikrosing dengan minyak RBDPO dari scrubber yang bersuhu 258-265oC. Falling film merupakan vessel yang didesain berbentuk Shell and Tube. Dimana minyak BPO yang akan dipanaskan dialirkan kedalam tube dan minyak RBDPO yang akan didinginkan dialirkan dalam Shell, sehingga terjadi perpindahan panas antara minyak BPO dan RBDPO. Suhu BPO yang telah dialirkan silang melalui falling film

(12)

12 meningkat menjadi 200-230oC, sedangkan suhu RBDPO yang telah dialirkan silang menurun menjadi 200-230oC. Tujuan dari tahap ini adalah untuk menghemat penggunaan steam dan kebutuhan air pendingin.

BPO yang suhunya sudah meningkat kembali ditingkatkan lagi suhunya dengan menggunakan final oil heater. Final heating merupakan tahap pemanasan akhir sebelum minyak BPO diumpankan ke Deodorizer. Minyak BPO yang telah dialirkan silang di falling film heat exchanger ditransfer ke final oil heater. Disini minyak akan dipanaskan dengan dua sumber panas. Pada pemanasan yang pertama, minyak akan dipanaskan dengan steam 45 bar yang disuplai dari Power Plant. Media yang digunakan sebagai alat pemindah panas adalah coil. Suhu steam 45 bar yang digunakan sebagai pemanas berkisar 268oC. Pemanasan minyak BPO selanjutnya adalah dengan menggunakan High Pressure Boiler (HPB) bertekanan 55-68 bar, aktual yang digunakan 60 bar. Hingga suhu minyak mencapai 260-268oC, suhu aktual 263oC. Media perpindahan panas yang digunakan juga menggunakan coil.

Minyak BPO dengan suhu sekitar 260-268oC dialirkan ke unit deodorizing. Tahapan Proses pada Deodorizing adalah sebagai berikut:

a. Proses ini adalah proses penghilangan asam lemak bebas (FFA) dan zat-zat yang berbau yang terkandung dalam minyak DBPO dengan jalan penguapan kompponen-komponen volatilnya.

b. Minyak yang telah dipanaskan di final oil heater diumpankan ke Presripper. Minyak DBPO dipecah menjadi titik-titik minyak melalui celah-celah mesh Prestripper dengan tujuan untuk memudahkan dalam penghilangan bau (keton), Peroxide Value (PV), pemucatan warna DBPO dan menurunkan kadar Free Fatty Acid (FFA). Kemudian minyak akan bergerak secara overflow melewati tiap tray dari tray 6 hingga tray 1 pada stripper. Setiap tray diinjeksikan sparging steam bertekanan 0,5-1 bar, aktualnya 0,6 bar. Pemisahan Minyak dengan FFA didasarkan titik didih yaitu dimana titik didih FFA sekitar 1500C dan minyak sekitar 3000C sehingga dalam kondisi sistem sekitar 2680C FFA akan menguap dan menuju ke scrubber.

(13)

13 c. Scrubber merupakan paket kolom yang berisi isian yaitu raschig rings yang berukuran 25-50 mm. PFAD yang menguap dilewatkan melalui isian dan dikontakkan dengan FFA yang sudah didinginkan dan disimpan pada PFAD tank. PFAD dikondensasikan dengan FFA bersuhu 60-80oC PFAD yang telah didinginkan di PHE ditransfer ke PFAD tank.

Minyak RBDPO dialirkan ke falling film heat exchanger untuk diturunkan suhunya dengan mengalirkan silang dengan minyak DBPO. Suhu RBDPO akan turun menjadi sekitar 1800C. Kemudian RBDPO yang telah turun suhunya kembali dialirkan dan diturunkan suhunya di PHE menjadi 80-1400C. Pada PHE tersebut pertukaran panas RBDPO dialirkan silang dengan CPO. RBDPO dengan suhu 80-1400C kembali didinginkan dengan PHE dengan menggunakan air chiller dari water cooling tower sehingga suhunya menjadi sekitar 700C. RBDPO dengan suhu 700C ini dialirkan ke bag filter CCP yang berukuran 10 micron untuk menjaga mutu RBDPO. Kemudian RBDPO setelah dilewatkan melalui bag filter disimpan ke tank yard.

Diagram alir proses produksi Refinery plant dapat dilihat pada gambar 2.1 di bawah ini:

(14)
(15)

15 2.2.2 Proses Fraksinasi

Fraksinasi adalah metode fisik dengan menggunakan sifat kristalisasi dari trigliserida untuk memisahkan campuran menjadi leleh rendah fraksi cair dan lebur tinggi fraksi cair. Ada tiga jenis fraksinasi: fraksinasi kering, fraksinasi deterjen, da n fraksinasi pelarut. Dua komponen yang dihasilkan dari fraksinasi minyak kelapa sawit adalah minyak goreng (olein) dan stearin (bentuk padat). Proses fraksinasi yang dilakukan pada PT. SMART Tbk adalah proses fraksinasi kering (dry fractionation). Dengan pendinginan RBDPO akan terpisah menjadi dua fraksi yaitu fraksi padat berupa stearin dan fraksi cair berupa olein.

Secara umum pengolahan minyak goreng dalam pabrik refinery terdiri dari tahap proses refinery dan fraksinasi. Untuk proses fraksinasi kering terdiri dari 2 tahap proses yaitu :

1. Kristalisasi

Proses kristalisasi yaitu proses yang dilakukan pada media kristalizer dengan cara pemanasan RBDPO pada temperatur titik lebur kemudian didinginkan secara perlahan hingga temperatur leleh rendah sesuai dengan spesifikasi yang daharapkan sambil diaduk hingga terbentuk butiran butiran kristal. Media kristalizer dilengkapi pmdengan coil water yang berfungsi sebagai pendingin dan agitator yang berfungsi sebagai pengaduk. Terdiri dari tahap proses sebagai berikut:

a. Filling

RBDPO dari storage tank dipompakan ke tangki crystallizer yang sebelumnya dinaikkan suhunya menjadi 58-700C. Waktu yang diperlukan untuk filling adalah sekitar 21 menit. Setelah memasuki tangki crystallizer, RBDPO mengalami proses pendinginan yang dimulai dengan proses fast cooling.

b. Fast cooling

Proses pendinginan cepat yang dilakukan pada RBDPO yang telah homogen dengan menggunakan air cooling water. Temperatur air cooling tower masuk ditetapkan maksimal 340C. Temperatur minyak saat fast cooling adalah sekitar 70-330C.

(16)

16 c. Crystallization

Pada proses ini, pendinginan RBDPO menggunakan chilled water dari tangki chilled water yang pendinginan airnya menggunakan chiller. Temperatur air chilledwater diatur sebesar 6,5 oC untuk mendapatkan temperatur minyak 30,8-320C. Pada langkah ini kondisi minyak cenderung labil karena pembentukan kristal menimbulkan panas.

d. Final cooling

Proses pendinginan RBDPO sampai mencapai temperatur tertentu sesuai dengan produk yang diinginkan. Untuk produk bulk temperatur akhir minyak disetting 24,6oC.

e. Holding

Holding bertujuan untuk mempertahankan suhu minyak sebelum memasuki proses filtrasi.

2. Filtrasi

Setelah tahap kristalisasi, olein dan stearin yang terbentuk akan dipisahkan dalam filter press yang terdiri dari plate-plate yang dilengkapi dengan membran dan filtercloth. Tahapan proses dalam filtrasi adalah sebagai berikut:

a. Closing

Filter press akan menutup dengan didorong oleh pompa hidraulic.

b. Filtration

RBDPO kristal akan dipompa dari crystallizer menuju filter press untuk filtrasi, dimana parameter yang digunakan adalah filtration pressure. Olein akan lolos melalui filter cloth sedangkan stearin akan tertahan pada permukaan filter cloth. Ketika loading pressure sudah mencapai 2,1 bar maka loading akan berhenti, dan dilanjutkan dengan proses squezzing. Olein ditampung pada tangki olein kemudian dialirkan tank yard.

(17)

17 Pada tahap ini membran akan mengembang dan menekan stearin pada permukaan filter cloth hingga tekanan 8 bar dengan menggunakan minyak kerja sehingga stearin semakin padat dan kandungan olein semakin sedikit pada stearin tersebut.

d. Core Blow

Proses core blowing bertujuan untuk membersihkan sisa-sisa RBDPO kristal pada jalur feed . Proses blowing dilakukan dengan angin yang bertekanan 3 bar selama 2x1 menit. Sisa RBDPO kristal akan ditampung di blowingtank.

e. Filtrate Blow

Proses filtrate blowing bertujuan untuk membersihkan sisa-sisa filtrat pada pipa filtrate. Proses blowing dilakukan dengan angin yang bertekanan 3 bar selama 1 menit.

f. Pressure Release

Proses ini bertujuan untuk mengurangi tekanan pada filter press sebelum proses opening dilakukan. Lamanya waktu pressure release ini adalah 20 detik. g. Opening

Setelah pressure release, filter press akan terbuka dan stearin akan jatuh kedalam bak penampungan stearin. Bak penampungan stearin dilengkapi dengan steamcoil untuk mencairkan stearin (58-700C) sebelum dipompa ke stearinstorage.

Diagram alir proses produksi Fraksinasi plant dapat dilihat pada gambar 2.2 di bawah ini:

(18)
(19)

19 2.2.3 Unit Operasi

Proses produksi dari bahan baku minyak kelapa sawit CPO (crude palm oil) dan inti sawit PK (palm kernel) yang masuk sampai menjadi produk-produknya di PT. SMART Tbk Refinery Tarjun terbagi menjadi beberapa unit operasi, yaitu Weight Bridge (jembatan timbang), Unloading CPO, Unloading Kernel (inti sawit), Pump House (rumah pipa), Refinery Plant, KCP (Kernel Crushing Plant), dan Jetty (pelabuhan). Unit pertama yaitu jembatan timbang (WB) untuk proses penimbangan berat beban truk-truk pengangkut bahan baku dan yang lainnya ketika masuk dan keluar area pabrik. Jembatan timbang ini terletak didepan pintu masuk area pabrik dengan dua jalur yaitu jalur masuk dan jalur keluar.

Adapun material yang harus ditimbang sebelum masuk dan keluar area pabrik adalah:

1. Pengiriman Produk: Olein/minyak goreng.

2. Penerimaan Bahan Baku Utama: Crude palm oil (CPO) dan palm kernel (PK). 3. Penerimaan Bahan penunjang

- Chemical: BE, PA dan bahan kimia yang lainnya. - Spare part: peralatan suku cadang pabrik

- Bahan bakar: batubara dan solar

(20)

20 Unit yang kedua yaitu Unloading CPO dan Unloading Kernel dimana pada unit ini merupukan proses balking/pembongkaran bahan baku utama kedalam tangki penyimpanan yang digunakan yaitu CPO (crude palm oil) dan kernel (inti sawit), CPO akan ditampung dalam storage tank yang kemudian akan diproses di Refinery sedangkan kernel akan ditampung ke dalam silo yang selanjutnya akan diproses di KCP (kernel crushing plant).

Gambar 2.4 Unloading CPO

Adapun jumlah storage tank yang ada di PT. SMART Tbk Refinery Tarjun sekarang ini berjumlah 42 unit dengan 5 macam jenis tipe ukuran kapasitas tangki yang berbeda-beda antara lain dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 2.1 Spesifikasi Storage Tank

Tipe Tangki Kapasitas Tinggi Diameter

A1 – A10 5.000 MT 19,9 m 20 m

B1 – B9 3.000 MT 19,9 m 15,4 m

C1 – C10 2.000 MT 19,9 m 13,4 m

D1 – D11 1.000 MT 13,6 m 10,7 m

(21)

21 Gambar 2.5 storage tank

CPO Setelah melewati jembatan timbang (WB) dan kemudian dibongkar dari truk tangki untuk ditampung ke dalam tangki penampungan, akan ditarik pada Pump House Station. Di dalam Pump House, CPO akan ditrsansfer masuk kedalam Refinery Plant untuk diproses lebih lanjut. Pump House ini berfungsi untuk pendistribusian minyak bahan baku sebelum proses dan minyak jadi setelah proses hasil Refinery plant dan KCP. Selain jalur darat, penerimaan bahan baku CPO juga bisa lewat jalur laut yaitu dengan menggunakan kapal tongkang yang mana CPO langsung ditransfer menggunakan pipa dari jetty/pelabuhan menuju Pump House dan kemudian ditampung ke dalam storage tank.

Gambar 2.6 Pump House

Dalam Refinery Plant, terbagi menjadi 2 tahapan proses produksi yaitu Refinery/pengolahan tahap pertama untuk CPO yang akan menghasilkan produk minyak setengah jadi (RBDPO) kemudian setelah itu dilanjutkan masuk ke tahap

(22)

22 fractionation untuk diperoleh hasil produk akhir berupa olein (minyak goreng) dan stearin. Hasil olahan dari Refinery Plant akan dikembalikan ke storage tank melalui Pump House yang kemudian bisa dikirim/dijual ke konsumen.

Gambar 2.7 Refinery Plant

Pada station KCP (kernel crushing plant) akan memproduksi inti sawit sebanyak 600 ton/hari menjadi dua hasil produk berupa serbuk PKE (palm kernel expeller) untuk bahan baku pakan ternak dan CPKO (crude palm kernel oil) untuk bahan baku pembuatan minyak goreng yang berkualitas mutu tinggi, hasil produk yang diolah dari KCP akan dijual/dikirim keluar kalimantan bahkan keluar negeri untuk diproses lebih lanjut.

(23)

23 Station yang terakhir adalah Jetty (pelabuhan) untuk menerima dan mengirim minyak jadi hasil olahan maupun bahan baku. Di pelabuhan ini bisa bersandar kapal dari lokal maupun kapal asing dari luar negeri untuk aktivitas jual beli minyak. Karena aktivitas pelabuhan PT.SMART Tbk Refinery Tarjun bisa menerima kapal asing dari luar negeri maka untuk tingkat keamanan pelabuhan PT.SMART bekerja sama dengan keamanan pelayaran Internasional.

Gambar 2.9 Jetty PT.SMART Tbk Refinery Tarjun

2.3 Uraian Peralatan Proses

2.3.1 Refinery A. Alat Utama

1. Plate Heat Exchanger CPO/PHE E 205

Alat ini berfungsi sebagai alat penukar panas dengan tujuan membantu menaikkan temperatur CPO saat proses pengurangan kadar air di Dryer Tank dan melakukan pemanasan bertahap untuk proses degumming dimana prinsipnya adalah terjadi penukaran panas antara CPO dengan RBDPO. Perubahan temperatur yang terjadi sebagai berikut :

(24)

24 b. RBDPO dari 135 – 1650C menjadi maksimal 100oC

Apabila suhu awal CPO kurang dari 400C maka CPO akan cepat sekali membeku sehingga proses penarikan CPO melalui CPO Feed Pump G 201 A/B akan sulit, sedangkan apabila suhu awal CPO lebih dari 550C maka dapat mengakibatkan kerusakan struktur kimia dalam CPO (minyak rusak). Apabila suhu akhir CPO kurang dari 950C besar peluang tidak optimalnya penghilangan air saat proses pengeringan di Dryer Tank D 201 (kandungan air masih tinggi), sedangkan apabila suhu CPO lebih dari 1200C dapat mengakibatkan rusaknya minyak (CPO) dan dapat mempercepat rusaknya pompa. PHE CPO E 205 mempunyai spesifikasi sebagai berikut :

a. Code Design : PA – 90464

b. Pressure Chamber Fluid : 1 2

c. Volume : 242,3 liter 240,1 liter

d. Allow Pressure : Min 0 Min 0

Max 10 Max 10 e. Allow Temperatur : Min 50C Min 50C

Max 1500C Max 1500C 2. Plate Heat Exchanger CPO/PHE E 201

Alat ini berfungsi sebagai alat penukar panas yang dioperasikan Refinery Plant saat start up. Pada alat ini akan terjadi pertukaran panas CPO bertemperatur 40-550C dengan steam yang diinjeksikan sebesar 3 bar. PHE E 201 mempunyai spesifikasi sebagai berikut:

a. Code Design : PA – 90463

b. Pressure Chamber Fluid : 1 2

c. Volume : 29,3 liter 28,21 liter

d. Allow Pressure : Min 0 Min 0

Max 10 Max 10

e. Allow Temperatur : Min 50C Min 50C

(25)

25 3. Dryer Tank D 201

Fungsi dari alat ini adalah mengurangi kadar air dalam minyak (CPO) dimana air yang menguap akan ditangkap oleh sistem vacuum. CPO dari PHE E 205 ke tangki ini dengan cara di spray agar memperluas bidang penguapan. Hal yang perlu diperhatikan adalah level didalam tangki. Idealnya level didalam tangki adalah 25% dari volume tangki. PHE E 205 mempunyai spesifikasi sebagai berikut:

a. Code Design : ASME SECT VIII DIV. I 2004

b. Design/Working Pressure : -15/15 Psi 1 Psi c. Design/Working Temperatur : 1500C

d. Test Pressure : 19 Psi

e. Volume : 43 CuM

4. Statif Mixer / Dynamic Mixer / Degumming Mixer G 207

Pada tahap ini CPO dialirkan ke Rettention Vessel Tank D 204 dengan Dryer Pump G 202 melalui Dynamic Mixer G 207 yaitu Dynamic Mixer terjadi proses penghilangan getah (degumming) secara hidrolisis oleh katalis Phosforic Acid (PA) 85% sebanyak 0,06% dari jumlah minyak yang mana PA ini ditarik dari pompa tangki PA G 206. Didalam alat ini ada screw yang berfungsi sebagai pengaduk (mixer).

5. Rettention Vessel Tank D 204

Minyak yang keluar dari Dynamic Mixer G 207 ditampung didalam Rettention Vessel Tank D 204 yang kemudian dalam vessel ada proses penambahan Bleaching Earth (BE). Untuk mengoptimalkan proses ini digunakan Agitator sebagai pengaduk. Hal yang harus diperhatikan saat proses didalam alat ini adalah vacuum max 160 mbar, live steam 1 – 1,5 bar dan flowrate max 50 ton/jam. Rettention VesselTank D 204 mempunyai spesifikasi sebagai berikut :

a. Code Design : ASME SECT VIII DIV. I 2004

(26)

26 c. Design/Working Temperatur : 1500C

d. Test Pressure : 19 Psi

e. Volume : 8,25 CuM

6. Bleacher Tank D 202

Minyak yang telah bercampur dengan BE pada Rettention VesselTank D 204 berwujud lumpur atau semi solid yang disebut dengan slurry oil dialirkan ke tangki ini untuk disempurnakan reaksinya dengan bantuan steam dan ada sistem vacuum untuk menarik air setelah selesai reaksi dan menguapkan air yang masih terkandung didalam minyak. Selanjutnya slurry oil ini dialirkan ke Buffer Vessel Tank D 203. Hal yang harus diperhatikan saat proses didalam alat ini adalah vacuum max 160 mbar, life steam 1-1,5 bar dan flowrate max 50 ton/jam. Bleacher Tank D 202 mempunyai spesifikasi sebagai berikut :

a. Code Design : ASME SECT VIII DIV. I 2004

b. Design/Working Pressure : -15/15 Psi 1 Psi c. Design/Working Temperatur : 1500C

d. Test Pressure : 19 Psi

e. Volume : 43 CuM

7. Buffer Vessel Tank D 203

Berfungsi sebagai wadah/tangki penampung slurry oil sebelum dialirkan ke Niagara Filter (D 206/207/208). Buffer Vessel Tank D 203 mempunyai spesifikasi sebagai berikut :

a. Code Design : ASME SECT VIII DIV. I 2004 b. Design/Working Pressure : -15/15 Psi 1 Psi c. Design/Working Temperatur : 1500C

d. Test Pressure : 19 Psi

e. Volume : 2,5 CuM

8. Niagara Filter D 206/207/208

Tahap filtrasi di Niagara Filter yang berjumlah 3 (tiga) buah ini bertujuan untuk memisahkan Spenth Earth (SE) dengan Degummed Bleached Palm Oil

(27)

27 (DBPO). Pada tahap ini, control kejernihan DBPO sangat diperhatikan. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat filtrasi di Niagara Filter D 206/207/208 adalah tekanan sebesar 3,5 bar dengan steam sebesar 3 bar. Niagara Filter D 206/207/208 mempunyai spesifikasi sebagai berikut :

a. Allow Working Pressure : Max -1 / 6 bar

b. Allow Working Temperatur : Min 200C Max 1500C

c. Test Pressure : 7,8 bar

d. Volume : 6,3 m3

9. Bag Filter D 205 A/B

Alat ini berjumlah 2 (dua) buah dimana setiap tangki didalamnya terdapat 4 (empat) buah saringan yang berukuran 5–10 µ, sehingga fungsinya adalah menyaring kembali DBPO dari Niagara Filter D 206/207/208. Hal yang harus diperhatikan dari kerja alat ini adalah pemberian tekanan 0,2 – 1,5 bar. 10. DBPO Tank F 203

Tangki ini digunakan sebagai wadah penampungan minyak (DBPO) sementara sebelum dialirkan ke Cartridge Filter D 300 A/B. Pada tangki ini pula disediakan aliran dengan valve khusus yang bisa dibuka kapan saja tanpa mempengaruhi proses produksi guna pengambilan sampel DBPO. Alat ini mempunyai spesifikasi sebagai berikut :

a. Code Design : ASME SECT VIII DIV. I 2004

b. Design/Working Pressure : -15/15 Psi 1 Psi c. Design/Working Temperatur : 1500C

d. Test Pressure : 19 Psi e. Volume : 27,83 CuM 11. Cartridge Filter D 300 A/B

Alat ini berjumlah 2 (dua) buah dimana disetiap tangki didalamnya terdapat 20 (dua puluh) buah saringan yang berukuran 5-10 µ, sehingga fungsinya ialah untuk menyaring kembali DBPO dari DBPO tank F 203 sebelum dipanaskan di Falling Film Heater E 302. Hal yang perlu diperhatikan dari

(28)

28 kerja alat ini adalah tekanan yang masuk harus berada dalam range 1,5-4 bar. Apabila tekanan masuk mendekati 4 bar, saringan segera diganti dan jika tekanan tiba-tiba drop dari tekanan normal maka Cartridge Filter segera diperiksa dan atau diganti.

12. Falling Film Heater E 302

Alat ini berfungsi untuk memanaskan DBPO secara bertahap yang mana tujuannya adalah melepaskan FFA yang ada di dalam DBPO sendiri. Pada tahap ini DBPO bertemperatur 95-1200C akan bersinggungan dengan RBDPO yang bertemperatur 255-2650C, sehingga terjadi pertukaran panas yang menaikkan temperatur DBPO menjadi 200–2200C. Jika temperatur DBPO <2000C maka turunkan flowrate DBPO secara bertahap sampai diperoleh temperatur 200– 2200C. Proses didalam alat ini disebut dengan proses Heating Up I.

13. Final Heater E 303

Tujuan dari alat ini adalah untuk menaikkan lagi temperatur DBPO dari Falling Film Heater E 302 menjadi 260–2700C. Untuk menaikkan temperatur DBPO ini, maka alat ini harus diinjeksikan steam yang berasal dari Power Plant sebesar 47–55 bar, live steam 0,5–1 bar dan dibantu oleh High Pressure Temperatur (HPB) sebesar 55–68 bar. Proses didalam alat ini disebut dengan proses Heating Up II.

14. Pack Coloumn (Prestripper D301, Deodorizer D302, dan Scrubber D303) Pack Coloumn merupakan rangkaian alat inti didalam stasiun deodorizing dimana DBPO yang masuk ke dalam rangkaian alat ini bertemperatur 258– 2650C dan pada temperatur inilah FFA yang terkandung didalam DBPO akan terlepas menguap menjadi uap panas. Uap panas ini akan mengalir melalui pipa khusus untuk didistilasi dan menjadi cair yang disebut dengan Palm Fatty Acid Distillate (PFAD). Minyak yang terlepas dari PFAD ini disebut dengan Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO). Prestripper D 301 bertujuan untuk mengagitasi dsn menghilangkan bau, PV dan pemucatan

(29)

29 warna DBPO dan menurunkan FFA RBDPO. Minyak dari D 301 over flow melalui 6 (enam) tingkat tray yang ,masing-masing tray diinjeksikan steam di deodorizer D 302. Pada tahap ini terjadi penguapan DBPO yang turun melalui celah-celah mesh dimana proses penguapannya dibantu dengan sistem injection antara 0,5–1,0 bar dan dalam keadaan vacuum 2–6 bar yang bertujuan untuk menurunkan kadar FFA sampai 0,08%. Pack Coloumn Deodorizer ini memiliki spesifikasi alat sebagai berikut :

a. Prestripper D 301

Code Design : ASME SECT VIII DIV. I 2004 Ed  Design Pressure : -1. +1/-0,003 bar

Design Temperatur : 280/2650C  Test Pressure : 1,51 bar

Volume : 80 m3

b. Scrubber D 303

Code Design : ASME SECT VIII DIV. I 2004 Ed  Designing Pressure : -1. +1/-0,003 bar

Design Temperatur : 280/2650C  Test Pressure : 1,51 bar  Volume : 80 m3 c. Deodorize Tank D 302

Code Design : ASME SECT VIII DIV. I 2004 Ed  Design Pressure : 8/6 bar -1/4 bar

Design Temperatur : 275/2600C -  Test Pressure : 7/8 bar 15 bar  Volume : 9,3 m3 4,6 m3 15. Shell and Tube Heater E 301

Alat ini berfungsi untuk mendinginkan RBDPO yang disebut juga dengan proses Cooling Down. Pada tahap ini akan terjadi pertukaran panas antara air dengan RBDPO bertemperatur 135-1650C sehingga terjadi perubahan

(30)

30 temperatur RBDPO max 1000C.

16. Plate Heat Exchanger RBDPO/PHE E 304

Alat ini berfungsi untuk mendinginkan RBDPO yang disebut juga dengan proses Cooling IV. Pada tahap ini akan terjadi pertukaran panas antara air max 340C dengan RBDPO bertemperatur 135 – 1650C sehingga terjadi perubahan temperatur RBDPO max 800C.

17. Bag Filter D 300 A/B

Alat ini berjumlah 2 (dua) buah yang gunanya adalah menyaring RBDPO sebelum dialirkan ke Tank Yard. RBDPO disaring melalui Bag Filter dengan ukuran 5 – 10 mikron. Tahap penyaringan ini perlu dikontrolmencapai 4,0 bar maka Bag Filter segera diganti dengan yang baru dan periksa clarity RBDPO yang keluar.

B. Alat Penunjang

1. CPO Feed Pump G210A/B

Alat ini berfungsi untuk memompa CPO yang berasal dari Tank Yard untuk dialirkan menuju PHE E205 atau PHE E201. Disamping ini terdapat strainer (saringan) berukuran 0,25 cm untuk menyaring CPO yang akan masuk pada proses refinery.

2. Dryer Pump G202

Alat ini berfungsi untuk menarik minyak yang berasal dari Dryer Tank D201 untuk dialirkan ke Dinamic Mixer G207.

3. Phosforic Acid Tank G206

Tangki ini berfungsi untuk menampung Asam Phosfat 85 %. Asam Phosfat digunakan untuk pengikatan getah dengan dosis 0,04-0,06%.

4. Bleaching Earth Tank F202

Alat ini berfungsi untuk menampung Bleaching Earth (BE) yang akan dicampur dengan minyak pada dosis 0,6-2 % max.

(31)

31 Pompa ini berjumlah dua buah yang berfungsi mengatur keluarnya BE yang berasal dari Bleaching Earth Tank F202 untuk dicampur dengan minyak di Ratention Vessel Tank D204.

6. Drop Ceparator Tank F207

Tangki ini berfungsi untuk menampung sisa minyak hasil proses filtrasi di Niagara Filter D206/207/208 yang sebelumnya telah ditampung di Drop Separator Tank F207. Tangki ini juga digunakan untuk menampung minyak yang terikut oleh vacuum yang berasal dari Dryer Tank D201, Bleacher Tank D202, Buffer Vessel Tank D203 dan DBPO Tank F203. Hasil minyak yang tertampung didalam tangki ini akan dialirkan kembali menuju Buffer Vessel Tank D203. Drop Ceparator Tank F207 memiliki spesifikasi alat sebagai berikut :

a. Code design : ASME SECT VIII DIV.I 2004 b. Design/Working Pressure : -1/+1 Bar 0,8 Bar

c. Design/Working Temperatur : 1500C

d. Test Pressure : 1,3 Bar

e. Volume : 1,15 m3

7. Slurry Oil Pump G204A/B/C

Pompa ini berfungsi memompa Slurry Oil yang berada di Buffer Vessel Tank D203 untuk dialirkan menuju Niagara Filter D206/207/208.

8. Bleach Oil Pump G301

Pompa ini berfungsi untuk menarik DBPO yang berasal dari DBPO tank F203 untuk dialirkan menuju Catridge Filter D300A/B pada Deodorizing Plant. 9. Filter Leaf Washing Tank

Alat ini terletak pada Wash Water Treatment Plant yang berfungsi untuk mencuci filter atau saringan Niagara Filter D206/207/208.

10. Seperangkat Komputer

Komputer ini mempunyai software khusus yang berfungsi untuk mengontrol dan mengendalikan sebagian besar alat utama dan pendukung pada Refinery

(32)

32 Plant.

11. High Pressure Boiler (HPB) D310

Alat ini berfungsi untuk mensupply energi dalam bentuk steam ke coil-coil yang ada final Heater E303. Air yang digunakan untuk mengolah steam ini langsung bersumber dari Power Plant and Utility. HPB D310 ini memiliki spesfikasi alat sebagai berikut :

a) Code design : 10-8918 NUK-HP 1745

b) Max : 95 bar

c) Jumlah Steam : 4571 kg/h d) Heating Surface : 84,7 m2 e) Test Pressure : 205 bar

f) Capasity : 1745 kW

g) Max Temperatur : 308°C

h) Volume : 1040 liter

12. FFA Cooler E305

PFAD yang dihasilkan dari Pack Column Deodorizer akan dipompa oleh PFAD Pump G303 menuju alat ini. PFAD menguap melalui scrubber D303 yang kemudian dikondensasikan dengan PFAD cair yang sudah ada dari poses sebelumnya yang ditampung di PFAD Tank F301.

13. PFAD Pump G303

Ini berfungsi untuk menarik PFAD yang berasal dari PFAD tank F310 untuk dialirkan ke FFA Cooler E305.

14. Fatty Acid Palm Distilate Tank (PFAD Tank) F310

Tangki ini berfungsi untuk menyimpan PFAD sementara yang berguna untuk mendinginkan PFAD yang baru dating dari Pack Column Deodorizer di FFA Cooler.

15. CleanCoolingTower (CCT)

Colling Tower ini berfungsi untuk menampung air yang digunakan untuk mendinginkan minyak di Shell and Tube Heater E301 dan PHE E304.

(33)

33 16. DirtyCoolingTower (DCT)

Cooling Tower ini berfungsi untuk menampung air yang berasal dari proses deodorisasi yang terjadi secara vacuum.

17. Fat Trap

Fat Trap merupakan tempat penampungan heavy phase dari DCT. Biasanya heavy phase masih mengandung minyak, sehingga perlu diadakan pengutipan minyak di heavy phase, yang dilakukan secara manual.

2.3.2 Fraksinasi A. Alat Utama

1. Plate Heat Exchanger/PHE 111

Alat ini berfungsi untuk menaikkan temperatur RBDPO yang berasal dari RDBPO Tank Yard menjadi 58-700C dengan cara disinggungkan dengan steam 3 bar. Apabila terjadi kegagalan selama proses kristalisasi di Crystalizer Tank CR 121-129, maka RBDPO disirkulasikan lagi ke HE 111 untuk dipanaskan ulang.

2. CrystalizerTank CR 121-129

Alat ini berjumlah sembilan buah dimana setiap tangkinya berkapasitas 40 ton basis RBDPO. Tujuannya adalah pembentukan kristal stearin yang homogen. Agar pembentukan yang terjadi optimal, dibantu dengan pengadukan menggunakan agitator dan pendinginan secara bertahap melalui coil yang ada di dalam tangki selama 6-7 jam. Prinsip kerja alat ini adalah mendinginkan RBDPO secara bertahap yang dimulai dari :

a. Tahap Filling (Pengisian)

b. Tahap Cooling yaitu pendinginan minyak di dalam Crystalizer CR 121-129 menggunakan Cooling Water yang dipompakan dari Cooling Tower CT151 melalui Cooling Water SupplyPump PU 151 selama ±60 menit. Pada tahap ini adalah menurunkan temperatur minyak dari 58-700C menjadi ±350C.

(34)

34 c. Tahap Chilling yaitu minyak didinginkan dengan Chiller Water bertemperatur 6-100C dari Chiller Unit CU131A/B/C di Chiller Water Tank TK131 yang dipompakan melalui Chiller Pump PU131. Tahap ini berlangsung selama 5-6 jam untuk menurunkan temperatur minyak menjadi 21-260C.

3. FilterPress FL211A/B

Filter Press FL211A/B berfungsi untuk memisahkan fraksi padat yang di sebut Refined Bleached Deodorized Palm Stearin (RBD Stearin) dan fraksi cair yang disebut RefinedBleachedDeodorizedPalmOlein (RBD Olein) 4. Melting Tank TK231A/B

Tangki terbuka ini berjumlah dua buah yang terletak dibawah Filter Press FL211A/B berfungsi untuk menampung cake stearin dan mencairkannya dengan cara memanaskan melalui coil-coil yang ada di dalam alat ini. Setelah mencair, stearin kemudian ditransferkan ke TankYard.

5. OleinTank TK221

Tangki ini berfungsi untuk menampung RBD Olein hasil proses filtrasi di FilterPress FL211A/B sebelum dialirkan menuju TankYard.

B. Alat Penunjang

1. FeedOilPump RBDPO PU111 dan ReworkPump PU111

Alat ini digunakan untuk memompakan RBDPO dari Tank yard menuju CrystalizerTank CR 121-129.

2. WaterPump PU121-129

Alat ini berjumlah sembilan buah yang berfungsi untuk memompa air yang berasal dari Cooling Tower CT151 dan untuk memompa Chiller Water yang berasal dari ChillerWaterTank TK131.

3. ChilledWaterSupplyPump PU131

Alat ini berfungsi untuk memompa air yang berasal dari Chiller Water Tank TK131 untuk dialirkan menuju CrystalizerTank CR 121-129.

(35)

35 4. ChillerWaterTank TK131

Tangki ini berfungsi untuk menampung chill water yang berasal dari Chiller Unit CU131A/B/C.

5. ChillerUnit CU131A/B/C

Alat ini berjumlah tiga buah yang fungsinya adalah mendinginkan air yang nantinya akan digunakan untuk proses kristalisasi.

6. ChilledWaterTransferPump PU132A/B/C

Alat ini berjumlah tiga buah berfungsi untuk memompa air yang berasal dari ChillerTank TK131 untuk dialirkan menuju Chiller Unit CU131A/B/C. 7. CoolingTowerWaterPump PU141A/B/C

Alat ini berjumlah tiga buah berfungsi untuk memompa air yang berasal dari CoolingTower CT141 untuk dialirkan menuju ChillerUnit CU131A/B/C. 8. CoolingTower CT141 dan CoolingTower CT151

Cooling Tower CT141 berfungsi untuk menampung cooling water yang berasal dari Utility (Water Treatment Plant), dimana Cooling Water ini akan dialirkan menuju Chiller Unit CU131A/B/C dengan menggunakan Pompa PU141A/B/C. Cooling Tower CT151 berfungsi untuk menampung Cooling Water yang berasal dari Utility (Water Treatment Plant) yang dipakai langsung untuk proses cooling pada crystallizer.

9. CoolingWaterSupplyPump PU151

Alat ini berfungsi untuk memompa air yang berasal dari Cooling Tower CT151 untuk proses kristalisasi di CrystalizerTank CR 121-129.

10. FeedPump PU211A/B

Alat ini berjumlah dua buah yang berfungsi untuk menarik minyak hasil proses kristalisasi untuk dialirkan menuju FilterPress FL211A/B.

11. StearinPump PU231A/B

Alat ini berjumlah dua buah yang berfungsi untuk memompa RBD Stearin dari MeltingTank TK231A/B menuju TankYard.

(36)

36 Tangki ini menampung RBD Olein yang berfungsi untuk menekan RBD Stearin sehingga terbentuk cakestearin di FilterPress FL211A/B.

13. SqueezeOilPump PU261A/B

Alat ini berjumlah dua buah yang berfungsi untuk menarik RBD Olein yang berasal dari Squeezing Tank TK261 A/B untuk dialirkan ke membran Filter Press FL211A/B.

14. OleinPump PU221

Alat ini berfungsi untuk menarik RBD Olein yang berasal dari Olein Tank TK221 untuk dialirkan menuju TankYard.

15. WashingTank TK 241

Tangki ini berfungsi sebagai tangki penampung minyak untuk proses pencucian Filter Press. Proses washing ini dilakukan setelah Filter Press beroperasi 20-24 kali press.

16. WashingPump PU 241

Alat ini berfungsi untuk menarik RBD Olein yang berada di Washing Tank TK 241 menuju FilterPress FL211A/B.

17. PlateheatExchangerWashing/PHE Washing HE241

Alat ini berfungsi untuk memanaskan minyak washing (RBDOL) sebelum digunakan untuk proses pencucian di Filter Press FL211A/B. Di dalam alat ini minyak washing (RBDPOL) akan bersinggungan dengan steam sampai didapat temperatur minyak washing (RBDOL) 700C.

18. CoreblowTank CL251A/B

Tangki ini berjumlah dua buah yang berfungsi untuk menampung minyak sisa hasil proses filtrasi pada proses Coreblow. Didalam tangki ini terdapat coil -coil yang berfungsi untuk memanaskan minyak sebelum dialirkan menuju RBDPO TankYard.

(37)

37 Alat ini berjumlah dua buah yang berfungsi untuk memompa minyak yang berasal dari CoreblowTank CL251A/B untuk dialirkan menuju RBDPO Tank Yard.

20. Seperangkat Komputer

Komputer ini mempunyai software khusus yang berfungsi untuk mengontrol dan mengendalikan sebagian besar alat utama dan penunjang pada Fraksinasi Plant.

2.4 Uraian Utilitas dan Fasilitas Penunjang

2.4.1 Utilitas A. Power Plant

Power Plant merupakan pusat energi pada PT.SMART Tbk Refinery Tarjun yang berfungsi untuk menghasilkan daya utilitas berupa listrik dari genset/mesin diesel dan steam dari boiler untuk membantu lancarnya proses produksi, juga bisa disebut sebagai motor untuk menjalankan pabrik ini. Adapun daya yang dihasilkan dari power plant ini sebesar 6 MW listrik secara perhitungan, namun mengingat tidak ada mesin yang bekerja dengan efisiensi 100, maka daya aktual yang dihasilkan oleh power plant adalah seitar 80-86% atau sekitar 4,8-5,2 MW. Sebagai sumber daya, power plant mengalirkan arus listrik sebanyak 1,1MW ke unit refinery dan sisanya adalah ke plant lainnya serta ke main office, mushola, kantin dan fasilitas penunjang lainnya.

Sumber steam yang digunakan untuk berlangsungnya proses produksi ada dua yaitu berasal dari power plant dan sebuah boilerheader alstom yang digerakkan oleh turbin yang kemudian akan menghasilkan uap panas dengan tekanan yang tinggi. Steam dari power plant akan ditransfer untuk membantu pemanasan dalam Final heater di Refinery dan steam yang dari boiler header alstom akan didistribusikan ke setiap plant seperti Refinery, Fraksinasi, Storagetank, Pumphouse, dan lain-lain.

(38)

38 Gambar 2.10 Power Plant

B. WTP (Water Treatment Plant)

WTP (Water Treatment Plant) ialah suatu unit pengolahan air sebagai salah satu sistem utilitas untuk menunjang kebutuhan proses produksi dan domestik yang sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan pada pabrik PT.SMART, Tbk Refinery Tarjun. Dalam WTP ada dua metode pengolahan air yaitu yang pertama bersumber dari air waduk dan yang kedua bersumber dari air laut. Untuk pengolahan air dari waduk bisa disebut dengan istilah BWRO (Brackish Water Reverse Osmosis) yang mana pada pengolahan sistem ini air dari waduk akan ditarik menggunakan pompa dan akan diproses dengan melalui beberapa tahapan didalam WTP sehingga akan menghasilkan berbagai macam produk air sesuai dengan kebutuhan tiap masing-masing plant. Sedangkan air laut yang ditarik dengan pompa menuju WTP untuk diproses bisa disebut SWRO (Sea Water Reverse Osmosis) air laut yang tadi nya asin dalam WTP ini akan diproses dengan melalui beberapa tahapan yang kemudian akan diperoleh air tawar agar bisa didistribusikan ke semua unit dan plant. Air dari WTP ini juga dipakai untuk boiler atau turbin sehingga bisa menghasilkan steam. WTP setiap harinya memproduksi air sebanyak 80 m3/jam. Prosesnya secara umum untuk pemurnian air laut (SWRO) adalah air laut yang diambil difiltrasi dengan menggunakan dual media filter yang kemudian dialirkan ke filtered water tank dengan kapasitas tangki 80 ton. Untuk BWRO terlebih dahulu diendapkan di clarifier tank. Hasil dari clarifier tank dialirkan ke clarified water tank. BWRO yang sudah mengalami proses clarifying ini difiltrasi dengan menggunakan multimedia filter. Dan dilanjutkan proses filtasi kembali dengan menggunakan active carbon filter . Untuk SWRO kemudian dilakukan filtrasi kembali dengan menggunakan catridge filter, dan

(39)

39 difiltrasi kembali dengan menggunakan membran. SWRO yang tidak memenuhi standar akan langsung dialirkan ke laut. Hasil dari proses filtrasi SWRO dan BWRO ini dialirkan ke tangki buffering kedua, yaitu untuk SWRO dialirkan ke product tank dan untuk BWRO dialirkan ke filtered tank. Kemudian keduanya kembali dialirkan ke tangki buffering ketiga yaitu berupa filtered tank dan difiltrasi kembali menggunakan cartridge filter, lalu difiltrasi lagi dengan menggunakan membran filte. Hasilnya dialirkan ketangki buffering keempat yaitu berupa BWRO tank. Air yang dihilangkan mineralnya melalui proses demineralized water dialirkan ke demin plant. Air yang telah disimpan pada buffering keempat dialirkan ke deaerator untuk mengurangi kadar O2, deaerator terbagi dua, yaitu deaerator Alstom dan deaerator

power plant. Hasil dari deaerator dialirkan kembali ke feed water boiler atau boiler drum sebelum dialirkan ke boiler water atau turbin extraction steam. Pemanasan pada boiler menggunakan batubara. Steam yang diahsilkan dialirkan ke refinery plant, KCP, office, dan laboratory.

Gambar 2.11 Water Treatment Plant (WTP)

C. Unit Penyedia Bahan Bakar

Bahan bakar yang digunakan untuk menjalankan power plant adalah batubara dan solar.

(40)

40 Gambar 2.12 Stockpile batubara

2.4.2 Pengolahan limbah WWTP (Waste Water Treatment Plant)

WWTP (waste water treatment plant) merupakan unit pengolahan limbah cair yang ada dalam area pabrik. Unit ini sangat berperan penting untuk sebuah pabrik karena limbah merupakan hasil buangan produk samping dari hasil olahan yang tidak bisa terpakai lagi. Dalam PT.SMART, Tbk Refinery Tarjun hanya mengolah limbah cair saja. Yaitu limbah cair hasil produksi Refinery, limbah cair dari Unloading CPO, dan limbah cair dari QC/laboratory. Sedangkan untuk limbah padat nya di gunakan untuk penambalan lubang-lubang bekas galian saja. Sebelum limbah cair dibuang ke drainase menuju laut terlebih dahulu harus melewati beberapa tahapan proses yang akan ditunjukan pada gambar berikut dibawah ini:

Gambar 2.13 WWTP

Limbah cair yang berasal dari refinery ditampung di DCT (Dirty cooling tower) akan digabung dengan limbah dari Unloading pump house, dan limbah dari QC/laboratory ditampung sementara menjadi satu dalam suatu bak pump pit kemudian akan dipompa masuk kedalam bak oil & grease trap untuk proses penyaringan pertama, hal ini bertujuan untuk memisahkan minyak sisa PFAD yang

(41)

41 masih terikat ikut dengan air. Minyak sisa tersebut akan masukkan ke dalam sludge basin oil tank yang kemudian akan ditransfer ke dalam storage tank atau kembali diproses ulang.

Sedangkan air masih dalam bak oil & grease trap akan overflow kedalam bak equalisasi. Karena air tersebut bersifat asam, dalam bak ini ditambahkan NaOH untuk menurunkan tingkat keasamannya. Setelah itu air dialirkan masuk ke dalam statif mixer dengan diinjeksikan PAC yang berfungsi untuk menjernihkan air dari bak equalisasi sebelum masuk ke dalam bak flokulasi. Dalam bak ini limbah tersebut dicampur dengan PE sehingga terjadi proses penggumpalan membentuk flok. Kemudian limbah dialirkan masuk ke dalam bak disolve air floatation (DAF). Dalam bak ini limbah terbentuk menjadi 3 zona yaitu zona paling atas berbentuk float/gelembung busa, zona tengah berbentuk air, dan zona dasar berbentuk sludge. Dari bak DAF, air limbah akan ditransfer masuk ke dalam bak aerasi untuk diproses lanjut yaitu proses mencampur air dengan udara sehingga air yang beroksigen rendah akan kontak dengan oksigen atau udara yang dihembuskan dari pompa aerator. Proses ini akan menurunkan kadar BOD, COD, TDS dan TSS yang terkandung dalam limbah tersebut. Setelah melewati tahap aerasi, air limbah akan overflow ke dalam bak sedimentasi dimana pada bak ini akan terjadi proses pemisahan antara sludge/padatan dengan airnya. Air dari bak sedimentasi masuk kedalam bak control tank untuk diuji kelayakan airnya dan disaring melewati catridge filter sebagai penyaringan tahap akhir yang kemudian dialirkan ke drainase menuju laut. Sedangkan untuk endapan sludge dari bak sedimentasi akan ditransfer ke dalam sludge thickener yang kemudian akan dialirkan ke filter press untuk dipisahkan lagi antara air dan cake. Air dari hasil filter press akan diproses ulang dalam bak pumppit, sedangkan cakenya akan dijadikan sebagai pupuk organik untuk tanaman di area pabrik. Untuk uraian proses pengolahan limbah cair pada PT. SMART Tbk Refinery Tarjun dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

(42)

42 Gambar 2.14 Diagram alir proses pengolahan limbah cair pada WWTP

2.3.3 Fasilitas Penunjang A. MainOffice

Main office merupakan fasilitas penunjang yang sangat berpengaruh besar dalam kemajuan suatu pabrik karena dalam office ini semua bagian-bagian departemen yang ada dalam area pabrik berpusat pada office. Oleh karena itu office pada pabrik PT. SMART Tbk Refinery Tarjun terletak ditengah-tengah area pabrik karena sesuai dengan fungsinya yaitu sebagai pusat pengawasan berjalannya proses produksi pada pabrik tersebut.

(43)

43 Gambar 2.15 Mainoffice

B. Workshop dan Maintenance

Workshop dan Maintenance berfungsi sebagai unit perawatan serta perbaikan alat-alat yang ada dalam area pabrik sebagai penunjang proses produksi.

Gambar 2.16 Unit Stasiun Workshop & Maintenance

C. Warehouse

Unit stasiun warehouse berfungsi sebagai gudang penyimpanan stok bahan kimia dan spare part yang akan digunakan dalam proses produksi. Pada pabrik PT. SMART Tbk Refinery Tarjun, warehouse ini terbagi menjadi 3 ruangan yaitu ruang pertama untuk menyimpan stok spare part, ruang kedua untuk menyimpan raw chemical, dan ruang ketiga untuk menyimpan BE dan PA.

(44)

44 Gambar 2.17 Warehouse spare part

Gambar 2.18 Warehouse Chemical PA & BE

D. Laboratorium/Quality Control (QC)

Laboratorium merupakan fasilitas pabrik yang sangat berperan untuk mengontrol dan menganalisa hasil produksi serta menjamin kualitas mutu produk yang ada di PT. SMART Tbk Refinery Tarjun. Hasil pengujian analisa yang dikeluarkan dari laboratorium ini harus sesuai dengan kondisi aktual proses produksi tersebut. Hal demikian dilakukan agar prabik ini mampu memproduksi suatu produk dengan mutu yang sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan.

Gambar

Gambar 2.3 Weight Bridge (jembatan timbang)
Gambar 2.4 Unloading CPO
Gambar 2.6 Pump House
Gambar 2.8 Unloading Kernel &amp;  KCP
+7

Referensi

Dokumen terkait

Biasanya air yang masuk suhunya lebih tinggi dibandingkan suhu yang keluar dari cooling tower karena air yang masuk merupakan air yang telah di alirkan ke semua ruangan untuk

Sisa – sisa gas klorin yang dihasilkan dari berbagai sumber di caustic soda plant dikirim dan ditarik ke dua buah Hypo Absorption Tower (C. 810) yang ada, dimana gas-gas

Bayer CropScience Surabaya juga melakukan refilling produk toller yang diimpor dari rekanan Bayer yang tersebar di seluruh dunia.. Limbah utama yang dihasilkan

Pembentukan soft skill dan tenaga kerja yang terampil dan berkompeten di bidangnya tidak akan terbentuk hanya mengandalkan proses belajar mengajar (teori) dalam kelas saja,

Berdasarkan tabel FMEA dapat dikembangkan untuk menentukan peralatan atau komponen kritis yang dapat menyebabkan kegagalan sistem dalam menjalankan operasi

1) Pengolahan limbah cair dengan menggunakan Instalasi Pengolahan Air Limbah, dimana semua limbah cair yang berasal dari setiap ruangan di rumah sakit ditampung

Daftar putaka dari artikel ilmiah internet, memiliki uraian sebagai berikut : Nama pemilik artikel (dapat institusi atau personal), tahun dipublikasikan di

Metode Analisa design hanya terbatas dari study literatur yaitu dari manual book dengan standard Hamon Cooling Tower Type Multi Cell Induced Draft Fan Counter Flow Cooling Tower..