BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. CD Pembelajaran 1. Pengertian
Dalam penelitian ini CD yang dimaksud adalah CD pembelajaran yang menyajikan model pembelajaran NHT dengan contoh materi di dalamnya yaitu kubus dan balok. Tim Medikomp (1994) (dalam Maroebeni, 2008) menjelaskan bahwa CD pembelajaran merupakan sebuah media yang menegaskan sebuah format multimedia yang dapat dikemas dalam CD (Compact Disk).
CD pembelajaran dibuat menggunakan software komputer. CD pembelajaran adalah sebuah CD yang berisi menu-menu yang dapat menampilkan sebuah informasi tertentu. Keunggulan CD pembelajaran adalah dapat membantu mempertaajam pesan yang disampaikan karena merupakan gabungan antara pandang, suara, dan gerakan. 2. Tujuan Dibuatnya CD Pembelajaran
CD pembelajaran ini disusun dengan tujuan untuk menyajikan sebuah penerapan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) dalam proses pembelajaran di sekolah dengan contoh materi yang disampaikan adalah kubus dan balok. CD pembelajaran yang dibuat ini ditujukan untuk pengguna CD pembelajaran yaitu para pendidik agar dapat memahami tentang bagaimana proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT tersebut. Sehingga setelah pengguna CD pembelajaran dapat memahami dan menguasai bagaimana
pembelajaran kooperatif tipe NHT, mereka dapat menerapkannya langsung dalam pembelajaran di kelas.
B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT 1. Pembelajaran Kooperatif
Falsafah yang mendasari model pembelajaran gotong royong dalam pendidikan adalah falsafah homo homini socius, falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial, kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup. Tanpa kerjasama, tidak akan ada king, organisasi/sekolah. Seperti yang dikatakan oleh pakar pendidikan John Dewey (dalam Lie, 2002:15) bahwa sekolah adalah miniatur masyarakat, sudah selayaknyalah anak-anak didik belajar mengenai tata cara bermasyarakat dalam konteks-konteks yang sesungguhnya, semasa masih di sekolah. Metode pengajaran cooperative learning telah dibuktikan sangat efektif dalam meningkatkan hubungan antar ras di Amerika.
Menurut Eggen and Kauchak (dalam Trianto, 2007 : 42) pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah.
Ibrahim, dkk (dalam Trianto, 2007 : 44) menjelaskan bahwa struktur tujuan koperatif terjadi jika siswa dapat mencapai tujuan mereka hanya jika siswa lain dengan siap mereka bekerja sama mencapai tujuan bersama. Tujuan-tujuan pembelajaran ini
mencakup tiga jenis tujuan penting, yaitu : hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain.
Apabila diperhatikan secara seksama , maka pembelajaran kooperatif ini mempunyai cicri-ciri tertentu dibandingkan dengan model lainnya. Arends (dalam Trianto, 2007 : 47) menyatakan bahwa pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
c. Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang beragam, dan
d. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu.
2. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
Numbered Head Together (NHT) atau penomoran berpikir bersama adalah merupakan model pembelajaran kooperatif yang diarancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Numbered Head Together (NHT) pertama kali dikembangkan oleh Spenser Kaggen (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu
pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut (Trianto, 2007 : 62).
Dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT siswa lebih bertanggungjawab terhadap tugas yang diberikan karena dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT siswa dalam kelompok diberi nomor yang berbeda. Setiap siswa dibebankan untuk menyelesaikan soal yang sesuai dengan nomor anggota mereka. Dalam proses pembelajaran kooperatif tipe NHT, siswa aktif bekerja dalam kelompok. Mereka bertanggungjawab penuh terhadap soal yang diberikan, misalnya nomor urut 2 dalam kelompoknya mempertanggungjawabkan soal nomor 2 dan seterusnya.
Teknik yang dikembangkan oleh Spenser Kaggen ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik (Lie, 2002:59).
3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
Ibrahim (dalam Herdyo, 2009) mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT yaitu : (1) Hasil belajar akademik struktural, (2) Pengakuan adanya keragaman, (3) Pengembangan keterampilan sosial.
a. Hasil belajar akademik struktural
Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. b. Pengakuan adanya keragaman
Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang.
c. Pengembangan keterampilan sosial
Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainnya.
4. Fase-Fase Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
Trianto (2007: 62-63) mengatakan bahwa dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat fase sebagai sintaks NHT :
a. Fase 1 : Penomoran
Dalam fase ini guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5.
b. Fase 2 : Mengajukan Pertanyaan
Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan-pertanyaan dapat sangat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya.
c. Fase 3 : Berfikir Bersama
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.
d. Fase 4 : Menjawab
Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
Adapun langkah-langkah pembelajaran NHT adalah sebagai berikut: a. Pendahuluan
1) Guru melakukan apersepsi
2) Guru menjelaskan tentang model pembelajaran NHT 3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
4) Guru memberikan motivasi
b. Kegiatan Inti
Fase 2: Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe NHT Tahap Pertama
1) Penomoran: guru membagi siswa dalam kelompok yang beranggotakan 3-5 orang dan kepada setiap anggota diberi nomor 1-5
2) Siswa bergabung dengan anggotanya masing-masing Tahap Kedua
Mengajukan pertanyaan: guru mengajukan pertanyaan berupa tugas untuk dikerjakan Tahap Ketiga
Berfikir bersama: Siswa berfikir bersama dan menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan yang diberikan oleh guru dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tersebut
Tahap Keempat
1) Menjawab: Guru memanggil siswa dengan nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan atau mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya untuk seluruh kelas. Kelompok lain diberi kesempatan untuk berpendapat dan bertanya terhadap hasil diskusi kelompok tersebut.
2) Guru mengamati hasil yang diperoleh masing-masing kelompok dan memberikan semangat bagi kelompok yang belum berhasil dengan baik.
Guru memberikan soal latihan sebagai pemantapan terhadap hasil dari pengerjaan soal yang sudah diajukan oleh guru.
c. Penutup
Fase 3: Penutup
1) Siswa bersama guru menyimpulkan materi yang telah diajarkan. 2) Guru memberikan tugas rumah
5. Manfaat Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
Herdyo (2009) menyebutkan beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siawa, antara lain :
a. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi b. Memperbaiki kehadiran
c. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar d. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
e. Konflik antara pribadi berkurang f. Pemahaman yang lebih mendalam
g. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi h. Hasil belajar lebih tinggi
C. Pokok Bahasan Kubus dan Balok
Pada penelitian yang mengembangkan CD pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan contoh materi kubus dan balok. Sesuai dengan silabus sekolah yang menggunakan sistem KTSP materi yang akan dibahas sebagai berikut : 1. Menyebutkan unsur-unsur kubus dan balok
2. Membuat jaring-jaring kubus dan balok
3. Menemukan rumus luas permukaan kubus dan balok 4. Menghitung luas permukaan kubus dan balok
5. Menentukan rumus volume kubus dan balok 6. Menghitung volume kubus dan balok
D. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran 4-D
Menurut Thiagarajan Semmel dan Semmel (1974) bahwa model pengembangan perangkat terdiri dari empat tahap yang dikenal dengan sebutan 4-D model yaitu tahap pendefinisian (define), perancangan (design), pengembangan (develop), dan pendesiminasian (disseminate). Model ini dapat digambarkan seperti diagram berikut :
Diagram 2.1
MODEL PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN 4-D (THIAGARAJAN, SEMMEL, DAN SEMMEL, 1974)
Analisis Awal-Akhir Analisis Siswa Analisis Konsep Analisis Tugas Spesifikasi Tujuan Penyusunan Tes Pemilihan Media Pemilihan Rancangan Awal Validasi Ahli Uji Pengembangan Uji Validasi Pengemasan
Penyebaran dan Pengadopsian
Pendefinisian
Perancangan
Pengembangan
Model di atas terdiri dari emat tahap yaitu : 1. Tahap pendefinisian (Define)
Tahap pendefinisian ditujukan untuk menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pembuatan model pembelajaran dengan menganalisis tujuan dan materi pelajaran. Dalam tahap ini ada lima kegiatan :
a. Analisis Awal-Akhir
Analisis awal-akhir dimaksudkan untuk menentukan masalah dasar yang diperlukan dalam pengembangan CD Pembelajaran.
b. Analisis Siswa
Tujuan analisis siswa adalah menelaah karakteristik siswa yang sesuai dengan rancangan dan pengembangan CD Pembelajaran.
c. Analisis Konsep
Analisis konsep bertujuan untuk mengidentifikasi, merinci dan menyusun secara sistematis konsep-konsep yang relevan yang akan diajarkan berdasarkan analisis awal-akhir.
d. Analisis Tugas
Kegiatan ini bertujuan untuk mengidentifikasikan keterampilan akademis utama yang akan dikembangkan dalam model pembelajaran.
e. Spesifikasi Tujuan Pembelajaran (TPK)
Spesifikasi tujuan pembelajaran ditujukan untuk mengkonversikan tujuan dari analisis tugas dan analisis konsep menjadi tujuan-tujuan pembelajaran khusus, yang dinyatakan dengan tingkah laku.
2. Tahap Perancangan (Design)
Tujuan dari tahap ini adalah untuk merancang prototipe model pembelajaran yang meliputi empat langkah yaitu :
a. Penyusunan Tes Acuan Patokan b. Pemilihan media
c. Pemilihan format
d. Desain awal (Rancangan Awal) 3. Tahap Pengembangan (Develop)
Tujuan pengembangan adalah untuk menghasilkan draft perangkat pembelajaran yang telah direvisi berdasarkan masukkan para ahli dan data yang diperoleh dari uji coba. Pada tahap pengembangan ini terdapat dua langkah kegiatan, yaitu penilaian para ahli dan uji coba.
4. Tahap Penyebaran (Desseminate)
Maksud dari tahap ini adalah menyebarkan perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian setelah direvisi berdasarkan hasil validitas para ahli dan hasil uji coba.
Model Thiagarajan merupakan pengembangan perangkat pembelajaran yang secara detail menjelaskan langkah-langkah operasional pengembangan perangkat. Sehingga jelaslah bahwa untuk pengembangan perangkat, model Thiagarajan lebih terperinci dan lebih sistematis. Disamping itu ada kelebihan-kelebihan lain dari model Thiagarajan yaitu :
a. Pijakan utama pendidikan di Indonesia berdasarkan kurikulum yang telah ditetapkan, oleh karena itu dalam penyusunan perangkat pembelajaran terlebih dahulu harus
dilakukan analisis kurikulum. Pada model ini analisis kurikulum dapat dilakukan pada langkah analisis ujung-depan.
b. Memudahkan peneliti untuk melakukan langkah selanjutnya.Suatu contoh, langkah analisis tugas dan analisis konsep dapat membantu peneliti untuk menentukan TPK. c. Pada tahap III peneliti dapat dengan leluasa melakukan uji coba dan revisi
berkali-kali sampai diperoleh perangkat pembelajaran dengan kualitas yang maksimal (final).