• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Karya sastra merupakan hasil karya para sastrawan yang berupa fenomena yang ada dalam masyarakat dan dituangkan dalam bentuk lisan maupun tulis. Sastra dan manusia sangat erat kaitannya karena pada dasarnya keberadaan dan kemunculan sastra sering bermula dari permasalahan-permasalahan yang dialami manusia dan lingkungannya kemudian diimajinasikan oleh seorang pengarang untuk menuangkan masalah-masalah tersebut menjadi karya sastra. Salah satu genre sastra adalah prosa. Prosa dalam pengertian kesastraan juga disebut dengan fiksi, teks naratif atau wacana naratif (Nurgiyantoro, 1998: 2). Karya fiksi menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan, memberi hiburan dan tidak sungguh-sungguh terjadi pada dunia nyata.

Karya sastra sangat erat hubungannya dengan pembelajaran bahasa. Sastra itu sendiri adalah suatu bentuk karya seni yang menggunakan media bahasa. Sastra ada untuk dibaca, dinikmati dan dipahami, serta dimanfaatkan, yang antara lain menambah wawasan kehidupan. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat dari Alwi dan Sugono (2002: 234), manusia bisa kreatif, bisa berwawasan luas, bahkan bisa menjadi pemimpin yang baik apabila ia menimba nilai-nilai yang dituangkan oleh pengarang dalam karya sastra. Bahkan jika suatu karya sastra, contohnya novel dijadikan sebagai materi atau bahan ajar, tidak menutup kemungkinan cerita novel tersebut dimasukkan ke dalam kompetensi dasar yang telah ada. Misalnya kompetensi dasar membaca teks sastra, seorang tenaga pendidik dapat memakai karya sastra novel tersebut sebagai bahan ajar. Tidak hanya kompetensi membaca saja, bahkan kompetensi lainnya seperti kompetensi dasar menyimak pun bisa memakai bahan ajar novel atau karya sastra lainnya.

Karya sastra akan menjadi sesuatu yang menarik dan dibutuhkan oleh siswa bahkan masyarakat, jika mengandung gagasan, nilai, norma dan peraturan yang dapat dimanfaatkan untuk menumbuhkan sikap sosial tertentu atau bahkan untuk mencetuskan peristiwa sosial tertentu. Menurut Alwi dan Sugono (2002: 234),

(2)

commit to user

salah satu dampak sastra adalah mengukuhkan nilai-nilai positif dalam pikiran dan perasaan manusia. Sastra memiliki fungsi utama sebagai penghalus budi, peningkatan kepekaan rasa kemanusiaan, dan kepedulian sosial, penumbuhan apresiasi budaya dan penyaluran gagasan, imajinasi dan ekspresi secara kreatif dan konstruktif, baik secara lisan maupun tertulis. Salah satu jenis karya sastra fiksi tertulis yang menceritakan kejadian atau peristiwa-peristiwa yang didalamnya bertujuan memberi hiburan kepada pembaca adalah novel.

Setiap pengarang dalam menulis suatu novel, dipengaruhi oleh dua unsur pembangun yang biasa kita kenal dengan unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang terkandung di dalam cerita dan secara langsung turut serta membangun cerita. Unsur-unsur tersebut antara lain, tema, alur, penokohan, latar, sudut pandang penceritaan, gaya bahasa dan lain-lain. Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra tersebut dan secara tidak langsung mempengaruhi bangunan karya sastra. Misalnya biografi pengarang, psikologi pengarang, dan keadaan lingkungan pengarang seperti ekonomi, politik, dan sosial (Nurgiyantoro, 1998: 23-24).

Novel sebagai salah satu jenis karya sastra merupakan wacana yang memuat banyak kata atau bahasa yang tentu beragam, diciptakan sesuai dengan gagasan dan imajinasi pengarangnya. Setiap pengarang tentu mempunyai harapan agar hasil karyanya menarik dan dapat diterima pembaca. Untuk mewujudkan hal itu keahlian pengarang dalam memilih dan menyusun kata atau unsur bahasa merupakan faktor yang sangat penting, sehingga karya yang dihasilkannya menjadi lebih baik. Selain unsur bahasa, faktor yang tak kalah pentingnya adalah unsur tema cerita serta tokoh yang mewakili suatu peristiwa atau fenomena-fenomena yang khas. Biasanya menggambarkan kehidupan masa lalu dan mengunggulkan sosok tertentu yang mencerminkan atau bisa jadi bertolak belakang dengan kehidupan sekarang.

Pembelajaran membaca teks sastra di Sekolah Menengah Atas saat ini kurang optimal. Siswa kurang mempunyai minat dan sikap antusias yang tinggi dalam mengikuti pembelajaran sastra, dikarenakan proses pembelajaran yang berlangsung monoton dan cenderung membosankan. Bahan pembelajaran sastra

(3)

commit to user

yang digunakan oleh guru kurang menarik dan cenderung hanya diambilkan dari buku teks atau buku pegangan siswa saja. Hal tersebut menjadikan gairah dan motivasi siswa kurang tergugah. Keterbatasan materi pembelajaran dalam pembelajaran bahasa Jawa diduga disebabkan kurang kreatif dan inovatifnya para pendidik. Materi ajar yang baik dalam pembelajaran membaca teks sastra adalah yang dapat menarik apresiasi, minat dan antusias peserta didik.

Realitas yang menyedihkan bahwa pengajaran sastra di sekolah pada beberapa dekade terakhir ini kurang membawa pencerahan bagi siswa. Kondisi pengajaran sastra yang “terlunta-lunta” tampaknya belum juga mengalami perubahan dan kemajuan yang signifikan. Tetap saja pengajaran sastra di sekolah mengalami peminggiran, bahkan seolah-olah tereliminasikan dari pembelajaran. Adapun alasan-alasan klasik, misalnya terbatasnya waktu yang tersedia, pengajaran bahasa dan sastra Jawa lebih terfokus pada bahasa (tepatnya tata bahasa), dan bahan ajar sastra yang terbatas.

Bahan ajar merupakan salah satu komponen dalam pembelajaran yang harus dipenuhi. Semakin banyak referensi atau materi bahan ajar semakin memudahkan tenaga pendidik dan peserta didik dalam memahami materi pembelajaran. Pada awalnya gurulah sumber belajar satu-satunya di kelas, namun pada saat ini guru mengarah sebagai fasilitator dan dituntut pengadaan bahan ajar atau buku pegangan agar menjembatani permasalahan keterbatasan kemampuan daya serap siswa dan keterbatasan kemampuan guru dalam mengelola proses belajar di kelas. Selain itu, kehadiran bahan ajar dapat berguna untuk memahami dan memberikan perlakuan sesuai dengan karakteristik siswa secara individual, sehingga materi-materi yang kurang dipahami dapat dieksplorasi kembali melalui bahan ajar.

Karya sastra dapat dijadikan sebagai bahan ajar yang dapat diberikan kepada peserta didik. Sebuah karya sastra akan memberikan informasi yang berbeda-beda bagi para pembacanya yang berbeda-beda pula, sesuai dengan tingkat daya tangkap masing-masing peserta didik. Peserta didik perlu dibimbing hingga mampu menangkap makna dan nilai-nilai yang tersirat dalam karya sastra tersebut. Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif dan

(4)

commit to user

berbentuk cerita. Novel sebagai salah satu karya sastra sangat mungkin untuk dijadikan bahan pembelajaran sastra di sekolah. Untuk menjadikan novel sebagai bahan ajar, maka harus ada strategi untuk menjembatani yaitu mengembangkan materi ajar membaca teks sastra dengan mensimplifikasikan novel tersebut. Hasil simplifikasi novel inilah yang dapat dijadikan sebagai bahan ajar dalam pembelajaran bahasa dan sastra Jawa. Tujuan dari simplifikasi suatu novel yaitu memudahkan siswa dalam memahami isi novel tanpa harus membaca novel yang begitu tebalnya, sehingga waktu pembelajaran jadi lebih efektif, tanpa menghilangkan nilai-nilai moral yang terkandung di dalam novel.

Bahan ajar tidak harus bersumber dari buku teks. Bahan ajar dapat diambil dari berbagai sumber selama sesuai dengan kurikulum. Salah satu contoh bahan ajar selain buku teks adalah novel. Salah satu novel yang bisa dijadikan sebagai bahan ajar sastra dalam pembelajaran bahasa Jawa adalah novel Kumandhanging

Katresnan karya Any Asmara. Any Asmara dilahirkan di Yogyakarta 21 Januari

1947 di tengah keluarga pengarang Jawa. Beliau sejak lahir memiliki nama Teguh Haryono. Pergantian nama jadi Teguh Ranusastra Asmara setelah ia menulis puisi di lembaran Persada, Koran Minggu Pelopor Jogja. Nama belakang itu diambil dari bagian nama ayahnya. Orang pertama yang mengajak Umbu Landu Paranggi untuk membentuk klub penulis kreatif Pelopor Jogja bernama Persada Studi Klub (PSK). Bersama Iman Budhi Santosa dan Suwarno Pragolapati akhirnya menggedor Umbu untuk membentuknya pada 5 Maret 1969. Menurut Hutomo (1975: 62), Any Asmara adalah pengarang cinta asmara. Tema cinta asmara ini juga meliputi novelnya yang berbentuk cerita detektif dan cerita perjuangan. Salah satu novel Any Asmara yang dapat mewakili tema cinta asmara ini adalah sebuah novel yang berjudul Kumandhanging Katresnan. Novel karangan Any Asmara tersebut mempunyai nilai pendidikan atau pesan moral yang baik bagi siswa, yaitu segala sesuatu membutuhkan pengorbanan. Kita sebagai manusia hanya bisa berencana, berharap dan berusaha semaksimal mungkin, tetapi semua kehendak bergantung pada sang khaliq.

Salah satu keistimewaan novel Kumandhanging Katresnan karya Any Asmara adalah alur ceritanya yang tidak biasa, yaitu menggunakan alur campuran

(5)

commit to user

yang mengisahkan masa lalu (back tracking) sang tokoh utama, yaitu Ranu Asmara yang mencintai seorang gadis namun tidak disetujui oleh orang tua pihak perempuan. Namun Ranu Asmara tidak patah arah dan berusaha bangkit meniti karir. Hal tersebut yang menjadikan novel ini menarik untuk dibaca dan digunakan dalam pembelajaran bahasa Jawa di sekolah tingkat SMA.

Tingkat psikologi siswa SMA tentunya berbeda dengan siswa SMP maupun Sekolah Dasar. Siswa SMA sudah lebih dewasa dan lebih tertarik dengan cerita-cerita yang berbau roman atau percintaan, namun tetap dalam pengawasan dan batasan-batasan pembelajaran. Selain itu, novel Kumandhanging Katresnan karya Any Asmara telah dicetak beberapa kali. Salah satu Universitas di Semarang juga mencetak kembali novel tersebut dan bahkan membuat

softcopynya, yaitu oleh Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), Jurusan Bahasa dan

Sastra Jawa.

Penelitian ini mengkaji novel Kumandhanging Katresnan karya Any Asmara untuk disimplifikasikan dengan menggunakan teori strukturalisme naratif model Seymour Chatman. Teori struktralisme naratif model Seymour Chatman digunakan karena objek yang diteliti berupa novel yang terdiri dari rangkaian cerita narasi. Teori strukturalisme naratif merupakan suatu alat dan cara untuk membedah suatu karya sastra lewat struktur cerita. Berdasarkan teori strukturalisme naratif Chatman, peristiwa-peristiwa dalam cerita yang terangkai dalam peristiwa-peristiwa naratif yang terbagi dalam unit-unit naratif dan di dalam unit-unit cerita, antara unit cerita yang satu dengan yang lain saling berhubungan. Peristiwa-peristiwa naratif tersebut yang dijadikan pedoman untuk menyederhanakan novel tersebut.

Hasil simplifikasi novel Kumandhanging Katresnan diduga dapat dijadikan sebagai bahan ajar yang lebih efektif dan relevan dengan pembelajaran bahasa Jawa. Simplifikasi sendiri bertujuan mempermudah pembaca dalam memahami maksud yang ingin disampaikan oleh pengarang atau penulis terhadap pembaca. Menurut Csaba Pleh (2003: 188), para teori klinis Prancis, Pierre Janet (1928) mengklaim bahwa teks disusun secara logis adalah kunci untuk rasionalitas, karena asal rasionalitas harus dicari dalam koordinasi interpersonal.

(6)

commit to user

Artinya dalam menyusun sebuah teks, harus mempertimbangkan aspek-aspek personal atau subjek yang dituju (siswa). Simplifikasi tentunya beda dengan membuat sinopsis suatu karangan. Sinopsis cerita cenderung langsung mengarah ke inti cerita dan terkadang menghilangkan salah satu unsur cerita yang terdapat di dalamnya. Sementara, simplifikasi merupakan proses penyederhanaan novel dari halaman yang panjang, kemasan dan bentuknya yang tebal menjadi teks sastra yang lebih singkat tetapi tanpa mengubah struktur naratif yang ada di dalamnya. Hasil simplifikasi novel tersebut, dapat mempermudah siswa dalam memahami isi cerita tanpa harus membaca novel yang begitu tebal dan membutuhkan waktu lama. Hasil simplifikasi novel ini diharapkan dapat membantu pembelajaran bahasa Jawa yang bergenre sastra.

Penelitian yang mengkaji karya sastra novel sebagai bahan kajian sudah banyak dilakukan, namun novel Kumandhanging Katresnan beserta struktur naratifnya diduga belum pernah diteliti. Setiap penelitian biasanya mengacu pada penelitian lain yang dapat dijadikan tolak ukur untuk melakukan penelitian selanjutnya. Hal ini digunakan untuk mengetahui relevansi penelitian yang telah dilakukan dengan penelitian yang akan dilakukan.

Penelitian mengenai objek kajian berupa novel sudah banyak dilakukan, namun pendekatan yang digunakan tidak sama. Penelitian yang mempunyai objek kajian novel diantaranya yang dilakukan oleh Mursyidah (2013: 1) dalam jurnalnya yang berjudul Ma’s Anxiety in Emma Donoghue’s Room. Novel yang berjudul Room tersebut, memunculkan tokoh Ma yang mengalami depresi kehidupan. Penelitian Mursyidah ini hanyalah meneliti unsur intrinsik serta gejolak jiwa yang dialami Ma. Nyoni (2011: 83-84) pernah melakukan penelitian terhadap tiga novel sekaligus, yaitu ‘Marachera’s House of Hanger’, ‘The Black

Insider’, and ‘Mindblast’ yang berisi tentang konflik-konflik batin yang

berkecamuk akibat keadaan sosial yang tidak stabil seperti masalah kelaparan, kesehatan dan kemiskinan. Penelitian tersebut berjudul A Psychoanalityc Reading

of ‘Marachera’s House of Hanger’, ‘The Black Insider’, and ‘Mindblast’.

Sementara penelitian yang mengkaji tentang struktur naratif sebuah karya sastra adalah penelitian yang dilakukan oleh Aylett dan Louchart yang berjudul

(7)

commit to user

Towards a narrative theory of virtual reality. Jurnal tersebut membahas relevansi

teori naratif Plato, termasuk kajian dan teori-teori kritik sastra yang diantaranya kritik film dan drama teatrikal serta analisis karakter dari Virtual Reality dengan teori naratif. Didalamnya juga menggunakan acuan tentang struktur naratif model Seymour Chatman. Berbeda dengan Aylett dan Louchart, Françoise dan Antonio Rizzo (2007) dengan jurnalnya yang berjudul New Active Tools for Supporting

Narrative Structures memberi gambaran lain mengenai unsur-unsur naratif yang

terbentuk oleh imajinasi pengarang, logika dan alur.

Jurnal-jurnal dan penelitian-penelitian tersebut menggunakan teori dan pendekatan yang berbeda dengan penelitian mengenai novel Kumandhanging

Katresnan karya Any Asmara. Penelitian ini akan menggunakan teori

strukturalisme naratif Chatman untuk membongkar struktur naratif yang kemudian akan disimplifikasi menjadi bahan pembelajaran novel yang lebih sederhana tanpa menghilangkan unsur-unsur cerita yang terdapat dalam novel tersebut.

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan ajar membaca teks sastra, tidak hanya pada aspek membaca, tetapi pada semua aspek yang sesuai kebutuhan dengan pembelajaran bahasa Jawa yang mudah dimengerti tanpa meninggalkan nilai-nilai dan makna yang terdapat dalam cerita yang digunakan sebagai bahan ajar membaca pemahaman teks sastra (novel).

Mengenai beberapa alasan yang telah dikemukakan, maka dalam penelitian ini akan diungkap struktur naratif yang terdapat pada novel Kumandhanging

Katresnan karya Any Asmara yang akan dijadikan sebagai acuan untuk

menyimplifikasi novel tersebut, serta relevansinya dengan pembelajaran bahasa Jawa di SMA. Oleh karena itu, judul penelitian ini adalah “Simplifikasi Struktur Naratif dalam Novel Kumandhanging Katresnan Karya Any Asmara serta Relevansinya dengan Pembelajaran Bahasa Jawa di Sekolah Menengah Atas.”

(8)

commit to user B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimanakah pola struktur naratif novel Kumandhanging Katresnan karya Any Asmara model Seymour Chatman?

2. Bagaimanakah bentuk simplifikasi struktur naratif dalam novel

Kumandhanging Katresnan karya Any Asmara?

3. Bagaimanakah relevansi hasil simplifikasi struktur naratif dalam novel

Kumandhanging Katresnan karya Any Asmara dengan pembelajaran

bahasa Jawa di Sekolah Menengah Atas?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penyusunan penelitian ini adalah.

1. Mendeskripsikan dan menjelaskan pola struktur naratif novel

Kumandhanging Katresnan karya Any Asmara model Seymour Chatman.

2. Mendeskripsikan dan menjelaskan bentuk simplifikasi struktur naratif dalam novel Kumandhanging Katresnan karya Any Asmara.

3. Mendeskripsikan dan menjelaskan relevansi hasil simplifikasi struktur naratif dalam novel Kumandhanging Katresnan karya Any Asmara dengan pembelajaran bahasa Jawa di Sekolah Menengah Atas.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa teori strukturalisme naratif model Seymour Chatman dapat digunakan untuk mensimplifikasikan cerita novel Kumadhanging Katresnan karya Any Asmara sebagai bahan ajar sastra menjadi teks baru yang lebih sederhana tanpa begitu mengubah struktur di dalamnya.

(9)

commit to user 2. Manfaat Praktis

a) Bagi Siswa

Diharapkan dapat membantu dalam berapresiasi sastra novel dan menemukan nilai-nilai pendidikan atau pesan moral yang terkandung dalam novel Kumadhanging Katresnan Karya Any Asmara.

b) Bagi Guru

Memotivasi guru untuk lebih kreatif dalam membuat bahan ajar pembelajaran bahasa Jawa. Sehingga pembelajaran sastra di dalam kelas tidak lagi membosankan dan lebih variatif.

c) Bagi Penulis Buku

Memotivasi dan membantu penulis membuat simplifikasi karyanya dengan berpedoman pada teori simplifikasi dan analisis struktur naratif Seymour Chatman sebagai alternatif bagi masyarakat atau bagi para pendidik dalam pembelajaran sastra.

Referensi

Dokumen terkait

pendidikan 37Yo responden menjawab ingin beke{a dan melanjutkan strata dua. Responden kurang berani untuk mengambil resiko memulai sebuah usaha dengan kendala-kendala

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh pemakaian styrofoam terhadap kuat tekan dan berat pada batako.Untuk mendapatkan hasil penelitian

Kemudian setelah itu memutuskan untuk kembali ke jalan yang benar dan meninggalkan perbuatan itu, dalam proses hijrahnya subjek mendapatkan seperti kebutuhan akan agama dalam

Analisis stilistika pada ayat tersebut adalah Allah memberikan perintah kepada manusia untuk tetap menjaga dirinya dari orang-orang yang akan mencelakainya dengan jalan

Pemberian tepung daun pepaya dalam ransum ayam arab menyebabkan terjadinya peningkatan signifikan jumlah relatif sel CD4 + pada perlakuan dosis 6% dibandingkan

Berdasarkan tabel penelitian relevan di atas maka dapat diketahui bahwa dalam penggunaan dana BOS yang dilakukan oleh sekolah-sekolah sudah sesuai dengan keinginan semua

Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskriptifkan variabel-variabel dalam penelitian ini, yaitu book-tax differences sebagai variabel dependen dan variabel

Pada tahap Siklus I dan Siklus II yang dilakukan dengan bantuan Perangkat Lunak AutoCAD pada pembelajaran Kompetensi Menggambar Simbol-Simbol Kelistrikan pada