• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KITAB ADAB ALMU ALLIMIN KARYA IBN SUHNUN. Salman Universitas Muhammadiyah Riau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KITAB ADAB ALMU ALLIMIN KARYA IBN SUHNUN. Salman Universitas Muhammadiyah Riau"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Salman – Konsep PAI dalam Kitab Adab „Almuallimin Karya Ibnu Suhun 63

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KITAB ADAB ALMU’ALLIMIN KARYA IBN SUHNUN

Salman

Universitas Muhammadiyah Riau

Email : Salmanlubis@gmail.com

ABSTRAK

This thesis discusses the concept of Islamic education in the book Adab al-Mu'allimin. The Book of Adab al-Mu'allimin is a very important book as a source of reference by every teacher, especially for those who will be prospective teachers. IbnSahnun plays an important role in initiating education in Islam, so he is known by the educational leaders of Muslims. His work is about educating and combining the Tarbiyah School and the Fiqh School.

In other words, it includes religious education, moral education, intellectual education, vocational education, physical education and social education. The competencies that an Islamic elementary educator should have include religious pedagogical competence, religious social competence, religious professional competence, religious moral competence, religious competence, and religious emotional competence.

The research model used is a qualitative model with qualitative descriptive approach, where descriptive research is not intended to test a particular hypothesis but describes "as is" about a variable, symptom or state. The end result of this research is that the existing thought in the book of adabal-Muallimin Ibn Suhnun unites the concept of fiqhwith tarbiyah, so it makes him a well-known teacher in terms of the concept of fiqih tarbiyah.

(2)

Salman – Konsep PAI dalam Kitab Adab „Almuallimin Karya Ibnu Suhun 64

PENDAHULUAN

Perkembangan pendidikan Islam jika ditinjau dari sejarahnya, terkesan terlambat pertumbuhan dan perkembangannya dibanding dengan disiplin ilmu-ilmu keislaman lainnya seperti fiqih, ilmu kalam, tafsir, hadits, dan sebagainya. Hal ini disebabkan karena kurangnya aktivitas penelitian dan kajian bidang ilmu pendidikan Islam, dan juga selama ini pendidikan Islam lebih tampak sebagai sebuah praktek pendidikan bukan sebagai ilmu dalam arti ilmu yang memiliki struktur bahasan dan metodologi penelitian tersendiri.1

Dalam kondisi pendidikan Islam yang seperti ini, maka baru-baru ini banyak dilakukan serangkaian kajian dan penelitian untuk menumbuh kembangkan ilmu pendidikan Islam. Salah satu penelitian yang dilakukan adalah penelitian pemikiran para tokoh intelektual muslim zaman klasik, pertengahan dan zaman modern, di antaranya Ibnu Sahnun. Ibnu Sahnun terkenal sebagai tokoh pendidikan Islam, karena besarnya perhatian beliau terhadap masalah-masalah pendidikan Islam, baik itu perhatian terhadap tujuan pendidikan Islam, kurikulum, metodologi pengajaran,guru, siswa, manajemen pendidikan maupun lainnya.2

Pemikiran Ibnu Suhnun tentang pendidikan banyak mempengaruhi murid-muridnya. Diantaranya adalah Al-Qabisi terkenal pada masanya abad 4 dengan karyanya yaitu “Ahwalul al-Muta‟allimin wa ahkam Al-Mu‟allimin wal Muta‟alimin” yang berisi tentang pemikiran pendidikan. Jika dilihat dengan seksama sejarah Pendidikan Islam yang telah melalui masa lebih

1

Abudin Nata, Pemikiran para Tokoh Pendidikan Islam, ( Jakarta: Rajawali Press, 2000.) hal. 25

2

Jalaluddin, Pendidikan Islam Pendekatan Sistem dan Proses, (Jakarta: Raja Grafindo Sejahtera, 2016) hal. 272

(3)

Salman – Konsep PAI dalam Kitab Adab „Almuallimin Karya Ibnu Suhun 65 dari 1400 tahun menunjukkan bahwa umat Islam dapat mencapai zaman kegemilangan jika mereka mengikuti metode as-Salaf as-Shalih.3

Konsep pendidikan dalam islam telah banyak dikemukakan oleh para ulama, tokoh-tokoh pendidikan dan cendikiawabn yang mumpuni dalam bidang pendidikan diantaranya;

1. Konsep pendidikan menurut Abu Bakar Ibn al-„Arabi dalam dunia pengajaran hendaknya seorang anak apabila telah berakal maka hendaknya seorang guru memberikan pelajaran al-Qur‟an dan mengajarkan adab. Setelah itu maka hendaknya mereka menghafal al-Muwattha‟, dengan demikian mereka mempelajari iman. Setelah itu hendaknya mereka mempelajari tulis menulis dan ilmu berhitung. Dengan berlanjutnya usia mereka maka pelajaran yang haru di ajarkan adalah sair-sair arab, ilmu irab, ilmu sharaf, dan setelah itu semua maka wajib bagi anak-anak melanjutkan hafalanya kepada hadis-hadis Nabi Muhammad SAW.4

2. Konsep pendidikan menurut Ibn Khaldun adalah secara umum pendidikan itu, “barang siapa yang tidak terdidik oleh orang tuanya, maka akan terdidik oleh zaman, maksudnya barangsiapa yang tidak memperoleh tatakrama yang dibutuhkan sehubungan pergaulan bersama melalui orang tuan mereka yang mencakup guru-guru dan para sesepuh \, dan tidak mempelajari hal itu dari mereka, maka ia akan mempelajarinya dengan bantuan alam, dari peristiwa-peristiwa yang terjadi sepanjang zaman, zaman akan mengajarkannya.”5

3. Ibn Suhnun memberikan konsep pendidikan dalam kitab adab al-Muallimin dua konsep: Ijbariyun (Wajib) dan Ikhtiyariyun (Pilihan, adapun yang diwajibkan dalam

3

Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1998) hal. 29

4

Ibn „Arabi, al-„Awashim, (Tunisia,

5

(4)

Salman – Konsep PAI dalam Kitab Adab „Almuallimin Karya Ibnu Suhun 66 mengajar adalah al-Qur‟an bersamaan dengan i‟rabnya dan penulisannya serta benar dalam membaca makhraj hijainya, dan semestinya membaca al-Qur‟an dengan tartil serta dibaca dengan riwayat Nafi‟.

PERMASALAHAN

Mengingat luas nya permasalahan yang teridentifikasi sebagaimana yang telah penulis uraikan di atas,sementara kemampuan penulis cukup terbatas, maka permasalahan yang akan penulis teliti dibatasi hanya pada masalah: Konsep pendidikan Islam menurut Ibn Said as-Suhnun dalam kitab Adab al-Mu‟allimin ?

Berdasarkan latar belakang masalah dan batasan masalah tersebut, maka masalah-masalah dalam penelitian ini dibatasi pada:

1. Bagaimana Konsep Pendidikan Islam menurut Ibn Said as- Suhnun dalam Kitab Adab al-Mu‟allimin

2. Bagaimana Epistemologi Pendidikan Islam menurut Ibn Said as-Suhnun dalam Kitab Adab al-Mu‟allimin

TUJUAN

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1)

Mengetahui konsep pendidikan Islam menurut Ibn Said as-Suhnun dalam Kitab Adab al-Mu‟allimin

2)

Mengetahui Epistemologi Pendidikan Islam dalam kitab Adab Al-mua‟llimin menurut Ibn Said as-Suhnun

(5)

Salman – Konsep PAI dalam Kitab Adab „Almuallimin Karya Ibnu Suhun 67

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah strategi umum yang dianut dalam pengumpulan data dan analisa yang perlu untuk menjawab persoalan yang dihadapi, sebagai rencana menjawab persoalan yang diteliti.Penelitian ini bersifat penelitian pustaka (library research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengkaji sumber data yang terdiri dari kitab-kitab dan literatu-literatur yang berkaitan dengan judul penelitian.

KAJIAN TEORI

Konsep Pendidikan Ibn Suhnun

Sejarah mencatat bahwa orang yang pertama sekali mencetuskan pemikiran pendidikan yang terlepas dari keterkaitan dengan sastera dan mazhab-mazhab pemikiran filsafat adalah ide-ide Ibnu Said As-Suhnun.6 Pemikirannya lebih cendrung kepada Al-Tarbiyah al-Fiqhiyah (Pendidikan yang bercorak Fiqih) dengan maksud memberikan penekanan kepada ilmu-ilmu agama.

Konsep pendidikan ibn Suhnun terdiri dari dua bagian: Pertama Pendidikan yang mengikat, yaitu mempelajari Iman dan Al-Qur‟an.7

ٌي ِراٍَِتْخا َو ٌّي ِرَاثْجِإ ِهٍَْمْسِق ىَلَع اَهَلَعَج اَو ْىُىُف ِهِمٍِْلْعَت ًِْف ِبِّدَؤُمْلا َىلَع ُفِّلَؤمْلا َط َرَتْشِا

َض َرَف اَم اَّمَأ

ُجَءا َرِقْلا َو ، ِءاَجِهْلا ِناَقْتِإ َو ِلْكَّشلاِت ِهِمْس َر َو ِهِت َرْعِإ َعَم مٌْ ِرَكْلا ُنَا ْرُقْلاَف اًت ْىُج ُو ِهِمٍِْلْعَت

ْهِم ُحَىَسَحْلا

ِعِفاَو ٍجَءا َرِقِت َن ْىُكَت ْنَأ ِةَسْوَ ْلْا َو ِلِت ْرَت َو ِفٍِْق ْىَت

8

.

6

Jalaluddin, dkk., Filsafat Pendidikan Islam; Konsep dan Perkembangan Pemikiranya, (Jakarta: Raja Grapindo Persada, 1994), cet.1,133

7

Muhammad Ibn Said As-Suhnun, Adab al-Mu‟allimin, (Tunis: Maktabah al-Fiqhiyah, 1971) hal. 75

8

(6)

Salman – Konsep PAI dalam Kitab Adab „Almuallimin Karya Ibnu Suhun 68

Pengarang memberikan syarat dalam kitab adab al-Muallimin dua konsep: Ijbariyun (Wajib) dan Ikhtiyariyun (Pilihan, adapun yang diwajibkan dalam mengajar adalah al-Qur‟an bersamaan dengan i‟rabnya dan penulisannya serta benar dalam membaca makhraj hijainya, dan semestinya membaca al-Qur‟an dengan tartil serta dibaca dengan riwayat Nafi”.

Berdasarkan analisa penulis, konsep-konsep ini jika diteliti lebih lanjut, semuanya mengacu pada proses pembelajaran iman dan al-qur‟an. Sehingga siswa benar-benar memiliki karakter dan moral yang mulia dibandingkan dengan pembelajaran pengetahuan lebih didahulukan. Itu semua karena pembangunan karakter yang bagus dan mulia. Karena membangun karakter itu berdasarkan Al-Qur'an dan Hadist atau bisa kita sebut the real Islamic Character Building.

Ibnu Sahnun memperingatkan para pendidik untuk tidak mengajarkan penyimpangan bacaan al-Qur‟an, karena Imam Malik mengatakan, “tidak boleh membaca dengan lahn, dan saya tidak melihat perlu mengajarkan syair sebab hal ini mendorong kepada bernyanyi, dan hal itu makruh”. Dan dia beranggapan bahwa itu dilarang keras.9 Di sini terlihat bahwa Ibnu Sahnun ternyata sangat mementingkan bacaan dengan materi-materi seperti tersebut di atas, namun beliaupun tidak menafikan kemampuan menulis sebagai penunjang kemampuan membaca. Menurut Syamsuddin di samping belajar al-Qur‟an, beliau sangat menganjurkan pula untuk mempelajari ilmu-ilmu selain Al-Qur‟an. Karena ilmu pengetahuan yang lainnya ini pun berasal dari al-Qur‟an.10

Metode pengajaran al-Quran yang dianjurkan Ibnu Sahnun adalah metode eklektik atau campuran. Di mana materi pelajaran disampaikan dengan metode ceramah, diskusi, hapalan dan pemahaman, dimana semua itu merupakan ide-ide pembelajaran yang terprogram. Dalam metode

9

Muhammad Ibn As-Suhnun, Adab al-Mu‟allimin, (Tunis: Maktabah, 1972) hal. 48

10

Syamsudin Abdul Amir, Al-Fikru al-Tarbawi inda Ibnu Sahnun waal-Qabisi. (Beirut: Dar al-Iqra‟. 1982) Hal. 42

(7)

Salman – Konsep PAI dalam Kitab Adab „Almuallimin Karya Ibnu Suhun 69 ceramah, guru menyampaikan penjelasan satu ayat Al-Qur‟an dan siswa menyimak dan mencatatnya, kemudian guru membacakan ayat tersebut dan siswa mengulanginya sampai hafal. Metode ini disampaikan dalam bentuk halaqoh. 11

Kedua Pendidikan yang tidak mengikat, yaitu mempelajari atau suka rela yaitu mempelajari ilmu pengetahuan yang lainnya seperti ilmu matematika, syair, bahasa arab, tulis menulis, dan seluruh nahwu.

ْيَِبَّثنا ُىْسِقْنا بَّيَأ َو

ٌبَّيِجَّصنا بَهًُْيِهْعَت ٌ ْىُُْحُس ٍثا ٍََسْحَتْسِا ْيِتَّنا ٌ ْىُُُفْنا َيِه َو

َن

بَهْيَهَع ُهَعَي ا ْىُقَفَّتا َو بَهُتَساَسِد ٌِاَذْنِىْنا ِءبَيِن ْوَأ َطَشَتْشَي ْىَن بَي بَهْيَهَع ةِّدَؤًُْنا ُشَجْجُي ْى

. ُّطَخْنا َو ُخَّيِثَشَعْنا ، ُتْي ِشَغْنا ، ُىْحُّنا ، ُشْعِّشنا ، ُةبَس ِحْنَا

12

“Dan adapun yang kedua Ibn Suhnun memberikan Konsep dalam Kitab Adab al-Mu‟allimin adalah tidak wajib yaitu ilmu umum, sair-sair arab, ayat-ayat garibah dan khat dalam bahasa arab.”

`Ilmu-ilmu ini tetap berada pada kelompok pilihan, selama keluarga anak didik tidak mewajibkan kepada pendidik untuk mengajarkannya kepada anak-anak mereka, sehingga berubah dari pilihan kepada wajib. Pendidik hendaklah mengajarkan subjek-subjek pilihan tersebut kepada anak didik dengan sungguh-sungguh. Disamping itu tidak ada salahnya pendidik mengajarkan mereka berpidato jika mau. Dan perlu juga diajarkan syair yang bermanfaat maknanya.

Setelah menentukan kurikulum mengingatkan kepada pendidik untuk tidak mengajarkan kepada anak-didik ilmu-ilmu yang tidak bermanfaat dan tidak diharapkan faedahnya. Ibnu sahnun berpendapat agar anak didik tidak diajarkan nama-nama syaithan yang diajarkan melalui ucapan orang-orang arab jahilihyah. Ibnu sahnun berpendapat, seseorang tidak harus

11

Ibid. 72

12

(8)

Salman – Konsep PAI dalam Kitab Adab „Almuallimin Karya Ibnu Suhun 70 menulisnya karen hal itu haram. Barang kali ia berpendapat jika diajarkan demikian akan menimbulkan kesan yang tidak baik bagi mereka, terutama yang masih muda.13

Epistemologi Pendidikan Ibn Suhnun

Epistemologi memberi pengaruh langsung berkenaan dengan komunikasi pengetahuan dari satu orang ke orang lain juga akan berpengaruh terhadap metodologi pengajaran dan fungsi guru dalam konteks edukatif.14 Sistem-sistem pendidikan bersinggungan dengan pengetahuan dan karena itu epistemologi merupakan determinan utama paham-paham dan praktik-praktik kependidikan.

Ibn Said as-Suhnun berperan dalam mengembangkan Epistemologi Pendidikan pada masanya. Semua ide nya terangkum dalam bukunya Kitab Adab Mu‟allimin. Kitab Adab al-Mu‟allimin memberikan pengaruh besar pada pendidik dan peserta didik, hal itu bisa dilihat pada bahasan-bahasan Ibnu Sa‟id sebagai berikut;

1) Proses Pembelajaran 1) Pendidik (Guru)

Ibn Suhnun memberikan Syarat terhadap seorang pendidik untuk mengajari siswa semestinya seorang guru yang memiliki agama;

ِهًّهَعًُنا ٍُيِد ىهَع ُيِجَّصنا ٍُيِد ٌَّلأ , ٍِيّذنا ٍََسَح ٌمُجَس َذُِْع ًلاإ ْىُكَدَلا ْوَأ اىًُِهَعُتَلا

“Jangan kamu berikan guru kepada anak-anak kalian kecuali kepada seorang laki-laki yang baik agamanya, karena agama anak tergantung agama gurunya.”

13

Ibn Suhnun, Op.cit. hal.51

14

(9)

Salman – Konsep PAI dalam Kitab Adab „Almuallimin Karya Ibnu Suhun 71 Guru dari segi bahasa berasal dari bahasa indonesia yang bermakna pekerjaannya mengajar. Dalam konteks islam guru disebut juga sebagai Murabbi, mu‟allim, mu‟addib, mudarris dan ustadz. Jika murabbi berasal dari al-qur‟an sementara muaddib berasal dari hadis.15 Al-Murabbi bermakna mendidik dan mengasuh, serta memelihara.16 Dengan demikian pengertian guru agama mesti memiliki sifat rabbani yaitu orang yang bijaksana, terpelajar dalam bidang pengetahuan.17 Allah swt. Berfirman: Al-Isra: 24

ا ًشيِغَص يَِبَيَّثَس بًََك بًَُهًَْح ْسا ِّةَس ْمُق َو ِخًَْحَّشنا ٍَِي ِّلُّزنا َحبََُج بًَُهَن ْطِفْخا َو

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".18

Menurut Ibn Sahnun, di antara syarat, sifat dan adab yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik dalam hal ini difokuskan pada guru agar berhasil dalam at-tarbiyah dan at-ta‟lim adalah tercermin pada hal-hal sebagai berikut : 19

a) Taqwa Kepada Allah SWT

Seorang pendidik, menurut Ibn Sahnun hendaknya bertaqwa kepada Allah SWT. Maksudnya, seorang guru harus mengaitkan diri kepada Allah Ta‟ala Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung melalui ketaatannya pada syariat-Nya serta melalui pemahamannya akan sifat- sifat-Nya. Jika seorang pendidik sudah bersifat rabbani,

15

Abuddin Nata, Pilsafat Pendidikan Islam (Jakarta: PT.Logos Wacana Ilmu, 1997), hal. 61

16

Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia (Jakarta: CV Hida Karya Agung, 1990) hal.137

17

Chabib Toha, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Yogyakarta:Pustaka Pelajar Ofsset, Cetakan I, 1992) hal.12

18

Depag, al-Qur‟an dan Terjemahnya, hal. 284

19

Syamsudin, Abdul Amir., Al-Fikru al-Tarbawi inda Ibnu Sahnun wa al-Qabisi. (Beirut: Dar al-Iqra‟1985 ) Hal. 35

(10)

Salman – Konsep PAI dalam Kitab Adab „Almuallimin Karya Ibnu Suhun 72 seluruh kegiatan pendidikannya bertujuan menjadikan anak didiknya sebagai generasi rabbani yang memandang jejak keagungan-Nya. Setiap materi yang dipelajarinya senantiasa menjadi tanda penguat kebesaran Allah Ta‟ala sehingga ia merasakan kebesaran itu dalam setiap lintasan sejarah atau dalam kaidah-kaidah alam semesta.20

b) Ikhlas

Seorang guru yang baik harus ikhlas, yaitu mengharapkan ridha Allah sebagai sikap taat dan mendekatkan diri kepadaNya dengan setiap perbuatan yang dilakukannya, sehingga ia tidak menghendaki perbuatannya ataupun perkataannya kecuali untuk Allah. Berdasarkan hal itu, maka seorang pengajar tidak mengharapkan balasan duniawi ketika ia mengajarkan kebaikan kepada manusia dan tidak pula mengharapkan popularitas serta gengsi di hadapan manusia. Ia mengajar hanya ingin menunaikan kewajibannya untuk menjelaskan dan menyampaikan apa yang diketahuinya kepada manusia. Ibn Sahnūn memperbolehkan bagi guru mengambil upah atau bayaran dari orang tua anak didik atas pengajaran al-Qur‟an yang dilakukannya baik itu dengan dipersyaratkan sesuai dengan ketentuan dan perjanjian kedua belah pihak maupun tidak dengan tanpa mengurangi ke ikhlasan dan kesungguhan guru dalam mengajar.

20

(11)

Salman – Konsep PAI dalam Kitab Adab „Almuallimin Karya Ibnu Suhun 73

2) Hubungan Pendidik dan Peserta Didik

ّلاإ ٌبيْج ِّصنا ٍَِع َمَغَتْشَي ٌَْأ ِىِهَعًُهن ُّم ِحَيَلا

َثَّذحَتَي ٌأ َسأثَلاَف ِهيِف ْىُهُظ ِّشَعُيَلا ٍتْق َو يِف ٌىُكَي ٌَْأ

ْىهّذَقَفَتَي َو ْىهينإ ُشُظَُْي َكِناَر يِف َىُه َو

21

“Guru tidak boleh sibuk sendiri sehingga tidak memperhatikan murid, kecuali pada waktu-waktu tertentu dimana dia tidak melalaikan (untuk mengawasi) mereka di saat itu. Namun, tidak masalah bila dia bercakap-cakap sementara pada saat bersamaan dia melihat dan memperhatikan mereka.”

Guru merupakan orang yang diserahi tanggung jawab sebagai pendidik didalam lingkungan kedua setelah keluarga (sekolah).22 Tanggung jawab yang ini bersifat kodrati, artinya bahwa orang tua adalah pendidik pertama dan utama yang bertanggung jawab terhadap perkembangan jasmani maupun rohani anak didik. Disamping itu karena kepentingan orang tua terhadap kemajuan dan perkembangan anaknya.23 Tanggung jawab orang tua terhadap anak didik terdapat dalam al-Qur‟an Surat at-Tahrim; 6

بَهُّيَأ بَي

َذِش ٌظ َلاِغ ٌخَكِئ َلاَي بَهْيَهَع ُحَسبَج ِحْنا َو ُسبَُّنا بَهُدىُق َو اًسبََ ْىُكيِهْهَأ َو ْىُكَسُفََْأ اىُق اىَُُيآ ٍَيِزَّنا

ٌدا

ٌَوُشَيْؤُي بَي ٌَىُهَعْفَي َو ْىُهَشَيَأ بَي َ َّاللَّ ٌَىُصْعَي َلا

24

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

21

Muhammad Ibn Said as-Suhnun, Adab al-Mu‟llimin, (Tunis: Makatabah al-Fiqhiyah, 1972) hal. 98

22

Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidik Teoritik dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000) hal.138

23

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1994) hal. 74

24

(12)

Salman – Konsep PAI dalam Kitab Adab „Almuallimin Karya Ibnu Suhun 74

3) Reward dan Punishment

 Reward (Hadiah)

Pemberian hadiah dari seorang siswa kepada guru menurut Ibn Suhnun tidak lah dibenarkan bagi seorang pengajar untuk menetapkan dan memintanya.

ْيَغ ِخّيِذَه ٍِْيبئْيش ِهِت َشْجأ َق ْىف ٌبيْج ِصنا َفّهَكُي ٌَْأ ِىِّهعًُهن ُّم ِحَيَلا

َكِناَر َش

25

“Tidak halal bagi guru untuk membebani murid-muridnya dengan sesuatu ,selain upahnya semisal hadiah, dan lain-lain.”

 Punishment (hukuman)

Dalam hal hukuman Ibn Said as-Suhnun menyebutkan hadis Nabi Muhammad SAW;

ىًِّهَعُي ِيتَّيُأ ُساَشِش

ٍِيِكسًِنا ىهَع ْىِهظهَغَأ َو ِىيِتَيهن ًخًَْحَس ْىُهُّهقَأ ْىهَِبيْج ِص

26

“Seburuk-buruk umatku adalah para guru anak-anak kalian. Mereka itu paling sedikit rasa sayangnya kepada anak yatim dan paling kasar kepada kaum miskin.”

3). Adab Siswa terhadap Ilmu

Seorang siswa memiliki adab terhadap ilmu yang ia miliki, karena ilmu tersebut adalah pemberian Allah Subhanahu wa Ta‟ala. Pandangan Ibn Suhnun terhadap siswa kepada ilmu adalah;

ط ءبي هِتْثوذِث ٍو ْىَي َّمُك يِتأي يجَص ُّمُك َو خََبجِإ ُهن ُةِّدَؤًنا ٌَبَك

هث ٌىحًيَف بهيِف هََىجصيَف اشهب

َىُث ْىه ِحاىنَأ

فِشَُْيَف بهيِف ءبًنا َكنار ٌَىّجُصَيَف ِضسلاا يِف حشفَح ٌوشِفْحي

27 25 Ibid. Hal. 96 26

(13)

Salman – Konsep PAI dalam Kitab Adab „Almuallimin Karya Ibnu Suhun 75

“Dulu, seorang pendidik memiliki sebuah bak cuci. Setiap hari, setiap anak secara bergiliran membawa air yang suci, kemudian ia menuangkannya ke dalam bak itu. Dengan air itulah mereka menghapus papan-papan catatan mereka, Mereka kemudian menggali sebuah lubang di tanah, lalu menumpahkan air itu kesana, sehingga meresap dan kering.”

Ada beberapa poin yang diungkap dalam masalah adab peserta didik terhadap pelajaran:

1. Ta‟dzimal-„ilm atau mengagungkan ilmu baik dalam bentuk catatan dengan memperindah tulisan, menjaga kebersihan dan kerapihannya maupun rekaman dengan menjaga keotentikannya apalagi berupa teks nash baik al-Qur‟an maupun al-Hadits sebagaimana yang dicontohkan Imam Malik ketika akan mengajarkan hadis kepada muridnya, beliau berwudlu terlebih dahulu kemudian memakai wewangian dan menaruh kitab di tempat yang tinggi sebagai bentuk pengagugan terhadap ilmu.

2. Mendahulukan ilmu agama sebagai pondasi utama sebelum ilmu-ilmu lainnya. Akan tetapi dalam suatu kondisi, keduanya bisa dipelajari secara bersamaan secara proporsional tanpa mengurangi kemuliaan ilmu agama itu sendiri.

3. Mengamalkan atau mengaktualisasikan ilmu yang telah dipelajari sesuai ranahnya masing-masing selama masih ada dalam koridor kebaikan dan kemaslahatan.

4. Tidak bersikap sombong dengan ilmu yang telah diperolehnya.

ىهعًنا ىهع شخأتي لاو ىهعنا ىهع شجكتي لا ٌأ

28

“Peserta didik tidak boleh sombong dengan ilmu yang dimilikinya dan tidak menentang pendidiknya.”

27

Ibn Suhnun, hal. 87

28

Abdul Mujibdan Jusuf Mudzakir, IlmuPendidikan Islam, (Jakarta :Kencana Prenada Media, 2010), hal. 113.

(14)

Salman – Konsep PAI dalam Kitab Adab „Almuallimin Karya Ibnu Suhun 76

4). Upah Pendidik

ُهَن ُت ِجَي َلا َو وىُهْعَي ٍشْجأِث ٌا شُقنا ِىيِهْعَت ىهع وأ , ًاشْهش ًاشْهَش شجؤتسا ٌإ َو خًْتخن ِىّهَعًِن ُت ِجَت

َكِناَر َشيغ

29

“Seorang guru wajib mendapat upah pengkhataman, meskipun dia dikontrak secara bulanan, atau dikontrak untuk mengajarkan Al-Qur‟an dengan sejumlah kompensasi tertentu. Tidak ada kewajiban lain (untuk diberikan) kepadanya di luar itu.”

Adapun menurut Ibnu Suhnun, Syajarah bin „Isa menulis surat kepada Sahnun untuk

bertanya perihal seorang guru yang dikontrak untuk mengajari beberapa anak, lalu salah seorang dari mereka jatuh sakit atau orangtuanya ingin mengajaknya keluar bepergian atau untuk tujuan lain. Beliau menjawab, “Jika dia dikontrak untuk masa dengan hitungan tahun tertentu, maka orangtua mereka harus memberikan upah, entah mereka bepergian atau tidak. Hanya saja, upah yang dikenakan disini ditetapkan sesuai dengan kondisi masing-masing anak, sebab mereka ada yang berkecukupan dan ada pula yang berkekurangan. Ada anak yang memiliki cukup biaya untuk belajar, dan ada pula yang tidak memiliki biaya untuk (diberikan) kepada gurunya. Dalam hal ini, perlu dilihat per kasus.”30

KESIMPULAN

Konsep pendidikan ibn Said As-Suhnun sendiri terdiri dari dua bagian: Pertama Pendidikan yang mengikat, yaitu mempelajari Al-Qur‟an. Kedua Pendidikan yang tidak mengikat, yaitu mempelajari atau suka rela yaitu mempelajari ilmu pengetahuan yang lainnya sasuai dengan perkembangan zaman pada saat itu yang dibutuhkan.

29

Ibn Suhnun, Op.Cit. hal. 126

30

(15)

Salman – Konsep PAI dalam Kitab Adab „Almuallimin Karya Ibnu Suhun 77 Konsep-konsep ini jika diteliti lebih lanjut, semuanya mengacu pada proses pembelajaran al-Qur‟an, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk proses pembelajaran ilmu pengetahuan yang lainnya, karena jika siswa telah dapat mengikuti proses pembelajaran al-Quran dengan baik maka ia akan dapat mengikuti pembelajaran ilmu-ilmu yang lainnya.

Epistemologi Ibn Said As-Sahnun dalam Kitab Adab Al-Muallimin jika disusun berdasarkan urutan temanya yang diaplikasikan pada teori modern adalah Pertama, Konsep Pendidikan dan Metodologi Pengajaran, Kedua, Peranan Pendidik, Ketiga, Metode Pengajaran Adab Menurut Ibnu Sahnun, Keempat :Management Sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Abu Dawud, Sunan Abi Dawud, Beirut: Darul Kutub Al Ilmiyah, 1996.

Abdurahman Utsman Hijazi, Al-Madzhab Tarbawi „inda Ibnu Sahnun, Beirut: Al-Maktab al-Ashriyah, 1995.

Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998.

Abudin Nata, dkk, Integrasi Ilmu Agama dan umum, Jakarta: Raja Grofindo Persada, 2005. __________, Pemikiran para Tokoh Pendidikan Islam, Jakarta: Rajawali Press, 2000.

Abu Hasan al-Qabisi, Ar-Risalah al-Mufashshilah li Ahwal al-Muta‟allimin wa Ahkam Muta‟allimina, Tunisia: al-Syirkah al-Tunisiyah li al-Tauzi‟, 1986.

Ahmad Abdul Latief, al-Fikry al-Tarbawy al-Araby al-Islamiy, Tunisia: Maktab al-Araby, 1987 Ahmad Fuad al-Ahwani, Al-Tarbiyah fi Al-Islam, Kairo: Dar al-Ma‟Arif, 1980

Abdullatif „abdullah bin duhais, al-Katatib fil haramain, Mekkah: Ummul qura, 1986

Al-Abrasy, Muhammad Athiyah, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, terj.Bustami A. Sani dan Djohan Bahry, Jakarta: Bulan Bintang, 1970

(16)

Salman – Konsep PAI dalam Kitab Adab „Almuallimin Karya Ibnu Suhun 78 Arifin, HM. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Kasar, 1994

Amstrong, Amstrong, Islam SejarahSingkat, Yogyakarta: Jendela. 2002

Azra, Azyumardi, Paradigma Baru Pendidikan Nasional Rekonstruksi dan Demokrasi, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2006

Dogde, Bayard, Moslem Education in Medieval Time, Washington DC: tp,1962 Hasan Langulung, Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta: Al-Husna, 2000.

Hanafi , Manzoor Ahmad, A Survey of Muslim Institution and Culture, New Delhi:Kitab Bhavan,1999

Hamid, Hamdani dan Beni Ahmad Saebani. Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung: Pustaka Setia. 2013

Hodgson, Marshall G.S. The Venture of Islam: Iman dan Sejarah dalam Peradaban Islam Masa Klasik Islam. Jakarta: Paramadina. 2002

Jalaluddin, dkk, Filsafat Pendidikan Islam; Konsep dan Perkembangan Pemikiranya, Raja Grapindo Pesada, Jakarta, 1994.

__________,Min „Alam at-Tarbiyah al-Arabyah al-Islamiyah, Jilid I. __________, Filsafat Pendidikan Islam, Rineka Cipta, Jakarta 1996.

Khan, D. Yahya. Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri. Yogyakarta: Pelangi Publishing. 2010

Mandzur, Ibnu, Lisan al-Arab II, Mesir: Bulaq, t.th

Mulkan, Abdul Munir, Paradigma Intelektual Muslim, Jogjakarta: Sipress,1993 Muhammad, Ibn Sahnun, Adab al-Mu‟allimin, Tunis: Maktabah al-Maliki, 1972

Muhammad Umar Al-Toumy A-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1984.

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, di dalam penanganan spasial khususnya di daerah perkotaan memang kondisi ini tidak dapat di hindari namun perencanaan ruang yang lebih aspiratif dengan

Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah metode purposive sampling , dengan kriteria Jumlah deposito dan tingkat suku bunga yang tercatat dalam laporan

kajian ini bertujuan untuk (1) mengenal pasti peranan perhubungan awam hijau dalam usaha mempromosi teknologi hijau, (2) mengenal pasti strategi perhubungan awam yang diamalkan

Ditinjau dari kesesuaian dengan metode pembelajaran, LKPD Berbasis Problem Based Learning pada materi gelombang elektromagnetik diperoleh hasil validitas 82.28

Secara bahasa, halal adalah terminology normatif yang memiliki fungsi dogmatis, yaitu identitas internal yang menggambarkan polaritas keagamaan yang pure dan natural. Istilah

Untuk kriteria berkembang sesuai harapan (BSH) mengalami peningkatan yaitu 42,86% pada pertemuan pertama, meningkat menjadi 52,39% pada pertemuan kedua, dan pada

SULTENG RAYA - Warga di enam desa, Kecamatan Ulumanda, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, yang terdampak gempa bumi dan longsor sangat membutuh- kan bantuan dari pemerintah

Lebih dari itu, KUKERTA dilaksanakan untuk menggerakkan masyarakat dalam pembangunan berkelanjutan atau penyelesaian suatu permasalahan nyata yang dihadapi masyarkat