• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI. i ii iii iv v vi vii. xi xii xiii

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR ISI. i ii iii iv v vi vii. xi xii xiii"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

ix DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN ... HALAMAN PERSETUJUAN ... RIWAYAT HIDUP ... ABSTRAK ... ABSTRACT ... UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I PENDAHULUAN ... 1.1 Latar Belakang ... 1.2 Rumusan Masalah ... 1.3 Tujuan Penelitian ... 1.4 Manfaat Penelitian ... 1.5 Kerangka Konsep ... 1.6 Hipotesis Peneliti ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

2.1 Ayam Pelung ... 2.2 Organ Reproduksi Ayam Jantan ... 2.3 Spermatogenesis Pada Unggas ... 2.4 Semen ... 2.4.1 Penampungan semen ... 2.4.2 Evaluasi semen ... 2.4.3 Frekuensi Penampungan Semen ... BAB III MATERI DAN METODE ...

3.1 Hewan Coba... 3.2 Bahan Dan Alat ... 3.2.1 Bahan ... 3.2.2 Alat ... 3.3 Rancangan Penelitian ... 3.4 Variabel Penelitian ... 3.5 Prosedur Penelitian ... 3.5.1 Teknik Penampungan semen ... 3.5.2 Evaluasi semen ... 3.5.3 Pengamatan volume, Konsentrasi dan motilitas...

i ii iii iv v vi vii ix xi xii xiii 1 1 2 2 2 3 5 6 6 7 8 8 9 9 10 12 12 12 12 12 12 13 13 13 13 13

(2)

x

3.6 Analisis Data ... 3.7 Lokasi Dan Waktu Penelitian ... BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...

4.1 Hasil ... 4.2 Pembahasan ... 4.3 Pengujian Hipotesis ... BAB V SIMPULAN DAN SARAN ...

5.1 Simpulan ... 5.2 Saran ... DAFTAR PUSTAKA ... DAFTAR LAMPIRAN... 14 14 15 15 18 19 20 20 20 21 23

(3)

v ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Frekuensi Penampungan Semen Terhadap Volume Semen, Konsentrasi Spermatozoa, dan Motilitas Spermatozoa Ayam pelung. Penelitian ini menggunakan 4 ekor ayam pelung jantan berumur 8 bulan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 kelompok perlakuan. Perlakuan I (T1) : Frekuensi penampungan setiap 7 hari. Perlakuan II (T2) : Frekuensi penampungan setiap 3 hari . Perlakuan III (T3) : Frekuensi penampungan setiap 2 hari. Pengamatan dilakukan tehadap volume semen (ml), konsentrasi spermatozoa (107/ml) dan motilitas spermatozoa (%). Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam dan apabila berbeda nyata (P<0,05) dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Volume semen, konsentrasi dan motilitas spermatozoa pada perlakuan T1, T2, dan T3 masing- masing : 0.246 ± 0.011 ml, 0.240 ± 0.007 ml, dan 0.148 ± 0.022 ml; konsentrasi spermatozoa masing- masing : 35,24 ± 4,5 x 106 sel/ml, 35,21 ± 4,0 x 106 sel/ml, dan 25,60 ± 6,3 x 106 sel/ml; dan motilitas spermatozoa masing -masing : 86.80 ± 1.303 %, 84.60 ± 1.67% , dan 60.60 ± 2.19%. Secara statistik frekuensi penampungan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap volume semen, konsentrasi spermatozoa dan motilitas spermatozoa ayam Pelung.

Kata kunci : ayam pelung, frekuensi penampungan, konsentrasi spermatozoa, motilitas spermatozoa,volume semen.

(4)

vi ABSTRACT

The objective of this study was to find out the effect of frequency semen collection on semen volume, sperm concentration and sperm motility of Pelung Rooster. This study used 4 pelung rooster 8 month old. The exsperimental design used in this study was a Completely Randomized Design (CRD) with three treatment groups. Treatment I (T1): Semen collected every 7 day . Treatment II (T2): Semen collected every 3 day. Treatment III (T3): Semen collected every 2 day. The parameters observed were semen volume (ml), spermatozoa

concentration (107/ml) and motility of spermatozoa (%). The data obtained were

analyzed by analysis of variance and followed by LSD (Least Significant Difference). The results showed, semen volume in treatment T1, T2, and T3 were : 0.246 ± 0.011 ml, 0.240 ± 0.007 ml, and 0.148 ± 0.022 ml respectively ; sperm concentration were : 35,24 ± 4,5 x 106 cell/ml, 35,21 ± 4,0 106 cell/ml, dan 25,60 ± 6,3 x 106 cell/ml respectively; and sperm motility were 86.80 ± 1.303 %, 84.60 ± 1.67% , and 60.60 ± 2.19% respectively. Statistically, the frequency of sperm collection was significant (P <0.05) affected the semen volume, sperm concentration and sperm motility of pelung rooster.

Keywords : frequency of semen collection, pelung rooster, sperm concentration, sperm motility, semen volume.

(5)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu ayam lokal asli Indonesia yang mempunyai sifat unggul adalah ayam pelung (Gallus gallus domesticus). Keunggulan ayam pelung adalah memiliki bobot badan yang lebih tinggi dari ayam kampung biasa dan ayam lokal lainnya (Daryono dkk, 2010).

Ayam pelung merupakan ayam lokal yang memiliki suara kokok yang merdu dan juga memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan sebagai ayam pedaging karena ayam ini digolongkan ke dalam tipe berat dengan bobot badan dewasa umur 52 minggu mencapai 3,5 kg pada jantan dan 2,5 kg pada betina. Oleh karena itu, ayam pelung dapat digunakan sebagai pejantan untuk menghasilkan keturunan yang mempunyai performa yang baik dengan pertambahan bobot badan yang lebih tinggi dari ayam kampung melalui proses inseminasi buatan (Hidayat dkk, 2016).

Untuk memperbaiki mutu genetik ternak, salah satunya dapat dilakukan dengan cara inseminasi buatan. Inseminasi merupakan suatu teknik peternakan modern yang diterapkan secara efisien pada peternakan yang sudah maju. Inseminasi juga dapat digunakan untuk memaksimalkan penggunaan pejantan, serta mencegah penularan penyakit (Lubis, 2011).

Teknologi IB pada ayam meliputi beberapa tahap yaitu: penampungan semen, pengenceran, deposisi semen, uji fertilitas dan daya tetas. Proses pengenceran diperlukan untuk mempertahankan kualitas spermatozoa ayam selama penyimpanan yaitu dengan penambahan zat-zat tertentu yang dapat menjamin kebutuhan fisik dan kimia bagi spermatozoa (Khaeruddin dkk, 2015).

Sejauh ini IB pada unggas hanya menggunakan semen segar dengan atau tanpa bahan pengencer, hal ini mempunyai kendala, karena semen sesudah ditampung pada suhu kamar harus dipakai dalam waktu tidak lebih dari 2 jam. Penundaan dalam beberapa jam dapat menurunkan fertilitas telur (Toelihere, 1993).

(6)

2

Menurut Garner dan Hafez (1985) yang dikutip oleh Johari dkk, (2009) faktor yang mempengaruhi kualitas semen salah satunya adalah bangsa, setiap bangsa ternak mempunyai ciri yang spesifik dan mudah dibedakan satu dengan yang lainnya, demikian juga terhadap produksi semennya. Sedangkan menurut Yuwanta (1993), cara penampungan semen, kemampuan operator, pejantan itu sendiri dan frekuensi penampungan sangat mempengaruhi kualitas semen.

Dalam penelitian Hijriyanto dan Dasrul (2017) frekuensi penampungan semen pada ayam bangkok yang dilakukan 1 kali, 2 kali, dan 3 kali seminggu menunjukan bahwa frekuensi penampungan yang berbeda tidak berpengaruh terhadap volume semen, motilitas dan kosentrasi yang dihasilkan. Rataan volume semen yang dihasilkan pada ketiga kelompok perlakuan berkisar antara 0,167-0,178 ml, motilitas yang dihasilkan 78,9-83,3%, dan konsentrasi semen yang didapat yakni antara 5,75-10,07 milyar sel/ml semen.

Menurut Bebas dan Indira (2013) frekuensi ejakulasi pada ayam hutan yang penampungan semen dilakukan setiap hari sebanyak lima kali penampungan, mempengaruhi hasil volume semen, konsentrasi spermatozoa, dan motilitas spermatozoa dibanding dengan frekuensi ejakulasi yang dilakukan dua dan tiga hari.

Berdasarkan latar belakang diatas maka dilakukan penelitian mengenai pengaruh frekuensi penampungan terhadap volume semen, konsentrasi dan motilitas spermatozoa ayam pelung.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah frekuensi penampungan semen berpengaruh terhadap volume semen, konsentrasi dan motilitas spermatozoa ayam pelung?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh frekuensi penampungan terhadap volume semen, konsentrasi dan motilitas spermatozoa ayam pelung.

(7)

3 1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis

Memberikan pengetahuan dan informasi terkait pengaruh frekuensi penampungan semen terhadap volume, konsentrasi dan motilitas spermatozoa ayam pelung.

1.4.2 Manfaat praktis

Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar dalam penampungan semen yang masih memenuhi persyaratan untuk pelaksanaan IB dan dalam mengefisiensikan penggunaan pejantan.

1.5 Kerangka Konsep

Ayam pelung merupakan ayam lokal yang memiliki suara kokok yang merdu dan juga memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan sebagai ayam pedaging karena ayam ini digolongkan ke dalam tipe berat dengan bobot badan dewasa umur 52 minggu mencapai 3,5 kg pada jantan dan 2,5 kg pada betina. Oleh karena itu, ayam pelung dapat digunakan sebagai pejantan untuk menghasilkan keturunan yang mempunyai performa yang baik dengan pertambahan bobot badan yang lebih tinggi dari ayam kampung melalui proses inseminasi buatan (Hidayat dkk, 2016).

Menurut Sastrodihardjo dan Resnawati (1999) keuntungan pemanfaatan

teknik IB adalah untuk meningkatkan efisiensi penggunaan jantan,

menanggulangi rendahnya fertilitas akibat kawin alam, untuk mengetahui dengan jelas dan pasti asal usul induk dan pejantannya, meningkatkan jumlah produksi telur tetas, serta upaya pengadaan anak ayam (DOC) dalam jumlah banyak, umur seragam, dan waktu yang singkat.

Dosis inseminasi berbeda menurut spesies, berdasarkan patokan 150 juta sperma per dosis inseminasi. Dosis inseminasi pada ayam adalah 0,1 ml; 0,025ml pada kalkun; 0,3 ml pada itik; 0,05 pada angsa. Seekor ayam jantan yang aktif terutama yang bertubuh langsing seperti White Leghor, dapat mengawini secara alam banyak betina sebanyak yang dapat dicapai dengan inseminasi buatan.

(8)

4

Semen unggas segera kehilangan kapasitas fertilitasnya pada penyimpanan. sehingga untuk mencapai hasil yang memuaskan, semen tersebut harus dipakai dalam waktu 30 menit sesudah ejakulasi (Toelihere, 1993).

Menurut Setioko (1981) yang dikutip oleh Hijriyanto dan Dasrul (2017) tingkat fertilitas yang diperoleh dengan penerapan tehnik IB sangat dipengaruhi oleh kualitas semen. Kualitas semen sendiri dipengaruhi oleh musim, nutrisi, manajemen, faktor keturunan, teknik penampungan serta frekuensi penampungan. Frekuensi ejakulasi pada perkawinan alam ataupun frekuensi penampungan semen pada pelaksanaan IB akan memengaruhi volume dan konsentrasi semen (Toelihere, 1993).

Frekuensi ejakulasi sangat berpengaruh terhadap kualitas semen yang dihasilkan. Frekuensi ejakulasi setiap hari mengakibatkan penuruan volume semen, konsentrasi spermatozoa, dan motilitas spermatozoa. Ini disebabkan karena ejakulasi merupakan proses pengeluaran semen dari tempat penampungan semen di bagian distal vas deferen yang berbatasan dengan kloaka baik secara kawin alam ataupun dengan teknik penampungan yang mengakibatkan terjadinya pengurangan atau pengosongan tempat penyimpanan (Bebas dan Indira, 2013).

Kerangka konsep berdasarkan dari variable-variabel digambarkan sebagai berikut:

(9)

5

Gambar 1.1 Kerangka konsep penelitian

1.6 Hipotesis Penelitian

Setelah menetapkan kerangka konsep penelitian maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Frekuensi penampungan semen mempengaruhi volume semen, konsentrasi dan motilitas spermatozoa ayam pelung.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

belum diurutkan yan g m em iliki n ilai terkecil atau terbesar akan dipertukarkan ke posisi yan g tepat di dalam array akan dipertukarkan ke posisi yan g tepat di dalam array.

Digunakannya Kontrol Logika Fuzzy untuk mengurangi error putaran pada gas engine, sehingga putaran gas engine dapat sesuai dengan kecepatan yang diinginkan secara

Metode analisis yang digunakan adalah metode kuantitatif menggunakan analisis Tipologi Klassen pendekatan sektoral untuk mengidentifikasi posisi sektor perekonomian

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama R.I, menyatakan bahwa lembaga di bawah ini telah melakukan updating data Pendidikan Islam (EMIS) Periode Semester GENAP

Menurut fuqaha dari kalangan mazhab hanafi, zina adalah hubungan seksual yang dilakukan seorang laki-laki secara sadar terhadap perempuan yang disertai nafsu

Hasil evaluasi terhadap narasumber pelatihan menunjukkan bahwa lebih dari separuh peserta menyatakan narasumber pelatihan sangat baik, hal itu menggambarkan bahwa narasumber

Judex Juris dalam mengabulkan alasan kasasi penuntut umum dengan pertimbangan Judex Factie telah keliru dalam penerapan hukum pembuktian, hal ini dapat Mahkamah