3
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Botani Morfologi Kelapa Sawit
Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan/industri berupa pohon batang
lurus dari famili palmae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai tanaman penghasil
minyak sayur yang berasal dari Amerika.
Menurut Wahyuni, 2007 Klasifikasi tanaman kelapa sawit sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Klas : Monocotyledonae
Ordo : Palmales
Famili : Palmae
Sub famili : Cocoideae
Genus : Elaeis
Species : 1. Elaeis guineensis Jacq
2. Elaeis oleifera Cortes atau Elaeis melanococca 1. Akar
Tanaman kelapa sawit termasuk ke dalam tanaman berbiji satu
(monokotil) yang memiliki akar serabut. Saat awal perkecambahan, akar pertama
yang muncul dari biji yang berkecambah disebut radikula (bakal akar) dan
4
utama atau primer. Selanjutnya, akar primer akan membentuk akar sekunder,
tertier, dan kuarter.
Tabel 1. Jenis dan ukuran/diameter akar kelapa sawit.
Nama akar Diameter
Primer 5-10 mm
Sekunder 2-4 mm
Tertier 1-2 mm
Kuarter 0,1-0,3 mm
(Sumber : Wahyuni, 2007)
Akar yang paling aktif menyerap air dan unsur hara adalah akar tersier dan
kuarter yang berada pada kedalaman 0-60 cm dengan jarak 2-2,5 m dari pangkal
pohon (Wahyuni, 2007).
2. Batang
Tanaman kelapa sawit memiliki batang yang lurus, dan tidak bercabang.
Bakal batang pada tanaman kelapa sawit disebut plumula yang berbentuk seperti
tombak kecil. Pada tanaman dewasa diameternya 45-60 cm, bagian bawah batang
biasanya lebih gemuk, disebut bonggol dengan diameter 60-100 cm. Sampai
tanaman berumur 3 tahun batang belum terlihat karena masih tertututp pelepah
yang belum ditunas. Kemudian batang mulai meninggi dengan kecepatan tumbuh
35-70 cm / tahun.
Pertambahan tinggi batang juga dipengaruhi oleh jenis tanaman, iklim,
5
Karena batang terbungkus oleh pangkal pelepah selama bertahun-tahun
akan kelihatan besar namun sebenarnya diameternya hanya 45-60 cm saja.
Pangkal pelepah daun ini akan gugur karena membusuk dimulai dari bagian
bawah biasanya mulai pada umur 10-11 tahun (Lubis, 2008).
Tabel 2. Perkembangan tinggi batang yang normal adalah sebagai berikut: Umur Tinggi Umur Tinggi Umur Tinggi
(th) (m) (th) (m) (th) (m) 3 1,6 10 6,7 18 11,3 4 2,2 11 7,5 19 11,5 5 2,6 12 8,4 20 11,9 6 3,8 13 8,9 21 12,2 7 4,5 14 9,8 22 12,4 8 5,4 15 10,0 23 13,0 9 5,7 16 10,5 24 12,3 17 11,0 25 14,0 (Sumber: Wahyuni, 2007) 3. Daun
Daun merupakan pusat produksi energi dan bahan makanan bagi tanaman.
Bentuk daun, jumlah daun, dan susunanya sangat berpengaruh pada luas
tangkapan sinar matahari untuk diproses menjadi energi. Pada saat kecambah,
bakal daun pertama yang muncul adalah plumula, lalu mulai membelah menjadi
dua helai daun pada umur satu bulan. Seiring bertambahnya daun, anak daun
mulai membelah pada umur 3-4 bulan sehingga terbentuk daun sempurna (Lubis
dan Widanarko, 2011).
Pada tanaman muda mengeluarkan 30 daun (umumnya disebut pelepah)
pertahun dan pada tanaman tua antara 18-24 pelepah per tahun. panjang pelepah
6
Kedudukan daun pada batang 3/8 artinya pada setiap 3 putaran terdapat 8 daun.
Letak pelepah dlihat dari bekas tunasan membentuk putaran spiral ke kiri atau
kanan. Arah putaran dilihat dari arah atas ke bawah, dan arah putaran ini tidak
ada pengaruhnya dengan produksi (BPM, 2010).
4. Bunga
Tanaman kelapa sawit yang berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan
mulai mengeluarkan bunga jantan atau bunga betina. Bunga jantan berbentuk
lonjong memanjang, sedangkan bunga betina bentuknya agak bulat.
Umunya bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam dua tandan yang
terpisah. Namun, ada kalanya bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam
tandan yang sama. Bunga jantan selalu masak lebih dahulu dari pada bunga
betina. Karena itu, penyerbukan sendiri antara bunga jantan dan bunga betina
dalam satu tandan sangat jarang terjadi. Masa reseptif (masa putik dapat
menerima tepung sari) adalah 3x24 jam. Setelah itu, putik akan bewarna hitam
dan mengering.
Jika spatha (selubung bunga) bunga jantan baru terbuka, akan tercium bau
harum dan tepung sarinya masih dalam keadaan segar. Dalam kondisi alami
tepung sarinya hanya dapat hidup (mampu membuahi putik) dalam waktu 24 jam.
Jika di awetkan, tepung sari bisa mencapai umur 10 minggu.
Pengawetan tepung sari dilakukan dengan cara mengeringkanya di dalam
oven dengan suhu konstan 60oC selama 24 jam. Tepung sari awetan biasanya
untuk bantuan penyerbukan (assisted pollination). Pada tanaman kelapa sawit
7
jantan. Karena itu, kelapa sawit muda membutuhkan bantuan penyerbukan oleh
manusia.
Gambar 1. Bunga jantan dan bunga betina kelapa sawit.
5. Buah
Tandan buah kelapa sawit tumbuh di ketiak daun. Buah muda Elaeis
guineensis dura, Elaeis guineensis tenera, dan Elaeis guineensis pisifera
berwarna ungu tua sampai hitam. Warna ini disebabkan adanya dominasi zat
anthocyanin. Setelah buah masak pada umur 6 bulan, warna buah menjadi oranye
merah, karena buah sudah didominasi zat karoten. Buah kelapa sawit species
Elaeis melanococca, ketika muda warnanya hijau dan semakin tua berubah
menjadi kuning oranye.
Tandan buah akan mencapai ukuran maksimal pada umur 4,5-5 bulan.
Pada umur ini mulai dibentuk zat-zat minyak yang disusun dalam sel-sel pengisi
di sela-sela sabut buah. Bersamaan dengan pembentukan minyak, warna kulit
8
Berdasarkan hasil pengamatan, produksi buah maksimum sekitar 25
ton/ha/tahun. Persentase CPO mencapai 20% dari berat tandan dan minyak inti
sawit (PKO) bisa mencapai 30%.
Buah kelapa sawit memiliki bagian-bagian sebagai berikut :
a) Eksokarp atau kulit luar yang keras dan licin. Ketika buah masih muda,
warnanya hitam atau ungu tua atau hijau. Semakin tua, warnanya berubah
menjadi oranye merah atau kuning oranye.
b) Mesokarp atau sabut. Di antara jaringan-jaringanya ada sel pengisi sel spons
atau karet busa yang sangat banyak mengandung minyak (CPO), jika buah
sudah matang.
c) Endokarp atau tempurung. Ketebalan endokarp tergantung pada varietasnya.
Contohnya, varietas dura memilki endokarp yang sangat tebal,sedangkan
varietas pisifera sangat tipis, bahkan tanpa endokarp.
d) Kernel atau biji atau inti. Kernel mengandung minyak (PKO) sebesar 3%
dari berat tandan, bewarna jernih dan bermutu sangat jernih.
9 B. Syarat Tumbuh Kelapa Sawit
Sebelum memutuskan membuka lahan perkebunan kelapa sawit, perlu
diketahui kesesuaian lahanya. Kriteria kesesuaian lahan erat kaitanya dengan
syarat tumbuh tanaman kelapa sawit. Dalam sub bab ini akan dibahas faktor
lingkungan yang meliputi iklim dan tanah.
1. Curah hujan
Jumlah curah hujan yang baik (optimum) untuk tanaman kelapa sawit
rata-rata 2.000-2.500 mm/tahun, tidak memiliki defisit air, hujan agak merata-rata
sepanjang tahun. Hal ini bukan berarti kurang dari 2.000 mm/tahun tidak baik,
karena kebutuhan efektif hanya 1.300-1500 mm/tahun. Hal yang terpenting
adalah tidak terdapat defisit air 250 mm. Jumlah curah hujan lebih dari 2.500
mm/tahun juga bukan tidak baik asal saja jumlah hari hujan setahun tidak terlalu
banyak misalnya tidak lebih dari 180 hari (Lubis, 2008).
2. Penyinaran matahari
Sinar matahari diperlukan untuk memproduksi karbohidrat dan memacu
pertumbuhan bunga dan buah. Untuk itu, intensitas dan lama penyinaran sangat
berpengaruh. Lama penyinaran optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit
antara 5-7 jam/hari.
3. Suhu dan tinggi tempat
Perbedaan suhu dan ketinggian dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
produksi buah. Suhu 20ºC merupakan suhu minimum bagi pertumbuhan vegetatif. Sementara itu suhu 22-23ºC merupakan suhu rata-rata tahunan yang
10
dibutuhkan untuk produksi buah. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di ketinggian antara 0-500 m di atas permukaan laut.
Berdasarkan hasil pengamatan, lokasi tumbuh kelapa sawit lebih optimal berada
di daerah tropis (Lubis dan Widanarko, 2011).
4. Tanah
Menurut Lubis, (2008) Kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis
tanah seperti podsolik, latosol, hidromorfik kelabu (HK), regosol, andosol,
organosol dan alluvial. Sifat fisik tanah yang baik untuk kelapa sawit adalah :
Ketebalan solum 80 cm sehingga baik untuk perkembangan akar sehingga penyerapan hara tanaman akan lebih baik.
Testur ringan, dikehendaki memiliki pasir 60%, debu 10-40%, liat 20-50%.
pH tanah sangat terkait pada ketersediaan hara yang dapat diserap oleh akar. Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH 4,0-6,0 namun yang terbaik
adalah 5-5,5.
Tabel 3. Analisis kesesuaian lahan
Persyaratan Kelas Kesesuaian Lahan
S1 S2 S3 N Temperatur (oC) 25-28 22-25 20-22 < 20 Curah hujan (mm/tahun) 1.700-2.500 1.450-1.700 1.250-1.450 < 1.250 Defisit air (mm/thn) 0-150 150-200 250-400 > 400 Hari panjang tidak
hujan < 10 < 10 < 10 > 10
Lereng < 8 8,0-16 16-30 > 30
pH 5-6,5 4,2-5 < 4,2 -
penyinaran (jam) ≥ 6 ≥ 6 < 6 < 6 Kelembapan (%) ≥ 80 ≥ 80 < 80 < 80
11 (sumber: Lubis dan Widanarko, 2011)
C. Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan
Pemeliharaan tanaman dilakukan pada saat tanaman belum menghasilkan
atau disingkat dengan TBM dan tanaman menghasilkan atau TM. Masa TBM ini
berlangsung selama 2,5 tahun atau 30 bulan yaitu sampai tanaman mulai dipanen.
Pemeliharaan masa TBM dibagi dalam 3 tahap yaitu :
Pemeliharaan tahun I berlangsung selama 12 bulan.
Pemeliharaan tahun II berlangsung selama 12 bulan.
Pemeliharaan tahun III berlangsung selama 6 bulan.
Selama 6 bulan kalender berikutnya , pada tahun ke III, pekerjaan dan
pembiayaan dimasukkan kedalam biaya pemeliharaan TM karena tanaman sudah
menghasilkan. Pembagian atas 3 tahun pembiayaan tersebut dimaksudkan agar
penyusunan anggaran biaya menurut tahun kalender lebih mudah dan karena
kegiatan tersebut dari tahun ketahun berikutnya sudah berbeda (Nuril, 2013).
Pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (TBM) meliputi:
1. Pemeliharaan penutup tanah
Penutup tanah jenis kacangan membutuhkan waktu 4-6 bulan untuk
menutup dan perlu dipertahankan untuk beberapa tahun. Selama masa itu penutup
tanah tidak akan luput dari persaingan dengan gulma lain yang sebelumnya sudah
ada atau terbawa dari luar. Jenis gulma tersebut bisa dari golongan tumbuhan
12
sempit. Rumput yang menjalar harus dicabut atau digulung, sedangkan tumbuhan
berkayu harus didongkel agar tidak tumbuh kembali (Lubis, 2008).
2. Pemeliharaan piringan pohon
Piringan pohon atau bokoran harus bebas dari gulma agar tidak terjadi
perebutan hara. Pembersihan gulma dapat dilakukan dengan cara penggarukan,
sekaligus memperbesar ukuran piringan menurut perkembangan tajuk tanaman.
Penggarukan dilakukan dengan garuk bertangkai panjang, ke arah dalam dan ke
luar piringan supaya tidak terjadi cekungan pada piringan, dan dijaga supaya
pelepah daun tidak terpotong pada waktu penggarukan (Lubis, 2008).
3. Pemberantasan gulma
Pengendalian gulma (general weeds control) merupakan pengendalian
gulma campuran di piringan (circle) dan pasar pikul (path) kelapa sawit. Tujuan
pengendalian ini untuk menghindari persaingan antara tanaman kelapa sawit
dengan gulma serta memudahkan pekerjaan pemeliharaan lainya. Pengendalian
gulma biasanya dilakukan saat kondisi gulma telah mencapai ambang batas
ekonomi antara 30-50%.
Beberapa metode pengendalian gulma di antaranya metode manual,
mekanis, kultur teknis, biologis, dan metode kimiawi menggunakan herbisida atau
bahkan menggabungkan beberapa metode sekaligus. Metode yang paling sering
digunakan adalah metode kimiawi menggunakan herbisida. Metode ini lebih
13
kerja yang diperlukan lebih sedikit dan waktu pelaksanaan yang relatif lebih
singkat (Lubis dan Widanarko, 2011).
4. Pemeliharaan jalan
Pemeliharaan jalan dimulai dari pembukaan kebun sampai tanaman
menghasilkan (TM), peranan jalan di perkebunan kelapa sawit relatif sangat vital.
Jalan di perkebunan kelapa sawit sebaiknya harus dalam kondisi baik sepanjang
tahun. Kondisi jalan yang buruk dapat menjadi penghambat untuk proses
pengangkutan tandan buah segar (TBS), pupuk, dan kegiatan lainya.
Pengerasan jalan harus dilaksanakan pada masa tanaman belum
menghasilkan (TBM). Sementara itu, pada masa tanaman menghasilkan (TM)
kegiatan untuk jalan hanya bersifat pemeliharaan. Pengerasan jalan pada
umumnya dapat dilakukan dengan menggunakan batu, pasir batu (sirtu), atau batu
laterit. Khusus pembuatan jalan dilahan gambut, perlu dilakukan penimbunan
dengan tanah mineral terlebih dahulu sebelum jalan dikeraskan dengan pasir atau
batu (Lubis & Widanarko, 2011).
5. Pemeliharaan parit drainase
Parit primer, sekunder, tertier harus dirawat dan dicuci serta dikembalikan
dalam pada semula minimal 6 bulan sekali. Parit-parit yang berliku-liku
diluruskan, demikian pula yang kurang dalam perlu diperdalam dengan excavator.
Pekerjaan ini dilakukan pada musim kemarau atau sebelum musim hujan tiba.
Hal ini perlu dilakukan agar aliran air lancar, tidak menggenang dan kayu-kayu
14 6. Pemeliharaan teras dan tapak kuda
Teras dan tapak kuda perlu dirawat dengan teratur dan setiap 6 bulan
diperbaiki agar dapat berfungsi dengan baik. Tapak kuda atau teras bersambung
yang ukuranya belum sesuai segera diperbesar dan dibentuk karena penting untuk
penempatan pupuk (Lubis, 2008).
7. Pemeliharaan Rorak
Rorak dipelihara dengan cara mengeluarkan tanah yang masuk ke dalam
rorak dan menempatkanya kembali ke atas banteng. Kacangan penutup tanah
yang menjalar kedalam rorak arahnya dipindahkan ke atas banteng. Rotasi
pemeliharaan rorak sama dengan pemeliharaan teras.
8. Penyisipan
Penyisipan merupakan kegiatan penanaman kembali tanaman yang mati,
rusak, sakit dan abnormal perlu disisip sesegera mungkin agar pertumbuhanya
tidak ketinggalan dan sebaiknya menggunakan bibit yang telah disediakan untuk
sisipan. Penyisipan masih dapat dilakukan sampai tanaman berumur 5 tahun
karena sesudah itu pertumbuhan sisipan ini agak tertekan karena ternaungi oleh
tanaman lainya.
Kapasitas penyisipan umumnya rendah yaitu 10-20 pohon/hari. Pada
daerah pengembangan dimana babi, tikus dan gajah banyak menimbulkan
kerusakan, persentase penyisipan menjadi sangat tinggi bahkan kadang kala harus
ditanam ulang. Semakin lama dilakukan penyisipan akan meningkatkan biaya
15 9. Konsolidasi tanaman
Pekerjaan konsolidasi (menegakkan) pokok yang doyong hanya dilakukan 1
kali rotasi (setelah 1 minggu penanaman), bahkan tidak perlu dilakukan jika
penanaman sudah dilakukan dengan benar, kecuali bila terjadi angin kencang dan
hujan lebat setelah penanaman di lapangan. Konsolidasi dilakukan pada TBM 1
caranya dengan sedikit menimbun tanah kemudian dipadatkan. Saat memadatkan
diperhatikan lurus/mata lima dengan tanaman yang lainya. Bila perlu ditopang
dengan bambu atau kayu (BPM, 2010).
10. Inventarisasi Pohon
Inventarisasi pohon dilakukan setahun sekali dengan maksud menghitung
pohon produktif atau pohon normal, pohon abnormal atau pohonyang mati akibat
serangan hama dan penyakit. Tujuanya adalah untuk mengetahui jumlah pokok
yang mati atau abnormal untuk segera dapat dilakukan penyisipan. Pada
inventarisasi ini dicatat nomor blok, baris dan jumlah pokok yang mati dalam
baris tersebut dan di petakan dalam chart well (Vademecum kelapa sawit, 2005).
11. Pemupukan
Unsur hara yang diserap tanaman kelapa sawit belum menghasilkan
(TBM) bersumber dari hara tanah, pelapukan bahan organik tanaman, kacangan
(leguminasi) yang ditanam sebagai tanah dan dari pupuk yang diberikan. Pada
TBM, unsur hara yang diberikan melalui pemupukan bertujuan untuk
menyediakan unsur hara bagi tanaman yang digunakan untuk pertumbuhan
16
Agar tujuan pemupukan dapat terpenuhi, maka manajemen pemupukan
harus tepat dengan mempergunakan konsep 4T, tepat jenis, tepat dosis, tepat
waktu dan tepat cara.
a. Tepat jenis
Dalam menentukan jenis pupuk kita harus melihat dan mempertimbangkan
aspek teknis dan aspek ekonomis. Pengetahuan teknis tentang sifat pupuk dan
sifat tanah, dimana pupuk akan diaplikasikan, akan sangat menentukan efisiensi
pemupukan. Sifat pupuk yang penting diketahui adalah kandungan unsur hara
pupuk tersebut, kandungan unsur hara tambahan, reaksi kimia pupuk di dalam
tanah, serta kepekaan pupuk terhadap pengaruh iklim.
Menurut Fathoni, 2011 Pemupukan yang efektif akan berpengaruh pada
pertumbuhan tanaman yang optimal. Jenis-jenis pupuk utama (Macronutrient
Fertilizers) yang digunakan adalah :
Tabel 4. Jenis-jenis pupuk utama (Pupuk makro).
Jenis Pupuk Kandungan Hara
Urea Sumber Nitrogen, 46% N total
RP (rock phosphate) Sumber Fosfor, 28% P2O5 total
MOP/KCL Sumber Kalium, 60% K2O
Kiserit Sumber Magnesium, 27% MgO
FeSO4 Sumber Besi
ZnSO4 Sumber Seng
17 b. Tepat dosis
Dosis pupuk yang diberikan juga harus disesuaikan dengan umur tanaman
atau sesuai dengan anjuran balai penelitian kelapa sawit.
Tabel 5. Dosis Pemupukan TBM Kelapa Sawit.
Umur Dosis Pupuk (kg/pohon)
Tanaman (bulan) ZA TSP KCL Kieserit HGF-B Dalam lubang (0) - 0,50 - - - 1 0,10 - - - - 3 0,25 - 0,15 0,15 - 5 0,25 - 0,15 0,15 - 8 0,25 0,50 0,25 0,15 0,02 12 0,25 - 0,25 0,15 - 16 0,50 0,50 0,50 0,25 0,03 20 0,50 - 0,50 0,25 - 24 0,50 - 0,50 0,25 0,05 28 0,75 1,00 0,75 0,25 - 32 0,75 - 0,75 0,25 -
(Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, 1987)
c. Tepat waktu
Pupuk harus tersedia pada waktu yang ditentukan sehingga keberadaanya
tidak menjadi hambatan bagi tanaman yang akan dipupuk. Adapun waktu yang
terbaik untuk melakukan pemupukan adalah pada awal musim hujan dan pada
akhir musim hujan, yaitu pada saat keadaan tanah berada dalam yang sangat
lembab, tetapi tidak sampai tergenang air.
Dengan demikian, pupuk yang ditaburkan di masing-masing tanaman dapat
18
yang sangat baik untuk melarutkan pupuk sekitar 75% dari kapasitas lapang. Hal
ini dapat dicapai jika satu hari sebelumnya telah terjadi hujan sebanyak 20 mm
serta pada bulan bulan tidak terjadi defisit air.
d. Tepat cara
Ada beberapa cara pemupukan yang dapat dilakukan pada tanaman kelapa
sawit, diantaranya sebagai berikut:
Penempatan pupuk pada piringan.
Penempatan pupuk pada larikan mengelilingi pokok dan pupuk dibenamkan dalam larikan yang ditimbun lagi dengan tanah.
Pemupukan dengan disemprotkan ke daun.
Pemupukan melalui infus akar. 12. Pengendalian hama
Hama-hama tanaman yang umunya dijumpai menyerang tanaman kelapa
sawit belum menghasilkan adalah ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS).
Serangan UPDKS mengakibatkan kehilangan daun dan akhirnya akan
menurunkan produksi kelapa sawit.
Hama lainya adalah kumbang penggerek pucuk kelapa sawit (Oryctes
rhinoceros) yang menyerang pada pelepah yang agak muda, kemudian menggerek
ke arah titik tumbuh kelapa sawit. Panjang lubang gerekan dapat mencapai 4,2
cm/hari apabila gerekan mencapai titik tumbuh kemungkinan tanaman akan mati
19
memakannya adalah tikus dan apabila serangan dengan intensitas tinggi harus
dilakukan penanaman ulang (Lubis, 2008).
Tabel 6. Jenis ulat pemakan daun kelapa sawit
Jenis ulat Populasi kritis (ulat/pelepah)
Setothosea asigna 5 – 10 Setora nitens 5 – 10 Darna trima 20 – 30 Darna deducta 10 – 20 Darna bradleyl 10 – 20 Birthosea bisura 10 – 20 Mhasena corbetti 5 – 5 Metisa plana 5 – 10 dasisyira inclusa 5 – 10 dasisyira mundora 5 – 10
(Sumber: Pusat Penelitian Kelapa Sawit)
13. Pengendalian penyakit
Menurut Lubis, 2008 Penyakit yang umum dijumpai pada TBM antara lain:
a. Penyakit tajuk (Crown disease)
penyakit tajuk (Crown disease) yang disebabkan oleh faktor keturunan
dengan gejalanya ditandai dengan munculnya pelepah yang tidak membuka
sempurna dan bengkok bentuknya. Pada daun tombak yang belum membuka
terlihat pembusukan bewarna coklat yang menyebar melalui bagian tengah dan
mengakibatkan anak daun menjadi terputus-putus. Terkadang masih terbentuk
20 b. Penyakit busuk tandan (Marasmius sp)
Penyebab utama penyakit ini biasanya adalah kondisi kelembaban yang
tinggi akibat tidak dilakukanya tunas pasir, gulma yang tidak terkendali di
piringan pohon, dan panen yang tidak dilkukan sesuai rotasi sehingga buah
membusuk. Kelembaban diperbaiki dengan melakukan sanitasi buah busuk dan
pelepah kering. Buah busuk harus dikumpulkan dan dibakar agar tidak menular
pada buah yang masih muda.
c. Penyakit busuk pangkal batang (Ganoderma sp)
Penyakit busuk pangkal batang merupakan penyakit yang paling penting di
perkebunan kelapa sawit Indonesia. Serangan ini dapat menyebabkan kematian
1-2 % populasi. Serangan berat dapat mengakibatkan berkurangnya populasi
tanaman yang berumur kurang dari 15 tahun hingga 20-30%.
Penyakit yang disebabkan oleh jamur Ganoderma boninense, gejala
awalnya pada daun tanaman kelapa sawit muda (TBM-TM III) mengalami
klorosis, pucuk tanaman bewarna pucat seperti kekurangan unsur hara.
selanjutnya daun tanaman kelapa sawit muda layu atau mati, serta terjadi
pembusukan pada jaringan pangkal batang dan akhirnya tanaman mati. Sampai
saat ini tanaman yang terinfeksi penyakit ini belum bisa di sembuhkan, namun
dapat dilakukan pencegahan yaitu dengan cara :
Membersihkan sumber infeksi sebelum penanaman di bekas areal kelapa sawit. Karena itu, lahan harus benar-benar bersih dari tunggul kelapa
21
Mencegah pohon sehat tertular dengan cara pohon yang sudah menunjukkan gejala segera. Tunggul dan akar-akarnya digali dalam
radius 60 cm. Jika ditemukan pohon dengan gejala serangan awal, dapat
dilakukan pembelahan, bagian yang membusuk diambil, kemudian luka
tersebut ditutup dengan penutup luka, misalnya ter.
Upaya pencegahan lain dengan memanfaatkan agen hayati yang berupa
musuh cendawan ganoderma, misalnya Trichoderma sp. yang merupakan jamur
antagonis terhadap jamur ganoderma. Produk yang ada di pasaran misalnya
Natural GLIO yang mengandung Trichoderma sp. Selain bersifat antagonis
terhadap ganoderma, cendawan ini juga memperkuat sistem pertahanan tanaman.
Cara pemakaian Natural GLIO dengan difermentasikan menggunakan pupuk
kandang. Dosisnya 100 gram Natural GLIO dicampurkan dengan 50 kg pupuk
kandang dan dibiarkan terfermentasi selama 2 minggu. Lalu aplikasikan 100
gram/lubang tanam kelapa sawit yang baru ditanam.
Untuk mengurangi serangan ganoderma, pangkal batang kelapa sawit
perlu dibumbun dengan tanah. Hal ini dilakukan dengan tujuan menghindari
infeksi basidiospora ke batang kelapa sawit, serta menopang secara fisik batang
tanaman kelapa sawit. Pembumbunan tanah pada pangkal batang dapat
memperpanjang umur produksi selama 2 tahun (Susanto dan Prasetyo, 2008).
14. Kastrasi
Kastrasi merupakan proses pemotongan atau pembuangan bunga jantan
22
Pembuangan biasanya dimulai pada tanaman yang berumur 12-20 bulan. Kastrasi
berlangsung hingga 6 bulan sebelum panen pertama. Alat yang diguakan untuk
kastrasi yaitu dodos dan arit kecil.
Kegiatan kastrasi bertujuan untuk merangsang pertumbuhan vegetatif,
sehingga tanaman akan lebih jagur. Kastrasi juga meningkatkan produksi tandan
yang akan dipanen agar beratnya seragam/sama. Dan kastrasi membuat kondisi
tanaman yang bersih sehingga akan mengurangi kemungkinan serangan hama dan
penyakit (Vademecum kelapa sawit PTPN IV, 2005).
15. Menunas (Tunas Pasir)
Menunas adalah pekerjaan memotong daun-daun tua tanaman kelapa sawit
yang tidak bermanfaat lagi bagi tanaman. Sebenarnya dari segi tanaman tidak
dibenarkan ada daun yang masih hijau dipotong, daun-daun tua yang masih hijau
menjelang kering tidak begitu berarti lagi. Menjelang kering terjadi transport zat
makanan dari daun tua ke pucuk, dimana zat-zat makanan itu dipergunakan untuk
pertumbuhan bagian lain.
Jadi bila daun yang masih hijau kita potong berarti unsur-unsur yang
seharusnya masih bisa dipergunakan oleh tanaman akan terbuang. Tanaman muda
tidak boleh ditunas sampai dengan umur 15 bulan, karna jumlah daun sampai
umur 15 bulan masih kurang dari 48 daun. Tujuan menunas pada TBM kelapa