• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Wahyuni, 2007 Klasifikasi tanaman kelapa sawit sebagai berikut:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Wahyuni, 2007 Klasifikasi tanaman kelapa sawit sebagai berikut:"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Botani Morfologi Kelapa Sawit

Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan/industri berupa pohon batang

lurus dari famili palmae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai tanaman penghasil

minyak sayur yang berasal dari Amerika.

Menurut Wahyuni, 2007 Klasifikasi tanaman kelapa sawit sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Klas : Monocotyledonae

Ordo : Palmales

Famili : Palmae

Sub famili : Cocoideae

Genus : Elaeis

Species : 1. Elaeis guineensis Jacq

2. Elaeis oleifera Cortes atau Elaeis melanococca 1. Akar

Tanaman kelapa sawit termasuk ke dalam tanaman berbiji satu

(monokotil) yang memiliki akar serabut. Saat awal perkecambahan, akar pertama

yang muncul dari biji yang berkecambah disebut radikula (bakal akar) dan

(2)

4

utama atau primer. Selanjutnya, akar primer akan membentuk akar sekunder,

tertier, dan kuarter.

Tabel 1. Jenis dan ukuran/diameter akar kelapa sawit.

Nama akar Diameter

Primer 5-10 mm

Sekunder 2-4 mm

Tertier 1-2 mm

Kuarter 0,1-0,3 mm

(Sumber : Wahyuni, 2007)

Akar yang paling aktif menyerap air dan unsur hara adalah akar tersier dan

kuarter yang berada pada kedalaman 0-60 cm dengan jarak 2-2,5 m dari pangkal

pohon (Wahyuni, 2007).

2. Batang

Tanaman kelapa sawit memiliki batang yang lurus, dan tidak bercabang.

Bakal batang pada tanaman kelapa sawit disebut plumula yang berbentuk seperti

tombak kecil. Pada tanaman dewasa diameternya 45-60 cm, bagian bawah batang

biasanya lebih gemuk, disebut bonggol dengan diameter 60-100 cm. Sampai

tanaman berumur 3 tahun batang belum terlihat karena masih tertututp pelepah

yang belum ditunas. Kemudian batang mulai meninggi dengan kecepatan tumbuh

35-70 cm / tahun.

Pertambahan tinggi batang juga dipengaruhi oleh jenis tanaman, iklim,

(3)

5

Karena batang terbungkus oleh pangkal pelepah selama bertahun-tahun

akan kelihatan besar namun sebenarnya diameternya hanya 45-60 cm saja.

Pangkal pelepah daun ini akan gugur karena membusuk dimulai dari bagian

bawah biasanya mulai pada umur 10-11 tahun (Lubis, 2008).

Tabel 2. Perkembangan tinggi batang yang normal adalah sebagai berikut: Umur Tinggi Umur Tinggi Umur Tinggi

(th) (m) (th) (m) (th) (m) 3 1,6 10 6,7 18 11,3 4 2,2 11 7,5 19 11,5 5 2,6 12 8,4 20 11,9 6 3,8 13 8,9 21 12,2 7 4,5 14 9,8 22 12,4 8 5,4 15 10,0 23 13,0 9 5,7 16 10,5 24 12,3 17 11,0 25 14,0 (Sumber: Wahyuni, 2007) 3. Daun

Daun merupakan pusat produksi energi dan bahan makanan bagi tanaman.

Bentuk daun, jumlah daun, dan susunanya sangat berpengaruh pada luas

tangkapan sinar matahari untuk diproses menjadi energi. Pada saat kecambah,

bakal daun pertama yang muncul adalah plumula, lalu mulai membelah menjadi

dua helai daun pada umur satu bulan. Seiring bertambahnya daun, anak daun

mulai membelah pada umur 3-4 bulan sehingga terbentuk daun sempurna (Lubis

dan Widanarko, 2011).

Pada tanaman muda mengeluarkan 30 daun (umumnya disebut pelepah)

pertahun dan pada tanaman tua antara 18-24 pelepah per tahun. panjang pelepah

(4)

6

Kedudukan daun pada batang 3/8 artinya pada setiap 3 putaran terdapat 8 daun.

Letak pelepah dlihat dari bekas tunasan membentuk putaran spiral ke kiri atau

kanan. Arah putaran dilihat dari arah atas ke bawah, dan arah putaran ini tidak

ada pengaruhnya dengan produksi (BPM, 2010).

4. Bunga

Tanaman kelapa sawit yang berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan

mulai mengeluarkan bunga jantan atau bunga betina. Bunga jantan berbentuk

lonjong memanjang, sedangkan bunga betina bentuknya agak bulat.

Umunya bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam dua tandan yang

terpisah. Namun, ada kalanya bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam

tandan yang sama. Bunga jantan selalu masak lebih dahulu dari pada bunga

betina. Karena itu, penyerbukan sendiri antara bunga jantan dan bunga betina

dalam satu tandan sangat jarang terjadi. Masa reseptif (masa putik dapat

menerima tepung sari) adalah 3x24 jam. Setelah itu, putik akan bewarna hitam

dan mengering.

Jika spatha (selubung bunga) bunga jantan baru terbuka, akan tercium bau

harum dan tepung sarinya masih dalam keadaan segar. Dalam kondisi alami

tepung sarinya hanya dapat hidup (mampu membuahi putik) dalam waktu 24 jam.

Jika di awetkan, tepung sari bisa mencapai umur 10 minggu.

Pengawetan tepung sari dilakukan dengan cara mengeringkanya di dalam

oven dengan suhu konstan 60oC selama 24 jam. Tepung sari awetan biasanya

untuk bantuan penyerbukan (assisted pollination). Pada tanaman kelapa sawit

(5)

7

jantan. Karena itu, kelapa sawit muda membutuhkan bantuan penyerbukan oleh

manusia.

Gambar 1. Bunga jantan dan bunga betina kelapa sawit.

5. Buah

Tandan buah kelapa sawit tumbuh di ketiak daun. Buah muda Elaeis

guineensis dura, Elaeis guineensis tenera, dan Elaeis guineensis pisifera

berwarna ungu tua sampai hitam. Warna ini disebabkan adanya dominasi zat

anthocyanin. Setelah buah masak pada umur 6 bulan, warna buah menjadi oranye

merah, karena buah sudah didominasi zat karoten. Buah kelapa sawit species

Elaeis melanococca, ketika muda warnanya hijau dan semakin tua berubah

menjadi kuning oranye.

Tandan buah akan mencapai ukuran maksimal pada umur 4,5-5 bulan.

Pada umur ini mulai dibentuk zat-zat minyak yang disusun dalam sel-sel pengisi

di sela-sela sabut buah. Bersamaan dengan pembentukan minyak, warna kulit

(6)

8

Berdasarkan hasil pengamatan, produksi buah maksimum sekitar 25

ton/ha/tahun. Persentase CPO mencapai 20% dari berat tandan dan minyak inti

sawit (PKO) bisa mencapai 30%.

Buah kelapa sawit memiliki bagian-bagian sebagai berikut :

a) Eksokarp atau kulit luar yang keras dan licin. Ketika buah masih muda,

warnanya hitam atau ungu tua atau hijau. Semakin tua, warnanya berubah

menjadi oranye merah atau kuning oranye.

b) Mesokarp atau sabut. Di antara jaringan-jaringanya ada sel pengisi sel spons

atau karet busa yang sangat banyak mengandung minyak (CPO), jika buah

sudah matang.

c) Endokarp atau tempurung. Ketebalan endokarp tergantung pada varietasnya.

Contohnya, varietas dura memilki endokarp yang sangat tebal,sedangkan

varietas pisifera sangat tipis, bahkan tanpa endokarp.

d) Kernel atau biji atau inti. Kernel mengandung minyak (PKO) sebesar 3%

dari berat tandan, bewarna jernih dan bermutu sangat jernih.

(7)

9 B. Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

Sebelum memutuskan membuka lahan perkebunan kelapa sawit, perlu

diketahui kesesuaian lahanya. Kriteria kesesuaian lahan erat kaitanya dengan

syarat tumbuh tanaman kelapa sawit. Dalam sub bab ini akan dibahas faktor

lingkungan yang meliputi iklim dan tanah.

1. Curah hujan

Jumlah curah hujan yang baik (optimum) untuk tanaman kelapa sawit

rata-rata 2.000-2.500 mm/tahun, tidak memiliki defisit air, hujan agak merata-rata

sepanjang tahun. Hal ini bukan berarti kurang dari 2.000 mm/tahun tidak baik,

karena kebutuhan efektif hanya 1.300-1500 mm/tahun. Hal yang terpenting

adalah tidak terdapat defisit air 250 mm. Jumlah curah hujan lebih dari 2.500

mm/tahun juga bukan tidak baik asal saja jumlah hari hujan setahun tidak terlalu

banyak misalnya tidak lebih dari 180 hari (Lubis, 2008).

2. Penyinaran matahari

Sinar matahari diperlukan untuk memproduksi karbohidrat dan memacu

pertumbuhan bunga dan buah. Untuk itu, intensitas dan lama penyinaran sangat

berpengaruh. Lama penyinaran optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit

antara 5-7 jam/hari.

3. Suhu dan tinggi tempat

Perbedaan suhu dan ketinggian dapat mempengaruhi pertumbuhan dan

produksi buah. Suhu 20ºC merupakan suhu minimum bagi pertumbuhan vegetatif. Sementara itu suhu 22-23ºC merupakan suhu rata-rata tahunan yang

(8)

10

dibutuhkan untuk produksi buah. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di ketinggian antara 0-500 m di atas permukaan laut.

Berdasarkan hasil pengamatan, lokasi tumbuh kelapa sawit lebih optimal berada

di daerah tropis (Lubis dan Widanarko, 2011).

4. Tanah

Menurut Lubis, (2008) Kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis

tanah seperti podsolik, latosol, hidromorfik kelabu (HK), regosol, andosol,

organosol dan alluvial. Sifat fisik tanah yang baik untuk kelapa sawit adalah :

 Ketebalan solum 80 cm sehingga baik untuk perkembangan akar sehingga penyerapan hara tanaman akan lebih baik.

 Testur ringan, dikehendaki memiliki pasir 60%, debu 10-40%, liat 20-50%.

 pH tanah sangat terkait pada ketersediaan hara yang dapat diserap oleh akar. Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH 4,0-6,0 namun yang terbaik

adalah 5-5,5.

Tabel 3. Analisis kesesuaian lahan

Persyaratan Kelas Kesesuaian Lahan

S1 S2 S3 N Temperatur (oC) 25-28 22-25 20-22 < 20 Curah hujan (mm/tahun) 1.700-2.500 1.450-1.700 1.250-1.450 < 1.250 Defisit air (mm/thn) 0-150 150-200 250-400 > 400 Hari panjang tidak

hujan < 10 < 10 < 10 > 10

Lereng < 8 8,0-16 16-30 > 30

pH 5-6,5 4,2-5 < 4,2 -

penyinaran (jam) ≥ 6 ≥ 6 < 6 < 6 Kelembapan (%) ≥ 80 ≥ 80 < 80 < 80

(9)

11 (sumber: Lubis dan Widanarko, 2011)

C. Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan

Pemeliharaan tanaman dilakukan pada saat tanaman belum menghasilkan

atau disingkat dengan TBM dan tanaman menghasilkan atau TM. Masa TBM ini

berlangsung selama 2,5 tahun atau 30 bulan yaitu sampai tanaman mulai dipanen.

Pemeliharaan masa TBM dibagi dalam 3 tahap yaitu :

 Pemeliharaan tahun I berlangsung selama 12 bulan.

 Pemeliharaan tahun II berlangsung selama 12 bulan.

 Pemeliharaan tahun III berlangsung selama 6 bulan.

Selama 6 bulan kalender berikutnya , pada tahun ke III, pekerjaan dan

pembiayaan dimasukkan kedalam biaya pemeliharaan TM karena tanaman sudah

menghasilkan. Pembagian atas 3 tahun pembiayaan tersebut dimaksudkan agar

penyusunan anggaran biaya menurut tahun kalender lebih mudah dan karena

kegiatan tersebut dari tahun ketahun berikutnya sudah berbeda (Nuril, 2013).

Pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (TBM) meliputi:

1. Pemeliharaan penutup tanah

Penutup tanah jenis kacangan membutuhkan waktu 4-6 bulan untuk

menutup dan perlu dipertahankan untuk beberapa tahun. Selama masa itu penutup

tanah tidak akan luput dari persaingan dengan gulma lain yang sebelumnya sudah

ada atau terbawa dari luar. Jenis gulma tersebut bisa dari golongan tumbuhan

(10)

12

sempit. Rumput yang menjalar harus dicabut atau digulung, sedangkan tumbuhan

berkayu harus didongkel agar tidak tumbuh kembali (Lubis, 2008).

2. Pemeliharaan piringan pohon

Piringan pohon atau bokoran harus bebas dari gulma agar tidak terjadi

perebutan hara. Pembersihan gulma dapat dilakukan dengan cara penggarukan,

sekaligus memperbesar ukuran piringan menurut perkembangan tajuk tanaman.

Penggarukan dilakukan dengan garuk bertangkai panjang, ke arah dalam dan ke

luar piringan supaya tidak terjadi cekungan pada piringan, dan dijaga supaya

pelepah daun tidak terpotong pada waktu penggarukan (Lubis, 2008).

3. Pemberantasan gulma

Pengendalian gulma (general weeds control) merupakan pengendalian

gulma campuran di piringan (circle) dan pasar pikul (path) kelapa sawit. Tujuan

pengendalian ini untuk menghindari persaingan antara tanaman kelapa sawit

dengan gulma serta memudahkan pekerjaan pemeliharaan lainya. Pengendalian

gulma biasanya dilakukan saat kondisi gulma telah mencapai ambang batas

ekonomi antara 30-50%.

Beberapa metode pengendalian gulma di antaranya metode manual,

mekanis, kultur teknis, biologis, dan metode kimiawi menggunakan herbisida atau

bahkan menggabungkan beberapa metode sekaligus. Metode yang paling sering

digunakan adalah metode kimiawi menggunakan herbisida. Metode ini lebih

(11)

13

kerja yang diperlukan lebih sedikit dan waktu pelaksanaan yang relatif lebih

singkat (Lubis dan Widanarko, 2011).

4. Pemeliharaan jalan

Pemeliharaan jalan dimulai dari pembukaan kebun sampai tanaman

menghasilkan (TM), peranan jalan di perkebunan kelapa sawit relatif sangat vital.

Jalan di perkebunan kelapa sawit sebaiknya harus dalam kondisi baik sepanjang

tahun. Kondisi jalan yang buruk dapat menjadi penghambat untuk proses

pengangkutan tandan buah segar (TBS), pupuk, dan kegiatan lainya.

Pengerasan jalan harus dilaksanakan pada masa tanaman belum

menghasilkan (TBM). Sementara itu, pada masa tanaman menghasilkan (TM)

kegiatan untuk jalan hanya bersifat pemeliharaan. Pengerasan jalan pada

umumnya dapat dilakukan dengan menggunakan batu, pasir batu (sirtu), atau batu

laterit. Khusus pembuatan jalan dilahan gambut, perlu dilakukan penimbunan

dengan tanah mineral terlebih dahulu sebelum jalan dikeraskan dengan pasir atau

batu (Lubis & Widanarko, 2011).

5. Pemeliharaan parit drainase

Parit primer, sekunder, tertier harus dirawat dan dicuci serta dikembalikan

dalam pada semula minimal 6 bulan sekali. Parit-parit yang berliku-liku

diluruskan, demikian pula yang kurang dalam perlu diperdalam dengan excavator.

Pekerjaan ini dilakukan pada musim kemarau atau sebelum musim hujan tiba.

Hal ini perlu dilakukan agar aliran air lancar, tidak menggenang dan kayu-kayu

(12)

14 6. Pemeliharaan teras dan tapak kuda

Teras dan tapak kuda perlu dirawat dengan teratur dan setiap 6 bulan

diperbaiki agar dapat berfungsi dengan baik. Tapak kuda atau teras bersambung

yang ukuranya belum sesuai segera diperbesar dan dibentuk karena penting untuk

penempatan pupuk (Lubis, 2008).

7. Pemeliharaan Rorak

Rorak dipelihara dengan cara mengeluarkan tanah yang masuk ke dalam

rorak dan menempatkanya kembali ke atas banteng. Kacangan penutup tanah

yang menjalar kedalam rorak arahnya dipindahkan ke atas banteng. Rotasi

pemeliharaan rorak sama dengan pemeliharaan teras.

8. Penyisipan

Penyisipan merupakan kegiatan penanaman kembali tanaman yang mati,

rusak, sakit dan abnormal perlu disisip sesegera mungkin agar pertumbuhanya

tidak ketinggalan dan sebaiknya menggunakan bibit yang telah disediakan untuk

sisipan. Penyisipan masih dapat dilakukan sampai tanaman berumur 5 tahun

karena sesudah itu pertumbuhan sisipan ini agak tertekan karena ternaungi oleh

tanaman lainya.

Kapasitas penyisipan umumnya rendah yaitu 10-20 pohon/hari. Pada

daerah pengembangan dimana babi, tikus dan gajah banyak menimbulkan

kerusakan, persentase penyisipan menjadi sangat tinggi bahkan kadang kala harus

ditanam ulang. Semakin lama dilakukan penyisipan akan meningkatkan biaya

(13)

15 9. Konsolidasi tanaman

Pekerjaan konsolidasi (menegakkan) pokok yang doyong hanya dilakukan 1

kali rotasi (setelah 1 minggu penanaman), bahkan tidak perlu dilakukan jika

penanaman sudah dilakukan dengan benar, kecuali bila terjadi angin kencang dan

hujan lebat setelah penanaman di lapangan. Konsolidasi dilakukan pada TBM 1

caranya dengan sedikit menimbun tanah kemudian dipadatkan. Saat memadatkan

diperhatikan lurus/mata lima dengan tanaman yang lainya. Bila perlu ditopang

dengan bambu atau kayu (BPM, 2010).

10. Inventarisasi Pohon

Inventarisasi pohon dilakukan setahun sekali dengan maksud menghitung

pohon produktif atau pohon normal, pohon abnormal atau pohonyang mati akibat

serangan hama dan penyakit. Tujuanya adalah untuk mengetahui jumlah pokok

yang mati atau abnormal untuk segera dapat dilakukan penyisipan. Pada

inventarisasi ini dicatat nomor blok, baris dan jumlah pokok yang mati dalam

baris tersebut dan di petakan dalam chart well (Vademecum kelapa sawit, 2005).

11. Pemupukan

Unsur hara yang diserap tanaman kelapa sawit belum menghasilkan

(TBM) bersumber dari hara tanah, pelapukan bahan organik tanaman, kacangan

(leguminasi) yang ditanam sebagai tanah dan dari pupuk yang diberikan. Pada

TBM, unsur hara yang diberikan melalui pemupukan bertujuan untuk

menyediakan unsur hara bagi tanaman yang digunakan untuk pertumbuhan

(14)

16

Agar tujuan pemupukan dapat terpenuhi, maka manajemen pemupukan

harus tepat dengan mempergunakan konsep 4T, tepat jenis, tepat dosis, tepat

waktu dan tepat cara.

a. Tepat jenis

Dalam menentukan jenis pupuk kita harus melihat dan mempertimbangkan

aspek teknis dan aspek ekonomis. Pengetahuan teknis tentang sifat pupuk dan

sifat tanah, dimana pupuk akan diaplikasikan, akan sangat menentukan efisiensi

pemupukan. Sifat pupuk yang penting diketahui adalah kandungan unsur hara

pupuk tersebut, kandungan unsur hara tambahan, reaksi kimia pupuk di dalam

tanah, serta kepekaan pupuk terhadap pengaruh iklim.

Menurut Fathoni, 2011 Pemupukan yang efektif akan berpengaruh pada

pertumbuhan tanaman yang optimal. Jenis-jenis pupuk utama (Macronutrient

Fertilizers) yang digunakan adalah :

Tabel 4. Jenis-jenis pupuk utama (Pupuk makro).

Jenis Pupuk Kandungan Hara

Urea Sumber Nitrogen, 46% N total

RP (rock phosphate) Sumber Fosfor, 28% P2O5 total

MOP/KCL Sumber Kalium, 60% K2O

Kiserit Sumber Magnesium, 27% MgO

FeSO4 Sumber Besi

ZnSO4 Sumber Seng

(15)

17 b. Tepat dosis

Dosis pupuk yang diberikan juga harus disesuaikan dengan umur tanaman

atau sesuai dengan anjuran balai penelitian kelapa sawit.

Tabel 5. Dosis Pemupukan TBM Kelapa Sawit.

Umur Dosis Pupuk (kg/pohon)

Tanaman (bulan) ZA TSP KCL Kieserit HGF-B Dalam lubang (0) - 0,50 - - - 1 0,10 - - - - 3 0,25 - 0,15 0,15 - 5 0,25 - 0,15 0,15 - 8 0,25 0,50 0,25 0,15 0,02 12 0,25 - 0,25 0,15 - 16 0,50 0,50 0,50 0,25 0,03 20 0,50 - 0,50 0,25 - 24 0,50 - 0,50 0,25 0,05 28 0,75 1,00 0,75 0,25 - 32 0,75 - 0,75 0,25 -

(Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, 1987)

c. Tepat waktu

Pupuk harus tersedia pada waktu yang ditentukan sehingga keberadaanya

tidak menjadi hambatan bagi tanaman yang akan dipupuk. Adapun waktu yang

terbaik untuk melakukan pemupukan adalah pada awal musim hujan dan pada

akhir musim hujan, yaitu pada saat keadaan tanah berada dalam yang sangat

lembab, tetapi tidak sampai tergenang air.

Dengan demikian, pupuk yang ditaburkan di masing-masing tanaman dapat

(16)

18

yang sangat baik untuk melarutkan pupuk sekitar 75% dari kapasitas lapang. Hal

ini dapat dicapai jika satu hari sebelumnya telah terjadi hujan sebanyak 20 mm

serta pada bulan bulan tidak terjadi defisit air.

d. Tepat cara

Ada beberapa cara pemupukan yang dapat dilakukan pada tanaman kelapa

sawit, diantaranya sebagai berikut:

 Penempatan pupuk pada piringan.

 Penempatan pupuk pada larikan mengelilingi pokok dan pupuk dibenamkan dalam larikan yang ditimbun lagi dengan tanah.

 Pemupukan dengan disemprotkan ke daun.

 Pemupukan melalui infus akar. 12. Pengendalian hama

Hama-hama tanaman yang umunya dijumpai menyerang tanaman kelapa

sawit belum menghasilkan adalah ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS).

Serangan UPDKS mengakibatkan kehilangan daun dan akhirnya akan

menurunkan produksi kelapa sawit.

Hama lainya adalah kumbang penggerek pucuk kelapa sawit (Oryctes

rhinoceros) yang menyerang pada pelepah yang agak muda, kemudian menggerek

ke arah titik tumbuh kelapa sawit. Panjang lubang gerekan dapat mencapai 4,2

cm/hari apabila gerekan mencapai titik tumbuh kemungkinan tanaman akan mati

(17)

19

memakannya adalah tikus dan apabila serangan dengan intensitas tinggi harus

dilakukan penanaman ulang (Lubis, 2008).

Tabel 6. Jenis ulat pemakan daun kelapa sawit

Jenis ulat Populasi kritis (ulat/pelepah)

Setothosea asigna 5 – 10 Setora nitens 5 – 10 Darna trima 20 – 30 Darna deducta 10 – 20 Darna bradleyl 10 – 20 Birthosea bisura 10 – 20 Mhasena corbetti 5 – 5 Metisa plana 5 – 10 dasisyira inclusa 5 – 10 dasisyira mundora 5 – 10

(Sumber: Pusat Penelitian Kelapa Sawit)

13. Pengendalian penyakit

Menurut Lubis, 2008 Penyakit yang umum dijumpai pada TBM antara lain:

a. Penyakit tajuk (Crown disease)

penyakit tajuk (Crown disease) yang disebabkan oleh faktor keturunan

dengan gejalanya ditandai dengan munculnya pelepah yang tidak membuka

sempurna dan bengkok bentuknya. Pada daun tombak yang belum membuka

terlihat pembusukan bewarna coklat yang menyebar melalui bagian tengah dan

mengakibatkan anak daun menjadi terputus-putus. Terkadang masih terbentuk

(18)

20 b. Penyakit busuk tandan (Marasmius sp)

Penyebab utama penyakit ini biasanya adalah kondisi kelembaban yang

tinggi akibat tidak dilakukanya tunas pasir, gulma yang tidak terkendali di

piringan pohon, dan panen yang tidak dilkukan sesuai rotasi sehingga buah

membusuk. Kelembaban diperbaiki dengan melakukan sanitasi buah busuk dan

pelepah kering. Buah busuk harus dikumpulkan dan dibakar agar tidak menular

pada buah yang masih muda.

c. Penyakit busuk pangkal batang (Ganoderma sp)

Penyakit busuk pangkal batang merupakan penyakit yang paling penting di

perkebunan kelapa sawit Indonesia. Serangan ini dapat menyebabkan kematian

1-2 % populasi. Serangan berat dapat mengakibatkan berkurangnya populasi

tanaman yang berumur kurang dari 15 tahun hingga 20-30%.

Penyakit yang disebabkan oleh jamur Ganoderma boninense, gejala

awalnya pada daun tanaman kelapa sawit muda (TBM-TM III) mengalami

klorosis, pucuk tanaman bewarna pucat seperti kekurangan unsur hara.

selanjutnya daun tanaman kelapa sawit muda layu atau mati, serta terjadi

pembusukan pada jaringan pangkal batang dan akhirnya tanaman mati. Sampai

saat ini tanaman yang terinfeksi penyakit ini belum bisa di sembuhkan, namun

dapat dilakukan pencegahan yaitu dengan cara :

 Membersihkan sumber infeksi sebelum penanaman di bekas areal kelapa sawit. Karena itu, lahan harus benar-benar bersih dari tunggul kelapa

(19)

21

 Mencegah pohon sehat tertular dengan cara pohon yang sudah menunjukkan gejala segera. Tunggul dan akar-akarnya digali dalam

radius 60 cm. Jika ditemukan pohon dengan gejala serangan awal, dapat

dilakukan pembelahan, bagian yang membusuk diambil, kemudian luka

tersebut ditutup dengan penutup luka, misalnya ter.

Upaya pencegahan lain dengan memanfaatkan agen hayati yang berupa

musuh cendawan ganoderma, misalnya Trichoderma sp. yang merupakan jamur

antagonis terhadap jamur ganoderma. Produk yang ada di pasaran misalnya

Natural GLIO yang mengandung Trichoderma sp. Selain bersifat antagonis

terhadap ganoderma, cendawan ini juga memperkuat sistem pertahanan tanaman.

Cara pemakaian Natural GLIO dengan difermentasikan menggunakan pupuk

kandang. Dosisnya 100 gram Natural GLIO dicampurkan dengan 50 kg pupuk

kandang dan dibiarkan terfermentasi selama 2 minggu. Lalu aplikasikan 100

gram/lubang tanam kelapa sawit yang baru ditanam.

Untuk mengurangi serangan ganoderma, pangkal batang kelapa sawit

perlu dibumbun dengan tanah. Hal ini dilakukan dengan tujuan menghindari

infeksi basidiospora ke batang kelapa sawit, serta menopang secara fisik batang

tanaman kelapa sawit. Pembumbunan tanah pada pangkal batang dapat

memperpanjang umur produksi selama 2 tahun (Susanto dan Prasetyo, 2008).

14. Kastrasi

Kastrasi merupakan proses pemotongan atau pembuangan bunga jantan

(20)

22

Pembuangan biasanya dimulai pada tanaman yang berumur 12-20 bulan. Kastrasi

berlangsung hingga 6 bulan sebelum panen pertama. Alat yang diguakan untuk

kastrasi yaitu dodos dan arit kecil.

Kegiatan kastrasi bertujuan untuk merangsang pertumbuhan vegetatif,

sehingga tanaman akan lebih jagur. Kastrasi juga meningkatkan produksi tandan

yang akan dipanen agar beratnya seragam/sama. Dan kastrasi membuat kondisi

tanaman yang bersih sehingga akan mengurangi kemungkinan serangan hama dan

penyakit (Vademecum kelapa sawit PTPN IV, 2005).

15. Menunas (Tunas Pasir)

Menunas adalah pekerjaan memotong daun-daun tua tanaman kelapa sawit

yang tidak bermanfaat lagi bagi tanaman. Sebenarnya dari segi tanaman tidak

dibenarkan ada daun yang masih hijau dipotong, daun-daun tua yang masih hijau

menjelang kering tidak begitu berarti lagi. Menjelang kering terjadi transport zat

makanan dari daun tua ke pucuk, dimana zat-zat makanan itu dipergunakan untuk

pertumbuhan bagian lain.

Jadi bila daun yang masih hijau kita potong berarti unsur-unsur yang

seharusnya masih bisa dipergunakan oleh tanaman akan terbuang. Tanaman muda

tidak boleh ditunas sampai dengan umur 15 bulan, karna jumlah daun sampai

umur 15 bulan masih kurang dari 48 daun. Tujuan menunas pada TBM kelapa

Gambar

Gambar 1. Bunga jantan dan bunga betina kelapa sawit.
Gambar  2. Penampang melintang buah kelapa sawit.
Tabel 3. Analisis kesesuaian lahan
Tabel 5. Dosis Pemupukan TBM Kelapa Sawit.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatakan kemampuan berpikir kritis siswa, peningkatan keterampilan mengajar guru, dan peningkatan aktivitas belajar

Adanya inovasi baru di desa Gempol mengenai pertanian organik ini dimulai dari sosialisasi pada kelompok tani yang sudah merubah pola pikir untuk mengubah tekstur tanah

ke sembilan yaitu desain dan conduct formative evaluation of instruction (merancang dan melaksanakan evaluasi formatif). Uji coba dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

kerjasama Indonesia dengan negara-negara di Asia Tenggara ...x 1 jam pelajaran PKn BSE Kls 6, sumber lain yg relevan(ko ran, majalah, dll) • Penguasa an konsep •

keuangan dan akibat dari kebijakan pemerintah Belanda yang melarang terbitnya majalah Pembela Islam. 6 Walaupun majalah Pembela Islam dilarang terbit kembali, namun

Diperoleh 14 kom- binasi padi hibrida yang menunjukkan keragaan yang lebih baik dan memiliki standar heterosis lebih tinggi dari varietas kontrol Ciherang dan

perbedaan paling signifikan disini ialah panjang dari kedua hal tersebut (piping dan pipelines) sehingga dalam prosedur nya pun nanti nya akan diperlakukan dengan

Sedangkan dal am pel aksanaannya mul ai dar i pengumpul an dat a, pengol ahan dat a, anal i si s hasi l / masal ah sampai dengan penyusunan l apor an ber pedoman pada