• Tidak ada hasil yang ditemukan

Universitas Gadjah Mada 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Universitas Gadjah Mada 1"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Universitas Gadjah Mada 1 III. Teknik Casting

A. Peralatan yang dibutuhkan pada proses casting ialah : 1. Casting ring

Casting ring digunakan untuk investing (penanaman). a. Diameter dan panjang casting ring

Diameter dan panjang casting ring tidak ada ketentuan yang pasti, tergantung dan macam wax pattern yang dibuat dan tergantung dan alat casting yang digunakan.

b. Macam - macam casting ring

c. Berdasarkan bahan yang digunakan untuk pembuatan casting ring ada 3 macam, yaitu :

1) Casting ring yang dibuat dan logam.

Pada proses casting yang dibuat dan logam dengan teknik pemuaian panas (thermal expansion) harus menggunakan bahan logam.

Syarat-syarat casting ring dan logam adalah :

- Titik cair logam lebih besar dan titik cair logam yang akan dicasting - Tidak mudah berkarat

- Bentuknya dapat bulat (silindris) atau lonong (oval). Bentuk silindris digunakan apabila wax pattern atau bentuk bangunan yang akan dibuat merupakan restorasi tunggal (single restoration) atau ukurannya kecil, misalnya bentuk mahkota penuh (full crown), inlay, jacket crown, dowel, dll.

Bentuk oval digunakan apabila wax pattern atau bentuk bangunan yang akan dibuat merupakan restorasi yang besar atau rehabilitasi gigi, misalnya untuk pembuatan crown and bridge, removable partial denture rangka logam atau full denture rangka logam dll.

Casting dan logam dimana dmding dalamnya harus dilapisi dengan lapisan asbes (asbestos liner)

2) Casting ring yang dibuat dari kertas/ karton tidak memerlukan asbestos liner. Hal ini disebabkan karena pada waktu pre heating, wax elimination dan heating, casting ring dilepas sehingga pada waktu casting hanya tinggal invesmennya saja. Hal ini berguna untuk, menambah ekspansi baik invesmen maupun mould space pada waktu dipanasi.

3) Casting ring yang terbuat dan plastik keadaannya sama dengan casting ring yang dibuat dari kertas.

(2)

Universitas Gadjah Mada 2 2. Asbestos liner (lapisan asbes)

a. Fungsi lapisan asbes adalah sebagai berikut :

1) Untuk setting expansion bahan invesmennya. Memberi kesempatan pada actonan invesmen (percampuran antara cairan dan puder invesmen) memuai dengan leluasa. Pada campuran antara air / cairan dan puder invesmen setelah keras (setting time, sebelum dipanasi, akan terjadi pemuaian. Apabila dilakukan investing, pemuaan adonan invesmen ini akan tertahan oleh dinding - dinsing casting ring dari logam. Dengan adanya lapisan asbestos maka pemuaian adonan invesmen pada waktu setting time akan leluasa, sebab sitat asbes adalah seperti bantal, apabila ditekan akan “melengkung 1“ dan apabila tekanan hilang akan kembali seperti bentuk semula. Disamping ashes mempunyai sifat tahan panas dan tidak akan terbakar apabila dipanasi atau dibakar.

2) Mencegah keretakan adonan di dalam casting ring. Sifat logam adalah mudah menerima panas dan mudah melepaskan panas dan apabila kena panas besar dan dan cepat memuainya dan setelah dingin akan membeku. Sedangkan bahan invesmen mempunyai sitat lambat menerima panas dan lambat melepaskan panas. Apabila kena panas pemuaiannya kecil dan lambat, apabila sudah dingin akan mengerut. Jadi silat kedua bahan ini sangat bertolak belakang. Apabila perbedaannya sangat besar dan tidak ditambah lapisan asbes maka akan terjadi keretakan, karena antara dinding casting ring dengan invesmen akan terjadi kelonggaran dan sifat invesmen adalah mudah rapuh.

3) Penyekat panas antara dinding-dindmg casting ring dan logam dengan invesmennya.

Mekanismenya sebagai berikut; pada waktu dipanasi / dibakar logam cepat menjadi panas, sedangkan invesmen lambat menjadi panas. Panas pada logam ini diserap oleh lapisan asbes dan diberikan kepada invesmen, sehingga kecepatan menerima panas pada logam dapat diperlambat. Dengan demikian panas yang diterima oleh logam dapat seimbang clengan panas yang diterima oleh invesmennya.

4) Mempermudah pengeluaran hasil casting dan dalam casting ringnya. Pada waktu keadaan logam dan invesmen sudah dingin sekali, maka hasil casting dengan mudah dapat dikeluarkan, yaitu hanya dengan menekan invesmennya (pada salah satu ujung casting ring) maka invesmen akan keluar dan hasil casting dapat diambil dengan merusak invesmennya.

(3)

Universitas Gadjah Mada 3 3. Rubber bowl

Rubber bowl adalah semacam mangkuk yang terbuat dan karet, yang berguna untuk tempat mencampur liquit (air) dan puder bahan invesmen.

Spatula adalah alat semacam sendok yang terbuat dan logam (stainless stel) yang berguna sebagai pengaduk campuran liquit (air) dan puder bahan invesmen.

4. Vibrator

Vibrator adalah mesin penggetar untuk menggtarkan adonan bahan invesmen pada waktu investing dan berguna untuk menghindarkan adanya gelembung - gelembung udara dan adonan bahan invesmen.

5. Vacuum mixer

Vacuum mixer adalah mesin penyampur antara liquit (air) dan puder bahan invesmen di dalam ruang hampa udara. Apablia tidak ada mesin ini maka digunakan rubber bowl dan spatula.

6. Furnace (ukurannya)

Furnace adalah alat pemanas yang dapat distel untuk menunjukkan suhu pemanasan dan Iamanya pemanasan. Furnace ini berguna untuk melakukan wax elimination dan heating.

B. Prosedur teknik pembuatannya 1. Teknik pembuatan wax pattern

a. Bahan dan alat yang digunakan 1) Bahan

a) Malam cor (casting wax) b) Spiritus

c) Vaselin (separating medium) 2) Alat

a) Die

b) Crown – mess dan wax – mess c) Lampu spiritus

(4)

Universitas Gadjah Mada 4 b. Cara kerja

1) Olesi die pada gigi abutment (pada gigi yang telah di preposisi) di seluruh permukaannya secara merata dengan separating medium (vaselin). 2) Lunakkan inlay casting wax (bentuk batangan) diatas lampu spiritus

sampai lunak.

3) Malam yang sudah lunak ditekan-tekan dengan jari sampai pipih dan lebar (cukup untuk menutupi gigi abutment)

4) Dalam keadaan lunak tempelkan pada gigi abutment dan ditekan-tekan agar adaptasinya terhadap gigi abutment baik.

5) Apabila malam sudah keras, lalu diukir dengan crown-mess sampai terbentuk bangunan yang dinginkan, misalnya bentuk full crown (mahkota gigi).

Sebelum diukir malam dicoba untuk dilepaskan dan gigi abutment dan malam harus dengan mudah dimasukkan dan dikeluarkan dan gigi abutment.

2. Teknik pembuatan sprue pin / sprue tormer a. Bahan dan alat

1) Bahan

a) Wire dengan diameter panjang tertentu b) Inlay casting wax

2) Alat

c) Le crowness d) Pinset

b. Cara kerja

1) Pada permukaan wax pattern yang akan ditempati sprue pin ditetesi dengan malam cair sedikit dan bentuknya “menonjol”.

2) Kawat (wire) pada salah satu ujungnya dipanasi diatas Iampu spiritus. Ujung yang panas ini ditusukkan pada tonjolan malam tadi dengan posisi tegak lurus atau miring. Posisi tersebut dipertahankan sampai keras. 3) Sprue pin dilapisi dengan malam cair di seluruh permukaan dengan rata,

sehingga diameternya memenuhi syarat.

4) Pada sprue pin dibuat reservoir modul dengan posisi 1 mm dan titik terletaknya sprue pin pada wax pattern. bentuknya bulat dan diameternya agak lebih besar dan diameter sprue pin.

(5)

Universitas Gadjah Mada 5 5) Wax pattern dengan bantuan sprue pin dilepas dan die dan dipasang

pada crucible former. Sebelumnya crucible former dibuat lebih dulu pada casting ring. Bahan crucible former dapat dan modeling wax (malam model). Setelah wax pattern, sprue pin dan crucible sudah menjadi satu kesatuan, maka merupakan persiapan untuk casting.

3. Teknik Investing a. Bahan dan alat

1) Bahan

a) Puder bahan invesmen b) Liquit / air

2) Alat

a) Casting ring (dari logam), bentuk silindris b) Rubber bowl c) Spatula d) Vibrator e) Vacuum mixer f) Kuas kecil b. Cara kerja

1) Sebelum dilakukan investing, dinding dalam casting ring dilapisi dengan lapisan asbes setinggi casting ringnya, setebal 1 mm untuk pengecoran logam precious atau 2 mm untuk pengecoran logam non precious.

2) Sebelum di investing crucible lormer beserta wax patternnya dimasukkan ke dalarn casting ring dengan kedudukan sebagai berikut :

a) Wax pattern terletak ditengah-tengah, sehingga jarak antara permukaan-permukaan wax pattern dengan dinding-dinding casting ring sama.

b) Jarak wax pattern dengan dasar casting ring antara (6-8) mm.

3) Pencampuran antara puder invesmen dan air berdsarkan w/p ratio yang tepat. Caranya air dimasukkan ke dalarn rubber bowl dan diaduk dengan spatula, sampai mendapatkan campuran yang homogen. Dapat pula dilakukan pencampuran antara air dan pucter invesmen dalam vacuum mixer, kemudian penuangan adonan invesmen dilakukan diatas vibrator. 4) Casting ring dibalik dimana bagian casting ring yang terbuka menghadap

ke atas. Kemudian dituangi adonan invesmen perlahan-lahan menyelusuri dinding dalam casting ring sampai penuh. Selanjutnya casting didiamkan sampai adonan invesmen kering dan keras.

(6)

Universitas Gadjah Mada 6 4. Teknik Pre Heating, wax elimination dan heating

a. Setelah kering dan keras dilakukan pre heating dimana casting ring dimasukkan ke dalam furnace selama beberapa menit dan suhu kamar sampai suhu 150 C.

b. Setelah pre heating, dilakukan wax elimination dimana dan suhu 1500C dinaikkan sampai 350C. Pada suhu 350 C ini malam dari wax pattern diperkirakan sudah habis menguap semua, sehingga tidak ada sedikitpun malam yang tersisa. Waktu dan suhu 1500C sampai 3500C + 30 menit.

c. Setelah wax elimination, sempurna, dilakukan heating dengan menaikkan suhu dan 3500C sampai 7000C selama 30 menit. Kemudian casting ring diambil dan furnace dan diletakkan pada casting machine pada tempat tertentu.

Setelah casting ring diletakkan pada casting machine, selanjutnya dilakukan melting pada logam yang akan dicasting.

5. Teknik Melting dan Casting

a. Apabila pada casting ini menggunakan centri fugakl casting machine, maka pelelehan dilakukan pada fire clay dan apabila memakai centri fugal casting sistem (slanger apparat) atau air presser casting machine, maka pelelehan dilakukan pada sprue hole.

Pelelehan logam dengan alat blow torch dengan bahan bensin.

b. Apabila lelehan logam bergerak-gerak seperti gerakan air raksa, karena kena tiupan blow torch, maka pada saat inilah dilakukan casting (pengecoran). c. Pengambilan hasil casting dan dalam invesmen dalam casting ring harus

(7)

Universitas Gadjah Mada 7 DAFTAR PUSTAKA

1. Combe, E.C., 1992, Notes on Dental Materials Devises, 6th., ed., Churchill, Living Stones, London.

2. Ewing, J.E.,1995. Fixed Partial Prothesis.. 2nd .. ed.. Lea & Febriger.Philadelphia.

3. Greener, E.H., Harecourt, J.H., and Lauten Schager, E.P., 1912, Materials Science in Dentistry, The William’s & Wilkin, Co.Baltimore.

4. Ichiningsih, S., 1980, Dental Technology, 1st., ed., FKG Trisakti, Jakarta.

5. Jablonsky, S., 1982, Illustrated Dictionary of Dentistry, W.B. Saunders Co., Philadelphia.

6. Martinelly, N., 1970, Dental Laboratory Technology, The C.V. Mosby Co., St. Louis.

7. Phillips, R.W., 1973, Skinener‘s Science of Dental Materials, 7th, ed., W.B. Saunders,

Referensi

Dokumen terkait

Acidophilus history says that years later after Louis Pasteur discovered pasteurization, the method of heating milk to kill harmful bacteria; Elie Metchnikoff researched and

Penelitian ini hertujuan untuk mengetahui aktivitas peredaman radikal he has, dari ekstrak metanol kulit hatang pule (Alstonia scholar is) dan kayu rapat (Parameria

D.Teknik Pengumpulan data dan Instrumen Penelitian ... Teknik Analisis

Dari data di atas maka dapat diketahui bahwa efisiensi rata-rata penggunaan bahan bakar premium yang paling maksimal adalah ketika menggunakan manifold 4 dan dengan penambahan

Sehubungan dengan hasil evaluasi penawaran saudara, perihal penawaran Pekerjaan Pembangunan Jembatan Kampung Baru Tahap IV, dimana perusahaan saudara termasuk telah

(2) Kode (B) untuk data yang berkaitan dengan Pelaksanaan Program Mentoring. Agama

Materi Program Ekstrakurikuler Gerakan Pramuka Gugus depan

[r]