• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN..."

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

DAFTAR ISI

Hal

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... ii

DAFTAR GAMBAR ... iii

DAFTAR LAMPIRAN ... iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Ruang Lingkup Rencana Pengelolaan ... 2

BAB II POTENSI, PERMASALAHAN DAN TARGET KONSERVASI 2.1 Potensi ... 4

2.2 Permasalahan ... 4

2.3 Target Konservasi ... 5

2.3.1 Mangrove ... 6

2.3.2 Tuntung laut (Batagur borneonsis) ... 7

2.3.3. Udang Windu (Panaeus monodon) ... 8

BAB III PENATAAN ZONASI 3.1 Rancangan dan Peruntukan Zonasi ... 10

3.2 Zona Inti ... 12

3.2.1 Rancangan Zona Inti ... 12

3.2.2 Peruntukan Zona Inti ... 12

3.2.3 Kegiatan yang Boleh dan Tidak ... 13

3.3 Zona Pemanfaatan Terbatas ... 14

3.3.1 Rancangan Zona Pemanfaatan Terbatas ... 14

3.3.2 Peruntukan Zona Pemanfaatan Terbatas ... 16

3.3.3 Kegiatan yang Boleh dan Tidak ... 17

3.4 Zona Lainnya ... 18

3.4.1 Rancangan Zona Lainnya ... 18

3.4.2 Peruntukkan Zona Lainnya ... 18

3.4.3 Kegiatan yang Boleh dan Tidak ... 19

BAB IV RENCANA PENGELOLAAN ... 20

4.1 Kebijakan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ... 20

4.1.1 Visi dan Misi ... 20

4.1.2 Tujuan dan Sasaran Pengelolaan ... 20

4.2 Strategi Pengelolaan ... 21

4.2.1 Penguatan Kelembagaan ... 21

4.2.2 Penguatan Pengelolaan Sumberdaya Kawasan ... 22

4.2.3 Penguatan Sosial, Ekonomi dan Budaya ... 23

(3)

4.4 Rencana Monitoring dan Evaluasi ... 23 BAB VI PENUTUP ... 26 DAFTAR PUSTAKA ... 27 LAMPIRAN

(4)

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1. Luasan dan persentasi zona di TP Aceh Tamiang ... 10 Tabel 2. Kegiatan yang Boleh dan Tidak Boleh dilakukan di Zona Inti ... 14 Tabel 3. Kegiatan yang Boleh dan Tidak Boleh dilakukan di Subzona Pariwisata ... 17 Tabel 4. Kegiatan yang Boleh dan Tidak Boleh dilakukan di Subzona Perikanan Tradisional 17 Tabel 5. Kegiatan yang Boleh dan Tidak Boleh dilakukan di Zona Lainnya ... 19 Tabel 6. Rencana Riset, Monitoring dan Evaluasi Taman Pesisir Aceh Tamiang ... 24

(5)

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1. Spesies Tuntong laut (Batagur borneonsis) ... 7

Gambar 2. Jumlah Telur Tutong di 4 Lokasi ... 8

Gambar 3. Peta Batas Luar TP Aceh Tamiang ... 11

Gambar 4. Peta Rancangan Zonasi TP Aceh Tamiang ... 11

Gambar 5. Peta Lokasi Zona Inti TP Aceh Tamiang ... 12

Gambar 6. Peta Lokasi Subzona Pariwisata TP Aceh Tamiang. ... 15

Gambar 7. Peta Lokasi Subzona Perikanan Tradisional TP Aceh Tamiang ... 16

(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1. Koordinat Batas Luar Kawasan Konservasi TP Aceh Tamiang ... 29

Lampiran 2. Koordinat Rancangan Zonasi TP Aceh Tamiang ... 30

Lampiran 3. Matriks Rencana Pengelolaan Jangka Pendek (1 tahun Pertama) ... 34

Lampiran 4. Matriks Rencana Pengelolaan Jangka Manengah (2020-2025) ... 36

(7)

1

1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kabupaten Aceh Tamiang terletak pada koordinat 03o 53’ 18,81“ – 04o 32’ 56,76” Lin-tang Utara dan 97o 43’ 41,51” – 98o 14’ 45,41” Bujur Timur, dengan luas wilayah berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2015 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan, adalah 1.956,72 Km2, namun berdasarkan inter-pretasi dan perhitungan digitasi spasial yang ditetapkan dengan Qanun Kabupaten Aceh Ta-miang Nomor 14 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Aceh TaTa-miang Tahun 2012-2032, luas wilayah Kabupaten Aceh Tamiang adalah 2.216,16 Km2 (Bappeda Kab. Aceh Tamiang, 2018).

Kabupaten Aceh Tamiang secara hukum memperoleh status kabupaten definitif ber-dasarkan Undang-undang Nomor 4 Tahun 2002, dengan batas-batas wilayah meliputi:

- sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Langsa Timur Kota Langsa dan Selat Malaka;

- sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara; - sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara dan

Kecamatan Pinding Kabupaten Gayo Lues;

- sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Serba Jadi dan Kecamatan Bireum Ba-yeum Kabupaten Aceh Timur.

Secara geografis regional, Kabupaten Aceh Tamiang merupakan pintu gerbang me-masuki wilayah Provinsi Aceh, bagian pesisir timur Pulau Sumatera. Empat kecamatan meru-pakan wilayah pesisir pantai yang berbatasan langsung dengan Selat Malaka, yaitu Kecamatan Seruway, Kecamatan Bendahara, Kecamatan Banda Mulia dan Kecamatan Manyak Payed (Bappeda Kab. Aceh Tamiang, 2018). Pantai di Kabupaten Aceh Tamiang memiliki ciri khas populasi mangrove yang terletak di tepi pantai hingga mendekati pemukiman warga. Potensi ini menjadikan Kabupaten Aceh Tamiang memiliki populasi mangrove terbesar di Aceh, diikuti oleh Langsa dan Aceh Timur (BPSPL Padang, 2018).

Mayoritas masyarakat yang tinggal di daerah pesisir Kabupaten Aceh Tamiang meru-pakan masyarakat nelayan pancing dan jaring yang sehari-hari beraktifitas di wilayah pesisir

(8)

2 dan laut. Adapun jenis kapal yang digunakan yakni kapal kayu dengan ukuran panjang 20 hingga 25 kaki. Namun sebanyak 60% nelayan yang melaut di beberapa wilayah di pesisir Ka-bupaten Aceh Tamiang merupakan nelayan pancing dan jaring dengan panjang kapal kurang dari 20 kaki. Nelayan ini umumnya adalah nelayan pancing dan jaring yang menangkap ikan disekitar populasi mangrove dan laut dengan jarak kurang dari 2 mil laut. Sementara 40% lainnya merupakan nelayan dengan ukuran panjang kapal 20 – 25 kaki, nelayan ini biasanya melaut dengan jarak lebih dari 2 mil. Hal ini tentu sejalan dengan program pemerintah melalui pembentukan wilayah kawasan konservasi perairan daerah dimana memprioritaskan kawa-san perlindungan pada luas wilayah 0 – 4 mil laut (BPSPL Padang, 2018).

Untuk merealisasikan pembentukan kawasan konservasi tersebut, pemerintah Provinsi Aceh menetapkan pencadangan kawasan konservasi di 6 (enam) kabupaten di Provinsi Aceh, salah satunya di Kabupaten Aceh Tamiang. Berdasarkan Keputusan Gubernur Aceh Nomor 523/1297/2018 tentang Penetapan Pencadangan Kawasan Perairan Aceh. Ka-wasan Konserasi Perairan Daerah Kabupaten Aceh Tamiang dicadangkan sebagai Taman Pesisir (TP) Aceh Tamiang yang meliputi Kecamatan Seruway dan Manyak Payed, seluas 2.797,21 ha. Namun setelah melewati proses verifikasi lapangan dan Konsultasi Publik disepakati luas kawasan yang akan 2.750,71 Ha di kecamatan Seruway.

1.1 Tujuan

Tujuan penyusunan Dokumen RPZ TP Aceh Tamiang adalah sebagai acuan dan pan-duan bagi pengelola untuk melaksanakan program dan kegiatan dalam pelindungan dan pe-lestarian kawasan, pemanfaataan kawasan sesuai dengan zonasinya, serta melakukan eval-uasi terahadap efektivitas pengelolaan kawasan.

1.2 Ruang Lingkup Rencana Pengelolaan

A. Lingkup Wilayah

Berdasarkan Keputusan Gubernur Aceh Nomor 523/1297/2018 tentang Penetapan Pencadangan Kawasan Perairan Aceh. Kawasan Konserasi Perairan Daerah Kabupaten Aceh Tamiang dicadangkan sebagai Taman Pesisir (TP) Aceh Tamiang yang meliputi Kecamatan Seruway dan Manyak Payed, seluas 2.797,21 Ha. Namun setelah melewati proses verifikasi lapangan dan Konsultasi Publik telah disepakati bahwa luas kawasan konservasi daerah Kabupaten Aceh Taming adalah 2.750,71 Ha di ecamatan Seruway.

(9)

3 B. Lingkup Materi

Dokumen RPZ TP Aceh Tamiang ini terdiri dari: a. Potensi, permasalahan, serta target konservasi b. Penataan zonasi

c. Arahan rencana pengelolaan kawasan

C. Lingkup Jangka Waktu

Lingkup waktu RPZ ini terdiri dari: a. Rencana jangka panjang (20 tahun) b. Rencana jangka menengah (5 tahun) c. Rencana jangka pendek (1 tahun pertama)

(10)

4

2

BAB II. POTENSI, PERMASALAHAN DAN TARGET KONSERVASI

2.1 Potensi

Pantai di Kabupaten Aceh Tamiang memiliki ciri khas populasi mangrove yang terletak di tepi pantai hingga mendekat ke pemukiman warga. Mangrove di Aceh Tamiang merupakan habitat penting bagi beberapa komoditi perikanan serta bagi tuntong laut (Batagur bor-neonsis). Mangrove yang berada di sepanjang muara sungai Aceh Tamiang merupakan habitat pakan dan ruaya bagi tuntong laut. Selain mangrove, daratan pesisir khususnya daerah Kuala Genting merupakan habitat peneluran penyu hijau (Chelonia mydas) dan tuntong laut (BPSPL Padang, 2018).

Perairan Aceh Tamiang merupakan salah satu kawasan penghasil induk udang windu (Penaeus monodon) yang berkualitas. Permintaan pasar yang tinggi terhadap produksi udang windu menyebabkan jenis udang ini merupakan komoditas perikanan yang bernilai tinggi. Pemenuhan produksi udang windu dari kegiatan budidaya membutuhkan suplai benih yang melimpah dari induk udang windu yang berkualitas unggul. Untuk menjamin kelestarian serta ketersediaan sumber induk udang windu, perlu dilakukan upaya konservasi, baik perlin-dungan dari eksploitasi induk udang windu yang berlebihan, ancaman penyakit, maupun ke-lestarian genetiknya. Beberapa wilayah di Aceh Tamiang yang berpotensi dijadikan sebagai daerah asuhan udang windu, seperti di Kuala Berangau, Kuala Sungai Udang, dan Kuala Peunaga (BP2KP-KKP, 2016).

2.2 Permasalahan

Meningkatnya jumlah aktivitas manusia terhadap eksploitasi sumber daya alam me-nyebabkan berkurangnya potensi dan keanekaragaman hayati dan memungkinkan terjadinya kepunahan biota sebagai akibat dari kerusakan habitat. Berdasarkan hasil analisis spasial pada tahun 2017 yang dilakukan oleh WWF-Indonesia menunjukkan adanya penurunan luasan mangrove di Kabupaten Aceh Tamiang dari tahun 2013 hingga tahun 2017 sebesar 1.342 ha. Penurunan luasan mangrove ini merupakan yang terbesar dibandingkan dengan penurunan luasan mangrove di daerah lain di Provinsi Aceh (WWF, 2017). Penurunan nilai luasan man-grove ini disebabkan oleh beralihnya fungsi hutan manman-grove menjadi lahan sawit, tambak, dan kebutuhan bahan baku pembuatan kayu arang (BPSPL Padang, 2018).

(11)

5 Kerusakan lingkungan perairan di Aceh Tamiang meliputi perubahan habitat, baik ber-sifat langsung (seperti penebangan hutan mangrove) maupun tidak langsung (sedimentasi). Selain itu kegiatan illegal logging dan perambahan hutan terutama di daerah aliran sungai (DAS) juga mengakibatkan kerusakan lingkungan pesisir yang cukup parah dimana setiap ter-jadi banjir kayu-kayu bekas tebangan dari hutan maupun daerah aliran sungai terbawa ke muara sehingga menyebabkan sepanjang pantai terutama daerah delta dipenuhi sampah-sampah bawaan banjir (BPSPL Padang, 2018).

Kondisi ini menyebabkan adanya potensi degradasi habitat dan lahan pada beberapa wilayah populasi mangrove di Aceh Tamiang karena adanya perubahan ekologi dan aktifitas perekonomian masyarakat. Degradasi habitat ini berpengaruh pula terhadap menurunnya populasi hutan mangrove yang dapat berdampak pada udang windu dan tuntung laut. Selain itu, penurunan jumlah dan kualitas udang windu di alam juga disebabkan oleh penangkapan udang secara berlebih dengan menggunakan alat tangkap yang tidak selektif seperti pukat laying dan langgih (mini bottom trawl) serta adanya intoduksi udang vanamei yang me-nyebabkan masuknya virus IHHNV sehingga membuat udang windu menjadi rentan terhadap penyakit (BP2KP-KKP, 2016). Produksi tangkapan udang windu berdasarkan data statistic peri-kanan Aceh Timur dalam empat tahun terakhir (2012-2015) menunjukkan kecenderungan memiliki trend menurun dengan rata-rata penurunan sebesar 10-13% (BP2KP-KKP, 2016). An-caman yang mengakibatkan penurunan populasi tuntong laut terutama diakibatkan oleh per-buruan dan perdagangan satwa baik daging, karapas, telurnya, maupun anakannya untuk di-jadikan hewan peliharaan. Selain itu, hilang dan rusaknya habitat mulai dari pantai, sungai, hutan bakau, pun menjadi salah satu penyebab semakin langkanya reptil ini. Jika kondisi ini terus berlanjut, maka akan sangat berpotensi untuk merusak keanekaragaman jenis dan ekosistem yang terdapat di wilayah pesisir Kabupaten Aceh Tamiang.

2.3 Target Konservasi

Berdasarkan potensi sumber daya alam yang dimiliki oleh Kabupaten Aceh Tamiang, maka target konservasi pengelolaan TP Aceh Tamiang adalah sebagai berikut:

(12)

6

2.3.1 Mangrove

Hutan mangrove merupakan tipe hutan yang terdapat di sepanjang pantai atau muara sungai yang terpengaruh oleh pasang surut air laut, yaitu tergenang pada saat pasang dan bebas dari genangan pada saat surut. Hutan mangrove merupakan ekosistem yang kompleks terdiri atas flora dan fauna daerah pantai, hidup sekaligus di habitat daratan dan air laut, an-tara batas air pasang dan surut .

Ekosistem mangrove mempunyai tiga fungsi utama, yaitu: fungsi ekologis, fungsi fisik dan fungsi ekonomis. Secara ekologis ekosistem mangrove memberikan manfaat yang besar terhadap lingkungan di wilayah pesisir diantaranya (1) menciptakan iklim mikro yang baik; dan (2) memperbaiki kualitas air, (3) sebagai tempat mencari makan (feeding ground), tempat memijah (spawning ground), dan tempat berkembang biak (nursery ground) bagi jenis ikan, udang, kerang dan biota laut lainnya; (4) ekositem mangrove merupakan sumber plasma nutfah yang cukup tinggi. Secara fisik mangrove memiliki fungsi diantaranya (1) menjaga garis pantai dan tebing sungai dari erosi/abrasi agar tetap stabil; (2) mempercepat perluasan lahan melalui proses sedimentasi; (3) mengendalikan intrusi air laut; (3) melindungi daerah di belakang mangrove dari hempasan gelombang, angin kencang dan mengurangi resiko ter-hadap bahaya tsunami. Secara ekonomis mangrove berfungsi sebagai (1) menghasilkan hasil hutan berupa kayu; (2) hasil hutan berupa non kayu, madu, obat-obatan, minuman dan ma-kanan, tanin (zat penyamak kulit), serat sintetis dan produk komersial lainnya; (3) sarana ekotourisme, wanamina/pertambakan, sumber benih dan lain-lain (WWF, 2017).

Berdasarkan analisis spasial yang dilakukan oleh WWF-Indonesia (2017) luas hutan mangrove di Kabupaten Aceh Tamiang adalah seluas 14.105,91 ha. Luasan ini telah berkurang dibandingkan dengan luasan mangrove pada tahun 2013, yaitu sebesar 15.447,91 ha. Penga-matan yang dilakukan oleh BPSPL Padang (2018) ada 3 populasi besar mangrove yang ditemukan di wilayah pencadangan KKPD Aceh Tamiang. Lokasi yang menjadi pusat penga-matan populasi mangrove adalah di wilayah Kuala Genting, Pusong Kapal dan Rukui. Di wila-yah Kuala Genting ditemukan tiga jenis mangrove, yaitu Avecenia lanata, Avecenia alba dan Excoearia agallocha. Pada wilayah Pusong Kapal ditemukan pula tiga jenis mangrove, antara lain Avicennia officinalis, Nypa fruticans dan Ceriops tagal. Sementara di wilayah Rukuy juga ditemukan sebanyak tiga jenis yang meliputi Rhizopora apiculata, Ceriops decandra dan Brugeira sexangula.

(13)

7

2.3.2 Tuntong Laut (Batagur borneonsis)

Tuntong laut (Batagur borneonsis) merupakan salah satu satwa khas serta spesies dari keluarga kura-kura yang habitat hidupnya terdapat di ekosistem mangrove yang terdapat di wilayah pesisir Kabupaten Aceh Tamiang dan habitat bertelurnya adalah wilayah pantainya. Keberadaan tuntong laut saat ini telah mengalami penurunan populasi dan hampir punah aki-bat kerusakan ekosistem mangrove (BPSPL Padang, 2018). Di dalam IUCN, spesies ini tergo-long ke dalam kategori critically endangered sejak tahun 2000 dan terdaftar di dalam Apendiks II CITES. Selain itu, spesies ini juga merupakan satwa yang termasuk ke dalam prior-itas Sangat Tinggi (skor 95) di dalam Permenhut No.58/Permenhut/2008 Tentang Arahan Strategis Konservasi Nasional 2008-2018 (RKT-MOU Tuntong Laut, 2018).

Gambar 1. Spesies Tuntong laut (Batagur borneonsis)

Tuntong laut yang hidup di sepanjang muara sungai Kabupaten Aceh Tamiang, khu-susnya di Kecamatan Seruway, menjadikan mangrove sebagai habitat utama dalam beruaya untuk mencari pasangan pada musim kawin dan mencari makanan dimana tuntung laut ini merupakan hewan pemakan daun, tunas, buah mangrove, serta kerang. Tuntong laut akan bertelur di pantai sekitar muara (biasanya di daerah pasir pusong kapal dan kuala genting) dengan cara menguburkan telurnya ke dalam pasir yang akan menetaskan tukik dalam kurun waktu ± 70 hari. Telur hewan reptil ini dapat berukuran 68-76 x 36-44 mm dimana dalam satu sarang dapat berisi antara 11-22 burit telur. Sama halnya dengan penyu, suhu kelembapan sarang/penetasan berkisar antara 27-32oC dengan kedalaman hingga 25 cm. Setelah

(14)

8 menetas, maka sebagian besar tuntung laut melakukan aktifitas di dalam air dan hanya sesekali berada di luar air dan berjemur di pinggir sungai atau diatas batang-batang kayu.

Berdasarkan data dari UPTD Balai Budidaya Air Payau Seruway Dinas Pangan, Kelautan dan Perikanan Kab. Aceh Tamiang, peneluran tutong terdapat empat lokasi peneluran tutong yang tersebar di tiga kecamatan. Keempat lokasi tersebut antara lain adalah Kuala Genting di Kecamatan Bendahara, Pantai Kermak di Kecamatan Manyak Payet, lokasi Pantai Ketapang dan pulau Rukui di Kecamatan Banda Mulia. Data Jumlah telur tuntong berdasarkan pengamatan UPTD Balai Budidaya Air Payau Seruway Dinas Pangan, Kelautan dan Perikanan Kab. Aceh Tamiang dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 2. Jumlah Telur Tutong di 4 Lokasi

Aceh Tamiang mengalami penurunan populasi tuntong laut disebabkan oleh menurunnya luasan mangrove serta pengambilan telur tuntong laut yang tidak bertanggung-jawab oleh masyarakat (BPSPL Padang, 2018). Menyadari pentingnya melindungi spesies tuntong laut ini, pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang mengeluarkan peraturan mengenai pelestarian tuntong laut yang dituangkan di dalam Qanun Kabupaten Aceh Tamiang Nomor 3 tahun 2016 tentang Perlindungan Spesies Tuntong Laut.

2.3.3 Udang Windu (Penaeus monodon)

Udang Windu (Penaeus monodon) merupakan salah satu komoditas perikanan yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan menjadi komoditas ekspor yang diminati pasar dunia. Aceh tamiang merupakan salah satu daerah yang memiliki habitat induk udang windu yang bagus.

0 50 100 150 200 250 300 350

Kuala Genting Pantai Kermak Pantai Ketapang Pulo Rukui

Ju ml ah T el u r 2017/2018 2018/2019

(15)

9 Selain itu udang windu Aceh sudah terkenal berkualitas terbaik di dunia dan dikenal dengan sebutan black tiger, tiger shrimp atau tiger prawn (Soetomo, 2000).

Induk udang windu dapat hidup lebih baik didalam perairan jika keadaan perairan me-menuhi syarat. Adapun persyaratan tersebut antara lain keadaan vegetasi, kedalaman air laut dan kualitas perairan sehingga indukan dapat bertelur dan melakukan perkawinan dengan baik. Hasil penelitian Wardana (2011) pada daerah Aceh Besar, menunjukkan vegetasi man-grove pada wilayah induk winduk di dominasikan oleh jenis Rhizopora, Brugaria dan Avisenia dengan kedalaman berkisar antara 3-6 m dan memiliki substrat domina liat berpasir.

Berdasarkan penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan, KKP (2016), menunjukkan bahwa distribusi kelimpahan udang windu di sepanjang laut Kabu-paten Aceh Timur hingga KabuKabu-paten Aceh Tamiang termasuk tinggi. Distribusi Spasial Kelim-pahan Udang Windu menunjukkan bahwa kelimKelim-pahan area udang windu di pesisir Aceh Timur berkisar antara 10 – 130 ekor/m2, dengan nilai rata-rata sebesar 37 ekor/m2, dan pada bulan April 2016 berkisar antara 10 – 20 ekor/m2, dengan nilai rerata sebesar 4 ekor/m2.

Distribusi berdasarkan biomassnya berkisar antara 10-167.000 g/ha, dengan nilai rata-rata sebesar 50.778 g/ha (Oktober 2015), dan berkisar antara 8.500 – 65.900 g/ha, dengan nilai rerata sebesar 36.845 g/ha (April 2016). Pemetaan hasil sebaran biomassa udang windu yang ada di alam melalui metode akustik pada tahun 2015-2016 telah diketahui bahwa klus-ter-kluster biomassa udang windu di Kabupaten Aceh Timur dan sekitarnya terbagi menjadi empat kluster populasi yaitu kluster Julok, Peudawa, Langsa, dan Aceh Tamiang (BP2KP-KKP, 2016).

Pengetahuan mengenai musim pemijahan sangatlah penting utnuk pengelolaan peri-kanan. Selain melalui sebaran densitas telur, musim pemijahan dapat diketahuai melalui pengamatan tingkat kematangan gonad. Berdasarkan hasil pengamatan Chordrijah (2018) udang windu matang gonad terjadi pada bulan Maret-April dan September. Hal ini menun-jukkan bahwa puncak musim pemijahan udang windu terjadi pada bulan Maret/April dan Sep-tember.

(16)

10

3

BAB III. PENATAAN ZONASI

3.1 Rancangan dan Peruntukan Zona

Zonasi kawasan konservasi perairan adalah suatu bentuk rekayasa teknik pemanfaa-tan ruang di kawasan konservasi perairan melalui penetapan batas-batas fungsional sesuai dengan potensi sumber daya dan daya dukung, serta proses-proses ekologis yang berlang-sung sebagai satu kesatuan ekosistem.

Merujuk pada Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan PER.02/MEN/2009 tentang Tata Cara Penetapan Kawasan Konservasi Perairan, kawasan konservasi perairan Kabupaten Aceh Tamiang dicadangkan sebagai Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) dengan jenis KKP3K Taman Pesisir (TP) Aceh Tamiang yang dikelola dengan sistem zonasi dengan total ka-wasan seluas 2.797,21 Ha. Selanjutnya, berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Peri-kanan Nomor PER.30/MEN/2010 tentang Rencana Pengelolaan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan, zonasi di dalam TP Aceh Tamiang terdiri dari zona ini, zona pemanfaatan terbatas, serta zona lainnya. Adapun luasan dan persentasi zona di TP Aceh Tamiang dapat dilihat pada Tabel 1. Sebagai berikut :

Tabel 1. Luasan dan persentasi zona di TP Aceh Tamiang

Zona Sub Zona Luas Persentase

Zona Pemanfaatan Terbatas Subzona Perikanan Tradisional 2345.66 85.27 Zona Pemanfaatan Terbatas Subzona Pariwisata 60.70 2.21

Zona Inti - 312.51 11.36

Zona Lainnya Subzona Rehabilitasi Mangrove 31.84 1.16

Batas luar Kawasan dan Rancangan Zonasi TP Aceh Tamiang dapat dilihat pada peta (Gambar 3 dan 4), Sementara koordinatnya dapat dilihat pada lampiran 1 dan 2.

(17)

11 Gambar 3. Peta Batas Luar TP Aceh Tamiang.

(18)

12

3.2 Zona Inti

3.2.1 Rancangan Zona Inti

Zona inti kawasan konservasi perairan TP Aceh Tamiang terdapat di 7 lokasi yang terletak di kecamatan Seruway (Gambar 5). Zona inti di TP Aceh Tamiang seluas 147.73 ha atau 5.18% dari luas total kawasan. Zona inti merupakan wilayah kawasan konservasi perairan yang mem-iliki kondisi habitat yang baik dan mempunyai luas minimal 2% dari luas kawasan, dengan kriteria antara lain:

a. Daerah tempat berpijah (spawning ground), tempat bertelur (nesting site), daerah asuhan (nursery ground), tempat mencari makan (feeding ground) udang dan/atau biota perairan lainnya.

b. Ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil yang unik dan rentan terhadap perubahan.

Gambar 5. Peta Lokasi Zona Inti TP Aceh Tamiang.

3.2.2 Peruntukan Zona Inti

Zona inti sebagaimana dimaksud dalam Permen KP No. 17 Tahun 2008 Pasal 31 ayat (2) huruf a, antara lain diperuntukkan perlindungan mutlak habitat dan populasi ikan, serta alur migrasi biota laut; perlindungan ekosistem pesisir yang unik dan/atau rentan terhadap perubahan; perlindungan situs budaya/adat tradisional; penelitian; dan/atau pendidikan.

(19)

13 Secara rinci, peruntukan zona inti TP Aceh Tamiang adalah sebagai berikut:

1. Zona Inti TP Aceh Tamiang adalah kawasan yang hanya diperuntukkan bagi perlindungan mutlak habitat dan populasi Ikan, Udang Windu, Tuntong dan Mangrove, serta penelitian dan pendidikan;

2. Kegiatan perlindungan mutlak habitat dan populasi Ikan, Udang Windu, Tuntong, Mangrove meliputi: perlindungan proses ekologis yang menunjang kelangsungan hidup dari suatu jenis atau sumber daya dan ekosistemnya; penjagaan, pengawasan dan pencegahan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan keutuhan potensi kawasan dan perubahan fungsi kawasan.

3. Kegiatan penelitian yang diperbolehkan yaitu: penelitian dasar menggunakan metode naturalistik untuk tujuan pengumpulan data dasar kondisi biologis dan ekologis; penelitian terapan menggunakan metode survei untuk tujuan monitoring kondisi biologis dan ekologis;

4. Izin penelitian diberikan oleh Pengelola TP Aceh Tamiang tergantung pada terpenuhinya semua persyaratan yang ditetapkan, termasuk persetujuan atas rencana kegiatan penelitian tersebut (tertulis) oleh Kepala Pengelola TP Aceh Tamiang atau pejabat yang ditunjuk;

5. Kegiatan pendidikan diperuntukkan bagi kegiatan tanpa melakukan pengambilan material langsung dari alam;

6. Izin pendidikan diberikan oleh Pengelola TP Aceh Tamiang, tergantung pada terpenuhinya semua persyaratan yang ditetapkan, termasuk persetujuan atas rencana kegiatan pen-didikan tersebut (tertulis) oleh Kepala Pengelola TP Aceh Tamiang atau pejabat yang di-tunjuk; dan

7. Dilarang keras untuk mengambil, menggali, mengganggu atau memindahkan setiap sum-ber daya alam (hayati maupun non-hayati).

3.2.3 Kegiatan yang boleh dan tidak

Adapun kegiatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan di zona inti di TP Aceh Tamiang dapat dilihat di Tabel 2 sebagai berikut:

(20)

14 Tabel 2. Kegiatan yang Boleh dan Tidak Boleh dilakukan di Zona Inti

No Jenis Kegiatan Zona Inti Keterangan

1 Patroli Pengawasan √

2 Monitoring dan Penelitian √ Berizin

3 Wisata Pantai dan lainnya X

4 Pembuangan Limbah dan Sampah X

5 Budidaya X

6 Pendidikan √ Berizin

7 Buang Jangkar X

8 Berlayar melintas √ Tidak berhenti

9 Berlabuh (Kapasitas kapal <10 GT) X 10 Berlabuh (Kapasitas Kapal >10 GT) X

11 Pemulihan dan Rehabilitasi SDA √ Berizin

12 Upacara adat, ritual keaagamaan X

13 Pembuatan foto, video, film untuk tujuan non komersial √

14 Pemanfaatan sumberdaya Alam X

15 Pemasangan rumpon X

16 Pembangunan Dermaga X

17 Pancing ulur (hand line), tonda, rawai dasar, dan pancing lainnya X 18 Jaring Udang dan Jaring Dasar Lainnya X 19 Jaring Permukaan, Pancing dan Alat Tangkap lainnya yang ramah

lingkungan

X 20 Trawl, dan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan dan lainnya X

21 Aktivitas Penangkapan lainnya X

Keterangan :

X : Tidak Boleh

√ : Boleh

Berizin : Boleh tapi dengan izin UPTD

3.3 Zona Pemanfaatan Terbatas

3.3.1 Rancangan Zona Pemanfaatan Terbatas

Zona Pemanfaatan terbatas merupakan bagian kawasan konservasi perairan yang letak, kon-disi, dan potensi alamnya diutamakan untuk kepentingan pariwisata alam, perikanan berke-lanjutan dan/atau kondisi/jasa lingkungan serta untuk kegiatan penelitian dan pendidikan. Zona pemanfaatan terbatas kawasan konservasi perairan TP Aceh Tamiang terbagi atas dua subzona yaitu subzona pariwisata dan subzona perikanan tradisional. Luas subzona pariwisata di Taman Pesisir Aceh Tamiang adalah 19.86 ha atau 0.70% dari total luasan Kawasan sedangkan luas sub zona perikanan tradisional adalah 2679.22 ha, atau 93.94% dari total lua-san kawalua-san. Zona pemanfaatan mempunyai kriteria sebagai berikut;

(21)

15

a. Kriteria Subzona Pariwisata:

1. Mempunyai daya tarik pariwisata alam berupa biota perairan beserta ekosistem perairan yang indah dan unik;

2. Mempunyai luasan yang cukup untuk menjamin kelestarian jenis dan daya tarik pari-wisata bahari dan rekreasi;

3. Mempunyai karakter objek penelitian dan pendidikan yang mendukung kepentingan konservasi;

Gambar 6. Peta Lokasi Subzona Pariwisata TP Aceh Tamiang.

b. Kriteria Subzona Perikanan Tradisonal:

1. Mempunyai kondisi perairan yang relatif masih baik untuk berbagai kegiatan pem-anfaatan dengan tidak merusak ekosistem aslinya.

2. Memiliki nilai konservasi, tetap dapat mentoleransi pemanfaatan yang ramah ling-kungan dan pemanfaatan tradisonal yang mendukung perikanan yang berkelanjutan.

(22)

16 Gambar 7. Peta Lokasi Subzona Perikanan Tradisional TP Aceh Tamiang.

3.3.2 Peruntukan Zona Pemanfaatan Terbatas

Zona Pemanfaatan terbatas merupakan zona penyangga proses-proses ekologis di-peruntukan sebagai ruang pemanfaatan yang tetap mengedepankan upaya perlindungan habitat, populasi, dan sumber daya. Secara rinci peruntukan zona pemanfaatan terbatas adalah sebagai berikut :

a. Subzona Pariwisata:

1. Penyediaan ruang untuk pengembangan kebutuhan mata pencaharian masyarakat alternative terhadap pemanfaatan sumber daya secara berkelanjutan khususnya dibidang ekowisata.

2. Wisata pantai secara berkelanjutan dan bertanggung jawab.

3. Wisata ekologi spesies dilindungi yaitu Tuntong Laut yang mengedepankan prinsip-prinsip konservasi.

b. Subzona Perikanan Tradisonal:

Subzona perikanan tradisonal diperuntukkan sebagai penyediaan ruang untuk kebutuhan mata pencaharian masyarakat dan pusat perekonomian terhadap pemanfaatan sumber daya secara perikanan dan kelautan secara berkelanjutan.

(23)

17

3.3.3 Kegiatan yang boleh dan tidak

Adapun kegiatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan di zona pemanfaatan terbatas di TP Aceh Tamiang dapat dilihat di Tabel 3 dan 4 sebagai berikut:

Tabel 3. Kegiatan yang Boleh dan Tidak Boleh dilakukan di Subzona Pariwisata

No Jenis Kegiatan Subzona Pariwisata Keterangan

1 Patroli Pengawasan √

2 Pembuatan foto, video, film √

3 Wisata Pantai √

4 Wisata Tuntong √

5 Monitoring dan Penelitian √

6 Pendidikan √

7 Buang Jangkar √

8 Berlayar melintas √

9 Berlabuh (Kapasitas kapal <10 GT) √

10 Berlabuh (Kapasitas Kapal >10 GT) √

11 Pemulihan dan Rehabilitasi SDA √

12 Upacara adat, ritual keaagamaan √

13 Pembangunan Dermaga √ Berizin

14 Pembuangan Limbah dan Sampah X

15 Pemanfaatan sumberdaya Alam X

16 Pancing ulur (hand line), tonda, rawai dasar, dan pancing lainnya X

17 Jaring Dasar X

18 Jaring Permukaan, Pancing dan Alat Tangkap lainnya yang ramah lingkungan

X 19 Trawl, dan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan dan lainnya X

20 Aktivitas Penangkapan lainnya X

Keterangan :

X : Tidak Boleh

√ : Boleh

Berizin : Boleh tapi dengan izin UPTD

Tabel 4. Kegiatan yang Boleh dan Tidak Boleh dilakukan di Subzona Perikanan Tradisional

No Jenis Kegiatan Subzona

Perikanan Tradisional

Keterangan

1 Patroli Pengawasan √

2 Monitoring dan Penelitian √

3 Wisata X

4 Pembuangan Limbah dan Sampah X

5 Budidaya yang bertanggung jawab dan ramah lingkungan √ Berizin

6 Pendidikan √

7 Buang Jangkar √

(24)

18

9 Berlabuh (Kapasitas kapal <10 GT) √

10 Berlabuh (Kapasitas Kapal >10 GT) X

11 Pemulihan dan Rehabilitasi SDA √

12 Upacara adat, ritual keaagamaan √

13 Pembuatan foto, video, film √

14 Pemanfaatan sumberdaya Alam secara ramah lingkungan √

15 Pemasangan rumpon √

16 Pembangunan Dermaga √ Berizin

17 Pancing ulur (hand line), tonda, rawai dasar, dan pancing lainnya

18 Jaring Udang dan Jaring Dasar Lainnya √

19 Jaring Permukaan, Pancing dan Alat Tangkap lainnya yang ramah lingkungan √

20 Pemberlakukan Musim Tangkap Udang Windu √

21 Trawl, dan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan dan lainnya X 22 Aktivitas Penangkapan lainnya yang ramah lingkungan √ Keterangan :

X : Tidak Boleh

√ : Boleh

Berizin : Boleh tapi dengan izin UPTD

3.4 Zona Lainnya

3.4.1 Rancangan Zona Lainnya

Zona lainnya merupakan zona diluar zona inti dan zona pemanfaataan terbatas yang karena fungsi dan kondisinya ditetapkan sebagai subzona rehabilitasi mangrove. Luas subzona subzona

rehabilitasi mangrove di Taman Pesisir Aceh Tamiang adalah 5.39 ha atau 0.19 % dari total lua-san kawalua-san.

3.4.2 Peruntukan Zona Lainnya

Zona Lainnya yang ditetapkan sebagai Subzona rehabilitasi mangrove diperuntukan sebagai ruang bagi aktifitas pemulihan sumber daya perikanan dan ekosistem magrove di dalam kawasan.

(25)

19 Gambar 8. Peta Lokasi Zona Lainnya TP Aceh Tamiang.

3.4.3 Kegiatan yang boleh dan tidak

Adapun kegiatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan di zona Lainnya di TP Aceh Tamiang dapat dilihat di Tabel 5 sebagai berikut:

Tabel 5. Kegiatan yang Boleh dan Tidak Boleh dilakukan di Zona Lainnya

No Jenis Kegiatan Zona Lainnya /Subzona

Rehabilitasi Mangrove

Keterangan

1 Pemulihan dan Rehabilitasi Sumberdaya Alam √ Berizin

2 Patroli Pengawasan √

3 Monitoring √

4 Wisata X

5 Penelitian √ Berizin

6 Pendidikan √ Berizin

7 Pembuatan foto, video, film √ Berizin

8 Berlayar melintas √

9 Upacara adat, ritual keaagamaan √ Berizin

10 Pembangunan Dermaga X

11 Pembuangan Limbah dan Sampah X

12 Pemanfaatan sumberdaya Alam X

13 Aktivitas Penangkapan Ikan dan Biota Lainnya X Keterangan :

X : Tidak Boleh

√ : Boleh

(26)

20

BAB IV. RENCANA PENGELOLAAN

4.1 Kebijakan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Sumber daya alam yang terdapat di Kabupaten Aceh Tamiang memiliki potensi yang sangat baik untuk dikembangkan. Keberadaan ekosistem mangrove sebagai habitat penting bagi tuntong laut dan juga berbagai biota lainnya di Aceh Tamiang, menjadikan ekosistem ini perlu dilindungi dan dilestarikan. Selain itu, pengembangan kawasan ke arah pariwisata dapat dilakukan pula untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya wisata dengan konsep yang berkelanjutan (sustainable tourism).

Rencana jangka panjang ini merupakan arah kebijakan pengelolaan TP Aceh Tamiang yang berlaku selama 20 tahun dan akan ditinjau kembali sekurang-kurangnya selama 5 tahun sekali.

4.1.1 Visi dan Misi

Adapun visi dan misi dari pengelolaan kawasan TP Aceh Tamiang adalah sebagai beri-kut:

Visi:

“Taman Pesisir Aceh Tamiang sebagai kawasan konservasi yang terkelola dengan baik untuk melindungi sumber daya alam dan memberikan manfaat bagi masyarakat”.

Misi:

1. Melindungi mangrove sebagai habitat penting bagi tuntong laut

2. Pemulihan sumber daya kelautan dan perikanan, khususnya udang windu di alam 3. Meningkatkan wawasan, kesadaran, dan peran serta masyarakat terhadap konservasi

dan upaya pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan

4. Meningkatkan perekonomian dan taraf hidup masyarakat melalui pemanfaatan po-tensi sumber daya kelautan dan perikanan

5. Meningkatkan kapasitas kelembagaan dalam menjalankan fungsi-fungsinya untuk pemberdayaan berbasis masyarakat

4.1.2 Tujuan dan Sasaran Pengelolaan

Maksud pengelolaan TP Aceh Tamiang adalah untuk melindungi dan melestarikan sumber daya yang terdapat di dalam kawasan dengan tetap membuka kesempatan untuk

(27)

21 mengakses dan memanfaatkan kawasan ini dengan cara-cara yang bertanggung jawab sesuai dengan pengaturan pengelolaan yang ada.

Adapun tujuan pengelolaan TP Aceh Tamiang adalah:

1. Mengatur pemanfaatan sesuai dengan zonasi kawasan

2. Mengurangi sampai menghilangkan ancaman yang terdapat di dalam kawasan 3. Mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan

4. Memanfaatkan potensi sumber daya alam sebagai wisata yang berkelanjutan sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat

5. Mencapai efektivitas pengelolaan kawasan

Berdasarkan tujuan pengelolaan di atas, sasaran pengelolaan TP Aceh Tamiang adalah: 1. Pemanfaatan sumber daya kawasan sesuai dengan zonasi yang telah ditetapkan

2. Barkurang atau hilangnya ancaman yang terdapat di dalam kawasan 3. Tercapainya pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan

4. Kegiatan-kegiatan pemanfaatan kawasan sebagai wisata yang berkelanjutan dengan melibatkan masyarakat sekitar

5. Tercapainya efektivitas pengelolaan kawasan

4.2 Strategi Pengelolaan

Pelaksanaan strategi pengelolaan untuk mencapai keefektifan TP Aceh Tamiang men-cakup berbagai aspek yang dikelola melalui pendekatan kolaboratif berbagai pihak. Berdasar-kan visi, misi, tujuan, dan sasaran pengelolaan, serta potensi dan ancaman di TP Aceh Tami-ang, maka strategi pengelolaan yang dilakukan adalah penguatan kelembagaan, penguatan pengelolaan sumber daya kawasan, serta penguatan sosial, ekonomi dan budaya.

4.2.1 Penguatan Kelembagaan

a. Penatakelolaan kelembagaan

1. Tersedianya petugas pengelola kawasan yang memadai

2. Memiliki arah pengelolaan yang sesuai dengan keberlanjutan sumber daya 3. Memiliki dokumen SOP pengelolaan

(28)

22 4. Berkoordinasi dan bekerjasama dengan berbagai pihak terkait dalam

pelaksa-naan pengelolaan b. Pengembangan kebijakan

Pengembangan kebijakan yang dimaksud adalah membuat peraturan mengenai kawasan konservasi yang dikelola

c. Pembangunan infrastruktur

1. Tersedianya kantor pengelola TP Aceh Tamiang

2. Tersedianya akses jalan yang memadai ke wilayah pesisir Aceh Tamiang 3. Terpasangnya tanda batas di masing-masing zona

d. Peningkatan pengawasan

1. Adanya kerjasama dengan berbagai pihak terkait untuk melakukan pengawasan 2. Pemberian sanksi kepada pelanggar

e. Monitoring dan evaluasi

4.2.2 Penguatan Pengelolaan Sumberdaya Kawasan

a. Perlindungan habitat mangrove

1. Memberikan sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya ekosistem mangrove

2. Rehabilitasi mangrove yang sudah rusak

3. Pengembangan ekowisata di wilayah mangrove

4. Peningkatan tutupan mangrove di dalam kawasan konservasi b. Perlindungan populasi tuntong laut

1. Sosialisasi mengenai tuntong laut berdasarkan qanun yang telah ditetapkan 2. Melakukan monitoring terhadap populasi tuntong laut

3. Melindungi lokasi bertelurnya tuntong laut

4. Melindungi lokasi ruaya dan mencari makan tuntong laut 5. Peningkatan populasi tuntong laut

c. Perlindungan populasi udang windu 1. Penutupan musim penangkapan 2. Sosialisasi alat tangkap yang selektif

3. Peningkatan populasi indukan udang windu di alam d. Monitoring dan evaluasi

(29)

23

4.2.3 Penguatan Sosial, Ekonomi dan Budaya

a. Pemberdayaan masyarakat

1. Memberikan pelatihan kepada masyarakat terkait pemanfaatan sumber daya yang berkelanjutan

2. Pembentukan pokmaswas yang merupakan unit dari panglima laot guna mem-bantu pengelola dalam pengawasan kawasan konservasi

b. Pelestarian budaya

1. Penguatan peran serta panglima laot dalam pengelolaan kawasan konservasi c. Monitoring dan evaluasi

4.3 Rencana Pengelolaan

Rencana pengelolaan TP Aceh Tamiang dibuat dalam 3 tahap rencana program dan kegiatan pengelolaan yaitu jangka pendek pada 1 tahun pertama, jangka menengah pada 5 tahun per-tama dan jangka panjang selama 20 tahun. Rencana pengelolaan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang dapat dilihat pada lampiran 3, 4 dan 5.

4.4 Rencana Monitoring dan Evaluasi

Riset dan monitoring target konservasi perlu dilakukan untuk tujuan penyediaan data rutin dari tahun ke tahun dan merupakan perangkat yang digunakan untuk pemantauan kondisi sumberdaya dan melakukan evaluasi dampak pengelolaan terhadap sumber daya. riset, mon-itoring, dan evaluasi direncanakan untuk tata waktu jangka panjang, menengah dan pendek dengan mencakup beberapa aspek seperti aspek ekologi, aspek pemanfaatan, dan aspek sosial, ekonomi dan budaya. Pada akhirnya riset - riset tersebut akan digunakan oleh pengelola kawasan untuk menilai efektifitas pengelolaan yang telah dilakukan dan menentukan arahan kebijakan serta program pengelolaan kawasan konservasi. Cakupan umum dari rencana riset dan monitoring di TP Aceh Tamiang tercantum pada Tabel 6.

(30)

24 Tabel 6. Rencana Riset, Monitoring dan Evaluasi Taman Pesisir Aceh Tamiang

No Sumber daya Indikator Metode Ouput data Frekuensi

survei

Pelaksana Ekologi Target Konservasi

1 Ekosistem Mangrove Persentasi tutupan Visual sensus Tutupan mangrove 2- 3 tahun Badan Pengelolan Kawasan, DKP Aceh, Akademisi, NGO, BPSPL. Komposisi dan Jenis

Tegakan

Komposisi dan Jenis Mangrove Biota yang berasosiasi

dengan ekosistem mangrove

biomassa biota 2 Tuntong Laut Identifikasi habitat

Tuntong Laut

Lokasi potensi peneluran

Tuntong Laut Setiap tahun Badan Pengelolan Kawasan, DKP Aceh, Akademisi, NGO, BPSPL. Tingkat peneluranTuntong Laut Populasi tuntong laut yang menetas 3 Udang Windu Stok windu alam metode

sapuan (swept area)

status stok

windu alam 2- 3 tahun

Pemanfaatan sumberdaya

4 Ikan dan udang target tangkapan

Hasil tangkapan per upaya tangkap / Catch

per unit effort (CPUE)

Monitoring hasil tangkapan ikan CPUE Setiap tahun Badan Pengelolan Kawasan, DKP Aceh, Akademisi, NGO, BPSPL, Masyarakat. Ukuran dan panjang

ikan Pengukuran Panjang hasil tangkapan Panjang rata – rata pertama kali tertangkap (Lc), Spawning potential Ratio (SPR), Mortalitas dan laju ekspolitasi 5 Ekowisata Tingkat pemahaman

dan kepatuhan Observasi lapangan pemahaman dan kepatuhan terhadap Praktik ekowisata 2- 3 tahun Badan Pengelolan Kawasan, DKP Aceh, Akademisi, NGO, BPSPL, Masyarakat. Kunjungan dan kesejahteraan masyarakat Survei rumah tangga dan wawancara tokoh kunci Jumlah kunjungan wisatawan

(31)

25 Sosial ekonomi 6 Pengetahuan dan partisipasi Masyarakat Tingkat partisipasi Survei rumah tangga dan wawancara tokoh kunci Tingkat partisipasi masyarakat 2- 3 tahun Badan Pengelolan Kawasan, DKP Aceh, Akademisi, NGO, BPSPL, Masyarakat. Tingkat pemahaman Pemahaman

masyarakat terhadap pengelolaan dan sumber daya Tingkat kepatuhan Tingkat

kepatuhan masyarakat terhadap aturan Kawasan 7 Kesejahteraan masyarakat Indeks kesejahteraan Survei rumah tangga dan wawancara tokoh kunci Indek kesejahteraan masyaraat 2- 3 tahun Badan Pengelolan Kawasan, DKP Aceh, Akademisi, NGO, BPSPL, Masyarakat.

(32)

26

5

BAB VI. PENUTUP

Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) Taman Pesisir (TP) Aceh Tamiang disusun berdasarkan usulan inisiatif, hasil identifikasi dan inventar-isasi yang dilakukan oleh berbagai pihak pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat. Dokumen rencana pengelolaan dan zonasi ini menjadi acuan dalam penyusunan rencana kerja tahunan oleh unit pengelola TP Aceh Tamiang.

Dokumen Rencana pengelolaan dan zonasi TP Aceh Tamiang ini merupakan dokumen yang memuat kebijakan rencana pengelolaan dan pengaturan zonasi yang meliputi visi, misi, tujuan, sasaran dan strategi pengelolaan sebagai arahan program kegiatan jangka panjang dan jangka menengah di TP Aceh Tamiang yang disusun dan dilaksanakan untuk kelestarian sumber daya kelautan dan perikanan untuk mendukung peningkatan kesejahteraan masyara-kat. Sehingga dalam pelaksaannya memerlukan peran serta dan dukungan seluruh pihak terkait dalam pengawasan dan pengelolaannya.

Rencana pengelolaan dan zonasi TP Aceh Tamiang bersifat adaptif dan dinamis untuk mencapai pengelolaan kawasan konservasi yang efektif. Tingkat efektivitas pengelolaan ka-wasan konservasi dapat dievaluasi 1 (satu) kali setiap 5 (lima) tahun. Namun demikian, pen-injauan kembali dapat dilakukan lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun dengan mem-pertimbangkan dinamika sumber daya kelautan dan perikanan maupun perubahan kondisi ekstrim yang disebabkan oleh bencana dalam skala besar.

(33)

27 DAFTAR PUSTAKA

Asian Turtle Trade Working Group. 2000. Batagur Borneoensis. The Iucn Red List of

Threat-ened Species 2000: E. T163458a97335363.

Http://Dx.Doi.Org/10.2305/Iucn.Uk.2000.Rlts.T163458a5608163.En

Bappeda Kab. Aceh Tamiang. 2018. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabu-paten Aceh Tamiang Tahun 2017-2022. Bupati Aceh Tamiang.

BPSPL Padang. 2018. Servei Potensi dan Pendampingan Pencadangan Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) di Propinsi Aceh. Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut. KKP.

BP2KP-KKP. 2016. Penelitian Kawasan Konservasi IndukUdang Windu (Penaeus monodon) di Pantai Timur Aceh, Kabupaten Aceh Timur. Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan. KKP.

Chodrijah U dan R Faizah.2018. Beberapa aspek biologi Udang windu (Penaeusmonodon (Fab-ricus, 1789) Di Perairan Tarakan, Kalimantan Utara. Bawal widya riset Perikanan tangkap 10 (1) 2018. Http://EjournalBalitbang.Kkp.Go.Id/Index.Php/Bawal

Soetomo, M.J.A., 2000. Teknik Budidaya Udang Windu (Penaeus monodon). Kansiua. Yogya-karta.

Wardana M.Y. 2011. Kajian Prospek Komoditas Induk Udang Windu Pada Kawasan Pesisir Perairan Pantai Di Daerah Kabupaten Aceh Besar. Agrisep Vol. (12) No. 1, 2011 WWF. 2017. Studi Kawasan Mangrove Landskap Peusangan, Jambo Aye dan

(34)

28

LAMPIRAN

Lampiran 1. Koordinat Batas Luar Kawasan Konservasi TP Aceh Tamiang

No. Bujur Lintang Keterangan

1. 98° 16' 30.699" E 4° 25' 8.828" N Batas Luar 2. 98° 16' 33.667" E 4° 25' 3.669" N Batas Luar 3. 98° 17' 25.021" E 4° 25' 56.321" N Batas Luar 4. 98° 17' 51.973" E 4° 25' 36.977" N Batas Luar 5. 98° 17' 35.011" E 4° 22' 41.813" N Batas Luar 6. 98° 17' 47.640" E 4° 20' 49.190" N Batas Luar 7. 98° 17' 24.242" E 4° 19' 16.220" N Batas Luar 8. 98° 15' 55.538" E 4° 17' 4.012" N Batas Luar 9. 98° 15' 8.601" E 4° 17' 19.486" N Batas Luar 10. 98° 15' 7.949" E 4° 17' 20.997" N Batas Luar

(35)

29 Lampiran 2. Koordinat Rancangan Zonasi TP Aceh Tamiang

a. Zona Inti

No. Bujur Lintang Keterangan

1 98° 16' 52.085" E 4° 25' 11.533" N Zona Inti 1 2 98° 16' 51.890" E 4° 25' 14.796" N 3 98° 17' 31.551" E 4° 25' 14.576" N 4 98° 17' 31.089" E 4° 24' 15.744" N 5 98° 17' 0.276" E 4° 24' 16.092" N 6 98° 16' 54.120" E 4° 23' 50.625" N 7 98° 16' 45.853" E 4° 23' 51.401" N 8 98° 16' 53.985" E 4° 24' 14.050" N 9 98° 16' 53.590" E 4° 24' 16.642" N 10 98° 16' 52.502" E 4° 24' 16.760" N 11 98° 16' 53.162" E 4° 24' 27.962" N 12 98° 16' 54.014" E 4° 24' 29.160" N 13 98° 16' 56.939" E 4° 24' 39.279" N 14 98° 16' 59.923" E 4° 24' 42.694" N 15 98° 17' 0.538" E 4° 24' 45.524" N 16 98° 17' 1.185" E 4° 24' 45.525" N 17 98° 17' 2.090" E 4° 24' 45.209" N 18 98° 17' 2.454" E 4° 24' 44.092" N 19 98° 17' 4.229" E 4° 24' 44.151" N 20 98° 17' 5.186" E 4° 24' 47.146" N 21 98° 17' 6.561" E 4° 24' 53.750" N 22 98° 17' 5.725" E 4° 25' 7.458" N 23 98° 16' 33.400" E 4° 23' 48.657" N Zona Inti 2 24 98° 16' 37.410" E 4° 23' 46.249" N 25 98° 16' 38.042" E 4° 23' 32.325" N 26 98° 16' 50.669" E 4° 23' 18.070" N 27 98° 16' 47.704" E 4° 23' 13.956" N 28 98° 16' 46.635" E 4° 23' 13.955" N 29 98° 16' 43.788" E 4° 23' 19.802" N 30 98° 16' 41.681" E 4° 23' 21.406" N 31 98° 16' 36.490" E 4° 23' 22.947" N 32 98° 16' 29.312" E 4° 23' 23.785" N 33 98° 16' 25.131" E 4° 23' 34.870" N 34 98° 16' 30.751" E 4° 23' 45.042" N 35 98° 16' 32.808" E 4° 23' 45.300" N 36 98° 16' 33.730" E 4° 23' 47.644" N 37 98° 17' 11.280" E 4° 23' 37.429" N Zona Inti 3 38 98° 17' 17.401" E 4° 23' 37.231" N 39 98° 17' 17.204" E 4° 23' 15.367" N 40 98° 17' 5.303" E 4° 23' 15.444" N

(36)

30 41 98° 16' 52.171" E 4° 23' 20.767" N 42 98° 16' 52.205" E 4° 23' 29.642" N 43 98° 16' 59.403" E 4° 23' 29.678" N 44 98° 17' 1.733" E 4° 23' 38.598" N 45 98° 17' 5.748" E 4° 23' 41.866" N 46 98° 17' 7.732" E 4° 23' 42.022" N 47 98° 17' 7.570" E 4° 23' 37.111" N 48 98° 17' 11.482" E 4° 23' 33.956" N 49 98° 16' 47.392" E 4° 19' 48.938" N Zona Inti 4 50 98° 17' 0.068" E 4° 19' 44.701" N 51 98° 16' 39.150" E 4° 19' 17.453" N 52 98° 16' 27.777" E 4° 19' 24.490" N 53 98° 16' 29.651" E 4° 19' 26.934" N 54 98° 16' 36.803" E 4° 19' 34.955" N

b. Zona Pemanfaatan Terbatas

No. Bujur Lintang Keterangan

1 98° 16' 30.699" E 4° 25' 8.828" N

Sub Zona Pariwisata 1 2 98° 16' 40.018" E 4° 25' 16.621" N

3 98° 16' 47.529" E 4° 25' 12.085" N 4 98° 16' 41.675" E 4° 25' 9.080" N 5 98° 16' 33.667" E 4° 25' 3.669" N 6 98° 17' 3.219" E 4° 23' 39.807" N

Sub Zona Pariwisata 2 7 98° 17' 7.685" E 4° 23' 52.752" N 8 98° 17' 10.031" E 4° 23' 53.488" N 9 98° 17' 14.173" E 4° 23' 37.328" N 10 98° 17' 11.280" E 4° 23' 37.429" N 11 98° 17' 11.482" E 4° 23' 33.956" N 12 98° 17' 7.570" E 4° 23' 37.111" N 13 98° 17' 7.732" E 4° 23' 42.022" N 14 98° 17' 5.748" E 4° 23' 41.866" N 15 98° 15' 54.693" E 4° 18' 36.288" N

Sub Zona Pariwisata 3 16 98° 16' 0.324" E 4° 18' 33.860" N

17 98° 15' 42.956" E 4° 17' 55.382" N 18 98° 15' 35.157" E 4° 17' 58.698" N 19 98° 16' 40.018" E 4° 25' 16.621" N

Sub Zona Perikanan Berkelanjutan 20 98° 17' 25.021" E 4° 25' 56.321" N 21 98° 17' 51.973" E 4° 25' 36.977" N 22 98° 17' 35.011" E 4° 22' 41.813" N 23 98° 17' 47.640" E 4° 20' 49.190" N 24 98° 17' 24.242" E 4° 19' 16.220" N 25 98° 15' 55.538" E 4° 17' 4.012" N 26 98° 15' 8.601" E 4° 17' 19.486" N

(37)

31 27 98° 15' 7.949" E 4° 17' 20.997" N 28 98° 15' 35.157" E 4° 17' 58.698" N 29 98° 15' 42.956" E 4° 17' 55.382" N 30 98° 16' 0.324" E 4° 18' 33.860" N 31 98° 15' 54.693" E 4° 18' 36.288" N 32 98° 16' 2.747" E 4° 18' 52.537" N 33 98° 16' 11.809" E 4° 18' 50.833" N 34 98° 16' 24.014" E 4° 19' 18.848" N 35 98° 16' 15.701" E 4° 19' 23.514" N 36 98° 16' 15.648" E 4° 19' 23.478" N 37 98° 16' 28.271" E 4° 19' 24.184" N 38 98° 16' 39.150" E 4° 19' 17.453" N 39 98° 17' 0.068" E 4° 19' 44.701" N 40 98° 16' 47.392" E 4° 19' 48.938" N 41 98° 16' 47.493" E 4° 23' 13.956" N 42 98° 16' 47.704" E 4° 23' 13.956" N 43 98° 16' 50.669" E 4° 23' 18.070" N 44 98° 16' 38.042" E 4° 23' 32.325" N 45 98° 16' 37.410" E 4° 23' 46.249" N 46 98° 16' 33.400" E 4° 23' 48.657" N 47 98° 16' 45.853" E 4° 23' 51.401" N 48 98° 16' 54.120" E 4° 23' 50.625" N 49 98° 17' 0.276" E 4° 24' 16.092" N 50 98° 17' 31.089" E 4° 24' 15.744" N 51 98° 17' 31.551" E 4° 25' 14.576" N 52 98° 16' 51.890" E 4° 25' 14.796" N 53 98° 16' 52.085" E 4° 25' 11.533" N 54 98° 16' 47.529" E 4° 25' 12.085" N 55 98° 17' 1.733" E 4° 23' 38.598" N 56 98° 16' 59.403" E 4° 23' 29.678" N 57 98° 16' 52.205" E 4° 23' 29.642" N 58 98° 16' 52.171" E 4° 23' 20.767" N 59 98° 17' 5.303" E 4° 23' 15.444" N 60 98° 17' 17.204" E 4° 23' 15.367" N 61 98° 17' 17.401" E 4° 23' 37.231" N 62 98° 17' 14.173" E 4° 23' 37.328" N 63 98° 17' 10.031" E 4° 23' 53.488" N 64 98° 17' 7.685" E 4° 23' 52.752" N 65 98° 17' 3.219" E 4° 23' 39.807" N

(38)

32

c. Zona Lainnya

No. Bujur Lintang Keterangan

1 98° 16' 11.226" E 4° 19' 13.848" N

Sub Zona Rehabilitasi 2 98° 16' 11.431" E 4° 19' 14.780" N 3 98° 16' 14.227" E 4° 19' 18.370" N 4 98° 16' 14.629" E 4° 19' 19.640" N 5 98° 16' 13.833" E 4° 19' 22.246" N 6 98° 16' 15.701" E 4° 19' 23.514" N 7 98° 16' 24.014" E 4° 19' 18.848" N 8 98° 16' 11.809" E 4° 18' 50.833" N 9 98° 16' 2.747" E 4° 18' 52.537" N 10 98° 16' 3.820" E 4° 18' 56.235" N 11 98° 16' 2.649" E 4° 19' 1.550" N

(39)

33 Lampiran 3. Matriks Rencana Pengelolaan Jangka Pendek (1 tahun Pertama)

No Strategi Program Kerja dan Kegiatan

Waktu Pelaksanaan (Triwulan) Kebutuhan Anggaran (Juta Rupiah) Mitra Potensial I II III IV 1 Pembinaan SDM, Kelembagaan dan Kemitraan

Pembentukan unit pengelola dan Struktur

organisasi X

50 Unit Pengelola, DKP Aceh SOP pengelolaan kawasan

X X 50 Unit pengelola, DKP Aceh, DKPP Aceh Tamiang, Akademisi, NGO, BPSPL. Brand kawasan konservasi

X X

20 Unit pengelola, DKP Aceh, DKPP Aceh Tamiang, Akademisi, NGO, BPSPL. Kemitraan pengelolaan kawasan

X X X X 100 Unit pengelola, DKP Aceh, DKPP Aceh Tamiang, Akademisi, NGO, BPSPL. 2 Penataan Kawasan Pemasangan tanda batas zonasi (zona inti)

X X 100 Unit Pengelola, DKP Aceh Memasukan batas kawasan pada peta pelayaran

dan peta laut Indonesia X X

50 Unit Pengelola, DKP Aceh

3 Sarana dan Prasarana

Kantor Satuan Kerja dan Fasilitasnya 300 Unit Pengelola, DKP Aceh 4 Pemanfaatan

Kawasan

Rencana teknis pemanfaatan termasuk SOP

pemanfaatan X X X

50 Unit Pengelola, DKP Aceh

Mekanisme Pemungutan dan operasional

pelayanan perizinan pemanfaatan kawasan X X X

50 Unit Pengelola, DKP Aceh

Pengadaan bahan edukasi dan penyadartahuan (leaflet, poster, booklet, buku, poster / film pendek, billboard / papan pengumuman, baliho, dll)

X X X

50 Unit pengelola, DKP Aceh, DKPP Aceh Tamiang, Akademisi, NGO, BPSPL.

(40)

34

Publikasi melalui media massa dan website

X X X

50 Unit pengelola, DKP Aceh, DKPP Aceh Tamiang, Akademisi, NGO, BPSPL. 5 Perlindungan dan

Pengamanan Sumber daya

Patroli kawasan X X X X 100 Unit Pengelola, DKP Aceh

Penyuluhan kepada masyarakat

X X X X

50 Unit pengelola, DKP Aceh, DKPP Aceh Tamiang, Akademisi, NGO, BPSPL. 6 Peningkatan peran

serta masyarakat

Identifikasi kebutuhan masyarakat lokal

X X X X

50 Unit pengelola, DKP Aceh, DKPP Aceh Tamiang, Akademisi, NGO, BPSPL. Penguatan panglima laot sebagai pokmaswas

X X

50 Unit pengelola, DKP Aceh, DKPP Aceh Tamiang, Akademisi, NGO, BPSPL. Sosialiasi aturan zonasi dan pemanfaatan

kawasan X X X X

50 Unit pengelola, DKP Aceh, DKPP Aceh Tamiang, Akademisi, NGO, BPSPL. 7 Pengelolaan

Sumberdaya Kelauatan dan Perikanan

Riset, monitoring dan rehabilitasi Ekosistem

Mangrove X X X

50 Unit pengelola, DKP Aceh, DKPP Aceh Tamiang, Akademisi, NGO, BPSPL. Riset dan monitoring Perikanan Tangkap (Udang

windu, ikan dan biota lainnya) dan Pengelolaannya

X X X

50 Unit pengelola, DKP Aceh, DKPP Aceh Tamiang, Akademisi, NGO, BPSPL. Riset, monitoring dan pemulihan populasi

Tuntong Laut X X X X

120 Unit pengelola, DKP Aceh, DKPP Aceh Tamiang, Akademisi, NGO, BPSPL. Riset dan monitoring sosial ekonomi masyarakat

X X X

50 Unit pengelola, DKP Aceh, DKPP Aceh Tamiang, Akademisi, NGO, BPSPL. 8 Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Laporan Triwulan X X X X 50 Unit Pengelola

(41)

35 Lampiran 4. Matriks Rencana Pengelolaan Jangka Manengah (2020-2025)

No Strategi Program Kerja dan

Kegiatan Volume Periode Kebutuhan Anggaran (Juta Rupiah) Pelaksana 1 2 3 4 5 1 Pembinaan SDM, Kelembagaan, Jejaring dan Kemitraan

Analisa beban kerja dan kebutuhan pegawai 1 paket X 100 Unit Pengelola, DKP Aceh Penyusunan struktur organisasi 1 paket X 50 Unit Pengelola, DKP Aceh

Peningkatan kompetensi 4 paket

X X X X X 400 Unit pengelola, DKP Aceh, , Akademisi, NGO, BPSPL. Kemitraan pengelolaan kawasan 1 Paket X 100 Unit pengelola, DKP Aceh, Akademisi, NGO, BPSPL. 2 Penataan Kawasan Pemasangan tanda batas

zona inti dan batas luar kawasan

5 Paket

X X X X X

250 Unit Pengelola, DKP Aceh

Pengesahan Penataan Batas Kawasan 1 Paket X 50 Unit Pengelola, DKP Aceh

3 Sarana dan Prasarana

(42)

36

Kantor Satuan Kerja 2 paket

X X

600 Unit Pengelola, DKP Aceh

Sarana pengawasan, transportasi dan pendukung lainnya 5 Paket X X X X X 1500 Unit Pengelola, DKP Aceh Umum Sarpras penelitian, pelestarian SDA 5 Paket X X X X X 500 Unit pengelola, DKP Aceh, NGO, BPSPL. Sarpras ekowisata 4 Paket

X X X X

800 Unit pengelola, DKP Aceh, NGO, BPSPL. Sarpras komunikasi dan

informasi

4 Paket

X X X X

400 Unit pengelola, DKP Aceh, NGO, BPSPL.

4 Pemanfaatan Kawasan Pemanfaatan Kawasan oleh Masyarakat

Rencana teknis

pemanfaatan termasuk SOP pemanfaatan 1 Paket X 50 Unit Pengelola, DKP Aceh Pelatihan dan pendampingan ekowisata (Tuntong dan Mangrove)

4 paket

X X X x

400 Unit Pengelola, DKP Aceh

Bantuan peralatan dan permodalan pengembangan ekowisata (Tuntong dan Mangrove)

3 paket

X X x

1500 Unit pengelola, DKP Aceh, NGO, BPSPL.

(43)

37 Pelatihan dan pendampingan pengembangan budidaya ramah lingkungan 4 paket X X X x 400 Unit pengelola, DKP Aceh, NGO, BPSPL.

Bantuan peralatan dan permodalan pengembangan budidaya ramah lingkungan

3 paket

X X x

1500 Unit pengelola, DKP Aceh, NGO, BPSPL.

Pendidikan Konservasi dan Ilmu Pengetahuan

Pengadaan leaflet, poster, booklet

4 paket

X X X x

200 Unit Pengelola, DKP Aceh

Publikasi melalui media massa dan website

4 paket

X X X x

200 Unit Pengelola, DKP Aceh

5 Perlindungan dan Pengamanan Sumber daya

Patroli rutin kawasan 12 kali

X X X X X

1200 Unit Pengelola, DKP Aceh, TNI, POLRI Penyuluhan kepada

masyarakat

20 kali

X X X X X

250 Unit Pengelola, DKP Aceh, TNI, POLRI, NGO

6 Peningkatan peran serta masyarakat Identifikasi kebutuhan masyarakat lokal 4 paket X X 100 Unit pengelola, DKP Aceh, DKPP Aceh Tamiang, Akademisi, NGO, BPSPL.

(44)

38

Penguatan panglima laot sebagai pokmaswas

4 paket

X X

100 Unit Pengelola, DKP Aceh, TNI, POLRI, NGO

Penyediaan sarana prasarana pokmaswas 4 paket X X 400 Unit Pengelola, DKP Aceh, NGO, BPSPL. 7 Pengelolaan Sumberdaya Kelauatan

dan Perikanan

Riset, monitoring dan rehabilitasi Ekosistem Mangrove 3 paket X X X 150 Unit pengelola, DKP Aceh, DKPP Aceh Tamiang, Akademisi, NGO, BPSPL.

Riset dan monitoring Perikanan Tangkap (udang windu, ikan dan biota lainnya) dan Pengelolaannya 3 paket X X X 150 Unit pengelola, DKP Aceh, DKPP Aceh Tamiang, Akademisi, NGO, BPSPL.

Riset, monitoring dan pemulihan populasi Tuntong Laut Rutin X X X X X 600 Unit pengelola, DKP Aceh, DKPP Aceh Tamiang, Akademisi, NGO, BPSPL.

Riset dan monitoring Sosial ekonomi masyarakat 3 paket X X X 150 Unit pengelola, DKP Aceh, DKPP Aceh Tamiang, Akademisi, NGO, BPSPL. 8 Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Laporan Triwulan dan

tahunan

5 paket

X X X X X 250

Unit Pengelola Workshop dan seminar 5 paket X X X X X 250

(45)

39 Lampiran 5. Matriks Rencana Pengelolaan Jangka Panjang (2020-2040)

No Strategi Program Kerja

dan Kegiatan Volume

Periode I Volume Periode II Volume Periode III Volume Periode IV Pelaksana 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 1 Pembinaan SDM, Kelembagaan dan Kemitraan Analisa beban kerja dan kebutuhan pegawai 1 paket X 1 paket X 1 paket X 1 paket X Unit Pengelola, DKP Aceh Penyusunan struktur organisasi 1 paket X 1 paket X 1 paket X 1 paket X Unit Pengelola, DKP Aceh Peningkatan kompetensi 4 paket X X X X X 4 paket X X X X X 4 paket X X X X X 4 paket X X X X X Unit pengelola, DKP Aceh, , Akademisi, NGO, BPSPL. Kemitraan pengelolaan kawasan 1 Paket X 1 Paket X 1 Paket X 1 Paket X Unit pengelola, DKP Aceh, Akademisi, NGO, BPSPL. 2 Penataan Kawasan Pemasangan tanda batas zona inti dan batas luar kawasan 5 Paket X X X X X 5 Paket X X X X X 5 Paket X X X X X 5 Paket X X X X X Unit Pengelola, DKP Aceh Pengesahan Penataan Batas Kawasan 1 Paket X 1 Paket X 1 Paket X 1 Paket X Unit Pengelola, DKP Aceh

(46)

40

3 Sarana dan

Prasarana Khusus Unit Pengelola/Satuan Kerja

Kantor Satuan Kerja 2 paket X X 2 paket X X 2 paket X X 2 paket X X Unit Pengelola, DKP Aceh Sarana pengawasan, transportasi dan pendukung lainnya 5 Paket X X X X X 5 Paket X X X X X 5 Paket X X X X X 5 Paket X X X X X Unit Pengelola, DKP Aceh Umum Sarpras penelitian, pelestarian SDA 5 Paket X X X X X 5 Paket X X X X X 5 Paket X X X X X 5 Paket X X X X X Unit pengelola, DKP Aceh, NGO, BPSPL. Sarpras ekowisata 4 Paket X X X X 4 Paket X X X X 4 Paket X X X X 4 Paket X X X X Unit pengelola, DKP Aceh, NGO, BPSPL. Sarpras komunikasi dan informasi 4 Paket X X X X 4 Paket X X X X 4 Paket X X X X 4 Paket X X X X Unit pengelola, DKP Aceh, NGO, BPSPL. 4 Pemanfaatan

Kawasan Pemanfaatan Kawasan oleh Masyarakat

Rencana teknis pemanfaatan termasuk SOP pemanfaatan 1 Paket X 1 Paket X 1 Paket X 1 Paket X Unit Pengelola, DKP Aceh

(47)

41 Pelatihan dan pendampingan ekowisata (Tuntong dan Mangrove) 4 paket X X X x 4 paket X X X x 4 paket X X X x 4 paket X X X x Unit Pengelola, DKP Aceh Bantuan peralatan dan permodalan pengembangan ekowisata (Tuntong dan Mangrove) 3 paket X X x 3 paket X X x 3 paket X X x 3 paket X X x Unit pengelola, DKP Aceh, NGO, BPSPL. Pelatihan dan pendampingan pengembangan budidaya ramah lingkungan 4 paket X X X x 4 paket X X X x 4 paket X X X x 4 paket X X X x Unit pengelola, DKP Aceh, NGO, BPSPL. Bantuan peralatan dan permodalan pengembangan budidaya ramah lingkungan 3 paket X X x 3 paket X X x 3 paket X X x 3 paket X X x Unit pengelola, DKP Aceh, NGO, BPSPL.

Pendidikan Konservasi dan Ilmu Pengetahuan

Pengadaan leaflet, poster, booklet 4 paket X X X x 4 paket X X X x 4 paket X X X x 4 paket X X X x Unit Pengelola, DKP Aceh

(48)

42 Publikasi melalui media massa dan website 4 paket X X X x 4 paket X X X x 4 paket X X X x 4 paket X X X x Unit Pengelola, DKP Aceh 5 Perlindungan dan Pengamanan Sumber daya Patroli rutin kawasan 12 kali X X X X X 12 kali X X X X X 12 kali X X X X X 12 kali X X X X X Unit Pengelola, DKP Aceh, TNI, POLRI Penyuluhan kepada masyarakat 20 kali X X X X X 20 kali X X X X X 20 kali X X X X X 20 kali X X X X X Unit Pengelola, DKP Aceh, TNI, POLRI, NGO 6 Peningkatan peran serta masyarakat Identifikasi kebutuhan masyarakat lokal 4 paket X X 4 paket X X 4 paket X X 4 paket X X Unit pengelola, DKP Aceh, DKPP Aceh Tamiang, Akademisi, NGO, BPSPL. Penguatan panglima laot sebagai pokmaswas 4 paket X X 4 paket X X 4 paket X X 4 paket X X Unit Pengelola, DKP Aceh, TNI, POLRI, NGO Penyediaan sarana prasarana pokmaswas 4 paket X X 4 paket X X 4 paket X X 4 paket X X Unit Pengelola, DKP Aceh, NGO, BPSPL. 7 Pengelolaan Sumberdaya Kelauatan dan Perikanan Riset, monitoring dan rehabilitasi Ekosistem Mangrove 3 paket X X X 3 paket X X X 3 paket X X X 3 paket X X X Unit pengelola, DKP Aceh, DKPP Aceh Tamiang, Akademisi, NGO, BPSPL.

(49)

43 Riset dan monitoring Perikanan Tangkap (Udang windu, ikan dan biota lainnya) dan Pengelolaannya 3 paket X X X 3 paket X X X 3 paket X X X 3 paket X X X Unit pengelola, DKP Aceh, DKPP Aceh Tamiang, Akademisi, NGO, BPSPL. Riset, monitoring dan pemulihan populasi Tuntong Laut Rutin X X X X X Rutin X X X X X Rutin X X X X X Rutin X X X X X Unit pengelola, DKP Aceh, DKPP Aceh Tamiang, Akademisi, NGO, BPSPL. Riset dan monitoring Sosial ekonomi masyarakat 3 paket X X X 3 paket X X X 3 paket X X X 3 paket X X X Unit pengelola, DKP Aceh, DKPP Aceh Tamiang, Akademisi, NGO, BPSPL. 8 Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Laporan Triwulan dan tahunan 5 paket X X X X X 5 paket X X X X X 5 paket X X X X X 5 paket X X X X X Unit Pengelola Workshop dan seminar 5 paket X X X X X 5 paket X X X X X 5 paket X X X X X 5 paket X X X X X Unit Pengelola

Gambar

Gambar 1. Spesies Tuntong laut (Batagur borneonsis)
Gambar 2.  Jumlah Telur Tutong di 4 Lokasi
Tabel 1. Luasan dan persentasi zona di TP Aceh Tamiang
Gambar 4. Peta Rancangan Zonasi TP Aceh Tamiang.
+5

Referensi

Dokumen terkait

Pada mulanya analisis laporan keuangan hanya berfungsi sebagai alat untuk menguji pekerjaan pembukuan, akan tetapi dalam perkembangan

Sebaliknya, genotipe yang berada di luar area kontur dan jauh dari titik pusat (0,0) dikatakan sebagai genotipe yang tidak stabil atau dapat diidentifikasi sebagai

Berdasarkan data pada tabel 12 diketahui bahwa semua responden yang telah menderita nyeri selama 0-6 bulan telah mengalami penurunan intensitas nyeri yang

Tujuan dari pembuatan framework Codeigniter ini menurut user manualnya adalah untuk menghasilkan framework yang akan dapat digunakan untuk pengembangan proyek

Merupakan sistem pengelolaan aduan masyarakat , bisa secara manual atau fasilitas yang berbasis IT yang digunakan untuk merespon segala saran ,keluhan &amp;informasi

 MJO pada bulan April berada pada fase 1 hingga 8 dengan sifat lemah hingga kuat. Dimana MJO melewati wilayah Indonesia dengan sifat kuat sehingga pada bulan April MJO

Berdasarkan pada data training yang sebelumnya sudah melalui preprocessing sehingga dapat digunakan untuk membangun model Naive Bayes yaitu menyelesaikan masalah

Program tersebut dalam rangka mendukung peningkatan pelayanan dan keselamatan transportasi laut dan udara dengan pemangku program bidang perhubungan laut dan udara,