• Tidak ada hasil yang ditemukan

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam

BULETIN

BMKG

K A T A P E N G A N T A R

Bumi adalah tempat kita berpijak, berbagai kebutuhan kita disediakan oleh bumi. Yang lahir dan hidup di bumi bukan hanya generasi saat ini, namun berkelanjutan untuk anak cucu di masa depan. Jika mengulas tentang bumi, begitu banyak aspek yang diperhatikan. Mulai dari aspek lingkungan, ekonomi, politik, sampai kegiatan manusia. Semua mempunyai kontribusi besar bagi keadaan bumi nantinya. Salah satu faktor terpenting adalah faktor meteorologi, yang berperan dalam mendorong berbagai program pembangunan di bumi. Dengan menilik hal itu, serta mengkhususkan pada pembangunan di kawasan Barelang, Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam setiap bulannya menerbitkan BULETIN METEOROLOGI.

Buletin Meteorologi edisi Mei 2014 akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan iklim wilayah Kepulauan Riau pada bulan April 2014, prakiraan hujan dan gelombang laut, serta prakiraan pasang surut bulan Mei 2014. Buletin ini dibuat sebagai salah satu sarana penunjang penyampaian informasi meteorologi, baik kepada para pengguna jasa informasi meteorologi dan juga kepada masyarakat umum.

Kami menyadari bahwa penulisan buletin ini masih belum sempurna, terdapat banyak keku-rangan dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pembaca. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas dari media informasi ini. Besar harapan kami agar buletin ini dapat terus berkembang dan berkesinambungan, serta dapat menjawab semua pertan-yaan mengenai isu-isi meteorologI di wilayah Kepulauan Riau

. KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I

HANG NADIM BATAM

PHILIP MUSTAMU S.Sos NIP. 19590406 198203 1 002

(2)

TIM REDAKSI

PELINDUNG : PHILIP MUSTAMU, S.Sos. KEPALA STASIUN METEOROLOGI

KLAS I HANG NADIM BATAM PENANGGUNGJAWAB : TRI AGUS PRAMONO, S.Kom

KEPALA SEKSI DATA DAN INFORMASI

ANGGOTA TIM : YAYAN HERMAWAN DUDI JUHANDINATA, S.Stat.

SRI SULISMIYATI, A.Md. NIZAM MAWARDI, A.Md. ADHITYA PRAKOSO, A.Md. AGITA DEVIPRASTIWI, A.Md.

TATA NASKAH NOOR AZIZAH, S.Kom. NANGSIP CAHYANA, A.Md.

DUATI WARDANI, A.Md. MOHAMMAD TAUFIQ, S.Si

STASIUN METEOROLOGI HANG NADIM BATAM Jl. Hang Nadim Batu Besar, batam 29466

Phone : +62-778-761507 ext 1025 Fax. +62-778-761401 E-mail : stamet.hangnadim@bmkg.go.id hangnadim.kepri.bmkg.go.id bmkg.bpbatam.go.id

(3)

K A T A P E N G A N T A R

I . R I N G K A S A N 4

I I . P E N G E R T I A N 5

I I I . A N A L I S A C U A C A D A N I K L I M A. KERAGAMAN HUJAN

B. DINAMIKA ATMOSFIR & LAUTAN BULAN APRIL 2014 1. Monsun

2. El Nino - Southern Oscilation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD)

3. Madden - Julian Oscilation (MJO) 4. IOD (Indian Ocean Dipole) C. ANALISIS HUJAN BULAN APRIL 2014

5 7 7 9 1 0 1 2 1 3 I V . P R A K I R A A N B U L A N M E I 2 0 1 4 A. DINAMIKA ATMOSFIR

1. Tekanan Udara dan Angin

2. ENSO (El Nino - Southern Oscilation) 3. MJO

4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole) A. PRAKIRAAN HUJAN BULAN MEI 2014

1. Prakiraan Hujan Dasarian 2. Prakiraan Hujan Bulanan

1 7 1 7 1 8 1 9 2 1 2 3 2 4 V . P R A K I R A A N A N G I N , G E L O M B A N G D A N A R U S L A U T B U L A N M E I 2 0 1 4 2 6 V I . P R E D I K S I P A S A N G S U R U T B U L A N M E I 2 0 1 4 3 0 V I I . I N F O R M A S I M A T A H A R I T E R B I T / T E R B E N A M D A N B U L A N T E R B I T / T E R B E N A M B U L A N M E I 2 0 1 4 3 5 V I I I . D A F T A R I S T I L A H 3 8 IX. A R T I K E L 4 0 X. P R O F I L 4 2

(4)

1. Berdasarkan data curah hujan bulan April 2014 yang diterima dari stasiun/pos hujan di Barelang yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan April 2014 adalah sebagai berikut:

 Bahwa kejadian hujan di Pulau Batam pada bulan April 2014 merata. Dimana di seluruh wila-yah Pulau Batam intensitasnya berada pada bawah normal hingga normal terhadap rata-ratanya. Jumlah curah hujan di Pulau Batam pada bulan April 2014 berkisar antara 100 - 300 mm. Berdasarkan hasil analisa angin di sekitar wilayah Kepulauan Riau dominan dari arah Timur Laut dengan kecepatan 5 hingga 35 km/jam. Kondisi angin ini kurang signifikan dalam mendukung proses pembentukan awan.

 Untuk kondisi atmosfer dibulan April 2014 adalah sebagai berikut:

 MJO pada bulan April berada pada fase 1 hingga 8 dengan sifat lemah hingga kuat. Wila-yah Indonesia berada fase 3 dan 4. Dimana MJO melewati wilaWila-yah Indonesia dengan sifat kuat sehingga pada bulan April MJO berpengaruh penambahan curah hujan di wilayah Indonesia termasuk Batam.

 Secara umum nilai OLR rata rata pada bulan April relatif rendah di wilayah Indonesia. OLR bernilai terkecil terjadi di sebagian wilayah Pulau Sumatra. Untuk wilayah Kepu-lauan Riau nilai OLR cukup kecil, sehingga tutupan awan konvektif di wilayah KepuKepu-lauan Riau cukup banyak. Nilai anomali Suhu Muka Laut) di wilayah perairan Kepulauan Riau adalah nihil. Hal ini menunjukan pada bulan April 2014 kondisi suhu muka laut masih dalam kisaran normalnya. Keadaan seperti ini kurang mendukung dalam proses pemben-tukan awan-awan konvektif di wilayah Kepulauan Riau sehingga jumlah curah hujan cenderung lebih sedikit.

2. Secara umum kondisi cuaca bulan Mei 2014 di Batam Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh pred-iksi curah hujan tiap dasarian mulai Mei 2014 hingga April 2015. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim periode Mei 1998 s.d April 2014. Dan dengan mempertimbangkan kondisi terakhir dinamika atmosfer di wilayah Indonesia dan sekitarnya, serta membandingkan dengan normal hujannya maka sifat hujan bulan Mei 2014 adalah normal hingga atas normal dengan curah hujan bulanan antara 150 mm – 300 mm.

(5)

A. SIFAT HUJAN

Sifat Hujan adalah Perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu bulan dengan nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat.

Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu:

1. Di atas normal ( A ), jika nilai perbandingannya lebih besar dari 115 %. 2. Normal ( N ), jika nila perbandingannya antara 85 % - 115 %.

3. Di bawah normal ( B ), jika nilai perbandingannya kurang dari 85 %.

B. NORMAL CURAH HUJAN

1. RATA-RATA CURAH HUJAN BULANAN:

Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10 tahun. 2. NORMAL CURAH HUJAN BULANAN :

Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun. 3. STANDARD NORMAL CURAH HUJAN BULANAN :

Nilai rata-rata curah hujan pada masing-masing bulan selama periode 30 tahun dimulai dari 1 Januari 1901 s/d 31 Januari 1930, 1 Januari 1931 s/d 31 Januari 1960, 1 Januari 1961 s/d 31 Januari 1990, dan seterusnya.

C. INTENSITAS CURAH HUJAN (CH)

III. ANALISA CUACA DAN IKLIM

A . K E R A G A M A N H U J A N

Kepulauan Riau merupakan wilayah negara Indonesia yang berbentuk kepulauan dan dilewati garis khatulistiwa. Wilayah negara Indonesia dilewati oleh garis katulistiwa serta dikelilingi oleh dua Samudra dan dua Benua. Posisi ini menjadikan Indonesia sebagai daerah pertemuan sirkulasi meridional (Utara-Selatan) dikenal sebagai Sirkulasi Hadley dan sirku-lasi zonal (Timur-Barat) dikenal sebagai Sirkusirku-lasi Walker, dua sirkusirku-lasi yang sangat mem-pengaruhi keragaman iklim di Indonesia

KRITERIA CH CH/hari CH/Jam

Sangat Lebat > 100 mm > 20 mm

Lebat 50 - 100 mm 10 - 20 mm

Sedang 20 - 50 mm 5 - 10 mm

Ringan 5 - 20 mm 1 - 5 mm

(6)

Pergerakan matahari yang berpindah dari 23.5o Lintang Utara ke 23.5o Lintang Selatan sepanjang tahun mengakibatkan timbulnya aktivitas monsun yang juga ikut berperan dalam mempengaruhi keragaman iklim. Pengaruh lokal terhadap keragaman iklim juga tidak dapat diabaikan, karena Kepri merupakan kepulauan dengan bentuk topografi sangat beragam menyebabkan sistem golakan lokal cukup dominan. Faktor lain yang diperkirakan ikut ber-pengaruh terhadap keragaman iklim ialah gangguan siklon tropis. Semua aktivitas dan sistem ini berlangsung secara bersamaan sepanjang tahun akan tetapi besar pengaruh dari masing-masing aktivitas atau sistem tersebut tidak sama dan dapat berubah dari tahun ke tahun.

El Nino dan La Nina merupakan salah satu akibat dari penyimpangan iklim. Fenomena ini akan menyebabkan penurunan dan peningkatan jumlah curah hujan untuk beberapa daerah di Indonesia. Pengaruh El-Nino kuat pada daerah yang berpola hujan monsun, lemah pada dae-rah berpola hujan equatorial dan tidak jelas pada daedae-rah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole) hanya berpengaruh jelas pada daerah berpola hujan monsun.

Selain akibat pengaruh fluktuasi suhu permukaan laut di samudera pasifik (El Nino-Southern Oscillation / ENSO) dan Samudera Hindia (Indian Ocean Dipole / IOD), fenomena fase aktif osilasi intra-musiman yang dikenal sebagai MJO (Madden-Julian Oscillation) juga mem-pengaruhi keragaman hujan di Indonesia. Menurut Geerts and Wheeler (1998) MJO akan menyebabkan terjadinya variasipada pola angin, SML (Suhu Muka Laut), awan dan hujan. Fase aktif MJO bila bersamaan waktunya dengan monsun timur laut di Kepulauan Riau (Desember-April) dapat menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan sekitar 200%.

Pergerakan MJO ke timur dari samudra India menuju samudra Pasifik dibagi dalam 8 phase. Phase-1 di Afrika (210° BB - 60° BT), phase-2 di samudra India bagian barat (60° BT – 80° BT), phase-3 di samudra India bagian timar (80° BT – 100° BT) phase-4 & pha-se-5 di benua maritim Indonesia ( 100° BT – 140° BT), phase-6 di kawasan Pasifik barat (140°BT-160° BT), phase 7 di Pasifik tengah ( 160° BT – 180° BT) , dan phase-8 daerah kon-veksi di belahan bumi bagian barat ( 180° – 160° BB). Pada umumnya hujan tropis berasal dari awan konvektif dengan puncak awan sangat dingin (sedikit mengemisi radiasi gelombang panjang), oleh karenanya sangat baik memonitor MJO dengan memperhatikan variasi OLR

(7)

Gbr. 2 Peta Anomali Suhu Muka Laut bulan April 2014

B. DINAMIKA ATMOSFER & LAUTAN BULAN APRIL 2013 1. Monsun

Pada bulan April matahari telah melewati equator dan mulai berada pada penja-larannya menuju Bumi Bagian Utara (BBU) dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 11.8° yaitu dari 5.2°LU menuju 17°LU. Hal ini berdampak ke peningkatan suhu muka laut di daerah ekuator yang memicu terbentuknya pola-pola tekanan udara rendah. Pada bulan April 2014 tercatat telah terjadi 2 siklon tropis di wilayah Tropis diantaranya Siklon Tropis Peipah dan Siklon Tropis Tapah.Siklon tropis dan pusat – pusat tekanan rendah ini menarik massa udara menuju wilayah tersebut sehingga mempengaruhi kondisi pola cuaca di Indonesia. Dimana hal ini menyebabkan bertambahnya jumlah curah hujan di wilayah Indonesia bagian utara terma-suk Kepulauan Riau.

Gbr. 1 Peta Rata-rata Suhu Muka Laut bulan April 2014

Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/ sst_analysis/images/monsstv2.png

Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/ sst_analysis/images/monanomv2.png

(8)

Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia termasuk Kepulauan Riau pada bulan April 2014 berkisar antara 28.00C hingga 30.00C (Gbr.1). Suhu muka laut yang hangat (>27.00C) mengindikasikan ketersediaan uap air yang lebih banyak yang mendukung penguapan. Kondisi yang demikian meningkatkan kemungkinan terjadinya pembentukan awan-awan yang menjulang tinggi sehingga berpotensi menyebabkan terjadinya hujan.Namun nilai anomali Suhu Muka Laut (Gbr.2) di wilayah perairan Kepulauan Riau adalah nihil. Hal ini menunjukan pada bulan April 2014 kondisi suhu muka laut masih dalam kisaran normalnya.

Pada bulan April, tekanan udara di sekitar ekuator secara umum lebih rendah dari pada di BBU dan BBS sehingga menyebabkan massa udara bergerak dari dua wilayah BBU dan BBS (bertekanan tinggi) menuju equator (bertekanan rendah) akibatnya kedua massa udara ini saling bertemu di wilayah equator (Gbr. 3), terlihat daerah pusat tekanan rendah berada di wilayah Samudra Pasifik menyebabkan massa udara bergerak ke wilayah tersebut mengakiba-tkan pola belokan angin ( shearline) dan eddy di wilayah Kepulauan Riau sebagaimana yang terlihat pada (Gbr. 4), pola angin di sekitar wilayah Kepulauan Riau dominan dari arah utara hingga barat laut. Ditinjau dari pola angin yang terjadi di wilayah Kepulauan Riau pada bulan April 2014 cukup mendukung dalam pertumbuhan awan hujan.

Gbr. 3 Rata-rata Tekanan Udara Permukaan Laut Bulan April 2014

Sumber : : http://www.bom.gov.au/cg-bin/climate/cmb.cgi? page=map&variable=mslp&vstatus=mean&period=month&area=rsmc

(9)

Berdasarkan hasil analisa (Gbr.5) daerah Kepulauan Riau angin bertiup dengan kecepatan 10 hingga 20 Km/Jam.

2. El Nino - Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD)

Pada bulan April, ENSO berada pada kondisi netral. Hal ini ditunjukkan dengan nilai anomali SST Nino 3.4 pada akhir April, nilainya masih sama dengan keadaan pada bulan yang lalu yaitu +0.27 °C. Sedangkan kondisi SOI (Southern Oscillation Index) pada April 2014 berada pada kondisi di atas normal dengan nilai pada akhir bulan April mencapai +8.6. Hal ini belum terlalu berpengaruh terhadap penambahan atau pengurangan jumlah curah hujan pada bulan April. Baru akan berpengaruh jika keadaan nilai SOI positive terjadi selama minimal dua bulan berturut-turut yang dampaknya kemungkinan akan terjadi La-Nina.

Gbr. 5 Rata-rata Arah dan Kecepatan Angin 850 mb pada Bulan April 2014 Gbr. 4 Klimatologi Arah Angin 3000 Feet pada Bulan April 2014

Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?

(10)

3. Madden-Julian Oscillation ( MJO)

a. Outgoing Longwave Radiation (OLR)

OLR merupakan suatu radiasi gelombang panjang yang dipancarkan oleh bumi ke luar angkasa. Tidak semua radiasi gelombang panjang yang terpancar dari bumi sampai ke luar angkasa. Awan – awan konvektif adalah salah satu faktor yang menghalangi perjalanan gelombang panjang. Jika pada suatu wilayah tertutup ham-paran awan konvektif, maka nilai OLR akan kecil. Secara umum nilai OLR rata rata pada bulan April relatif rendah di wilayah Indonesia. OLR bernilai terkecil terjadi di sebagian wilayah Pulau Sumatra. Nilai OLR yang lebih kecil menunjukkan tutupan awan konvektif yang tebal. Sedangkan untuk wilayah Kepulauan Riau nilai OLR cukup kecil. Sehingga tutupan awan konvektif di wilayah Kepulauan Riau cukup banyak.

Gbr. 7 Grafik indeks ENSO / SOI Gbr.6 Grafik indeks SST Nino3.4

Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml

(11)

Gbr. 8 Rata-rata OLR bulan April 2014

b. Fase MJO (Median Julian Oscilation)

MJO pada bulan April berada pada fase 1 hingga 8 dengan sifat lemah hingga kuat. Wilayah Indonesia berada fase 3 dan 4. Pada gambar (9) MJO melewati wilayah Indone-sia dengan sifat kuat sehingga pada bulan April MJO berpengaruh penambahan curah hujan di wilayah Indonesia termasuk Batam.

Gbr. 9 Fase MJO Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi? page=map&variable=olr&vstatus=mean&period=month&area=rsmc

(12)

4. IOD (Indian Ocean Dipole)

Fenomena Dipole Mode di Samudera Hindia atau IOD (Indian Ocean Dipole) be-rada pada kisaran netral (-0,5°C s.d 0,5°C) pada sekitar akhir April 2014. Nilai IOD pada akhir April bernilai +0,210C. Sehingga bisa diketahui bahwa selama bulan April 2014, secara umum IOD kurang signifikan dalam menambah peluang pertumbuhan awan di wilayah Indonesia bagian barat.

C. ANALISIS HUJAN BULAN APRIL 2014

Berdasarkan data curah hujan bulan April 2014 yang diterima dari stasiun / AWS (Automatic Weather Station) di Pulau Batam yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan April 2014 adalah sebagai berikut:

(13)

Dari tabel di atas diketahui bahwa kejadian hujan di Pulau Batam pada bulan April 2014 merata. Dimana di seluruh wilayah Pulau Batam intensitasnya berada pada bawah normal hingga normal terhadap rata-ratanya. Jumlah curah hujan di Pulau Batam pada bulan April 2014 berkisar antara 100 - 300 mm.

Tabel 1: Analisis Curah Hujan dan Sifat Hujan Bulan April 2014

Gbr.11 Evaluasi Curah Hujan Bulan April 2014

Lo kasi RR April 2014 (mm) Rata - rata (mm) Sifat Hujan

Hang Nadim 171.2 167.9 Atas Normal

Pagoda 254.4 101.7 Atas normal

Muka Kuning

303.0 139.9 Atas Normal

(14)

Gbr. 12 Evaluasi Sifat Hujan Bulan April 2014

Dari gambar peta isohyet di atas dapat diketahui konsentrasi hujan di Barelang yang terjadi selama bulan April 2014. Sebaran Hujan bervariasi, dengan konsentrasi terbesar di wila-yah Muka Kuning dan Pagoda dan konsentrasi hujan terkecil di wilawila-yah Nongsa. Untuk wilawila-yah Rempang dan Galang konsentrasi hujannya cukup normal.

(15)

1. Analisa Unsur Cuaca Signifikan Bulan April 2014 Stamet Hang Nadim a. Hujan

Khusus di Hang Nadim dalam bulan Aprl 2014 terdapat 17 hari hujan, terukur dengan curah hujan total sebesar 171,5 mm atau berkisar 68,06 % dari rata-rata yang berar-ti sifat hujannya Bawah Normal (BN). Pada dasarian I terjadi 4 hari hujan dengan jumlah curah hujan 74,1 mm, dasarian II terjadi 7 hari hujan dengan jumlah curah hujan 23,2 mm, dan dasarian III terjadi 6 hari hujan dengan jumlah curah hujan 74,2 mm. Curah hujan tertinggi 57,7 mm terjadi pada tanggal 05 April 2014

(16)

b. Suhu Udara

Suhu udara harian rata-rata berkisar antara 25,3 - 29,0 ° C. Suhu udara terendah dalam bulan April 2014 adalah 22,6 °C terjadi pada tanggal 21 dan 22 April 2014 pagi hari dan suhu udara tertinggi 33,4 °C terjadi pada tanggal 11 April 2014 siang hari.

C. Kelembaban Udara

Kelembaban udara harian rata-rata berkisar antara 75 % - 93 %. Kelembaban udara terendah mutlak 48% terjadi pada tanggal 07 April 2014 siang hari, sedangkan kelembaban udara tertinggi 100% terjadi tanggal 21 dan 28 April 2014.

d. Angin Permukaan

Selama periode dasarian I – III April 2014 angin permukaan secara umum didominasi dari arah Timur Laut dengan kecepatan rata-rata 04 km/jam – 11 km/jam, arah dan kecepatan maksimum dari Timur sekitar 32 km/jam terjadi pada tanggal 03 April 2014.

Gbr.14 Grafik Suhu Udara bulan April 2014 di Hang Nadim

(17)

A. DINAMIKA ATMOSFIR 1. Tekanan Udara dan Angin.

Pada bulan Mei, posisi matahari bergerak semu menuju belahan bumi utara (BBU) sebesar 5,8° yaitu dari 17,0° LU menuju 22,8° LU (http://www.physicalgeography.net). Hal ini memicu tingginya pemanasan air laut yang mengakibatkan hangatnya perairan di BBU serta sebagian di perairan tropis. Sehingga dominasi pola-pola daerah bertekanan udara rendah pada Mei 2014 diperkirakan berada di kawasan BBU dan tropis.

Akibatnya, pola angin rata-rata bulan Mei secara dominan bertiup dari Bumi Bagian Utara Selatan (BBS) menuju Bagian Utara Utara (BBU). Hal ini menyebabkan terjadinya pertemuan angin (konvergensi) di sekitar wilayah Kepulauan Riau. Selain itu, daerah tekanan rendah banyak terbentuk di barat Pulau Sumatera yang dapat mempengaruhi pertumbuhan awan di wilayah Kepulauan Riau. Seperti terlihat pada gambar rata-rata streamline bulan Mei dibawah ini:

I V . P R A K I R A A N B U L A N M E I 2 0 1 4

Prediksi Anomali Suhu Muka Laut periode Mei-Juni-Juli 2014

Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan Mei 2014

Gbr.16 Prediksi Anomali Suhu Muka Laut dan Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan Mei 2014

Sumber: http://www.esrl.noaa.gov/psd/cgi-bin/data/composites/ Sumber: http://pred.ldeo.columbia.edu/forecast/sst/12/

(18)

2. ENSO

(EL Nino-Southern Oscillation)

ENSO merupakan salah satu fenomena cuaca skala global yang mempengaruhi penambahan curah hujan (fase La Nina) maupun pengurangan curah hujan (fase El Nino) di wilayah Indonesia. Prediksi ENSO menurut institusi internasional yaitu BMKG, POAMA (Predictive Ocean Atmosphere Model for Australia), NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) dan JAMSTEC (Japan Agency for Marine-Earth Science and Technology) menyatakan bahwa ENSO masih dalam kondisi normal untuk bulan Mei 2014. Dengan demikian, diprakirakan tidak akan terdapat penambahan maupun pengurangan jumlah curah hujan di wilayah Indonesia.

Gbr.17 Rata-rata Streamline 3000 feet pada Bulan Mei 2014

(19)

Salah satu parameter ENSO yaitu data SOI (Southern Oscillation Index) dari BoM (Bureau of Meteorology Australia) hingga awal Mei menunjukkan kondisi di atas normal dengan nilai mencapai +8.6. Namun hal ini secara umum belum terlalu berpengaruh terhadap penambahan atau pengurangan jumlah curah hujan pada bulan Mei. Hal ini han-ya akan berpengaruh jika keadaan nilai SOI positif terjadi selama minimal dua bulan berturut-turut yang dampaknya kemungkinan akan terjadi La Nina. Sehingga diprakirakan untuk bulan Mei 2014 di wilayah Indonesia tidak akan terdapat penambahan jumlah curah hujan yang signifikan.

3. MJO (Madden-Julian Oscillation)

Salah satu fenomena cuaca global yang juga mempengaruhi jumlah curah hujan di Indonesia, khususnya daerah dekat khatulistiwa adalah osilasi gugusan awan atau disebut MJO. Berdasarkan data dari NOAA, diprakirakan pada tanggal 1 Mei s.d 15 Mei 2014 MJO berada pada fase 8, 1 dan 2 atau berada pada wilayah Afrika hingga Samudera Hindia bagian Barat. Hal ini tidak mempengaruhi dalam penambahan jumlah curah hujan di wilayah Indonesia. Sedangkan berdasarkan data anomali OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang merupakan salah satu indikator MJO di wilayah Indonesia secara umum menunjukkan nilai -5 s.d +10 Wm-2, termasuk untuk wilayah Kepulauan Riau. Hal ini berarti tutupan awan di wilayah Kepulauan Riau pada bulan Mei tidak akan terlalu banyak.

(20)

Gbr. 20 Grafik Fase MJO pada Bulan April 2014 dan Prakiraan Bulan Mei 2014

Gbr. 21 Anomali OLR sampai dengan 30 April 2014 dan prakiraan 15 hari kedepan

Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/

(21)

4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole)

Fenomena cuaca global terakhir yang juga mempengaruhi peluang hujan di Indonesia, khususnya Indonesia Bagian Barat, adalah dipole mode. Menurut data dari BoM, grafik indeks IOD awal Mei 2014 berada pada kisaran -0,50 C s.d 0,50 C (netral) dengan nilai terakhir +0.21 (gambar 7) dan prediksi bulan Mei 2014 bernilai 0.03. Sedangkan BMKG memprediksi nilai indeks dipole mode Mei 2014 bernilai -0.11 (gambar 8). Secara umum dapat disimpulkan bahwa IOD masih dalam kondisi normal sehingga diprakirakan pada bulan Mei 2014 tidak akan ada penambahan jumlah curah hujan yang signifikan di wilayah Indonesia bagian barat termasuk Batam.

Gbr. 22 Grafik indeks IOD sampai dengan akhir Maret 2014 dari BoM

Gbr. 23 Prediksi Indeks Dipole Mode dari BoM dan BMKG

(22)

5. Tinjauan Klimatologis

Kondisi cuaca bulan Mei di Batam berdasarkan data klimatologis selama 20 tahun (1993-2013) diketahui:

Hujan lebih sering terjadi pada pagi hingga siang hari yaitu sekitar pukul 07.00 WIB s.d 13.00 WIB. Secara umum curah hujan di Batam tidak merata hingga Pulau Galang yaitu antara 100 - 300 mm. Konsentrasi hujan terpusat di wilayah Batam bagian barat dan selatan yaitu berkisar 200 - 300 mm.

Kesimpulan:

Dari uraian di atas diketahui bahwa peluang pertumbuhan awan-awan hujan di Batam pada bulan Mei 2014 tidak jauh berbeda dibandingkan bulan April yang lalu.

Minimum Rata-rata Maksimum

SUHU UDARA (C) 22.6 27.7 32.8 KELEMBAPAN UDARA 49% 85% 100%

ANGIN (Km/Jam) 5 7 41

HARI HUJAN 12 19 24

(23)

B. PRAKIRAAN HUJAN BULAN MEI 2014 1. Prakiraan Hujan Dasarian

Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA

(Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai Mei 2014 hingga April 2015. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim periode Mei1998 s.d April 2014.

Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0,93468 dan RMSE (error) 8,4707.

Hasilnya menunjukkan bahwa curah hujan di bulan Mei 2014 diprakirakan:

Sesuai dengan kriteria sifat hujan dalam dasarian, prakiraan curah hujan pada dasarian I, II, dan III nilai perbandingan prediksi curah hujan dengan normalnya 85% - 115%.

Dasarian Pertama

72.1

Dasarian Kedua

68.6

Dasarian Ketiga

54.4

Sifat Hujan

Jumlah Curah Hujan

(24)

2. Prakiraan Hujan Bulanan

Berdasarkan data-data dan analisis model serta program HyBMG 2.0.7 dapat diperoleh hasil prakiraan curah hujan satu bulan pada bulan Mei 2014 di wilayah Barelang sebagai berikut:

Gbr. 24 Peta Prakiraan Curah Hujan Bulan Mei 2014 Tabel 2: Prakiraan Curah Hujan Bulan Mei 2014

JUMLAH CURAH

HUJAN

0 mm - 150 mm

-150 mm - 300 mm

Batam, Rempang dan Galang

300 mm - 450 mm

(25)

dan membandingkan dengan normal hujannya maka sifat hujan bulan Mei 2014 di Barelang dapat diprakirakan sebagai berikut :

Tabel 3: Prakiraan Sifat Hujan Bulan Mei 2014

Gbr. 25 Peta Prakiraan Sifat Hujan Bulan Mei 2014

SIFAT HUJAN

WILAYAH

Atas Normal

Batam bagian barat

Normal

Batam bagian Tengah dan Timur, Rempang, Galang

(26)

Berdasarkan peta prakiraan angin dan gelombang laut mingguan di wilayah perairan Kepulauan Riau pada bulan Mei 2014 yang dibuat Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam menggunakan Software Windwave – 05, dapat disampaikan prakiraan angin permukaan dan tinggi gelombang laut serta arus laut perairan Kepulauan Riau dan sekitarnya sebagai berikut:

V . P R A K I R A A N A N G I N D A N G E L O M B A N G L A U T

M E I 2 0 1 4

Tabel 4 : Prakiraan Tinggi Gelombang Laut Bulan Mei 2014

WILAYAH PERAIRAN

TINGGI GELOMBANG

( m )

ARAH & KECEP. ANGIN ( km/jam )

ARUS LAUT ( cm/s )

Batam - Tanjung Pinang 0,5 – 1,25 Timur – 10 Timur - 5

Batam - Tarempa 0,75 – 1,5 Timur - 10 Barat - 5

Batam - Natuna 0,75 – 1,5 Timur - 10 Barat - 15

Batam - Karimun 0,5–1 Timur - 10 Timur - 5

Batam - Lingga 0,75 – 1,5 Timur - 10 Barat - 5

Batam - Singapura 0,5 – 1 Timur - 10 Timur - 5

Batam - Dumai 0,5–1 Timur - 10 Barat - 5

(27)

Gbr. 27 Peta Prakiraan Angin Minggu I Mei 2014

(28)

Gbr.29 Peta Prakiraan Tinggi Gelombang Laut Minggu I Mei 2014

(29)

Gbr.30 Peta Prakiraan Arus Laut Minggu I Mei 2014

(30)

A. Pendahuluan

Pasang surut air adalah gelombang yang mirip dengan gelombang air yang terjadi akibat tiupan angin. Pasang surut memiliki panjang gelombang yang panjang, seperti yang terdapat pada laut dalam namun terjadi untuk air dangkal, ini berarti pasang surut dibias-kan oleh keadaan topografi kedalaman bawah air. Periodenya pun cukup panjang, dalam orde jam. Pasang surut air terjadi disebabkan oleh gaya gravitasi dan gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh gerakan bumi, bulan, dan matahari.

B. Pola Pasang Surut

Di seluruh dunia pasang surut berbeda baik ketinggian paras air maupun waktu kejadiannya. Area pantai yang hanya punya satu pasang surut tertinggi dan terendah setiap hari disebut diurnal tide ( air pasang harian).

Wilayah yang mengalami dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari disebut mempunyai semi-diurnal tide.

Jika semi-diurnal tide mempunyai ketinggian air pasang yang dicapai berbeda dan saat surut juga level air tidak sama disebut semi-diurnal mixed tide.

Pola pasang surut dapat dijelaskan secara gelombang dengan grafik yang menunjukkan paras air untuk sumbu vertical dan sumbu mendatar menyatakan waktu hari.

Pengamatan pasang surut dalam jangka waktu yang lama digunakan untuk menghitung rata-rata ketinggian pasang. Dengan nilai Rata-rata ini dapat dihitung anomaly pasang naik dan pasang surut air.

C. Paras Pasang Surut.

Ketinggian air tertinggi yang dicapai permukaan air setiap hari disebut High

Water (HT) / Higt Tide (Ht)

Titik terendah dimana permukaan air surut disebut Low Water (LW) / Low Tide

Mengingat Propinsi Kepulauan Riau sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan maka phenomena Pasang Surut air laut sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan yang berhubungan dengan kelautan seperti Bongkar Muat di Pelabuhan Laut, kegiatan para nelayan dan lain sebagainya.

Untuk itu dalam buletin ini kami sajikan prediksi pasang surut di seluruh Propinsi Kepu-lauan Riau yang meliputi 6 (enam) Kabupaten Kota Sebagai Berikut :

(31)

KOTA BATAM

1. Batu Ampar, Mei 2014

2. Sekupang, Mei 2014

1 2

(32)

II. KABUPATEN BINTAN 3. Tanjung Uban, Mei 2014

4. Tanjung Pinang, Mei 2014

3 4

(33)

III. KABUPATEN KARIMUN

5. Tanjung Balai Karimun, Mei 2014

IV. KABUPATEN LINGGA 6. Dabo Singkep, Mei 2014

5

(34)

V. KABUPATEN ANAMBAS 7. Selat Peninting, Mei 2014

VI. KABUPATEN NATUNA 8. Sedanau, Mei 2014

7

(35)

V I I

.

I N F O R M A S I M A T A H A R I T E R B I T / T E R B E N A M D A N

B U L A N T E R B I T / T E R B E N A M B U L A N M E I 2 0 1 4

1. Stasiun Meterorologi Hang Nadim Batam

2. Stasiun Meteorologi Tanjung Pinang Location : E104 07, N01 07, May 2014

DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm 1 0556 1805 0729 1956 2 0556 1805 0820 2047 3 0556 1805 0910 2137 4 0556 1805 0959 2225 5 0556 1805 1046 2311 6 0555 1805 1132 2356 7 0555 1805 1217 8 0555 1805 1301 0039 9 0555 1805 1344 0123 10 0555 1805 1429 0206 11 0555 1805 1514 0250 12 0555 1805 1602 0335 13 0555 1805 1652 0424 14 0555 1805 1745 0515 15 0555 1805 1841 0609 16 0555 1805 1940 0706 17 0555 1805 2039 0805 18 0555 1805 2137 0904 19 0555 1805 2234 1002 20 0555 1805 2329 1058 21 0555 1805 1152 22 0555 1805 0021 1245 23 0555 1805 0112 1335 24 0555 1806 0201 1426 25 0555 1806 0250 1516 26 0555 1806 0340 1606 27 0555 1806 0430 1657 28 0555 1806 0521 1748 29 0556 1806 0611 1839 30 0556 1806 0702 1929 31 0556 1807 0751 2018

Location : E104 32, N00 55, May 2014

DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm 1 0555 1803 0727 1955 2 0554 1803 0818 2045 3 0554 1803 0909 2135 4 0554 1803 0958 2223 5 0554 1803 1045 2309 6 0554 1803 1131 2354 7 0554 1803 1215 8 0554 1803 1259 0038 9 0554 1803 1343 0121 10 0554 1803 1427 0204 11 0554 1803 1512 0248 12 0554 1803 1600 0334 13 0554 1803 1650 0422 14 0553 1803 1743 0513 15 0553 1803 1839 0607 16 0553 1803 1938 0704 17 0553 1803 2037 0803 18 0553 1803 2135 0902 19 0553 1803 2232 1001 20 0554 1803 2327 1057 21 0554 1803 1151 22 0554 1803 0019 1243 23 0554 1804 0110 1334 24 0554 1804 0200 1424 25 0554 1804 0249 1514 26 0554 1804 0338 1604 27 0554 1804 0428 1655 28 0554 1804 0519 1746 29 0554 1804 0610 1837 30 0554 1804 0700 1927 31 0554 1805 0750 2016

(36)

3. Stasiun Meteorologi Ranai Natuna

4. Stasiun Meteorologi Tanjung Balai Karimun Location : E108 24, N03 55, May 2014

DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm 1 0544 1759 0716 1951 2 0544 1759 0806 2042 3 0544 1759 0857 2131 4 0543 1759 0946 2219 5 0543 1759 1034 2305 6 0543 1759 1120 2349 7 0543 1759 1205 8 0543 1759 1250 0032 9 0543 1759 1334 0114 10 0542 1759 1419 0157 11 0542 1759 1506 0240 12 0542 1759 1554 0325 13 0542 1759 1645 0412 14 0542 1800 1739 0502 15 0542 1800 1836 0556 16 0542 1800 1934 0652 17 0542 1800 2033 0751 18 0542 1800 2131 0851 19 0542 1800 2228 0949 20 0542 1800 2321 1046 21 0542 1800 1141 22 0542 1800 0013 1234 23 0542 1801 0103 1326 24 0542 1801 0151 1417 25 0542 1801 0240 1508 26 0542 1801 0328 1559 27 0542 1801 0418 1651 28 0542 1801 0508 1742 29 0542 1802 0558 1833 30 0542 1802 0648 1924 31 0542 1802 0738 2012

Location : E103 23, N01 03, May 2014

DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm 1 0559 1808 0732 1959 2 0559 1808 0823 2050 3 0559 1808 0913 2140 4 0559 1808 1002 2228 5 0559 1808 1049 2314 6 0558 1808 1135 2359 7 0558 1808 1220 8 0558 1808 1304 0042 9 0558 1808 1347 0126 10 0558 1808 1432 0209 11 0558 1808 1517 0253 12 0558 1808 1605 0339 13 0558 1808 1655 0427 14 0558 1808 1748 0518 15 0558 1808 1844 0612 16 0558 1808 1943 0709 17 0558 1808 2042 0808 18 0558 1808 2140 0907 19 0558 1808 2237 1005 20 0558 1808 2332 1101 21 0558 1808 1156 22 0558 1808 0024 1248 23 0558 1808 0115 1338 24 0558 1808 0204 1429 25 0558 1809 0254 1519 26 0558 1809 0343 1609 27 0558 1809 0433 1700 28 0558 1809 0524 1751 29 0559 1809 0614 1842 30 0559 1809 0705 1932 31 0559 1809 0755 2021

(37)

5. Stasiun Meteorologi Dabo Singkep

6. Stasiun Meteorologi Tarempa Location : E104 34, S00 28, May 2014

DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm 1 0555 1803 0728 1954 2 0555 1803 0819 2045 3 0555 1803 0909 2134 4 0555 1802 0958 2222 5 0554 1802 1045 2309 6 0554 1802 1131 2353 7 0554 1802 1215 8 0554 1802 1259 0037 9 0554 1802 1343 0120 10 0554 1802 1427 0204 11 0554 1802 1512 0248 12 0554 1802 1559 0334 13 0554 1802 1650 0422 14 0554 1802 1743 0514 15 0554 1802 1839 0608 16 0554 1802 1937 0705 17 0554 1802 2036 0804 18 0554 1802 2135 0903 19 0554 1802 2232 1001 20 0554 1802 2326 1057 21 0554 1803 1151 22 0554 1803 0019 1243 23 0554 1803 0110 1334 24 0554 1803 0159 1423 25 0554 1803 0249 1513 26 0554 1803 0339 1603 27 0555 1803 0429 1654 28 0555 1803 0519 1745 29 0555 1803 0610 1836 30 0555 1804 0701 1926 31 0555 1804 0751 2015

Location : E106 15, N03 12, May 2014

DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm 1 0545 1759 0717 1951 2 0545 1759 0808 2041 3 0545 1759 0858 2131 4 0545 1759 0947 2219 5 0545 1759 1035 2305 6 0544 1759 1121 2349 7 0544 1759 1206 8 0544 1759 1251 0032 9 0544 1759 1335 0115 10 0544 1759 1420 0157 11 0544 1759 1506 0241 12 0544 1759 1554 0326 13 0544 1759 1645 0413 14 0544 1759 1739 0504 15 0543 1759 1835 0557 16 0543 1759 1934 0654 17 0543 1759 2033 0753 18 0543 1759 2131 0852 19 0543 1800 2227 0951 20 0543 1800 2321 1047 21 0543 1800 1142 22 0543 1800 0013 1235 23 0543 1800 0103 1327 24 0543 1800 0152 1417 25 0543 1800 0241 1508 26 0543 1801 0329 1559 27 0544 1801 0419 1650 28 0544 1801 0509 1742 29 0544 1801 0600 1833 30 0544 1801 0650 1923 31 0544 1801 0740 2012

(38)

Anomali : Penyimpangan suatu variabel dari nilai rata-rata

Awan Konvektif : Awan tebal menjulang tinggi yang terbentuk dari proses pemanasan vertikal yang membawa uap air. Awan ini

mengakibatkan terjadinya hujan secara tiba-tiba, petir dan angin kencang.

Cold Surge : Aliran udara dingin dari daratan Asia yang menjalar memasuki wilayah Indonesia bagian barat, cold surge biasa terjadi pada saat Asia memasuki musim dingin.

Cuaca : Kondisi fisis atmosfer pada suatu wilayah yang sempit pada waktu tertentu

Dasarian : Periode sepuluh harian

Dipole Mode /IOD

(Indian Ocean Dipole) : Tingkat ketersediaan uap air akibat perbedaan suhu muka laut

antara Samudera Hindia dan Perairan Pantai Timur Afrika. DMI

(Dipole Mode Index) : Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas Dipole

Mode. DMI yang bernilai negatif akan menambah kandungan uap air di sekitar wilayah Sumatera, sehingga curah hujannya secara umum meningkat. Sedangkan nilai positif tidak

menambah kandungan uap air, sehingga curah hujan cenderung berkurang.

Divergensi : Beraian angin, yang mengindikasikan daerah cuaca baik

Eddy : Pusaran angin dengan durasi harian dan biasanya jika suatu

daerah terdapat eddy, maka cenderung banyak hujan.

El Nino : Fenomena memanasnya suhu permukaan laut di Pasifik Timur sehingga secara umum menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berkurang.

ENSO

(El Nino-Shouthern Oscillation)

: Fluktuasi musiman antara fase El Nino dan La Nina.

Gelombang : Pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus permukaan laut.

Iklim : Kondisi Rata-rata cuaca dalam jangka waktu yang lama dan

wilayah yang luas ITCZ

(Intertropical Convergence Zone)

: Daerah pertemuan massa udara antar benua dengan cakupan

yang luas. Umumnya daerah-daerah yang dilintasi ITCZ berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan hujan lebat dan cukup lama (bisa lebih dari satu hari).

(39)

La Nina : Fenomena yang merupakan kebalikan dari El Nino. Secara umum menyebabkan curah hujan di Indonesia meningkat.

MJO

(Madden-Julian Oscillation)

: Fluktuasi musiman/osilasi/gelombang tekanan (pola tekanan

tinggi-tekanan rendah) di kawasan tropik yang terkait dengan penambahan gugusan uap air yang menyuplai pembentukan awan hujan dengan periode lebih kurang 48 hari yang menjalar dari barat ke timur. Biasanya berawal di pantai timur Afrika kemudian menjalar ke timur dan menghilang di bagian tengah Pasifik. MJO ini

berkaitan dengan OLR (Outgoing Longwave Radiation)

Monsun : Suatu pola sirkulasi angin yang berhembus secara periodik pada suatu periode (minimal 3 bulan) dan pada periode yang lain polanya akan berlawanan. Di Indonesia dikenal dengan 2 istilah monsun yaitu monsun Asia dan Monsun Australia. Monsun Asia berkaitan dengan musim hujan di Indonesia, sedangkan Monsun Australia berkaitan dengan musim kemarau.

Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang tidak ditentukan (1971-2000, 1976-2005, 1978-2007, dsb)

OLR

(Outgoing Longwave Radiation).

: Radiasi gelombang panjang (infra merah) yang dipancarakan keluar

dari bumi. OLR yang bernilai negatif menunjukkan tutupan awan konvektif yang banyak, sedangkan nilai positif tutupan awan konvektifnya sedikit.

Rata-rata : Nilai rata-rata suatu variabel selama minimal periode 10 tahun (1971 -1980, 1976-1985, 1993-2002, 1995-2010, dsb)

Shearline : Garis atau zona lintasan yang terdapat perubahan arah dan kecepatan angin secara tiba-tiba.

SOI

(Southern Oscillation Index)

: Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas El Nino

atau La Nina.

Standar Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang sudah ditentukan, dimulai tahun berakhiran 1 diakhiri tahun berakhiran 0 (1961-1990, 1971-2000, 1981-2010, dst)

Konveksi : Pergerakan molekul-molekul pada fluida (cairan atau gas) Updraft : Pergerakan vertikal ke atas dari suatu kolom udara yang

(40)

Kunjungan Siswa Sekolah Dasar Djuwita Batam di Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam

Senin, 21 April 2014, Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam kedatangan kunjungan dari siswa Sekolah Djuwita Batam. Kunjungan dimulai pukul 09.00 WIB sampai dengan pukul 11.00 WIB. Kunjungan sekitar 61 siswa tersebut merupakan bagian dari out door activity atau Pembelajaran Luar Sekolah mengenai pengenalan cuaca dan iklim sejak usia dini. Kegiatan ini dimaksudkan agar siswa dapat belajar langsung mengenai cuaca dan iklim melalui metode contextual teaching and learning. Jadi tidak belajar cuaca dan iklim secara tekstual saja, tetapi lebih ditekankan pada pemaknaan arti cuaca dan iklim secara langsung yang diterapkan di kehidupan sehari-hari. Pada kunjungan ini, para pegawai Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam yang bertugas memberikan informasi-informasi mengenai cuaca, iklim, keadaan geografis, unsur-unsur cuaca, prakiraan cuaca, satelit, alat-alat yang digunakan oleh Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam serta menjawab pertanyaan-pertanyaan siswa peserta kunjungan.

Siswa Sekolah Djuwita Batam sangat antusias dalam menanggapi setiap informasi yang diberikan oleh para pegawai Stasiun Meteorologi Hang Nadim. Mereka banyak mengajukan pertanyaan mulai dari hal yang serius sampai pertanyaan yang lucu khas anak -anak.

(41)

Semangat dan rasa ingin tahu dari siswa Sekolah Djuwta Batam menambah juga semangat para pegawai Stasiun Meteorlolgi Hang Nadim Batam untuk memberikan penjelasan lebih detail. Para pegawai Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam menyambut baik kunjungan ini, selain dapat membawa nama Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam agar lebih dikenal masyarakat, kunjungan ini juga dapat membentuk kesadaran diri siswa sebagai generasi muda penerus bangsa untuk lebih peduli terhadap alam.. Dengan adanya kunjungan ini, Stasiun Meteorologi Hang Nadim telah menunaikan salah satu tugasnya untuk memberikan pelayanan terbaik kepada publik. Dalam kesempatan kunjungan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa Sekolah Djuwita Batam agar memahami cuaca dan iklim secara umum dan fenomena alam yang sedang terjadi saat ini serta bagaimana menghadapinya.

Gambar

Tabel 1: Analisis Curah Hujan dan Sifat Hujan Bulan April 2014
Tabel 3: Prakiraan Sifat Hujan Bulan Mei 2014
Tabel 4 :  Prakiraan Tinggi Gelombang Laut Bulan Mei 2014

Referensi

Dokumen terkait

Secara umum berdasarkan data prakiraan yang didapat dari BMKG dan BoM keduanya menunjukan bahwa nilai IOD pada bulan September kurang berpengaruh terhadap penambahan curah hujan

Secara umum berdasarkan data prakiraan yang didapat dari BMKG dan BoM, keduanya menunjukan bahwa IOD masih dalam kondisi normal sehingga diprakirakan pada bulan Juli 2015

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.037] 13 NOAA, diperkirakan MJO pada awal hingga pertengahan Januari 2017 berada pada fase 3 - 4

Pada akhir No- vember 2014 nilai IOD memiliki kondisi normal yang bernilai 0.07 0 C, sehingga bisa diketahui bahwa selama bulan November 2014 secara umum IOD

Berdasarkan peta prakiraan angin dan gelombang laut mingguan di wilayah perairan Kepulauan Riau pada bulan November 2014 yang dibuat Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam

Pada bulan Desember, tekanan udara di BBU secara umum lebih tinggi daripada BBS me- nyebabkan massa udara bergerak dari BBU (bertekanan tinggi) menuju BBS (bertekanan ren- dah)

Nilai anomali Suhu Muka Laut (Gbr.2) di wilayah perairan Indonesia secara umum merata, termasuk Kepulauan Riau sebesar 0.5 - 1.0 terhadap normalnya hal ini menunjukan pada bulan

Buletin Meteorologi edisi Desember 2015 akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan iklim wilayah Kepulauan Riau pada bulan November 2015, prakiraan hujan dan