• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM. PHILIP MUSTAMU M.Si. NIP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM. PHILIP MUSTAMU M.Si. NIP"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.028] i

KATA PENGANTAR

Bumi adalah tempat kita berpijak, berbagai kebutuhan kita disediakan oleh bumi. Yang lahir dan hidup di bumi bukan hanya generasi saat ini, namun berkelanjutan untuk anak cucu di masa depan. Jika mengulas tentang bumi, begitu banyak aspek yang diperhatikan.Mulai dari aspeklingkungan, ekonomi, politik, sampai kegiatan manusia.Semua mempunyai kontribusi besar bagi keadaan bumi nantinya. Salah satu faktor terpenting adalah faktor meteorologi, yang berperan dalam mendorong berbagai program pembangunan di bumi. Dengan meninjau hal itu, serta mengkhususkan pada pembangunan di kawasan Barelang, Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam setiap bulannya menerbitkan BULETIN METEOROLOGI.

Buletin Meteorologi edisi April 2016ini akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan iklim wilayah Kepulauan Riau pada bulan Maret2016, prakiraan hujan dan gelombang laut, serta prakiraan pasang surut bulan April 2016. Buletin ini dibuat sebagai salah satu sarana penunjang penyampaian informasi meteorologi, baik kepada para pengguna jasa informasi meteorologi dan juga kepada masyarakat umum.

Kamimenyadari bahwa penulisan buletin ini masih belum sempurna, terdapat banyak kekurangan dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pembaca.Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas dari media informasi ini. Besar harapan kami agar buletin ini dapat terus berkembang dan berkesinambungan, serta dapat menjawab semua pertanyaan mengenai isu-isu meteorologi di wilayah Kepulauan Riau.

.

KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM

PHILIP MUSTAMU M.Si. NIP. 19590406 198203 1 002

(2)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.028] ii TIM REDAKSI

ANGGOTA TIM

PELINDUNG

PHILIP MUSTAMU, M.Si. KEPALA STASIUN METEOROLOGI

KELAS I HANG NADIM BATAM

ANGGOTA NANGSIP CAHYANA, S.Si

ANGGOTA DUATI WARDANI, S.Si ANGGOTA YAYAN HERMAWAN ANGGOTA DUDI JUHANDINATA, S.Stat, MM ANGGOTA DEBORA TRULY MARPAUNG, SST. ANGGOTA NIZAM MAWARDI, S.Tr ANGGOTA ADHITYA PRAKOSO, S.Tr ANGGOTA

ASRI PRATIWI, S.Si

ANGGOTA PANDE MADE RONY

KURNIAWAN, SST ANGGOTA

MOHAMMAD TAUFIQ, S.Si

PENANGGUNGJAWAB

SURATMAN, S.KOM. KEPALA SEKSI DATA DAN INFORMASI

(3)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.028] iii

DAFTAR ISI

Kata pengantar ... i

Tim Redaksi ... ii

Daftar Isi ... iii

I. RINGKASAN ... 1

II. PENGERTIAN... 2

III. ANALISA CUACA DAN IKLIM ... 3

IV. PRAKIRAAN CUACA APRIL 2016 ...15

V. PRAKIRAAN GELOMBANG AWAL APRIL 2016 ...23

VI. PRAKIRAAN PASANG SURUT APRIL 2016 ...24

VII. PRAKIRAAN TERBIT/ TERBENAM BULAN DAN MATAHARI APRIL 2016 ...29

(4)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.028] 1

RINGKASAN

1. Berdasarkan data curah hujan bulan Maret 2016 yang diterima dari stasiun/pos hujan di Barelang yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan Maret 2016 adalah sebagai berikut:

a. Bahwa kejadian hujan di Pulau Batam secara umum berada pada kisaran di bawah normal terhadap rata-ratanya. Jumlah curah hujan di wilayah Batam berkisar antara 0 -60 mm. Sedangkan kondisi angin dilaporkan bertiup dari arah utara hingga timur laut pada kisaran kecepatan 10- 40 km/jam di Kepulauan Riau. Kondisi angin ini kurang mendukung dalam proses pembentukan banyak awan.

b. Analisis kondisi atmosfer pada bulan Maret 2016 sebagai berikut: MJO berada pada fase 8 hingga 7 dengan dominasi sifat sedang hingga kuat pada perambatannya.Wilayah Indonesia yang berada fase 3 sampai 5 terlewati oleh perambatan MJO pada pertengahanbulan Maret yang dapat menyebabkan penambahan curah hujan di wilayah Indonesia khususnya bagian barat.Namun, untuk nilai OLR di wilayah Kepulauan Riau bernilai cukup tinggi yang mengindikasikan sedikitnya tutupan awan konvektif.

Pasokan uap air di udara yang menjadi bahan pembentukan awan-awan terindikasi masih cukup tersedia diatas wilayah Indonesia selama bulan Maret 2016. Hal ini diketahui dari hangatnya perairan Indonesia termasuk Kepulauan Riau dengan anomali suhu muka laut positif. Akan tetapi bila dibandingkan dengan wilayah Indonesia lainnya, khusunya wilayah Indonesia bagian selatan, Kepulauan Riau memiliki anomali suhu muka laut yang lebih kecil.

Fenomena El Nino sedang, kelembapan udara yang rendah di lapisan atas serta kecepatan angin yang kencang menyebabkan terganggunya proses pembentukan hujan. Kondisi ini yangkurang mendukung dalam proses pembentukan awan-awan konvektif di wilayah Kepulauan Riau sehingga total curah hujan di bulan Maret2016 tidak terlalu tinggi dan lebih rendah bila dibandingkan dengan bulan Februari 2016.

II. Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7dengan model prediksiARIMA(Autoregressive Integrated Moving Average)diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai April2016 hinggaMaret 2017. Data masukan yang digunakan adalah data serieshujandasarian Hang NadimperiodeApril2000 s.d Maret 2016. Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMAdengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.78946 dan RMSE (error) 15.161yang menunjukkan bahwa curah hujan di bulan April 2016 pada dasarian dasarian I dan II berada di bawah normal terhadap rata-rata, sedangkan pada dasarian III berada pada normalnya.

(5)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.028] 2

PENGERTIAN

A. SIFAT HUJAN

Sifat Hujan adalah Perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu bulan dengan nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat.

Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu:

1. Di atas normal ( A ), jika nilai perbandingannya lebih besar dari 115 %. 2. Normal ( N ), jika nilai perbandingannya antara 85 % - 115 %.

3. Di bawah normal ( B ), jika nilai perbandingannya kurang dari 85 %.

B. NORMAL CURAH HUJAN

1. RATA-RATA CURAH HUJAN BULANAN:

Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10 tahun.

2. NORMAL CURAH HUJAN BULANAN:

Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun. 3. STANDARD NORMAL CURAH HUJAN BULANAN :

Nilai rata-rata curah hujan pada masing-masing bulan selama periode 30 tahun dimulai dari 1 Agustus 1901 s/d 31 Agustus 1930, 1 Agustus 1931 s/d 31 Agustus 1960, 1 Agustus 1961 s/d 31 Agustus 1990, dan seterusnya.

C. INTENSITAS CURAH HUJAN (CH)

KRITERIA CH CH/hari CH/Jam

Sangat Lebat > 100 mm > 20 mm Lebat 50 - 100 mm 10 - 20 mm Sedang 20 - 50 mm 5 - 10 mm Ringan 5 - 20 mm 1 - 5 mm

(6)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.028] 3

ANALISA CUACA DAN IKLIM

A. KERAGAMAN HUJAN

Kepulauan Riau merupakan wilayah negara Indonesia yang berbentuk kepulauan dan dilewati garis khatulistiwa. Wilayah negara Indonesia dilewati oleh garis katulistiwa serta dikelilingi oleh dua Samudra dan dua Benua. Posisi ini menjadikan Indonesia sebagai daerah pertemuan sirkulasi meridional (Utara-Selatan) dikenal sebagai Sirkulasi Hadley dan sirkulasi zonal (Timur-Barat) dikenal sebagai Sirkulasi Walker, dua sirkulasi yang sangat mempengaruhi keragaman iklim di Indonesia. Pergerakan matahari yang berpindah dari 23.5o Lintang Utara ke 23.5o Lintang Selatan sepanjang tahun mengakibatkan timbulnya aktivitas monsun yang juga ikut berperan dalam mempengaruhi keragaman iklim. Pengaruh lokal terhadap keragaman iklim juga tidak dapat diabaikan, karena Kepri merupakan kepulauan dengan bentuk topografi sangat beragam menyebabkan sistem golakan lokal cukup dominan. Faktor lain yang diperkirakan ikut berpengaruh terhadap keragaman iklim ialah gangguan siklon tropis. Semua aktivitas dan sistem ini berlangsung secara bersamaan sepanjang tahun akan tetapi besar pengaruh dari masing-masing aktivitas atau sistem tersebut tidak sama dan dapat berubah dari tahun ke tahun.

El-Nino dan La-Nina merupakan salah satu akibat dari penyimpangan iklim. Fenomena ini akan menyebabkan penurunan dan peningkatan jumlah curah hujan untuk beberapa daerah di Indonesia. Pengaruh El-Nino kuat pada daerah yang berpola hujan monsun, lemah pada daerah berpola hujan equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole) hanya berpengaruh jelas pada daerah berpola hujan monsun.

Selain akibat pengaruh fluktuasi suhu permukaan laut di samudera pasifik (El Nino-Southern Oscillation / ENSO) dan Samudera Hindia (Indian Ocean Dipole / IOD), fenomena fase aktif osilasi intra-musiman yang dikenal sebagai MJO (Madden-Julian Oscillation) juga mempengaruhi keragaman hujan di Indonesia.Menurut Geerts and Wheeler (1998) MJO akan menyebabkan terjadinya variasipada pola angin, SML (Suhu Muka Laut), awan dan hujan. Fase aktif MJO bila bersamaan waktunya dengan monsun timur laut di Kepulauan Riau (Desember-April) dapat menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan sekitar 200%.

Pergerakan MJO ke timur dari samudra India menuju samudra Pasifik dibagi dalam 8 phase. Phase-1 di Afrika (210° BB - 60° BT), phase-2 di samudra India bagian barat (60° BT – 80° BT), phase-3 di samudra India bagian timar (80° BT – 100° BT) phase-4 & phase-5 di benua maritim Indonesia ( 100° BT – 140° BT), phase-6 di kawasan Pasifik barat (140°BT-160° BT), phase 7 di Pasifik tengah ( 160° BT – 180° BT) , dan phase-8 daerah konveksi di belahan bumi bagian barat ( 180° – 160° BB). Pada umumnya hujan tropis berasal dari awan konvektif dengan puncak awan sangat dingin (sedikit mengemisi radiasi gelombang panjang),

(7)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.028] 4

oleh karenanya sangat baik memonitor MJO dengan memperhatikan variasi OLR(Outgoing Longwave Radiation) yang dipantau melalui sensor infra merah pada satelit.

B. DINAMIKA ATMOSFER DAN LAUTAN BULAN MARET 1. Monsun

Pada bulan Maret, matahari berada tepat di atas wilayah equator atau disebut sebagai equinox. Matahari mulai berada pada penjalarannya dari equator menuju Bumi Bagian Utara (BBU) dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 15° yaitu dari 9.8°LS menuju 5.2°LU. Hal ini berdampak ke peningkatan suhu muka laut di daerah ekuator yang memicu terbentuknya pola-pola tekanan udara rendah.

Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/sst_analysis/images/monsstv2.png Gambar. 1 Peta Rata-rata Suhu Muka Laut Maret2016

Pusat – pusat tekanan rendah ini menarik massa udara menuju wilayah tersebut sehingga mempengaruhi kondisi pola cuaca di Indonesia termasuk Kepulauan Riau. Dimana hal ini menyebabkan berkurangnya jumlah curah hujan di wilayah Indonesia bagian utara termasuk Kepulauan Riau.

(8)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.028] 5 Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/sst_analysis/images/monanomv2.png

Gambar. 2 Peta Anomali Suhu Muka Laut BulanMaret 2016

Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan Indonesiapada bulan Maret 2016 berkisar antara 28.0-32.00C(Gambar.1)dengan anomali positif 0.5-2.50C (Gambar.2).Hal ini menunjukkan perairan di Indonesia masih dalam kondisiyang cukup hangat, terutama di perairan Barat Sumatera, Selatan Jawa, Nusa Tenggara hingga Papua.Oleh karenanya, secara umum keadaan seperti ini banyak menghasilkan uap air untuk pembentukan awan. Untuk wilayah Kepulauan Riau sendiri anomali suhu muka laut berkisar 0.5 – 1.50C.

(9)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.028] 6 Sumber: http://www.esrl.noaa.gov/psd/map/images/fnl/slp_30.fnl.html

Gambar. 3 Rata-rata Tekanan Udara Permukaan Laut Bulan Maret 2016

Pada bulan Maret, tekanan udara di BBSdan BBU lebih tinggi daripada daerah di sekitar equator. Secara umum terjadi pergerakanmassa udara dari BBU dan BBS (bertekanan tinggi) menuju ke wilayah equator (bertekanan rendah) yang menyebabkan pola angin dominan di wilayah Kepulauan Riau bertiup dari arah utara hingga timur laut dan membentuk pola belokan angin (shearline). Pada daerah belokan angin terjadi perlambatan kecepatan angin yang menyebabkan penumpukkan massa udara sehingga terjadi pengangkatan massa udara dan menimbulkan potensi adanya pertumbuhan awan-awan konvektif yang menyebabkan terjadinya hujan lebat dan petir.

(10)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.028] 7 Sumber: Bidang Meteorologi Publik BMKG

Gambar. 4 Klimatologi Arah Angin 3000 Feet pada BulanMaret

Angin yang bertiup di wilayah Kepulauan Riau secara umum berasal dari arah utara hinggatimur lautyang bertiup dengan kecepatan 5-15 m/detik (sekitar 10-40 km/jam) inimenyebabkan terganggunya perkembangan awan di Kepulauan Riau.

Sumber:http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/Global_Monsoons/Figures/curr.850wind.30day.figa.gif

Gambar. 5 Pola Angin 850mb Bulan Maret 2016

(11)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.028] 8 2. ENSO(El Nino - Southern Oscillation)

Pada bulanMaret 2016, ENSO berada pada kondisi kuat. Hal ini ditunjukkan dengan nilai anomali SST Nino 3.4 pada akhir Maret +1.39°C dan nilai SOI (Southern Oscillation Index) selama Maret sebesar-22.3. Kondisi ini mempengaruhi pengurangan curah hujan disebagian besar wilayah Indonesia termasuk Kepulauan Riau.

Sumber :http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml Gambar.6 Grafik indeks SST Nino3.4

Sumber :http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png Gambar.7 Grafik indeks ENSO / S

(12)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.028] 9 3. MJO(Madden-Julian Oscillation)

a. OLR (Outgoing Longwave Radiation)

Sumber:http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/Global_Monsoons/Figures/curr.olr.30day.figa.gif Gambar. 8 Rata-rata OLR Maret2016

OLR merupakan suatu radiasi gelombang panjang yang dipancarkan oleh bumi ke luar angkasa.Namun, tidak semua radiasi gelombang panjang tersebut sampai ke luar angkasa.Awan-awan konvektif adalah salah satu faktor yang menghalangi perjalanan gelombang panjang.Suatu wilayah di permukaan bumi yang terdapattutupan awan konvektif memiliki nilai OLR yang kecil/rendah.Pada bulan Maret 2016,nilai OLR terendah di wilayah Indonesia terdapat di, Jawa, Sulawesi, dan Papua dengan kisaran 180-200 W/m2.Untuk wilayah Kepulauan Riau, nilai OLR cukup tinggi yaitu 240-260 W/m2.Hal ini menunjukkansedikitnya tutupan awan konvektifdi wilayah Kepulauan Riau. b. Fase MJO

MJO pada bulan Maret 2016 berada pada fase 8 hingga 7 dengan dominasi sifat sedang hingga kuat pada perambatannya.Wilayah Indonesia yang berada pada fase 3 sampai 5 terlewati oleh perambatan MJO pada pertengahan bulan Maret.Secara teori, kondisi MJO ini berdampak pada penambahan curah hujan di wilayah Indonesia khususnya bagian barat.

(13)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.028] 10 Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/mjo/

Gambar. 9 Fase MJO

4. IOD(Indian Ocean Dipole)

Fenomena Dipole Mode di Samudera Hindia atau IOD (Indian Ocean

Dipole)berada pada kisaran normal dengan kondisi netral (-0,5°C s.d 0,5°C). Pada

akhir Maret nilai IOD memiliki kondisi normal yang bernilai +0,030C. Sehingga bisa diketahui bahwa selama bulan Maret 2016, secara umum IOD tidak berpengaruh dalam menambah peluang pertumbuhan awan di wilayah Indonesia bagian barat termasuk wilayah Kepulauan Riau.

(14)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.028] 11 Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml

Gambar. 10 Grafik IOD C. ANALISIS HUJAN BULAN MARET2016

Berdasarkan data curah hujan bulan Maret 2016 yang diterima dari stasiun/ AWS (Automatic Weather Station) di Pulau Batam yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan Maret 2016 adalah sebagai berikut:

Lokasi RR Februari 2016 (mm) Rata - rata (mm) Sifat Hujan Hang Nadim 11.3 163.8 Bawah Normal

Nongsa 6.8 114.0 Bawah Normal Muka Kuning 20.0 150.0 Bawah Normal Tg. Uncang 58.0 158.1 Bawah Normal Sei Harapan 14.6 117.2 Bawah Normal Sengkuang 2.4 124.2 Bawah Normal Pagoda 8.4 107.4 Bawah Normal

Dari tabel di atas tampak bahwa kejadian hujan di Pulau Batamcukup merata ditandai dengan sifat hujan secara umum berada pada kisarandi bawah normal terhadap rata-ratanya. Jumlah curah hujan di wilayah Batam berkisar antara 0 – 60 mm.

(15)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.028] 12 Gambar. 11 Peta Isohyet Barelang bulan Maret2016

Dari gambar peta isohyet di atas dapat diketahui konsentrasi hujan di Barelang yang terjadi selama bulan Maret 2016. Sebaran hujan cukup merata di wilayah Pulau Batam, Rempang dan Galang, dengan nilai antara 0 – 60 mm, konsentrasi jumlah curah hujan tertinggi terdapat di wilayah Tanjung Uncang.

D. ANALISIS UNSUR CUACA SIGNIFIKAN BULAN FEBRUARI2016 a. Hujan

Sifat hujan bulan Maret 2016 di Barelang Bawah Normal (B) dengan curah hujan selama sebulan berkisar 4,6 mm - 58 mm atau antara 1,8 % - 23 %. Curah hujan terendah terjadi di Tanjung Piayu dan tertinggi di Uncang. Khusus di Hang Nadim dalam bulan Maret 2015 terdapat 4 hari hujan terukur dan 3 hari hujan tidak terukur (ttu) dengan total curah hujan sebesar 11,3 mm atau berkisar 4,5 % dari rata-rata yang berarti sifat hujan Bawah Normal (B). Pada dasarian I terjadi 5 hari hujan dengan jumlah curah hujan 10,0 mm, dasarian II tidak terjadi hujan dengan jumlah curah hujan 0,0 mm, dan dasarian III terjadi 2 hari dengan curah hujan 1,3 mm. Curah hujan tertinggi 9,7 mm terjadi pada tanggal 7 Maret 2015.

(16)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.028] 13 Gambar.12 Grafik Curah Hujan bulan Maret2016di Hang Nadim

0 2 4 6 8 10 12 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 CURAH HUJAN (mm) TANGGAL

(17)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.028] 14 b. Suhu Udara

Suhu udara harian rata-rata berkisar antara 27,9 - 29,8 ° C. Suhu udara terendah dalam bulan Maret 2016 adalah 24,8°C terjadi pada tanggal 07 Maret 2016 pagi hari dan suhu udara tertinggi 33,6°C terjadi pada tanggal 23 Maret 2016 siang hari.

Gambar.13 Grafik Suhu Udara bulan Maret2016di Hang Nadim

c. Kelembaban Udara

Kelembaban udara harian rata-rata berkisar antara 69 % - 84 %. Kelembaban udara terendah mutlak 51% terjadi pada tanggal 23 Maret 2016 siang hari, sedangkan kelembaban udara tertinggi 95% terjadi tanggal 07 dan 22 Maret 2016 pagi hari. Dengan demikian kelembaban udara pada bulan Maret 2016 lebih kering dibandingkan bulan Februari 2016.

23 25 27 29 31 33 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 TEMPERATUR TANGGAL T- MAXIMUM T- MINIMUM T- RATA-RATA

(18)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.028] 15

Gambar.14 Grafik Kelembaban Udara Bulan Maret2016di Hang Nadim

d. Angin Permukaan

Selama periode dasarian I – III Maret 2016 angin permukaan secara umum didominasi dari arah Timur Laut dengan kecepatan rata-rata 15 km/jam, arah dan kecepatan maximum dari Timur Laut dengan kecepatan 40 km/jam terjadi pada tanggal 28 Maret 2016.

50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 RH (%) TANGGAL RH MAXIMUM RH MINIMUM RH RATA-RATA

(19)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.028] 16

PRAKIRAAN CUACA APRIL 2016

A. DINAMIKA ATMOSFER

1. Tekanan Udara dan Angin

Pada bulan April, posisi matahari dalam gerak semunya berada di sekitar wilayah Belahan Bumi Utara (BBU) dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 11.2° yaitu dari 5.2°LU menuju 17.0°LU

(http://www.physicalgeography.net).Namun, sifat lautan yang lebih lama

menyimpan panas menyebabkan suhu muka laut di BBS dan equator masih lebih tinggi dibanding BBU. Sehingga, dominasi pola-pola daerah bertekanan udara rendah pada April 2015 masih akan banyak terdapat pada wilayah Bumi Bagian Selatan (BBS) dan ekuator khususnya.

Prediksi Anomali Suhu Muka Laut periode Maret – April– Mei 2016

Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan April

Sumber: http://pred.ldeo.columbia.edu/forecast/sst/14/

http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/realtime/clim/annual/monthly/monthly.12.slp.html Gambar 15. Prediksi Anomali Suhu Muka Laut periode dan Rata-rata Tekanan Udara pada

Bulan April 2016

Pola angin rata-rata bulan April secara dominan bertiup dari Bumi Bagian Utara (BBU) dan Bumi Bagian Selatan (BBS) menuju khatulistiwa.Angin dari arah BBU dan BBS ini bertemu di sekitar wilayah ekuator.Daerah pertemuan angin ini disebut ITCZ (Intercontinental Convergence Zone).

Sedangkan untuk wilayah Kepulauan Riau, seperti yang terlihat pada gambar 16, pola angin yang terbentuk berada dekat dengan daerah

(20)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.028] 17

belokan angin (shearline) dan pusaran angin tertutup (eddy). Pola angin ini cenderung mendukung dalam proses pertumbuhan awan-awan hujan.

Sumber: Meteo Publik, BMKG

Gambar 16. Rata-rata Streamline 3000 feet pada Bulan April

2. ENSO(EL Nino-Southern Oscillation)

ENSO merupakan salah satu fenomena cuaca skala global yang mempengaruhi penambahan curah hujan (fase La Nina) maupun pengurangan curah hujan (fase El Nino) di wilayah Indonesia. Prediksi ENSO menurut institusi internasional yaitu NOAA (National Oceanic and Atmospheric

Administration), POAMA (Predictive Ocean Atmosphere Model for Australia), BMKG, dan JAMSTEC (Japan Agency for Marine-Earth Science and Technology)

menyatakan bahwa EL Nino masih akan berlangsung dengan kategori sedang (moderate) pada bulan April 2016.Dengan demikian, wilayah Indonesia secara umum diprediksi akan terjadi pengurangan jumlah curah hujan.

(21)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.028] 18 Sumber: Pusat Data Dokumen, BMKG

Gambar 17. Prediksi ENSO dari NOAA, JAMSTEC, POAMA dan BMKG

Salah satu parameter ENSO yaitu data SOI (Southern Oscillation Index) dari BoM (Bureau of Meteorology Australia) hingga akhirMaret menunjukkan kondisi El Nino dengan nilai mencapai -3.3.Sehingga diprakirakan bulan April 2016 berpotensi terjadi pengurangan jumlah curah hujan yang cukup signifikan di wilayah Indonesia.

(22)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.028] 19 Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png

Gambar 18. Grafik SOI Bulan Januari 2014 s.d.April 2016 3. MJO(Madden-Julian Oscillation)

Salah satu fenomena cuaca global yang juga mempengaruhi jumlah curah hujan di Indonesia, khususnya daerah dekat khatulistiwa adalah osilasi gugusan awan yang lazim disebut MJO.Menurut NOAA, diperkirakan MJO pada awal hingga pertengahan April 2016berada pada fase 1-3dengan sifat lemah,sehingga tidak mempengaruhi penambahan curah hujan di wilayah Indonesia (Gambar 19). Hal ini juga terlihat dari anomali OLR yang bernilai positif disebagian besar wilayah Indonesia (Gambar 20). Namun terdapat indikasi anomali negatif OLRpada akhir April yang berarti tutupan awan konvektif di wilayah Indonesia bagian barat akan mulai banyak.

(23)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.028] 20 Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/foregfs.shtml

(24)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.028] 21 Sumber:http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/spatial_olrmap_CA_full.gif Gambar 20. Anomali OLR sampai dengan 31 Maret2016 dan prakiraan 15 hari kedepan

4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole)

Fenomena cuaca global terakhir yang juga mempengaruhi peluang hujan di Indonesia, khususnya Indonesia Bagian Barat, adalah dipole mode.Menurut data dari BoM, indeks IOD akhirMaret berada pada kondisi normal dengan nilai terakhir +0,030 C (gambar 21). BMKG menyatakan kondisi normal IOD ini akan berlangsung hingga bulan Juli 2016 (gambar 22).

(25)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.028] 22 Sumber:www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml

Gambar 21. Grafik indeks IOD sampai dengan akhir Maret2016 dari BoM

Sumber: http://www.bmkg.go.id/bmkg_pusat/Klimatologi/Dinamika_Atmosfir.bmkg Gambar 22. Prediksi Indeks Dipole Mode dari BoM dan BMKG

(26)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.028] 23 5. Tinjauan Klimatologis

Kondisi cuaca bulan April di Batam berdasarkan data klimatologis selama 22 tahun (1993-2015) diketahui:

Secara umum jumlah curah hujan terbagi dua di Pulau Batam selama Bulan April.Batam bagian Utara jumlahnya sekitar 100 – 250 mm, sedangkan Batam bagian Selatan sekitar 150 – 200 mm.

Kesimpulan:

Dari uraian di atas diketahui bahwa peluang pertumbuhan awan-awan hujan di Batam pada bulan April 2016 cenderung lebih tinggi dibandingkan pada bulan Maret 2016, namun tetap masih dalam jumlah yang lebih sedikit begitu pula dengan peluang jumlah intensitas curah hujan.

B. PRAKIRAAN HUJANBULAN APRIL 2016 1. PrakiraanHujan Dasarian

Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7dengan model prediksiARIMA(Autoregressive Integrated Moving Average)diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai April2016 hinggaMaret 2017. Data masukan yang digunakan adalah data serieshujandasarian Hang NadimperiodeApril2000 s.d Maret 2016.

Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMAdengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.78946 dan RMSE (error) 15.161. Hasilnya menunjukkan bahwa curah hujan di bulanApril 2016 diprakirakan:

minimum rata-rata maksimum

SUHU UDARA 22.6 27.6 34.2

KELEMBAPAN UDARA 45% 84% 100%

ANGIN 6 Km/jam NE 72 Km/jam

HARI HUJAN 8 17* 25

(27)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.028] 24

Sesuai dengan kriteria sifat hujan dalam dasarian, prakiraan curah hujan pada dasarian I danII berada di bawah normal terhadap rata-rata, sedangkan dasarian III berada di atas normal terhadap rata-ratanya.

2. PrakiraanHujan Bulanan

Berdasarkan data-data dan analisis model serta program HyBMG 2.0.7 dapat diperoleh hasil prakiraan curahhujan satu bulan pada bulanApril 2016 di wilayah Barelangsebagaiberikut:

Tabel:PrakiraanCurahHujanBulanApril 2016

danmembandingkandengan normal hujannyamakasifathujanbulan April 2016 di Barelangdapatdiprakirakansebagaiberikut:

Tabel: Prakiraan Sifat Hujan Bulan April 2016

SIFAT HUJAN

WILAYAH

Atas Normal

-Normal

-Bawah Normal

Batam, Rempang, dan Galang

Dasarian Pertama Bawah Normal

52.3

Dasarian Kedua

Bawah Normal

45.5

Dasarian Ketiga

Normal

65.7

(28)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.028] 25 Gambar. 23 Peta Prakiraan Curah dan Sifat Hujan Barelang bulan April2016

(29)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.028] 26

PRAKIRAAN GELOMBANGAWAL APRIL 2016

1. Hasil Pantauan Sebagai Dasar Pertimbangan

Pusat Tekanan Rendah terbentuk di Samudra Hindia barat daya Mentawai (1011 hPa) dan Perairan utara Australia (1011 hPa).Angin gradient di Wilayah Indonesia sebelah utara Katulistiwa umumnya bertiup dari arah Utara – Timur Laut, di sebelah selatan katulistiwa umumnya bertiup dari arah Timur – Tenggara.Suhu muka laut berkisar antara 28 - 32 °C.Anomali suhu muka laut berkisar antara -1.0 derajat hingga 3.0 derajat Celcius.Angin 10 meter di wilayah Indonesia utara equator umumnya bertiup dari Utara - Timur Laut dengan kecepatan berkisar 5 - 30 Km/Jam, sedangkan di selatan equator bertiup dari Timur Laut - Tenggara dengan kecepatan berkisar 5 – 40 Km/Jam. Kecepatan angin tertinggi terjadi di Laut Banda bagian timur.

2. Prospek Tinggi Gelombang

Hujan dengan intensitas sedang – lebat

Perairan barat Aceh, Perairan Kep.Nias – Sibolga, Perairan Kep. Mentawai, Perairan Bengkulu dan barat Lampung, Selat Sunda, Perairan selatan Jawa, Laut Sawu, Laut Jawa, Teluk Bone, Teluk Cenderawasih, Perairan Amamapare - Agats, Laut Banda, Laut Arafuru bagian timur, Perairan Yos Sudarso.

0.5 - 1.25 m (Slight)

Perairan timur Kep.Simeulue, Perairan timur Kep. Nias – Sibolga, Perairan timur Kep. Mentawai – Padang, Laut Sawu, Perairan Kupang – P. Rote, Samudera Hindia selatan NTT, Laut Timor, Laut Cina Selatan, Perairan utara Kep. Natuna dan Kep. Anambas, Laut Jawa bagian timur, Selat Makassar bagian tengah dan utara, Perairan Kalimantan Utara, Laut Sulawesi, Perairan utara Sulawesi, Laut Maluku bagian selatan, Perairan utara Kep. Banggai – Kep. Sula, Teluk Cenderawasih, Perairan Kep. Raja Ampat, Laut Seram, Perairan FakFak, Perairan Amamapare, Perairan Kep. Sermata – Kep. Leti, Laut Banda, Perairan Kep. Babar – Kep. Tanimbar, Perairan Kep. Kai – Kep. Aru, Laut, Perairan Yos Sudarso – Merauke

1.25 - 2.50 m (Moderate)

Laut Andaman, Perairan utara dan barat Aceh, Perairan barat Kep. Simeulue hingga barat Kep. Mentawai, Perairan Bengkulu hingga barat Lampung, Selat Sunda bagian selatan, Perairan selatan Jawa hingga Sumbawa, Perairan selatan P. Sumba, Samudera Hindia barat Sumatera, Samudera Hindia selatan NTB, Perairan Kep. Sangihe dan Kep. Talaud, Laut Maluku bagian utara, Perairan utara Halmahera, Laut Halmahera, Perairan utara Papua Barat dan Papua, Samudera Pasifik utara Halmahera hingga Papua, Perairan timur Philipina

2.50 - 4.0 m (Rough)

(30)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.028] 27

PRAKIRAAN PASANG SURUT (TIDAL)

APRIL 2016

A. Pendahuluan

Pasang surut air adalah gelombang yang mirip dengan gelombang air yang terjadi akibat tiupan angin.Pasang surut memiliki panjang gelombang yang panjang, seperti yang terdapat pada laut dalam namun terjadi untuk air dangkal, ini berarti pasang surut dibiaskan oleh keadaan topografi kedalaman bawah air.Periodenya pun cukup panjang, dalam orde jam. Pasang surut air terjadi disebabkan oleh gaya gravitasi dan gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh gerakan bumi, bulan, dan matahari.

B. Pola Pasang Surut

Di seluruh dunia pasang surut berbeda baik ketinggian paras air maupun waktu kejadiannya. Area pantai yang hanya punya satu pasang surut tertinggi dan terendah setiap hari disebut diurnal tide (air pasang harian). Wilayah yang mengalami dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari disebut mempunyai semi-diurnal tide. Jika semi-diurnal tide mempunyai ketinggian air pasang yang dicapai berbeda dan saat surut juga level air tidak sama disebut

semi-diurnal mixed tide.

Pola pasang surut dapat dijelaskan secara gelombang dengan grafik yang menunjukkan paras air untuk sumbu vertikal dan sumbu horisontal menyatakan waktu hari. Pengamatan pasang surut dalam jangka waktu yang lama digunakan untuk menghitung rata-rata ketinggian pasang. Dengan nilai rata-rata ini dapat dihitung anomali pasang naik dan pasang surut air.

C. Paras Pasang Surut.

Ketinggian air tertinggi yang dicapai permukaan air setiap hari disebut HighWater (HT) / Higt Tide (Ht). Titik terendah dimana permukaan air surut disebut Low Water (LW) / Low Tide. Mengingat propinsi Kepulauan Riau sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan maka fenomena pasang surut air laut sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan yang berhubungan dengan kelautan seperti bongkar muat di Pelabuhan Laut, kegiatan para nelayan dan lain sebagainya. Untuk itu dalam buletin ini kami sajikan prediksi pasang surut di seluruh Propinsi Kepulauan Riau yang meliputi 6 (enam) Kabupaten Kota sebagai berikut :

(31)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.028] 28

1. KOTA BATAM i. BATU AMPAR

(32)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.028] 29

2. KABUPATEN BINTAN i. TANJUNG UBAN

ii. TANJUNG PINANG

(33)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.028] 30

i. TANJUNG BALAI KARIMUN

4. KABUPATEN LINGGA i. DABO SINGKEP

(34)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.028] 31

5. KABUPATEN ANAMBAS i. SELAT PENITING

6. KABUPATEN NATUNA i. SEDANAU

(35)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.028] 32

PRAKIRAAN TERBIT/ TERBENAM

BULAN DAN MATAHARI FEBRUARI 2016

1. STASIUN METEOROLOGI HANG NADIM BATAM Location : E104 07, N01 07, April 2016

DATE Rise SUN Set Rise MOON Set

hm hm hm hm 1 0604 1811 0019 1241 2 0603 1811 0111 1334 3 0603 1811 0204 1427 4 0603 1810 0257 1521 5 0602 1810 0351 1616 6 0602 1810 0446 1712 7 0602 1810 0541 1808 8 0601 1809 0637 1906 9 0601 1809 0734 2004 10 0601 1809 0833 2103 11 0601 1809 0931 2201 12 0600 1808 1028 2258 13 0600 1808 1124 2353 14 0600 1808 1217 000 15 0559 1808 1308 0045 16 0559 1808 1356 0133 17 0559 1807 1442 0220 18 0559 1807 1526 0304 19 0558 1807 1609 0347 20 0558 1807 1652 0430 21 0558 1807 1735 0512 22 0558 1806 1818 0554 23 0557 1806 1903 0638 24 0557 1806 1949 0723 25 0557 1806 2036 0809 26 0557 1806 2125 0857 27 0557 1806 2215 0946 28 0556 1806 2305 1036 29 0556 1805 2356 1127 30 0556 1805 000 1219

2. STASIUN METEOROLOGI TANJUNGPINANG Location : E104 32, N00 55, April 2016

DATE Rise SUN Set Rise MOON Set

hm hm hm hm 1 0602 1809 0018 1240 2 0602 1809 0109 1332 3 0601 1809 0202 1426 4 0601 1809 0256 1520 5 0601 1808 0349 1615 6 0600 1808 0444 1710 7 0600 1808 0539 1806 8 0600 1808 0635 1904 9 0600 1807 0733 2002 10 0559 1807 0831 2101

(36)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.028] 33 11 0559 1807 0929 2159 12 0559 1807 1027 2256 13 0558 1806 1123 2351 14 0558 1806 1216 000 15 0558 1806 1306 0043 16 0558 1806 1354 0131 17 0557 1805 1440 0218 18 0557 1805 1524 0302 19 0557 1805 1607 0345 20 0557 1805 1650 0428 21 0556 1805 1733 0510 22 0556 1805 1816 0553 23 0556 1804 1901 0636 24 0556 1804 1947 0721 25 0556 1804 2034 0807 26 0555 1804 2123 0855 27 0555 1804 2213 0944 28 0555 1804 2303 1034 29 0555 1804 2354 1125 30 0555 1804 000 1217

3. STASIUN METEOROLOGI RANAI Location : E108 24, N03 55, April 2016 DATE Rise SUN Set Rise MOON Set

hm hm hm hm 1 0546 1755 0006 1220 2 0545 1755 0057 1313 3 0545 1755 0149 1407 4 0544 1754 0242 1502 5 0544 1754 0335 1557 6 0544 1754 0428 1654 7 0543 1754 0523 1751 8 0543 1754 0618 1850 9 0542 1753 0714 1949 10 0542 1753 0812 2048 11 0542 1753 0909 2147 12 0541 1753 1007 2244 13 0541 1753 1102 2339 14 0541 1753 1156 000 15 0540 1753 1247 0030 16 0540 1752 1336 0119 17 0540 1752 1422 0204 18 0539 1752 1507 0248 19 0539 1752 1551 0330 20 0539 1752 1635 0412 21 0538 1752 1718 0453 22 0538 1752 1803 0535 23 0538 1752 1848 0618 24 0538 1752 1934 0702 25 0537 1752 2022 0748 26 0537 1751 2111 0835 27 0537 1751 2201 0924 28 0536 1751 2251 1015 29 0536 1751 2342 1106 30 0536 1751 000 1158

(37)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.028] 34

4. STASIUN METEOROLOGI TANJUNG BALAI KARIMUN

Location : E103 23, N01 03, April 2016 DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm 1 0607 1814 0022 1244 2 0606 1814 0114 1337 3 0606 1813 0207 1430 4 0606 1813 0300 1524 5 0605 1813 0354 1619 6 0605 1813 0449 1715 7 0605 1812 0544 1811 8 0604 1812 0640 1909 9 0604 1812 0738 2007 10 0604 1812 0836 2106 11 0603 1811 0934 2204 12 0603 1811 1031 2301 13 0603 1811 1127 2356 14 0603 1811 1220 000 15 0602 1811 1311 0048 16 0602 1810 1359 0136 17 0602 1810 1445 0223 18 0602 1810 1529 0307 19 0601 1810 1612 0350 20 0601 1810 1655 0433 21 0601 1809 1738 0515 22 0601 1809 1821 0557 23 0600 1809 1906 0641 24 0600 1809 1952 0726 25 0600 1809 2039 0812 26 0600 1809 2128 0900 27 0600 1809 2218 0949 28 0559 1808 2308 1039 29 0559 1808 2359 1130 30 0559 1808 000 1222

5. STASIUN METEOROLOGI DABO SINGKEP

Location : E104 34, S00 28, April 2016 DATE Rise SUN Set Rise MOON Set

hm hm hm hm 1 0602 1809 0017 1240 2 0602 1809 0109 1333 3 0601 1809 0202 1426 4 0601 1808 0255 1520 5 0601 1808 0349 1615 6 0601 1808 0444 1710 7 0600 1807 0539 1806 8 0600 1807 0636 1903 9 0600 1807 0733 2002 10 0559 1807 0831 2100 11 0559 1806 0930 2159 12 0559 1806 1027 2255 13 0559 1806 1123 2350 14 0558 1806 1216 000 15 0558 1805 1307 0042 16 0558 1805 1354 0131 17 0558 1805 1440 0217 18 0557 1805 1524 0302 19 0557 1805 1607 0345

(38)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.028] 35 20 0557 1804 1650 0428 21 0557 1804 1733 0510 22 0556 1804 1816 0553 23 0556 1804 1900 0637 24 0556 1804 1946 0721 25 0556 1804 2034 0808 26 0556 1803 2122 0856 27 0555 1803 2212 0945 28 0555 1803 2303 1035 29 0555 1803 2354 1126 30 0555 1803 000 1217

6. STASIUN METEOROLOGI TAREMPA

Location : E106 15, N03 12, April 2016 DATE Rise SUN Set Rise MOON Set

hm hm hm hm 1 0554 1803 0013 1230 2 0554 1803 0105 1323 3 0554 1803 0157 1416 4 0553 1803 0250 1511 5 0553 1802 0343 1607 6 0553 1802 0437 1703 7 0552 1802 0532 1800 8 0552 1802 0627 1858 9 0551 1802 0724 1957 10 0551 1801 0821 2057 11 0551 1801 0919 2155 12 0550 1801 1017 2252 13 0550 1801 1112 2347 14 0550 1801 1206 000 15 0549 1801 1257 0038 16 0549 1801 1345 0127 17 0549 1800 1432 0212 18 0548 1800 1516 0256 19 0548 1800 1600 0339 20 0548 1800 1643 0421 21 0548 1800 1727 0502 22 0547 1800 1811 0544 23 0547 1800 1856 0627 24 0547 1800 1942 0712 25 0547 1759 2030 0757 26 0546 1759 2119 0845 27 0546 1759 2209 0934 28 0546 1759 2259 1025 29 0546 1759 2350 1116 30 0545 1759 000 1207

Gambar

Gambar 15. Prediksi Anomali Suhu Muka Laut periode dan Rata-rata Tekanan Udara pada  Bulan April 2016
Gambar 16. Rata-rata Streamline 3000 feet  pada Bulan April
Gambar 17. Prediksi ENSO dari NOAA, JAMSTEC, POAMA dan BMKG
Gambar 18. Grafik SOI Bulan Januari 2014 s.d.April 2016
+4

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat yang terpenting disebutkan adalah dapat menjaga kondisi fisik maupun pikiran senantiasa dalam keadaan sehat dan bahagia serta meningkatkan daya tahan tubuh..

24 Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa semua bidan melaksanakan pelayanan antenatal sesuai dengan standar, dari ke 10 kegiatan hanya satu kegiatan yang tidak

Dalam bab ini penulis akan menguraikan teori dan konsep Politik hukum Perkoperasian di Indonesia (Studi Yuridis Atas Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor

Karena nilai standar deviasi lebih kecil yaitu sebesar 0,2235 dari nilai rata-rata maka tidak ada kesenjangan yang cukup besar antara nilai minimum dan nilai maksimum dari

Perbedaan jumlah masing-masing sel leukosit dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.Salah satu faktornya adalah faktor fisiologis, yaitu masa hidup dari masing-masing

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini berupa pemodelan matematis sudah dapat digunakan dalam menentukan daerah kabupaten/kota di Propinsi Jawa Tengah yang berada

Tokoh yang mempelopori postmodern adalah Francois Lyotard (1942), yang menerbitkan buku yang berjudul THE POST MODERN CONDITION.. Rosenau (dalam Ritzer,1997:8-9)