• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM. PHILIP MUSTAMU M.Si. NIP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM. PHILIP MUSTAMU M.Si. NIP"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] i

KATA PENGANTAR

Bumi adalah tempat kita berpijak, berbagai kebutuhan kita disediakan oleh bumi. Yang lahir dan hidup di bumi bukan hanya generasi saat ini, namun berkelanjutan untuk anak cucu di masa depan. Jika mengulas tentang bumi, begitu banyak aspek yang diperhatikan.Mulai dari aspeklingkungan, ekonomi, politik, sampai kegiatan manusia.Semua mempunyai kontribusi besar bagi keadaan bumi nantinya. Salah satu faktor terpenting adalah faktor meteorologi, yang berperan dalam mendorong berbagai program pembangunan di bumi. Dengan meninjau hal itu, serta mengkhususkan pada pembangunan di kawasan Barelang, Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam setiap bulannya menerbitkan BULETIN METEOROLOGI.

Buletin Meteorologi edisi Februari 2016ini akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan iklim wilayah Kepulauan Riau pada bulan Januari2016, prakiraan hujan dan gelombang laut, serta prakiraan pasang surut bulan Februari 2016. Buletin ini dibuat sebagai salah satu sarana penunjang penyampaian informasi meteorologi, baik kepada para pengguna jasa informasi meteorologi dan juga kepada masyarakat umum.

Kamimenyadari bahwa penulisan buletin ini masih belum sempurna, terdapat banyak kekurangan dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pembaca.Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas dari media informasi ini. Besar harapan kami agar buletin ini dapat terus berkembang dan berkesinambungan, serta dapat menjawab semua pertanyaan mengenai isu-isu meteorologi di wilayah Kepulauan Riau

.

KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM

PHILIP MUSTAMU M.Si. NIP. 19590406 198203 1 002

(2)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] ii

TIM REDAKSI

ANGGOTA TIM

PELINDUNG

PHILIP MUSTAMU, M.Si.

KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM

ANGGOTA NANGSIP CAHYANA, S.Si

ANGGOTA DUATI WARDANI, S.Si ANGGOTA YAYAN HERMAWAN ANGGOTA DUDI JUHANDINATA, S.Stat, MM ANGGOTA DEBORA TRULY MARPAUNG, SST. ANGGOTA NIZAM MAWARDI, S.Tr ANGGOTA ADHITYA PRAKOSO, S.Tr ANGGOTA

ASRI PRATIWI, S.Si

ANGGOTA PANDE MADE RONY

KURNIAWAN, SST ANGGOTA

(3)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] iii

DAFTAR ISI

Kata pengantar ... i

Tim Redaksi ... ii

Daftar Isi ... iii

I. RINGKASAN ... 1

II. PENGERTIAN... 2

III. ANALISA CUACA DAN IKLIM ... 3

IV. PRAKIRAAN CUACA FEBRUARI 2016 ...15

V. PRAKIRAAN GELOMBANG AWAL FEBRUARI 2016 ...25

VI. PRAKIRAAN PASANG SURUT FEBRUARI 2016 ...26

VII. PRAKIRAAN TERBIT/ TERBENAM BULAN DAN MATAHARI FEBRUARI 2016 ...31

(4)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] 1

RINGKASAN

1. Berdasarkan data curah hujan bulan Januari 2016 yang diterima dari stasiun/pos hujan di Barelang yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan Januari 2016 adalah sebagai berikut:

a. Bahwa kejadian hujan di Pulau Batam secara umum berada pada kisaran diatas normal terhadap rata-ratanya. Jumlah curah hujan di wilayah Batam berkisar antara 100 -250 mm. Sedangkan kondisi angin dilaporkan bertiup pada kisaran kecepatan 10 - 30 km/jam di Kepulauan Riau. Kondisi angin ini cukup mendukung dalam proses pembentukan banyak awan.

b. Analisis kondisi atmosfer pada bulan Januari 2016 sebagai berikut: MJO berada pada fase 7 hingga 4 dengan dominasi sifat sedang hingga kuat pada perambatannya.Wilayah Indonesia yang berada fase 3 sampai 5 terlewati oleh perambatan MJO pada bulan Januari. MJO lemah-sedang pada fase 3 selama pertengahan hingga akhir bulan Januari 2016 menyebabkan penambahan curah hujan di wilayah Indonesia khususnya bagian barat.Keberadaan MJO ini juga dibuktikan dengan rendahnya nilai OLR di wilayah Indonesia bagian barat termasuk Kepulauan Riau yang mengindikasikan banyaknya tutupan awan konvektif.

Pasokan uap air di udara yang menjadi bahan pembentukan awan-awan terindikasi banyak tersedia diatas wilayah Indonesia selama bulan Januari 2016. Hal ini diketahui dari tingginya suhu muka laut dengan anomali positif yang cukup besar di perairan Indonesia termasuk Kepulauan Riau. Kondisi ini juga memberikan andil dalam proses pembentukan awan-awan konvektif di wilayah Kepulauan Riau sehingga total curah hujan cukup tinggi di bulan Januari 2016 dan tidak berbeda jauh dengan Desember 2015.

II. Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7dengan model prediksiARIMA(Autoregressive Integrated Moving Average)diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai Februari2016 hingga Januari 2017. Data masukan yang digunakan adalah data serieshujandasarian Hang NadimperiodeFebruari 1999 s.d Januari 2016. Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMAdengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.95325 dan RMSE (error) 18.3268 yang menunjukkan bahwa curah hujan di bulan Februari 2016 pada dasarian dasarian I berada di atas normalnya, sedangkan dasarian II dan III berada di bawah normal terhadap rata-rata.

(5)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] 2

PENGERTIAN

A. SIFAT HUJAN

Sifat Hujan adalah Perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu bulan dengan nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat.

Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu:

1. Di atas normal ( A ), jika nilai perbandingannya lebih besar dari 115 %. 2. Normal ( N ), jika nilai perbandingannya antara 85 % - 115 %.

3. Di bawah normal ( B ), jika nilai perbandingannya kurang dari 85 %.

B. NORMAL CURAH HUJAN

1. RATA-RATA CURAH HUJAN BULANAN:

Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10 tahun.

2. NORMAL CURAH HUJAN BULANAN:

Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun. 3. STANDARD NORMAL CURAH HUJAN BULANAN :

Nilai rata-rata curah hujan pada masing-masing bulan selama periode 30 tahun dimulai dari 1 Agustus 1901 s/d 31 Agustus 1930, 1 Agustus 1931 s/d 31 Agustus 1960, 1 Agustus 1961 s/d 31 Agustus 1990, dan seterusnya.

C. INTENSITAS CURAH HUJAN (CH)

KRITERIA CH CH/hari CH/Jam

Sangat Lebat > 100 mm > 20 mm Lebat 50 - 100 mm 10 - 20 mm Sedang 20 - 50 mm 5 - 10 mm Ringan 5 - 20 mm 1 - 5 mm

(6)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] 3

ANALISA CUACA DAN IKLIM

A. KERAGAMAN HUJAN

Kepulauan Riau merupakan wilayah negara Indonesia yang berbentuk kepulauan dan dilewati garis khatulistiwa. Wilayah negara Indonesia dilewati oleh garis katulistiwa serta dikelilingi oleh dua Samudra dan dua Benua. Posisi ini menjadikan Indonesia sebagai daerah pertemuan sirkulasi meridional (Utara-Selatan) dikenal sebagai Sirkulasi Hadley dan sirkulasi zonal (Timur-Barat) dikenal sebagai Sirkulasi Walker, dua sirkulasi yang sangat mempengaruhi keragaman iklim di Indonesia. Pergerakan matahari yang berpindah dari 23.5o Lintang Utara

ke 23.5o Lintang Selatan sepanjang tahun mengakibatkan timbulnya aktivitas

monsun yang juga ikut berperan dalam mempengaruhi keragaman iklim. Pengaruh lokal terhadap keragaman iklim juga tidak dapat diabaikan, karena Kepri merupakan kepulauan dengan bentuk topografi sangat beragam menyebabkan sistem golakan lokal cukup dominan. Faktor lain yang diperkirakan ikut berpengaruh terhadap keragaman iklim ialah gangguan siklon tropis. Semua aktivitas dan sistem ini berlangsung secara bersamaan sepanjang tahun akan tetapi besar pengaruh dari masing-masing aktivitas atau sistem tersebut tidak sama dan dapat berubah dari tahun ke tahun.

El-Nino dan La-Nina merupakan salah satu akibat dari penyimpangan iklim. Fenomena ini akan menyebabkan penurunan dan peningkatan jumlah curah hujan untuk beberapa daerah di Indonesia. Pengaruh El-Nino kuat pada daerah yang berpola hujan monsun, lemah pada daerah berpola hujan equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole) hanya berpengaruh jelas pada daerah berpola hujan monsun.

Selain akibat pengaruh fluktuasi suhu permukaan laut di samudera pasifik (El Nino-Southern Oscillation / ENSO) dan Samudera Hindia (Indian Ocean Dipole / IOD), fenomena fase aktif osilasi intra-musiman yang dikenal sebagai MJO (Madden-Julian Oscillation) juga mempengaruhi keragaman hujan di Indonesia.Menurut Geerts and Wheeler (1998) MJO akan menyebabkan terjadinya variasipada pola angin, SML (Suhu Muka Laut), awan dan hujan. Fase aktif MJO bila bersamaan waktunya dengan monsun timur laut di Kepulauan Riau (Desember-April) dapat menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan sekitar 200%.

Pergerakan MJO ke timur dari samudra India menuju samudra Pasifik dibagi dalam 8 phase. Phase-1 di Afrika (210° BB - 60° BT), phase-2 di samudra India bagian barat (60° BT – 80° BT), phase-3 di samudra India bagian timar (80° BT – 100° BT) phase-4 & phase-5 di benua maritim Indonesia ( 100° BT – 140° BT), phase-6 di kawasan Pasifik barat (140°BT-160° BT), phase 7 di Pasifik tengah ( 160° BT – 180° BT) , dan phase-8 daerah konveksi di belahan bumi bagian barat ( 180° – 160° BB). Pada umumnya hujan tropis berasal dari awan konvektif dengan puncak awan sangat dingin (sedikit mengemisi radiasi gelombang panjang),

(7)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] 4

oleh karenanya sangat baik memonitor MJO dengan memperhatikan variasi OLR(Outgoing Longwave Radiation) yang dipantau melalui sensor infra merah pada satelit.

B. DINAMIKA ATMOSFER DAN LAUTAN BULAN JANUARI 1. Monsun

Pada bulan Januari matahari mulai berada pada penjalarannya dari BBS (Belahan Bumi Selatan)menuju ekuator dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 3.5° yaitu dari 23.5°LS menuju 20.0°LS.Hal ini berdampak padapeningakatan suhu muka laut di daerah ekuator dan BBS yang memicu terbentuknya pola-pola tekanan udara rendah.Hal ini berdampak ke peningkatan suhu muka laut di sekitar wilayah equatordan BBS yang memicu terbentuknya pola-pola tekanan udara rendah. Pada bulan Januari 2016 tercatat satu kejadian siklon tropis yaitu Siklon Tropis Stan, hal ini menyebabkan massa udara menuju ke wilayah tersebut dan cukup berpengaruh terhadap kondisi cuaca di wilayah Indonesia, namun tidak dengan Kepulauan Riau.

Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/sst_analysis/images/monsstv2.png

(8)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] 5

Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/sst_analysis/images/monanomv2.png

Gambar. 2 Peta Anomali Suhu Muka Laut BulanJanuari2016

Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia termasuk Kepulauan Riau pada bulan Januari 2016 berkisar antara 28.0-32.00C(Gambar.1)dengan anomali positif yang cukup besar, yaitu

0.5-2.50C(Gambar.2).Hal ini menunjukkan perairan di Indonesia termasuk wilayah

Kepulauan Riau dalam kondisi yang semakin hangat sehingga memberi banyak pasokan uap airdi udara. Hal ini sangat mendukung proses pertumbuhan awan-awan yang berpotensi menjadi hujan.

(9)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] 6

Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?page=map&variable=mslp&vstatus=mean&period=month&area=rsmc Gambar. 3 Rata-rata Tekanan Udara Permukaan Laut Bulan Januari

Pada bulan Januari, tekanan udara di BBU secara umum lebih tinggi daripada BBS menyebabkan massa udara bergerak dari BBU (bertekanan tinggi) menuju BBS (bertekanan rendah) sehingga menyebabkan pola angin di sekitar wilayah Kepulauan Riau dominan bertiup dari arah utara hingga timur laut serta membentuk pola belokan angin (shearline). Pada daerah belokan angin terjadi perlambatan kecepatan angin yang menyebabkan penumpukkan massa udara sehingga terjadi pengangkatan massa udara dan menimbulkan potensi adanya pertumbuhan awan-awan konvektif yang menyebabkan terjadinya hujan lebat dan petir.

Sumber: Bidang Meteorologi Publik BMKG

(10)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] 7

Berdasarkan hasil analisa (Gambar 5)daerah Kepulauan Riau didomonasi angin timuran dan bertiup dengan kecepatan 10 hingga 30 Km/jam. Kondisi angin dengan kecepatan inicukup mendukung dalam proses pembentukan banyak awan.

Sumber:

http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?variable=850wind&area=rsmc&map=mean&time=latest Gambar. 5Pola Angin 850mbpada Dasarian II Bulan Januari

2. ENSO(El Nino - Southern Oscillation)

Pada bulan Januari 2016, ENSO berada pada kondisi kuat. Hal ini ditunjukkan dengan nilai anomali SST Nino 3.4 pada akhir Januari +2.1°C. Kondisi SOI (Southern Oscillation Index) pada Januari 2016 juga berada pada kondisi kuat dengan nilai -20.6. Dari kedua indeks terlihat bahwa terjadi El Nino kuat di Samudra Pasifik.Hal ini memungkinkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap pengurangan jumlahcurah hujan pada bulan Januari 2016 di sebagian besar wilayah Indonesia termasuk Kepulauan Riau.

(11)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] 8

Sumber :http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml

Gambar.6 Grafik indeks SST Nino3.4

Sumber :http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png

(12)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] 9

3. MJO(Madden-Julian Oscillation)

a. OLR (Outgoing Longwave Radiation)

Sumber:

http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?variable=olr&area=rsmc&map=mean&time=latestGambar. 8 Rata-rata OLR dasarian II bulan Januari2016

OLR merupakan suatu radiasi gelombang panjang yang dipancarkan oleh bumi ke luar angkasa.Namun, tidak semua radiasi gelombang panjang tersebut sampai ke luar angkasa.Awan-awan konvektif adalah salah satu faktor yang menghalangi perjalanan gelombang panjang.Suatu wilayah di permukaan bumi yang terdapattutupan awan konvektif memiliki nilai OLR yang kecil/rendah.Secara umum, OLR di wilayah Indonesia bagian baratdan Papua bernilai relatif rendah (180-240 W/m2).Untuk wilayah Kepulauan Riau, nilai

OLR juga cukup rendah yaitu 220-240 W/m2.Hal ini menunjukkan cukup

banyaknya tutupan awan konvektif di Kepulauan Riau pada bulan Januari 2016. b. Fase MJO

MJO pada bulan Januari 2016 berada pada fase 7 hingga 4 dengan dominasi sifat sedang hingga kuat pada perambatannya.Wilayah Indonesia yang berada fase 3 sampai 5 terlewati oleh perambatan MJO pada akhir bulan Januari. Aktivitas MJO lemah hingga sedang mulai pertengahan hingga akhir bulan Januari 2016 di fase 3 berdampak pada penambahan curah hujan di wilayah Indonesia khusunya bagian barat.

(13)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] 10

Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/mjo/

Gambar. 9 Fase MJO

4. IOD(Indian Ocean Dipole)

Fenomena Dipole Mode di Samudera Hindia atau IOD (Indian Ocean

Dipole)berada pada kisaran normal dengan kondisi netral (-0,5°C s.d 0,5°C). Pada

akhir Januari nilai IOD memiliki kondisi normal yang bernilai -0.510C. Sehingga

bisa diketahui bahwa selama bulan Januari 2016, secara umum IOD tidak berpengaruh dalam menambah peluang pertumbuhan awan di wilayah Indonesia bagian barat termasuk wilayah Kepulauan Riau.

(14)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] 11

Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml

Gambar. 10 Grafik IOD

C. ANALISIS HUJAN BULAN JANUARI2016

Berdasarkan data curah hujan bulan Januari 2016 yang diterima dari stasiun/ AWS (Automatic Weather Station) di Pulau Batam yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulanJanuari 2016 adalah sebagai berikut:

Dari tabel di atas tampak bahwa kejadian hujan di Pulau Batamcukup merata ditandai dengan sifat hujan secara umum berada pada kisarandi atas normal terhadap rata-ratanya. Jumlah curah hujan di wilayah Batam berkisar antara 100 – 250 mm.

Lokasi RR Januari 2016 (mm) Rata - rata (mm) Sifat Hujan

Hang Nadim 198.3 283.3 Bawah Normal

Nongsa 126.6 92.3 Atas Normal

Tg. Uncang 245.4 65.3 Atas Normal

Sei Harapan 201.6 85.8 Atas Normal

(15)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] 12

Gambar. 11 Peta Isohyet Barelang bulan Januari2016

Dari gambar peta isohyet di atas dapat diketahui konsentrasi hujan di Barelang yang terjadi selama bulan Januari 2016.Sebaran hujan cukup merata di wilayah Pulau Batam, Rempang dan Galang, dengan nilai antara 100 – 250 mm, konsentrasi jumlah curah hujan tertinggi terdapat di wilayah Tanjung Uncang.

D. ANALISIS UNSUR CUACA SIGNIFIKAN BULAN JANUARI2016

a. Hujan

Sifat hujan bulan Januari 2016 di Barelang Bawah Normal (B) sampai diatas Normal (N) dengan curah hujan selama sebulan berkisar 120,6 mm - 245,4 mm atau antara 47,9 % - 97,4 %. Curah hujan terendah terjadi di Nongsa dan tertinggi di Uncang. Khusus di Hang Nadim dalam bulan Januari 2016 terdapat 12 hari hujan terukur dan 2 hari hujan tidak terukur (ttu) dengan total curah hujan sebesar 198,3 mm atau berkisar 78,7 % dari rata-rata yang berarti sifat hujan Bawah Normal (B). Pada dasarian I terjadi 2 hari hujan dengan jumlah curah hujan 154,9 mm, dasarian II terjadi 6 hari hujan dengan jumlah curah hujan 21,4 mm, dan dasarian III terjadi 6 hari dengan curah hujan 22,1 mm. Curah hujan tertinggi 154,2 mm terjadi pada tanggal 02 Januari 2016.

(16)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] 13

Gambar.12 Grafik Curah Hujan bulan Januari2016di Hang Nadim

b. Suhu Udara

Suhu udara harian rata-rata berkisar antara 25,0 - 29,6 ° C. Suhu udara terendah dalam bulan Januari 2016 adalah 23,4°C terjadi pada tanggal 02 Januari 2016 pagi hari dan suhu udara tertinggi 33,9°C terjadi pada tanggal 10 Januari 2016 siang hari. 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 CURAH HUJAN (mm) TANGGAL

(17)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] 14

Gambar.13 Grafik Suhu Udara bulan Januari2016di Hang Nadim

c. Kelembaban Udara

Kelembaban udara harian rata-rata berkisar antara 71-94 %. Kelembaban udara terendah mutlak 58% terjadi pada tanggal 25 Januari 2016 siang hari, sedangkan kelembaban udara tertinggi 98% terjadi tanggal 02 Januari 2016 pagi hari. Dengan demikian kelembaban udara pada bulan Januari 2016 lebih kering dibandingkan bulan Desember 2016.

Gambar.14 Grafik Kelembaban Udara Bulan Januari2016di Hang Nadim

d. Angin Permukaan

Selama periode dasarian I–III Januari 2016 angin permukaan secara umum didominasi dari arah Utara sampai Timur Laut dengan kecepatan rata-rata 12 km/jam, arah dan kecepatan maximum dari Timur Laut dengan kecepatan 41 km/jam terjadi pada tanggal 27 Januari 2016.

23 25 27 29 31 33 1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 TEMPERATUR TANGGAL T- MAXIMUM T- MINIMUM T- RATA-RATA 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 RH (%) TANGGAL RH MAXIMUM RH MINIMUM RH RATA-RATA

(18)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] 15

PRAKIRAAN CUACA FEBRUARI 2016

A. DINAMIKA ATMOSFER

1. Tekanan Udara dan Angin

Pada bulan Februari, posisi matahari dalam gerak semunya berada di BBS (Belahan Bumi Selatan) dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 10.2° yaitu dari 20.0°LS menuju 9.8° LS (http://www.physicalgeography.net). Sehingga, dominasi pola-pola daerah bertekanan udara rendah pada Februari 2016 akan berada di wilayah Bumi Bagian Selatan (BBS).

Prediksi Anomali Suhu Muka Laut periode Januari – Febuari – Maret 2016

Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan Februari

Sumber: http://pred.ldeo.columbia.edu/forecast/sst/14/

http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/realtime/clim/annual/monthly/monthly.12.slp.html

Gambar 15. Prediksi Anomali Suhu Muka Laut periode dan Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan Februari 2016

Pola angin rata-rata bulan Februari secara umum akan bertiup dari Bumi Bagian Utara (BBU) menuju Bumi Bagian Selatan (BBS). Angin dari wilayah BBU akan bertemu dengan angin dari wilayah BBS yang akan menyebabkan konvergensi di wilayah tropis dan dinamakan sebagai ITCZ ( Inter Tropical Convergence Zone) Sedangkan untuk wilayah Kepulauan Riau, pola angin yang terbentuk berada dekat dengan daerah belokan angin (shearline)(Gambar.16). Pola angin ini cenderung mendukung dalam proses pertumbuhan awan-awan hujan.

(19)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] 16

Sumber: Meteo Publik, BMKG

Gambar 16. Rata-rata Streamline 3000 feet pada Bulan Februari

2. ENSO(EL Nino-Southern Oscillation)

ENSO merupakan salah satu fenomena cuaca skala global yang mempengaruhi penambahan curah hujan (fase La Nina) maupun pengurangan curah hujan (fase El Nino) di wilayah Indonesia.Prediksi ENSO menurut institusi internasional yaitu NOAA (National Oceanic and Atmospheric

Administration), POAMA (Predictive Ocean Atmosphere Model for Australia), BMKG, dan JAMSTEC (Japan Agency for Marine-Earth Science and Technology)

menyatakan bahwa terjadi EL Nino moderate hingga kuat untuk Februari 2016.

Dengan demikian, di Wilayah Indonesia, khususnya di Indonesia bagian Timur diprediksi akan terjadi pengurangan jumlah curah hujan.

(20)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] 17

Sumber: Pusat Data Dokumen, BMKG

Gambar 17. Prediksi ENSO dari NOAA, JAMSTEC, POAMA dan BMKG

Salah satu parameter ENSO yaitu data SOI (Southern Oscillation Index) dari BoM (Bureau of Meteorology Australia) hingga awal Februari menunjukkan kondisi El Nino dengan nilai mencapai -20.6.Sehingga diprakirakan untuk bulan Februari 2016di wilayah Indonesia berpotensi mengalami pengurangan jumlah curah hujan yang signifikan.

(21)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] 18

Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png

Gambar 18. Grafik SOI Bulan Januari 2014 sampai dengan awal Februari 2016

3. MJO(Madden-Julian Oscillation)

Salah satu fenomena cuaca global yang juga mempengaruhi jumlah curah hujan di Indonesia, khususnya daerah dekat khatulistiwa adalah osilasi gugusan awan yang lazim disebut MJO.Berdasarkan data dari NOAA, pada akhir Januari aktivitas MJO dalam kategori lemah, namun diprakirakan intensitasnya menguat hingga 14 Februari 2016 dan melewati wilayah Indonesia di fase 4(Gambar 5).Sehingga dampak MJO diprediksi mempengaruhi jumlah curah hujan di wilayah Indonesia.Sedangkan berdasarkan data anomali OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang merupakan salah satu indikator MJOmenunjukkan nilai -10 hingga -35 Wm-2 di sekitar

Indonesia Bagian Barat. Hal ini berarti menambah tutupan awan di wilayah Kepulauan Riau pada Februari 2016.

(22)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] 19

Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/foregfs.shtml

(23)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] 20

Sumber:http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/spatial_olrmap_CA_full.gif

Gambar 20. Anomali OLR sampai dengan 30 Januari 2016 dan prakiraan 15 hari kedepan

4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole)

Fenomena cuaca global terakhir yang juga mempengaruhi peluang hujan di Indonesia, khususnya Indonesia Bagian Barat, adalah dipole mode.Menurut data dari BoM, grafik indeks IOD awal Februari berada pada kondisi di bawah normal dengan nilai terakhir -0.510 C (gambar 7) dibandingkan dengan nilai normalnya

kisaran -0,50 C s.d 0,50 Cdan BMKG memprediksi nilai indeks dipole mode pada

bulan Januari bernilai 0.35 (gambar 8). Secara umum berdasarkan data prakiraan yang didapat dari BMKG dan BoM keduanya menunjukan bahwa nilai IODpada bulan Februari tidak berpengaruh terhadap penambahan curah hujan di wilayah Indonesia Bagian Barat.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa IOD masih dalam kondisi normal sehingga penambahan curah hujan di Indonesia bagian barat kurang signifikan.

(24)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] 21

Sumber:www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml

Gambar 21. Grafik indeks IOD sampai dengan akhir Januari2016 dari BoM

Sumber: http://www.bmkg.go.id/bmkg_pusat/Klimatologi/Dinamika_Atmosfir.bmkg

(25)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] 22

5. Tinjauan Klimatologis

Kondisi cuaca bulan Februari di Batam berdasarkan data klimatologis selama 23 tahun (1993-2016) diketahui:

Secara umum curah hujan merata di seluruh wilayah Batam berkisar antara 50 – 100 mm selama bulan Februari.

Kesimpulan:

Dari uraian di atas diketahui bahwa peluang pertumbuhan awan-awan hujan di Batam pada bulan Februari 2016 cenderung tidak jauh berbeda dibandingkan pada bulan Januari 2016 begitu pula dengan peluang jumlah intensitas curah hujan.

B. PRAKIRAAN HUJANBULAN FEBRUARI 2016

1. PrakiraanHujan Dasarian

Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7dengan model prediksiARIMA(Autoregressive Integrated Moving Average)diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai Februari2016 hingga Januari 2017.Data masukan yang digunakan adalah data serieshujandasarian Hang NadimperiodeFebruari1999 s.d Januari 2016.

Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMAdengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi0.95325 dan RMSE (error) 18.3268Hasilnya menunjukkan bahwa curah hujan di bulan Februari 2015 diprakirakan:

(26)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] 23

Sesuai dengan kriteria sifat hujan dalam dasarian, prakiraan curah hujan pada dasarian I berada di atas normalnya, sedangkan dasarian II dan III berada di bawah normal terhadap rata-rata.

2. PrakiraanHujan Bulanan

Berdasarkan data-data dan analisis model serta program HyBMG 2.0.7 dapat diperoleh hasil prakiraan curahhujan satu bulan pada bulanFebruari 2016 di wilayah Barelangsebagaiberikut:

Tabel:PrakiraanCurahHujanBulanFebruari 2016

danmembandingkandengan normal hujannyamakasifathujanbulan Februari 2016 di Barelangdapatdiprakirakansebagaiberikut:

Dasarian Pertama

Atas Normal

31.5

Dasarian Kedua

Bawah Normal

29.9

Dasarian Ketiga

Bawah Normal

24

(27)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] 24

Tabel: Prakiraan Sifat Hujan Bulan Februari 2016

SIFAT HUJAN

WILAYAH

Atas Normal

Normal

Batam

Bawah Normal

Rempang, Galang

Gambar. 23 Peta Prakiraan Curah dan SifatHujan Barelang bulan Februari2016

(28)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] 25

1. Hasil Pantauan Sebagai Dasar Pertimbangan

Pusat Tekanan Rendah terbentuk di Samudra Hindia sebelah barat daya Lampung dengan tekanan 1008 HPa.Angin gradient di wilayah Indonesia umumnya bertiup dari arah Barat Laut – Timur Laut.Suhu Muka Laut berkisar antara 28°C - 32°C.Anomali suhu muka laut berkisar antara – 0.5°C s/d 2.9°C. Angin 10 meter di wilayah Indonesia utara equator umumnya bertiup dari Timur Laut dengan kecepatan berkisar 10 – 30 Km/Jam, sedangkan di selatan equator bertiup dari Barat - Barat Laut dengan kecepatan berkisar 5 – 30 Km/Jam. Kecepatan angin tertinggi terjadi di Laut Cina Selatan, Perairan Kep. Natuna, Perairan selatan Jawa, Perairan utara Jawa Timur.

2. Prospek Tinggi Gelombang

Hujan dengan intensitas sedang – lebat

Hujan dengan intensitas sedang – lebat berpotensi terjadi di Selat Malaka bagian utara, Perairan selatan Jawa, Perairan Bali dan Lombok, Laut Sumbawa, Laut JAwa bagian timur.

0.5 - 1.25 m (Slight)

Selat Malaka bagian utara, Perairan barat Aceh, Perairan Sibolga, Perairan timur Kep. Mentawai, Perairan Padang, Laut Sawu, Perairan P. Rote – Kupang, Selat Karimata bagian utara, Laut Jawa bagian timur, Laut Sumbawa, Laut Sulawesi, Laut Maluku bagian selatan, Perairan utara Halmahera, Perairan Kep. Raja Ampat, Perairan Manokwari, Perairan utara Biak, Perairan Sarmi - Jayapura, Laut Arafuru bagian timur

1.25 - 2.50 m (Moderate)

Laut Andaman, Perairan utara Aceh, Perairan barat P. Simeulue, Perairan barat Kep. Nias, Perairan barat Kep. Mentawai, Perairan Enggano, Perairan Bengkulu, Perairan barat Lampung, Selat Sunda bagian selatan, Perairan selatan Jawa – NTB, Perairan selatan P. Sumba, Perairan Kep. Anambas, Perairan Kep. Natuna, Laut Natuna, Laut Sulawesi, Perairan Kep. Sangihe dan Talaud, Laut Maluku bagian utara, Laut Halmahera, Samudra Pasifik sebelah utara Halmahera dan Papua

2.50 - 4.0 m (Rough)

Laut Cina Selatan sebelah utara Kep.Anambas dan Kep. Natuna

(29)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] 26

FEBRUARI 2016

A. Pendahuluan

Pasang surut air adalah gelombang yang mirip dengan gelombang air yang terjadi akibat tiupan angin.Pasang surut memiliki panjang gelombang yang panjang, seperti yang terdapat pada laut dalam namun terjadi untuk air dangkal, ini berarti pasang surut dibiaskan oleh keadaan topografi kedalaman bawah air.Periodenya pun cukup panjang, dalam orde jam. Pasang surut air terjadi disebabkan oleh gaya gravitasi dan gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh gerakan bumi, bulan, dan matahari.

B. Pola Pasang Surut

Di seluruh dunia pasang surut berbeda baik ketinggian paras air maupun waktu kejadiannya. Area pantai yang hanya punya satu pasang surut tertinggi dan terendah setiap hari disebut diurnal tide (air pasang harian). Wilayah yang mengalami dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari disebut mempunyai semi-diurnal tide. Jika semi-diurnal tide mempunyai ketinggian air pasang yang dicapai berbeda dan saat surut juga level air tidak sama disebut

semi-diurnal mixed tide.

Pola pasang surut dapat dijelaskan secara gelombang dengan grafik yang menunjukkan paras air untuk sumbu vertikal dan sumbu horisontal menyatakan waktu hari. Pengamatan pasang surut dalam jangka waktu yang lama digunakan untuk menghitung rata-rata ketinggian pasang. Dengan nilai rata-rata ini dapat dihitung anomali pasang naik dan pasang surut air.

C. Paras Pasang Surut.

Ketinggian air tertinggi yang dicapai permukaan air setiap hari disebut HighWater

(HT) / Higt Tide (Ht). Titik terendah dimana permukaan air surut disebut Low Water (LW) / Low Tide. Mengingat propinsi Kepulauan Riau sebagian besar wilayahnya terdiri

dari lautan maka fenomena pasang surut air laut sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan yang berhubungan dengan kelautan seperti bongkar muat di Pelabuhan Laut, kegiatan para nelayan dan lain sebagainya. Untuk itu dalam buletin ini kami sajikan prediksi pasang surut di seluruh Propinsi Kepulauan Riau yang meliputi 6 (enam) Kabupaten Kota sebagai berikut :

(30)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] 27

i. BATU AMPAR

ii. SEKUPANG

(31)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] 28

i. TANJUNG UBAN

ii. TANJUNG PINANG

(32)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] 29

i. TANJUNG BALAI KARIMUN

4. KABUPATEN LINGGA i. DABO SINGKEP

(33)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] 30

5. KABUPATEN ANAMBAS i. SELAT PENITING

6. KABUPATEN NATUNA i. SEDANAU

(34)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] 31

PRAKIRAAN TERBIT/ TERBENAM

BULAN DAN MATAHARI FEBRUARI 2016

1. STASIUN METEOROLOGI HANG NADIM BATAM

Location : E104 07, N01 07, February 2015 DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm 1 0615 1819 000 1204 2 0615 1819 0029 1249 3 0615 1819 0116 1337 4 0615 1819 0205 1427 5 0615 1820 0257 1519 6 0615 1820 0350 1613 7 0615 1820 0445 1709 8 0615 1820 0540 1804 9 0615 1820 0635 1900 10 0615 1820 0730 1955 11 0615 1820 0823 2049 12 0615 1820 0917 2143 13 0615 1820 1010 2237 14 0615 1820 1103 2331 15 0615 1820 1157 000 16 0615 1820 1252 0026 17 0615 1820 1346 0121 18 0615 1820 1440 0215 19 0615 1820 1533 0309 20 0615 1820 1624 0401 21 0615 1820 1714 0450 22 0615 1820 1801 0538 23 0614 1820 1846 0624 24 0614 1819 1930 0708 25 0614 1819 2013 0751 26 0614 1819 2056 0834 27 0614 1819 2140 0916 28 0613 1819 2224 0959

2. STASIUN METEOROLOGI TANJUNGPINANG

Location : E104 32, N00 55, February 2015 DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm 1 0613 1818 000 1202 2 0613 1818 0027 1248 3 0613 1818 0114 1335 4 0613 1818 0203 1425 5 0613 1818 0255 1518 6 0613 1818 0348 1612 7 0613 1818 0443 1707 8 0614 1818 0538 1803 9 0614 1818 0633 1858 10 0614 1819 0728 1953 11 0614 1819 0822 2047 12 0614 1819 0915 2141 13 0614 1819 1008 2235 14 0613 1819 1102 2329 15 0613 1819 1156 000 16 0613 1819 1250 0024 17 0613 1819 1345 0119

(35)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] 32 18 0613 1818 1439 0213 19 0613 1818 1532 0307 20 0613 1818 1623 0359 21 0613 1818 1712 0449 22 0613 1818 1759 0536 23 0613 1818 1845 0622 24 0612 1818 1929 0706 25 0612 1818 2012 0749 26 0612 1818 2055 0832 27 0612 1818 2138 0914 28 0612 1817 2222 0958

3. STASIUN METEOROLOGI RANAI

Location : E108 24, N03 55, February 2015 DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm 1 0601 0601 000 1144 2 0601 0601 0014 1229 3 0601 0601 0102 1316 4 0601 0601 0151 1405 5 0601 0601 0243 1458 6 0601 0601 0336 1552 7 0601 0601 0431 1648 8 0601 0601 0526 1744 9 0601 0601 0620 1840 10 0601 0601 0713 1936 11 0601 0601 0806 2031 12 0601 0601 0858 2126 13 0601 0601 0951 2221 14 0601 0601 1043 2316 15 0601 0601 1136 000 16 0601 0601 1230 0011 17 0600 0600 1325 0106 18 0600 0600 1418 0201 19 0600 0600 1512 0254 20 0600 0600 1603 0346 21 0600 0600 1653 0436 22 0559 0559 1741 0523 23 0559 0559 1827 0608 24 0559 0559 1912 0651 25 0559 0559 1956 0734 26 0559 0559 2040 0815 27 0558 0558 2124 0857 28 0558 0558 2209 0939

4. STASIUN METEOROLOGI TANJUNG BALAI KARIMUN

Location : E103 23, N01 03, February 2015 DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm 1 0618 1822 000 1207 2 0618 1822 0032 1252 3 0618 1822 0119 1340 4 0618 1822 0208 1430 5 0618 1823 0300 1522 6 0618 1823 0353 1617 7 0618 1823 0448 1712 8 0618 1823 0543 1808 9 0618 1823 0638 1903 10 0618 1823 0733 1958

(36)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] 33 11 0618 1823 0827 2052 12 0618 1823 0920 2146 13 0618 1823 1013 2240 14 0618 1823 1106 2334 15 0618 1823 1200 000 16 0618 1823 1255 0029 17 0618 1823 1349 0124 18 0618 1823 1443 0218 19 0618 1823 1536 0311 20 0618 1823 1627 0403 21 0618 1823 1717 0453 22 0617 1823 1804 0541 23 0617 1823 1849 0627 24 0617 1822 1933 0711 25 0617 1822 2016 0754 26 0617 1822 2059 0837 27 0617 1822 2143 0919 28 0616 1822 2227 1002

5. STASIUN METEOROLOGI DABO SINGKEP

Location : E104 34, N00 28, February 2015 DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm 1 0612 1818 000 1203 2 0612 1818 0027 1248 3 0613 1818 0114 1336 4 0613 1818 0203 1426 5 0613 1819 0254 1518 6 0613 1819 0348 1612 7 0613 1819 0442 1708 8 0613 1819 0538 1803 9 0613 1819 0633 1858 10 0613 1819 0728 1953 11 0613 1819 0822 2047 12 0613 1819 0915 2141 13 0613 1819 1008 2234 14 0613 1819 1102 2329 15 0613 1819 1156 000 16 0613 1819 1251 0023 17 0613 1819 1345 0118 18 0613 1819 1439 0212 19 0613 1819 1532 0306 20 0612 1819 1623 0358 21 0612 1818 1712 0448 22 0612 1818 1759 0536 23 0612 1818 1845 0622 24 0612 1818 1928 0706 25 0612 1818 2012 0749 26 0612 1818 2054 0832 27 0611 1818 2137 0915 28 0611 1817 2221 0958

(37)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] 34

6. STASIUN METEOROLOGITAREMPA

Location : E106 15, N03 12, February 2015 DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm 1 0609 1808 000 1153 2 0609 1808 0023 1238 3 0609 1808 0110 1325 4 0609 1809 0159 1415 5 0609 1809 0251 1507 6 0609 1809 0344 1602 7 0609 1809 0439 1657 8 0609 1809 0534 1754 9 0609 1809 0628 1850 10 0609 1809 0722 1945 11 0609 1809 0815 2040 12 0609 1809 0908 2135 13 0609 1810 1000 2229 14 0609 1810 1053 2324 15 0609 1810 1146 000 16 0609 1810 1240 0019 17 0608 1810 1334 0114 18 0608 1810 1428 0209 19 0608 1810 1521 0302 20 0608 1810 1613 0354 21 0608 1810 1703 0444 22 0608 1810 1751 0531 23 0607 1810 1836 0617 24 0607 1810 1921 0700 25 0607 1809 2005 0742 26 0607 1809 2048 0824 27 0606 1809 2132 0906 28 0606 1809 2217 0949

Gambar

Gambar 15. Prediksi Anomali Suhu Muka Laut periode dan Rata-rata Tekanan Udara pada  Bulan Februari 2016
Gambar 16. Rata-rata Streamline 3000 feet  pada Bulan Februari
Gambar 17. Prediksi ENSO dari NOAA, JAMSTEC, POAMA dan BMKG
Gambar 18. Grafik SOI Bulan Januari 2014 sampai dengan awal Februari 2016
+4

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat yang terpenting disebutkan adalah dapat menjaga kondisi fisik maupun pikiran senantiasa dalam keadaan sehat dan bahagia serta meningkatkan daya tahan tubuh..

24 Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa semua bidan melaksanakan pelayanan antenatal sesuai dengan standar, dari ke 10 kegiatan hanya satu kegiatan yang tidak

Dalam bab ini penulis akan menguraikan teori dan konsep Politik hukum Perkoperasian di Indonesia (Studi Yuridis Atas Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor

Karena nilai standar deviasi lebih kecil yaitu sebesar 0,2235 dari nilai rata-rata maka tidak ada kesenjangan yang cukup besar antara nilai minimum dan nilai maksimum dari

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini berupa pemodelan matematis sudah dapat digunakan dalam menentukan daerah kabupaten/kota di Propinsi Jawa Tengah yang berada

Tokoh yang mempelopori postmodern adalah Francois Lyotard (1942), yang menerbitkan buku yang berjudul THE POST MODERN CONDITION.. Rosenau (dalam Ritzer,1997:8-9)

transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank syariah dan/atau UUS dan pihak lain (nasabah