• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM. PHILIP MUSTAMU M.Si. NIP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM. PHILIP MUSTAMU M.Si. NIP"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.037] i

KATA PENGANTAR

Bumi adalah tempat kita berpijak, berbagai kebutuhan kita disediakan oleh bumi. Yang lahir dan hidup di bumi bukan hanya generasi saat ini, namun berkelanjutan untuk anak cucu di masa depan. Jika mengulas tentang bumi, begitu banyak aspek yang diperhatikan.Mulai dari aspeklingkungan, ekonomi, politik, sampai kegiatan manusia.Semua mempunyai kontribusi besar bagi keadaan bumi nantinya. Salah satu faktor terpenting adalah faktor meteorologi, yang berperan dalam mendorong berbagai program pembangunan di bumi. Dengan meninjau hal itu, serta mengkhususkan pada pembangunan di kawasan Barelang, Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam setiap bulannya menerbitkan BULETIN METEOROLOGI.

Buletin Meteorologi edisi Januari 2017ini akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan iklim wilayah Kepulauan Riau pada bulan Desember2016, prakiraan hujan serta prakiraan pasang surut bulan Januari 2017. Buletin ini dibuat sebagai salah satu sarana penunjang penyampaian informasi meteorologi, baik kepada para pengguna jasa informasi meteorologi dan juga kepada masyarakat umum.

Kamimenyadari bahwa penulisan buletin ini masih belum sempurna, terdapat banyak kekurangan dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pembaca.Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas dari media informasi ini. Besar harapan kami agar buletin ini dapat terus berkembang dan berkesinambungan, serta dapat menjawab semua pertanyaan mengenai isu-isu meteorologi di wilayah Provinsi Kepulauan Riau.

KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM

PHILIP MUSTAMU M.Si. NIP. 19590406 198203 1 002

(2)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.037] ii

TIM REDAKSI

ANGGOTA TIM

ANGGOTA NANGSIP CAHYANA, S.Si

ANGGOTA DUATI WARDANI, S.Si ANGGOTA YAYAN HERMAWAN ANGGOTA DUDI JUHANDINATA, S.Stat, MM ANGGOTA NIZAM MAWARDI, S.Tr ANGGOTA ADHITYA PRAKOSO, S.Tr ANGGOTA

ASRI PRATIWI, S.Si

ANGGOTA PANDE MADE RONY

KURNIAWAN, SST ANGGOTA MOHAMMAD TAUFIQ, S.Si

PELINDUNG

PHILIP MUSTAMU, M.Si.

KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM

PENANGGUNG JAWAB

SURATMAN, S.KOM

KEPALA SEKSI DATA DAN INFORMASI

ANGGOTA DEBORA TRULY MARPAUNG, SST.

ANGGOTA HANA SOLIHAH, S.Si

ANGGOTA DEDI HARIANTO

(3)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.037] iii

DAFTAR ISI

Kata pengantar ... i

Tim Redaksi ... ii

Daftar Isi ... iii

I. RINGKASAN... 1

II. PENGERTIAN ... 1

III. ANALISA CUACA DAN IKLIM DESEMBER 2016 ... 2

IV. PRAKIRAAN CUACA JANUARI 2017 ... 11

V. PRAKIRAAN PASANG SURUT JANUARI 2017... 16

VI. PRAKIRAAN TERBIT/ TERBENAM BULAN DAN MATAHARI JANUARI 2017 ... 19

(4)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.037] 1

RINGKASAN

1. Berdasarkan data curah hujan bulan Desember 2016 yang diterima dari Stasiun Meteorologi Hang Nadim, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan Desember 2016 adalah sebagai berikut:

a. Bahwa kejadian hujan di Pulau Batam secara umum berada pada kisaran bawah normal terhadap rata-ratanya. Sedangkan kondisi angin dilaporkan dominan bertiup dari arah Barat sampai Utaradari dasarian I hingga dasarian III pada kecepatan rata – rata 9 km/jam.

b. Selama bulan Desember, perambatan MJO di Indonesia bersifat lemah. Nilai IOD, ENSO, SST 3.4 serta SOI yang berada pada kondisi netral juga menyebabkan kurangnya peluang pertumbuhan awan serta penambahan curah hujan di wilayah Indonesia bagian barat termasuk wilayah Kepulauan Riau selama bulan Desember. Namun kondisi perairan di Indonesia yang masih cukup hangat selama bulan Desember masih menunjang untuk menghasilkan uap air untuk pembentukan awan.

II. Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai Desember 2016 hingga November 2017. Data masukan yang digunakan adalah data serieshujandasarian Hang Nadimperiode Desember 1998 s.d November 2016. Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMAdengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.85622 dan RMSE (error) 17.9439 yang menunjukkan bahwa curah hujan di bulan November 2016 pada dasarian dasarian I,II dan III sesuai normalnya.

PENGERTIAN

A. SIFAT HUJAN

Sifat Hujan adalah Perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu bulan dengan nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat.

Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu:

1. Di atas normal ( A ), jika nilai perbandingannya lebih besar dari 115 %. 2. Normal ( N ), jika nilai perbandingannya antara 85 % - 115 %.

3. Di bawah normal ( B ), jika nilai perbandingannya kurang dari 85 %.

B. NORMAL CURAH HUJAN

1. RATA-RATA CURAH HUJAN BULANAN:

Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10 tahun. 2. NORMAL CURAH HUJAN BULANAN:

Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun. 3. STANDARD NORMAL CURAH HUJAN BULANAN:

Nilai rata-rata curah hujan pada masing-masing bulan selama periode 30 tahun dimulai dari 1 September 1901 s/d 31 September 1930, 1 September 1931 s/d 31 September 1960, 1 September 1961 s/d 31 September 1990, dan seterusnya.

(5)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.037] 2

C. INTENSITAS CURAH HUJAN (CH)

KRITERIA CH CH/hari CH/Jam

Sangat Lebat > 100 mm > 20 mm

Lebat 50 - 100 mm 10 - 20 mm

Sedang 20 - 50 mm 5 - 10 mm

Ringan 5 - 20 mm 1 - 5 mm

ANALISA CUACA DAN IKLIMDESEMBER 2016

A. KERAGAMAN HUJAN

Kepulauan Riau merupakan wilayah negara Indonesia yang berbentuk kepulauan dan dilewati garis khatulistiwa. Wilayah negara Indonesia dilewati oleh garis katulistiwa serta dikelilingi oleh dua Samudra dan dua Benua. Posisi ini menjadikan Indonesia sebagai daerah pertemuan sirkulasi meridional (Utara-Selatan) dikenal sebagai Sirkulasi Hadley dan sirkulasi zonal (Timur-Barat) dikenal sebagai Sirkulasi Walker, dua sirkulasi yang sangat mempengaruhi keragaman iklim di Indonesia. Pergerakan matahari yang berpindah dari 23.5° Lintang Utara ke 23.5° Lintang Selatan sepanjang tahun

mengakibatkan timbulnya aktivitas monsun yang juga ikut berperan dalam mempengaruhi keragaman iklim. Pengaruh lokal terhadap keragaman iklim juga tidak dapat diabaikan, karena Kepri merupakan kepulauan dengan bentuk topografi sangat beragam menyebabkan sistem golakan lokal cukup dominan. Faktor lain yang diperkirakan ikut berpengaruh terhadap keragaman iklim ialah gangguan siklon tropis. Semua aktivitas dan sistem ini berlangsung secara bersamaan sepanjang tahun akan tetapi besar pengaruh dari masing-masing aktivitas atau sistem tersebut tidak sama dan dapat berubah dari tahun ke tahun.

El-Nino dan La-Nina merupakan salah satu akibat dari penyimpangan iklim. Fenomena ini akan menyebabkan penurunan dan peningkatan jumlah curah hujan untuk beberapa daerah di Indonesia. Pengaruh El-Nino kuat pada daerah yang berpola hujan monsun, lemah pada daerah berpola hujan equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole) hanya berpengaruh jelas pada daerah berpola hujan monsun.

Selain akibat pengaruh fluktuasi suhu permukaan laut di samudera pasifik (El Nino-Southern Oscillation / ENSO) dan Samudera Hindia (Indian Ocean Dipole / IOD), fenomena fase aktif osilasi intra-musiman yang dikenal sebagai MJO (Madden-Agustusan Oscillation) juga mempengaruhi keragaman hujan di Indonesia. Menurut Geerts and Wheeler (1998) MJO akan menyebabkan terjadinya variasi pada pola angin, SML (Suhu Muka Laut), awan dan hujan. Fase aktif MJO bila bersamaan waktunya dengan monsun timur laut di Kepulauan Riau (Desember-April) dapat menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan sekitar 200%.

Pergerakan MJO ke timur dari samudra India menuju samudra Pasifik dibagi dalam 8 phase. Phase-1 di Afrika (210° BB - 60° BT), 2 di samudra India bagian barat (60° BT – 80° BT), phase-3 di samudra India bagian timar (80° BT – 100° BT) phase-4 & phase-5 di benua maritim Indonesia ( 100° BT – 140° BT), phase-6 di kawasan Pasifik barat (140°BT-160° BT), phase 7 di Pasifik tengah ( 160° BT – 180° BT) , dan phase-8 daerah konveksi di belahan bumi bagian barat ( 180° – 160° BB). Pada umumnya hujan tropis berasal dari awan konvektif dengan puncak awan sangat dingin (sedikit mengemisi radiasi gelombang panjang), oleh karenanya sangat baik memonitor MJO dengan memperhatikan variasi OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang dipantau melalui sensor infra merah pada satelit.

(6)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.037] 3

B. DINAMIKA ATMOSFER DAN LAUTAN BULAN DESEMBER 2016 1. Monsun

Pada bulan Desember, matahari telah melewati equator dan sudah berada di Bumi Bagian Selatan dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 3.5° yaitu sekitar 20°LS – 23.5°LS. Hal ini berdampak ke peningkatan suhu muka laut di sekitar wilayah BBS yang memicu terbentuknya pola-pola tekanan udara rendah.Pada bulan Desember 2016 tercatat ada satu kejadian siklon tropis di Samudra Pasifik Barat sebelah utara Equator yaitu siklon tropis Nock-Ten Dimana hal ini cukup berpengaruh terhadap bertambah maupun berkurangnya jumlah curah hujan di wilayah Kepulauan Riau.

Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/sst_analysis/images/monsstv2.png

Gambar 1. Peta Rata-rata Suhu Muka Laut Desember2016

Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/sst_analysis/images/monanomv2.png

(7)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.037] 4 Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan Indonesia pada bulan Desember 2016 berkisar antara 28.00 - 31.00C(Gambar.1) dengan anomali -0.5-+2.50C (Gambar.2).Hal ini menunjukkan perairan di Indonesia masih dalam kondisi yang cukup hangat, terutama di perairan Selatan Pulau Jawa. Oleh karenanya, secara umum keadaan seperti ini banyak menghasilkan uap air untuk pembentukan awan. Untuk wilayah Kepulauan Riau sendiri anomali suhu muka laut berkisar -0.5 – +1.50C.

Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?variable=mslp&area=rsmc&map=mean&time=latest

Gambar 3. Rata-rata Tekanan Udara Permukaan Laut Bulan Desember 2016

Pada bulan Desember 2016, tekanan udara di BBU secara umum lebih tinggi dari pada BBS karena matahari sudah berada di selatan. Hal ini menyebabkan adanya pergerakkan massa udaradari BBUmenuju BBSsehingga membentuk pola belokan angin (shearline) dan pola daerah pertemuan angin (konvergensi)di sekitar wilayah Kepulauan Riau. Pada daerah belokan angin terjadi perlambatan kecepatan angin yang menyebabkan penumpukkan massa udara sehingga terjadi pengangkatan massa udara, sedangkan pola konvergen menyebabkan daerah-daerah pertemuan massa udara sehingga keduanya menimbulkan potensi pembentukan awan–awan konvektif yang dapat menghasilkan hujan.

Sumber: Bidang Meteorologi Publik BMKG

(8)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.037] 5 Berdasarkan hasil analisis (Gambar4) daerah Kepulauan Riau angin bertiup secara umum berasal dari arah Barat hingga Utaradengan kecepatan 5 hingga 10 knot (Gambar5). Kondisi angin dengan kecepatan lemah ini mendukung dalam proses pembentukan banyak awan.

Sumber:http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?variable=850wind&area=rsmc&map=mean&time=latest

Gambar 5. Pola Angin 850mb Bulan Desember2016

2. ENSO(El Nino - Southern Oscillation)

Pada bulan Desember 2016, nilai anomali SST Nino 3.4 pada akhir Desember yaitu sebesar-0.29 dan nilai rata-rata harian SOI (Southern Oscillation Index) selama bulan Desember sebesar+4.0 (Kondisi Netral). Hal tersebut mengindikasikan tidak adanya peningkatan maupun penurunan pasokan uap air sebagai pembentuk hujan di wilayah Indonesia termasuk di Kepulauan Riau.

Sumber :http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml

(9)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.037] 6 Sumber :http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png

Gambar7. Grafik indeks ENSO / SOI

3. MJO(Madden-Julian Oscillation)

a.OLR (Outgoing Longwave Radiation)

ENSO berada pada kondisi netral yaitu antara −0.8 °C sampai +0.8 °C. Pada bulan Desember 2016, nilai anomali SST Nino 3.4 pada akhir Desember yaitu sebesar-0.29 dan nilai rata-rata harian SOI (Southern Oscillation Index) selama bulan Desember sebesar+4.0 (Kondisi Netral). Hal tersebut mengindikasikan tidak adanya peningkatan maupun penurunan pasokan uap air sebagai pembentuk hujan di wilayah Indonesia termasuk di Kepulauan Riau.

Sumber:http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?variable=olr&area=rsmc&map=mean&time=latest

(10)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.037] 7 b. Fase MJO

MJO selama bulan Desember 2016 berada pada fase 1 sampai 8 dengan sifat lemah pada perambatannya.Wilayah Indonesia berada pada fase 3 sampai 5.Pada gambar (9) terlihat bahwa pada pertengahan hingga akhir bulan Desember wilayah Indonesia terlewati oleh perambatan MJO.Secara teori, kondisi MJO ini kurang memberikan pengaruh pada penambahan curah hujan di wilayah Indonesia khususnya Indonesia bagian Barat, termasuk wilayah Kepulauan Riau.

Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/mjo/

Gambar 9. Fase MJO

4. IOD(Indian Ocean Dipole)

Fenomena Dipole Mode di Samudera Hindia atau IOD (Indian Ocean Dipole)berada pada kisaran normal dengan kondisi netral (-0,4 s.d 0,4). Pada akhir bulan Desember 2016 nilai IOD berada pada kondisi negatif yang bernilai -0.23. Sehingga dapat diketahui bahwa selama bulan Desember 2016, secara umum IOD tidak berpengaruh dalam menambah peluang pertumbuhan awan di wilayah Indonesia bagian barat termasuk wilayah Kepulauan Riau.

Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml

(11)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.037] 8

C. ANALISIS HUJAN BULAN NOVEMBER2016

Berdasarkan data curah hujan bulan Desember 2016 yang diterima dari stasiundi Pulau Batam yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan Desember 2016 adalah sebagai berikut:

D. ANALISIS UNSUR CUACA SIGNIFIKAN BULAN DESEMBER2016 a. Hujan

Sifat hujan bulan Desember 2016 di Barelang Bawah Normal (B) dengan curah hujan selama sebulan berkisar 89,6 mm - 187,6 mm atau antara 35,6 % - 74,4 %. Curah hujan terendah terjadi di Pagoda dan tertinggi di Hang Nadim. Khusus di Hang Nadim dalam bulan Desembar 2016 terdapat 17 hari hujan terukur dan 5 hari hujan tidak terukur (ttu) dengan total curah hujan sebesar 187,6 mm atau berkisar 74,4% dari rata-rata yang berarti sifat hujan BawahNormal (B) . Pada dasarian I terjadi 9 hari hujan dengan jumlah curah hujan 67,5 mm, dasarian II terjadi 4 hari hujan dengan jumlah curah hujan 13,5 mm, dan dasarian III terjadi 9 hari dengan curah hujan 106,6 mm. Curah hujan tertinggi 74,2 mm terjadi pada tanggal 25 Desember 2016.

(12)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.037] 9 Gambar11. Grafik Curah Hujan bulan Desember2016di Hang Nadim

b. Suhu Udara

Suhu udara harian rata-rata berkisar antara 25,2°C - 28,9° C. Suhu udara terendah dalam bulan Desember 2016 adalah 23,4 ° C terjadi pada tanggal 10 dan 25 Desember 2016 pagi hari dan suhu udara tertinggi 32,8°C terjadi pada tanggal 8 Desember 2016 siang hari.

(13)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.037] 10 Gambar12. Grafik Suhu Udara bulan Desember2016di Hang Nadim

c. Kelembaban Udara

Kelembaban udara harian rata-rata berkisar antara 70 % - 93 %. Kelembaban udara terendah mutlak 54% terjadi pada tanggal 14 Desember 2016 siang hari, sedangkan kelembaban udara tertinggi 98% terjadi tanggal 25 Desember 2016 pagi hari. Dengan demikian kelembaban udara pada bulan Desember 2016 lebih kering dibandingkan bulan Nopember 2016.

Gambar13.Grafik Kelembaban Udara Bulan Desember2016di Hang Nadim d. Angin Permukaan

Selama periode dasarian I – III Desember 2016 angin permukaan secara umum didominasi dari arah Barat sampai Utara dengan kecepatan rata-rata 9 km/jam, arah dan kecepatan maximum dari Barat dengan kecepatan 57,6 km/jam terjadi pada tanggal 17 Desember 2016.

(14)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.037] 11

PRAKIRAAN CUACA JANUARI 2017

A. DINAMIKA ATMOSFER 1. Tekanan Udara dan Angin

Pada bulan Januari, posisimataharidalamgeraksemunyaberada di BBS (BelahanBumi Selatan) denganpergerakansemusejauhkuranglebih3,5° yaitudari20°LS menuju 23,5°LS (http://www.physicalgeography.net). Sehingga, dominasi pola-pola daerah bertekanan udara rendah pada Januari 2017 berada pada wilayah bumi bagian selatan.

Prediksi Anomali Suhu Muka Laut periode November 2016 –

Desember 2016 – Januari 2017 Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan Januari 2017

Sumber: http://iridl.ldeo.columbia.edu/maproom/Global/Forecasts/SST.html?L=2.5 http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/realtime/clim/annual/monthly/monthly.12.slp.html

Gambar 17. Prediksi Anomali Suhu Muka Laut periode dan Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan Januari2017

Pola angin rata-rata bulan Januari secara dominan bertiup dari Bumi Bagian Utara (BBU) menuju Bumi Bagian Selatan (BBS).Sedangkan untuk wilayah Kepulauan Riau (Gambar. 16), pola angin yang terbentuk berada dekat dengan daerah belokan angin (shearline). Pola angin shearline ini akan cukup mendukung dalam proses pertumbuhan awan-awan hujan.

Sumber: Meteo Publik, BMKG

Gambar 18.Rata-rata Streamline 3000 feetpada Bulan Januari 2017

2. ENSO(EL-NinoSouthern Oscillation)

ENSO merupakan salah satu fenomena cuaca skala global yang mempengaruhi penambahan curah hujan (fase La-Nina) maupun pengurangan curah hujan (fase El-Nino) di wilayah

(15)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.037] 12 Indonesia.Prediksi ENSO menurut institusi internasional yaitu JAMSTEC (Japan Agency for

Marine-Earth Science and Technology), POAMA (Predictive Ocean Atmosphere Model for Australia), dan NOAA

(National Oceanic and Atmospheric Administration) menyatakan bahwa pada bulan Januari 2017 dalam kondisi Normal sedangkan BMKG menyatakan dalam kondisi La Nina Lemah. Sehingga secara umum, ENSO diprediksi kurang memberi pengaruh terhadap penambahan jumlah curah hujan di wilayah Indonesia khususnya Kepulauan Riau.

Sumber: Pusat Data Dokumen, BMKG

Gambar 19.Prediksi ENSO dari NOAA, JAMSTEC, POAMA dan BMKG

Salah satu parameter ENSO yaitu data SOI (Southern Oscillation Index) dari BoM (Bureau of

Meteorology Australia) hingga akhir Desember menunjukkan berada pada kondisi Normaldengan

nilai SOI +3,2,sehingga tidak memepengaruhi terhadap bertambah atau berkurangnya curah hujan di wilayah Indonesia.

Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png

Gambar 20. Grafik SOI Bulan Januari 2015s.d.Awal Januari 2017

3. MJO(Madden-Julian Oscillation)

Salah satu fenomena cuaca global yang juga mempengaruhi jumlah curah hujan di Indonesia, khususnya daerah dekat khatulistiwa adalah osilasi gugusan awan yang lazim disebut MJO. Menurut

(16)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.037] 13 NOAA, diperkirakan MJO pada awal hingga pertengahan Januari 2017 berada pada fase 3 - 4 dengan sifat lemah sehingga kurang mempengaruhi penambahan curah hujan di wilayah Indonesia (Gambar 19). Nilai anomali OLR bernilai negatif di wilayah sebelah barat Indonesia (Gambar 20).Hal tersebut mengindikasikan cukup banyak tutupan awan konvektif di wilayah Indonesia bagian barat pada awal hingga pertengahan bulan Januari.

Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/foregfs.shtml

Gambar 21.Grafik Fase MJO pada Bulan Desember2016 dan prakiraan Bulan Januari 2017

Sumber:http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/spatial_olrmap_CA_full.gif

Gambar 22.Anomali OLR sampai dengan 31 Desember2016 dan prakiraan 15 hari kedepan

4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole)

Fenomena cuaca global terakhir yang juga mempengaruhi peluang hujan di Indonesia, khususnya Indonesia Bagian Barat, adalah dipole mode. Menurut data dari BoM, BMKG, maupun NASA memprakirakan pada bulan Januari DMI akan berada pada kondisi normal sehingga tidak mempengaruhi penambahan maupun pengurangan jumlah curah hujan di wilayah Indonesia.

(17)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.037] 14 Sumber: http://www.bmkg.go.id/bmkg_pusat/Klimatologi/Dinamika_Atmosfir.bmkg

Gambar 23.Prediksi Indeks Dipole Mode dari BoM dan BMKG

5. Tinjauan Klimatologis

Kondisi cuaca bulan Januari di Batam berdasarkan data klimatologis selama 23 tahun (1994-2016) diketahui:

Secara klimatologis selama 16 tahun (1996 – 2011) jumlah curah hujan pada bulan Januari dibagi menjadi tiga bagian di Pulau Batam. Batam bagian Timur sekitar 300 – 600 mm, Batam bagian Utara dan Barat sekitar 150 – 300 mm dan Batam bagian Selatan sekitar 250 – 300 mm.

Kesimpulan:

Dari uraian di atas diketahui bahwa peluang pertumbuhan awan-awan hujan di Batam pada bulan Januari 2017 sama dengan bulan Desember 2016, sehingga peluang curah hujannya sama dengan bulan Desember 2016.

B. PRAKIRAAN HUJANBULAN JANUARI 2017 1. PrakiraanHujan Dasarian

Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7dengan model

prediksiARIMA(Autoregressive Integrated Moving Average)diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai Januari2017 hingga Desember 2017.Data masukan yang digunakan adalah data

serieshujandasarian Hang NadimperiodeJanuari1999 s.d Desember 2016.

minimum rata-rata maksimum

SUHU UDARA 23 26.6 31

KELEMBAPAN UDARA 50% 82% 100%

ANGIN 7 Km/jam 11 Km/jam 70 Km/jam

HARI HUJAN 4 15* 22

(18)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.037] 15 Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMAdengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.9517 dan RMSE (error) 15.1848. Hasilnya menunjukkan bahwa curah hujan di bulan Januari 2017 diprakirakan:

Sesuai dengan kriteria sifat hujan dalam dasarian, prakiraan curah hujan pada dasarian I, II dan III sesuai dengan normalnya.

2. PrakiraanHujan Bulanan

Berdasarkan data-data dan analisis model serta program HyBMG 2.0.7 dapat diperoleh hasil prakiraan curahhujan satu bulan pada bulanJanuari 2017 di wilayah Barelangsebagaiberikut:

Tabel : Prakiraan Curah Hujan Bulan Januari 2017

danmembandingkandengan normal hujannyamakasifathujanbulan Januari 2017 di Barelangdapatdiprakirakansebagaiberikut:

Tabel: Prakiraan Sifat Hujan Bulan Januari 2017

(19)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.037] 16

PRAKIRAAN PASANG SURUT (TIDAL)JANUARI 2017

A. Pendahuluan

Pasang surut air adalah gelombang yang mirip dengan gelombang air yang terjadi akibat tiupan angin.Pasang surut memiliki panjang gelombang yang panjang, seperti yang terdapat pada laut dalam namun terjadi untuk air dangkal, ini berarti pasang surut dibiaskan oleh keadaan topografi kedalaman bawah air.Periodenya pun cukup panjang, dalam orde jam. Pasang surut air terjadi disebabkan oleh gaya gravitasi dan gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh gerakan bumi, bulan, dan matahari.

B. Pola Pasang Surut

Di seluruh dunia pasang surut berbeda baik ketinggian paras air maupun waktu kejadiannya. Area pantai yang hanya punya satu pasang surut tertinggi dan terendah setiap hari disebut diurnal tide (air pasang harian). Wilayah yang mengalami dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari disebut mempunyai semi-diurnal tide. Jika semi-diurnal tide mempunyai ketinggian air pasang yang dicapai berbeda dan saat surut juga level air tidak sama disebut semi-diurnal mixed tide.

Pola pasang surut dapat dijelaskan secara gelombang dengan grafik yang menunjukkan paras air untuk sumbu vertikal dan sumbu horisontal menyatakan waktu hari. Pengamatan pasang surut dalam jangka waktu yang lama digunakan untuk menghitung rata-rata ketinggian pasang. Dengan nilai rata-rata ini dapat dihitung anomali pasang naik dan pasang surut air.

C. Paras Pasang Surut.

Ketinggian air tertinggi yang dicapai permukaan air setiap hari disebut HighWater (HT) /

Higt Tide (Ht). Titik terendah dimana permukaan air surut disebut Low Water (LW) / Low Tide.

Mengingat propinsi Kepulauan Riau sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan maka fenomena pasang surut air laut sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan yang berhubungan dengan kelautan seperti bongkar muat di Pelabuhan Laut, kegiatan para nelayan dan lain sebagainya. Untuk itu dalam buletin ini kami sajikan prediksi pasang surut di seluruh Propinsi Kepulauan Riau yang meliputi 6 (enam) Kabupaten Kota sebagai berikut :

1. KOTA BATAM

(20)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.037] 17 2. KABUPATEN BINTAN

i. TANJUNG UBAN

3. KABUPATEN KARIMUN i. TANJUNG BALAI KARIMUN

ii. TANJUNG PINANG

4. KABUPATEN LINGGA i. DABO SINGKEP

(21)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.037] 18 5. KABUPATEN ANAMBAS

i. SELAT PENITING

6. KABUPATEN NATUNA

(22)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.037] 19

PRAKIRAAN TERBIT/ TERBENAM

BULAN DAN MATAHARI JANUARI 2017

1. STASIUN METEOROLOGI HANG NADIM BATAM

Location : E104 07, N01 07, September 2016 DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm Hm hm hm 1 0605 1809 0819 2041 2 0606 1809 0908 2130 3 0606 1810 0957 2219 4 0607 1810 1045 2308 5 0607 1811 1134 2358 6 0608 1811 1224 000 7 0608 1812 1316 0049 8 0608 1812 1410 0143 9 0609 1812 1507 0240 10 0609 1813 1607 0338 11 0610 1813 1708 0439 12 0610 1814 1808 0539 13 0610 1814 1906 0639 14 0611 1814 2001 0735 15 0611 1815 2052 0827 16 0611 1815 2141 0917 17 0612 1815 2227 1004 18 0612 1816 2311 1048 19 0612 1816 2355 1132 20 0613 1816 000 1215 21 0613 1817 0039 1258 22 0613 1817 0123 1343 23 0613 1817 0209 1428 24 0614 1818 0255 1516 25 0614 1818 0344 1604 26 0614 1818 0433 1654 27 0614 1818 0523 1745 28 0614 1818 0614 1835 29 0615 1819 0704 1926 30 0615 1819 0754 2016 31 0615 1819 0843 2106 2. STASIUN METEOROLOGI TANJUNGPINANG

Location : E104 32, N00 55, September 2016 DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm Hm hm hm 1 0603 1807 0817 2039 2 0604 1808 0906 2128 3 0604 1808 0955 2217 4 0605 1809 1043 2306 5 0605 1809 1132 2356 6 0606 1810 1222 000 7 0606 1810 1314 0047 8 0606 1811 1409 0141 9 0607 1811 1506 0238 10 0607 1811 1605 0336 11 0608 1812 1706 0437 12 0608 1812 1806 0537 13 0608 1813 1904 0637 14 0609 1813 1959 0733 15 0609 1813 2051 0826 16 0609 1814 2139 0915 17 0610 1814 2225 1002 18 0610 1814 2310 1047 19 0610 1815 2353 1130 20 0611 1815 000 1213 21 0611 1815 0037 1257 22 0611 1816 0121 1341 23 0611 1816 0207 1427 24 0612 1816 0253 1514 25 0612 1816 0342 1603 26 0612 1817 0431 1653 27 0612 1817 0521 1743 28 0612 1817 0612 1834 29 0613 1817 0702 1924 30 0613 1817 0752 2014 31 0613 1818 0841 2104

(23)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.037] 20

3. STASIUN METEOROLOGI RANAI

Location : E108 24, N03 55, September 2016 DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm 1 0553 1747 0805 2020 2 0553 1747 0853 2110 3 0554 1748 0941 2200 4 0554 1748 1028 2250 5 0555 1749 1116 2341 6 0555 1749 1205 000 7 0556 1750 1256 0033 8 0556 1750 1350 0127 9 0556 1751 1446 0225 10 0557 1751 1545 0324 11 0557 1752 1646 0425 12 0557 1752 1746 0526 13 0558 1753 1844 0624 14 0558 1753 1940 0720 15 0558 1753 2033 0812 16 0559 1754 2122 0901 17 0559 1754 2209 0947 18 0559 1755 2254 1031 19 0559 1755 2339 1113 20 0600 1755 000 1155 21 0600 1756 0023 1238 22 0600 1756 0108 1322 23 0600 1756 0154 1407 24 0600 1757 0241 1454 25 0601 1757 0330 1543 26 0601 1757 0419 1633 27 0601 1757 0509 1723 28 0601 1758 0559 1815 29 0601 1758 0649 1906 30 0601 1758 0738 1957 31 0601 1758 0826 2047 4. STASIUN METEOROLOGI TANJUNG BALAI KARIMUN

Location : E103 23, N01 03, September 2016 DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm 1 0608 1812 0822 2044 2 0609 1812 0911 2133 3 0609 1813 1000 2222 4 0610 1813 1048 2311 5 0610 1814 1137 000 6 0610 1814 1227 0001 7 0611 1815 1319 0052 8 0611 1815 1413 0146 9 0612 1815 1511 0243 10 0612 1816 1610 0341 11 0612 1816 1711 0442 12 0613 1817 1811 0542 13 0613 1817 1909 0642 14 0614 1817 2004 0738 15 0614 1818 2055 0830 16 0614 1818 2144 0920 17 0615 1818 2230 1007 18 0615 1819 2314 1051 19 0615 1819 2358 1135 20 0615 1819 000 1218 21 0616 1820 0042 1301 22 0616 1820 0126 1346 23 0616 1820 0212 1431 24 0616 1821 0258 1519 25 0617 1821 0347 1607 26 0617 1821 0436 1657 27 0617 1821 0526 1748 28 0617 1821 0617 1839 29 0617 1822 0707 1929 30 0618 1822 0757 2019 31 0618 1822 0846 2109

(24)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.037] 21

5. STASIUN METEOROLOGI DABO SINGKEP

Location : E104 34, S00 28, September 2016 DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm 1 0602 1808 0817 2039 2 0603 1809 0906 2129 3 0603 1809 0955 2217 4 0604 1809 1043 2306 5 0604 1810 1132 2356 6 0605 1810 1222 000 7 0605 1811 1314 0047 8 0606 1811 1409 0141 9 0606 1812 1506 0237 10 0606 1812 1606 0336 11 0607 1812 1707 0436 12 0607 1813 1807 0537 13 0608 1813 1904 0636 14 0608 1814 1959 0732 15 0608 1814 2051 0825 16 0609 1814 2139 0915 17 0609 1815 2225 1002 18 0609 1815 2309 1046 19 0610 1815 2353 1130 20 0610 1816 000 1213 21 0610 1816 0037 1257 22 0610 1816 0121 1341 23 0611 1816 0206 1427 24 0611 1817 0253 1515 25 0611 1817 0341 1603 26 0611 1817 0430 1653 27 0612 1817 0521 1744 28 0612 1818 0611 1834 29 0612 1818 0702 1925 30 0612 1818 0751 2015 31 0612 1818 0841 2104 6. STASIUN METEOROLOGI TAREMPA

Location : E106 15, N03 12, September 2016 DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm Hm 1 0552 1749 0805 2021 2 0553 1749 0853 2111 3 0553 1750 0941 2201 4 0554 1750 1029 2251 5 0554 1751 1117 2341 6 0555 1751 1206 000 7 0555 1752 1257 0033 8 0555 1752 1351 0127 9 0556 1753 1448 0225 10 0556 1753 1547 0324 11 0556 1753 1647 0425 12 0557 1754 1748 0525 13 0557 1754 1846 0624 14 0557 1755 1941 0720 15 0558 1755 2034 0812 16 0558 1755 2123 0901 17 0558 1756 2210 0947 18 0559 1756 2255 1031 19 0559 1757 2339 1114 20 0559 1757 000 1157 21 0559 1757 0023 1239 22 0600 1758 0108 1323 23 0600 1758 0154 1409 24 0600 1758 0241 1456 25 0600 1758 0330 1544 26 0600 1759 0419 1634 27 0600 1759 0509 1725 28 0601 1759 0559 1816 29 0601 1759 0649 1907 30 0601 1800 0738 1958 31 0601 1800 0827 2048

(25)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.037] 22 DAFTAR ISTILAH

Anomali : Penyimpangan suatu variabel dari nilai rata-rata

Awan Konvektif : Awan tebal menjulang tinggi yang terbentuk dari proses pemanasan vertikal yang membawa uap air. Awan ini mengakibatkan terjadinya hujan secara tiba-tiba, petir dan angin kencang.

Cold Surge : Aliran udara dingin dari daratan Asia yang menjalar memasuki wilayah Indonesia bagian barat, cold surge biasa terjadi pada saat Asia memasuki musim dingin.

Cuaca : Kondisi fisis atmosfer pada suatu wilayah yang sempit pada waktu tertentu

Dasarian : Periode sepuluh harian

Dipole Mode /IOD (Indian Ocean Dipole)

: Tingkat ketersediaan uap air akibat perbedaan suhu muka laut antara Samudera Hindia dan Perairan Pantai Timur Afrika.

DMI

(Dipole Mode Index)

: Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas Dipole Mode. DMI yang bernilai negatif akan menambah kandungan uap air di sekitar wilayah Sumatera, sehingga curah hujannya secara umum meningkat. Sedangkan nilai positif tidak menambah kandungan uap air, sehingga curah hujan cenderung berkurang.

Divergensi : Beraian angin, yang mengindikasikan daerah cuaca baik

Eddy : Pusaran angin dengan durasi harian dan biasanya jika suatu daerah terdapat eddy, maka cenderung banyak hujan.

El Nino : Fenomena memanasnya suhu permukaan laut di Pasifik Timur sehingga secara umum menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berkurang.

ENSO

(El Nino-Shouthern Oscillation)

: Fluktuasi musiman antara fase El Nino dan La Nina.

Gelombang : Pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus permukaan laut.

Iklim : Kondisi Rata-rata cuaca dalam jangka waktu yang lama dan wilayah yang luas

ITCZ(Intertropical

Convergence Zone) : Daerah pertemuan massa udara antar benua dengan cakupan yang luas. Umumnya daerah-daerah yang dilintasi ITCZ berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan hujan lebat dan cukup lama (bisa lebih dari satu hari).

Konvergensi : Pumpunan angin, pola angin yang mengumpul

La Nina : Fenomena yang merupakan kebalikan dari El Nino. Secara umum menyebabkan curah hujan di Indonesia meningkat.

MJO(Madden-Novemberan Oscillation)

: Fluktuasi musiman/osilasi/gelombang tekanan (pola tekanan tinggi-tekanan rendah) di kawasan tropik yang terkait dengan penambahan gugusan uap air yang menyuplai pembentukan awan hujan dengan periode lebih kurang 48 hari yang menjalar dari barat ke timur. Biasanya berawal di pantai timur Afrika kemudian menjalar ke timur dan menghilang di bagian tengah Pasifik. MJO ini berkaitan dengan OLR (Outgoing Longwave Radiation)

Monsun : Suatu pola sirkulasi angin yang berhembus secara periodik pada suatu periode (minimal 3 bulan) dan pada periode yang lain polanya akan berlawanan. Di Indonesia dikenal dengan 2 istilah monsun yaitu monsun Asia dan Monsun Australia. Monsun Asia berkaitan dengan musim hujan di Indonesia, sedangkan Monsun Australia berkaitan dengan musim kemarau.

Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang tidak ditentukan (1971-2000, 1976-2005, 1978-2007, dsb)

OLR(Outgoing Longwave

Radiation) : Radiasi gelombang panjang (infra merah) yang dipancarakan keluar dari bumi. OLR yang bernilai negatif menunjukkan tutupan awan konvektif yang banyak, sedangkan nilai positif tutupan awan konvektifnya sedikit.

Rata-rata : Nilai rata-rata suatu variabel selama minimal periode 10 tahun (1971-1980, 1976-1985, 1993-2002, 1995-2010, dsb)

Shearline : Garis atau zona lintasan yang terdapat perubahan arah dan kecepatan angin secara tiba-tiba.

SOI (Southern Oscillation Index) : Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas El Nino atau La Nina. Standar Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang

sudah ditentukan, dimulai tahun berakhiran 1 diakhiri tahun berakhiran 0 (1961-1990, 1971-2000, 1981-2010, dst)

Konveksi : Pergerakan molekul-molekul pada fluida (cairan atau gas)

Updraft : Pergerakan vertikal ke atas dari suatu kolom udara yang berhubungan dengan fenomena cuaca

Gambar

Gambar 1.  Peta Rata-rata Suhu Muka Laut Desember2016
Gambar 3. Rata-rata Tekanan Udara Permukaan Laut Bulan Desember 2016
Gambar 5.  Pola Angin 850mb Bulan Desember2016
Gambar 8.  Rata-rata OLR Desember2016
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan yang didapatkan berdasarkan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :.. Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan, sistem informasi perpustakaan digital UMM

Manfaat yang terpenting disebutkan adalah dapat menjaga kondisi fisik maupun pikiran senantiasa dalam keadaan sehat dan bahagia serta meningkatkan daya tahan tubuh..

Dalam bab ini penulis akan menguraikan teori dan konsep Politik hukum Perkoperasian di Indonesia (Studi Yuridis Atas Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor

Karena nilai standar deviasi lebih kecil yaitu sebesar 0,2235 dari nilai rata-rata maka tidak ada kesenjangan yang cukup besar antara nilai minimum dan nilai maksimum dari

Perbedaan jumlah masing-masing sel leukosit dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.Salah satu faktornya adalah faktor fisiologis, yaitu masa hidup dari masing-masing

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini berupa pemodelan matematis sudah dapat digunakan dalam menentukan daerah kabupaten/kota di Propinsi Jawa Tengah yang berada

Tokoh yang mempelopori postmodern adalah Francois Lyotard (1942), yang menerbitkan buku yang berjudul THE POST MODERN CONDITION.. Rosenau (dalam Ritzer,1997:8-9)